Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Tentang Diare


1. Pengertian Diare
Penyakit diare berasal dari kata diarrois (bahasa Yunani) yang

berarti mengalir terus, yaitu suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja

yang terlalu sering atau lebih dari biasanya. Penyakit diare merupakan

gajala penyakit yang sering terjadi karena adanya penyimpangan atau

gangguan pada sistem pencernaan. Gejala yang sering tampak yaitu buang

air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi tinja lebih

encer.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi

lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali

dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak – anak, diare didefinisikan

sebagai peneluaran tinja >10 g/kg /24 jam, sedangkan rata- rata

pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5- 10 g/ kg / 24 jam (Juffrie, 2010).


Menurut Depkes RI (2011) diare adalah buang air besar (BAB)

dengan frekuensi lebih sering yaitu, diare merupakan suatu keadaan yang

di tandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,yang

melembek sampai mencair di sertai dengan bertambahnya frekuensi buang

air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.


Menurut Sutono dalam juffrie (2010), diare adalah buang air besar

pada bayi atau anak dengan frekuensi lebih dari empat kali perhari yangdi

sertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair baik dengan maupun tanpa

disertai lendir dan darah. Untuk bayi baru lahir yang minum ASI di

5
katakan diare bila frekuensi BAB nya lebih dari empat kali sehari. Hal ini

terjadi karena adanya intoleransi diare menyebabkan terjadi kerusakan

morphologi urus yang mengakibatkan zat gizi terutama protein hilang

secara langsung.
Penderita penyakit diare kronis akan mengalami kekurangan enzim

pencernaan dan kerusakan mukosa usus halus yang mengankibatkan

terjadinya intoleransi terhadap karbonhidrat dan enteropati karena

sensitive terhadap protein makanan.


Diare menyebabkan terjadinya kerusakan morphologi usus yang

mengakibatkan zat gizi terutama protein hilang langsung. Penderita

penyakit diare kronis akan mengakami kekurangan enzim pencernaan dan

kerusakan mukosa usus yang mengakibatkan terjadinya intoleransi

terhadap karbonhidrat dan entropati karena sensitive terhadap protein

makanan. Disamping itu villus usus mengalami atrofi dan tidak dapat

mengabsorbsi cairan dengan baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang

tidak diserap akan meningkatkan tekanan usus sehingga terjadi

hiperperistaltik usus yang menyebabkan kotoran keluar melalui anus

(Juffrie, 2010). Penderita akan mengalami kegagalan pertumbuhan yang

dapat menimbulkan masalah kesehatan dan sosial yang kompleks dan

dapat mengakibat kematian.

2. Etiologi Diare
Diare di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktorinfeksi,

malabsorpsi ( gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor

psikologi (Sudarti 2010).

6
a. Faktor infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama

diare pada anak . jenis – jenis infeksi yang umumnya menyerang antara

lain.
1) Infeksi oleh bakteri Escherichia collii, salmonella tyhyposa, vibrio

cholerae (kolera) dan serangan bakteri lain yang jumlanya berlebihan

dan patogenik seperti pseudmonas, infeksi basil (disentri),


2) Infeksi virus rotavirus,
3) Infeksi parasit oeh cacing (Ascaris lumbricoides).
4) Infeksi jamur Candida albican.
5) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang

tenggorokan, dan keracunan makanan.


b. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi di bagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbonhidrat dan lemak. Malabsorpsi karbonhidrat, pada bayi kepekaan

terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare.

Gejaala berupa diare berat, tinja berfungsi sangat asam, dan sakit

didaerah perut . sedangkan malabsorpsi lemak, tejadi bila dalam

makanan yang trdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida

dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak manjadimiclles yang

siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa

usus,diare dapat munculkarena lemak tidak terserap dengan baik.


c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun terlalu banyak lemak, mentah dan kurang

matang terkontaminasi jauh lebih mudah it mengakibatkan diare pada

anak dan bayi.


d. Faktor psikologis

7
Rasa takut, cemas, tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada bayi dan balita,

umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.


a. Infeksi entera
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak.infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat

pencernaan seperti : Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis atau

tonsilofaringitis, bronkopneumonia, esefalitis, dan sebagainya.

keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah

2 tahun.

3. Klasifikasi Diare

Menurut Bhan,Mahalanabis,Pierce,Rollins,Sack, dan Santosham

(2005), diare terdiri dari beberapa jenis yang di bagi secara klinis, yaitu :

a. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam

atau hari, mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan

berat badan juga dapat terjadi jika pemberian makan tidak

dilanjutkan.

b. Diare akut berdarah, disebut disentri, mempunyai bahaya utama

yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai

komplikasi seperti dehidrasi.

c. Diare persisten, diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih,

bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non – usus serius dan

dehidrasi.

8
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor)

mempunyai bahaya utama infeksi sistemik yang

parah,dehidrasi,gagal jantung, dan kekurangan vitamin dan mineral.

4. Gejala Penyakit Diare


Tandadan gejala diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,gelisa,

suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita

telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadi gejala

dehidrasi (sodiki, 2011).Dapat bersifat akut, yaitu gejala yang berlangsung

kurang dari dua minggu.


Diare akut dapat di sebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus,

parasit, jamur dan sindrom malabsorbsi. Kronis, yaitu gejala yang

berlangsung lebih dari dua minggu. Diare kronis ini berperan berbagai

faktor sekaligus saling mengaruhi.


5. Cara Penularan Penyakit Diare
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung

tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5 F = faeces,

flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah :


a. Faktor Perilaku
Faktor perilaku antara lain :
1) Tidak memberi Air Susu Ibu/ ASI (ASI eksklusif), memberikan

makanan pendamping/ MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi

kontak terhadap kuman.


2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena

penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.

9
3) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum

memberi ASI/makanan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah

membersihkan BAB anak.


4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
b. Faktor Lingkungan
1) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya

ketersediaan Mandi, Cuci, Kakus (MCK)


2) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas, ada beberapa faktor dari

penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara

lain : kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit

imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak ( Kemenkes RI,

2011).
Hasil penelitian Wijaya (2012), faktor resiko terjadinya diare

pada balita adalah tingkat pengetahuan ibu, riwayat pemberian ASI,

kebiasaan ibu mencuci tangan, jenis jamban, dan kepadatan lalat.


6. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih

patofisiologi/patomekankisme dibawah ini :

a. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit

dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara

klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Daire

tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa

makan/minum (Simadibrata, 2006).

b. Diare Osmotik

10
Diare tipe ini di sebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik

intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat- obat / zat kimia

yang hiperosmotik ( antara lain MgSO4, Mg (OH)2), malabsorpsi

umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defisiensi

disakaridase, malabsorpsi glukosa/ galaktosa (Simadibrata,2006).

c. Malabsorbsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan /produksi

micelle empedu dan penyakit – penyakit saluran bilier dan hati

(Simadibrata,2006).

d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

NA+ K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang apnormal

(Simadibrata, 2006).

e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.

Penyebabnya antara lain : diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid

(Samadibrata,2006).

f. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini di sebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus

(Simadibrata,2006).

g. Diare inflamasi

11
Proses inflamasi usus halus dan kolon menyebabkan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight

junction, tekanan hidrostarik dalam pembulu darah dan limfatik

menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan sering kali sel darah

merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare

akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare

osmotik.

h. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari

sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non- invasif

(merupakan mukosa). Bakteri non- invasif menyebabkan diare karena

toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut (Simadibrata,2006).

7. Komplikasi Diare

Kebanyakan penderita diare sembuh tampah mengalami

komplikasi, tetati sebagian kecil mengalami komplikasi, berikut

komplikasi pada diare (Yongki 2012)

a. Dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit

b. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah

c. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni

otot, lemah, bradikardia, perubahan pada pemeriksaan

Electrocardiography ( EKG)

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose

12
f. Kejang

g. Gangguan gizi berupa malnutrisi energi protein karena selain diare

penderita juga sering mengalami muntah dan kelaparan (masukan

kurang dan keluaran berlebihan)

8. Penatalaksanaan

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare

bagi semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawat di rumah sakit

maupun di rawat di rumah, yaitu:

a. Pemberian cairan atau dehidrasi

Pada penderita diare yang harus di perhatikan adalah terjadinya

kekurangan cairan atau dehidrasi. Oleh itu, sangat penting di lakukan

pemberian cairan, pada balita biasanya di berikan cairan oralit, air

matang, kuah sayur atau air tinja ( Kemenkes RI, 2011)

b. Pemberian Zinc

Zinc diberikan untuk mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc

juga dapat mengembalikan nafsu makan balita. Pemberian zinc pada

diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,

meningkatkan proses regenerasi sel, dan meningkatkan respon imun yang

mempercepat bembersihan pathogen dari usus. Zinc mempunyai efek

protektif terhadap diare dan menurunkan kekambuhan diare 15 persen

(Depkes RI, 2011).

c. Pemberian Oralit

13
Untuk mencegah terjadinya drhidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bilan

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tinja, kuah sayur,

air matang. Oralit yang zaat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

yang baru dengan osmoralitas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa

mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi menderita

diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa

minum harus segera bawah ke sarana kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada

derajat dehidrasi (Kemenkes RI,2011).

d. Pengobatan kausal

Pengobatan ini di lakukan setelah diketahui penyebab pasti diare

dengan menggunakan antibiotik selektif. Antibiotik dapat di berikan pada

diare berdasarkan (disentri) dan kolera.

Memberikan nasihat pada ibu atau keluarga tentang cara

pemberian oralit, zinc, ASI/ makanan, dan tanda – tanda untuk segera

membawa ke petugas kesehatan jika anak mengalami BAB cair lebih

sering, muntah berulang – ulang, adanya rasa haus yang nyata pada anak,

anak makan atau minum sedikit, deman, BAB berdarah, sertah diare

tidak membaik dalam waktu tiga hari ( Depkesa RI,2011).

Makanan untuk Anak Penderita Penyakit Diare

Penderita penyakit diare tentu bayak kehilangan cairan dan zat- zat

gizi yang penting bagi tubuh selama episode berlangsungnya penyakit diare.

14
Hal yang pertama di berikan adalah memberikan pengantian cairan yang

hilang. Pemberian obat diberikan berdasarkan petunjuk dokter. Pemberian

cairan dapat berupa larutan oralit, larutan gula garam. Pemberian makanan

untuk penyakit diare bertukjuan untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering

di beri ASI.Anak yang minum susu formula juga di berikan lebih sering dari

biasanya. Abnak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

dan diberikan sedikit lebih sedikit dan sering. Setelah diare berhenti,

pemberian makan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan (Kemenkes RI,2011).

a. Faktor masukan makanan sebagai akseptabilitas makanan serta

pengadaan makanan yang berasal dari bahan lokal dan mudah di dapat.

b. Faktor intoleransi laktosa dan malabsorbsi

c. Masalah kehilangan gizi terutama protein dan cairan

d. Katabolisme.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan bentuk pelayanan bio-

psiko-sosial spiritual secara kompreensif, ditujukan kepada individu

keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus kehidupan

manusia. (PPNI, 1999)

15
2. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah rangkaian kegiatan pemecahan masalah

yang bertujuan, saling berkaitan dan dinamis dalam usaha memperbaiki

dan memelihara klien sampai ke taraf optimal melalui suatu pendekatan

yang sistimatis. Untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan

khusus klien.

3. Tujuan Keperawatan

a. Untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang

dirasakan dengan mengajak individu dan masyarakat untuk

meningkatkan kesehatan.

b. Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara

kesehatan seoptimal mungkin agar tidak tergantung kepada orang lain

dalam memelihara kesehatannya.

c. Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

4. Tahap-Tahap Dalam Proses Keperawatan.

a. Pengkajian.

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun dan

mencatat informasi dari klien yang meliputi unsur biopsikososial

spiritual yang komprehensif. Pengakajian data dasar yang

berhubungan pada klien dengan penyakit diare adalah :

a) Deman

b) Merasa sangat sakit dan tidak nyaman.

16
c) Mual dan muntah.

d) Penurunan berat badan

e) Keadaan umum lemah

f) Nafsu makan kurang

g) Pemeriksaan diagnostik melipiti

(1)Pemeriksaan laboratorium

(2)Pemeriksaan radiologist

Menurut Herdman (2012). asuhan keperawatan pengkajianfokus

diare terdiri dari :

a. Kaji riwayat diare

b. Kaji status dehidrasi, ubun- ubun, tugor kulit, mata, membran

mukosa mulut.

c. Kaji tinja ; jumlah, warnah, bau, konsistensi, dan waktu buang air

besar.

d. Kaji intake dan ouput (pemasukan dan pengeluaran)

e. Kaji berat badan

f. Kaji aktifitas anak

g. Kaji tanda- tanda vital

2) Analisis Data

Data-data yang dikumpulkan selanjutnya di analisa untuk

menentukan masalah klien. Kegiatan yang dilakukan dalam analisa

data yang sudah terkumpul adalah :

a) Pengelompokan data

17
b) Identifikasi masalah

c) Merumuskan kesimpulan masalah

Hasil dari analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau

yang disebut sebagai diagnosa keperawatan.

b. Diognosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang actual

dan potensial (individu, keluarga dan masyarakat). Dan perawat secara

pasti dapat mengatasi, memprakarsai untuk mencegah dan mengurangi

masalah tersebut secara mandiri.


Kemungkinan-kemungkinan diagnosis yang ditemukan pada klien

dengan diare adalah :

1) Kurang vulume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

sekunder terhadap muntah dan diare

2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunya intake dan menurunya absorbsi makanan

3) Cemas berhubungan dengan faktor psikologi terhadap perubahan

status kesehatan.

4) Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram, diare dan

muntah

c. Perencanaan
Perencanan adalah tahapan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan setelah menetukan diagnosa keperawatan membantu klien

dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatan yang mengatasi

masalah keperawatan yang ditemukan.

18
d. Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan ashunan keperawatan pada tahap ketiga dari

porses keperawatan adalah implementasi. Selama tahap ini perawat

menerapkan atau mengaplikasikan perencanaan yang sudah dtetapkan

dengan kata lain adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan

menjadi kenyataan atau kegiatan ini meliputi pelaksanaan rencana

asuhan keperawatan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan dapat tercapai atau tidak dan untuk menghetahui apakah

timbul masalah baru setelah dilakukan tindakan keperawatan. Dalam

melakukan evaluasi sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah

ditetapkan dalam pernyataan tujuan. Kriteria evaluasi ada dua yaitu

kriteria proses sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien.

Sedangkan kriteria hasil keperawatan yang berupa SOAP.

S : Subjektif dan berdasarkan kondisi tubuh klien.

O : Objektif, berdasarkan kondisi tubuh klien sesuai dengan masalah

terkait

A : Asessment, merupakan analisa dari masalah yang sudah ada

apakah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi ataukah timbul

masalah baru.

19
P : Planing, rencana apakah rencana dihentikan dilanjutkan atau

dibuat rencana tindakan yang baru sesuai dengan masalah yang

ada

20

Anda mungkin juga menyukai