berkorelasi positif dengan pasir kasar, stabilitas agregrat, dan kandungan bahan
kation dalam komplek jerapan (Lal, 1975 dalam Lal and Greenland, 1979).
makin tinggi bobot isi tanahnya yang berarti semakin sulit meneruskan air atau
ditembus akar tanaman.
Bobot isi juga diartikan bobot kering (oven 105º) suatu unit volume tanah
dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam satuan gram per sentimeter kubik.
Unit volume tanah ini merupakan total volume bahan padat dan volume ruangan
antara partikel-partikel tanah (Soepardi, 1983). Pada umumnya bobot isi tanah
mineral berkisar antara 1,1 – 1,6 gr/cm³ (Hardjowigeno, 2007).
Bobot isi dipengaruhi oleh struktur tanah dan merupakan sifat fisik tanah
yang dapat menunjukkan tingkat kesuburan tanah atau tingkat kepadatan tanah.
Pada keadaan struktur tanah yang baik atau bobot isi tanah yang rendah, peluang
untuk terjadinya stres air menjadi kecil, karena kisaran kadar air tanah yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebar (Wesley, 1973).
Sudharto, Barus, dan Suwardjo (1989) menyatakan bahwa bobot isi
tergantung pada kepadatan tanah. Tanah yang mengalami pemadatan mempunyai
bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang gembur. Bobot isi
akan berpengaruh pula terhadap ruang pori total, pori aerasi, dan air tersedia.
Buckman dan Brady (1969) menambahkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi bobot isi tanah yaitu (1) jumlah ruang pori dan padatan tanah, (2)
struktur tanah, (3) kandungan liat dan kadar air tanah, dan (4) sifat mengembang
dan mengkerut tanah.
tahunan sangat berperan dalam penbentukan saluran untuk pergerakan air dan
udara. Saluran yang terbentuk umumnya berbentuk pipa yang kontinu dengan
panjang yang dapat mencapai satu meter (Brady dan Weil, 2008).
Jumlah ruang pori ditentukan oleh penyusun dan penyusunan zarah tanah.
Tanah yang berhimpitan susunan zarahnya, seperti lapisan bawah yang padat atau
pasir, akan mempunyai jumlah ruang pori yang sedikit. Tanah yang tersusun
secara sarang, seperti tanah lempung berdebu, setiap satuan pori akan dijumpai
banyak ruang pori. Buckman dan Brady (1964) menggolongkan pori tanah
menjadi pori makro dan mikro. Pori makro adalah pori yang memberikan
kesempatan terhadap pergerakan dan perkolasi air secara cepat. Pori mikro
merupakan pori yang dapat menghambat gerakan perkolasi menjadi gerakan
kapiler. Wirjodihardjo (1953) mengemukakan bahwa pori makro adalah ruangan
di antara agregrat-agregrat tanah, sedangkan pori mikro yaitu ruangan-ruangan
yang terdapat di dalam agregrat tanah dan tidak terlihat mata.
Susunan dan distribusi pori menunjukkan jumlah masing-masing pori dan
sangat menentukan pergerakan air, pada pori drainase cepat dan sangat cepat,
udara mudah bergerak dan air mengalami perkolasi secara cepat. Menurut Sitorus,
Haridjaja, dan Brata (1980), pori drainase terdiri dari:
a. Pori drainase sangat cepat; berdiameter >300µm, merupakan bagian pori
yang akan kosong pada pF 1,0.
b. Pori drainase cepat; berdiameter 30 - 300 µm, merupakan bagian pori yang
akan kosong pada pF 1,0 sampai pF 2,0.
c. Pori drainase lambat; berdiameter 9 - 30 µm, merupakan bagian pori yang
akan kosong pada pF 2,0 sampai 2,54.
struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat,
sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan
asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi partikel klei dengan
membentuk komplek klei-logam-humus (Stevenson, 1982).
Pada tanah pasiran bahan organik dapat diharapkan merubah struktur
tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan
derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus
menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan, bahan organik dapat
mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (kersai) dapat membentuk struktur
yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan organik
ini dapat digolongan dalam empat bentuk: (1) penambahan bahan organik dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes.
Melalui pengikatan secara fisik butir-butir primer oleh miselia jamur dan
actinomycetes, maka akan terbentuk agregat walaupun tanpa adanya fraksi liat
(klei); (2) pengikatan secara kimia butir-butir klei melalui ikatan antara bagian–
bagian positif dalam butir klei dengan gugus negatif (karboksil) senyawa organik
yang berantai panjang (polimer); (3) pengikatan secara kimia butir-butir klei
melalui ikatan antara bagian-bagian negatif dalam klei dengan gugusan negatif
(karboksil) senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan basa-basa Ca,
Mg, Fe, dan ikatan hidrogen; (4) Pengikatan secara kimia butir-butir klei melalui
ikatan antara bagian-bagian negatif dalam klei dengan gugus positif (gugus amina,
amida, dan amino) senyawa organik berantai panjang (polimer) (Seta, 1987).