Anda di halaman 1dari 19

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU

NOMOR : 04 TAHUN 2001

TENTANG

POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KOTA


BANJARBARU TAHUN 2001 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


WALIKOTA BANJARBARU.

Menimbang a. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru sebagai


: wakil masyarakat memprakarsai pembuatan Pola Dasar
Pembangunan Daerah yang merupakan perwujudan kehendak
rakyat untuk dijadikan landasan dan wacana dalam melaksanakan
tahapan pembangunan Kota Banjarbaru 5 Tahun kedepan;
b. Bahwa Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah dokumen induk
Perencanaan Pembangunan Daerah yang memuat tentang
Perencanaan Strategi, Visi dan Misi, arah kebijakan, serta kaidah
pelaksanaan sebagai pernyataan kehendak Rakyat Kota
Banjarbaru;
c Bahwa pokok-pokok kebijakan yang termuat dalam Pola Dasar
Pembangunan Daerah merupakan arah dan pedoman bagi aparat
pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
guna mewujudkan Banjarbaru sebagai kota terdepan dan mandiri;
d Bahwa untuk maksud tersebut huruf a dan b konsideran diatas,
perlu disusun Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat 1. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar


Haluan Negara;
: 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-
undang DaruratNomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-undang (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1820);
3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3501);
4 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru;
5 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembar Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
6 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Kemajuan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);
7 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
8 Peraturan Pemerintahan Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
9 Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun
2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2000 2005.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU TENTANG


POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2001- 2005.

Pasal 1
(1) Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru adalah Pokok-pokok
Kebijakan Sebagai Landasan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Kota
Banjarbaru dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.
(2) Untuk dapat memperoleh rangkaian hubungan yang menyeluruh maka
sistematika Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru disusun sebagai
berikut :

a. Bab I PENDAHULUAN
b. Bab II KONDISI DAN POTENSI
c. Bab III VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU
d. Bab IV ARAH KEBIJAKSANAAN
e. Bab V KAIDAH PELAKSANAAN
f. Bab VI PENUTUP

Pasal 2

Isi besrta uraian perincian sebagaimana tersebut dalam pasal 1 terdapat dalam naskah
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2001- 2005 yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Pasal 3

Berdasarkan Peraturan daerah ini disusun Program Pembangunan Daerah


(PROPERDA) dalam kurun waktu lima tahun kemudian dijabarkan ke dalam Rencana
Strategi Pembangunan Daerah (RENSTRADA), Rencana Pembangunan Tahunan
Daerah (REPETADA) yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan selanjutnya
setiap tahun disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.

Pasal 4

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru tahun 2001- 2005 merupakan
dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah yang strategis, perlu dimasyarakatkan
dan dijadikan landasan dalam penyusunan rencana dan Program pelaksanaan kegiatan
pembangunan Kota Banjarbaru.

Pasal 5

Semua penyusunan rencana dan Program kegiatan dalam penyelenggaraan


pembangunan Daerah yang sebelumnya telah ada agar disesuaiakan dengan
Peraturan Daerah ini.
Pasal 6

Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan Penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Banjarbaru.

Ditetapkan di Banjarbaru,
Pada tanggal : 13 Juli 2001

WALIKOTA BANJARBARU

Ttd

RUDY RESNAWAN

Diundangkan di Banjarbaru
Pada tanggal : 14 Juli 2001
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARBARU

Ttd

DRS. MUHAMMAD RUZAIDIN NOOR


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010 078 941

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU


TAHUN 2001 NOMOR 32
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Undang-undang Nomor : 9 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya


Daerah Tingkat II Banjarbaru mengandung konsekuensi Daerah harus mampu
mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan segenap potensi yang
dimilikinya. Kemudian dengan diundangkannya Undang-undang Nomor : 22 Tahun
1999 Tentang Pemerintahan Daerah, kondisi mengurus rumah tangga sendiri ini
semakin diperjelas dengan konsep otonomi yang seluas-luasnya. Agar Pemerintah
Kota Banjarbaru tetap terjaga keberadaannya serta mampu berperan dalam
kerangka pembangunan nasional diperlukan konsep pembangunan daerah yang
terencana, untuk itu dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Kota
Banjarbaru harus mampu mengembangkan dan mengelola sumber daya alam
regional dan sumber daya manusia yang ada secara optimal.
Konsekuensi logis dari hal tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru harus lebih
bersifat inovatif, proaktif dan kreatif agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat di segala aspek. Mekanisme tersebut antara lain dapat dilakukan
dengan penyediaan kebutuhan serta pelayanan masyarakat yang eskalasinya terus
meningkat, sejalan dengan perkembangan masyarakat kota.
Inovasi dalam hal penyediaan pelayanan masyarakat kota seperti,
pengembangan sistem organisasi, birokrasi, administrasi dan sistem pengelolaan
keuangan, perubahan konsep berpikir seperti ini perlu mendapat prioritas dari
pengelola Pemerintahan Kota.
Guna dapat melaksanakan inovasi tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru
memiliki komitmen untuk terus meningkatkan mekanisme kemitraan antara
pemerintah, swasta dan masyarakat umum. Mekanisme ini diharapkan; (1) Dapat
memberikan pelayanan yang optimal dengan beban biaya yang lebih ringan bagi
Pemerintah Kota sehingga efisiensi anggaran dapat ditingkatkan. (2) Dapat
memecahkan persoalan pelayanan kota karena hambatan yang bersifat kultural
sosiologis melalui penggerakan partisipasi masyarakat.

B. Pengertian

Pola Dasar Pembangunan Daerah, merupakan pokok-pokok kebijaksanaan


pembangunan daerah sebagai penjabaran lebih lanjut dari GBHN yang disesuaikan
dengan potensi dan situasi serta kondisi daerah sebagaimana diatur oleh Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah dokumen induk perencanaan
pembangunan Kota Banjarbaru, memuat tentang kondisi dan potensi, visi dan misi
Kota Banjarbaru, arah atau strategi kebijaksanaan serta kaidah pelaksanaan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun, namun demikian khusus untuk visi karena berfisat
filosofis idealnya tetap menjadi acuan untuk perencanaan pembangunan jangka
panjang 25 (dua puluh lima) tahun. Format tersebut merupakan aspirasi
masyarakat dan pernyataan kehendak masyarakat Kota Banjarbaru sebagai
landasan bagi pembangunan Kota Banjarbaru.
Pola Dasar Pembangunan Daerah tersebut juga merupakan dasar penyusunan
perencanaan pembangunan menyeluruh, melingkupi seluruh wilayah Kota
Banjarbaru yang dilaksanakan secara terarah dan terpadu dengan tujuan
pembangunan nasional di daerah, seperti termaktub dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, dimana pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

C. Maksud dan Tujuan

Pola Dasar Pembangunan Daerah sebagai landasan operasional sebagai


pedoman agar penyelenggaraan pembangunan daerah tetap pada arah dan jalur
yang telah ditetapkan, yang sekaligus juga dapat berfungsi sebagai acuan para
pelaksana pembangunan daerah.
Pola Dasar Pembangunan Daerah merupakan akselerasi untuk mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin masyarakat Kota Banjarbaru baik dalam jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang dengan pola Sustainable Development
(pembangunan berkelanjutan).

D. Sasaran

Sasaran utama yang sangat esensial adalah memacu pertumbuhan ekonomi


melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menggali semua potensi yang
dimiliki pemerintah Kota Banjarbaru. Atas dasar tersebut Pemerintah Kota
Banjarbaru memiliki komitmen untuk melaksanakan cita-cita terwujudnya
Banjarbaru sebagai kota terdepan dan mandiri dengan arah kebijakan
pembangunan pada 4 (empat ) pilar utama pembangunan kota yaitu sebagai kota
Pendidikan, Permukiman, Jasa, perdagangan dan industri, serta pemerintahan
yang dilandasi oleh semangat juang yang tinggi masyarakat dengan selalu
mengedepankan aspek harmonisasi budaya dan agama, demokratisasi, rasa
keadilan, yang didasari kadar keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha
Esa
Selanjutnya pengambilan keputusan harus didasari kesepakatan yang
bersifat partisipatif, dengan melibatkan berbagai pihak seperti, perguruan tinggi,
lembaga-lembaga penelitian, local genius/local expert (tenaga ahli setempat) atau
mitra pembangunan lainnya.

E. Landasan dan Ruang Lingkup

Landasan Operasional yang digunakan untuk mencapai tujuan


Pembangunan Daerah dan tujuan Pembangunan Nasional adalah Tap MPR Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), sedang Pancasila
dan Udang-Undang Dasar 1945 digunakan sebagai landasan Idiil dan
Konstitusional.
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru disusun dengan
sistimatika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONDISI DAN POTENSI
BAB III VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU
BAB IV ARAH KEBIJAKSANAAN
BAB V KAIDAH PELAKSANAAN
BAB VI PENUTUP

BAB II
KONDISI DAN POTENSI

A. Kondisi dan Potensi Wilayah

Kondisi umum Kota Banjarbaru secara umum meliputi :


1. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administratif
a. Letak Geografis
Letak suatu kawasan / wilayah menunjukkan orientasi umum dari
tempat tersebut pada bola bumi. Secara Astronomis letak Kota Banjarbaru
pada 0327 sampai 0329 Lintang Selatan, 11445 sampai 1144555 Bujur
Timur.
b. Luas Wilayah
Kota Banjarbaru mempunyai luas wilayah 371,30 Km 2 , yang terdiri
dari tiga kecamatan :
1) Kecamatan Banjarbaru, 46,40 Km2 ( 12,49 % )
2) Kecamatan Landasan Ulin, 178,20 Km2 ( 47,99 % )
3) Kecamatan Cempaka, 146,70 Km2 ( 39,52 % )
c. Batas Administratif
Sebelah Utara : Kec. Martapura Kab. Banjar
Sebelah Selatan : Kec. Bati-Bati Kab. Tanah Laut
Sebelah Timur : Kec. Karang Intan Kab. Banjar
Sebelah Barat : Kec. Gambut Kab. Banjar
Selanjutnya dari tiga Kecamatan yang ada di Kota Banjarbaru
terbagi ke dalam 12 Kelurahan sebagai berikut :
Kecamatan Banjarbaru meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Loktabat ;
2) Kelurahan Banjarbaru Utara ;
3) Kelurahan Banjarbaru Kota, dan
4) Kelurahan Sungai Besar/Sei Ulin.
Kecamatan Landasan Ulin meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu
1) Kelurahan Guntung Payung ;
2) Kelurahan Landasan Ulin Timur ;
3) Kelurahan Landasan Ulin Tengah, dan
4) Kelurahan Landasan Ulin Barat.
Kecamatan Cempaka meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Cempaka ;
2) Kelurahan Sei Tiung ;
3) Kelurahan Palam, dan
4) Kelurahan Bangkal.

2. Kondisi Iklim
Pembagian iklim Kota Banjarbaru menurut Schmidt & Ferguson termasuk
Tipe B, dengan suhu minimum 26,1 C dan suhu maksimum 27,4 C, serta
kelembaban udara sekitar 85 90 %. Demikian juga dapat dilihat pada
pembagian iklim Koppen, Banjarbaru masuk dalam Iklim Af dalam group A
(tropical Rain Forest) atau iklim hujan tropis.
Curah hujan rata-rata 222,5 mm/bln dengan hari hujan rata-rata 17 hari/bln,
sehingga tidak ada perubahan musim yang jelas antara musim kemarau dengan
musim hujan.
3. Kondisi Hidrologi
Dalam wilayah Banjarbaru terdapat 2 (dua) buah DAS / Sub DAS yaitu
DAS Tabanio dan Sub DAS Barito (Riam Kanan).
Namun sangat disayangkan karena berbagai aktifitas manusia 38 %
dari luas lahan dalam DAS / Sub DAS tersebut termasuk dalam kategori lahan
kritis.
4. Kondisi Topografi
Secara umum kondisi kota Banjarbaru bervariasi antara datar sampai
berbukit dengan kemiringan lereng 0 - 8 %, dengan ketinggian 5 75 m dari
permukaan laut.
5. Kondisi Tanah
Kondisi tanah sebagian besar didominasi oleh jenis tanah Potsolit
Merah Kuning, Laterit, dan sebagian jenis Gambut khusus pada arah Barat di
sisi Selatan Kota Banjarbaru.
6. Kondisi Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan Selatan pada skala 1 : 250.000
kondisi geologi Wilayah Kota Banjarbaru terdiri atas Formasi Dahor, didominasi
batu pasir kuarsa lepas yang mengandung endapan emas sekunder dan intan,
serta aluvium yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung.
7. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan data BPS sampai
dengan Agustus tahun 2000 adalah 122.127 jiwa. Bila dilihat komposisi dari
jenis kelamin laki-laki 61.674 jiwa dan wanita 60.453 jiwa, dengan kata lain
jumlah laki-laki dan perempuan relatif seimbang.

B. Kondisi dan Potensi Sosial Ekonomi Kota Banjarbaru

1. Bidang Ekonomi
Salah satu tolok ukur kinerja pembangunan secara makro adalah
pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (
PDRB ). Selain itu, perkembangan struktur ekonomi, pemerataan pendapatan,
tingkat inflasi regional serta perkembangan Industri.
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) per kapita atas dasar harga
yang berlaku di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan berturut-turut pada
tahun 1996, 1997, 1998 adalah sebesar Rp 2.832.625, Rp 2.889.818, Rp
3.895.980 ( BPS , 1999 ).
Berdasarkan data yang ada diketahui rerata PDRB tertinggi selama tiga
tahun terakhir pada bidang usaha perdagangan, restoran dan perhotelan
sebesar 29,43% yang diikuti oleh bidang Industri dan Pengolahan sebesar
20,11%
Selanjutnya bidang usaha lain yang menonjol adalah usaha
Pertambangan dan Penggalian dengan rerata 11,16 %.
Sebagai ilustrasi bahwa penerimaan PAD di Kota Banjarbaru dari Tahun
Anggaran 1988/1989 sampai dengan Tahun Anggaran 1995/1996 (selama 7
tahun) mengalami peningkatan cukup tajam yakni Rp. 223.712.000,-
(Tahun Anggaran 1988/1989) menjadi Rp. 2.569.300.000,- (Tahun Anggaran
1995/1996), realisasi pencapaian rata-rata 96 %. PAD pada Tahun Anggaran
berikutnya mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi
demikian juga dengan realisasi pencapaiannya.
Adapun penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Banjarbaru sampai
saat ini masih bersumber pada Pendapatan Asli Daerah dan Bagi Hasil
pajak /Bukan Pajak yang meliputi
a. Pajak Daerah
Pajak daerah ini meliputi , Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan Umum, Pajak Bahan Galian C,
Pajak Air Bawah Tanah dan Permukaan.

b. Restribusi Daerah
Sumber penerimaan dari retribusi daerah meliputi; Retribusi
Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan,
Retribusi PBC KTP, Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum, Retribusi Pasar,
Retribusi Terminal, Retribusi Khusus Parkir, Retribusi Penyedotan Kakus,
Retribusi Tempat Rekreasi dan OR, Retribusi IMB, Retribusi Ijin Gangguan
(HO), Retribusi Sewa Tanah/Perumahan dan retribusi Sewa Toko.

c. Laba Perusahaan
Sumber pendapatan daerah dari laba perusahaan yakni laba/deviden
saham yang ada pada Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan.

d. Lain-lain Pendapatan.

Penerimaan dari sumber ini meliputi jasa giro, sumbangan pihak


ketiga, penerimaan ganti rugi keuangan Daerah, Setoran kelebihan
pembayaran kepada pihak ketiga, denda keterlambatan pekerjaan dan
penerimaan lainnya

e. Bagi Hasil Pajak


Sumber dari bagi hasil pajak yakni; Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dan BPHTB.

f. Bagi Hasil Bukan Pajak


Bagi hasil bukan pajak terdiri dari, Iuran Hasil Hutan, uang hak atas
tanah, retribusi air bawah tanah dan retribusi air permukaan, dan Royalties
atas bahan tambang.

Untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah


Kota Banjarbaru perlu menata ulang, menertibkan, mengamankan sumber-
sumber PAD dan menggali potensi PAD yang masih bisa dikembangkan.

2. Bidang Sosial dan Politik

a. Kesejahteraan Rakyat
Parameter utama bidang kesejahteraan rakyat adalah kebutuhan
dasar (Basic Need) masyarakat yang tercermin dalam pola konsumsi
meliputi, sandang, pangan, perumahan pendidikan dan kondisi kesehatan
masyarakat. Secara umum kondisi kesehatan masyarakat cukup baik.
Variabel determinan kondisi kesehatan masyarakat cukup baik yakni tidak
adanya wabah/epidemi penyakit, demikian juga indikator kesejahteraan
masyarakat cukup baik yakni tidak terjadi mess poverty (kemiskinan
massal) dalam 10 tahun terakhir ini, sekalipun dalam kondisi krisis ekonomi
pada tahun 1997 2000.

Kondisi obyektif di atas menunjukkan bahwa pembangunan bidang


kesejahteraan masyarakat Kota Banjarbaru cukup baik.
b. Agama, Budaya dan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME
Kerukunan antar umat beragama di Kota Banjarbaru berjalan dengan
baik, berdasar data BPS tahun 1999 sebagian besar penduduk Kota
Banjarbaru beragama Islam dan sebagian lagii beragama Kristen
Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha dan penganut Kepercayaan pada
Tuhan Yang Maha Esa. Masing-masing kelompok tersebut relatif taat
menjalankan ajaran agama dan kepercayaannya. Kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang di Kota Banjarbaru sangat majemuk. Jumlah
sarana peribadatan yang ada di Kota Banjarbaru terdiri dari 36 masjid ;
172 musholla ; 6 gereja dan 1 pura. (BPS, 1999).
c. Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Masyarakat dan aparatur pemerintah Kota Banjarbaru masih dalam
proses menuju pada penguasaan pengetahuan dan alih teknologi. Untuk
menuju pada penguasaan bidang Iptek kota Banjarbaru telah memiliki :
Lembaga pendidikan tingkat dasar terdiri dari 45 buah TK, 78 buah
SDN/SDS dan MIN/MI swasta ; Lembaga pendidikan SLTP sederajat
berjumlah 22 buah baik negeri dan swasta; SLTA sederajat berjumlah 23
buah; Tingkat akademi berjumlah 3 buah; Perguruan Tinggi berjumlah 8
buah serta badan diklat berjumlah 10 buah. (BPS , 1999). Secara ideal
jumlah tersebut dirasa masih kurang sehingga diperlukan upaya
penambahan lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan kemampuan pemerintah kota.

d. Hukum dan Ketertiban Masyarakat


Sarana dan prasarana Hukum di Kota Banjarbaru cukup memadai
baik dari institusi dan para penegak hukum yang ada. Namun demikian
kesadaran dan ketaatan hukum baik bagi penegak hukum maupun bagi
masyarakat masih perlu ditingkatkan.

e. Politik, Aparat Pemerintah, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa


Pembangunan bidang politik, aparat pemerintah, penerangan,
komunikasi, informasi dan media massa di Kota Banjarbaru telah berperan
baik, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum dan
kesadaran politik masyarakat dalam memperkokoh kesatuan dan persatuan
bangsa.

Namun demikian untuk mewujudkan aparatur pemerintah yang


bersih dan berwibawa masih diperlukan pembaharuan mekanisme kontrol
dan pengendalian yang lebih baik. Artinya Pemerintah Kota Banjarbaru
perlu mensinergikan fungsi kontrol internal dengan fungsi kontrol
masyarakat secara optimal, termasuk didalamnya terjalinnya komunikasi
yang harmonis dan sinergis antara Pemerintah Kota dan media masa.

f. Kelembagaan Pemerintah
Kelembagaan Pemerintah di Kota Banjarbaru sesuai dengan Perda
yaitu dibentuknya 14 Dinas dan 4 Badan Daerah dan 2 Kantor. Adapun
Dinas dan yang dibentuk adalah; Dinas Permukiman dan Prasarana
Wilayah, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanahan, Dinas
Industri dan Perdagangan Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi, Dinas
Pertambangan dan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas
Pertanian dan Kehutanan, Dinas Tata Kota, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Kependukan dan Catatan Sipil,
Dinas Pendapatan

Sedangkan badan yang dibentuk adalah : Bappeda Kota, Badan


Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
Masyarakat dan Badan Pengawas Daerah. Dan Unit Kantor yang dibentuk
ada 2 yaitu : Kantor Pengolahan Data Elektronik dan Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja.

C. Kondisi dan Potensi Sumber Daya Manusia

Secara teoritis bahwa sumberdaya manusia merupakan unsur pendukung


utama keberhasilan pembangunan daerah. Analisis tentang potensi sumberdaya
manusia tentunya tidak terlepas dari bagaimana mencermati kuantitas dan kualitas
penduduk kota Banjarbaru itu sendiri.
1. Kuantitas SDM
Secara kuantitas jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan record
data Biro Pusat Statistik Kabupaten Banjar sampai dengan Bulan Agustus
Tahun 2000 = 122.127 jiwa. Komposisi jenis mata pencaharian bervariasi,
mulai dari petani, buruh, pedagang, PNS, TNI, Pensiunan dan bidang jasa
lainnya. Dominansi mata pencaharian di Kota Banjarbaru masih di sektor
Pertanian. Bila dilihat komposisi jenis kelamin yaitu 61.674 jiwa laki-laki dan
60.453 jiwa wanita.

2. Kualitas SDM
Parameter utama kualitas sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan
dan kesehatan suatu masyarakat, disamping pada pola kebutuhan dasar (Basic
Need) yakni sandang, pangan dan perumahan. Secara umum tingkat
kesehatan masyarakat Kota Banjarbaru tergolong baik, demikian juga dengan
tingkat pendidikan.

D. Kondisi dan Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumberdaya alam yang dapat diandalkan berupa tambang intan


dan bahan galian tipe C yang hampir tersebar di seluruh kecamatan. Berdasarkan
Peta Geologi Kalimantan selatan pada skala 1 : 250.000 Kondisi geologi wilayah
Kota Banjarbaru terdiri atas Formasi Dahor, didominasi batupasir kuarsa lepas yang
mengandung endapan emas sekunder dan intan, serta aluvium yang terdiri dari
kerikil, pasir, lanau dan lempung.
Kondisi dan potensi sumberdaya alam lainnya: (1) Dari aspek jenis dan
kualitas tanah dapat dikembangkan menjadi lahan produktif, terutama di sektor
pertanian, perkebunan, peternakan. Berdasarkan data dari tata ruang wilayah
masih ada 22.926,135 Ha lahan produktif yang belum dikelola. (2) Dari aspek
kekayaan mineral bawah tanah, dapat dikembangkan usaha pertambangan (emas
dan Intan). Potensi sumberdaya alam tersebut belum dikelola secara optimal.
1. Sumber Daya Lahan Produktif
Kota Banjarbaru memiliki lahan yang berpotensi untuk dikembangkan bagi
usaha pertanian dalam arti luas yaitu :
a. Lahan rawa monoton/pasang surut yang berpotensi bagi pengembangan
pertanian tanaman pangan/hortikultura, perikanan dan peternakan unggas.
Lahan ini tersebar di Kecamatan Landasan Ulin dan Cempaka.
b. Lahan kering yang berpotensi bagi pengembangan tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan dan peternakan yang tersebar di Kecamatan
Cempaka, Landasan Ulin dan Banjarbaru.
2. Sumber Daya Air
Terdapat sungai-sungai yang berair sepanjang tahun sebagai bagian dari
DAS dan Sub DAS Tabanio dan Riam Kanan seperti Sungai Bangkal dan
Sungai Cempaka. Selanjutnya pada wilayah Kota Banjarbaru terdapat
beberapa Danau/Tandon baik alam maupun buatan seperti Danau Tambak
Buluh, Palam yang memberikan sumber-sumber air yang cukup bagi
masyarakat. Selain itu wilayah Kota Banjarbaru sangat berpotensi bagi
pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah.
3. Sumber Daya Tambang
Kota Banjarbaru memiliki kekayaan bahan tambang dan bahan galian
seperti mangan, korondum, emas, intan, koalin, oker, pasir kwarsa, pasir kali
dan kerikil.
Potensi bahan tambang dan bahan galian tersebut tersebar seperti :
a. Mangan terdapat di Imban
b. Korondum terdapat di Cempaka
c. Emas terdapat di Cempaka dan Liang Anggang (termasuk endapan
sekunder) memiliki mutu lebih baik dibandingkan dengan endapan emas
primer.
d. Intan terdapat di Cempaka
e. Koalin terdapat di Liang Anggang
f. Oker terdapat di Sei. Besar
g. Pasir kwarsa terdapat di Liang Anggang dan Banjarbaru
h. Pasir kali dan Kerikil terdapat di Cempaka

4. Sumber Daya Pariwisata


Jenis wisata yang potensial dikembangkan :
a. Wisata pertambangan rakyat
b. Wisata alam
c. Wisata budaya
Sarana dan prasarana pendukung pengembangan sektor pariwisata di
Banjarbaru :
a. Hotel / losmen / penginapan
b. Rumah makan/ restoran/ catering
c. Sarana olah raga :
- Kolam renang
- Lapangan basket, lapangan tenis, lapangan sepak bola, lapangan
bulu tangkis, lapangan bola volly, lapangan golf
d. Jasa perbankan, keuangan dan lain-lain.
e. Jasa telekomunikasi : wartel dan kantor pos
f. Jasa transportasi : penyewaan mobil dan angkutan umum.
g. Pasar, super market dan mini market.
5. Sumberdaya Buatan
Sumberdaya buatan yang dimilki Pemerintah Kota Banjarbaru :
a. Pelabuhan udara Syamsuddin Noor
b. Sirkuit Road Race Candra Kirana di Landasan Ulin
c. Sirkuit Motor Cross di Sungai Ulin
d. Sirkuit Off Road di Perbatasan Cindai Alus dengan Gutung
Payung
e. Taman Bermain Anak-Anak dan Taman Kota

BAB III
VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU

A. Visi Kota Banjarbaru.

Merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Pola Dasar


Pembangunan Daerah yaitu : Terwujudnya Banjarbaru sebagai Kota
Empat Dimensi yang Mandiri dan Terdepan.
Empat dimensi Kota meliputi :
a. Banjarbaru sebagai Kota Pendidikan
b. Banjarbaru sebagai Kota Jasa, Industri dan Perdagangan
c. Banjarbaru sebagai Kota Permukiman
d. Banjarbaru sebagai Kota Pemerintahan
Mandiri, yakni mampu melaksanakan hak dan kewajiban sebagai daerah
otonom (mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri) memiliki
kemampuan keuangan, kemampuan aparatur, partisipasi masyarakat, ekonomi,
demografi dan kelembagaan, dengan mengutamakan kemampuan dan potensi
yang dimikinya, dan diharapkan
Terdepan dalam pencapaian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat dengan capaian Indek Pembangunan Manusia
tertinggi, Pengangguran terendah, PDRB tertinggi, Investasi terbesar, Ratio
Ketenagakerjaan ideal , Inflasi terendah dan Kependudukan yang terkendali.
B. Misi Kota Banjarbaru

1. Peningkatan kualitas Pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana


pendidikan pada semua tingkatan
2. Peningkatan kemampuan ekonomi melalui penyediaan sarana dan prasarana
serta kebijakan yang mampu mendorong dan menumbuhkembangkan investasi
dalam bidang jasa, perdagangan dan industri yang ramah lingkungan dengan
dilandasi oleh semangat ekonomi kerakyatan.
3. Peningkatan kualitas permukiman yang layak huni ,representatif, dan
berwawasan lingkungan.
4. Peningkatan kemampuan Pemerintah Kota sebagai Daerah Otonom

BAB IV
ARAH KEBIJAKAN

Agar proses pelaksanaan pembangunan Kota Banjarbaru merupakan suatu


arah pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan, maka kebijakan yang
disusun harus tetap mengacu pada visi yang disusun untuk jangka panjang 25 (dua
puluh lima) tahun dan dalam pelaksanaannya adalah berupa pola dasar
pembangunan dengan arah kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun Kota Banjarbaru
sebagai berikut :

A. Pendidikan :
1. Pemberian dukungan dan fasilitas kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk
dapat berkembang secara optimal, sesuai kemampuan dan kewenangan
Pemerintah Kota Banjarbaru.
2. Pengalangan kemitraan dan memberikan dorongan dengan seluruh komponen
masyarakat untuk berperan aktif dalam memajukan dunia pendidikan formal
maupun non formal.
3. Pengembangan iklim kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan
segenap potensi bakat dan minat.
4. Penurunan angka putus sekolah, pelaksanaan program wajib belajar sembilan
(9) tahun, bahkan dua belas (12) tahun, pembebasan SPP dan pemberian bea
siswa bagi siswa berprestasi dan keluarga kurang mampu, penghimpunan
dana bantuan pendidikan melalui partisipasi masyarakat.
5. Peningkatan kualitas pendidikan, pendidikan moral dan agama dengan cara
membudayakan nilai sikap dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
6. Pembebasan warga Kota Banjarbaru yang berusia 6 - 44 tahun dari buta
aksara, buta angka dan buta Bahasa Indonesia.
B. Sosial, Seni dan Budaya, Olahraga
1. Bekerja sama dengan seniman-seniman Kota Banjarbaru mendirikan Sanggar
Budaya dalam rangka mengembang seni dan budaya masyarakat Banjarbaru.
2. Peningkatan keperdulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin, dan anak-
anak terlantar.
3. Pemberian fasilitas dalam rangka upaya-upaya pengembangan olahraga Kota
Banjarbaru.
4. Perlindungan terhadap generasi muda dari bahaya detruktif terutama bahaya
penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang (narkoba) dan miras termasuk
kupon putih, melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran
masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba, miras dan kupon putih.
5. Peningkatan upaya-upaya pengembangan obyek wisata pendulangan Intan di
Kecamatan Cempaka serta tempat hiburan/rekreasi lainnya.

C. Kependudukan dan Kesehatan


1. Pemanfaatan secara optimal terhadap tata ruang yang tersedia sesuai dengan
fungsinya.
2. Pengaturan masalah kepadatan dan penyebaran penduduk.
1. Peningkatan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil
angka kematian dan meningkatkan kualitas program.
2. Pelaksanaan perbaikan gizi masyarkat dengan memanfaatkan potensi yang
ada.
3. Pelaksanaan tertib administrasi kependudukan.
3. Penigkatan pemberian gizi kepada Balita, pengobatan gratis kepada
masyarakat kurang mampu, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air
bersih, kesehatan lingkungan dan kesehatan ibu dan anak.

D. Lingkungan Hidup
1. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan memelihara daya dukung bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat.
2. Pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup denga konservasi, rehabilitasi dan
penghematan penggunaan SDA menerapkan teknologi ramah lingkungan.
3. Penataan sentra bisnis, industri, pemukiman dan perkantoran yang serasi dan
selaras serta menerapkan lingkungan yang bersih dan sehat.
4. Penataan penambangan rakyat yang berwawasan lingkungan.
5. Pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

E. Industri, Jasa dan Perdagangan

1. Peningkatan pengembangan ekonomi kerakyatan, lapangan kerja, kesempatan


berusaha, produk-produk unggulan daerah.
2. Pembangunan basis ekonomi, mempercepat pengembangan zona industri dan
perdagangan sesuai Rencana Tata Ruang Kota Banjarbaru.
3. Penyediaan infra struktur, baik berupa jalan, terminal kota, jembatan,
transportasi, air bersih, telekomunikasi, listrik, terutama kawasan yang
diprioritaskan untuk pengembangan laju pertumbuhan ekonomi rakyat.
4. Penanaman Modal oleh investor untuk pembangunan pusat perbelanjaan
representatif tanpa mematikan usaha pedagang pasar tradisional.
5. Pengendalian terpadu proses pengentasan kemiskinan dan pengurangan
pengangguran.
6. Penyediaan Sistem Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja Terpadu, kerjasama
pelatihan tenaga kerja dengan instansi terkait.
7. Penyediaan sarana dan prasarana pusat jasa pelayanan bisnis (Bisnis Center)
yang represenatif.

F. Pertanian dan Kehutanan


1. Pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dan tanaman
langka.
2. Pengembangan ternak unggas, ternak besar dan ternak kecil.
3. Pengembangan budi daya ikan khususnya ikan hias
4. Pengembangan perkebunan dalam wawasan agrobisnis dan agrowisata.
5. Penerapan teknplogi tepat guna (transfer of technology) pada usaha pertanian
dan kehutanan.
6. Pengembangan sentra bibit tanaman, ternak dan ikan.
7. Pemantapan dan pengembangan kawasan hijau minimal 30% dari luas
wilayah untuk penciptaan keseimbangan lingkungan
8. Pengendalian laju penurunan kualitas lahan (lahan kritis) serta pelaksanaan
rehabilitasi lahan.

G. Keuangan Daerah
1. Pengoptimalan penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah.
1. Pembentukan BUMD.
2. Pengupayaan perolehan kontribusi dari Bandara Syamsuddin Noor kepada
Kota Banjarbaru.
3. Pencarian peluang pinjaman dana dari dalam dan luar negeri untuk
pembiayaan pembangunan produktif, hingga dapat menopang Pendapatan
Asli Daerah.
4. Pencarian peluang untuk menjalin kerja sama dengan daerah lain untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah.
5. Pemberian berbagai kemudahan dan fasilitas bagi masyarakat untuk
memperoleh pelayanan yang optimal dari Aparatur Pemerintah Kota.
6. Peningkatan kerjasama yang harmonis dengan jajaran pers dan media massa
dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat sebagai fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan pembangunan Kota Banjarbaru.
H. Partisipasi Masyarakat
1. Pendayagunaan seluruh komponen masyarakat secara optimal dalam setiap
tahapan kegiatan pembangunan.
2. Peningkatan upaya-upaya untuk mendorong masyarakat berperan aktif dalam
meningkatkan pelayanan sosial.
3. Penumbuh kembangan peran serta masyarakat dalam menciptakan ketertiban
dilingkungan masing-masing.
4. Pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam pembiayaan pembangunan daerah.

I. Kelembagaan.
1. Pembentukan kelembagaan dinas/komponen/unit kerja secara bertahap.
2. Pemenuhan tenaga sesuai kualifikasi jabatan-jabatan dan mengisi formasi
kepegawaiannya.
3. Pengupayaan setiap jenis pekerjaan; kegiatan terakomodasi dalam unit
organisasi sesuai formasi.
4. Pemenuhan sarana/prasarana guna kelancaran kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.

J. Aparatur
2. Peningkatan upaya-upaya untuk mewujudkan Pemerintahan yang demokratis
dan kredibel serta bebas KKN melalui peningkatan pembinaan aparatur guna
menjadikan Pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
3. Peningkatan pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah bebas dari Praktek
KKN, dengan memberikan sanksi seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawan internal dan
fungsional serta pengawasan masyarakat dan pengembangan etika moral.
4. Peningkatan ratio pegawai dengan jumlah penduduk yang harus dilayani.
5. Peningkatan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan
keprofesionalan serta memberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi
dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi.
6. Peningkatan kualitas SDM Aparatur dengan memberikan alokasi dana dan
kesempatan kepada aparatur yang potensial untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi (S1, S2 dan S3).
7. Peningkatan dan mengembangkan budaya sadar hukum dikalangan
masyarakat dalam rangka ketaatan terhadap hukum, baik perundang-
undangan Nasional maupun Daerah, Hukum Adat, Hukum Agama serta
menjunjung supremasi hukum yang bersendikan keadilan dalam berbagai
aspek kehidupan dan penghargaan terhadap HAM.
8. Peningkatan peranan aparat keamanan untuk memelihara dan menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat serta stabilitas daerah. Penegakkan
hukum secara konsisten dan konsekuen sehingga terwujudnya jaminan
kepastian hukum.
K. Agama
1. Penciptaan kerukunan hidup bermasyarakat, kerja sama antara tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh masyarakat sehingga tercipta keharmonisan hidup
antar umat beragama.
2. Pemantapan fungsi peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral,
spiritual dan etika dalam penyelenggaraan pemerintahan kota.
3. Peningkatan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut
mengatasi dampak perubahan dalam segala aspek kehidupan.
4. Penyusunan rencana pembangunan Mesjid Raya Kota Banjarbaru.

BAB V
KAIDAH PELAKSANAAN

Pola Dasar Pembangunan Daerah yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah Kota Banjarbaru, harus menjadi arah dan dasar penyelenggaraan
pembangunan bagi Pemerintah Kota Banjarbaru dan segenap masyarakat Kota
Banjarbaru.
Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut :
A. Walikota sebagai Kepala Daerah menjalankan tugas penyelenggaraan
pemerintahan kota, berkewajiban untuk mengerahkan segenap kekuatan
pemerintahan dan seluruh potensi masyarakat dalam melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan. Segala upaya dan tindakan dalam melaksanakan
tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilakukan oleh
Walikota akan dipertanggungjawabkan kepada DPRD Kota Banjarbaru.
B. DPRD Kota Banjarbaru berkewajiban melaksanakan pengendalian dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Pola Dasar Pembangunan Daerah oleh Walikota Banjarbaru.
C. Semua instansi berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan Pola Dasar
Pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
D. Pola Dasar Pembangunan Daerah dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Walikota
Banjarbaru, dengan menyusun Program Pembangunan Daerah Lima Tahunan
(PROPEDA), yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam Rencana Startegi
Pembangunan Daerah (RENSTRADA), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah
(REPETADA) yang memuat APBD Kota Banjarbaru. Segala bentuk dan tingkatan
perencanaan yang disusun oleh Walikota harus memperhatikan segenap aspirasi
dan pemikiran yang berkembang di dalam masyarakat Kota Banjarbaru.
E. Setiap berakhirnya pelaksanaan pembangunan tahunan perlu dilakukan evaluasi
terhadap program-program pembangunan dalam tahun yang bersangkutan.
F. Visi yang tercantum dalam dokumen pola dasar ini adalah visi yang disusun untuk
jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun
BAB VI
PENUTUP

Banjarbaru sebagai bagian dari mekanisme pemerintahan daerah/kota yang


otonom, dengan segala hak dan kewajibannya dari segi usia dan pengalaman dapat
dikatakan masih pada taraf pemula. Namun harapan yang tumbuh dari masyarakat
luas, yang dipadu dengan keinginan menjalankan mekanisme desentralisasi yang lebih
serius, merupakan tantangan yang tidak boleh disia-siakan oleh segenap jajaran
Pemerintah Kota Banjarbaru.
Sehingga pembenahan mekanisme dan operasionalisasi Pemerintahan Kota
Banjarbaru agar dapat lebih efisien menjadi agenda utama yang harus segera
diselesaikan secara internal. Akan tetapi dalam konsep negara modern, Pemerintah
Kota pada dasarnya hanyalah bagian dari sistem kemasyarakatan yang sangat luas,
oleh karenanya upaya dan daya Pemerintah Kota Banjarbaru pada dasarnya tidak akan
banyak meningkatkan effisiensi pemerintahan, jika tidak mendapat dukungan positif
dari komponen masyarakat luas.
Dengan demikian agenda lain yang harus mendapat
perhatian besar dari Pemerintah Kota Banjarbaru adalah peningkatan partisipasi
masyarakat melalui jalinan kemitraan yang luas dengan berbagai komponen
masyarakat. Sehingga dari seluruh pemaparan yang ada dapat disimpulkan :
A. Otonomi harus dipandang sebagai hak dan kewajiban yang didalamnya tersirat
amanat, harapan dan tantangan.
B. Kemampuan mengoptimalkan kesempatan melalui peluang otonomi bagi
Pemerintah Kota Banjarbaru akan melahirkan
C. Kesejahteraan masyarakat.
D. Kemampuan mengejar ketinggalan dari Daerah dan Kota yang maju.
E. Peluang Otonomi pada dasarnya tidak dapat diraih dengan optimal tanpa upaya
yang serius untuk melibatkan peran serta (partisipasi) masyarakat luas secara
serius.
F. Mekanisme pemanfaatan peluang otonomi dengan optimal secara internal bagi
pemerintah dapat dilakukan dengan melakukan penataan ulang dan evaluasi yang
serius terhadap seluruh rencana (desain) kebijakan pemerintah, termasuk
didalamnya rencana Pembangunan.
G. Rencana Pembangunan yang baik berdasar konsep pemikiran ini adalah melalui
upaya yang serius untuk menangkap keinginan kebutuhan masyarakat dengan
seluas-luasnya tidak hanya melalui mekanisme formal seperti Temu Karya di tingkat
Kecamatan dan Rakorbang di tingkat kota, selain itu harus dicari mekanisme lain,
yang memungkinkan tertangkapnya keinginan dan kebutuhan masyarakat, yang
tidak terjangkau oleh mekanisme formal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai