Anda di halaman 1dari 446

.. ..... ..,... . ..

BUPATI BANYUWANGI
PROVINS! JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI


NOMOR 2 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 2021-2026

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI BANYUWANGI

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 Ayat 1 Undang­


Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 dalam Peraturan Daerah.

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Republik Tahun 1950 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan Mengubah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah diubah tiga kali, terakhir dengan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
(berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengedalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1312);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Banyuwangi tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2012 Nomor ).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN BANYUWANGI
DAN
BUPATI BANYUWANGI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA


MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2021-
2026.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Banyuwangi;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelengara Pemerintah Daerah;
3. Bupati adalah Bupati Banyuwangi;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Banyuwangi;
3

5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di lingkungan


Pemerintah Kabupaten Banyuwangi;
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2021-
2026, yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun2021 sampai dengan tahun2026 ;
7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia;
8. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya daerah
secara terencana untuk mewujudkan visi daerah;
9. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat
RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah
Kabupaten Banyuwangi untuk periode1 (satu) tahun.
10. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Renstra PD adalah dokumen perencanaan PD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk periode5 (lima) tahun;
11. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
pada akhir periode perencanaan;
12. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi;
13. Strategi adalah langkah- langkah berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi;
14. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah
Daerah untuk mencapai tujuan;
15. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah untuk
mencapai tujuan dan sasaran;
16. Kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya,
baik berupa personal, barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua
jenis sumberdaya, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output), dalam bentuk barang dan jasa.

Pasal2

RPJMD merupakan:
a. penjabaran visi, misi dan program Bupati ke dalam tujuan,
sasaran, strategi, kebijakan umum, program prioritas, dan arah
kebijakan keuangan daerah, dengan berpedoman pada RPJPD
Kabupaten Banyuwangi Tahun2005 -2025; dan
b. dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus
acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah
dalam mewujudkan pembangunan daerah yang
berkesinambungan.
4

Pasal 3

( 1) RPJMD dimaksudkan sebagai pedoman dalam penyusunan


Renstra PD, RKPD, Rencana Kerja PD, dan perencanaan
penganggaran;
(2) RPJMD bertujuan untuk mewujudkan perencanaan
pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara
perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten
sekitar yang berbatasan.

BAB II
SISTEMATIKA, ISI DAN URAIAN
Pasal 4

Sistematika RPJMD terdiri atas:


a. BAB I : Pendahuluan;
b. BAB II : Gambaran umum kondisi daerah;
c. BAB III : Gambaran keuangan daerah;
d. BAB IV : Permasalahan dan isu-isu strategis daerah;
e. BAB V : Visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. BAB VI : Strategi, arah kebijakan, dan program
pembangunan daerah;
g. BAB VII : Kerangka pendanaan pembangunan dan program
perangkat daerah;
h. BAB VIII : Kinerja penyelenggaraan pernerintah daerah;
i. BAB IX : Penutup.

Pasal 5

(1) Isi dan uraian sistematika RPJMD sebagaimana dimaksud dalarn


Pasal 4, tercanturn dalam Larnpiran yang rnerupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Perubahan terhadap ketentuan dalam BAB VII dan BAB VIII
dituangkan dalam Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku.

BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6

(1) Bupati melalui perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya
bertanggungjawab dalam bidang perencanaan pembangunan
daerah rnelakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJMD.
5

(2) Pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada


ayat ( 1) dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
kondisi dan perubahan lingkungan strategis daerah. Selanjutnya
Bupati melalui perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya
bertanggungjawab dalam bidang perencanaan pembangunan
daerah melakukan pengendalian dan evaluasi dapat
menyempumakan RPJMD.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Banyuwangi.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

BAB I Pendahuluan............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... I - 1

1.2. Dasar Hukum............................................................................. I - 4

1.3. Hubungan Antar Dokumen ........................................................ I - 9

1.4. Maksud Dan Tujuan ................................................................. I - 11

1.5. Sistematika Penulisan .............................................................. I - 12

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah ........................................ II - 1

2.1 Aspek Geografi dan Demografi ................................................... II - 1

2.1.1 Luas Wilayah dan Batas Wilayah ............................................... II - 1

2.1.2 Topografi ................................................................................... II - 2

2.1.3 Geologi ...................................................................................... II - 3

2.1.4 Klimatologi ................................................................................ II - 4

2.1.5 Penggunaan Jalan ..................................................................... II - 5

2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah ................................................. II - 5

2.1.7 Kawasan Rawan Bencana .......................................................... II - 9

2.1.8 Demografi ................................................................................ II - 11

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ............................................ II - 14

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ................................. II - 14

iii
2.2.2 Kesejahteraan Sosial .......................................................... II - 22

2.3 Aspek Pelayanan Umum .......................................................... II - 34

2.3.1 Pelayanan Urusan Wajib .................................................... II - 34

2.3.2 Unsur penunjang .............................................................. II - 99

2.3.3 Unsur Pendukung ........................................................... II - 106

2.3.4 Unsur Pengawasan .......................................................... II - 109

2.3.5 Urusan Pilihan ................................................................ II - 113

2.3.6 Urusan Pemerintahan Umum .......................................... II - 122

2.4 Aspek Daya Saing Daerah ..................................................... II - 124

2.4.1 Kemampuan Ekonomi ..................................................... II - 124

2.4.2 Sumber Daya Manusia .................................................... II - 126

2.4.3 Iklim Investasi ................................................................. II - 127

2.4.4 Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur ...................................... II - 128

BAB III: GAMBARAN KEUANGAN DAERAH ..................................... III - 1

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu .................................................... III - 1

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu .......................... III - 34

3.3 Kerangka Pendanaan .............................................................. III - 54

BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH .......... IV - 1

4.1 Permasalahan Pembangunan .................................................... Iv - 1

4.2 Isu Strategis ........................................................................... IV - 10

4.2.1 Telaah Dinamika Global.................................................... IV - 10

4.2.2 Telaah Dinamika Pembangunan Nasional ......................... IV - 18

4.2.3 Telaah Keterkaitan dan Dinamika Pembangunan Regional


Provinsi Jawa Timur .......................................................................... IV - 29

iv
4.2.4 Telaah Keterkaitan Dokumen Pembangunan Kabupaten
Banyuwangi ....................................................................................... IV - 35

4.2.5 Perumusan Isu Strategis Kabupaten Banyuwangi ............. IV - 51

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN .......................................V - 1

5.1 Visi ................................................................................................. V - 1

5.2 Misi................................................................................................. V - 3

5.3 Tujuan dan Sasaran........................................................................ V - 9

BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN


DAERAH........................................................................................ VI - 1

6.1 Strategi Pembangunan Daerah ....................................................... VI - 1

6.2 Arah Kebijakan ............................................................................ VI - 10

6.3 Program Pembangunan Daerah .................................................... VI - 16

BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM


PERANGKAT DAERAH .................................................................. VII - 1

BAB VIII: KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH .......

................................................................................................... VIII - 1

BAB IX PENUTUP .......................................................................... IX - 1

9.1 Pedoman Transisi............................................................................ Ix - 1

9.2 Kaidah Pelaksanaan ........................................................................ Ix - 1

9.3 Penutup ......................................................................................... IX - 3

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi ..................... II - 2
Tabel 2. 2 Luas Tanah Berdasarkan Struktur Geologi Kabupaten
Banyuwangi ......................................................................................... II - 3
Tabel 2. 3 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Tanaman
Bahan Makanan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 ......................... II - 6
Tabel 2. 4 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Sayuran
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 ................................................... II - 6
Tabel 2. 5 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Buah-
Buahan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 ...................................... II - 7
Tabel 2. 6 Luas Panen, Luas Tanaman dan Total Produksi Tanaman
Perkebunan Besar Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 ...................... II - 7
Tabel 2. 7 Luas Panen, Luas Tanaman dan Total Produksi Tanaman
Perkebunan Rakyat Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 .................... II - 8
Tabel 2. 8 Produksi Daging, Susu dan Telur Kabupaten Banyuwangi Tahun
2020 .................................................................................................... II - 9
Tabel 2. 9 Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Pada Setiap
Kecamatan Tahun 2020 ..................................................................... II - 12
Tabel 2. 10 PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 (dalam
miliar) ................................................................................................ II - 15
Tabel 2. 11 Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 ......................................................................................... II - 16
Tabel 2. 12 Indikator kesejahteraan masyarakat dari perspektif
pemerataan........................................................................................ II - 18
Tabel 2. 13 Angka Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi 2016-2020 ... II - 21
Tabel 2. 14 Capaian Indikator Urusan Pendidikan di Kabupaten
Banyuwangi ....................................................................................... II - 34
Tabel 2. 15 Ruas Jalan Nasional Menurut Statusnya ......................... II - 43
Tabel 2. 16 Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten di Kabupaten
Banyuwangi ....................................................................................... II - 43

vi
Tabel 2. 17 Capaian indikator kinerja program urusan administrasi
kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Banyuwangi tahun 2016-
2020 .................................................................................................. II - 73
Tabel 2. 18 Indikator program kinerja urusan pemberdayaan masyarakat
dan desa di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ..................... II - 76
Tabel 2. 19 Indikator program urusan pengendalian penduduk dan
keluarga berencana Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ......... II - 78
Tabel 2. 20 Capaian Indikator Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan
Keluarga Berencana Tahun 2016-2020 .............................................. II - 80
Tabel 2. 21 Indikator dan Capaian Indikator Urusan Perhubungan Tahun
2016-2020 ......................................................................................... II - 81
Tabel 2. 22 Indikator Program Urusan Komunikasi Dan Informatika Di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................ II - 83
Tabel 2. 23 Indikator Program Urusan Koperasi, Usaha Kecil Dan
Menengah Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ................... II - 86
Tabel 2. 24 Indikator Program Urusan Kepemudaan Dan Olahraga di
Kabupaten Banyuwangi ..................................................................... II - 89
Tabel 2. 25 Indikator Program Urusan Statistik Di Kabupaten Banyuwangi
.......................................................................................................... II - 92
Tabel 2. 26 Indikator Program Urusan Kearsipan di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 .......................................................... II - 97
Tabel 2. 27 Indikator urusan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintah daerah di Kabupaten Banyuwangi ................................. II - 109
Tabel 2. 28 Indikator program urusan pariwisata di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................ II - 114
Tabel 2. 29 Indikator program urusan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi ..................................................................................... II - 115
Tabel 2. 30 Persentase Masyarakat Menggunakan Hak Politiknya .... II - 122
Tabel 2. 31 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi ...... II - 129
Tabel 2. 32 Realisasi indikator kinerja tahun 2016-2020.................. II - 130

Tabel 3.1. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

vii
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 (Berdasarkan Permendagri
13/2006 ............................................................................................. III - 3
Tabel 3.2. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 (Berdasarkan PP 12/2019III - 4
Tabel 3.3. Proporsi Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ....................................... III - 9
Tabel 3.4. Proporsi Sumber-sumber Dana Perimbangan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ....................................................... III - 15
Tabel 3.5. Proporsi Sumber-sumber Lain-lain Pendapatan yang Sah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ..................................... III - 16
Tabel 3.6. Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi 2016-
2020 ................................................................................................. III - 17
Tabel 3.7. Proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ..................................... III - 18
Tabel 3.8. Pertumbuhan Komponen Belanja Tidak Langsung Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ....................................................... III - 19
Tabel 3.9. Pertumbuhan Komponen Pembiayaan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016 - 2020 ........................................................................... III - 21
Tabel 3.10. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ......................................................... III - 24
Tabel 3.11. Neraca Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020III - 25
Tabel 3.12. Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ..................................... III - 28
Tabel 3.13. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 ....................................................... III - 36
Tabel 3.14. nalisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 ..................................... III - 37
Tabel 3.15. Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah ........... III - 39
Tabel 3.16. Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal............... III - 41
Tabel 3.17. Kriteria Penilaian Rasio Ketergantungan Keuangan
Daerah.............................................................................................. III - 42
Tabel 3.18. Kriteria Penilaian Rasio Efektivitas.................................. III - 43

viii
Tabel 3.19. Kriteria Penilaian Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Berdasarkan
PMK No. 120/PMK.07/2020 ............................................................. III - 45
Tabel 3.20. Pengeluaran Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 ..................................... III - 48
Tabel 3.21. Defisit Riil Anggaran Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 –
2020 ................................................................................................. III - 49
Tabel 3.22. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 ....................................................... III - 50
Tabel 3.23. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten
Banyuwangi 2017 – 2020 .................................................................. III - 51
Tabel 3.24. Sisa Lebih Riil Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 ..................................... III - 52
Tabel 3.25. Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026 ..................................... III - 57
Tabel 3.26: Penyesuaian Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026 ..................................... III - 64
Tabel 3.27: Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026 ......................... III - 64

Tabel 4. 1: Isu Strategis KLHS RPJMD Kabupaten Banyuwangi......... IV - 11


Tabel 4. 2: linieritas 7 agenda pembangunan nasional dengan 7 agenda
prioritas pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 ... IV - 20
Tabel 4. 3: program prioritas, kegiatan prioritas, dan proyek prioritas
RPJMN Tahun 2020-2024 ................................................................. IV - 21
Tabel 4. 4: Misi RPJMN, Misi RPJMD Provinsi Jawa Timur, dan Misi
RPJMD Kabupaten Banyuwangi ........................................................ IV - 23
Tabel 4. 5: Matriks Misi, Tujuan, Sasaran ......................................... IV - 30
Tabel 4. 6: Linieritas 9 Agenda Pembangunan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021-2026 & Nawa Bakti Satya Provinsi Jawa Timur ............. IV - 32
Tabel 4. 7: Misi dan Sasaran Pokok RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2005-2025 ........................................................................................ IV - 36

ix
Tabel 4. 8: fokus pembangunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2025 dengan isu strategis dan misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021-2026 ............................................................................. IV - 38
Tabel 4. 9: Isu Strategis terhadap Misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021-2026 ............................................................................. IV - 60

Tabel 5. 1: Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Jangka Menengah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2021-2026 .......................................................... V - 20

Tabel 6. 1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pembangunan RPJMD


Kabupaten Banyuwangi periode Tahun 2021-2026 ............................. VI - 9
Tabel 6. 2. Pemetaan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten
Banyuwangi ...................................................................................... VI - 10
Tabel 6. 3. Integrasi Janji Politis dengan Program Nomenklatur ........ VI - 17
Tabel 6. 4. Tujuan, Sasaran dan Program Pembangunan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 ....................................... VI - 23

Tabel 7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2022-2026 ......................................................... VII - 1
Tabel 7. 2. Program yang disertai Kerangka Pendanaan Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021 (tahun berjalan) .......................................... VII - 3
Tabel 7. 3. Indikasi Rencana Program Prioritas I yang disertai Kebutuhan
Pendanaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 ..................... VII - 26
Tabel 7. 4. Indikasi Rencana Program Prioritas II yang disertai Kebutuhan
Pendanaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026VII - 36
Tabel 7. 5. Indikasi Rencana Program Prioritas III yang disertai Kebutuhan
Pendanaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 ..................... VII - 45

Tabel 8. 1: Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2022-2026


Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.................................................. VIII - 1

x
Tabel 8.2: Penetapan Indikator Kinerja Daerah (IKD) Terhadap Capaian
Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2022-2026 ............................................................................. VIII - 2

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan ........................ I - 10

Gambar 2. 1 Peta Kabupaten Banyuwangi ............................................ II - 1


Gambar 2. 2: Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi ............................... II - 4
Gambar 2. 3 Penggunaan Lahan Kabupaten Banyuwangi ..................... II - 5
Gambar 2. 4 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2020 ...................................................................... II - 9
Gambar 2. 5 Peta Rawan Bencana Gunung Berapi Kabupaten Banyuwangi ..
........................................................................................................... II - 11
Gambar 2. 6: Peta Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Banyuwangi II - 12
Gambar 2. 7 Jumlah Penduduk Tahun 2015-2020 ............................. II - 13
Gambar 2. 8: Piramida penduduk Kabupaten Banyuwangi 2020 ......... II - 14
Gambar 2. 9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dan Nasional Tahun 2016-2020 .......................................................... II - 17
Gambar 2. 10 Gini Ratio Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan Nasional
Tahun 2016-2020 ............................................................................... II - 18
Gambar 2. 11 Indeks Pengeluaran Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-
2020 ............. ..................................................................................... II - 19
Gambar 2. 12 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2015 - 2020... II - 21
Gambar 2. 13 Inflasi kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ......... II - 22
Gambar 2. 14 Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2015-2020 ............................................................................... II - 23
Gambar 2. 15 Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2016-2020 ..................................................................... II - 24
Gambar 2. 16 Angka rata-rata lama sekolah 2015-2020 ..................... II - 25
Gambar 2. 17 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 26
Gambar 2. 18 Angka Harapan lama Sekolah 2016-2020 ..................... II - 26

xii
Gambar 2. 19 Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Banyuwnagi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 27
Gambar 2. 20 Angka Melek Huruf Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-
2020 ............. ..................................................................................... II - 28
Gambar 2. 21 Indeks Kesehatan Tahun 2016-2020............................. II - 29
Gambar 2. 22 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 30
Gambar 2. 23 ...Angka Harapan Hidup Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016-2020 ............................................................ II - 30
Gambar 2. 24 Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 .... ..................................................................................... II - 31
Gambar 2. 25 Angka Kematian Ibu Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016-2019 ............................................................ II - 32
Gambar 2. 26 Data kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan masa nifas di Kabupaten Banyuwangi 2015-2020 ....... II - 33
Gambar 2. 27 Angka Kematian Bayi 2015-2020 .................................. II - 34
Gambar 2. 28 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016-2020 ............................................................................... II - 35
Gambar 2. 29 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016-2020 ............................................................................... II - 36
Gambar 2. 30 Akreditasi sekolah minimal B di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016-2020 ............................................................................... II - 37
Gambar 2. 31 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 38
Gambar 2. 32 Prevalensi Balita gizi kurang di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2015-2020 ............................................................................... II - 39
Gambar 2. 33 Prevalensi Balita Stunting di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 40
Gambar 2. 34 Prevalensi Balita Stunting Kabupaten Banyuwangi dan Jawa
Timur Tahun 2015-2019 ..................................................................... II - 41

xiii
Gambar 2. 35 Persentase Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Dalam Kondisi
Baik Di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
..................... ..................................................................................... II - 44
Gambar 2. 36 Jumlah Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ..................................... II - 45
Gambar 2. 37 Cakupan Luasan RTH Publik Tahun di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 46
Gambar 2. 38 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Berkelanjutan
Terhadap Air Minum Layak Perkotaan Dan Perdesaan di Kabupaten
Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2019 .................... II - 47
Gambar 2. 39 Proporsi Rumah Tangga Terlayani Sistem Pengolahan
Lumpur Tinja di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ............... II - 48
Gambar 2. 40 Persentase Panjang Jalan yang Terlayani LPJU Tahun 2016-2020 ..
..................... ..................................................................................... II - 49
Gambar 2. 41 Jumlah Desa/Kelurahan Open Defecation Free (ODF)/ Stop
Buang Air Besar Sembarangan Tahun 2015-2020 ............................... II - 50
Gambar 2. 42 Jumlah Rumah Tangga Hunian Layak Dan Terjangkau Di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................... II - 51
Gambar 2. 43 Persentase Akses Pelayanan Sanitasi (Air Limbah) di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019 ......................................... II - 51
Gambar 2. 44 Luasan kawasan Kumuh yang tertangani (Ha) di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 52
Gambar 2. 45 Tingkat Waktu Tanggap (Respons Rate Time) Penanggulangan
Bahaya Bencana di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........... II - 54
Gambar 2. 46 Persentase Pelanggaran Perda yang Tertangani di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 55
Gambar 2. 47 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 56
Gambar 2. 48 Capaian Indikator Persentase Risiko Bencana Pada KRB di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 ......................................... II - 56
Gambar 2. 49 IPMas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017-2020 ......... II - 58

xiv
Gambar 2. 50 Capaian Indikator Indeks Rasa Aman Di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 58
Gambar 2. 51 Capaian Indikator Persentase Angka PMKS di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 59
Gambar 2. 52 Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur dan Nasional Tahun 2016-2020 ....................................... II - 60
Gambar 2. 53 tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Banyuwangi
dan Jawa Timur Tahun 2016-2020 ..................................................... II - 61
Gambar 2. 54 Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak
Perempuan Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 .................. II - 62
Gambar 2. 55 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 64
Gambar 2. 56 Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2015-2019............................................... II - 64
Gambar 2. 57 Skor PPH ketersediaan di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 .... ..................................................................................... II - 66
Gambar 2. 58 Skor PPH konsumsi di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-
2020 ............. ..................................................................................... II - 66
Gambar 2. 59 Indeks lingkungan hidup di Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 67
Gambar 2. 60 Indeks Kualitas Air (IKA) di Kabupaten Banyuwangi dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020............................................... II - 68
Gambar 2. 61 Indeks Kualitas Udara di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 69
Gambar 2. 62 Indeks Tutupan Lahan di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 70
Gambar 2. 63 Penanganan Sampah rumah tangga ............................. II - 71
Gambar 2. 64 Persentase sampah yang dikelola di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016-2020 ............................................................................... II - 71
Gambar 2. 65 Banyaknya Sertifikat Tanah yang Dikeluarkan di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020 ........................................................... II - 73

xv
Gambar 2. 66 Persentase pelayanan KTP-el kurang dari 2 jam di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ........................................................... II - 74
Gambar 2. 67 Persentase data kependudukan yang valid dan update di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................... II - 75
Gambar 2. 68 Persentase Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akta Di Kabupaten
Banyuwangi Pada Tahun 2015-2020................................................... II - 76
Gambar 2. 69 Jumlah desa mandiri di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-
2020 ............. ..................................................................................... II - 77
Gambar 2. 70 Indeks Desa Membangun Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 .... ..................................................................................... II - 78
Gambar 2. 71 Persentase KB Aktif di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-
2020 ............. ..................................................................................... II - 79
Gambar 2. 72 Indeks Angka Kecelakaan Lalu Lintas (Per 100.000
Penduduk) Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ................... II - 81
Gambar 2. 73 Persentase Aplikasi IT Yang Mendukung City Branding Dan
Layanan Publik Yang Berfungsi Baik di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 .... ..................................................................................... II - 84
Gambar 2. 74 Jumlah Informasi Pemerintah Daerah Tersebarluaskan Di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................... II - 85
Gambar 2. 75 Jumlah Minat Investasi Di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 .... ..................................................................................... II - 87
Gambar 2. 76 Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 88
Gambar 2. 77 Persentase Kesesuaian Pelayanan Investasi dan Perizinan
Dengan SOP Tahun 2015-2020 .......................................................... II - 89
Gambar 2. 78 Persentase Pemuda Terlatih Yang Menjadi Wirausaha
Mandiri/Persentase Pemuda Terampil dii Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ..................................................................................... II - 91
Gambar 2. 79 Persentase Pengamanan Informasi Daerah Yang
Terselenggara Baik di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....... II - 92
Gambar 2. 80 Jumlah Budaya Lokal Yang Dikembangkan Menjadi Daya
Tarik Wisata Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020................. II - 93

xvi
Gambar 2. 81 Persentase Jumlah Pengunjung Perpustakaan Di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ........................................................... II - 95
Gambar 2. 82 Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Kabupaten
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2020........................
..................... ..................................................................................... II - 96
Gambar 2. 83 Indeks Tingkat Kegemaran Membaca masyarakat Kabupaten
Banyuwangi dan Nasional Tahun 2020 ............................................... II - 96
Gambar 2. 84 Persentase Arsip Statis Dan Dinamis Yang Dikelola di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................... II - 98
Gambar 2. 85 Persentase Arsip/ Dokumen Daerah Dalam Kondisi Baik di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................... II - 98
Gambar 2. 86 Persentase Terpenuhinya Aspek Kualitas Dalam Dokumen
Perencanaan Tahun 2016-2020 .......................................................... II - 99
Gambar 2. 87 Persentase SKPD Yang Tercapai Target Programnya di
Kabupaten Banyuwangi .................................................................... II - 101
Gambar 2. 88 Persentase Data Dan Informasi Perencanaan Pembangunan
Yang Dimanfaatkan Sebagai Policy Brief di Kabupaten Banyuwangi .. II - 102
Gambar 2. 89 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020 .... ................................................................................... II - 103
Gambar 2. 90 TPD: Total Penerimaan Pajak Pemerintah Daerah di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 104
Gambar 2. 91 Persentase Pelaksanaan Ujian Dinas Dan Seleksi Kompetensi
Jabatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ...................... II - 105
Gambar 2. 92 Persentase Data Dan Informasi Perencanaan Pembangunan
Hasil Penelitian Dan Pengembangan Yang Dimanfaatkan Sebagai Policy
Brief di Kabupaten Banyuwangi ........................................................ II - 106
Gambar 2. 93 Persentase Raperda yang Disahkan Menjadi Perda Tepat
Waktu di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ........................ II - 107
Gambar 2. 94 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................................... II - 108
Gambar 2. 95 Nilai SAKIP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 II - 108

xvii
Gambar 2. 96 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban I ........................... II - 110
Gambar 2. 97 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban II .......................... II - 111
Gambar 2. 98 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban III ......................... II - 111
Gambar 2. 99 Produksi perikanan kelompok nelayan di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................................... II - 112
Gambar 2. 100 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................................... II - 113
Gambar 2. 101 Length of stay di Kabupaten Banyuuwangi Tahun 2015-
2020 ............... ................................................................................. II - 114
Gambar 2. 102 Produksi daging di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-
2020 ............... ................................................................................. II - 116
Gambar 2. 103 Produksi telur di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
....................... ................................................................................. II - 117
Gambar 2. 104 Produksi Susu di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
....................... ................................................................................. II - 117
Gambar 2. 105 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per
hektar di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ........................ II - 118
Gambar 2. 106 Jumlah realisasi ekspor di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020 ...... ................................................................................. II - 119
Gambar 2. 107 Rata-rata persentase kenaikan harga komoditas di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 120
Gambar 2. 108 Pertumbuhan sektor industri olahan dalam PDRB di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 120
Gambar 2. 109 Persentase peningkatan nilai penjualan (Omset) IKM di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 121
Gambar 2. 110 Persentase penempatan transmigran di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................................... II - 122
Gambar 2. 111 Potensi Konflik Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
......................................................................................................... II - 123

xviii
Gambar 2. 112 Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 125
Gambar 2. 113 Persentase pengeluaran konsumsi non pangan per kapita di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020 ....................................... II - 126
Gambar 2. 114 ICOR Kabupaten Banyuwangi tahun 2016-2020 ....... II - 127
Gambar 2. 115 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015-2020 ......................................................... II - 128
Gambar 2. 116 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi.. II - 129

Gambar 3.1 .Realisasi Pendapatan Dearah Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016 - 2020 (dalam Milyar Rupiah) ...................................................... III - 6
Gambar 3.2 ..Rata-rata Proporsi Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................ III - 8
Gambar 3.3 Realisasi dan Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 10
Gambar 3.4 Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 11
Gambar 3.5 .Realisasi dan Pertumbuhan Hasil Pengelolaan Keuangan
Daerah yang Dipisahkan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 III - 12
Gambar 3.6 .Realisasi dan Pertumbuhan Lain-lain PAD yang Sah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ...................................... III - 13
Gambar 3.7 .Realisasi dan Pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 14
Gambar 3.8 ..Realisasi dan Pertumbuhan Lain-lain Pendapatan yang Sah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ...................................... III - 15
Gambar 3.9 Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016
– 2020 ......... ..................................................................................... III - 18
Gambar 3.10 Proporsi Komponen Belanja Langsung terhadap Belanja
Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 .......................... III - 20
Gambar 3.11 Rasio Lancar dan Rasio Quick Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016 - 2020 . ..................................................................................... III - 29

xix
Gambar 3.12 Rasio Hutang terhadap Modal dan Rasio Total Hutang
terhadap Total Aset Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ....... III - 31
Gambar 3.13 Rata-rata Umur Piutang dan Rata-rata Umur Persediaan
Kabupaten banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ....................................... III - 32
Gambar 3.14 Proporsi Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 38
Gambar 3.15 Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016 – 2020 . .................................................................................... III - 39
Gambar 3.16 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016 – 2020 ............................................................................ III - 40
Gambar 3.17 Proporsi Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 42
Gambar 3.18 Rasio Efektivitas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 .
.................... .................................................................................... III - 43
Gambar 3.19 Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Sekitar Tahun 2017 - 2020 .............................................. III - 44
Gambar 3.20 Proporsi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 - 2020 ........................................................ III - 46
Gambar 3.21 Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016 -2020 ......................................................... III - 47
Gambar 3.22 Rata-rata Proporsi Prioritas I, II, dan III ....................... III - 65

Gambar 4. 1 17 Tujuan SDGs ............................................................ IV - 10


Gambar 4. 2 Peluang Tantangan Revolusi Industri ............................. IV - 15
Gambar 4. 3 Misi untuk mewujudkan pembangunan nasional ........... IV - 19
Gambar 4. 4 Peta Delinasi Kawasan Pendukung Selingkar Ijen .......... IV - 26

Gambar 5. 1 Value Visi Pembangunan Kab. Banyuwangi ...................... V - 1


Gambar 5. 2 Konstruksi Visi-Misi Kepala Daerah .................................. V - 4
Gambar 5. 3 Transformasi Misi Kepala Daerah ke Misi Pembangunan
Daerah............ ..................................................................................... V - 4
Gambar 5. 4 Proses Bisnis Pencapaian Visi Pembangunan .................... V - 6

xx
Gambar 5. 5 Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 1 ........................ V - 7
Gambar 5. 6 Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 2 ........................ V - 8
Gambar 5. 7 Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 3 ........................ V - 9
Gambar 5. 8 Linieritas Visi, Misi, Tujuan Sasaran, dan Program ......... V - 10
Gambar 5. 9 Cascading Pencapaian Tujuan 1 ..................................... V - 11
Gambar 5.10 Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 2................................ V - 13
Gambar 5.11 Cascading Pencapaian Tujuan 2 .................................... V - 14
Gambar 5.12 Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 2................................ V - 16
Gambar 5.13 Cascading Pencapaian Tujuan 3 .................................... V - 17
Gambar 5.14 Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 3................................ V - 18

Gambar 6. 1 Tema Pembangunan dan Prioritas Lima Tahunan Kabupaten


Banyuwangi .... .................................................................................. VI - 15
Gambar 6. 2 Definisi janji Bupati dan Wakil Bupati terpilih .............. VI - 16

xxi
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 1 angka (12) menyatakan bahwa “Pemerintah Daerah berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah, disusun suatu perencanaan pembangunan daerah
sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Kewenangan tersebut merupakan kewenangan dalam menentukan dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat mulai dari perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi. Oleh karena itu, dalam implementasinya
pelaksanaan otonomi daerah harus terencana dan sinergis dengan
perencanaan pemerintahan yang lebih tinggi dengan tidak menghilangkan
nilai kekhasan setiap daerah.
Berdasarkan ketentuan pasal 261 ayat (4), Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 disebutkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dengan
menggunakan pendekatan politis adalah menerjemahkan visi dan misi kepala
daerah terpilih ke dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka
menengah yang dibahas bersama dengan DPRD. Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Banyuwangi hasil pemilihan tahun 2020 adalah pasangan
Ipuk Fiestiandani Azwar Anas dan H Sugirah S.Pd, M.Si, yang dilantik oleh
Gubernur Jawa Timur pada hari Jumat tanggal 26 Februari 2021
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 131.35-368 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor
131.35-312 Tahun 2021 tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Hasil Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun
2020 di Kabupaten dan Kota pada Provinsi Jawa Timur dengan periode
jabatan 2019-2024. Visi dan misi bupati dan wakil bupati harus
diterjemahkan ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) yang dibahas bersama dengan DPRD.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 menyatakan
bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali
Kota dan Wakil Wali Kota hasil pemilihan Tahun 2020 menjabat sampai
dengan Tahun 2024. Selanjutnya berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri nomor 640/16/SJ tanggal 4 Januari 2021 disebutkan periodesasi
RPJMD bagi daerah yang melaksanakan pemilihan kepala daerah tahun 2020
adalah berdasarkan masa jabatan kepala daerah dan bukan berdasarkan

I-1
waktu menjabat sehingga periodesasi RPJMD Kabupaten Banyuwangi adalah
tahun 2021-2026.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 merupakan
dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Banyuwangi untuk periode
5 (lima) tahun yang disusun sesuai dengan kewenangan kabupaten dan
penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2005-2025 dan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 serta
memperhatikan RPJMN 2020-2024.
Selain janji-janji politik atau Visi Misi Kepala Daerah Terpilih yang
harus diterjemahkan pada RPJMD, hasil evaluasi kinerja periode
sebelumnya, capaian SDG`s, isu-isu strategis serta potensi-potensi unggulan
Kabupaten Banyuwangi juga harus diakomodir dalam RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2026. Keseluruhan hal tersebut dianalisis
berdasarkan ketentuan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut diamanatkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan dalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah
dalam jangka waktu tertentu.
Mengacu periodisasi RPJMD, RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026 merupakan tahapan ke-4 dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025. Artinya dokumen
RPJMD Kabupaten Banyuwangi pada periode ini merupakan tahapan
terakhir dari capaian RPJPD Kabupaten Banyuwangi, sehingga pada periode
ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tidak hanya berorientasi penuh
terhadap capaian RPJMD Tahun 2021-2026, namun juga memiliki misi
memastikan seluruh tujuan RPJPD dioptimalkan dapat tercapai pada akhir
periode RPJMD.
Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian ditegaskan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 disebutkan bahwa penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi
harus menggunakan empat pendekatan utama yakni Pendekatan
Teknokratik, Pendekatan Partisipatif, Pendekatan Politis, dan Pendekatan
Atas Bawah (top-down) dan Bawah Atas (bottom-up). Pendekatan pertama
yakni “Pendekatan Teknokratik” yang dimaksud adalah penyusunan
RPJMD disusun dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Secara praktis
pendekatan teknokratik dalam penyususnan RPJMD Kabupaten Banyuwangi
tahun 2021-2026 direpresentasikan melalui penyusunan Rancangan

I-2
Teknokratik RPJMD Kabupaten Banyuwangi dengan pendekatan akademis
dan ilmiah, analisis data dan informasi sebagai upaya dalam melihat
objektifitas kondisi, permasalahan, dan isu-isu strategis di Kabupaten
Banyuwangi.
Pendekatan kedua yakni “Pendekatan Partisipatif” yang dimaksud
adalah penyusunan RPJMD, segala proses dan tahapan dilaksanakan dengan
melibatkan stakeholder atau pemangku kepentingan terkait dilingkup
Kabupaten Banyuwangi. Praktisnya pendekatan partisipatif dalam
penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 dapat
direpresentasikan melalui stakeholder yang melibatkan Akademisi,
masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Komunitas, maupun masyarakat
ekonomi atau private sector di Kabupaten Banyuwangi. Pendekatan ketiga
yakni “Pendekatan Politis” yang dimaksud adalah penyusunan RPJMD
dilaksanakan proses penerjemahan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih
kedalam dokumen RPJMD yang dibahas bersama dengan DPRD. Kaitannya
dengan tahapan ini, secara praktis Visi dan Misi Kepala Daerah dijabarkan
dalam Dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 melalui
Tujuan dan Sasaran yang direpresentasikan dengan indikatordan targetnya.
Penerjemahan Visi dan Misi Bupati Banyuwangi melalui tujuan dan sasaran
RPJMD bertujuan agar, berhasil atau tidaknya pemerintah dapat terukur
melalui IKU atau indikator tujuan. Selain itu tujuan dan sasaran RPJMD
Kabupaten Banyuwangi yang diterjemahkan melalui visi dan misi Bupati
terpilih juga menjadi pedoman perangkat daerah dalam menentukan program
pembangunan.
Terakhir pendekatan keempat yakni “Pendekatan Top-Down dan
Bottom-Up”, yang dimaksud adalah penyusunan RPJMD Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026 merupakan hasil perencanaan yang
diseleraskan dalam musyawarah pembangunan yang dilaksanakan mulai
dari Desa, Kecamatan, dan Kabupaten. Praktisnya penetapan RPJMD
Kabupaten Banyuwangi dilakukan melalui tahapan-tahapan yang meliputi
Musrenbang baik ditingkat Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2021 selanjutnya diacu oleh
seluruh Perangkat Daerah di Kabupaten Banyuwangi sesuai tugas Pokok dan
Fungsinya yang dituangkan dalam dokumen RENSTRA Perangkat Daerah
sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan Perangkat Daerah. Dokumen
RPJMD diharapkan secara umum mampu menjadi pedoman bagi seluruh
masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi.
Dokumen RPJMD selanjutnya akan dijabarkan ke dalam Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD merupakan dokumen perencanan
tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya. Sebagaimana
amanat Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh karenanya RPJMD Kabupaten
Banyuwangi dapat dikatakan sebagai muara seluruh rencana pelaksanaan

I-3
pembangunan lima tahun diwilayah Kabupaten Banyuwangi yang harus
diacu oleh seluruh pemangku kepentingan pembangunan di Banyuwangi
dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang harapkan.
Tahapan penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-
2026 ini berdasarkan ketentuan Permendagri Nomor 86 tahun 2017, disusun
melalui enam tahapan, yaitu:
a. Persiapan penyusunan RPJMD;
b. Penyusunan rancangan awal RPJMD;
c. Penyusunan rancangan RPJMD;
d. Pelaksanaan Musrenbang RPJMD;
e. Perumusan rancangan akhir RPJMD; dan
f. Penetapan.
Berbagai poin-poin tahapan sebagaimana di atas telah dilaksanakan.
Selanjutnya penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun
2021-2026 menjadi pedoman/acuan Perangkat Daerah untuk menyusun
dokumen RENSTRA Perangkat Daerah tahun 2021-2026. RENSTRA
Perangkat Daerah menjabarkan rencana teknis operasional setiap urusan
atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu lima tahun. Dalam rangka
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2021-2026, selanjutnya
dijabarkan dalam RKPD yang merupakan perencanaan pembangunan
tahunan dan disusun setiap tahun. Dokumen RKPD memuat prioritas
program dan kegiatan dari Rencana Kerja (RENJA) Perangkat Daerah. Dengan
berpedoman pada RENSTRA Perangkat Daerah dan RKPD, setiap Perangkat
Daerah menyusun rencana kerja tahunan berupa RENJA Perangkat Daerah.
RENJA Perangkat Daerah inilah yang menjadi acuan teknis pelakasanaan
program/kegiatan tahunan Perangkat Daerah.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan


Penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
merujuk pada sejumlah dasar hukum sebagaimana berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dan Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran
Negara Republik Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan Mengubah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);

I-4
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
4. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
12. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398);
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah tiga kali, terakhir dengan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);

I-5
14. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6485);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4027);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaran Pemerintah Daerah (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesoa Nomor
4816);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6042);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5941);

I-6
24. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6041);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6323);
28. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2018 Nomor 107);
29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2019 Tentang
Satu Data Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 112);
30. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 Tentang
Percepatan Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan -
Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo - Lamongan, Kawasan Bromo - Tengger -
Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 225);
31. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
32. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1842);
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengedalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

I-7
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1312);
35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 Tentang
Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1081);
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 459);
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1540);
38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 Tentang Sistem
Informasi Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1114);
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 Tentang
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1447);
40. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Laporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 288);
41. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1781);
42. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2005-2025; (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Nomor 1 Tahun 2009 Seri E);
43. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D);
44. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur Tahun 2018-2038 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2018 Nomor 1 Seri D);
45. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur
2019-2024 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2019 Nomor 5
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 94);

I-8
46. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Banyuwangi tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012
Nomor );
47. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
(Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 Nomor 9/E);
48. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi
(Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 Nomor 13)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2019 (Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2019 Nomor 10).

1.3. Hubungan Antar Dokumen


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 yang menjelaskan pedoman teknis
penyusunan dokumen perencanaan. Secara tersurat dijelaskan dalam
Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, bahwa sebelum disusunnya RPJMD baik
di Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota disusun dulu
Rancangan Teknokratis RPJMD yang berujung terhadap munculnya isu
strategis sebagai pedoman pembangunan daerah.
Tahapan selanjutnya adalah penyempurnaan rancangan dokumen
RPJMD sesuai platform politik dari Bupati/Wakil Bupati terpilih. Selanjutnya
dilakukan sinkronisasi perencanaan, RPJMD merupakan bagian yang
terintegrasi dengan perencanaan jangka panjang daerah, RPJMD Provinsi,
dan rencana pembangunan nasional, yang bertujuan untuk mendukung
koordinasi antar pelaku pembangunan. Sehingga RPJMD harus sinkron dan
sinergi antar level pemerintahan, antar daerah, antar waktu, antar ruang dan
antar fungsi pemerintah serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
RPJMD sebagai dokumen perencanaan lima tahunan merupakan
penjabaran RPJPD yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya
dijabarkan dalam RKPD yang merupakan perencanaan tahunan dan menjadi
pedoman dalam penyusunan RENSTRA Perangkat Daerah Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. Hubungan antar dokumen perencanaan dapat
dilihat melalui gambar berikut:

I-9
RPJMD JATIM
2019-2024

Gambar 1. 1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 memiliki


keterkaitan dengan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan lainnya
yakni sebagai berikut:
1. RPJMD Kabupaten Banyuwangi memperhatikan dan selaras dengan
RPJMN Tahun 2020-2024. Hal tersebut dikarenakan pembangunan
daerah adalah bagian dari pembangunan nasional. Sinkronisasi
RPJMN dengan RPJMD Kabupaten Banyuwangi bertujuan adalah
untuk melihat arah pembangunan nasional 2020-2024. Pada
prinsipnya, melalui arahan pembangunan nasional tahun 2020-2024
yang dijabarkan dan ditelaah melalui RPJPN 2005-2025 periode ke IV
menjadi acuan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026.
2. RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 disusun dengan
memperhatikan dan selaras dengan RPJMD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2019-2024. Penyelarasan terhadap RPJMD Provinsi Jawa Timur
dilakukan sebagai upaya sinkronisasi pembangunan kewilayahan dan
seluruh urusan (sektoral) lingkup pemerintahan Provinsi Jawa Timur.
3. RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 merupakan
penjabaran RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 Tahap
IV. Dengan demikian dalam penyusunannya, RPJMD Kabupaten
Banyuwangi juga memperhatikan arah kebijakan dan sasaran
pembangunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025
Tahap IV.
4. RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 memperhatikan
rencana pemanfaatan dan pengembangan tata ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi, seperti yang tertuang dalam Perubahan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi tahun
2012-2032. Hal yang perlu diperhatikan dalam RTRW adalah pola dan

I - 10
struktur ruang sebagai acuan pembangunan RPJMD Tahun 2021-
2026.
5. Peningkatan kesejahteraan masyarakatnya merupakan tempat
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tanggungjawab
bersama pemerintah pusat dan daerah. Karenanya, keberhasilan
upaya ini sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan terhadap
pencapaian TPB di daerah. Dukungan Pemkab dalam TPB secara
eksplisit dimuat dalam dokumen perencanaan daerah, salah satunya
melalui rencana kuadran identitas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). TPB menjadi instrumen pembangunan
daerah untuk menjaga aspek keberlanjutan pembanguan serta
kualitas lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan
KLHS. Permendagri Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan
Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJMD (KLHS-RPJMD),
diterbitkan dalam konteks pelaksanaan TPB sebagai bagian dari upaya
mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga keberlangsungan
sumberdaya dan kelestarian lingkungan hidup. KLHS-RPJMD sendiri
dimaknai sebagai analisis sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
yang menjadi dasar untuk mengintegrasikan tujuan pembangunan
berkelanjutan ke dalam dokumen RPJMD.
Sementara itu, secara subtantif keselarasan antara dokumen
perencanaan pusat dan provinsi, berserta dokumen KLHS dan RTRW
dibahas sebagai bahan telaah isu. Maka keselarasan subtansi dengan
dokumen perencanaan lainnya dapat dilihat di bab IV permasalahan dan
isu strategis.

1.4. Maksud dan Tujuan


Maksud Penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-
2026 adalah menjabarkan visi misi program untuk memberikan arah
terhadap pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026. RPJMD
Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 juga memberikan arah terhadap
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, dan program perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahan dalam rangka menjamin keberlanjutan RPJPD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025.
Tujuan dari disusunnya dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi
tahun 2021-2026 yakni:
1. Sebagai pedoman untuk memberikan arah pembangunan Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026;
2. Sebagai pedoman untuk memberikan arah terhadap kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, dan kebijakan Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026;

I - 11
3. Sebagai pedoman bagi seluruh perangkat daerah dalam penyusunan
rencana strategis Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-
2026;
4. Sebagai tolok ukur dalam mengukur dan melakukan evaluasi kinerja
tahunan setiap perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026;
5. Sebagai instrumen untuk memudahkan seluruh Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mencapai tujuan dengan cara
menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur;
6. Sebagai instrumen untuk memahami secara utuh dan memudahkan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mengimplementasikan
kebijakan, program dan kegiatan operasional tahunan menuju
masyarakat Banyuwangi yang semakin maju, sejahtera, dan berkah.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026 yang sekaligus memuat keterkaitan antar bab sepenuhnya
mengacu kepada Permendagri No. 86 Tahun 2017 yang terdiri atas 9
(sembilan) Bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
1.3. Hubungan Antar Dokumen
1.4. Maksud dan Tujuan
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.3 Kerangka Pendanaan
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.2 Isu Strategis
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
5.1 Visi
5.2 Misi
5.3 Tujuan dan Sasaran

I - 12
BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH
6.1 Strategi Pembangunan Daerah
6.2 Arah Kebijakan
6.3 Program Pembangunan Daerah
BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM
PERANGKAT DAERAH
BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB IX PENUTUP

I - 13
I - 14
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Luas Wilayah dan Batas Wilayah
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur
yang terletak di bagian timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi terletak
diujung timur Provinsi Jawa Timur. Secara geografis, Kabupaten
Banyuwangi terletak di Ujung Timur Pulau Jawa pada koordinat antara 7°
43' - 8° 46' Lintang Selatan dan 113° 53' - 114° 38' Bujur Timur.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Banyuwangi


Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan


Kabupaten Situbondo di sebelah Utara, Samudera Indonesia di sebelah
Selatan, Kabupaten Bondowoso dan Jember di sebelah Barat, dan Selat Bali
di sebelah Timur. Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas
dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk
perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil
pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara
ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Luas

II-1
wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km2 yang merupakan
kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi


No. Kecamatan Desa Kel. No. Kecamatan Desa Kel.
1 Pesanggaran 5 - 14 Rogojampi 10 -
2 Siliragung 5 - 15 Kabat 14 -
3 Bangorejo 7 - 16 Singojuruh 11 -
4 Purwoharjo 8 - 17 Sempu 7 -
5 Tegaldlimo 9 - 18 Songgon 9 -
6 Muncar 10 - 19 Glagah 10 2
7 Cluring 9 - 20 Licin 8 -
8 Gambiran 6 - 21 Banyuwangi - 18
9 Tegalsari 6 - 22 Giri 2 4
10 Glenmore 7 - 23 Kalipuro 5 4
11 Kalibaru 6 - 24 Wongsorejo 12 -
12 Genteng 5 - 25 Blimbingsari 10 -
13 Srono 10 - Jumlah 189 28
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

Kabupaten Banyuwangi secara administratif terdiri dari 25 kecamatan


dan 189 desa dan 28 kelurahan. Di Kabupaten Banyuwangi terdapat Bagian
Wilayah Perkotaan (BWP) yang merupakan kawasan strategis perkotaan
Banyuwangi yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Banyuwangi,
beberapa kelurahan di Kecamatan Giri, beberapa kelurahan di Kecamatan
Glagah, beberapa desa di Kecamatan Kabat, dan beberapa kelurahan/desa di
Kecamatan Kalipuro. Dari 25 kecamatan yang ada, terdapat satu kecamatan
yang memiliki jumlah kelurahan terbanyak yaitu Kecamatan Banyuwangi
dengan 18 kelurahan. Tiga kecamatan lain dengan jumlah desa terbanyak
antara lain Kecamatan Kabat terdiri dari 14 Desa, Kecamatan Wongsorejo
terdiri dari 12 Desa, dan Kecamatan Singojuruh terdiri dari 11 Desa.

2.1.2. Topografi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan
utara pada umumnya pegunungan dan bagian selatan sebagian besar
dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan
utara 40o, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan
bagian wilayah lainnya. Daratan rendah sebagian besar mempunyai tingkat
kemiringan kurang dari 15o, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai.
Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai 0–2.500 meter dari
permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU)
ketinggian tersebut dibedakan atas:
a. Ketinggian 0-50 meter diatas permukaan laut (mdpl), merupakan wilayah
dengan dataran rendah, ataupun wilayah yang berada di sekitar kawasan
pantai. Wilayah yang berada pada ketinggian tersebut meliputi sebagian
dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Banyuwangi, Kabat,

II-2
Blimbingsari, Rogojampi, Muncar, Purwoharjo, Tegaldlimo, Bangorejo,
Siliragung, Pesanggaran;
b. Ketinggian 50-100 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi sebagian
dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah, Licin, Kabat,
Rogojampi, Srono, Cluring, Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung dan
Pesanggaran;
c. Ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut (mdpl), meliputi
sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah Licin, Kabat,
Cluring, Singojuruh, Rogojampi, Genteng, Sempu, Songgon, Glenmore,
Kalibaru, Tegaldlimo, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo,
Gambiran, Tegalsari;
d. Ketinggian 500-1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan
wilayah berbukit yang meliputi sebagian Kecamatan Wongsorejo,
Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Sempu, Glenmore, Kalibaru, Siliragung,
Pesanggaran;
e. Ketinggian 1000-2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan
daerah pegunungan terletak di sebagian Kecamatan Wongsorejo,
Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore, dan Kalibaru;
f. Ketinggian diatas 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi
sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore dan
Kalibaru.

2.1.3. Geologi
Kondisi geologi setiap wilayah bervariasi memiliki peran bagi
terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Jenis Tanah di
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai
susunan/struktur geologi seperti pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2. 2 Luas Tanah Berdasarkan Struktur Geologi Kabupaten Banyuwangi


Struktur Geologi Luas (Ha) (%)
Aluvium 134.525,00 23,27
Hasil Gunung Api kuarter muda 170.310,50 29,43
Hasil Gunung Api kuarter tua 59,283.00 10,26
Andesit 47.417,75 8,20
Miosen falses semen 89.177,25 15,43
Miosen falsen batu gamping 77.536,50 13,41
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

II-3
Adapun keadaan jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat terlihat pada
tabel berikut:

7% Litosol

2% Latosol

24% Regosol

60% Podsolik

7% Gambut

Gambar 2. 2: Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi


Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Dari data di atas dapat diketahui bahwa jenis tanah di Kabupaten


Banyuwangi terdiri dari tanah regosol, litosol, latosol, podsolik dan gambut.
Sebagian besar komposisi jenis tanah Kabupaten Banyuwangi didominasi
oleh Tanah Podsolik sebesar 60%, Tanah Regosol 24%, Lithosol 7%, Gambut
7% dan jenis tanah Lathosol hanya 2% dari luas area di Kabupaten
Banyuwangi.

2.1.4. Klimatologi
Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh
Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi
menjadi 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
1. Rata-rata curah hujan selama tahun 2020 sebesar 133.7 mm. Curah hujan
terendah terjadi pada Bulan April yaitu 40.7 mm, sedangkan curah hujan
tertinggi terjadi pada Bulan Mei mencapai 232.4 mm;
2. Persentase rata-rata penyinaran matahari pada tahun 2020 mencapai
71.17%, terendah pada Bulan Desember sebesar 42% dan tertinggi pada
Bulan September mencapai 89%;
3. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2020 mencapai 78.92 %.
Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Januari dengan rata-rata
kelembaban udara sebesar 74%. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi
pada Bulan Mei, Oktober dan Desember dengan besaran 81%;

II-4
4. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan Juli 2020 sebesar 30
derajat celcius. Sedang tertinggi pada Bulan januari sebesar 34.9 derajat
celcius.
2.1.5. Penggunaan Lahan
Luas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebesar ± 5.782,50 km2.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar didominasi oleh kawasan
hutan dibandingkan kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai
183.396,34 ha atau sekitar 31,62 %, daerah persawahan sekitar 66.152 ha
atau 11,44 %, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 %,
sedangkan yang dimanfaatkan sebagai pemukiman mencapai luas sekitar
127.454,22 ha atau 22,04 %.

Gambar 2.3 Penggunaan Lahan Kabupaten Banyuwangi


Sumber: Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.1.6. Potensi Pengembangan Wilayah


a. Pertanian
Potensi pertanian tanaman bahan makanan terbesar di Banyuwangi
adalah produksi tanaman padi. Kabupaten Banyuwangi juga termasuk dalam
lumbung padi di Provinsi Jawa Timur. Produksi padi Banyuwangi pada tahun
2020 adalah sebanyak 794.114 ton. Produksi tanaman pangan di Kabupaten
Banyuwangi berikutnya yang dominan adalah jagung, dengan produksi
sebanyak 221.271 ton. Potensi pertanian tanaman bahan makanan di

II-5
Kabupaten Banyuwangi sangat besar, namun perkembangan potensi
tersebut saat ini dan ke depan menghadapi beberapa tantangan yaitu alih
fungsi lahan menjadi lahan pemukiman serta industri, alih fungsi komoditas
dari pertanian tanaman pangan ke pertanian hortikultura karena faktor
keuntungan yang diperoleh petani hortikultura dirasa lebih besar daripada
pertanian tanaman pangan.

Tabel 2.3 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Tanaman
Bahan Makanan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020
No. Jenis Tanaman Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
1 Padi Sawah 119.108 66,240 788.971
2 Padi Ladang 950 54,137 5.143
3 Jagung 32.602 67,870 221.271
4 Kedelai 5.135 20,150 10.347
5 Kacang Tanah 561 14,349 805
6 Kacang Hijau 773 12,497 966
7 Ubi Kayu 834 222,350 18.544
8 Ubi Jalar 935 211,722 19.796

Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

Produksi sayuran di yang dihasilkan di Kabupaten Banyuwangi


meliputi terong, buncis, kubis, kacang panjang, tomat, bawang merah dan
cabai sebagai komoditas. Komoditas terbesar adalah pada tanaman cabai
yaitu pada komoditas cabai kecil dan cabai besar. Pada tahun 2020 hasil
produksi cabai kecil di Kabupaten Banyuwangi mencapai 23.518 ton dan
hasil produksi cabai besar mencapai 13.966 ton.

Tabel 2.4 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Sayuran
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020
No. Jenis Sayuran Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Kw I Ha) (Ton)
1 Cabe Besar 1.133 125,5 13.966

2 Cabe Kecil 3.013 79,6 23.518

3 Bawang merah 589 116,3 6.701

4 Tomat 233 94 2.123

5 Kacang Panjang 210 165 3.461

6 Kubis 26 113 297

7 Buncis 61 110 680

8 Terong 128 130 1.663

Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi unggulan pertanian


pada produksi buah-buahan. Salah satu buah yang terkenal dan menjadi
perhatian adalah buah naga. Meskipun sebenarnya kuantitas produksi tidak

II-6
sebanyak buah-buah yang lain. Produksi buah terbanyak adalah buah Jeruk
Siam dengan jumlah produksi sebanyak 2.263.528 Ton, sedangkan buah
naga menjadi komoditas dengan produksi terbanyak kedua setelah jeruk
siam yaitu sebanyak 1.259.034 Ton.

Tabel 2.5 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Buah-Buahan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020
No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

1 Semangka 1.379 409.415 2.968,93


2 Melon 214 70.406 3.290
3 Manggis 3.388 464.148 1.369,98
4 Jeruk Siam 9.054 2.263.528 2.500,03
5 Durian 1.041 159.273 1.530
6 Mangga 513 45.657 890
7 Buah Naga 4.787 1.259.034 2.630,11
8 Rambutan 632 39.816 630
9 Pisang 3.114 700.538 2.249,64
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

b. Perkebunan
Produk olahan kopi merupakan salah satu produk yang cukup
terkenal di Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2020 produksi kopi di
Kabupaten Banyuwangi mampu menyentuh angka 5.918,40 Ton. Komoditas
kedua setelah produksi tanaman tebu adalah tanaman kakao yang pada
tahun 2020 mampu menghasilkan 3.426,09 Ton.

Tabel 2.6 Luas Panen, Luas Tanaman dan Total Produksi Tanaman
Perkebunan Besar Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020
No. Jenis Tanaman Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Kw I Ha) (Ton)
1 Tebu 5.292,93 745 394.323
2 Kopi 5.177,57 10,79 5.586,60
3 Kakao 4.490,29 7,63 3.426,09
4 Cengkeh 1.800,18 4,28 770,48
5 Kelapa Kopra 102,40 10,87 1.113,09
6 Kelapa Deres 506,64 14,98 758,94
7 Kapuk Randu 602,28 1,39 83,72
8 Abacca 344,31 13,6 468,26
9 Karet 5.210,02 10,5 5.529,25
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

Potensi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2020 yang memiliki


produksi terbesar adalah kelapa kopra dengan tingkat produksi sebanyak
33.450 ton per tahun. Potensi lainnya adalah kelapa deres dengan tingkat
produksi sebanyak 20.006. Komoditas tanaman perkebunan rakyat terbesar

II-7
setelah kelapa kopra dan deres di Banyuwangi adalah kopi dengan produksi
sebanyak 10.518 ton.
Tabel 2.7 Luas Panen, Luas Tanaman dan Total Produksi Tanaman
Perkebunan Rakyat Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020
Produktivitas Produksi
No. Jenis Tanaman Luas (ha)
(KW/ha) (Ton)
1 Tembakau 416 14,52 465,50
2 Tebu 82 715,88 5.892
3 Kapas - - -
4 Kelapa Kopra 21.427 15,49 33.450
5 Kelapa Deres 2.176 91,96 20.006
6 Kakao 443 7,73 372
7 Cengkih 613 2,96 180
8 Kapuk Randu 64 3,59 71
9 Kopi 9.690 10,71 10.518
10 Gula Aren 30 105 315
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

c. Peternakan
Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi berbagai jenis hewan ternak.
Adapun konsentrasi jumlah kontribusi daging maka ternak yang paling
dominan adalah sapi potong yang mampu berproduksi 1.886.986 Kg pada
tahun 2020 dan disusul dengan ayam pedaging sebanyak 1.280.542 Kg. Ada
pula ternak lain yang turut memberikan kontribusi dalam konsumsi daging
kabupaten Banyuwangi seperti ayam kampung, kambing, domba, itik.

3.804.779

1.364.724 1.267.896

128.609 136.901 232.994

Ayam Pedaging Ayam Buras Ayam Petelur Sapi Potong Kambing Itik

Gambar 2. 4: Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2020
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

II-8
Tabel 2.8 Produksi Daging, Susu dan Telur Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2020
Produksi Produksi Produksi Produksi
No Jenis
2017 2018 2019 2020
1 Sapi 2.789.671 2.289.729 2.824.891 1.886.986
Potong(Kg)
2 Ayam 3.468.020 3.819.864 4.071.540 1.280.542
Pedaging (Kg)
3 Ayam 2.337.166 1.947.029 2.108.013 166.279
Kampung (Kg)
4 Susu (Kg) 1.673.452 1.397.635 1.392.753 1.738.537
5 Telur (Kg) 9.649.731 9.619.483 10.410.254 14.585.935
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat produksi hasil peternakan di


Kabupaten Banyuwangi selama 4 (empat) tahun terakhir bergerak fluktuatif.
Produksi hasil peternakan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yang
meningkat signifikan yaitu pada produksi Telur meningkat sebanyak
4.175.681 kg atau sebesar 40,11 % dari tahun sebelumnya. Produksi susu
meningkat sebanyak 345.784 kg atau sebesar 24,83 % dibandingkan tahun
2019.
Produksi hasil peternakan pada tahun 2020 yang menurun
dibandingkan tahun 2019 yaitu Sapi Potong, Ayam Pedaging dan Ayam
Kampung. Produksi sapi potong pada tahun 2020 menurun sebanyak
937.905 kg atau sebesar 33,20 %. Produksi ayam pedaging menurun
sebanyak 2.790.998 kg atau sebesar 68,55 %. Produksi ayam kampung
menurun sebanyak 1.941.734 kg atau sebesar 92,11 %.
Pada tahun 2020 wabah Covid-19 berdampak ke berbagai sektor
perekonomian. Produksi ayam pedaging dan ayam kampung di Kabupaten
Banyuwangi menurun sangat drastis pada tahun 2020 salah satu
penyebabnya karena kondisi pandemi Covid-19 yang berakibat kepada
kondisi ekonomi peternak ayam dalam pemeliharaan hewan ternaknya.
Upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk meningkatkan
produksi pertanian dan membantu masyarakat di sektor pertanian salah
satunya adalah pelayanan bergerak yakni Mobil Pelayanan Pertanian
Terpadu (BILAPERDU). Pelayanan Bilaperdu ini meliputi pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Dengan adanya layanan
Bilaperdu ini permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan dapat
dengan cepat segera dibantu penyelesaiannya.

2.1.7. Kawasan Rawan Bencana


Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian
selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari
Pulau Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa

II-9
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah
longsor. Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi
bencana yang cukup tinggi. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan
yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi memaparkan
bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai.

Gambar 2. 5: Peta Rawan Bencana Gunung Berapi Kabupaten Banyuwangi


Sumber: BPBD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik


dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan
wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini,
Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia
sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah
subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Berikut
merupakan peta rawan bencana tsunami Kabupaten Banyuwangi.

II-10
Gambar 2. 6: Peta Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Banyuwangi
Sumber: BPBD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.1.8. Demografi
Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 sebanyak
1.708.114 jiwa. Jumlah penduduk Banyuwangi pada tahun 2019 meningkat
sebanyak 4.314 jiwa atau 0.27% persen dari tahun 2018 dan pada tahun
2020 kembali mengalami peningkatan jumlah penduduk sebanyak 94.123
jiwa atau 5,83% menjadi 1.708.114 jiwa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
berupaya untuk menjaga stabilitas pertumbuhan penduduk agar proses
pemerataan pembangunan juga dapat diterima oleh masyarakat secara adil
dan merata. Berikut merupakan Gambar jumlah penduduk Kabupaten
Banyuwangi dalam 6 tahun terakhir:

II-11
Gambar 2. 7: Jumlah Penduduk Tahun 2015-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Pada Setiap


Kecamatan Tahun 2020
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
No Kecamatan
L P L+P
1 Pesanggaran 26.831 26.542 53.373
2 Bangorejo 33.180 32.529 65.709
3 Purwoharjo 34.972 34.499 69.471
4 Tegaldlimo 33.653 33.084 66.737
5 Muncar 68.778 67.647 136.425
6 Cluring 38.902 38.515 77.417
7 Gambiran 32.971 33.216 66.187
8 Srono 48.774 48.140 96.914
9 Genteng 46.541 45.907 92.448
10 Glenmore 37.447 37.918 75.365
11 Kalibaru 32.491 32.651 65.142
12 Singojuruh 25.192 25.271 50.463
13 Rogojampi 28.257 28.960 57.217
14 Kabat 31.793 31.620 63.413
15 Glagah 18.076 18.456 36.532
16 Banyuwangi 57.932 59.626 117.558
17 Giri 15.832 15.789 31.621

II-12
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
No Kecamatan
L P L+P
18 Wongsorejo 38.780 38.640 77.420
19 Songgon 28.526 28.551 57.077
20 Sempu 41.650 41.450 83.100
21 Kalipuro 41.845 41.840 83.685
22 Siliragung 24.666 24.012 48.678
23 Tegalsari 26.295 26.066 52.361
24 Licin 14.818 14.642 29.460
25 Blimbingsari 27.018 27.323 54.341
JUMLAH 855.220 852.894 1.708.114
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Berdasarkan total sebaran penduduk Kabupaten Banyuwangi dapat


dilihat bahwa pusat kependudukan terkonsentrasi di Kecamatan
Banyuwangi yang merupakan wilayah perkotaan dan Kecamatan Muncar
yang merupakan kawasan minapolitan, sementara jumlah penduduk paling
sedikit berada pada Kecamatan Licin yang wilayahnya berada pada dataran
tinggi perbukitan. Tentunya daerah yang menjadi pusat pemerintahan,
perekonomian juga memiliki daya tarik tersendiri terhadap perkembangan
jumlah penduduk.
Perkembangan penduduk jika dilihat dari profil distribusinya, hingga
tahun 2020 masih cukup bagus. Profil jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan postur yang cukup ideal
antara usia produktif (umur 15-64 tahun) dan usia tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun). Jumlah penduduk terbanyak adalah
pada kelompok umur 40-44 tahun dengan jumlah 131.028 penduduk yang
terdiri dari 64.436 penduduk berjenis kelamin laki-laki, dan 66.592
penduduk berjenis kelamin perempuan. Melihat bentuk piramida penduduk
tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2020 hingga lima tahun kedepan
profil penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh usia produktif,
sehingga diupayakan kebijakan yang tepat terkait menyiapkan kualitas
angkatan kerja, menciptakan lapangan kerja serta menyiapkan dukungan
sarana dan prasarana. Sedangkan untuk penduduk usia lanjut perlu
antisipasi kebutuhan layanan yang memadai. Berikut merupakan grafik
piramida penduduk Kabupaten banyuwangi berdasarkan data
kependudukan tahun 2020.

II-13
P I R A M I DA P E N D U D U K K A B U PAT E N B A N Y U WA N G I
TA H U N 2 0 2 0

75+ Laki-laki Perempuan


70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

80.000 60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000 80.000

Gambar 2. 8: Piramida penduduk Kabupaten Banyuwangi 2020


Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2021

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi selama periode
2016 - 2018 menunjukkan tren yang positif, kemudian sedikit turun di tahun
2019. Trend dalam jangka waktu 2016-2019 cenderung berada di atas
pertumbuhan ekonomi nasional maupun Provinsi Jawa Timur. Pada tahun
2020, seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi
baik skala regional, nasional, maupun global mengalami perlambatan bahkan
mencapai pertumbuhan yang negatif. Dimana pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banyuwangi sebesar -3,58%, berada di bawah pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur (-2,39%) dan nasional (-2,07%). Berikut ini
gambaran pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, Jawa Timur, dan Indonesia
dalam lima tahun terakhir:

II-14
Pertumbuhan Ekonomi
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
2016 2017 2018 2019 2020
Banyuwangi 5,38 5,45 5,84 5,55 -3,58
Jawa Timur 5,55 5,45 5,5 5,52 -2,39
Nasional 5,02 5,07 5,17 5,02 -2,07

Gambar 2.9: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi,


Jawa Timur dan Nasional Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari Perubahan berdasarkan


Produk Domestik Regional Bruto atau (PDRB) Kabupaten Banyuwangi,
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihitung dalam wilayah tertentu tersebut dihitung tanpa memperhatikan
adanya perputaran ekonomi di wilayah tersebut dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di wilayah tersebut atau masyarakat lain. Secara umum
penghitungan PDRB terdapat beberapa jenis yang meliputi PDRB yang
dihitung berdasarkan pendekatan produksi yang dibagi menjadi 17 kategori
lapangan usaha, PDRB yang dihitung melalui pendekatan pendapatan, dan
PDRB yang dihitung melalui pendekatan pengeluaran. Berdasarkan jenisnya
setidaknya PDRB dihitung dengan 2 metode yakni PDRB ADHK (Atas Dasar
Harga Konstan) dan PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku).
PDRB ADHK adalah jenis PDRB yang isinya menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa, dihitung menggunakan harga yang dihitung pada
tahun tertentu sebagai dasar, pada periode ini tahun yang menjadi tahun
dasar adalah tahun 2010. Nilai PDRB ADHK merepresentasikan
pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.
Berdasarkan tabel berikut, dapat dilihat bahwa tren pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Banyuwangi selalu positif dimana rata-rata
pertumbuhan tertinggi tahun 2016-2019 adalah kategori I lapangan usaha
penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,59%. Hal ini
dipengaruhi tumbuh pesatnya sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi.
Tetapi di tahun 2020 dengan adanya pandemi Covid-19 kategori lapangan

II-15
usaha ini terkontaksi paling besar sebesar -13,85% seiring dengan
terpuruknya pariwisata di Kabupaten Banyuwangi.
Tabel 2.10: Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020
Kategori Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan dan
A 2,81 1,49 -0,73 -0,56 -2,96
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 5,09 8,06 6,25 1,93 -7,06
C Industri Pengolahan 6,17 3,67 7,13 7,86 -0,38
D Pengadaan Listrik dan Gas 4,2 4,37 3,48 3,34 -0,3
Pengadaan Air, Pengolahan
E Sampah, Limbah dan Daur 5,05 2,09 4,18 5,31 5,03
Ulang
F Konstruksi 7,51 8,08 11,81 12,32 -5,44
Perdagangan Besar dan Eceran,
G Reparasi Mobil dan Sepeda 6,86 9,12 11,3 9,6 -6,58
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 7,68 6,3 5,36 5,97 -12
Penyediaan Akomodasi dan
I 9,5 10,91 10,78 11,18 -13,85
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 6,92 8,65 8,75 9,03 8,67
K Jasa Keuangan dan Asuransi 5,8 6,42 6,07 4,2 -0,26
L Real Estat 5,21 6,37 7,24 6,63 1,91
M,N Jasa Perusahaan 5,77 6,28 7,15 6,64 -6,13
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 5,54 4,45 4,2 2,21 -3,68
Wajib
P Jasa Pendidikan 6,57 7,39 7,43 7,14 3,13
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 8,66 9,8 7,61 6,22 15,55
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 9,02 8,68 9,86 8,16 -13,2
PERTUMBUHAN EKONOMI 5,38 5,45 5,84 5,55 -3,58

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

Selama 10 tahun terakhir sektor pariwisata, pertanian dan UMKM


menjadi prioritas unggulan pembangunan daerah dan menjadi lokomotif
penggerak perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Dalam struktur PDRB
sektor pertanian direpresentasikan dalam kategori A, sektor UMKM dalam
kategori C dan G, sektor pariwisata masuk dalam kategori I dan kategori R.
Selama pandemi tahun 2020, kategori I dan R terdampak paling besar.
Sementara kategori A dan C relatif lebih tangguh dan mampu bertahan.
Sedangkan kategori G yang diharapkan bisa bertahan akhirnya terkontraksi
akibat pembatasan mobilitas dan permintaan konsumen. Kedepan fokus
pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bisa dilakukan dengan
memulihkan lapangan usaha kategori I dan R serta menjadikan lapangan
usaha kategori A, C dan G sebagai kategori unggulan untuk terus
dikembangkan.

II-16
PDRB ADHB merupakan nilai PDRB yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada tahun tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk dapat
melihat perubahan yang terjadi dalam sektor ekonomi. Selain itu juga dapat
melihat struktur ekonomi yang dimiliki oleh sebuah daerah. Berikut
merupakan PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020 dihitung
dalam Miliar.

Tabel 2.11: PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020


(dalam miliar)

Kategori Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020


Pertanian, Kehutanan dan
A 23.473,24 24.345,12 24.329,42 24.541,48 24.081,01
Perikanan
Pertambangan dan
B 5.033,74 5.504,25 5.963,32 6.211,03 5.913,07
Penggalian
C Industri Pengolahan 7.264,44 7.768,10 8.521,54 9.351,68 9.422,28
D Pengadaan Listrik dan Gas 28,83 31,56 33,70 35,31 34,91
Pengadaan Air, Pengolahan
E Sampah, Limbah dan Daur 40,48 42,02 44,29 47,21 49,71
Ulang
F Konstruksi 7.775,55 8.994,18 10.517,95 12.005,04 11.362,04
Perdagangan Besar dan
G Eceran, Reparasi Mobil dan 9.618,55 10.898,01 12.474,56 14.017,66 13.120,38
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 2.064,86 2.294,32 2.501,20 2.706,10 2.369,89
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I Makan Minum 1.638,07 1.885,46 2,137.88 2.425,55 2.105,92

J Informasi dan Komunikasi 2.676,78 2.955,66 3.225,75 3.566,03 3.887,66


Jasa Keuangan dan
K 1.180,43 1.278,07 1.377,53 1.449,97 1.449,27
Asuransi
L Real Estat 970,95 1.063,76 1.170,66 1.268,36 1.301,74
M,N Jasa Perusahaan 149,55 161,18 178,92 194,92 186,23
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 1.494,43 1.637,26 1.745,03 1.822,84 1.845,59
Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 1.978,78 2.160,70 2.363,86 2.573,71 2.681,29


Jasa Kesehatan dan
Q Kegiatan Sosial 217,68 247,16 278,49 302,06 351,71

R,S,T,U Jasa Lainnya 739,61 863,39 982,93 1.076,76 940,19


PDRB ADHB 66.345,97 72.130,20 77.847,03 83.595,71 81.102,89
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

Gambaran diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2020 kontribusi


terbesar PDRB Kabupaten Banyuwangi adalah pada kategori A lapangan
usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 29.69%, kategori G
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar 16.18%, kategori F lapangan usaha konstruksi sebesar
14.01%, kategori C lapangan usaha industri pengolahan sebesar 11.62%,

II-17
kategori B lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 7.29%.
Kinerja perekonomian Kabupaten Banyuwangi kurun waktu 2016-2020
menunjukkan peningkatan yang diindikasikan dengan meningkatnya nilai
nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lima tahun terakhir. Pada
tahun 2016 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar 66.345,97
M, pada tahun 2020 mencapai 81.102,89 M, terjadi peningkatan sebesar
14.756,92 M (22,24%) selama lima tahun.

2.2.1.2. Gini Ratio


Gini ratio merupakan ukuran tingkat ketimpangan pendapatan
masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara menyeluruh. Nilai gini ratio
semakin mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan semakin
rendah dan sebaliknya, semakin mendekati angka 1 maka tingkat
ketimpangan semakin tinggi. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat
ketimpangan Kabupaten Banyuwangi cukup rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa pendapatan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi cukup merata.
Perbandingan gini ratio Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan Nasional
Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada gambar berikut :

0,42
0,4
0,39 0,39 0,39
0,38 0,38
0,37
0,36 0,36
0,34
0,32
0,31 0,31
0,29

2016 2017 2018 2019 2020

Banyuwangi Jatim Nasional

Gambar 2.10: Gini Ratio Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan


Nasional Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2021

II-18
Indikator kesejahteraan masyarakat dari perspektif pemerataan disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 2.12: Indikator kesejahteraan masyarakat dari perspektif pemerataan
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020

1 Gini Ratio 0,29 0,34 0,31 0,31 0,32

Juta
2 PDRB per kapita 41,47 44,94 48,36 51,80 50,13
Rupiah
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku diatas menunjukkan


pendapatan masyarakat Banyuwangi per orang per tahun. Berdasarkan tabel
diatas, pendapatan masyarakat Banyuwangi tahun 2016-2019 rata-rata
mengalami kenaikan sebesar 8,3% per tahun. Tetapi di tahun 2020 dampak
dari pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan pendapatan per kapita
masyarakat sebesar -3,3%.

2.2.1.3. Indeks Pengeluaran


Indeks pengeluaran merupakan salah satu komponen pembentuk IPM
yang menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh masyarakat
Kabupaten Banyuwangi sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi.

INDEKS PENGELUARAN
0,765 0,76 0,76
0,76
0,755 0,75
0,75
0,745 0,74 0,74
0,74
0,735
0,73
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.11: Indeks Pengeluaran Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-


2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 202 1

Indeks pengeluaran disusun berdasarkan rata-rata pengeluaran per


kapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power
parity). Dari data di atas terlihat bahwa indeks pengeluaran meningkat setiap
tahunnya. Pandemi Covid-19 mempengaruhi menurunnya indeks
pengeluaran Kabupaten Banyuwangi meskipun tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,764 ditahun 2019 menjadi 0,761 ditahun 2020 atau turun 0,41%.

II-19
2.2.1.4. Angka Kemiskinan

Usaha pemerintah dan masyarakat untuk terus mengentaskan


kemiskinan makin menunjukan hasil positif. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat persentase kemiskinan Indonesia semakin menurun. Untuk
mengukur kemiskinan, menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dalam
hal ini akan disajikan data dalam bentuk table mengenai angka kemiskinan
di Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut:

Tabel 2.13: Angka Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi 2016-2020


Jumlah Persentase
Garis Kemiskinan
No Tahun Penduduk Penduduk
(rupiah/kapita/tahun)
Miskin (Ribu) Miskin
1 2016 311.722 140,45 8,79
2 2017 319.236 138,54 8,64
3 2018 339.891 125,50 7,80
4 2019 353.873 121,37 7,52
5 2020 373.679 130,37 8,06
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

Berdasarkan data yang tersaji dalam bentuk table diatas merupakan


gabungan angka kemiskinan antara Kebupaten Banyuwangi dan Provinsi
Jawa Timur. Dapat diketahui bahwa persentase penduduk miskin Jawa
Timur lebih tinggi daripada persentase penduduk miskin di Kabupaten
Banyuwangi. Hal tersebut menunjukan bahwa penduduk miskin di
Kabupaten Banyuwangi lebih terkendali dan tertangangi daripada penduduk
minkin di Provinsi Jawa Timur secara keseluruhan.

12,28 11,85
11,20 11,46
10,85
10,20
11,13 10,70
10,12 10,19
9,66 9,22
9,17 8,79 8,64
7,80 8,06
7,52

2015 2016 2017 2018 2019 2020


Banyuwangi Jatim

Gambar 2.12: Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten


Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2015 - 2020

II-20
Berdasarkan gambar diatas, sejak tahun 2015 persentase kemiskinan
di Kab. Banyuwangi berada di bawah persentase kemiskinan Provinsi Jatim
dan Nasional. Tahun 2020 akibat dari Pandemi Covid-19, trend persentase
kemiskinan baik di Kab Banyuwangi , Provinsi Jatim, maupun Nasional
mengalami peningkatan.

2.2.1.5. Laju inflasi


Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan
(tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi (Product or Service)
dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan /pungutan /insentif /disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lain-lain.
Secara umum peningkatan inflasi setiap tahunnya merupakan
fenomena yang wajar. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah seberapa
besar peningkatan inflasi tersebut dan apakah daerah mampu untuk
mengendalikan inflasi tersebut dengan paket kebijakannya. Berikut
merupakan gambaran inflasi Kabupaten Banyuwangi dalam 5 tahun
kebelakang dibandingkan dengan Jawa Timur dan Nasional.

Laju Inflasi
4,04
3,61

3,17 3,13
3,02
2,86
2,74 2,71
2,32
2,12
2,04
1,91
1,74 1,68
1,44

2016 2017 2018 2019 2020


Banyuwangi Jatim Nasional

Gambar 2.13 Inflasi kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020


Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

II-21
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tren laju inflasi Kabupaten
Banyuwangi dibawah inflasi nasional tetapi tidak terlalu rendah atau bisa
dikatakan inflasi Kabupaten Banyuwangi dalam posisi terkendali. Inflasi di
Kabupaten Banyuwangi tidak terlalu tinggi sehingga harga barang tetap
terjangkau dan daya beli masyarakat tetap terjaga. Inflasi juga tidak terlalu
rendah yang menandakan bahwa kondisi permintaan dan penawaran tetap
terjaga sehingga ekonomi tetap bergerak.

2.2.2. Kesejahteraan Sosial


2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kualitas sumber daya manusia dapat terlihat dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang pada hakikatnya merupakan suatu proses
investasi jangka panjang. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu
umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak.
Umur panjang dan hidup sehat diukur dengan indeks kesehatan,
pengetahuan dengan indeks pendidikan, serta standar hidup layak diukur
dengan indeks pengeluaran.
Upaya pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menyelaraskan
pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan seiring dengan pembangunan
manusia telah dilakukan melalui berbagai program pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan
melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
mencerminkan pencapaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, serta
naiknya daya beli masyarakat yang berpengaruh terhadap kenaikan angka
IPM Kabupaten Banyuwangi.

II-22
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Nasional Jawa Timur Banyuwangi

73
71,92 71,94
72 71,5 71,71
71,39
70,81 70,77 70,59 70,62
71
70,18 70,27 70,06
70 69,55 69,74 69,64
IPM

68,95 69
69
68,08
68

67

66
2015 2016 2017 2018 2019 2020
TAHUN

Gambar 2.14 Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2015-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki tren capaian yang terus


meningkat dari tahun 2015-2020. IPM Kabupaten Banyuwangi tahun 2015
hingga tahun 2020 masih dibawah angka IPM Provinsi Jawa Timur dan
Nasional. Pada tahun 2015 IPM Kabupaten Banyuwangi mencapai angka
68,08 dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan capaian menjadi 69,00.
Kemudian pada tahun 2017 angka capaian IPM menjadi 69.64 dan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 yang mencapai angka 70.06. Pada
tahun 2019 IPM Kabupaten Banyuwangi mencapai angka 70.59 dan terus
meningkat menjadi 70.62 pada tahun 2020. Capaian tersebut cukup bagus
mengingat pada tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19 dimana pandemi
Covid-19 berdampak pada semua aspek kehidupan masyarakat termasuk
sektor ekonomi yang mengakibatkan banyak masyarakat yang mengalami
penurunan pendapatan, sehingga pengeluaran perkapita mengalami
penurunan.

2.2.2.2. Pendidikan
2.2.2.2.1. Indeks Pendidikan
Indeks Pendidikan dapat diketahui dengan terlebih dahulu menggitung
angka rata- rata lama sekolah dan harapan lama sekolah dan dibagi dua.
Indeks Pendidikan daritahun 2016 sampai dengan 2020 meningkat pada
tahunnya secara rata- rata. Pada tahun 2016 indeks Pendidikan berada pada
angka 0.58 dan naik dalam dua tahun kemudian menjadi 0.59 di tahun 2018.
Sedangkan pada tahun 2019 dan 2020 indeks mengalami kenaikan kembali
menjadi 0.60. Namun demikian, capaian indeks pendidikan di Kabupaten

II-23
Banyuwangi hingga tahun 2020, masih belum dapat melampaui capaian
indeks pendidikan Provinsi Jawa Timur.

Indeks Pendidikan
0,63
0,62
0,62
0,61 0,61
0,61
0,6 0,6 0,6
0,6
0,59 0,59
0,59
0,58
0,58

0,57

0,56
2016 2017 2018 2019 2020
BWI Jatim

Gambar 2.15 Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi


Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.2.2.2.2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbentuk dari 3 dimensi Indeks
Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Pengeluaran. Salah satu
representasi dari kualitas pembangunan manusia direpresentasikan melalui
pembangunan pendidikan itu sendiri. Secara umum Indeks Pendidikan
dibentuk dari 2 indikator komposit yakni rata-rata lama sekolah dan harapan
lama sekolah. Berikut capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten
Banyuwangi.

Gambar 2.16 Angka rata-rata lama sekolah 2015-2020


Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

II-24
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)/ Mean Years School (MYS) didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani
pendidikan formal. Penduduk yang tamat SD diperhitungkan lama sekolah
selama 6 tahun, tamat SMP diperhitungkan lama sekolah selama 9 tahun,
tamat SMA diperhitungkan lama sekolah selama 12 tahun tanpa
memperhitungkan apakah pernah tinggal kelas atau tidak. Data angka rata-
rata lama sekolah memiliki tren capaian meningkat dengan capaian tahun
2015 sebesar 6.88, pada tahun 2016 memiliki peningkatan capaian hingga
menjadi 6.93, pada tahun 2017 masih mengalami peningkatan menjadi 7.11,
pada tahun 2018 masih mengalami peningkatan menjadi 7.12, Pada tahun
2019 masih mengalami peningkatan menjadi 7.13, dan pada tahun 2020
masih mengalami peningkatan menjadi 7.16. Sedangkan rata-rata lama
sekolah secara nasional yaitu 7.95, yang artinya bahwa penduduk Indonesia
dengan usia 25 tahun keatas telah menempun Pendidikan 7.95 tahun atau
kelas VIII SMP. Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Banyuwangi
dalam bidang Pendidikan yang relate dengan kasus reta rata lama sekolah
ialah kurangnya akses Pendidikan menengah sebagai kelanjutan program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Sehingga dalam data diatas angka
yang dihasilnya hanya 7.16 yang artinya bahwa penduduk Banyuwangi
dalam tahun 2020 dengan usia diatas 25 tahun menempuh sampai jenjang
kelas VII SMP.
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya
sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. HLS Kabupaten
Banyuwangi yang mencapai 12.78 tahun pada tahun 2019 menunjukkan
rata-rata anak usia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada
tahun 2019 memiliki peluang untuk bersekolah selama 12.78 tahun atau
setara dengan Diploma I. Secara keseluruhan capaian yang dihasilkan
mengalami peningkatan, namun hal tersebut masih belum sepenuhnya
sempurna. Hal tersebut dikarenkan oleh permasalahan mengenai masih
adanya anak putus sekolah di Kabupaten Banyuwangi. Serta fasilitas sekolah
seperti bangunan, listrik, internet dan computer sepenuhnya belum tersedia
dan terfasilitasi.

II-25
Angka Rata- Rata Lama sekolah
7,80
7,59
7,60
7,34 7,39
7,40 7,23
7,11 7,12 7,13 7,16
7,20
7,00 6,93

6,80
6,60
2016 2017 2018 2019 2020

Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.17 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Banyuwangi


dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur dan Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021
Angka rata-rata lama sekolah pada Kabupaten Banyuwangi lebih
rendah daripada hasil perhitungan angka rata-rata lama sekolah Provinsi
Jawa Timur secara keseluruhan. Meskipun pencapian angka rata-rata lama
sekolah pada Kabupaten Banyuwangi menglami peningkatan pada setiap
tahunnya namun angka tersebut masih tergolong sedikit dengan angka yang
cenderung stagnan. Dengan demikian, kinerja pemerintah daerah setempat
khususnya pada bidang Pendidikan perlu meningkatkan kinerja dan program
agar dapat mencapai hasil maksimal pada tahun selanjtnya.

2.2.2.2.3. Harapan Lama Sekolah

Gambar 2.18 Angka Harapan lama Sekolah 2016-2020


Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Masih terdapatnya gap antara RLS dan HLS menunjukkan sistem


pendidikan yang mana bertujuan menjamin hak masyarakat untuk
menempuh pendidikan sesuai jenjang yang diharapkan pada suatu daerah,
nyatanya belum dapat berjalan dengan baik. Selain itu rendahnya RLS juga

II-26
bisa disebabkan oleh masih tingginya generasi tua diatas 25 tahun yang
sudah terlanjur tidak mengenyam pendidikan lebih lanjut lagi, sehingga
capaian RLS Kabupaten Banyuwangi cenderung rendah.

Angka Harapan Lama Sekolah


13,30
13,16
13,20 13,09 13,1
13,10
12,98
13,00
12,90 12,8
12,78
12,80 12,69
12,68
12,70
12,60 12,55
12,50
12,40
12,30
12,20
2016 2017 2018 2019 2020

Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.19: Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Banyuwnagi dan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Jika dibandingkan antara capaian Kabupaten Banyuwangi dangan


Provinsi Jawa Timur, dapat dilihat bahwasannya capaian HLS kabupaten
Banyuwnagi secara terus menerus berada di Bawah Provinsi Jawa Timur.

2.2.2.2.4. Angka melek huruf


Angka melek huruf merupakan indikator dalam urusan pendidikan
yang secara langsung merepresentasikan tingkat melek huruf atau tingkat
buta huruf di sebuah daerah. Angka melek huruf dihitung dengan
menghitung proporsi penduduk usia 15 tahun ketas, yang mempunyai
kemampuan membaca dan menulis tanpa harus memahami / mengerti apa
yang dibaca dan ditulis. Secara umum dahulunya, angka melek huruf
merupakan salah satu indikator penting yang merepresentasikan meratanya
pendidikan di sebuah wilayah, hal tersebut dikarenakan keterampilan
membaca dan menulis dianggap sebagai sebuah dasar utama dalam
memperluas ilmu pengetahuan. Angka melek huruf juga masuk dalam salah
satu indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia.
Namun seiring berjalannya waktu angka melek huruf perlahan tidak
lagi dianggap sebagai sebuah tolok ukur penting yang merepresentasikan
akses, kualitas, maupun sistem pendidikan di sebuah wilayah. Hal tersebut
dikarenakan capaian angka melek huruf di seluruh daerah telah melonjak
pesat yang salah satunya dengan wajib belajar 9 tahun. Bahkan Angka Melek
Huruf (AMH) yang sebelumnya masuk ke dalam indikator komposit IPM
dikeluarkan dan diganti dengan Harapan Lama Sekolah (HLS).

II-27
Gambar 2.20 Angka Melek Huruf Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-
2020
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Secara empiris, dalam 5 tahun terakhir capaian angka melek huruf di


Kabupaten Banyuwangi berada diatas 99%, terlihat pada tahun 2016 yang
memiliki capaian sebesar 99.1, Pada tahun 2017 memiliki peningkatan
capaian hingga menjadi 99.2, Pada tahun 2018 terus mengalami kenaikan
hingga 99.3. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2019 angka
melek huruf menunjukkan adanya penurunan hingga menjadi 99.0 dan pada
tahun 2020 mengalami peningkatan kembali menjadi 99.1. Tidak ada isu
khusus dalam perjalanannya, untuk meningkatkan Angka Melek Huruf Pada
tahun 2014, Kabupaten Banyuwangi telah meluncurkan inovasi Gempita
Perpus (Gerakan Pemberantasan Tri Buta dan Anak Putus Sekolah). Inovasi
ini melibatkan semua guru penerima sertifikasi untuk memberikan
pengajaran baca, tulis, hitung kepada warga belajar yang pelaksanaan
pembelajarannya dilaksanakan di balai desa, ruang kelas sekolah ataupun
tempat ibadah pada sore dan malam hari. Belum tercapainya angka 100%
sebagai kondisi ideal yang seharusnya, dikarenakan masih terdapat usia
lanjut dan difabel berat yang memang buta huruf. Kendala terbesar adalah
terbatasnya kemampuan masyarakat yang berusia lanjut, selain itu motivasi
untuk belajar baca dan tulis di usia tersebut juga sangat rendah.

2.2.2.3. Kesehatan
2.2.2.3.1. Indeks Kesehatan
Indeks kesehatan adalah indikator yang yang digunakan untuk
mengukur capaian peningkatan kesehatan masyarakat. Indikator ini disusun
berdasarkan angka harapan hidup maksimal dan angka harapan hidup
minimal. Berikut meripakan data Indeks Kesehatan Kabupaten Banyuwangi
tahun 2016-2020:

II-28
Indeks Kesehatan
0,795
0,79
0,79
0,785
0,78 0,78 0,78 0,78 0,78
0,78
0,775
0,77 0,77
0,77
0,77
0,765
0,76
2016 2017 2018 2019 2020

BWI Jatim

Gambar 2.21 Indeks Kesehatan Tahun 2016-2020


Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa dalam tahun 2016 sampai
dengan tahun 2018 indeks Kesehatan berada di angka yang stagnan yakni
0.77. sedangkan pada dua tahun selanjutnya yakni di tahun 2019 dan 2020
mengalami kenaikan menjadi 0.78. Jika dibandingkan dengan capaian
Indeks Kesehatan Provinsi Jawa Timur, capaian indeks kesehatan Kabupaten
Banyuwangi masih dibawah Provinsi, meskipun hanya terpaut 0.01.
Sedangkan indeks Kesehatan sendiri dapat diketahui melalui salah satu
standar yang ditetapkan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan
pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

2.2.2.3.2. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu
tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Banyuwangi dalam
beberapa tahun terakhir memiliki tren capaian yang meningkat. Capaian
Angka Harapan Hidup masyarakat Banyuwangi pada tahun 2016 adalah
sebesar 70,11, angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada
tahun 2020 sebesar 70,65. Hal ini tidak lepas dari upaya Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi terhadap inovasi-inovasi yang dilakukan untuk
masyarakat mulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia, antara lain
Laskar Sakina, Lahir Procot Pulang Bawa Akta, Pemberian Makan Tambahan,
Rantang Kasih, dan sebagainya. Dari capaian peningkatan Angka Harapan
Hidup Kabupaten Banyuwangi diprediksi akan berpengaruh meningkatnya
jumlah penduduk lanjut usia. Sehingga diperlukan intervensi pembangunan
sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan hidup penduduk lanjut usia.

II-29
Gambar 2.22 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2021

ANGKA HARAPAN HIDUP


Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur
71,18
70,97
70,80
70,68

70,65
70,54
70,34
70,19
70,11

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.23 Angka Harapan Hidup Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi


Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu
tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkngan
masyarakatnya. Dalam grafik diatas dapat diketahui bahwa Angka Harapan
Hidup di Kabupaten Banyuwangi berada dibawa rata-rata Angka Harapan
Hidup Provinsi Jawa Timur. Namun pada tahun 2020 data mengenai Angka
Harapan Hidup Provinsi Jawa Timur kosong, hal tersebut dikarenan BPS
Provinsi Jawa Timur belum merilis data terbaru.

II-30
2.2.2.3.3. Angka Kematian Ibu
Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Yang dimaksud
dengan Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh.

Gambar 2.24 Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Banyuwangi Tahun


2015-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2021

Angka Kematian Ibu (AKI) memiliki tren menurun dengan capaian


tahun 2015 sebesar 96.2 atau sebanyak 97 jiwa. Pada tahun 2016
menunjukkan adanya penurunan hingga menjadi 87 atau sebanyak 87 jiwa.
Pada tahun 2017 masih mengalami penurunan capaian menjadi 82.3 atau
sebanyak 83 jiwa. Akan tetapi pada tahun 2018 terlihat adanya peningkatan
capaian hingga menjadi 102.9 atau sebanyak 103 jiwa. Angka tersebut terus
meningkat hingga pada tahun 2019 angka capaian menjadi 134.8 atau
sebanyak 135 jiwa.
Berbeda dari tahun sebelumnya, angka kematian ibu pada tahun 2020
mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 113,0 atau sebanyak 113
jiwa. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Banyuwangi, AKI Jawa Timur
memiliki capaian yang fluktuatif setiap tahunya. Angka kematian ibu tertinggi
Jawa Timur terjadi pada tahun 2017 yang meningkat hingga mencapai angka

II-31
91.92 atau sebanyak 92 jiwa dan terus menurun pada tahun berikutnya
hingga pada tahun 2019 mencapai angka 89.91 atau sebanyak 90 jiwa.
Sementara itu AKI Kabupaten Banyuwangi justru mengalami peningkatan
hingga mencapai 134.8 atau sebanyak 135 jiwa pada tahun 2019, yang mana
pada tahun yang sama Jawa Timur memiliki capaian 89.81 atau sebanyak 90
jiwa. Peningkatan tren angka kematian ibu di Kabupaten Banyuwangi terjadi
karena berbagai faktor diantaranya peningkatan trend kenaikan kematian
ibu dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas, factor lainya yaitu batas
risiko normal menjadi abnormal sangat tipis sehingga kejadian abnormal
yang menimbulkan kematian kadang terjadi sangat cepat, kadang kala
kematian tidak dapat dicegah. Selain itu juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya pengetauhan ibu hamil dan juga keluarga ibu hamil mengenai
gejala permasalahan perial kehamilan.

Angka Kematian Ibu


150 134,8

102,9
100 87 91 91,92 91,45 89,81
82,3

50

0
2016 2017 2018 2019
Banyuwangi Jawa Timur

Gambar 2.25 Angka Kematian Ibu Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi


Jawa Timur Tahun 2016-2019
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2020

Sama seperti Angka Kematian Ibu, data kematian ibu yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas di Kabupaten Banyuwangi
dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian yang negatif dengan
adanya peningkatan angka capaian pada tahun-tahun terakhir. Pada tahun
2015 tercatat sebesar 23 atau sebesar 23 jiwa. Kemudian pada tahun 2016
menunjukkan adanya penurunan hingga menjadi 20 atau sebanyak 20 jiwa
dan terus menurun hingga pada tahun 2017 capaian menjadi 19 atau
sebanyak 19 jiwa. Akan tetapi pada tahun 2018 tercatat adanya peningkatan
capaian hingga menjadi 24 atau sebanyak 24 jiwa dan peningkatan terus
terjadi hingga pada tahun 2019 menjadi 31 atau sebanyak 31 jiwa. Pada
tahun 2020 diproyeksikan kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan masa nifas di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan adanya
penurunan hingga menjadi 26.64 atau sebanyak 27 jiwa.

II-32
DATA KEMATIAN IBU YANG BERKAITAN DENGAN
KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS
35,00
31,00
30,00
26,64*
23,00 24,00
25,00
20,00 19,00
20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.26 Data kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan,


persalinan dan masa nifas di Kabupaten Banyuwangi 2015-2020
Sumber:Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2021

2.2.2.3.4. Angka Kematian Bayi


Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari
setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga
sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Realisasi capaian AKB dari
tahun 2015 hingga tahun 2019 memiliki capaian yang cukup baik dengan
tren menurun. Pada tahun 2015 terdapat 6.8 atau sebanyak 7 kematian bayi
pada 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami perkembangan yang
fluktuatif hingga mencapai 4.7 atau 5 kematian bayi setiap 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2019. Pada tahun 2020 angka kematian bayi mengalami
kenaikan menjadi 5.1 atau 6 kematian bayi pada 1000 kelahiran hidup.
Meningkatnya tingkat kematian balita per 1000 kelahiran merupakan salah
satu penyebab dari naiknya angka kematian bayi pada 1000 kelahiran,
penyebab lainya adalah batas risiko normal menjadi abnormal sangat tipis
sehingga kejadian abnormal yang menimbulkan kematian kadang terjadi
sangat cepat, kadang kala kematian tidak dapat dicegah. Jika dibandingkan
dengan angka kematian bayi di Privinsi Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi
masih berada diatas nilai tersebut. Capaian AKB secara lebih lengkap dari
tahun 2015 hingga 2019 dapat dilihat pada grafik berikut.

II-33
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup
8,0
6,8
5,9
6,0 5,5
4,8 5,1
4,7
4,0

2,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.27 Angka Kematian Bayi 2015-2020


Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.3. Aspek Pelayanan Umum


2.3.1. Pelayanan Urusan Wajib
2.3.1.1. Urusan Wajib Layanan Dasar
2.3.1.1.1. Pendidikan
Urusan pendidikan merupakan salah satu dari urusan wajib yang
masuk dalam pelayanan dasar. Artinya adalah wajib diselenggarakan oleh
seluruh pemerintah baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten
atau kota. Sedangkan pelayanan dasar yang dimaksud adalah urusan
pendidikan merupakan pelayanan dasar yang paling dibutuhkan oleh
masyarakat. Sejalan dengan penyelenggaraan urusan tersebut di Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyuwangi, khususnya pada periode pemerintahan
2016-2021 penyelenggaraan urusan pendidikan mendukung misi pertama
yakni “Mewujudkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Bidang Pendidikan,
Kesehatan, dan Kebutuhan Dasar Lainnya”. Berikut merupakan capaian
penyelenggaraan urusan pendidikan di Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyuwangi.

Tabel 2. 14 Capaian indikator urusan pendidikan di Kabupaten


Banyuwangi
Tahun
Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI
% 99.95 99.96 99.97 99.99 100.00
Sederajat
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTS
% 92.12 93.01 93.21 91.31 91.57
Sederajat
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) % 103.63 106.57 105.44 109.47 104.45
SD/MI Sederajat % 103.8 106.57 103.33 102.81 102.04
SMP/MTS Sederajat % 104.97 107.15 104.64 105.24 110.24
SMA/SMK/MA Sederajat % 100 100 100 100 100
Akreditasi Sekolah Minimal B
Persentase SD/MI berakreditasi minimal B. % 91.21 96.71 97.68 97.68 100

II-34
Tahun
Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B. % 79.65 80 85.56 87.03 87.38
Total Persentase Guru Tersertifikasi
% 47.06 45.01 46.80 54.62 57.60
Pendidik
TK % 35.44 32.62 40.08 40.37 42.47
SD/MI Sederajat % 48.73 45.85 45.92 58.03 62.01
SMP/MTS Sederajat % 54.09 52.54 53.75 58.27 59.80
Angka Putus Sekolah
SD/MI Sederajat % 0.03 0.02 0.01 0.01 0.01
SMP/MTS Sederajat % 0.25 0.22 0.17 0.17 0.15
SMA/SMK/MA Sederajat % 0.269 0.389
Angka Melanjutkan Sekolah
SD/MI Sederajat % 102.42 107.13 104.25 115.83 120.86
SMP/MTS Sederajat % 99.06 97.45 100.62 126.78 138.45
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi 2021

Salah satu representasi dari kinerja urusan pendidikan adalah Angka


Partisipasi Murni (APM) masing-masing jenjang pendidikan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. APM adalah proporsi dari
penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah tepat di
jenjang pendidikan yang seharusnya (sesuai antara umur penduduk dengan
ketentuan usia bersekolah di jenjang tersebut) terhadap penduduk kelompok
usia sekolah yang bersesuaian. Sehingga APM pada suatu daerah dapat
merepresentasikan seberapa besar penduduk yang bersekolah tepat waktu,
atau menunjukkan seberapa besar penduduk yang bersekolah dengan umur
yang sesuai dengan ketentuan kelompok usia sekolah di jenjang pendidikan
yang sedang ditempuh.

Angka Partisipasi Murni (APM)


105 99,95 99,96 99,97 99,99 100,00
100
92,12 93,01 93,21 91,31
95 91,57
90
85
2016 2017 2018 2019 2020

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Sederajat


Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTS Sederajat

Gambar 2.28 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi 2021

Grafik di atas menggambarkan capaian APM SD/MI sederajat dan APM


SMP/MTS sederajat di Kabupaten Banyuwangi. Merujuk definisi APM pada
paragraf sebelumnya, kondisi ideal APM di sebuah daerah direpresentasikan
dengan capaian 100% APM di setiap jenjang. Capaian 100% pada APM
merepresentasikan penduduk di sebuah daerah dapat bersekolah tepat

II-35
waktu, tidak ada yang tertinggal kelas, maupun terlalu atau terlalu muda
sesuai jenjang seharusnya. Capaian grafik di atas menunjukkan bahwa
capaian APM SD/MI sederajat secara progresif meningkat dari tahun 2016
yang sudah mencapai 99,95% dengan jumlah 151.102 jumlah penduduk
umur 7-12 tahun yang bersekolah di tingkat SD/MI/sederajat dari total
jumlah penduduk umur 7-12 tahun mencapai 151.178. Sehingga dapat
disimpulkan pada tahun 2016 siswa SD/MI sederajat yang di luar usianya
sejumlah 76 siswa. Hingga tahun 2020 capaian APM SD/MI sederajat
mencapai 100% yang artinya seluruh penduduk usia 7-12 tahun telah
bersekolah sesuai dengan jenjangnya.
Berbeda dengan capaian APM SD/MI sederajat, capaian APM
SMP/MTS sederajat justru mengalami fluktuasi. Meningkat cukup progresif
dari tahun 2016 yang mencapai 92.12% hingga pada tahun 2018 mencapai
93.21% namun justru mengalami penurunan pada tahun 2019 mencapai
91.31%. Pada tahun 2016 tercatat terdapat 7.88% atau 5.822 penduduk
umur 13-15 tahun yang tidak bersekolah pada jenjang SMP/MTS sederajat.
Angka tersebut terus ditekan hingga tahun 2018 yang mencapai 6.79% atau
4.929 penduduk umur 13-15 tahun yang tidak bersekolah pada jenjang
SMP/MTS sederajat. Namun pada tahun 2019 meningkat menjadi 8.69%
atau 6.299 penduduk umur 13-15 tahun yang tidak bersekolah pada jenjang
SMP/MTS sederajat, penurunan ini bisa terjadi karena masih rendahnya
akses Pendidikan menengah sebagai kelanjutan program wajib belajar
Pendidikan dasar 9 tahun. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan tipis yang
mana APM meningkat menjadi 91.57% atau meningkat 0.26% dari tahun
sebelumnya.
Indikator selanjutnya adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) masing-
masing jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. APK merepresentasikan jumlah penduduk yang masih
bersekolah di jenjang pendidikan tertentu (tanpa memandang usia penduduk
tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk
usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama. Sehingga nilai APK dapat
menunjukkan seberapa besar kapasitas sistem pendidikan dapat
menampung siswa dari kelompok usia sekolah tertentu. Berikut merupakan
capaian APK Kabupaten Banyuwangi masing-masing jenjang

II-36
Angka Partisipasi Kasar (APK)

118,7
120,0

115,0

109,5

107,8
107,2
106,6
106,6
110,0

105,4

105,2
105,0

104,6
103,6

103,8

103,3

103,0
102,8
105,0

100,0

95,0

90,0
2016 2017 2018 2019 2020

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) SD/MI Sederajat SMP/MTS Sederajat

Gambar 2.29 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi 2021

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada masing-masing jenjang APK


Kabupaten Banyuwangi berada diangka 100% lebih. Artinya adalah jumlah
penduduk yang sekolah pada jenjang tersebut melebihi jumlah penduduk
usia tertentu pada jenjang tersebut. Keadaan tersebut bisa diakibatkan oleh
beberapa poin seperti adanya pendaftaran siswa usia dini, pendaftaran siswa
yang telat bersekolah, atau pengulangan kelas. Walaupun APK berada
diangka 100% lebih, namun belum semua penduduk memperoleh layanan
akses dan mutu pendidikan anak usia dini serta masih rendahnya mutu
layanan Pendidikan Anak Usia Dini.

Akreditasi Sekolah Minimal B


120
96,71 97,68 97,68 100
100 91,21 87,03 87,38
85,56
79,65 80
80

60

40

20

0
2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI SMP/MTS

Gambar 2.30 Akreditasi sekolah minimal B di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

II-37
Akreditasi sekolah di Kabupaten Banyuwangi minimal B setiap tahun
meningkat secara progresif, baik pada jenjang SD/MI sederajat maupun pada
jenjang SMP/MTs sederajat. Untuk jenjang SD/MI sederajat meningkat
lumayan pesat pada tahun 2017 yang mencapai 96.71% dari tahun 2016
yang hanya mencapai 91.21%. Kemudian secara stabil meningkat dan pada
tahun 2020 telah mencapai 100% yang mana sekolah di Kabupaten
Banyuwangi pada jenjang SD/MI sederajat telah memiliki akreditasi A dan B.
Sedangkan untuk akreditasi pada jenjang SMP/MTs sederajat persentase
sekolah dengan akreditasi minimal B terhadap total jumlah sekolah berada
diangka 79.65% atau mencapai 137 dari total 172 SMP/MTs sederajat di
Kabupaten Banyuwangi. Capaian tersebut meningkat setiap tahunnya hingga
pada tahun 2020 meningkat pesat mencapai 87,39%. Peningkatan pesat
terjadi pada tahun 2018 yang mana meningkat 5.56% poin jika dibandingkan
dengan tahun 2017 yang masih mencapai 80%. Walaupun akreditasi sekolah
minimal B cenderung mengalami peningkatan, namun masih terdapat
Lembaga baru yang belum terakreditasi ataupun terakreditasi B
Indikator selanjutnya yang fokus sebagai representasi dari
pembangunan kualitas pendidikan adalah Persentase guru tersertifikasi
pendidik. Tenaga pengajar atau guru merupakan aktor utama dalam
pembangunan pendidikan di daerah. Sertifikasi guru menunjukkan bahwa
guru tersebut dapat memperoleh standar minimum kemampuan. Sehingga
semakin tingginya guru tersertifikasi didaerah sekaligus juga dapat
menunjukkan kualitas pendidikan diwilayah tersebut. Berikut merupakan
persentase guru tersertifikasi di Kabupaten Banyuwangi per masing-masing
jenjang pendidikan.

Persentase Guru Tersertifikasi Pendidik 62,01


59,80
58,27
58,03

70,00
54,09

53,75
52,54
48,73

45,92
45,85

60,00
42,47
40,37
40,08
35,44

50,00
32,62

40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2016 2017 2018 2019 2020

TK % SD/MI Sederajat % SMP/MTS Sederajat %

Gambar 2.31 Persentase guru tersertifikasi pendidik di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

Grafik di atas menunjukkan secara keseluruhan pada setiap jenjang


pendidikan memiliki pola yang sama. Menurun pada tahun 2017 kemudian
meningkat progresif hingga tahun 2020. Secara umum guru SMP/MTs
sederajat merupakan jenjang dengan persentase guru tersertifikasi pendidik

II-38
tertinggi dari pada jenjang yang lain. Pada jenjang tersebut pada tahun 2016
guru yang bersertifikat mencapai 54.09%, turun pada tahun 2017 menjadi
52.54% kemudian meningkat progresif hingga tahun 2020 mencapai 59.8%.
Sedangkan jenjang pendidikan dengan persentase guru tersertifikasi paling
rendah merupakan pada jenjang TK yang hanya mencapai 35.44% pada
tahun 2016, turun 32.62% pada tahun 2017, kemudian progresif hingga
tahun 2020 mencapai 42.47%. Meskipun pada prinsipnya penyelenggaraan
sertifikasi dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan bantuan tim asesor
terkait, namun pengembangan kompetensi hingga guru tersebut layak untuk
memiliki sertifikat pendidik merupakan kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyuwangi.

2.3.1.1.2. Kesehatan
2.3.1.1.2.1. Persentase Gizi Buruk
Gizi buruk diketahui dengan cara pengukuran berat badan menurut
tinggi badan dan/atau umur dibandingkan standar dengan atau tanpa tanda-
tanda klinis. Prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Banyuwangi dalam 5
tahun terakhir memiliki tren capaian menurun, meskipun sempat meningkat
pada tahun 2018 hingga pada angka 0.56 akan tetapi pada tahun-tahun
berikutnya Persentase gizi buruk di Banyuwangi dapat semakin menurun.
Hal ini merupakan capaian yang baik hingga dapat menyentuh angka 0.49 di
tahun 2019. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2020
persentase balita gizi buruk mengalami peningkatan yang signifikan hingga
mencapai 1.2, keadaan ini berpengaruh pada masih tingginya angka
kematian bayi. Sehingga perlu ditangani secara cepat dan tepat.

PERSENTASE BALITA GIZI BURUK


140,0
120,0
120,0

100,0

80,0
60,0 57,0 56,0
60,0 55,0
49,0

40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.32 Prevalensi Balita gizi kurang di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

II-39
2.3.1.1.2.2. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun
(balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi
psikososial yang tidak memadai terutama dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK), yaitu dari janin sampai anak berusia dua tahun;

Prevalensi Balita Stunting


30
25,7 26,2
25

20

15
9,8
10 8,1 8,2

0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.33 Prevalensi Balita Stunting di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

Angka prevalensi stunting di Kabupaten Banyuwangi memiliki tren


menurun jika dibandingkan Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun
terakhir. Penurunan stunting terbesar di Kabupaten Banyuwangi terjadi pada
tahun 2018 yang menurun sebanyak 16.4 jika dibandingkan pada tahun
2017 yang mencapai angka 26.2, hal ini berbanding terbalik dengan angka
stunting Jawa Timur yang mengalami kenaikan menjadi 32.81 di tahun 2018
dari yang sebelumnya mencapai angka 26.7. Pada tahun 2019 prevalensi
stunting di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan menjadi 8.1 dan
Jawa Timur menjadi 26.9. Pada tahun 2020 prevalensi balita stunting di
Banyuwangi mengalami sedikit peningkatan menjadi 8.2, peningkatan ini
bisa terjadi karena masih adanya balita yang berstatus gizinya, pendek dan
sangat pendek selain itu juga karena masih rendanya pengetahuan ibu balita
terhadap peningkatan gizi balitanya.

II-40
Prevalensi Balita Stunting
35 31,7 32,81

30 27,1 25,7 26,1 26,2 26,7 26,9


25
20
15
9,8
10 8,1

5
0
2015 2016 2017 2018 2019

Banyuwangi Jawa Timur

Gambar 2.34 Prevalensi Balita Stunting Kabupaten Banyuwangi dan Jawa


Timur Tahun 2015-2019
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 0

Upaya konvergensi pencegahan dan penanggulangan stunting di


Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui intervensi gizi spesifik maupun
intervensi gizi sensitif dengan strategi pendekatan :
1. Kemandirian Keluarga;
2. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas);
3. Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan;
4. Posyandu;
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Implementasi dari strategi pendekatan tersebut di atas diwujudkan
dalam program dan kegiatan berupa :
1. Pemantauan dan pendampingan gizi kepada remaja putri, wanita usia
subur, ibu hamil dan menyusui serta bayi baru lahir dan balita, berupa
kegiatan pemberian tablet tambah darah, vitamin, PMT, MP-ASI,
pencegahan kecacingan bagi ibu hamil, kelas ibu hamil serta pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR);
2. Optimalisasi kegiatan posyandu/taman posyandu, germas, gerakan
seribu hari pertama kehidupan dan PHBS, bersinergi dengan pemerintah
desa/kelurahan dalam dukungan operasionalnya;
3. Penyelenggaraan kelas parenting tentang pola pengasuhan anak,
peningkatan kualitas PAUD dan pembinaan UKS;
4. Optimalisasi layanan penyediaan bantuan dan jaminan sosial bagi
keluarga miskin;
5. Pengembangan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L);
6. Penataan kawasan kumuh, rumah layak huni, akses air bersih serta
sanitasi perdesaan padat karya;
7. Pengelolaan persampahan;
8. Optimalisasi pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

II-41
Upaya-upaya tersebut diatas telah dituangkan dalam landasan
regulasi pelaksanaan konvergensi pencegahan dan penanggulangan stunting
di Kabupaten Banyuwangi meliputi :
1. Surat Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor :
Kep.42/M.PPN/HK/04/2020 tentang Penetapan Perluasan
Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi Tahun 2021;
2. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor :
Kep.10/M.PPN/HK/02/2021 tentang Penetapan Perluasan
Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi Tahun 2022
3. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 68 Tahun 2020 tentang
Konvergensi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Kabupaten
Banyuwangi
4. Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor: Kep.42/M.PPN/HK/04/2020 tentang Penetapan
Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi Tahun 2021;
5. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor :
Kep.10/M.PPN/HK/02/2021 tentang Penetapan Perluasan
Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi Tahun 2022;
6. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 68 Tahun 2020 tentang
Konvergensi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Kabupaten
Banyuwangi;
7. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor : 188/12/KEP/429.011/2021
tentang Tim Percepatan Konvergensi Pencegahan dan Penanggulangan
Stunting di Kabupaten Banyuwangi;
8. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor : 188/57/KEP/429.011/2021
tentang Penetapan Desa Prioritas Percepatan Konvergensi Pencegahan
dan Penanggulangan Stunting di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021.

2.3.1.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


2.3.1.1.3.1. Status dan Panjang jalan
Jalan di Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa kategori status
kepemilikan, diantaranya adalah Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan
Kabupaten. Jalan Nasional di kabupaten selama lima tahun memiliki panjang
yang stagnan yaitu diangka 122.97 Km, berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No : 290/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional adalah
sebagai berikut:

II-42
Tabel 2.15: Ruas Jalan Nasional Menurut Statusnya
Panjang
No. No. Ruas Nama Ruas
(Km)
1 026 Bajulmati (Bts.Kabupaten. Situbondo) – Ketapang 26,36
2 074 Bts. Kabupaten. Jember - Genteng Kulon 30,02
3 075 Genteng Kulon - Jajag - Benculuk 16,1
4 076 Benculuk – Rogojampi 17,01
5 077 Rogojampi - Bts. Kota Banyuwangi 10,23
6 077 11 K Jln. S. Parman (Banyuwangi) 1,49
7 077 12 K Jln. Adi Sucipto (Banyuwangi) 1,4
8 077 13 K Jln. A. Yani (Banyuwangi) 1,31
9 077 14 K Jln. Pb. Sudirman (Banyuwangi) 1,19
10 078 11 K Jln. Basuki Rakhmat (Banyuwangi) 1,54
11 078 12 K Jln. Yos Sudarso (Banyuwangi) 2,82
12 078 13 K Jln. Gatot Subroto (Banyuwangi) 3,5
13 106 Srono – Muncar 10
Total 122,97
Sumber: Dinas PU. Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi 2021

Tabel 2.16: Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten di


Kabupaten Banyuwangi
Kategori Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Jalan
Jalan Km 122,97 122,97 122,97 122,97 122,97
Nasional
Jalan Km 89,41 91,07 91,07 91,07 91,07
Provinsi
Jalan Km 2.771 2.771,25 2.771,25 2.771,25 2.771,25
Kabupaten
Sumber: Dinas PU. Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi 2021

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur No : 188/128/KPTS/013/2016


tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan. Jalan Provinsi juga memiliki panjang
jalan yang stagnan dari tahun 2017-2020 sepanjang 91.07 km.
Panjang jalan Kabupaten menurut SK Bupati Banyuwangi No: 258 Tahun
2016 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Kabupaten, selama 5 tahun stagnan dengan pertambahan pada tahun 2017
yang sebelumnya sepanjang 2.771 Km pada tahun 2016 menjadi 2.771,25
Km pada tahun 2017, dan terus stagnan hingga tahun 2020.

2.3.1.1.3.2. Persentase Panjang Saluran Irigasi dalam Kondisi Baik


Persentase Panjang saluran irigasi dalam kondisi baik di Provinsi Jawa
Timur memiliki capaian yang fluktuatif dari tahun 2016 hingga tahun 2020.
Capaian paling rendah terjadi pada tahun 2016 yang mencapai angka 68,5
dan capaian tertinggi pada saat tahun 2019 yaitu sebesar 69,32. Persentase
panjang saluran irigasi dalam kondisi baik di Kabupaten Banyuwangi dari

II-43
tahun 2016-2020 kondisi irigasi baik dan teknis mengalami peningkatan
pada tiap tahun dikarenakan setiap tahunnya Dinas PU Pengairan berusaha
meningkatkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi, untuk mencukupi
kebutuhan air irigasi dalam mencukupi ketersediaan kebutuhan air untuk
pertanian.

Persentase Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Dalam Kondisi Baik

70
69,32 69,15
69 68,7 68,79
68,5
68
67
66,07
66 65,45
64,79 65,1
65 64,48

64
63
62
2016 2017 2018 2019 2020

JATIM BANYUWANGI

Gambar 2.35 Persentase Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Dalam


Kondisi Baik Di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun
2016-2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Banyuwangi
2021

2.3.1.1.3.3. Jumlah rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak


Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
sanitasi layak adalah perbandingan antara jumlah rumah tangga yang
memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak terhadap jumlah rumah
tangga, dinyatakan dalam persen (%). Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas
sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan yaitu fasilitas tersebut digunakan
oleh rumah tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu,
dilengkapi dengan kloset jenis leher angsa, serta tempat pembuangan akhir
tinja berupa tangki septik atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

II-44
Jumlah Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
700.000

600.000 575.794
519.837
499.315
500.000
425.640
387.400
400.000
340.302

300.000

200.000

100.000

-
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.36 Jumlah Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas PU Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi 2021

Jumlah rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak di


Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu beberapa tahun memiliki tren
capaian yang positif dengan adanya peningkatan capaian pada setiap
tahunnya. Dengan posisi awal ditahun 2015 sejumlah 340.302 rumah
tangga, kemudian meningkat menjadi 387.400 rumah tangga ditahun 2016.
Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2017 menyentuh angka
425.640 dan kembali meningkat di tahun 2018 menjadi 499.315. Pada tahun
2019 jumlah rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak masih
meningkat hingga 519.873 rumah tangga. Dengan adanya tren capaian
meningkat tersebut maka dapat diproyeksikan jumlah rumah tangga yang
memiliki akses sanitasi layak akan meningkat menjadi 575.794 rumah
tangga pada tahun 2020. Walaupun memiliki tren capaian yang positif,
namun masih ada sebanyak 5,61% rumah tangga yang belum memiliki akses
terhadap layanan sanitasi layak dan berkelanjutan. Sanitasi merupakan
kebutuhan dasar manusia, sehingga semakin lama kesadaran masyarakat
akan pentingnya keluarga yang sehat dengan sanitasi yang layak maka akan
semakin meningkat akses terhadap sanitasi yang layak. Hingga saat ini, di
Kabupaten Banyuwangi masih belum ada kelurahan/desa yang telah
memiliki Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

II-45
2.3.1.1.3.4. Cakupan Luasan RTH Publik

Persentase Kecukupan Luasan RTH Publik


90 82,45
78,75 80,13
80 75
70
60
50
40
30
20 12,53
10
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.37 Cakupan Luasan RTH Publik Tahun di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas PU Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi 2021

Luasan RTH publik pada tahun 2016 memiliki capaian 12.53% dan
mengalami peningkatan yang drastis hingga mencapai 78.75% di tahun 2017.
Pada tahun 2018 cakupan luasan RTH publik mengalami peningkatan hingga
mencapai 80.13, namun di tahun 2019 mengalami penurunan hingga
menjadi 75 dan Kembali meningkat menjadi 82.45 di tahun 2020.
peningkatan ini terjadi karena pemerintah Kabupaten Banyuwangi
mengadakan lomba pengelolaan RTH yang mendorong pemerintah desa
untuk memaksimalkan pengelolaan RTH. Dari data di atas dapat diketahui
bahwa persentase luasan RTH publik di Kabupaten Banyuwangi bersifat
fluktuatif dan berubah-ubah sehingga diperlukan penambahan kawasan
ruang terbuka hijau, reboisasi, pengendalian ijin pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang dan penindakan tegas bagi pelanggaran ijin tata
bangunan dan lingkungan.

2.3.1.1.3.5 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap


air minum layak perkotaan dan perdesaan
Air minum merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk terus
dapat bertahan hidup, oleh karena itu air minum yang layak sangat
dibutuhkan agar manusia memperoleh kehidupan yang sehat dan
berkelanjutan. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung,
sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 m dari
pembuangan kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.
Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tangki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Proporsi rumah tangga

II-46
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak adalah perbandingan
antara rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum berkualitas
(layak) dengan rumah tangga seluruhnya

Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Berkelanjutan


Terhadap Air Minum Layak Perkotaan dan Perdesaan
100 93,32
90 78,61
80 71,29 71,42 73,27
70 59,78
55,65 57,29
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019

Perkotaan Perdesaan

Gambar 2.38 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Berkelanjutan


Terhadap Air Minum Layak Perkotaan Dan Perdesaan di Kabupaten
Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2019
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum


layak perkotaan di Kabupaten Banyuwangi selama lima tahun terakhir
memiliki capaian yang lebih tinggi daripada di perdesaan, walaupun sama-
sama mengalami peningkatan setiap tahunya. Di perkotaan akses terhadap
air minum layak pada tahun 2016 memiliki capaian sebesar 71.29 sedangkan
di pedesaan 55.65, pada tahun 2017 di perkotaan naik menjadi 71.42 dan di
pedesaan mencapai 57.29. pada tahun 2018 akses air minum layak di
perkotaan Kembali meningkat menjadi 73.27 dan di pedesaan meningkat
menjadi 59.78, pada tahun 2019 di perkotaan meningkat menjadi 93.32 dan
di pedesaan mencapai 78.61. Semakin besar persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum layak menunjukkan semakin baiknya
kondisi rumah tangga di suatu daerah sehingga harus dioptimalkan terutama
dalam daerah perdesaan.

2.3.1.1.3.5. Proporsi Rumah Tangga Terlayani Sistem Pengelolaan


Lumpur Tinja
Proporsi rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan lumpur tinja
di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun terlihat memiliki tren
capaian yang positif. Berdasarkan data yang tersaji dalam grafik di bawah
maka dapat terlihat secara keseluruhan masih sedikit rumah tangga di
Banyuwangi yang telah terlayani sistem pengelolaan lumpur tinja yaitu <1%.
Capaian tertinggi yaitu pada tahun 2017 di mana lebih dari 0.5% rumah
tangga di Kabupaten Banyuwangi telah terlayani sistem pengelolaan lumpur
tinja. Meskipun secara jumlah angka masih sangat sedikit tetapi sudah ada

II-47
peningkatan pada setiap tahunnya. Sehingga dengan tren capaian yang
positif tersebut, pada tahun 2020 diproyeksikan proporsi rumah tangga yang
terlayani sistem pengelolaan tinja akan meningkat menjadi 0.51%.

Proporsi Rumah Tangga Terlayani Sistem Pengelolaan Lumpur Tinja


0,70%
0,59%
0,60%
0,51%
0,48% 0,45%
0,50%
0,41% 0,41%
0,40%
0,30%
0,20%
0,10%
0,00%
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.39 Proporsi Rumah Tangga Terlayani Sistem Pengolahan


Lumpur Tinja di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.3.1.1.3.7 Penyediaan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari


Capaian untuk Penyediaan kebutuhan pokok air minum sehari-hari
di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 86,4 %, dari target capaian
100 %. Realisasi capaian indikator tidak memenuhi target dikarenakan pada
tahun 2020 ada sub kegiatan yang gagal dilaksanakan karena masalah
sosial. Untuk mengatasi masalah tersebut Dinas PU Pengairan melakukan
sosialisasi dan koordinasi kepada masyarakat sekitar, betapa pentingnya
manfaat sarana dan prasarana air bersih.

2.3.1.1.3.8 Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air Limbah Domestik


Capaian untuk Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air Limbah
Domestik di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 92,1 %, dari
target capaian 100 %. Permasalahan terhadap pelayanan pengolahan air
limbah domestik secara ekstern, sebagian besar masyarakat bantaran sungai
kurang peduli terhadap kebersihan sungai sedangkan permasalahan secara
intern adalah susahnya mencari lahan/tempat yang akan dibangun IPAL
Multiple Lateryn karena kepemilikannya tidak jelas.

2.3.1.1.3.9 Persentase Panjang Jalan yang Terlayani LPJU


Persentase panjang jalan yang terlayani LPJU di Kabupaten
Banyuwangi memliki capaian yang meningkat dari tahun 2016 hingga tahun
2020. Peningkatan capaian paling rendah terjadi pada tahun 2019 yang
hanya mencapai 84,95 km atau 3,07 %, sedangkan capaian peningkatan
tertinggi pada saat tahun 2018, yaitu sepanjang 288,1 km atau 10,4 %.
Persentase panjang jalan yang terlayani LPJU di Kabupaten Banyuwangi
selalu mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dikarenakan Pemerintah

II-48
Daerah Kabupaten Banyuwangi berusaha untuk mencukupi ketersediaan
kebutuhan LPJU di Kabupaten Banyuwangi.

PERSENTASE PANJANG JALAN YANG TERLAYANI LPJU


64,68%
70,00% 61,42% 1.792,4 KM
58,35%
1.702 KM
1.617,05 KM
60,00%
47,95%
42,88% 1.328,95 KM
50,00%
1.188,25 KM
40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

Panjang Jalan

Gambar 2. 40 Persentase Panjang Jalan yang Terlayani LPJU Tahun 2016-


2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dibidang


infrastruktur, maka dalam periode RPJMD kedepan, akan dilakukan
penghitungan indikator baru pada urusan pekerjaan umum yaitu Indeks
Kualitas Layanan Infrastruktur (IKLI). IKLI merupakan ukuran umpan balik
untuk mengetahui tingkat kualitas atas pembangunan infrastruktur.
Penghitungan indeks ini dilakukan dengan metode survei secara langsung
kepada masyarakat pengguna layanan infrastruktur.

2.3.1.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


2.3.1.1.4.1. Jumlah desa/kelurahan Open Defecation Free (ODF).
Jumlah desa/kelurahan Open Defecation Free (ODF)/ Stop Buang Air
Besar Sembarangan (SBS) di Kabupaten Banyuwangi memiliki tren capaian
meningkat yang sangat bagus. Berawal dengan sejumlah 58 desa/kelurahan
yang ODF Kabupaten Banyuwangi dapat meningkatkan capaiannya pada
setiap tahun sehingga ditahun 2019 seluruh desa/kelurahan yaitu yang
berjumlah 217 desa/kelurahan telah dideklarasikan menjadi ODF. Secara
rinci datanya tersaji dalam grafik berikut:

II-49
Jumlah Desa/Kelurahan Open Defecation Free (ODF)/
Stop Buang Air Besar Sembarangan
250
217 217
194
200

150 136
98
100
58
50

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.41 Jumlah Desa/Kelurahan Open Defecation Free (ODF)/ Stop


Buang Air Besar Sembarangan Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2021

Dalam mencapai ODF, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus


berupaya dan berinovasi supaya kondisi ini dapat berlangsung secara
berkelanjutan sehingga kedepannya Kabupaten Banyuwangi dapat
dinyatakan ODF secara tingkat Kabupaten.

2.3.1.1.4.2. JRTHLT: Jumlah Rumah Tangga Hunian Layak Dan


Terjangkau
JRTHLT: Jumlah rumah tangga hunian layak dan terjangkau di
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian
yang meningkat. Capaian pada tahun 2015 tercatat sebanyak 340.302. Pada
tahun 2016 jumlah rumah tangga hunian layak dan terjangkau meningkat
menjadi 387.400. Jumlah terebut terus meningkat hingga pada tahun 2017
menjadi 425.640. Pada tahun 2018 masih terjadi peningkatan jumlah
menjadi 499.315 dan terus meningkat pada tahun 2019 hingga menjadi
519.837. Oleh karena itu pada tahun 2020 dengan adanya penyediaan rumah
bersubsidi yang semakin meningkat diproyeksikan jumlah rumah tangga
hunian layak dan terjangkau akan meningkat menjadi 575.794 .

II-50
JUMLAH RUMAH TANGGA HUNIAN LAYAK DAN TERJANGKAU
700000,0
575794,3
600000,0 519837,0
499315,0
500000,0 425640,0
387400,3
400000,0 340301,8
300000,0
200000,0
100000,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.42 Jumlah Rumah Tangga Hunian Layak Dan Terjangkau Di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.3.1.1.4.3. Persentase Akses Pelayanan Sanitasi (Air Limbah) di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019
Persentase akses pelayanan sanitasi (air limbah) di Kabupaten
Banyuwangi terlihat memiliki tren capaian yang positif dari tahun 2015
hingga tahun 2019. Pada tahun 2019 Kabupaten Banyuwangi telah berhasil
mencapai akses pelayanan sanitasi (air limbah) sebesar 100 %. Namun,
walaupun Kabupaten Banyuwangi telah deklarasi sebagai Kabupaten Open
Defecation Free (ODF), pengelolaan air limbah tetap harus ditingkatkan,
karena target RPJMN 2020-2024 tidak boleh ada akses sharing, jadi
kepemilikan jamban adalah 1 unit / KK, atau meningkatkan akses ke Sistem
Pengelolaan Air Limbah (SPAL) komunal. Target RPJMN 2020 – 2024 juga
mencanangkan capaian untuk akses aman, yang artinya air limbah harus
diolah, jika berupa tanki septik individu, maka harus dikuras maksimal
setiap 5 tahun, dan lumpur tinja harus dibuang ke Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT).
Persentase Akses Pelayanan Sanitasi (Air Limbah)
di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 - 2019
100,00
100 95,00
87,91
82,69
80 69,785

60

40

20

0
2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 2.43 Persentase Akses Pelayanan Sanitasi (Air Limbah) di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019
Sumber: Kementerian Kesehatan (monev.stbm.kemkes.go.id)/monev

II-51
2.3.1.1.4.4. Luasan Kawasan Kumuh Tertangani
Kondisi pemukiman kumuh di Kabupaten Banyuwangi secara umum
berada pada Kawasan pesisir. Pada umumnya tingkat kepadatan bangunan
dapat diklasifikasikan ke dalam kepadatan sedang dan kawasan pemukiman
kumuh seluruhnya berada pada Kawasan perkotaan. Lokasi Kawasan kumuh
di Kabupaten Banyuwangi tersebar di 3 kelurahan yakni Kelurahan Mandar,
Kelurahan Lateng, dan Kelurahan Kepatihan yang semuanya berada di
kecamatan Banyuwangi. Berikut luas Kawasan kumuh yang tertangani
dalam kurun waktu 5 tahun.

Luasan Kawasan Kumuh Tertangani (Ha)


70,0
58,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,6
17,1 17,1
20,0
10,0
10,0
0,0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.44 Luasan kawasan Kumuh yang tertangani (Ha) di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan
Permukiman Tahun 2021

Luasan kawasan kumuh yang tertangani (Ha) memiliki tren capaian


meningkat dengan capaian tahun 2016 memiliki peningkatan capaian hingga
menjadi 17.09. Kemudian pada tahun 2017 luasan Kawasan kumuh memiliki
capaian yang masih stagnan dengan capaian sebesar 17.09 dan pada tahun
2018 memiliki peningkatan capaian hingga menjadi 20.63. Pada tahun 2019
masih terus mengalami peningkatan menjadi 58 dan pada tahun 2020
menunjukkan adanya penurunan hingga menjadi 10. Menurunnya luasan
Kawasan kumuh yang tertangani di Kabupaten Banyuwangi terjadi karena
beberapa faktor seperti adanya 48,65% rumah tangga yang belum memiliki
akses layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan, terdapat
sebanyak 5,61% rumah tangga belum memiliki akses terhadap layanan
sanitasi layak dan berkelanjutan, serta belum adanya kelurahan/ desa yang
memiliki Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

2.3.1.1.4.5. Penyediaan & Rehabilitasi Rumah yang Layak Huni bagi


Korban Bencana Kabupaten/Kota
Capaian untuk Penyediaan & Rehabilitasi Rumah yang Layak Huni bagi
Korban Bencana Kabupaten/Kota di Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2020 yaitu 0 %, dari target capaian 100 %. Anggaran Penyediaan dan
Rehabilitasi Rumah yang Layak Huni bagi korban bencana Kabupaten/Kota

II-52
pernah diangggarkan di awal tahun 2020, akan tetapi dikarenakan tidak
adanya bencana sampai dengan tahun 2020, program ini diefisiensikan
anggarannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk
digunakan kegiatan - kegiatan Pemerintah Daerah yang lebih prioritas.
Kedepannya, anggaran yang digunakan untuk Penyediaan dan Rehabilitasi
Rumah Yang Tidak Layak Huni bagi korban bencana Kabupaten/kota akan
tetap dianggarkan hingga akhir tahun anggaran. Karena Program ini sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.

2.3.1.1.4.6. Fasilitasi Penyediaan Rumah yang Layak Huni bagi


Masyarakat yang terkena Relokasi Program Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
Capaian untuk Fasilitasi Penyediaan Rumah yang Layak Huni bagi
Masyarakat yang terkena Relokasi Program Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 0 %, dari
target capaian 100 %. Kedepannya, perlu adanya program/kegiatan
pengantisipasian sebelum terjadi bencana, contohnya kegiatan sosialisasi
pencegahan kawasan kumuh agar membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk menjaga lingkungannya.

Selaras dengan urusan pekerjaan umum, pada urusan perumahan


rakyat dan kawasan permukiman juga akan dilakukanpengukuran indeks
kualitas layanan infrastruktur perumahan dan permukiman. Metode yang
digunakan sama dengan urusan pekerjaan umum yaitu menggunakan
metode survei.

2.3.1.1.5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan


Masyarakat
2.3.1.1.5.1. Tingkat Waktu Tanggap (Respons Rate Time)
Penanggulangan Bahaya Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana yang
setiap saat bisa mengancam, mungkin tidak bisa dicegah, tetapi bisa
diupayakan untuk mengurangi risiko bencana yang terjadi. Tingkat Waktu
Tanggap (respons rate time) merupakan salah satu cara dalam mengupayakan
penanggulangan bahaya bencana, jika waktu tanggapnya semakin cepat
maka penanggulangan bahaya juga akan cepat diselesaikan. Tingkat Waktu
Tanggap (respons rate time) Penanggulangan Bahaya Bencana di Kabupaten
Banyuwangi memiliki tren capaian yang meningkat yang mana pada tahun
2016 dan 2017 mencapai angka 65% dan mengalami peningkatan menjadi
100% di tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2020 kembali mengalami
penurunan menjadi 90%. Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia, sarpras damkar, dan tidak adanya dokumen mitigasi bencana

II-53
kebakaran merupakan kendala dalam penanggulangan bahaya bencana di
Kabupaten Banyuwangi.

Tingkat Waktu Tanggap (Respons Rate Time)


Penanggulangan Bahaya Bencana
120
100 100
100 90

80
65 65
60

40

20

0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.45 Tingkat Waktu Tanggap (Respons Rate Time)


Penanggulangan Bahaya Bencana di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-
2020
Sumber: BPBD Kabupaten Banyuwangi 202 1

2.3.1.1.5.2. Persentase Pelanggaran Perda yang Tertangani


Penanganan terhadap pelanggaran perda sudah selayaknya
ditegakkan untuk memelihara ketenteraman dan ketertiban umum yang
aman dan kondusif. Pelanggaran perda yang tertangani di Kabupaten
Banyuwangi memiliki tren yang fluktuatif. Pada tahun 2016 dan 2017
pelanggaran perda yang tertangani mencapai angka 100%, kemudian
mengalami penurunan menjadi 91% di tahun 2018 dan Kembali menurun
hingga mencapai 87.5% di tahun 2019. Walaupun selama dua tahun
sebelumnya mengalami penurunan, pada tahun 2020 kembali meningkat
menjadi 90%. Adanya tren yang menurun dalam penanganan terhadap perda
dikarenakan minimnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah serta masih adanya
indikator pembentuk indeks rasa aman yang perlu di tingkatkan.

II-54
Persentase Pelanggaran Perda yang Tertangani

100 100

91
90
87,5

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.46 Persentase Pelanggaran Perda yang Tertangani di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Satpol PP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Terkait dengan ketaatan terhadap peraturan daerah maupun


peraturan negara terdapat indikator baru yang akan digunakan yaitu Indeks
Kepatuhan Pada Peraturan Negara, indikator tersebut merupakan komposit
dari indeks kesalehan sosial yang metode pengumpulan datanya
menggunakan pendekatan survei. Indeks tersebut direpresentasikan dalam
8 indikator meliputi kepatuhan terhadap peraturan lalulintas, kepatuhan
dalam membayar pajak, Tidak menyogok pada urusan layanan publik (denda
lalu lintas, pembuatan KTP/Paspor, layanan nikah), Peraturan
Desa/kelurahan, kepatuhan terhadap Peraturan Daerah (kabupaten dan
Provinsi), kepatuhan terhadap Peraturan perundangan yang berlaku,
kepatuhan terhadap Pancasila dan UUD, Setia pada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

II-55
2.3.1.1.5.3. Indeks Risiko Bencana

Indeks Resiko Bencana

208,71 206,44

168,29
151,32
137,16

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.47 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Banyuwangi 2021

Penghitungan IRB dalam hal ini akan menjadi dasar untuk memahami
ancaman bencana, kerentanan, dan kapasitas suatu daerah. Dari grafik
diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi
telah berhasil dalam pencapian atau lebih menekan resiko bencana. Hal
tersebut dapat terlihat dari data yang menunjukan tren capaian menurun,
sehingga Kabupaten Banyuwangi dapat dikatakan daerah dengan resiko yang
menurun setiap tahunnya dan mendekati daerah aman bencana. Tren capian
menurun stagnan pada tahun 2017 ke tahun 2020 yakni menjadi 137.16.
2.3.1.1.5.4. Persentase Risiko Bencana

Capaian Indikator Persentase Resiko Bencana pada KRB


50% 47%
43,04%
39,13%
40% 35,70%
30%
30%

20%

10%

0%
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.48 Capaian Indikator Persentase Risiko Bencana Pada KRB di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: BPBD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

II-56
Salah satu indikator berkaitan dengan perlindungan masyarakat
adalah persentase risiko bencana pada KRB di Kabupaten Banyuwangi.
Persentase risiko bencana pada kawasan KRB di Kabupaten Banyuwangi
bersifat fluktuatif yaitu terbukti dari data yang ditampilkan pada grafika di
atas. Pada tahun 2016 nilai persentase mencapai angka 30%. Untuk
selanjutnya angka realisasi pada tahun 2017 berada diangka 39.13%, hal ini
menandakan jika terjadi peningkatan dari tahun 2016. Namun pada tahun
2018 persentase indikator risiko bencana di kawasan KRB Kabupaten
Banyuwangi mengalami penurunan kembali menjadi 35.7%. Dan
peningkatan angka Persentase Risiko Bencana pada KRB Kembali meningkat
pada angka 43.04 % ditahun 2019, sehingga dapat diproyeksikan Persentase
Risiko Bencana pada KRB di Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 berada pada
angka 47%.
Indikator terkait kebencanaan yang dirasa cukup penting dan perlu
ditambahkan untuk dilakukan penghitungan dalam lima tahun kedepan
adalah indiaktor Persentase cakupan pelayanan bencana kebakaran dan
Indeks ketahanan & keselamatan kebakaran. Penghitungan indikator
Persentase cakupan pelayanan bencana kebakaran dilakukan dengan
membagi wilayah manajemen kebakaran (WMK) dengan jumlah luas
kabupaten dikalikan 100%. Sedangkan Indeks ketahanan & keselamatan
kebakaran dihitung dengan formulasi 30% ketepatan waktu rekomendasi
proteksi kebakaran, ditambah 30% edukasi ptoteksi kebakaran, ditambah
40 % response time.

Capaian untuk Pelayanan Informasi Rawan Bencana di Kabupaten


Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 100 %, dari target capaian 100 %.
Sementara capaian untuk Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan
terhadap Bencana di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 100 %,
dari target capaian 100 %. Kedepannya, pembentukan sekretariat terpadu
Call Center pelayanan kedaruratan perlu dilakukan untuk lebih
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap darurat bencana di Kabupaten
Banyuwangi.
Capaian untuk Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban
Bencana di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 100 %, dari target
capaian 100 %. Kedepannya, pemenuhan kendaraan operasional perlu
dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan penyelamatan dan
evakuasi korban bencana, apabila terjadi bencana di Kabupaten
Banyuwangi.
Capaian untuk Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban
Kebakaran di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 yaitu 100 %, dari
target capaian 100 %. Kedepannya, peremajaan sarana dan prasarana
pemadam kebakaran serta pemasangan hidrant untuk supporting sistem
pemadaman kebakaran perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja
pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran di Kabupaten
Banyuwangi.

II-57
2.3.1.1.6. Sosial
2.3.1.1.6.1. Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas)
Indeks pembangunan masyarakat Kabupaten Banyuwangi dari tahun
2017 hingga tahun 2020 selalu mengalami kenaikan. Dari yang hanya
sebesar 0.66 pada tahun 2016 menjadi 0.72 pada tahun 2019. Pada tahun
2019 sudah mendapatkan kategori pembangunan masyarakat baik, jika
dibandingkan dengan nasional maupun IPMas Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2019 masih lebih tinggi. Pada tahun 2020 sementara capaiannya
masih dianggap sama atau dengan kata lain datanya masih sementara.

IPMas Kabupaten Banyuwangi

0,8 0,72 0,72


0,66 0,67
0,7
IPMas
0,6
2017 2018 2019 2020

Gambar 2.49 IPMas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017-2020


Sumber: Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

2.3.1.1.6.2. Indeks Rasa Aman

Capaian Indikator Indeks Rasa Aman


0,9
0,77
0,8 0,7
0,7 0,63 0,63
0,6 0,5
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.50 Capaian Indikator Indeks Rasa Aman Di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Indeks rasa aman terdiri dari 4 indikator yakni kesadaran hukum,


organisasi sipil, mitigasi risiko sosial, dan penyelesaian sengketa secara
beradab. Indikator indeks rasa aman pada tahun 2016 mencapai angka
realisasi 0.5 yang dilanjutkan dengan kenaikan yang signifikan pada tahun
2017 yaitu mencapai 0.63. Pada tahun selanjutnya pada tahun 2018 tetap

II-58
tidak mengalami kenaikan yaitu diangka 0.63. Pada tahun 2019 angka indeks
rasa aman dapat menyentuh angka 0.7, kenaikan capaian ini menjadi bukti
bahwa tingkat ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat
sudah cukup terjamin. Sehingga dapat diproyeksikan angka indeks rasa
aman di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0.77 pada tahun 2020.

2.3.1.1.6.3. Persentase Angka PMKS


Keberhasilan capaian pada setiap indikator urusan sosial
menunjukkan bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam
melaksanakan kebijakannya sudah menunjukkan pro poor serta memberikan
perhatian lebih pada masyarakat yang memiliki kapasitas rendah. Hal ini
terlihat dari menurunnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
di Kabupaten Banyuwangi yang pada tahun 2016 sebesar 13,3%, turun
menjadi 11,73% pada 2017. Perkembangan yang sangat baik terlihat dari
capaian angka PMKS yang menurun drastis pada tahun 2018 yaitu mencapai
angka 1,62% dan terus menurun hingga di tahun 2019 angka PMKS
menyentuh angka 1.33. Oleh karena itu dapat diproyeksikan angka PMKS di
Kabupaten Banyuwangi dapat menurun menjadi 0.10% pada tahun 2020.
Penurunan pada tahun 2020 diambil dari hasil penghitungan tren data pada
tahun sebelumnya sebelum adanya pandemi covid-19.

Capaian Indikator Presentase angka PMKS


14 13,3

12 11,37

10

1,62 1,33
2
0,10
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.51 Capaian Indikator Persentase Angka PMKS di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Selain indikator yang diuraikan diatas, terdapat indikator baru yang akan
digunakan dalam RPJMD yaitu indikator Indeks Kesalehan Sosial. Indikator
tersebut didefinisikan sebagai sikap perilaku seseorang yang memiliki unsur
kebaikan (salih), atau manfaat dalam kerangka hidup bermasyarakat. Sikap
kesalehan sosial tersebut meliputi: (a) solidaritas sosial (al-takaful al-ijtima’i), (b)

II-59
toleransi (al-tasamuh), (c) mutualitas/kerjasama (al-ta’awun), (d) tengah-tengah
(al-I’tidal), dan (e) stabilitas (al-tsabat). Metode pengumpulan data dalam
penghitungan indeks tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan survei
secara langsung kepada masyarakat.

2.3.1.2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar


2.3.1.2.1. Tenaga Kerja
2.3.1.2.1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran terbuka mengindikasikan besarnya persentase
angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. TPT yang tinggi
menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap
pada pasar kerja. Berikut merupakan tingkat pengangguran terbuka
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan Nasional tahun 2016-2020:

TPT
7,07

5,84
5,61 5,5
5,3 5,23

5,34
4,21 4,08
4 3,91

3,07 3,82
3,67
2,55

2016 2017 2018 2019 2020

Banyuwangi Jatim Nasional

Gambar 2.52 Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Banyuwangi,


Jawa Timur dan Nasional Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2021

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banyuwangi dalam


kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian yang negatif dengan adanya
peningkatan angka capaian pada setiap tahunnya. Pada tahun 2016 TPT
Kabupaten Banyuwangi tidak tercatat dalam data yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik sehingga data TPT 2016 menggunakan angka yang di
rilis bulan Agustus 2015. Di tahun 2020 angka TPT baik di Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur dan Nasional meningkat tajam akibat munculnya
pandemi covid-19 di bulan Maret 2020 yang masih belum selesai hingga akhir
tahun 2020.

2.3.1.2.1.2. Tingkat partisipasi angkatan kerja


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah Persentase
penduduk usia 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya persentase
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara/wilayah.

II-60
Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan
tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan
jasa dalam suatu perekonomian.

TPAK

72,87 72,87
72,21 72,13 71,8
70,33
69,56 69,61
68,78

66,14

2016 2017 2018 2019 2020

Banyuwangi Jatim

Gambar 2.53 tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Banyuwangi


dan Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur 2021
Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun
waktu 5 tahun menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2016 capaian
TPAK tidak dirilis oleh BPS sehingga data TPAK 2016 menggunakan rilis
Bulan Agustus 2016. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa angkatan kerja
atau pasokan tenaga kerja yang tersedia di Kabupaten Banyuwangi cukup
besar dan secara proporsional persentasenya selalu lebih tinggi dibanding
dengan Jawa Timur secara keseluruhan. Besarnya pasokan tenaga kerja ini
harus diimbangi dengan pembukaan lapangan kerja yang cukup banyak agar
tingkat pengangguran tidak semakin tinggi.

2.3.1.2.2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


2.3.1.2.2.1. Jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak
perempuan
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap seseorang yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum (UU. No.
35 Tahun 2014). Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
ini penting, tidak hanya karena masalah kesehatan moral atau masalah
masyarakat yang ditimbulkan, tapi juga karena ancaman kekerasan domestik
yang membuat gerakan dan tindakan perempuan terbatas di dalam rumah
sehingga membatasi pilihan hidup mereka. Global Burden of Disease
memproyeksikan bahwa lebih dari 30% perempuan >15 tahun mendapat
pelecehan fisik atau seksual dari pasangannya selama masa hidup mereka.

II-61
Mengetahui insiden dan prevalensi kekerasan menjadi langkah awal
untuk memastikan kebijakan pencegahan tepat sasaran. Indikator ini
mengukur terjadinya kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan.
Karena sebagian besar kasus kekerasan terhadap perempuan dilakukan oleh
suami atau pasangan intim, maka indikator ini tepat untuk menangkap
sebagian besar kasus kekerasan yang dialami perempuan. Pengukuran
kekerasan terhadap perempuan lebih cocok menggunakan time lag 12 bulan,
karena dapat menggambarkan perubahan level dan risiko kekerasan dari
waktu ke waktu dibandingkan dengan pengukuran menggunakan time lag
seumur hidup.

Jumlah Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak


Perempuan
120
101
100 94
82
80
69
64
60
42
38
40
20 23
16 17
20 12

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Perempuan Anak Perempuan

Gambar 2.54 Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak


Perempuan Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kekerasan terhadap


perempuan dan anak perempuan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2015-
2020 mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya. Jumlah
kekerasan pada Perempuan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebanyak 38
orang, dan terendah pada tahun 2012 sebanyak 12 orang. Pada tahun 2016
sebanyak 20 orang, di tahun 2017 sebanyak 16 orang, pada tahun 2018
sebanyak 17 orang dan di tahun 2020 sebanyak 23 orang. Sedangkan jumlah
kekerasan pada anak perempuan tertinggi terjadi di tahun 2015 sebanyak
101 anak dan terendah di tahun 2020 sebanyak 42 anak. Kekerasan anak
perempuan Pada tahun 2016 sebanyak 94 anak dan menurun di tahun
2017-2018 sebanyak 69 dan 64 anak perempuan. Di tahun 2019 jumlah
kekerasan pada anak perempuan meningkat sebanyak 82 anak.
Tren yang fluktuatif ini dikarenakan masih tingginya angka kekerasan
pada perempuan serta belum optimalnya sosialisasi penanganan kasus pada

II-62
perempuan. Penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak saat ini
ditangani melalui P2TP2A yang merupakan hasil kolaborasi pemerintah,
penegak hukum, dan organisasi masyarakat sipil.
Sesuai dengan SK Bupati Banyuwangi Nomor :
188/97/KEP/2011/2020 tentang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak Kabupaten Banyuwangi (P2TP2A) dengan tugas :
• Menyusun rencana pedoman umum implementasi rencana aksi
perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Banyuwangi
• Menyusun implementasi pemantauan dan evaluasi terhadap
implementasi rencana aksi perempuan dan anak dimaksud
• Memberikan dan/atau meminta saran, pertimbangan dan
rekomendasi kepada instansi/pihak lain terkait dan/atau para ahli
dari unsur pemerintah dan masyarakat;
Bahwa pusat pelayanan terpadu tersebut dibantu oleh sekretariat
tetap dan 3 (tiga) divisi antara lain : divisi penanganan dan reintegrasi korban,
divisi advokasi dan penegakan hukum.
Melalui peran aktif P2TP2A Kabupaten Banyuwangi akan bertekad
memperluas cakupan pelayanan terhadap Perempuan dan Anak. Beberapa
diantaranya diimplementasikan melalui : Ruang Rindu, Banyuwangi Children
Center dan Forum Anak sehingga diharapkan kasus kekerasan perempuan
dan anak dapat ditemukan solusinya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memberikan dan melindungi hak
perempuan dan anak antara lain berupa :”lahir procot pulang bawa akta,
duta cegah perkawinan anak, sakina (stop kematian ibu dan anak), one
student one client (satu mahasiswa dampingi ibu hamil), sekolah asuh
sekolah, garda ampuh, rumah aman bagi perempuan dan anak korban
kekerasan” dan lain sebagainya.

2.3.1.2.2.2. Perencanaan Pembangunan Responsif Gender


Pasal 262 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah secara tegas menyatakan pentingnya menyusun
RPJMD yang berkeadilan. Dalam penjelasannya, yang dimaksud berkeadilan
adalah prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor, pendapatan, gender, dan
usia. Penekanan kepada perencanaan pembangunan yang berkeadilan
khususnya berkeadilan gender ini bukan tanpa sebab. Beberapa tahun ini
makin dirasakan kesenjangan gender dalam kehidupan sosial masyarakat.
Tingkat kekerasan yang makin tinggi, kualitas hidup perempuan dan anak
miskin yang makin rentan dan beberapa persoalan termasuk persoalan
infrastruktur yang belum sesuai dengan kepentingan perempuan dan anak-
anak.
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan manusia selain Indeks
Pembangunan Manusia adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPG digunakan untuk mengukur
pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang
sama dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), namun lebih diarahkan
untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. IPG
dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia

II-63
antara laki-laki dan perempuan. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 : 86,81 (kategori tinggi).

Indeks Pembangunan Gender (IPG)


92,00 91,07
90,76 90,77 90,91
91,00
90,00
89,00
88,00
86,81 86,66
87,00 86,20 86,44
86,00
85,00
84,00
83,00
2016 2017 2018 2019 2020

Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.55 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Banyuwangi dan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Kependudukan Provinsi Jawa Timur, 2021

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Jawa Timur mencapai


angka tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar 91,07 dan sempat menurun
pada tahun 2017 sebesar 90,77 dan 2018 sebesar 90,77. Kondisi IPG di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 sampai tahun 2019 mengalami
kenaikan selama empat tahun terakhir hingga di angka 86, 81 pada tahun
2019. Capaian IPG Kabupaten Banyuwangi mencapai 86,66 pada tahun 2020
termasuk dalam kategori tinggi yang artinya harapan lama sekolah, rata-rata
lama sekolah, usia harapan hidup, pengeluaran per kapita sudah hampir
terdapat kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.

INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER (IDG)


80,00
74,52 73,04
75,00
68,41 69,06 69,43 69,37 69,70 69,71
70,00 66,48 67,58
65,00
60,00
2015 2016 2017 2018 2019

Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.56 Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Banyuwangi dan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak d an
Kependudukan Prov Jawa Timur, 202 0

II-64
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menunjukkan apakah wanita
dapat secara aktif berperan serta dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Banyuwangi tahun 2019
sebesar 74,52. Indikator indeks keterlibatan perempuan di parlemen sebesar
26%, perempuan sebagai tenaga profesional sebesar 48,20% dan sumber
pendapatan perempuan sebesar 31,01%. Dibandingkan dengan data IDG dari
Provinsi Jawa Timur mulai tahun 2017 IDG Kabupaten Banyuwangi lebih
tinggi dari IDG Jawa Timur. Begitu pula dibandingkan dengan daerah
sekitarnya, IDG di Kabupaten Banyuwangi hanya lebih rendah dari
Kabupaten Jember yaitu 70,45. Hal tersebut karena berbagai kegiatan di
Kabupaten Banyuwangi mendukung responsif gender. Misal inovasi
Banyuwangi Children Center, Sakina, dan kegiatan lain yang melindungi anak
dan perempuan dalam setiap perannya. Belum adanya aplikasi untuk
pemenuhan data gender dan anak merupakan salah satu yang harus segera
diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan data.

2.3.1.2.3. Pangan
2.3.1.2.3.1. Skor PPH Ketersediaan
Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai komposisi kelompok pangan
utama yang bila di konsumsi dapat memenuhi kebutuhan gizi baik dalam
jumlah, maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya, dan agama. Konsep PPH merupakan
manifestasi konsep gizi seimbang yang didasarkan pada konsep Triguna
Pangan. Keseimbangan jumlah antar kelompok pangan merupakan syarat
terwujudnya keseimbangan gizi, dengan demikian PPH dapat digunakan
sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan. Dengan
terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan sesuai PPH
secara implisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi.
Skor PPH Ketersediaan di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu
5 tahun menunjukkan tren yang positif dengan adanya peningkatan di 3
tahun terakhir. Dua tahun pertama yaitu tahun 2015 & 2016 Skor PPH
Ketersediaan di Banyuwangi berada pada angka capaian sebesar 90.
Kemudian pada tahun 2017 capaian Skor PPH Ketersediaan dapat meningkat
1 poin menjadi 91 dan angka 91 tersebut bertahan hingga tiga tahun
berikutnya yaitu sampai pada tahun 2019. Pada tahun 2020 Skor PPH
Ketersediaan di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga
menjadi 95 yang merupakan angka tertinggi dari capaian 5 tahun
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Kabupaten
Banyuwangi sudah baik dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan
keseimbangan gizi. Meskipun skor PPH ketersediaan memiliki tren yang
positif, namun ada beberapa masalah yang harus menjadi perhatian seperti
kurang optimalnya pengelolaan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
yang disebabkan karena petani sebagai pelaku usaha sering kali dihadapkan
pada realita rendahnya minat konsumen lokal terhadap produk olahan atau
produk premium pertanian dengan label harga di atas rata-rata, sedangkan

II-65
jaringan pemasaran untuk menjangkau konsumen luar kota masih kurang
optimal.

SKOR PPH KETERSEDIAAN


92,0 95
91,5 91,1 91,1 91,1
91,0
90,5
90,0 90,0
90,0
89,5
89,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.57 Skor PPH ketersediaan di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2015-2020
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021
2.3.1.2.3.2. Skor PPH Konsumsi
Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi
pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan dan seimbang. Penetapan
PPH bertujuan untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang mempertimbangkan
keseimbangan gizi berdasarkan cita rasa, daya cerna, daya terima,
masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli.

Skor PPH Konsumsi


92,0
90,5
90,0

88,0 87,2 87,2 87,2

86,0 85,0 85,0

84,0

82,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.58 Skor PPH konsumsi di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021

Sejalan dengan skor PPH ketersediaan Skor PPH Konsumsi di


Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun menunjukkan tren yang
positif dengan adanya peningkatan di 3 tahun terakhir. Dua tahun pertama
yaitu tahun 2015 dan 2016 Skor PPH Konsumsi di Banyuwangi berada pada
angka capaian sebesar 85. Kemudian pada tahun 2017 capaian Skor PPH
Konsumsi dapat meningkat 2.2 poin menjadi 87.2 dan angka 87.2 tersebut

II-66
bertahan hingga tiga tahun berikutnya yaitu sampai pada tahun 2019.
Sehingga pada tahun 2020 Skor PPH Konsumsi di Kabupaten Banyuwangi
meningkat cukup signifikan menjadi 90.5, skor tersebut merupakan skor PPH
Konsumsi tertinggi di Banyuwangi sejak 6 tahun terakhir. Masih belum
optimalnya cadangan pangan yang dikelola masyarakat melalui
pemberdayaan kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat secara
berkelanjutan merupakan satu hal yang perlu dimaksimalkan oleh
Kabupaten Banyuwangi.

2.3.1.2.4. Lingkungan Hidup


2.3.1.2.4.1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) telah dikembangkan sejak
tahun 2009, yang merupakan indeks kinerja pengelolaan lingkungan hidup
secara nasional dan menjadi acuan bersama bagi semua pihak dalam
mengukur kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Penghitungan IKLH terdiri dari tiga komponen yaitu: Indeks Kualitas Air
(IKA); Indeks Kualitas Udara (IKU); dan Indeks Kualitas Tutupan Lahan
(IKTL).
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten Banyuwangi dalam
kurun waktu lima tahun memiliki tren capaian yang meningkat. Pada tahun
2015 angka capaian menunjukkan angka 66.1 dan terus meningkat dan
capaian yang lebih tinggi terjadi pada tahun 2020 yang mengalami
peningkatan pencapaian menjadi 68.66. IKLH Provinsi Jawa Timur
mengalami capaian yang stabil mulai tahun 2016 – 2020 dengan kisaran
angka mulai 66. 81 sempat turun di tahun 2017 sebesar 66, 29 dan naik
pada tahun 2018 sebesar 66.36 hingga di tahun 2020 sebesar 67.70.

Gambar 2.59 Indeks lingkungan hidup di Kabupaten Banyuwangi dan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 2021

Komponen IKLH yang pertama adalah Indeks Kualitas Air (IKA).


Kualitas air yang baik, bersih dan sehat menjadi kebutuhan penting bagi

II-67
manusia dan mahkluk hidup yang lain. Indeks Kualitas Air dapat
memberikan informasi kualitas air yang digunakan upaya pengendalian
pencemaran air dengan konsep bahwa nilai indeks yang semakin tinggi
menunjukkan kualitas air yang semakin baik. IKA Kabupaten Banyuwangi
memiliki capaian yang stabil dan cenderung naik pada tahun 2016 hingga
tahun 2019, angka tertinggi pada tahun 2018 yang mencapai angka 57.17.
berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2019 IKA Kabupaten
Banyuwangi mengalami penurunan menjadi 55.45 dan mencapai kenaikan
kembali pada tahun 2020 sebesar 59,17. Penurunan IKA di Kabupaten
Banyuwangi terjadi karena belum optimalnya kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan hidup serta adanya penurunan kualitas air. Hal ini
berbanding terbalik dengan IKA Jawa Timur yang mengalami kenaikan
capaian di tahun 2019 dan tahun 2020 yakni sebesar 56.13 yang merupakan
angka capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir. IKA Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas air di kabupaten
Banyuwangi semakin baik dibanding tahun sebelumnya.

Gambar 2.60 Indeks Kualitas Air (IKA) di Kabupaten Banyuwangi dan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 2021

Komponen IKLH selanjutnya adalah Indeks Kualitas Udara (IKU).


Kualitas udara berhubungan erat dengan tingkat kesehatan masyarakat dan
kegiatan pembangunan. IKU Jawa Timur memiliki capaian yang cenderung
turun mulai tahun 2015 hingga pada tahun 2019 yang mencapai angka 83.32
dan mengalami kenaikan pada tahun 2020 sebesar 84.59. IKU Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016-2019 cenderung memiliki capaian yang stabil
pada kisaran angka 86 dan tahun 2020 mengalami penurunan pada angka
85.23. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
penurunan kualitas udara diantaranya yaitu laju pertumbuhan penduduk
yang cepat diiringi dengan pembangunan dan sarana transportasi yang
meningkat akan menghasilkan polutan yang menyebabkan menurunnya
kualitas udara. Selain itu adanya kegiatan pembangunan dan alih fungsi

II-68
lahan serta kurang optimalnya pengendalian pencemaran udara juga
berpengaruh terhadap kualitas udara.

Gambar 2.61 Indeks Kualitas Udara di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 2021

Komponen IKLH selanjutnya adalah Indeks Kualitas Tutupan Lahan


(IKTL). Indeks Tutupan Lahan Provinsi Jawa Timur yang dari tahun 2016
hingga 2020 rata-rata stabil dan cenderung naik dan sempat mengalami
penurunan hanya di tahun 2019 yaitu sebesar 0.40 dari tahun 2018 atau
sebesar 63.16 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2020 yaitu sebesar
63,72. Hal tersebut berbeda dengan IKTL Kabupaten Banyuwangi memiliki
capaian yang stagnan pada angka 61.59 dari tahun 2016 hingga tahun 2020.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan perubahan
luasan tutupan lahan di Kabupaten Banyuwangi yang dikarenakan kurang
optimalnya pengelolaan lahan dan sumber air.

Gambar 2.62 Indeks Tutupan Lahan di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 2021

II-69
2.3.1.2.4.2. Persentase sampah yang dikelola
Sampah merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian di
Kabupaten Banyuwangi karena sampah dapat mencemari serta merusak
lingkungan terutama mencemari kualitas udara dan air dalam suatu
Kawasan. Sampah yang belum tertangani tersebar di wilayah perdesaan
terutama kawasan pesisir, hal ini terjadi karena aktivitas ekonomi banyak
terjadi di kawasan pesisir seperti wisata dan industri. Sumber-sumber
sampah di Kabupaten Banyuwangi berasal dari sisa sampah rumah tangga,
sampah pertanian, sampah dari pasar, sampah perkantoran, sampah rumah
sakit, sampah sekolah, sampah industri, sampah konstruksi bangunan
gedung, sampah peternakan dan sampah perikanan. Besarnya produksi
sampah di Kabupaten Banyuwangi berbanding lurus dengan jumlah
penduduk di masing-masing kecamatan.
Jumlah produksi sampah di Kabupaten Banyuwangi dalam satu tahun
mencapai 6.900 ton. Dari jumlah produksi sampah tersebut tidak semua bisa
ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Hanya sekitar 42 % atau
2.900 ton yang bisa diangkut ke TPA. Sisanya sebesar 60% dari produksi
sampah tersebut masih memerlukan pengolahan supaya tidak mencemari
lingkungan.

Gambar 2.63 Penanganan Sampah rumah tangga


Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 202 1

Pola penanganan sampah di Kabupaten Banyuwangi bertumpu pada


kawasan perkotaan khususnya Ibu Kota Kecamatan, sedangkan sebagian
besar lainnya dikelola secara mandiri oleh masyarakat baik melalui
pengelolaan TPS 3R maupun Bank sampah. Pada kawasan-kawasan
perdesaan, penanganan sampah dilakukan secara konvensional yaitu melalui
sistem gali urug terkendali. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya
lahan untuk pembuangan sampah dengan model galian.
Pemerintah Banyuwangi sudah melakukan berbagai cara seperti
penambahan armada pengangkut sampah dan sosialisasi kepada masyarakat

II-70
mengenai pengelolaan sampah. Berikut capaian persentase sampah yang
dikelola Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir.

Presentase Sampah yang dikelola


80
56 56 61
60 50 53

40
20
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.64 Persentase sampah yang dikelola di Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi 2021
Pada tahun 2016 persentase sampah yang dikelola memiliki capaian
angka sebesar 50% dan pada tahun 2017 bertambah menjadi 53%. Kemudian
pada tahun 2019 persentase sampah yang dikelola mengalami peningkatan
pencapaian menjadi 56% dan pada tahun 2020 terus mengalami peningkatan
sebesar 5% sehingga mencapai angka 61%. Kontribusi dalam pengelolaan
sampah tidak saja dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetapi
juga masyarakat melalui pemilahan sampah organik dan anorganik dimulai
dari lingkungan rumah tangga, hingga perusahaan sebagai wujud tanggung
jawab sosial dengan penyediaan tempat sampah di wilayah pesisir/pantai
dengan kerjasama dengan kelompok sadar wisata. Pelibatan dasa wisma
dalam hal ini sangat membantu dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Beberapa inovasi dilakukan Kabupaten Banyuwangi dalam mengelola
sampah dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga pengelolaan
sungai dan pesisir. Misalnya : inovasi Sekolah Membawa Sampah,
Pengelolaan Sampah Karya Desa Muncar, Merdeka dari Sampah dan Festival
Sungai Bersih, diharapkan dengan inovasi tersebut dapat mengurangi
sampah dan daur ulangnya bisa bermanfaat. Banyaknya inovasi dalam
pengelolaan harus diikuti dengan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan hidup.
Salah satu upaya pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi mulai tahun 2014 hingga saat ini
adalah dengan melakukan pengawasan, memonitor, sekaligus mendata
timbulan limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan/industri di wilayah
Kabupaten Banyuwangi. Untuk Hasil pengawasan yang dilakukan pada 49
industri dan/atau kegiatan usaha menunjukkan masih ada beberapa
perusahaan yang belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam dokumen pengelolaan lingkungan (dokumen UKL-UPL), belum
mempunyai IPAL atau hasil uji kualitas limbah cairnya belum memenuhi
baku mutu kualitas limbah cair, belum memiliki izin pengelolaan limbah B3
dan izin pembuangan limbah cair.

II-71
2.3.1.2.5. Pertanahan
2.3.1.2.5.1. Banyaknya Sertifikat Tanah yang Dikeluarkan
Sertifikat tanah merupakan salah satu bukti kepemilikan atas tanah.
Sertifikat tanah memiliki beberapa jenis diantaranya hak milik, hak pakai,
hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pengelolaan, wakaf, dan hak per
Juni 1996 hak tanggungan. Sertifikat yang dikeluarkan di Kabupaten
Banyuwangi memiliki tren yang meningkat, pada tahun 2016 sertifikat tanah
yang dikeluarkan mencapai 25330 dan mengalami meningkat menjadi 44091
di tahun 2017. Pada tahun selanjutnya, mengalami peningkatan yang cukup
tinggi hingga mencapai angka 73659 di tahun 2018 dan mencapai 85097 di
tahun 2019, namun pada tahun 2020 angka ini menurun drastis hingga
mencapai 40209.

Banyaknya Sertifikat Tanah yang Dikeluarkan


90000 85097
80000 73659
70000
60000
50000 44091
40209
40000
30000 25330
20000
10000
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.65 Banyaknya Sertifikat Tanah yang Dikeluarkan di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi Tahun 202 1

2.3.1.2.6. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil


Urusan administrasi kependudukan dan catatan sipil merupakan urusan
wajib pemerintah daerah yang memiliki fungsi perumusan kebijakan teknis
di bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pelaksanaan
koordinasi kebijakan dibidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Sipil, pelaksanaan kebijakan di bidang Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pelaksanaan fungsi kesekretariatan
dinas dan pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh bupati
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berikut capaian indikator kinerja
program urusan administrasi kependudukan dan catatan sipil:

II-72
Tabel 2. 17 Capaian indikator kinerja program urusan administrasi
kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Banyuwangi
tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase
Pelayanan KTP-el % 98,0 89,1 95,0 15,4 28,5
kurang dari 2 jam
2 Persentase Bayi
lahir procot pulang % 71,0 74,8 82,0 80,9 86,4
bawa akta
3 Persentase Data
Kependudukan
% 88,0 91,0 93,0 92,0 94,5
yang valid dan
update
Sumber: Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi 2021

Capaian indikator di atas merupakan representasi atas kinerja


pemerintah Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2016 hingga tahun 2020. Dari
data di atas dapat dilihat terdapat indikator yang memiliki tren menurun
pada setiap tahun yaitu indikator persentase pelayanan KTP-el kurang dari 2
jam, sedangkan untuk indikator persentase bayi lahir procot pulang bawa
akta dan indikator persentase data kependudukan yang valid dan update
mengalami penurunan pada tahun 2019.

2.3.1.2.6.1. Persentase Pelayanan KTP-el kurang dari 2 jam


Persentase pelayanan KTP-el kurang dari 2 jam merupakan salah satu
indikator urusan administrasi kependudukan dan catatan sipil, capaian
indikator ini bersifat fluktuatif semenjak tahun 2015 sampai dengan tahun
2020. Berikut capaian indikator persentase pelayanan KTP-el kurang dari 2
jam yang melekat pada urusan administrasi kependudukan dan catatan sipil:

Persentase Pelayanan KTP-el kurang dari 2 jam


120,0
98,0 98,0 95,0
100,0 89,1
80,0
60,0
40,0 28,5
15,4
20,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.66 Persentase pelayanan KTP-el kurang dari 2 jam di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi 2021

II-73
Berdasarkan grafik di atas, indikator persentase pelayanan KTP-el
kurang dari 2 jam bergerak fluktuatif pada setiap tahunnya, pada tahun 2017
indikator tersebut mengalami penurunan dari 98% menjadi 89,1% sedangkan
penurunan drastis terjadi pada tahun 2019 dari 95% menjadi 15,4%.
Penurunan indikator pada urusan administrasi kependudukan dan catatan
sipil pada tahun 2019 juga terjadi pada indikator lainnya, berikut gambaran
penurunan pada indikator persentase data kependudukan yang valid dan
update. Namun persentase tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi
28,5%.

2.3.1.2.6.2. Persentase Data Kependudukan Yang Valid Dan Update


Capaian indikator persentase data kependudukan yang valid dan
update memiliki tren data meningkat dari tahun 2015 hingga tahun 2020.
Berikut capaian indikator persentase data kependudukan yang valid dan
update pada urusan administrasi kependudukan dan catatan sipil di
Kabupaten Banyuwangi.

Persentase Data Kependudukan yang valid dan


update
96,0
94,5
94,0 93,0
92,0
92,0 91,0

90,0

88,0
88,0 87,0

86,0

84,0

82,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.67 Persentase data kependudukan yang valid dan update di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi 2021

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa data kependudukan


semakin tahun semakin valid dan semakin update. Dengan terwujudnya
database kependudukan yang valid dan update sangat membantu
pemerintah daerah dalam mendukung tertib administrasi kependudukan dan
tertib administrasi pelayanan publik.

II-74
2.3.1.2.6.3. Persentase Capaian Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akta
Akta kelahiran adalah surat tanda bukti kelahiran yang dikeluarkan
oleh kantor catatan sipil tiap daerah, bukan surat keterangan lahir dari
rumah sakit/dokter/bidan/kelurahan. Akta Kelahiran merupakan dokumen
resmi yang dikeluarkan oleh negara bagi individu yang baru lahir.
Berdasarkan Undang - Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam
indikator ini mengukur persentase bayi lahir yang menggunakan pelayanan
bayi lahir procot pulang bawa akta, berikut capaian indikator persentase bayi
lahir procot pulang bawa akta.

Persentase Bayi lahir procot pulang bawa akta


100,0
90,0
80,0
70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.68 Persentase Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akta Di


Kabupaten Banyuwangi Pada Tahun 2015-2020
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi
2021

Berdasarkan grafik tersebut, Persentase bayi lahir procot pulang


bawa akta tahun 2015 hingga tahun 2020 memiliki tren capaian yang
meningkat. Namun mengalami penurunan ditahun 2019 yaitu menjadi 80,9.
Sedangkan pada Tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 86,375, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar untuk melakukan
kepengurusan administrasi secara tertib sejak bayi dalam kandungan.

2.3.1.2.7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Urusan pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan urusan wajib
yang harus melekat pada setiap pemerintah daerah kabupaten atau kota.
Urusan pemberdayaan masyarakat dan desa memiliki tugas dan fungsi untuk
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di
bidang pemberdayaan masyarakat dan desa terkait pemberdayaan usaha
ekonomi pedesaan dan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan. Urusan
pemberdayaan masyarakat dan desa memiliki beberapa indikator yang dapat
merepresentasikan kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam
urusan tersebut, berikut indikator program kinerja urusan pemberdayaan
masyarakat dan desa di Kabupaten Banyuwangi:

II-75
Tabel 2. 18 Indikator Program Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat
Dan Desa Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1. Jumlah Desa Mandiri Jumlah 40 60 43 51 52
Indeks Desa
2. Skala 0,74 0,76 0,72 0,75 0,79
Membangun
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Banyuwangi 2021

Indikator tersebut di atas menjadi salah satu acuan dalam menilai


bagaimana kinerja pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menjalankan
fungsi urusan pemberdayaan masyarakat dan desa. Untuk dapat lebih
mudah menganalisis capaian indikator di atas dapat dilihat pada grafik setiap
indikator yang melekat dalam urusan pemberdayaan masyarakat dan desa
sebagai berikut:

2.3.1.2.7.1. Jumlah Desa Mandiri


Desa Mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses
terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai,
aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus,
serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik. Dalam Undang
- Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Desa Mandiri
adalah desa yang memiliki nilai Indeks Desa Membangun (IDM) lebih dari 75.
Berikut capaian indikator jumlah desa mandiri yang ada di Kabupaten
Banyuwangi:

Gambar 2.69 Jumlah desa mandiri di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2015-2020
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Banyuwangi, 2021

II-76
Jumlah Desa Mandiri di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan tren
angka yang fluktuatif pada kurun waktu 5 tahun terakhir. Di tahun 2015
tercatat terdapat 45 desa yang memiliki Indeks Desa Membangun (IDM) > 75
sehingga menjadi desa mandiri, Pada tahun 2016 berkurang 5 desa yang
menjadi desa mandiri sehingga angka capaian menjadi 40. Akan tetapi pada
tahun 2017 jumlah desa mandiri di Kabupaten Banyuwangi dapat bertambah
20 desa menjadi total 60 desa dan jumlah desa mandiri kembali menurun
menjadi 43 desa di tahun 2018. Terdapat pertambahan 8 desa mandiri pada
tahun 2019 sehingga jumlah desa mandiri menjadi 51. Sehingga pada tahun
2020 jumlah desa mandiri bertambah 1 desa menjadi 52 desa mandiri.

Gambar 2.70 Indeks Desa Membangun Kabupaten Banyuwangi Tahun


2015-2020
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Sebagaimana diketahui bahwa tren IDM Kabupaten Banyuwangi


selama 6 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
tidak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi beserta
stakeholder terkait untuk mengintervensi kemandirian desa melalui program
dan inovasi diantaranya smart kampung dan pemberdayaan ekonomi
berbasis desa.

2.3.1.2.8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan
salah satu pelayanan urusan wajib yang harus dilaksanakan pada
pemerintahan daerah kabupaten atau kota. Setiap urusan memiliki indikator
program yang merupakan representasi dari kinerja pemerintah dalam
menjalankan urusan tersebut, berikut indikator program urusan
pengendalian penduduk dan keluarga berencana Kabupaten Banyuwangi:

II-77
Tabel 2. 19 Indikator Program Urusan Pengendalian Penduduk Dan
Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase KB aktif % 76,91 73,34 75,38 71,13 73,55
2 Persentase Kelompok %
Tribina (BKB, BKLBKR) 85 97,5 97,53
dan UPPKS
3 laju pertambahan %
0,35 0,36 0,94
penduduk
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Banyuwangi 2021

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa pada indikator


persentase KB aktif memiliki capaian yang bergerak fluktuatif sejak tahun
2016 hingga tahun 2020. Untuk dapat menganalisis lebih lanjut pergerakan
capaian kedua indikator tersebut maka dapat melihat pada uraian di bawah
ini:

2.3.1.2.8.1. Persentase KB aktif


KB aktif adalah jumlah peserta KB yang saat ini menggunakan salah
satu alat kontrasepsi, di mana untuk menghitung persentase KB aktif maka
jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah usia subur dikali 100,
Keluarga berencana merupakan program yang sangat penting dalam upaya
pengendalian penduduk sehingga Persentase KB aktif dijadikan sebagai
indikator yang dapat merepresentasikan kinerja pemerintah dalam urusan
pengendalian penduduk dan keluarga berencana.

Gambar 2.71 Persentase KB Aktif di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten
Banyuwangi 2021

II-78
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui Persentase KB aktif di
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian
yang fluktuatif dan cenderung menurun. Dimana tahun 2016 persentase KB
aktif sebesar 76.9% cenderung menurun hingga tahun 2020 sebesar 73,7%.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya cakupan
peserta KB aktif yaitu ekonomi, budaya, pendidikan, agama dan status
wanita dalam masyarakat.

2.3.1.2.8.2. Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga


Berencana
Terkait dengan pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang berfokus
dan menjadikan keluarga sebagai sandaran pembangunan, dimana program
ini mengarahkan bagaimana keluarga mempunyai rencana berkeluarga,
mempunyai anak, mempunyai pendidikan sehingga terbentuk keluarga-
keluarga yang berkualitas, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara
konsisten melaksanakan kegiatan pembinaan yang mencakup pada 3 aspek,
yaitu keluarga, kependudukan dan kesehatan reproduksi, dengan capaian
sebagai berikut :

Tabel 2. 20 Capaian Indikator Pembangunan Keluarga, Kependudukan


dan Keluarga Berencana Tahun 2016-2020
URAIAN Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 KETERANGAN
Total Fertility Rate % 2,1 2,1 2,1 2,1 n/a SUSENAS
(TFR)
Age Specific Fertility % 26,52 29,55 23,84 21,99 n/a SUSENAS
Rate (ASFR)
Contrasepsi Prevaensi % 76,91 74,9 75,38 75,2 74,02 Statistik Rutin
Rate (CPR) BKKBN
Unmeet Need (UN) % 8,40 14,14 11,29 10,62 10,92 Statistik Rutin
BKKBN
Usia Kawin Pertama % 12,49 9,76 9,56 8,91 9,45 Statistik Rutin
(UKP) dibawah 21 Th BKKBN
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten
Banyuwangi 2021

Capaian Total Fertility Rate (TFR) di angka 2,1 adalah bagian untuk
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang di Kabupaten Banyuwangi.
Capaian Unmeet Need (UN) di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan tren
menurun, ini menandakan semakin tingginya kesadaran wanita usia subur
untuk menggunakan kontrasepsi dan semakin mudahnya akses terhadap
pelayanan kontrasepsi. Capaian kinerja tersebut tentu menjadi modal bagi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk terus meningkatkan kualitas dan
cakupan layanan melalui peningkatan layanan penyuluhan Keluarga
Berencana, penyuluhan dan pembinaan kesehatan reproduksi remaja,
perluasan cakupan layanan peserta KB Mandiri.

II-79
2.3.1.2.9. Perhubungan
Urusan perhubungan merupakan urusan wajib dimana urusan ini
mengatur tentang perumusan kebijakan, pedoman dan standar teknis bidang
perhubungan, pengujian kendaraan bermotor, angkutan umum dan barang,
pengawasan dan pengendalian izin perhubungan dan lain sebagainya.
Berikut indikator dan capaian indikator urusan perhubungan di Kabupaten
Banyuwangi:

Tabel 2. 21 Indikator dan Capaian Indikator Urusan Perhubungan Tahun


2016-2020
Satuan Realisasi
No Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 Indeks Angka kecelakaan Lalu
Indeks 42,08 40,38 37,61 35,03 32,77
lintas ( per 100.000 penduduk)
2 Persentase pengguna jasa
angkutan penumpang umum % 80 82 84 86 30
di bidang transportasi darat
3 Persentase panjang jalan
% 31 31 37 41,71 49
terlayani LPJU
4 Persentase pengembangan
prasarana dan fasilitas % 75 77,5 80 82,5 85
perhubungan
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi 2021

Capaian indikator program urusan perhubungan sebagaimana data


diatas dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah Kabupaten Banyuwangi
dalam penyelenggaraan urusan perhubungan berjalan cukup maksimal
dimana indikator yang terdapat dalam urusan tersebut memiliki tren yang
cenderung membaik. Dapat diambil contoh adalah pada indikator indeks
angka kecelakaan lalu lintas.

2.3.1.2.9.1. Indeks Angka kecelakaan Lalu lintas (per 100.000


penduduk)
Indeks angka kecelakaan lalu lintas bertujuan untuk mengetahui
angka kecelakaan. Indeks angka kecelakaan lalu lintas digunakan sebagai
data dalam menganalisis kinerja pemerintah kabupaten atau kota dalam
penyelenggaraan urusan perhubungan sebagai langkah dalam mengevaluasi
pelayanan di bidang perhubungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
lalu lintas. Berikut grafik indeks angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten
Banyuwangi tahun 2015 sampai tahun 2020:

II-80
Gambar 2.72 Indeks Angka Kecelakaan Lalu Lintas (Per 100.000
Penduduk) Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi 2021

Terjadinya kecelakaan lalu lintas ini dapat dipengaruhi oleh beberapa


hal antara lain faktor manusia/pemakai jalan, faktor kendaraan, faktor jalan
dan lingkungan, meningkatnya volume kendaraan, dan regulasi tentang
transportasi. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Indeks
Angka kecelakaan Lalu lintas (per 100.000 penduduk) di Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu lima tahun memiliki tren capaian yang
positif dengan adanya penurunan pada setiap tahunnya. Di tahun 2020
indeks angka kecelakaan lalu lintas di kabupaten Banyuwangi berada pada
angka 32,77. Adanya kolaborasi antara Dinas Perhubungan dan pihak
kepolisian dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas, melalui berbagai
inovasi kegiatan membuahkan hasil yang positif. Disisi lain juga menandakan
semakin tingginya kesadaran masyarakat akan keselamatan dalam
berkendara.

2.3.1.2.9.2. Perkeretaapian
Kereta Api adalah salah satu moda transportasi di Kabupaten
Banyuwangi yang ada di bawah operasional DAOP 9 Jember. Dengan panjang
jalan rel sejauh 55 KM, perkeretaapian di Kabupaten Banyuwangi memiliki
profil sebagai berikut :
1. Jumlah Stasiun Aktif : 10 buah
2. Jumlah Kereta Api Komersil Aktif : 7 KA
3. Jumlah Perlintasan Kereta Api (PM 94 Tahun 2018) :
➢ Perlintasan Resmi : 90
➢ Perlintasan dijaga : 18
➢ Perlintasan tidak dijaga : 51
➢ Perlintasan tidak dijaga dengan EWS : 21
➢ Perlintasan Liar : 23 (update PT. KAI Daop 9
Jember)

II-81
4. Daerah Terlintasi :
➢ 9 Kecamatan dan 25 Kelurahan/Desa
➢ 2 Jalan Propinsi dan 88 Jalan Kabupaten
Dengan banyaknya perlintasan yang ada, maka kecelakaan lalu lintas
yang melibatkan kereta api tidak dapat dihindari.

2.3.1.2.9.3. Penerbangan
Perkembangan Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu daerah
yang terbuka untuk investasi, tentunya membawa dampak di segala bidang.
Industri strategis baik BUMN maupun swasta melakukan pembangunan di
Kabupaten Banyuwangi dengan kemudahan akses yang diberikan dengan
regulasi yang ada guna menjamin dan mengatur ketertiban dan kemudahan
pelayanan. Di bidang transportasi, guna mendapat kecepatan dan ketepatan
serta efisiensi waktu, pengunaan transportasi udara baik komersil maupun
private menjadi kebutuhan. Dengan lokasi yang telah ditetapkan bandar
udara sebagai terminal transportasi udara mengakomodir penerbangan
secara komersil ataupun private dengan kepentingan tertentu. Penerbangan
untuk kepentingan tertentu atau khusus guna pendaratan pesawat rotary
wing (heli) diperlukan oleh beberapa stake holder, maka dibutuhkan regulasi
untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Saat ini ada beberapa stake holder
yang memiliki lokasi helipad di Kabupaten Banyuwangi, antara lain :
1. Pertamina
2. PT. Sumberyala Samudera
3. Plengkung
4. PT. BSI
Helipad tersebut dibangun dengan tidak memiliki rekomedasi
pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dengan terbukanya
iklim investasi baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi maka akan ada lagi peluang pembangunan helipad. Penertiban
dan pengaturan pembangunan tempat pendaratan dan penerbangan pesawat
rotary wing (heli) wajib dilaksanakan.

2.3.1.2.10. Komunikasi dan Informatika


Urusan Komunikasi dan informatika merupakan urusan wajib yang
artinya wajib diselenggarakan oleh seluruh pemerintah baik pemerintah
pusat, provinsi, maupun kabupaten atau kota. Setiap urusan memiliki
indikator yang dapat merepresentasikan kinerja pemerintah dalam
penyelenggaraan urusan tersebut. Berikut indikator program urusan
komunikasi dan informatika di Kabupaten Banyuwangi beserta capaiannya
pada tahun 2016 hingga tahun 2020:

II-82
Tabel 2. 22 Indikator Program Urusan Komunikasi Dan Informatika Di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase infrastruktur IT % 62 62 65 68 69,5
yang berfungsi baik
2 Jumlah informasi pemerintah Jumlah 250 250 275 300 313
daerah yang tersebarluaskan
3 Persentase aplikasi e- % 50 50 55 60 62,5
government yang berfungsi
baik
Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Berdasarkan data di atas, seluruh capaian indikator yang melekat


pada urusan komunikasi dan informatika di Kabupaten Banyuwangi
memiliki tren yang terus meningkat. Indikator persentase infrastruktur IT
yang berfungsi dengan baik mengalami pada tahun 2016 sebesar 62%
memiliki tren meningkat hingga angka 69,5 pada tahun 2020, indikator
jumlah informasi pemerintah daerah yang tersebar luaskan pada tahun 2016
sebesar 250 mengalami tren meningkat hingga sebesar 313 pada tahun 2020,
indikator persentase aplikasi IT yang mendukung City branding dan layanan
publik yang berfungsi dengan baik sebesar 50% pada tahun 2016 mengalami
tren meningkat hingga 62% pada tahun 2020, peningkatan tersebut juga
terjadi pada indikator persentase aplikasi e-government yang berfungsi
dengan baik. berikut beberapa grafik peningkatan capaian kinerja indikator
yang melekat pada urusan komunikasi dan informatika di Kabupaten
Banyuwangi:

2.3.1.2.10.1. Persentase infrastruktur IT yang berfungsi baik


Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang sangat penting
dalam pemenuhan fasilitas guna menunjang pelayanan informasi dan
teknologi yang optimal. Berikut indikator persentase infrastruktur IT yang
berfungsi dengan baik di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 hingga
tahun 2020:

II-83
Persentase Aplikasi IT Yang Mendukung
City Branding Dan Layanan Publik Yang
120,0
Berfungsi Baik
100,0
100,0

80,0
60,0
60,0 55,0
50,0 50,0
45,0
40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 2.73 Persentase Aplikasi IT Yang Mendukung City Branding Dan
Layanan Publik Yang Berfungsi Baik di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020
Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Kabupaten
Banyuwangi 2021

Beberapa inovasi berbasis IT yang digencarkan Bupati Azwar Anas


beberapa tahun terakhir memiliki pengaruh yang baik terhadap indikator
persentase infrastruktur IT yang berfungsi baik di Kabupaten Banyuwangi,
sehingga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir indikator tersebut memiliki
tren capaian yang positif. Di tahun 2015 tercatat infrastruktur IT yang
berfungsi dengan baik sebesar 45% dan terus naik hingga tahun 2020
sebesar 100% yang artinya seluruh pelayanan berbasis IT berfungsi dengan
baik. Pengembangan aplikasi IT yang dikenal dengan E-government ini
mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu pelayanan yang lebih baik
bagi masyarakat, Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis,
dan masyarakat umum, Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang
mudah diperoleh, serta Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien.

2.3.1.2.10.2. Jumlah Informasi Pemerintah Daerah Tersebarluaskan


Informasi merupakan kebutuhan dasar dalam segala aspek, berbagai
macam perkembangan informasi perlu disebarluaskan agar dapat terjangkau
kepada seluruh masyarakat begitu halnya informasi pemerintah daerah.
Informasi pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten
atau kota yang melekat pada urusan komunikasi dan informasi, sehingga
indikator jumlah informasi pemerintah daerah yang tersebarluaskan dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah daerah dalam urusan tersebut.
Berikut capaian indikator jumlah informasi pemerintah daerah yang
tersebarluaskan di Kabupaten Banyuwangi:

II-84
JUM LAH INFORM ASI PEM ERINTA H DAERAH TERSEB AR LU A S K AN
800,0
686,0
700,0
600,0
500,0
400,0 300,0
250,0 250,0 275,0
300,0 225,0
200,0
100,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.74 Jumlah Informasi Pemerintah Daerah Tersebarluaskan Di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten
Banyuwangi 2021

Sejalan dengan meningkatnya infrastruktur IT yang berfungsi dengan


baik maka informasi Pemerintah Daerah juga dapat ditingkatkan
persebarannya. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir indikator
jumlah informasi pemerintah daerah yang tersebar luaskan tersebut memiliki
tren capaian yang positif. Di tahun 2015 tercatat infrastruktur IT yang
berfungsi dengan baik sebesar 225, kemudian jumlah informasi pemerintah
daerah yang ter sebarluaskan di Banyuwangi terus meningkat di tahun 2020
mencapai 686.

2.3.1.2.11. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah


Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah merupakan urusan wajib
yang harus dilaksanakan baik pada pemerintah pusat, daerah provinsi,
kabupaten atau kota. Setiap urusan memiliki indikator program yang dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah dalam melaksanakan urusan
tersebut. Berikut indikator program urusan koperasi, usaha kecil dan
menengah di Kabupaten Banyuwangi beserta capaiannya pada tahun 2016
hingga tahun 2020:

Tabel 2.23 Indikator Program Urusan Koperasi, Usaha Kecil Dan


Menengah Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Jumlah koperasi Unit 866 866 876 876 876
Persentase koperasi
2 % 80,02 81,29 82,99 83,56 84,13
aktif
Persentase peningkatan
3 % 9,58 14,85 15,60 15,72 16,04
volume usaha koperasi
Persentase usaha mikro
4 yang mengalami % 12,0 12,7 15,1 17,6 20
perkembangan usaha
Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

II-85
Secara umum jumlah koperasi di Kabupaten Banyuwangi tidak
mengalami peningkatan yang signifikan. Tetapi dengan upaya dari
Pemerintah Daerah jumlah koperasi aktif dan berkontribusi terhadap
perekonomian cukup tinggi. Persentase koperasi aktif mengalami
peningkatan yang cukup besar dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.
Meskipun demikian masih terdapat 139 lembaga berbadan hukum koperasi
yang tidak aktif.
Dari sisi usaha koperasi dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan volume usaha yang cukup signifikan. Bahkan pada
tahun 2020 saat pandemi Covid-19 melanda peningkatan volume usaha
koperasi mencapai 16,04%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Banyuwangi khususnya yang menjadi anggota koperasi sangat
membutuhkan dukungan dari koperasi.
Persentase usaha mikro yang mengalami perkembangan usaha
memiliki capaian yang terus meningkat. Sejak 5 tahun terakhir hingga tahun
2020 usaha mikro yang mengalami perkembangan usaha menjadi 20 persen.
Namun, masih lemahnya pembentukan jaringan usaha atau kemitraan usaha
mikro, rendahnya kualitas SDM pengelola koperasi dan usaha mikro, serta
minimnya jumlah usaha mikro yang memiliki legalitas usaha menjadi
masalah yang harus segera diatasi.

2.3.1.2.12. Penanaman Modal


Urusan penanaman modal merupakan urusan wajib yang harus
dilaksanakan pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau
kota, setiap urusan memiliki indikator program yang dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau kota dalam
melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian kinerja indikator program
penanaman modal di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun
2020.

2.3.1.2.12.1. Jumlah Minat investasi


Jumlah minat investasi merupakan indikator pada urusan penanaman
modal dengan tujuan memetakan minat Investasi dari Investor untuk
menanamkan investasi di Kabupaten Banyuwangi. Indikator ini memiliki tren
naik berdasarkan data tahun 2015 hingga 2019, sedangkan pada tahun 2020
jumlah minat investasi di masa pandemi covid-19 mengalami penurunan.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong pengembangan
infrastruktur jalan, fasilitas umum maupun listrik di kawasan wisata minat
khusus untuk menggaet wisatawan sekaligus meningkatkan potensi investasi
daerah. Di tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga menyiapkan
Peraturan Daerah (Perda) khusus terkait pemberian insentif bagi penanam
modal di daerah Kabupaten Banyuwangi. Bentuk insentif yang diberikan
direncanakan berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak
daerah, pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah,
pemberian dana stimulan, atau pemberian bantuan modal. Berikut grafik

II-86
capaian indikator jumlah minat investasi pada urusan penanaman modal di
Kabupaten Banyuwangi:

Jumlah Minat Investasi (Triliun Rupiah)


5,0
3,8 3,9
4,0 3,4
3,0
2,3 2,3
2,0
2,0

1,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.75 Jumlah Minat Investasi Di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2015-2020
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Banyuwangi
2021

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah minat


investasi di Kabupaten Banyuwangi terus meningkat. Dengan angka capaian
2,3 triliun rupiah di tahun 2016 & tahun 2017 kemudian dapat meningkat
menjadi 3,8 triliun rupiah di tahun 2018. Pada tahun 2019 peningkatan
angka capaian Kembali terjadi sehingga menjadi 3,8 triliun rupiah. Pada
tahun 2020 jumlah minat investasi di Kabupaten Banyuwangi mengalami
penurunan sebesar 0,5 triliun rupiah atau menjadi 3,4 triliun rupiah. Adanya
pandemi covid-19 dan adanya kebijakan pembatasan sosial dapat berdampak
juga pada minat investasi yang cenderung turun di tahun 2020.

2.3.1.2.12.2. Realisasi Investasi PMA dan PMDN


Jika dilihat dari jumlah nilai realisasi investasi PMA dan PMDN pada
tahun 2020 mencapai 4,2 triliun rupiah. Hal tersebut tentunya tidak terlepas
dari upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
agar nilai investasi di Kabupaten Banyuwangi terus meningkat, karena
investasi dan pariwisata merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar di
Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi banyak diminati investor,
karena memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti pertanian,
perkebunan, pertambangan, hingga sektor ekonomi kreatif. Sehingga,
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memberikan kemudahan perizinan serta
kenyamanan investasi. Pada tahun 2019, Kabupaten Banyuwangi telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai prioritas pengembangan wilayah
Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berimbas terhadap nilai pertumbuhan
investasi di Kabupaten Banyuwangi, sehingga Kabupaten Banyuwangi
merupakan daerah tujuan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia.

II-87
Realisasi Investasi PMA dan PMDN (Triliun Rupiah)

4,6
4,2
3,8
3,2
2,5

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.76 Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Banyuwangi
2021

2.3.1.2.12.3. Persentase Kesesuaian Pelayanan Investasi dan Perizinan


dengan SOP yang telah Ditetapkan
Pelayanan investasi dan perizinan memiliki proses yang cukup panjang
serta memiliki standar operasional yang harus dijalankan secara runtut
sehingga indikator persentase kesesuaian pelayanan investasi dan perizinan
dengan SOP yang telah ditetapkan perlu diperhitungkan guna
menginterpretasikan kinerja urusan penanaman modal di Kabupaten
Banyuwangi. Berikut grafik indikator persentase kesesuaian pelayanan
investasi dan perizinan dengan SOP yang telah ditetapkan pada urusan
penanaman modal di Kabupaten Banyuwangi:

Persentase Kesesuaian Pelayanan Investasi dan Perizinan


dengan SOP yang telah Ditetapkan
100,0
95,0
95,0
90,0
90,0 88,0

85,0 83,0 83,0


80,0
80,0
75,0
70,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.77 Persentase Kesesuaian Pelayanan Investasi dan Perizinan


Dengan SOP Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Banyuwangi 2021

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa persentase


kesesuaian pelayanan investasi dan perizinan dengan SOP yang telah

II-88
ditetapkan memiliki tren capaian meningkat dengan capaian tahun 2016
sebesar 83% dan pada tahun 2020, kesesuaian pelayanan investasi yang
sesuai perizinan dengan SOP meningkat menjadi 95%. Dengan adanya
berbagai inovasi dan penggunaan IT di bidang pelayanan publik maka
kesesuaian pelayanan investasi dan perizinan dengan SOP yang telah
ditetapkan cenderung meningkat. Karena peningkatan kualitas pelayanan
publik menjadi tuntutan yang selalu disuarakan oleh berbagai kalangan, baik
itu kalangan dunia usaha maupun masyarakat maka Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi meluncurkan beberapa inovasi diantaranya yaitu Mall
Pelayanan Publik, Pasar pelayanan Publik di Rogojampi, Pasar Pelayanan
Publik di Genteng untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik.

2.3.1.2.13. Kepemudaan dan Olahraga


Urusan Kepemudaan dan Olahraga merupakan urusan wajib yang
harus dilaksanakan pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten
atau kota, setiap urusan memiliki indikator program yang dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau kota dalam
melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian kinerja indikator program
urusan kepemudaan dan olahraga di Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2016 hingga tahun 2020:

Tabel 2. 24 Indikator Program Urusan Kepemudaan Dan Olahraga di


Kabupaten Banyuwangi
Realisasi
No. Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Pemuda
Terlatih Yang
Menjadi Wirausaha
Mandiri/Persentase
% 42 53,85 40 65 100
Pemuda Terampil
(*perubahan
indikator RPJMD-P
pada Tahun 2020)
2 Persentase Pemuda
% 53,85 38 60 100
Terlatih
3 Persentase Anggota
Pramuka Yang
% 10,34 60 88 95
Terfasilitasi
Kegiatannya
Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021

Berdasarkan data di atas, indikator program kinerja urusan


kepemudaan dan olahraga di Kabupaten Banyuwangi bersifat fluktuatif baik
pada indikator persentase pemuda terlatih yang menjadi wirausaha mandiri,
persentase pemuda terlatih, jumlah atlet berprestasi, jumlah Even,
persentase organisasi pemuda yang memenuhi ketentuan, persentase

II-89
anggota pramuka yang terfasilitasi kegiatannya dan persentase sarana dan
prasarana yang memenuhi standar sedangkan hanya satu indikator yang
memiliki data dengan tren meningkat, yaitu pada indikator jumlah insan
olahraga yang berprestasi.

2.3.1.2.13.1. Persentase Pemuda Terlatih Menjadi Wirausaha Mandiri


Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus mendorong pada pemuda di
daerah Banyuwangi untuk dapat terlatih dan memiliki wirausaha mandiri.
Dorongan tersebut memiliki dampak yang positif bagi persentase pemuda
yang menjadi wirausaha mandiri di Banyuwangi. Berikut data capaian
indikator persentase pemuda terlatih yang menjadi wirausaha mandiri di
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir:

Persentase Pemuda Terlatih yang Menjadi


70
Wirauasaha Mandiri/Persentase Pemuda
60 Terampil 65

50

53,85 50
40
42 40
30

20

10

0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.78 Persentase Pemuda Terlatih Yang Menjadi Wirausaha


Mandiri/Persentase Pemuda Terampil dii Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2020
Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021

Berdasarkan data di atas dapat dilihat persentase pemuda terlatih


yang menjadi wirausaha mandiri/persentase pemuda terampil dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun memiliki tren capaian yang positif dan terus meningkat.
Capaian tahun 2016 sebesar 42 meningkat hingga tahun 2020 yang
mencapai angka 50 meskipun pada tahun 2018 sempat mengalami
penurunan di angka 40. Beberapa program pelatihan yang telah dilakukan
oleh Dinas Pemuda dan olahraga kepada para pemuda dapat membuahkan

II-90
hasil yang positif dengan semakin meningkatnya pemuda terlatih yang
menjadi wirausaha mandiri.

Selain indikator yang diuraikan tersebut, terdapat indikator yang


cukup representatif untuk melihat keaktifan pemuda yaitu indikator Tingkat
partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi mandiri. Indikator tersebut
merupakan indikator yang masuk dalam rekomendasi permendagri nomor 18
tahun 2020 pada urusan kepemudaan dan olahraga. Penghitungan indikator
tersebut dilakukan dengan cara membagi jumlah pemuda (usia 16-30 tahun)
yang berwirausaha dengan jumlah pemuda (umur 16-30 tahun) dikalikan
dengan 100%

2.3.1.2.14. Statistik
Urusan statistik merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan
pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau kota, setiap
urusan memiliki indikator program yang dapat merepresentasikan kinerja
pemerintah kabupaten atau kota dalam melaksanakan urusan tersebut.
Berikut capaian kinerja indikator program urusan statistik di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun 2020:

Tabel 2. 25 Indikator Program Urusan Statistik Di Kabupaten


Banyuwangi
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
Persentase data informasi dan
1 statistik daerah yang tersusun % 100 100 100 100 100
dengan baik
Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten Banyuwangi
2021

2.3.1.2.15. Persandian
Urusan Persandian merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan
pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau kota, setiap
urusan memiliki indikator program yang dapat merepresentasikan kinerja
pemerintah kabupaten atau kota dalam melaksanakan urusan tersebut.
Berikut capaian kinerja indikator program urusan persandian di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun 2020:

II-91
2.3.1.2.15.1. Persentase Pengamanan Informasi Daerah Yang
Terselenggara Baik

PERSENTASE PENGAMANAN INFORMASI


DAERAH YANG TERSELENGGARA BAIK
200,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.79 Persentase Pengamanan Informasi Daerah Yang


Terselenggara Baik di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Pengamanan informasi merupakan salah satu tupoksi yang dimiliki


oleh Bidang Statistik dan Persandian di dalam Dinas Komunikasi dan
Informatika. Penyelenggaraan pengamanan informasi daerah di Kabupaten
Banyuwangi terlihat berjalan dengan baik. Tercermin dengan selalu
terpenuhinya target setiap tahunnya sehingga angka capaian persentase
pengamanan informasi daerah yang terselenggara baik menunjukkan angka
100% di setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2015 sampai
tahun 2020.

2.3.1.2.16. Kebudayaan
Urusan kebudayaan merupakan urusan wajib yang harus
dilaksanakan pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau
kota, setiap urusan memiliki indikator program yang dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau kota dalam
melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian kinerja indikator program
urusan kebudayaan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga
tahun 2020:

2.3.1.2.16.1. Jumlah Budaya Lokal Yang Dikembangkan Menjadi Daya


Tarik Wisata
Pariwisata telah menjadi bidang yang di andalkan oleh Banyuwangi
dalam beberapa tahun terakhir. Wisata yang ditawarkan tidak hanya
berbentuk wisata alam akan tetapi juga merambah kepada pariwisata budaya
yang disuguhkan melalui festival-festival yang beberapa tahun terakhir telah
diselenggarakan. Jumlah festival yang diselenggarakan Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi terus bertambah setiap tahunnya dari awalnya
berjumlah 10 festival pada tahun 2012 hingga menjadi 123 festival yang
tersebar di setiap bulan di tahun 2020. Jumlah festival yang terus bertambah
tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah budaya lokal yang
dikembangkan menjadi daya tarik wisata, capaian tahun 2015-2019 tersaji
dalam grafik berikut :

II-92
JUMLAH BUDAYA LOKAL YANG
DIKEMBANGKAN MENJADI DAYA TARIK WISATA
40,0 36
35,0 32
30,0 28
24
25,0 21
20,0
15,0 12
10,0
5,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.80 Jumlah Budaya Lokal Yang Dikembangkan Menjadi Daya


Tarik Wisata Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
2021

Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah budaya lokal yang


dikembangkan menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Banyuwangi terus
bertambah setiap tahunnya. Berjumlah 12 budaya lokal pada tahun 2015
kemudian meningkat menjadi 21 budaya lokal di tahun 2016 dan 24 budaya
lokal di tahun 2017. Jumlah budaya lokal yang dikembangkan terus
meningkat hingga pada tahun 2018 berjumlah 32 dan terus meningkat
menjadi 36 di tahun 2019 yang artinya jumlah tersebut telah meningkat 3x
lipat dari tahun 2015. Pada tahun 2020 jumlah budaya lokal yang
dikembangkan menjadi daya tarik wisata menurun hanya menjadi 28 budaya
lokal. Karena dampak dari adanya pembatasan sosial akibat pandemi covid-
19 sehingga beberapa festival budaya yang batal dilaksanakan.

2.3.1.2.16.2. Indeks Pembangunan Kebudayaan


Indeks Pembangunan Kebudayaan merupakan instrumen untuk
mengukur capaian kinerja pembangunan kebudayaan. Dalam hal ini, Indeks
Pembangunan Kebudayaan tidak dimaksudkan untuk mengukur nilai
budaya suatu daerah, melainkan untuk mengukur kinerja pembangunan
kebudayaan. Indeks Pembangunan Kebudayaan diharapkan dapat
memberikan gambaran pembangunan kebudayaan secara lebih holistik
dengan memuat 7 (tujuh) dimensi, yakni: (1) dimensi ekonomi budaya; (2)
dimensi pendidikan; (3) dimensi ketahanan sosial budaya; (4) dimensi
warisan budaya; (5) dimensi ekspresi budaya; (6) dimensi budaya literasi; dan
(7) dimensi kesetaraan gender. Ketujuh dimensi tersebut menunjukkan
bahwa pembangunan kebudayaan memiliki ruang lingkup yang cukup luas
dan bersifat lintas sektor. Indeks Pembangunan Kebudayaan ini akan
membantu para pengambil kebijakan untuk dapat digunakan sebagai basis
formulasi kebijakan yang knowledge-based, agar perumusan kebijakan
pembangunan kebudayaan dapat lebih presisi sesuai kondisi masing-masing
daerah. Selain itu Indeks Pembangunan Kebudayaan juga dapat

II-93
dimanfaatkan oleh para akademisi dan peminat kajian kebudayaan untuk
memperkaya data dan informasi terkait pembangunan kebudayaan.

2.3.1.2.17. Perpustakaan
Urusan perpustakaan merupakan urusan wajib yang harus
dilaksanakan pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau
kota, setiap urusan memiliki indikator program yang dapat
merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau kota dalam
melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian kinerja indikator program
urusan perpustakaan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga
tahun 2020:

2.3.1.2.17.1. Persentase Jumlah Pengunjung Perpustakaan


Persentase minat baca di Kabupaten Banyuwangi terus meningkat dan
hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan di
Banyuwangi. Berikut data capaian persentase jumlah pengunjung
perpustakaan di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 6 tahun:

PERSENTASE JUMLAH PENGUNJUNG


PERPUSTAKAAN
120,0
97,0
100,0 85,0 87,0 89,0
80,0
80,0
60,0 49,1
40,0
20,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.81 Persentase Jumlah Pengunjung Perpustakaan Di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Berdasarkan gambar di atas memperlihatkan bahwa persentase


jumlah pengunjung perpustakaan di Kabupaten Banyuwangi memiliki tren
capaian meningkat ditahun 2015 hingga tahun 2019, dengan capaian tahun
2015 sebesar 80% kemudian meningkat menjadi 97% di tahun 2019. Namun
pada tahun 2020 persentase pengunjung Perpustakaan mengalami
penurunan menjadi hanya sebesar 49.1%. Penurunan tersebut merupakan
dampak dari terjadinya pandemi Covid-19, yang menyebabkan adanya
pembatasan interaksi penduduk (kerumunan) selama tahun 2020. Selain itu
beberapa masalah selain menurunnya jumlah pengunjung perpustakaan
adalah kurangnya koleksi buku perpustakaan, Kurang tenaga SDM
Perpustakaan dan Pustakawan, Kurangnya jumlah Perpustakaan
berstandart Nasional Perpustakaan. Kurangnya keterlibatan masyarakat

II-94
dalam kegiatan sosialisasi / promosi. Rendahnya minat masyarakat menjadi
anggota perpustakaan. Belum meratanya layanan perpustakaan.
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
(IPLM) Tahun 2020, diketahui bahwa IPLM Kabupaten Banyuwangi sebesar
5,6 cukup rendah jika dibandingkan dengan IPLM Nasional sebesar 12,93
dan IPLM Provinsi Jawa Timur sebesar 13,44.

Gambar 2.82 Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Kabupaten


Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2020
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Sedangkan Indeks Tingkat Kegemaran Membaca (ITKM) Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2020 sebesar 56,13 masuk dalam kategori sedang berada
di atas ITKM nasional sebesar 55,74.

Gambar 2.83 Indeks Tingkat Kegemaran Membaca masyarakat


Kabupaten Banyuwangi dan Nasional Tahun 2020
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

II-95
Terhadap kondisi tersebut tentu Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
secara konsisten akan terus berupaya untuk meningkatkan IPLM dan ITKM
sebagai cerminan tingkat budaya literasi masyarakat, melalui layanan mobil
perpustakaan keliling, penambahan koleksi buku, digitalisasi koleksi
pustaka, sosialisasi kegiatan gemar membaca melalui event Banyuwangi
Festival serta bekerjasama dengan berbagai pihak untuk perluasan
jangkauan layanan perpustakaan kepada seluruh lapisan masyarakat.

2.3.1.2.18. Kearsipan
Urusan kearsipan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan
pada pemerintah pusat hingga pemerintah kabupaten atau kota, setiap
urusan memiliki indikator program yang dapat merepresentasikan kinerja
pemerintah kabupaten atau kota dalam melaksanakan urusan tersebut.
Berikut capaian kinerja indikator program urusan kearsipan di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun 2020:

Tabel 2. 26 Indikator Program Urusan Kearsipan di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Arsip Statis Dan % 80 80 80 95 95
Dinamis Yang Dikelola
2 Persentase Arsip/Dokumen % 80 87 89 93 98
Daerah Dalam Kondisi Baik
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui indikator persentase arsip


statis dan dinamis yang dikelola, indikator persentase arsip/dokumen daerah
dalam kondisi baik, indikator persentase sarpras kearsipan dalam kondisi
baik memiliki tren data meningkat sejak tahun 2016 hingga tahun 2020.
Berikut grafik capaian beberapa indikator urusan kearsipan di Kabupaten
Banyuwangi:

2.3.1.2.18.1. Persentase Arsip Statis Dan Dinamis Yang Dikelola


Arsip statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung
untuk perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan
pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi
negara. Sedangkan arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara
langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan
kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam
penyelenggaraan administrasi negara. Berikut merupakan data capaian
persentase arsip statis dan dinamis yang dikelola di Kabupaten Banyuwangi
dalam kurun waktu 5 tahun:

II-96
PERSENTASE ARSIP STATIS DAN DINAMIS YANG DIKELOLA
120,0

100,0 95,4
91,3
80,0 80,0 80,0
80,0 72,0

60,0

40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.84 Persentase Arsip Statis Dan Dinamis Yang Dikelola di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

Data di atas memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu 6 tahun dari


tahun 2015 hingga tahun 2020 persentase arsip statis dan arsip dinamis
yang dikelola Di Kabupaten Banyuwangi memiliki tren capaian yang positif
dengan capaian yang terus meningkat. Tahun 2015 sebesar 72% kemudian
meningkat menjadi 91,3% di tahun 2020.

2.3.1.2.18.2. Persentase Arsip/Dokumen Daerah Dalam Kondisi Baik


Pengelolaan arsip daerah juga harus memerhatikan kondisi dari arsip
tersebut. Selain adanya peningkatan pada arsip yang dikelola, maka
persentase kondisi baik dari arsip tersebut juga terus meningkat di
Kabupaten Banyuwangi. Secara rinci datanya tersaji dalam grafik berikut:

Persentase Arsip/Dokumen Daerah Dalam Kondisi Baik


100,00 93,32 91,30
87,00 89,00
90,00 80,00
77,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 2.85 Persentase Arsip/ Dokumen Daerah Dalam Kondisi Baik di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Banyuwangi, 2021

II-97
Berdasarkan gambar grafik di atas, dalam kurun waktu 6 tahun (tahun
2015 – tahun 2020) persentase arsip/dokumen daerah dalam kondisi baik
memiliki tren capaian meningkat. Capaian tahun 2015 sebesar 77% dan terus
meningkat menjadi 91,3% di tahun 2020.

2.3.2. Unsur penunjang


2.3.2.1. Perencanaan
Urusan perencanaan merupakan salah satu urusan penunjang yang
melaksanakan fungsi-fungsi mengenai perencanaan yang bersifat strategis
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Secara rinci capaian dari beberapa indikator
urusan perencanaan dapat dilihat pada poin-poin berikut:

2.3.2.1.1. Persentase Terpenuhinya Aspek Kualitas dalam Dokumen


Perencanaan
Dokumen perencanaan merupakan dokumen yang di susun oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perangkat daerah dalam kurun
waktu tertentu. Dokumen perencanaan yang disusun oleh Pemerintah
Daerah Kota/Kabupaten memiliki jangka waktu perencanaan 20 tahun atau
yang selanjutnya disebut RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah), dokumen perencanaan 5 tahun yang selanjutnya disebut RPJMD
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) serta dokumen
perencanaan untuk kurun waktu 1 tahun rencana yang selanjutnya disebut
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Berikut merupakan data capaian
persentase terpenuhinya aspek kualitas dalam dokumen perencanaan di
Kabupaten Banyuwangi:

Gambar 2.86 Persentase Terpenuhinya Aspek Kualitas Dalam Dokumen


Perencanaan Tahun 2016-2020
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

II-98
Persentase terpenuhinya aspek kualitas dalam dokumen perencanaan
memiliki tren capaian yang meningkat. Pada tahun 2016 persentase kualitas
dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi 80%. Pada tahun 2017
sedikit meningkat menjadi 82% dan terus meningkat pada tahun 2018
menjadi 83%. Pada tahun 2019 kembali terlihat adanya peningkatan yang
cukup baik pada persentase terpenuhinya aspek kualitas dokumen
perencanaan di Kabupaten Banyuwangi hingga mencapai angka 90%. Hal ini
berpengaruh pada nilai komponen perencanaan dalam Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja (AKIP) Kabupaten Banyuwangi sebagaimana komponen
perencanaan dalam penilaian AKIP mempunyai bobot 30%, untuk nilai
komponen perencanaan dalam penilaian AKIP Kabupaten Banyuwangi dalam
5 tahun terakhir sebagai berikut : Tahun 2016 sebesar 26,85, pada tahun
2017 mengalami penurunan sedikit menjadi 26,69 kembali menurun pada
tahun 2018 menjadi 25,75 dan pada tahun 2019 naik menjadi 26,59 dan
terakhir mencapai 26,82 pada tahun 2020. Sehingga capaian nilai komponen
perencanaan dalam AKIP Kabupaten Banyuwangi adalah 89,4%. Dalam
uraian di atas dapat dilihat dari permasalahan mengenai adanya kebijakan
nasional yang berdampak pada perubahan kebijakan daerah secara
mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi perencanaan pembangunan
di daerah. Hal tersebut yang menyebabkan bahwa dalam tahun 2019 dan
2020 capaian bersifat stagnan.

2.3.1.24.2 Persentase SKPD yang Tercapai Target Programnya


Perangkat Daerah (PD) merupakan perpanjangan tangan kepala
daerah dalam mengimplementasikan visi misi yang ingin dicapai dalam
periode kepemimpinannya. Visi misi yang telah di bentuk oleh kepala daerah
selanjutnya diturunkan hingga menjadi program-program yang harus
dijalankan oleh setiap perangkat daerah dalam suatu daerah. Kabupaten
Banyuwangi memiliki 52 PD yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Inspektorat, 18 Dinas, Satpol PP, 6 Badan, 25 Kecamatan. Berikut
merupakan data capaian persentase PD yang tercapai target programnya di
Kabupaten Banyuwangi:

II-99
Gambar 2.87 Persentase SKPD Yang Tercapai Target Programnya di
Kabupaten Banyuwangi
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Persentase PD yang tercapai target programnya pada Kabupaten


Banyuwangi selama kurun waktu 5 tahun menunjukkan tren capaian yang
stagnan. Berdasarkan grafik di atas maka terlihat bahwa capaian persentase
PD yang tercapai target programnya Kabupaten Banyuwangi tahun 2015-
2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu berada pada angka 90%. Hal
ini seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah tahun 2017 dari
pendekatan money follow function menjadi money follow program.
Permasalahan pembangunan daerah pada perencanaan pembangunan kesra
dan pemerintahan yang begitu kompleks serta bersifat dinamis sesuai dengan
perubahan kebijakan dan regulasi yang ada. Proses dan mekanisme
perencanaan pembangunan membutuhkan siklus waktu yang panjang dalam
rangkaian kegiatan yang berurutan sehingga seringkali tidak tepat waktu dan
berdampak pada pembangunan PD yang tercapai sesuai target cenderung
bergerak stagnan.

2.3.2.1.2. Persentase Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan


yang dimanfaatkan sebagai Policy Brief
Penentu kebijakan membutuhkan sebuah policy brief dalam proses
menentukan keputusan. Policy brief adalah ringkasan dari analisis terhadap
suatu kebijakan yang ditujukan untuk level penentu kebijakan tertinggi dan
bertujuan mengidentifikasi isu-isu tertentu, serta membuat pilihan
kebijakan, bukti-bukti baru, dan rekomendasi baru bagi kebijakan yang akan
dirancang. Pengambilan keputusan untuk sebuah kebijakan membutuhkan
analisis mengenai perencanaan pembangunan sehingga keputusan yang
diambil benar-benar menjadi solusi atas masalah perencanaan
pembangunan yang terjadi. Data dan informasi perencanaan pembangunan
di kelompok dalam tiga bidang yaitu data dan informasi perencanaan
pembangunan bidang ekonomi, data dan informasi perencanaan

II-100
pembangunan bidang kesra dan pemerintahan dan data dan informasi
perencanaan pembangunan bidang sarana dan prasarana wilayah dan
lingkungan hidup. Berikut merupakan data capaian persentase data dan
informasi perencanaan pembangunan yang dimanfaatkan sebagai policy brief
di Kabupaten Banyuwangi:

Persentase Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan


Ekonomi Yang Dimanfaatkan Sebagai Policy Brief
90,0 80,0 80,0 80,0 80,0 80,0
80,0
70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.88 Persentase Data Dan Informasi Perencanaan Pembangunan


Yang Dimanfaatkan Sebagai Policy Brief di Kabupaten Banyuwangi
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Persentase data dan informasi perencanaan pembangunan yang


dimanfaatkan sebagai policy brief di Kabupaten Banyuwangi selama kurun
waktu 5 tahun menunjukkan tren capaian yang stagnan. Berdasarkan grafik
di atas maka terlihat bahwa capaian Persentase data dan informasi
perencanaan pembangunan ekonomi yang dimanfaatkan sebagai policy brief
tahun 2015-2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu berada pada
angka 80. Hal tersebut dikarenakan adanya masalah dalam pembangunan
daerah yang terletak pada perencanaan pembangunan kesra dan
pemerintahan yang bersifat dinamis dan berubah-ubah. Permasalahan yang
harus ditangani oleh SKPD setempat mengenai tuntutan dan aspirasi
semakin beragam dengan berbagai kepentingan yang semuanya harus
ditampung dan diperhatikan.

2.3.2.1.3. Keuangan
Urusan Keuangan merupakan salah satu urusan penunjang yang
melaksanakan fungsi-fungsi mengenai keuangan yang bersifat strategis yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Secara rinci capaian dari beberapa indikator
urusan keuangan dapat dilihat pada poin-poin berikut:

2.3.2.1.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang
didapatkan dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan keuangan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. PAD

II-101
Kabupaten Banyuwangi menunjukkan adanya peningkatan pada setiap
tahunnya. Peningkatan PAD yang diperoleh Banyuwangi didominasi oleh
sektor pariwisata yang beberapa tahun terakhir memang digencarkan
pembangunannya. Berikut merupakan rincian data peningkatan PAD
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun:

Gambar 2.89 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016-2020
Sumber: Bapenda Kabupaten Banyuwangi, 2021

Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten


Banyuwangi selama kurun waktu 2016 – 2020 sebesar 7,24%. Pada Tahun
2017 PAD Kabupaten Banyuwangi sebesar 388,94 M meningkat 5,73%,
kondisi ini terus berlanjut sampai dengan Tahun 2019 dimana PAD
meningkat 10,14% dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2020 PAD Kabupaten
Banyuwangi mengalami penurunan sebesar Rp. 12,95 miliar (menurun
2,61%) menjadi Rp. 482,740 Miliar, hal ini terjadi dikarenakan turunnya
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah akibat terdampak oleh
pandemi Covid-19. Kurangnya Kepatuhan Wajib Pajak Self Assesment Dalam
Membayar Kewajiban Pajaknya sehingga pada tahun 2020 pendapatan asli
daerah Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan daripada tahun
sebelumnya.

2.3.2.1.5. Total Penerimaan Pajak Daerah


Sejalan dengan peningkatan PAD, Penerimaan Pajak Daerah (TPD)
Kabupaten Banyuwangi memiliki tren capaian meningkat. Tahun 2016
Penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp. 120,827 miliar. Dan terus terjadi
peningkatan hingga pada tahun 2019 meningkat menjadi Rp. 196,83 miliar.
Namun, pada tahun 2020, realisasi TPD mengalami penurunan sebesar Rp.
5,21 miliar menjadi Rp. 191,62 miliar (turun 5,21%). COVID-19 yang telah
terjadi hampir 1,5 tahun sangat memukul semua sektor utamanya

II-102
pariwisata. Banyuwangi yang menjadikan pariwisata sebagai payung
pembangunan otomatis sangat terdampak.
Seperti diketahui salah satu penyumbang terbesar Pajak Daerah
adalah sektor pariwisata. Selama Bulan April hingga Juni 2020 (3 bulan)
destinasi wisata tutup, tentu dengan ditutupnya destinasi wisata ini
memberikan dampak kepada hotel, restoran dan usaha jasa pariwisata
lainnya sehingga juga mengakibatkan penerimaan pajak hotel, restoran dan
hiburan mengalami penurunan selama Tahun 2020. Hal tersebut juga
dikarenakan karena adanya isu permasalahan data wajib pajak belum
terdata dan terupdate secara optimal, sehingga para wajib pajak tidak merasa
memiliki kewajiban dalam membayar pajak.

196.835.027.083,00

191.620.754.462,00
178.917.948.412,00
152.811.852.024,00
120.827.802.565,00
249.036.994.756,00

2015 2016 2017 2018 2019 2020

TPD: Total penerimaan pajak pemerintah daerah.


Gambar 2.90 TPD: Total Penerimaan Pajak Pemerintah Daerah di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: BAPENDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

2.3.2.1.6. Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan


Urusan Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan merupakan salah
satu urusan penunjang yang melaksanakan fungsi-fungsi mengenai
kepegawaian, pendidikan dan pelatihan yang bersifat strategis yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Secara rinci capaian dari indikator urusan
kepegawaian, pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada poin berikut:

II-103
2.3.2.1.6.1. Persentase Pelaksanaan Ujian Dinas dan Seleksi
Kompetensi Jabatan
Persentase Pelaksanaan Ujian Dinas Dan Seleksi Kompetensi Jabatan

120,0

100,0 100,0 100,0 100,00


100,0

80,0
66,67
66,67
60,0 50,0

40,0

20,0
8,3

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.91 Persentase Pelaksanaan Ujian Dinas Dan Seleksi


Kompetensi Jabatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: BKPP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Persentase pelaksanaan ujian dinas dan seleksi kompetensi jabatan di


Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian
menurun. Tiga tahun awal angka capaian menunjukkan tren capaian yang
stabil yaitu pada tahun 2015-2017 capaian persentase pelaksanaan ujian
dinas dan seleksi kompetensi jabatan memiliki angka capaian 100. Akan
tetapi pada tahun 2018 dan tahun 2020 angka capaian menunjukkan adanya
penurunan hingga menjadi 66,67. Hal tersebut dikarenakan PNS yang
mengusulkan seleksi penyetaraan Ijazah tidak sesuai dengan kompetensinya
dengan kebutuhan analisa jabatan masing-masing perangkat daerah
sehingga pelaksanaan seleksi penyetaraan ijazah tidak dapat dilaksanakan.

2.3.2.1.7. Penelitian dan Pengembangan


Urusan Penelitian dan Pengembangan merupakan salah satu urusan
penunjang yang melaksanakan fungsi-fungsi mengenai penelitian dan
pengembangan yang bersifat strategis yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Secara rinci capaian dari indikator urusan penelitian dan pengembangan
dapat dilihat pada poin berikut:

II-104
2.3.2.1.7.1. Persentase Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan
Hasil Penelitian dan Pengembangan yang dimanfaatkan
sebagai Policy Brief

PERSENTASE DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN


PEMBANGUNAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI POLICY BRIEF
100,0
80,0 80,0 80,0 80,0 80,0 80,0
80,0

60,0

40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2. 92 Persentase Data Dan Informasi Perencanaan Pembangunan


Hasil Penelitian Dan Pengembangan Yang Dimanfaatkan Sebagai Policy
Brief di Kabupaten Banyuwangi
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Persentase data dan informasi perencanaan pembangunan hasil


penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan sebagai policy brief di
Kabupaten Banyuwangi selama kurun waktu beberapa tahun menunjukkan
tren capaian yang stagnan. Berdasarkan grafik diatas maka terlihat bahwa
capaian persentase data dan informasi perencanaan pembangunan hasil
penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan sebagai policy brief tahun
2015-2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu berada pada angka 80.
Masih belum adanya SDM dalam bidang kelitbangan (peneliti) yang kompeten
di dalam bidangnya. Selain itu juga disebabkan oleh permasalahan mengenai
hasil penelitian dan pengembangan yang belum optimal sedangkan itu
digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah dan dalam
penetapan suatu kebijakan.

2.3.3. Unsur Pendukung


2.3.3.1.1. Sekretariat DPRD
Urusan Sekretariat DPRD merupakan salah satu urusan penunjang yang
melaksanakan fungsi-fungsi mengenai kesekretariatan DPRD yang bersifat
strategis yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Secara rinci capaian dari
indikator-indikator urusan kesekretariatan DPRD dapat dilihat pada poin-
poin berikut:

2.3.3.1.1.1. Raperda yang disahkan menjadi Perda Tepat Waktu


Persentase Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang disahkan
menjadi Peraturan Daerah (Perda) tepat waktu di Kabupaten Banyuwangi

II-105
memiliki tren capaian yang positif. Secara rinci datanya tersaji dalam grafik
berikut:

PRESENTASE RAPERDA YANG DISAHKAN


MENJADI PERDA TEPAT WAKTU 99,50
84,00
76,00
70,00

45,00
38,00

2015 2016 2017 2018 2019 2020


Gambar 2.93 Persentase Raperda yang Disahkan Menjadi Perda Tepat
Waktu di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Sekretariat DRPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa persentase


raperda yang disahkan menjadi perda tepat waktu memiliki tren capaian
meningkat dengan capaian tahun 2015 sebesar 38%. Pada tahun 2016
memiliki peningkatan capaian hingga menjadi 45. Pada tahun 2017 masih
mengalami peningkatan menjadi 70 dan terus meningkat sampai pada tahun
2018 sebesar 76. Kemudian pada tahun 2019 masih mengalami peningkatan
menjadi 84 dan meningkat menjadi 99.5 pada tahun 2020. Dengan demikian
maka capaian raperda yang disahkan menjadi perda dengan tepat waktu
berhasil ditingkatkan oleh PD setempat. Meskipun angka yang dihasilkan
menunjukan progress yang meningkat namun terdapat permasalahan
banyaknya permasalahan di masyarakat tidak terselesaikan karena
minimnya payung hukum sehingga angka masih belum menyentuh 100%.

2.3.3.1.2. Sekretariat Daerah


Sekretariat Daerah melaksanakan fungsi-fungsi kesekretariatan yang
bersifat strategis yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Secara rinci capaian dari
indikator-indikator urusan kesekretariatan dapat dilihat pada poin-poin
berikut:

2.3.3.1.2.1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)


Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh
pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) Kabupaten Banyuwangi memiliki tren capaian yang positif
yang secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut:

II-106
INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

87.03
79.5
78
75

75
72.8

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.94 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi 2021

Tercatat adanya peningkatan capaian Indeks Kepuasan Masyarakat


(IKM) Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun yaitu mulai tahun
2015-2020. Dengan capaian tahun 2015 sebesar 72.8. Kemudian pada tahun
2016 memiliki peningkatan capaian hingga menjadi 75 dan angka tersebut
bertahan sampai tahun 2017 sehingga capaian pada tahun 2017 masih
stagnan dengan capaian sebesar 75. Pada tahun 2018 angka IKM memiliki
peningkatan capaian hingga menjadi 78 dan terus meningkat hingga pada
tahun 2019 memiliki peningkatan menjadi 79.5. Pada tahun 2020 angka IKM
terus mengalami peningkatan pencapaian sehingga menjadi 87.03. Hal
tersebut membuktikan bahwa kinerja pelayanan Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyuwangi baik dan menjadi penilaian positif dari masyarakat
sekitar.

2.3.3.1.2.2. Nilai SAKIP


Banyuwangi merupakan Kabupaten yang memiliki predikat SAKIP A
selama lima tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2016 sampai pada tahun
2020. Berikut rincian skor atas perolehan predikat SAKIP yang dimiliki
Kabupaten Banyuwangi:

90 80,13 81,26 82,17 83,1 83,86


80
70 65,41
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.95 Nilai SAKIP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020


Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi, 2021

II-107
Berdasarkan grafik tersebut Nilai SAKIP Kabupaten Banyuwangi
memiliki tren capaian yang positif dengan adanya peningkatan skor di setiap
tahunnya. Capaian pada tahun 2015 tercatat sebesar 65,41. Kemudian pada
tahun 2016 memiliki peningkatan capaian hingga menjadi 80,13 dan dapat
menerima predikat SAKIP A. Predikat A terus diperoleh Kabupaten
Banyuwangi hingga empat tahun setelahnya. Dimana skor 2017 sebesar
81,26; pada tahun 2018 sebesar 82.17; tahun 2019 sebesar 83,1; dan tahun
2020 sebesar 83,86 dengan predikat A.

2.3.4. Unsur Pengawasan


2.3.4.1. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Urusan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
merupakan salah satu urusan penunjang yang melaksanakan fungsi-fungsi
mengenai pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan yang bersifat strategis yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Tabel 2. 27 Indikator urusan pembinaan dan pengawasan


penyelenggaraan pemerintah daerah di Kabupaten Banyuwangi
Realisasi
No Indikator Satuan
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Laporan
Keuangan SKPD yang
1 Sesuai SAP dalam % 100 100 100 100 100 100
Mendukung Tercapainya
WTP pada Wilayah Irban I
Persentase Laporan
Keuangan SKPD yang
2 Sesuai SAP dalam % 100 100 100 100 100 100
Mendukung Tercapainya
WTP pada Wilayah Irban II
Persentase Laporan
Keuangan SKPD yang
Sesuai SAP dalam
3 % 100 100 100 100 100 100
Mendukung Tercapainya
WTP pada Wilayah Irban
III
Sumber: Inspektorat Kabupaten Banyuwangi 2020

Berdasarkan tabel diatas, secara garis besar indikator-indikator dari


urusan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
memiliki tren capaian yang positif. Secara rinci capaian dari masing-masing
indikator urusan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah tersebut dijelaskan pada poin-poin berikut:

II-108
2.3.4.1.1. Persentase Laporan Keuangan SKPD yang Sesuai SAP dalam
Mendukung Tercapainya WTP pada Wilayah Irban I
PERSENTASE LAPORAN KEUANGAN SKPD YANG
SESUAI SAP DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA WTP
PADA WILAYAH IRBAN I
120,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
100,0

80,0

60,0

40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.96 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban I
Sumber: Inspektorat Kabupaten Banyuwangi tahun 2020

Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam


mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban I di Kabupaten Banyuwangi
selama kurun waktu 5 tahun menunjukkan tren capaian positif yang stabil.
Berdasarkan grafik berikut maka terlihat bahwa capaian persentase laporan
keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam mendukung tercapainya WTP pada
wilayah Irban I tahun 2015-2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu
berada pada angka 100.

2.3.4.1.2. Persentase Laporan Keuangan SKPD yang Sesuai SAP dalam


Mendukung Tercapainya WTP pada Wilayah Irban II
Seperti halnya persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP
dalam mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban I maka pada
wilayah irban II persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP nya selama kurun waktu 5 tahun juga
menunjukkan tren capaian positif yang stabil. Berdasarkan grafik berikut
maka terlihat bahwa capaian persentase laporan keuangan SKPD yang
sesuai SAP dalam mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban II
tahun 2015-2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu berada pada
angka 100.

II-109
Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban II
120,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.97 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban II
Sumber: Inspektorat Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

2.3.4.1.3. Persentase Laporan Keuangan SKPD yang Sesuai SAP dalam


Mendukung Tercapainya WTP pada Wilayah Irban III
Seperti halnya persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban I dan wilayah Irban II maka
pada wilayah Irban III persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP
dalam mendukung tercapainya WTP nya selama kurun waktu 5 tahun juga
menunjukkan tren capaian positif yang stabil. Berdasarkan grafik berikut
maka terlihat bahwa capaian persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai
SAP dalam mendukung tercapainya WTP pada wilayah Irban III tahun 2015-
2020 memiliki angka capaian yang stabil yaitu berada pada angka 100.

PERSENTASE LAPORAN KEUANGAN SKPD YANG SESUAI


SAP DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA WTP PADA
WILAYAH IRBAN III
120,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
100,0

80,0

60,0

40,0

20,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.98 Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam
mendukung tercapainya WTP pada wilayah irban III
Sumber: Inspektorat Kabupaten Banyuwangi tahun 2020

II-110
2.3.5. Urusan Pilihan
2.3.5.1. Kelautan dan Perikanan
Urusan kelautan dan perikanan merupakan urusan pilihan yang
dilaksanakan pemerintah Kabupaten Banyuwangi, setiap urusan memiliki
indikator program yang dapat merepresentasikan kinerja pemerintah
kabupaten atau kota dalam melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian
kinerja indikator program urusan kelautan dan perikanan di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun 2020.

2.3.5.1.1. Produksi Perikanan


Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang berada di ujung
Pulau Jawa. Letak wilayahnya tersebut menyebabkan Banyuwangi memiliki
sebagian batas wilayah berupa laut. Sebagian besar masyarakat yang
bertempat tinggal di pesisir pantai memiliki profesi pekerjaan sebagai
nelayan, contohnya seperti daerah Muncar yang dikenal sebagai daerah
penghasil ikan di daerah Banyuwangi. Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
juga merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, dan
nomor dua Nasional. Komoditas utama yang dihasilkan nelayan Banyuwangi
adalah ikan lemuru yang menjadi bahan baku ikan kalengan seperti sarden.
Berikut merupakan grafik data produksi perikanan kelompok tani di
Kabupaten Banyuwangi:

PRODUKSI PERIKANAN
110.231
103.082
86.428
73.113 68.353

39.611

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.99 Produksi perikanan kelompok nelayan di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2020

Grafik data diatas menunjukkan bahwa produksi perikanan di


Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian
meningkat dengan capaian tahun 2015 sebesar 86,428 Ton. Kemudian pada
tahun 2016 angka capaian tersebut menunjukkan adanya penurunan
menjadi 73,133 Ton dan terus menurun menjadi 68,353 Ton di tahun 2017.
Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya yang terus menurun, produksi
perikanan pada tahun 2018 meningkat signifikan menjadi 103,082 Ton dan
menjadi 110,231 Ton pada tahun 2019. Namun, pada tahun 2020 produksi
perikanan mengalami penurunan derastis menjadi 39,611 Ton.

II-111
2.3.5.1.2. Cakupan bina Kelompok Nelayan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan pembinaan
kepada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan dan Kelompok
Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) dengan harapan dapat meningkatkan
kemandirian pelaku usaha perikanan. Berikut grafik angka capaian cakupan
bina kelompok nelayan di Kabupaten Banyuwangi:

CAKUPAN BINA KELOMPOK NELAYAN


250,0
198,0
200,0

150,0

100,0 77,0 67
54,0
50,0 25,0
6,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.100 Cakupan bina kelompok nelayan di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 2020
Berdasarkan grafik diatas cakupan bina kelompok nelayan di
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian
menurun. Di tahun pertama yaitu tahun 2015 angka capaian menunjukkan
angka sebesar 198 dan capaian tersebut telah melebihi target yang
ditentukan yaitu sebesar 57 kelompok. Namun angka capaian yang tinggi
tersebut menunjukkan adanya penurunan yang sangat tinggi pada tahun
2016 sehingga angka capaian menjadi 6 kelompok. Cakupan bina kelompok
nelayan dapat kembali ditingkatkan pada tahun 2017 menjadi 25 kelompok
dan terus meningkat menjadi 54 kelompok pada tahun 2018. Pada tahun
2019 angka capaian terus meningkat menjadi 77 kelompok. Pada tahun 2020
cakupan bina nelayan menurun menjadi 67 kelompok.

2.3.5.2. Pariwisata
Urusan pariwisata merupakan urusan pilihan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, setiap urusan memiliki indikator
program yang dapat merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau
kota dalam melaksanakan urusan tersebut.
Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang sedang gencar
melakukan pembangunan pada bidang pariwisata. Selain gencarnya
pembangunan, kegiatan promosi pariwisata juga sedang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Saat ini Banyuwangi telah
dikenal sebagai daerah yang kaya akan pariwisata alam yang wajib
dikunjungi para wisatawan. Berikut capaian kinerja indikator program
urusan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga tahun
2020:

II-112
Tabel 2.28 Indikator program urusan pariwisata di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2020
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Length of stay Hari 2,3 2,5 2,9 2,9 2
Jumlah wisatawan
2 Orang 77.139 98.970 99.198 100.622 15.517
mancanegara.
Jumlah kunjungan
3 wisatawan Orang 4.022.449 4.832.999 4.939.934 5.307.054 2.579.460
nusantara.
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021

Berdasarkan data diatas, capaian indikator pada urusan pariwisata di


Kabupaten Banyuwangi secara garis besar memiliki tren data meningkat
sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Jumlah kunjungan wisatawan
nusantara maupun mancanegara menunjukkan pertumbuhan yang sangat
signifikan dari tahun 2016 sampai dengan 2019, yakni dengan pertumbuhan
sebesar 30,44% (untuk kunjungan wisatawan mancanegara) dan sebesar
31,94% (untuk kunjungan wisatawan nusantara). Pada tahun 2020 capaian
indikator ini cenderung menurun seiring dengan menurunnya pertumbuhan
ekonomi yang melanda dunia dikarenakan dampak pandemic covid-19.
Dengan banyaknya jumlah wisata yang kali ini dikenal wisatawan
memiliki dampak positif terhadap lamanya wisatawan tinggal (Length of stay)
di Banyuwangi. Para wisatawan rata-rata membutuhkan waktu dua sampai
tiga hari untuk tinggal di Banyuwangi dan menikmati pariwisata yang ada.
Berikut data capaian Length of stay di Kabupaten Banyuwangi:

LENGTH OF STAY
3,0 2,9 2,9
2,5
2,5 2,3
2,0 2,0
2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.101 Length of stay di Kabupaten Banyuuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi,
2021

II-113
Berdasarkan data diatas indikator Length Of Stay di Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu beberapa tahun memiliki tren capaian
meningkat dengan capaian Tahun 2015 sebesar 2. Capaian tersebut
kemudian meningkat menjadi 2.3 di tahun 2016 dan terus meningkat
menjadi 2.5 di tahun 2017. Length of Stay di Banyuwangi terus meningkat
hingga pada tahun 2018 angka capaian menjadi 2.9. Angka capaian 2.9
tersebut bertahan hingga tahun 2019. Sedangkan Length of stay turis di
Banyuwangi pada tahun 2020, hanya selama 2 hari.
Selain tiga indikator yang disebutkan diatas, terdapat satu indikator
yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja pada urusan
pariwisata yaitu indeks daya saing pariwisata. Indeks daya saing pariwisata
adalah kemampuan tujuan wisata (destinasi) untuk mempertemukan
kebutuhan pengunjung dari berbagai aspek dengan pengalaman wisata.

2.3.5.3. Pertanian
Urusan pertanian merupakan urusan pilihan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, setiap urusan memiliki indikator
program yang dapat merepresentasikan kinerja pemerintah kabupaten atau
kota dalam melaksanakan urusan tersebut. Berikut capaian kinerja indikator
program urusan pertanian di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016
hingga tahun 2020:

Tabel 2. 29 Indikator program urusan pertanian di Kabupaten


Banyuwangi
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan
1 PDRB sektor % 2,81 1,49 -0,73 -0,56 -2,96
pertanian
Produksi
3 Ton 10.984,9 10.596,12 10.114,48 7.770,93 3.836,89
daging
4 Produksi telur Ton 15.162,8 12.351,10 12.200,89 12.843,48 7.422,77
5 Produksi susu Ton 1948,7 1673,5 1397,6 1392,8 769,8
Jumlah
kelompok dan
6 Usaha Kelompok 596 606 615 625 538
peternakan
yang tumbuh
Angka
7 kejadian % 4,74 3,9 4,22 2,8 3
penyakit
Usaha produk
hewan yang
9 Unit 3 4 5 6 7
bersertifikasi
PRA/NKV
Produktivitas
Kwintal/
10 padi atau
Hektar
65,94 65,50 65,88 66,2 66,24
bahan pangan

II-114
Realisasi
No Indikator Satuan
2016 2017 2018 2019 2020
utama lainnya
per Hektar
Persentase
peningkatan
produksi
13 tanaman % 3,33 3,35 3,35 3,41 3,57
hortikultura
unggulan
daerah
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2021

Berdasarkan data diatas, capaian indikator urusan pertanian memiliki


tren yang meningkat pada tahun 2016 hingga tahun 2020. Berikut beberapa
grafik capaian indikator kinerja pada urusan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi:
2.3.5.3.1. Produksi daging
Produksi daging di Kabupaten Banyuwangi di dominasi oleh produksi
daging ayam dan daging sapi. Sedangkan produksi daging terkecil adalah
pada produksi daging kuda dan babi. Berikut data capaian produksi daging
secara keseluruhan di Kabupaten Banyuwangi:

PRODUKSI DAGING
15000,0
12.397,00
10.984,88 10.596,12 10.114,48
10000,0 7.770,93

5000,0 3.836,89

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.102 Produksi daging di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2020

Gambar diatas menunjukkan bahwa produksi daging di Kabupaten


Banyuwangi memiliki tren capaian yang fluktuatif. Dengan capaian Tahun
2015 sebesar 12397.00 Ton, kemudian capaian tersebut menurun pada
tahun 2016 menjadi 10984.88 Ton dan terus menurun hingga menjadi
7,770.93 Ton pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2020, dengan adanya
pandemi Covid-19, produksi daging secara keseluruhan menurun menjadi
hanya sebesar 3,836.89 Ton.

II-115
2.3.5.3.2. Produksi telur
Produksi telur di Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh produksi
telur burung puyuh dan telur ayam. Sedangkan produksi telur terkecil yaitu
produksi telur dari itik. Berikut data capaian produksi telur secara
keseluruhan di Kabupaten Banyuwangi:

PRODUKSI TELUR
20000,0
15.162,75
15000,0 12.351,10 12.200,89 12.843,48

10000,0 8.530,00
7.422,77

5000,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.103 Produksi telur di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2020
Gambar diatas menunjukkan bahwa produksi telur di Kabupaten
Banyuwangi memiliki tren capaian yang fluktuatif. Dengan capaian Tahun
2015 sebesar 8,530.00 Ton, kemudian capaian tersebut meningkat pada
tahun 2016 menjadi 15,162.75 Ton. Pada tahun 2020, Produksi Telur
mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi hanya 7,422.77 Ton.

2.3.5.3.3. Produksi susu


Susu yang di produksi di Kabupaten Banyuwangi merupakan susu
sapi perah rakyat. Secara garis besar jumlah produksi susu di Kabupaten
Banyuwangi terus menurun jumlahnya pada setiap tahun. Secara rinci
datanya tersaji pada grafik berikut:

PRODUKSI SUSU
2500,0

1.948,70
2000,0 1.828,00
1.673,50

1500,0 1.397,60 1.392,80

1000,0 769,80

500,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.104 Produksi Susu di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-


2020
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2020

II-116
Gambar diatas menunjukkan produksi susu di Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian menurun. Di
tahun awal yaitu pada tahun 2015 jumlah produksi susu tercatat sebesar
1,828.00 Ton. Angka capaian produksi susu pada tahun berikutnya yaitu
tahun 2016 mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu signifikanmenjadi
1,948.70 Ton. Setelah tahun 2016, produksi Susu cenderung menurun, dan
pada tahun 2020, produksi susu di Kabupaten Banyuwangi hanya sebesar
769.90 Ton.

2.3.5.3.4. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per


Hektar
Rata-rata produktivitas bahan pangan utama per hektar di Kabupaten
Banyuwangi di dominasi oleh ubi kayu dan ubi jalar. Meskipun produksi dan
luas panen tertinggi masih didominasi oleh padi. Sedangkan
produktivitas/hektar terendah adalah kacang hijau. Secara lengkap data
capaian produktivitas bahan pangan secara menyeluruh tersaji dalam grafik
berikut:

PRODUKTIVITAS PADI ATAU BAHAN PANGAN


UTAMA LAINNYA PER HEKTAR
66,4 66,24
66,20
66,2
66,00
65,94
66,0 65,88
65,8
65,6 65,50
65,4
65,2
65,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.105 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per
hektar di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Tahun
2020

Gambar diatas menunjukkan produktivitas padi atau bahan pangan


utama lainnya per Hektar di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5
tahun memiliki tren capaian meningkat. Di tahun awal yaitu pada tahun
2015 produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per Hektar
tercatat sebesar 66,00 kw/ha. Angka capaian produktivitas padi atau bahan
pangan utama lainnya per Hektar terus meningkat pada setiap tahunnya
hingga pada tahun 2019 angka produktivitas padi atau bahan pangan utama
lainnya per Hektar menjadi 66,2 kw/ha. Pada tahun 2020 produktivitas padi
atau bahan pangan utama lainnya per Hektar di Kabupaten Banyuwangi
hanya meningkat tipis 0,04 kw/ha sehingga menjadi sebesar 66,24 kw/ha.

II-117
2.3.5.4. Perdagangan
2.3.5.4.1. Jumlah Realisasi Ekspor

120,96
112,93
103,59 103,81
95,85
85,63

2015 2016 2017 2018 2019 2020


Gambar 2.106 Jumlah realisasi ekspor di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2015-2020
Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

Jumlah realisasi ekspor Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu


5 terlihat mengalami peningkatan. Meskipun sempat turun jauh di tahun
2016 menjadi 85.6 dari awalnya 103.6 pada tahun 2015. Akan tetapi angka
realisasi ekspor Kabupaten Banyuwangi dapat berangsur meningkat di mulai
pada tahun 2017 menjadi 95.9 hingga pada tahun 2019 mencapai angka 121.
Beberapa komoditas yang berhasil di ekspor Kabupaten Banyuwangi meliputi
beras organik, beberapa komoditas hortikultura seperti manggis, kopi, hingga
komoditas perikanan. Kopi menjadi produk unggulan berkualitas ekspor yang
di miliki Kabupaten Banyuwangi. pada tahun 2019 Kabupaten Banyuwangi
dapat mengekspor kopi robusta ke Italia, Jepang, dan Inggris sebesar 378
ton. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus melakukan pelatihan
peningkatan kompetensi petani kopi, mulai dari pelatihan budidaya hingga
pascapanen dengan harapan dapat meningkatkan kualitas barang dan
meningkatkan ekspor kopi. Pada tahun 2020 jumlah realisasi ekspor
Kabupaten Banyuwangi menurun hanya mencapai angka 103.81 Juta.

2.3.5.4.2. Rata-rata Persentase Kenaikan Harga Komoditas


Rata-rata persentase kenaikan harga komoditas Kabupaten
Banyuwangi terlihat menunjukkan tren yang fluktuatif. Fluktuasi rata-rata
persentase kenaikan harga komoditas terlihat berjalan selaras dengan laju
inflasi Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2015 rata-rata persentase
kenaikan harga komoditas memunculkan angka terendah dari tahun-tahun
setelahnya yaitu pada angka 1.8. pada tahun 2016 rata-rata persentase
kenaikan harga komoditas mengalami sedikit kenaikan pada angka 2.2 dan
terus mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2017 menjadi 5.6.
Pada tahun 2018 rata-rata persentase kenaikan harga komoditas kembali
menurun pada angka 3.8 tetapi masih lebih tinggi dari tahun 2015 dan 2016.
Kenaikan rata-rata persentase kenaikan harga komoditas Kembali meningkat

II-118
pada tahun 2019 hingga menyentuh angka 6.4, dan pada tahun 2020 rata-
rata persentase kenaikan harga komoditas hanya sebesar 2.3%.

Rata-rata persetase kenaikan harga komoditas


7,0 6,4
6,0 5,6

5,0
3,8
4,0
3,0 2,2 2,3
1,8
2,0
1,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.107 Rata-rata persentase kenaikan harga komoditas di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021

2.3.5.5. Perindustrian
2.3.5.5.1. Pertumbuhan Sektor Industri Olahan dalam PDRB
Pertumbuhan Sektor Industri Olahan dalam PDRB Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun menunjukkan tren yang positif.
Meskipun sempat sedikit menurun di tahun 2017, akan tetapi secara
keseluruhan menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2017 angka
Pertumbuhan Sektor Industri Olahan dalam PDRB sedikit menurun pada
angka 6.2 setelah sebelumnya terjadi peningkatan menjadi 6.4 di tahun 2016
dari angka 5.0 di tahun 2015. Kemudian Pertumbuhan Sektor Industri
Olahan dalam PDRB Kabupaten Banyuwangi perlahan meningkat menjadi
8.1 pada tahun 2018 dan angka tersebut terus meningkat pada tahun 2019
menjadi 8.6. Sehingga dengan tren data tersebut dapat diproyeksikan pada
tahun 2020 Pertumbuhan Sektor Industri Olahan dalam PDRB dapat
menyentuh angka 9.5.

Pertumbuhan Sektor Industri Olahan dalam PDRB


9,5
10,0 8,6
8,1
8,0
6,4 6,2
6,0 5,0

4,0
2,0
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.108 Pertumbuhan sektor industri olahan dalam PDRB di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Banyuwangi 2021

II-119
2.3.5.5.2. Persentase Peningkatan Nilai Penjualan (Omset) IKM
Persentase Peningkatan Nilai Penjualan (Omset) IKM Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun menunjukkan data yang sangat
fluktuatif. Dengan posisi awal di tahun 2015 pada angka 5.0 kemudian
menurun menjadi 3.1 pada tahun 2016. Dan pada tahun 2017 Persentase
Peningkatan Nilai Penjualan (Omset) IKM meningkat 2x lipat pada angka 6.7.
Kemudian pada tahun 2018 menurun drastis hingga menyentuh angka 1.7
yang merupakan capaian terendah dari tahun-tahun lainnya. Pada tahun
2019 angka Persentase Peningkatan Nilai Penjualan (Omset) IKM Kembali
meningkat pada posisi 6.7 seperti pada tahun 2017. Kemudian pada tahun
2020 Persentase Peningkatan Nilai Penjualan (Omset) IKM di Kabupaten
Banyuwangi menurun di angka 2.0.

PERSENTASE PENINGKATAN NILAI PENJUALAN


8,0 (OMSET)
6,7
IKM 6,7

6,0
5,0

4,0 3,1
2,0
1,7
2,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 2.109 Persentase peningkatan nilai penjualan (Omset) IKM di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Banyuwangi 2021

2.3.5.6. Transmigrasi
2.3.5.6.1. Persentase Penempatan Transmigran
Program transmigrasi yang di berikan pemerintah mendapatkan
respons baik dari masyarakat Banyuwangi. Tidak sedikit masyarakat
Banyuwangi berminat untuk menjadi transmigran ke kabupaten lain,
khususnya di daerah luar Pulau Jawa. Pemerintah daerah mendukung minat
masyarakat menjadi transmigran dengan memberikan pembinaan dan
pelatihan sehingga nantinya para calon transmigran bisa lebih terampil dan
bertahan. Respons yang diberikan pihak penerima transmigran asal
Banyuwangi juga cuku bagus, transmigran asal Banyuwangi dinilai berhasil
dan diminati oleh beberapa daerah penerima. Sehingga transmigran asal
Banyuwangi tidak ada yang kembali ke Banyuwangi setelah diberangkatkan.
Akan tetapi kuota transmigran yang diterima Kabupaten Banyuwangi tidak
selalu sesuai dengan jumlah KK yang mendaftarkan diri. Berikut data
persentase penempatan transmigran di Kabupaten Banyuwangi:

II-120
PERSENTASE PENEMPATAN TRANSMIGRAN
50,0
41,0
40,0

30,0 23,0 25,0


20,6
18,0
20,0 15,0

10,0

0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.110 Persentase penempatan transmigran di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Banyuwangi 2021
Persentase penempatan transmigran di Kabupaten Banyuwangi dalam
kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian yang fluktuatif. Dengan posisi
awal capaian pada tahun 2015 sebesar 23% kemudian pada tahun 2016
menunjukkan adanya penurunan hingga menjadi 15%. Persentase
penempatan transmigran terlihat meningkat cukup tinggi pada tahun 2017
hingga menjadi 41%. Akan tetapi pada tahun 2018 kembali menunjukkan
adanya penurunan hingga menjadi 25% dan angka tersebut terus menurun
hingga pada tahun 2019 menjadi 18%. Dengan tren data tersebut pada tahun
2020 diproyeksikan persentase penempatan transmigran dapat Kembali
meningkat dan angka capaian menjadi 20.6%.

2.3.6. Urusan Pemerintahan Umum


2.3.6.1. Persentase Masyarakat yang Menggunakan Hak Politiknya
Semakin banyak angka golput dan kurangnya minat masyarakat
berpatisipasi dalam penyelenggaraan pemilihan baik nasional ataupun regional,
menurunnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan akan berimbas pada
kualitas demokrasi. Hal ini tidak sebanding dengan hasil pemilihan yang
memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
seluruh elemen masyarakat melalui peraturan berikut kebijakan yang nantinya
akan dikeluarkan sebagai wujud pelaksanaan visi dan misi calon yang sudah
terpilih. Sikap acuh terhadap pesta demokrasi ini, juga tak sebanding dengan
harapan yang tinggi masyarakat terhadap kemajuan pembangunan dimasa
mendatang.

Tabel 2. 30 Persentase Masyarakat Menggunakan Hak Politiknya


No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1. Persentase Masyarakat yang - -
Menggunakan Hak 65% 70% 65%
Politiknya
Sumber: Badan Kesatuan bangsa dan Politik Kabupaten
Banyuwangi, 2020

II-121
Berdasarkan data yang terdapat dalam table diatas, dalam tahun 2018
persentase masyarakat yang menggunakan hak politiknya mencapai angka
65%. Sedangkan pada tahun berikutnya mengalami peningkatan hinggal 70%
yang artinya bahwa pada tahun 2019 masyarakat mulai sadar akan partisipasi
mereka dalam kegiatan politik. Namun pada tahun 2020 mengalami penurunan
menjadi 65% kembali, hal tersebut seiring dengan adanya pandemic covid-19
yang mengharuskan untuk menjaga protokol Kesehatan.

2.3.6.2. Potensi Konflik


Posisi strategis Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa
berbatasan dengan Pulau Bali merupakan jalur utama lintas nasional yang
menghubungkan wilayah Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.
Kondisi Sosio kultural di Banyuwangi terdiri dari beraneka ragam suku adat
dan kebudayaan yang turut membawa potensi terjadinya konflik horizontal
di masyarakat.
Tren selama lima tahun terakhir sejak Tahun 2015 hingga 2020,
menunjukkan bahwa angka potensi konflik IPOLEKHANKAM dan konflik
Sosial budaya berada pada posisi stagnan yakni sebesar 12 kasus yang terjadi
setiap tahunnya. Sedangkan selama lima tahun terakhir untuk angka potensi
konflik sara mengalami kenaikan khususnya di dua tahun terakhir yakni
pada Tahun 2019 – 2020 dimana terjadi satu konflik tiap tahunnya. Fakta ini
menjadi catatan bagi pemerintah daerah bersama stakeholder terkait untuk
mewujudkan stabilitas Banyuwangi baik dari segi sosial, ekonomi maupun
ketertiban masyarakat, dimana hal tersebut menjadi modal utama bagi
masyarakat diluar Banyuwangi untuk mau berkunjung bahkan berinvestasi
di Banyuwangi.

Gambar 2.111 Potensi Konflik Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020


Sumber: Badan Kesatuan bangsa dan Politik Kabupaten
Banyuwangi, 2020

Berdasarkan gambar diatas bahwa potensi konflik yang terjadi di


Kabupaten Banyuwangi paling banyak adalah satu kali dalam sebulan atau

II-122
12 kali dalam setahun. Target ini untuk menjadi perhatian stakeholder di
Banyuwangi agar kejadian konflik yang terjadi di Banyuwangi tidak melebihi
target yang ditetapkan. Ukuran berhasil atau tidaknya metode yang
diterapkan terlihat dari banyaknya konflik dalam satu bulan. Jika tidak
terjadi konflik apapun maka kebijakan dapat dinilai tepat sasaran.
Sebaliknya jika kejadian konflik terjadi lebih dari angka potensi maka perlu
mendapat perhatian dari pihat terkait untuk merumuskan kembali kebijakan
yang lebih efektif yang lebih diterima masyarakat.
Untuk menjaga stabilitas dimaksud, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi berkolaborasi dengan stakeholder terkait secara intensif perlu
melaksanakan program penguatan ideologi pancasila dan karakter
kebangsaan melalui wadah Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK)
dengan sasaran generasi muda. Selain itu pengawasan terhadap organisasi
masyarakat dan peningkatan kewaspadaan nasional dan deteksi dini
penanganan konflik sosial juga harus dilaksanakan secara komprehensif
melalui wadah Komunitas Intelejen Daerah (KOMINDA). Melalui program dan
kegiatan tersebut diharapkan mampu mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
yang semakin maju, sejahtera dan berkah.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah


2.4.1. Kemampuan Ekonomi
2.4.1.1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi keuangan
daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
2.4.1.1.1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian yang
fluktuatif dengan capaian tahun 2015 sebesar 48. Kemudian pada tahun
2016 memiliki peningkatan capaian hingga menjadi 51.56 dan capaian
tersebut menurun di tahun 2017 menjadi 50.73. Pada tahun 2018
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita terlihat kembali meningkat
hingga menjadi 51.34 dan kembali menurun lagi di tahun 2019 menjadi 50.3.
Pada tahun 2020 persentase konsumsi rumah tangga per kapita di
Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan capaian menjadi 50.15.

II-123
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
52,0 51,6
51,3

51,0 50,7
50,3 50,1*
50,0

49,0

48,0
48,0

47,0

46,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.112 Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2021

2.4.1.1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita


Persentase pengeluaran konsumsi non pangan per kapita di
Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun juga memiliki tren
capaian yang fluktuatif dengan capaian tahun 2015 sebesar 52 kemudian
capaian tersebut menurun menjadi 48.44 di tahun 2016. Pada tahun 2017
persentase pengeluaran konsumsi non pangan per kapita menunjukkan
adanya peningkatan capaian hingga menjadi 49.27 dan angka capaian
kembali menurun pada tahun 2018 menjadi 48.66. Persentase pengeluaran
konsumsi non pangan per kapita terlihat kembali meningkat hingga menjadi
49.7 pada tahun 2019. Pada tahun 2020 persentase pengeluaran konsumsi
non pangan per kapita mengalami peningkatan menjadi 49.9.

II-124
PERSENTASE PENGELUARAN KONSUMSI
NON PANGAN PERKAPITA

52,0

49,9
49,7
49,3

48,7
48,4

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.113 Persentase pengeluaran konsumsi non pangan per kapita


di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2021

2.4.2. Sumber Daya Manusia


Daya saing daerah khususnya pada sumber daya manusia dapat dilihat
melalui beberapa indikator, diantaranya Indeks relasi antar manuasia,
dan Indeks etika dan budi pekerti. Kedua indeks tersebut merupakan
komposit pembentuk indeks kesalehan sosial yang pengitungannya
dilakukan secara survei. Secara umum definisi kedua indeks tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Indeks relasi antar manuasia
Indeks ini digunakan untuk melihat atau menilai, bagaimana
manusia hadir, bagaimana manusia membangun relasinya,
bagaimana manusia berpengetahuan, ba- gaimana manusia
berperilaku. Pengukuran direpresentasikan dengan 4 variabel
pengukuran yaitu, kerjasama, menghormati perbedaan agama,
menghormati perbedaan suku, menjaga kelestarian budaya luhur.
2. Indeks etika dan budi pekerti
Berdasarkan pendekatan etika atau filsafat moral, budi pekerti
adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan
dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan
kehidupannya. Indeks budi dan pekerti dapat diketahui dari
beberapa aspek yang diantaranya yaitu komunikasi, perilaku dan
lingkungan tempat dia berada. Indeks ini diukur melalui beberapa
variabel diantaranya, Rendah Hati, Sopan santun, Bijaksana,
Dapat Dipercaya, Adil.

II-125
2.4.3. Iklim Investasi
2.4.3.1. Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah sebuah parameter
ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital/modal terhadap
hasil yang diperoleh (output), dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR
juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan
sejumlah output (keluaran), sebagai contoh, misalnya besarnya investasi pada
satu tahun di negara A adalah sebesar Rp 300 miliar, sedangkan tambahan
output yang diperoleh dari hasil penanaman investasi itu adalah Rp 60 miliar,
maka nilai ICOR negara A adalah sebesar 5 (300miliar/60 miliar). Angka ini
menunjukkan bahwa untuk menaikkan 1 unit output diperlukan investasi
sebesar 5 unit. Kabupaten Banyuwangi memiliki tren nilai yang meningkat
dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Pada tahun 2016 ICOR memiliki capaian sebesar 6.08 dan meningkat
menjadi 6.1 di tahun 2017. Berbeda dengan sebelumnya, pada tahun 2017 ICOR
mengalami penurunan menjadi 5.77 dan Kembali meningkat menjadi 6.17 di
tahun 2019. Pada tahun 2020 ICOR Kabupaten Banyuwangi memiliki capaian
yang cukup drastis yakni mencapai 8.45 yang merupakan capaian tertinggi
dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa
tingkat efisiensi investasi di Kabupaten Banyuwangi cenderung kurang efisien,
mengingat nilai modal yang dibutuhkan semakin besar. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai ICOR yang semakin besar jika dilihat dari
perbandingan antara tahun 2016 dengan tahun 2020 atau tahun 2019
sekalipun (sebelum adanya pandemi COVID-19).

ICOR (Incremental Capital Output Ratio)


9 8,45
8
7
6,08 6,1 6,17
5,77
6
5
4
3
2
1
0
2016 2017 2018 2019 2020

ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

Gambar 2.114 ICOR Kabupaten Banyuwangi tahun 2016-2020


Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

II-126
2.4.4. Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur
2.4.4.1. Perhubungan
2.4.4.1.1. Rasio Panjang jalan per jumlah kendaraan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten Banyuwangi
dalam kurun waktu 5 tahun memiliki tren capaian meningkat dengan
capaian tahun 2015 sebesar 190 dan kemudian meningkat menjadi 216 pada
tahun 2016 dan terus meningkat menjadi 235,1 di tahun 2017. Peningkatan
rasio Panjang jalan masih menunjukkan peningkatan capaian pada tahun
2018 yaitu sebesar 252,3 dan masih meningkat kembali pada tahun 2019
hingga menjadi 269,9. Dengan tren data yang terus meningkat tersebut maka
pada tahun 2020 diproyeksikan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
masih akan mengalami peningkatan menjadi 290,5.

Rasio Panjang jalan per jumlah kendaraan

290,5*
269,9
252,3
235,1
216,0
190,0

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.115 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2015-2020
Sumber: Data Diolah Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Banyuwangi, 2021

2.4.4.2. Penataan Ruang


2.4.4.2.1. Luas wilayah produktif
Luas wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dari
proporsi penggunaan lahan. Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas
wilayah 578.250 Ha, dari luas tersebut penggunaan lahan di Kabupaten
Banyuwangi masih didominasi lahan tidak terbangun berupa hutan, sawah
dan lain sebagainya. Profil tersebut menunjukkan bahwa lahan produktif
memiliki proporsi yang masih cukup besar mencapai 25% dari keseluruhan
lahan yang ada.

II-127
Jenis penggunaan
Lahan
20,64%

31,72%

Kawasan Hutan

Persawahan 22,04%

Perkebunan 11,39%

Permukiman 14,21%

Lain-lain (fasum, Jalan, RTH,


Ladang, tambak,dd)
Gambar 2.116 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi
Sumber: Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan lahan yang


dipergunakan untuk persawahan dan perkebunan. Dengan proporsi masing-
masing sebesar 11% dan 14%. Berikut merupakan detail proporsi
penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 2. 31 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi


Luas
No Jenis penggunaan Lahan
Ha %
1 Kawasan Hutan 183.396,34 31,72%
2 Persawahan 66.152 11,39%
3 Perkebunan 82.143,63 14,21%
4 Permukiman 127.454,22 22,04%
Lain-lain (fasum, Jalan, RTH,
5 119.103,81 20,64%
Ladang, tambak,dd)
Jumlah 578.250 100%
Sumber: Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

II-128
Tabel 2. 32 Realisasi indikator kinerja tahun 2016-2020
Capaian kinerja
Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6
Aspek Kesejahteraan Sosial
Angka Melek Huruf 99,14 99,23 99,31 99,02 99,10
Angka Harapan Hidup 70,11 70,19 70,34 70,54 70,65
Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan Urusan Wajib
Urusan Pendidikan
Total Persentase Guru Tersertifikasi
47,06 45,01 46,8 54,62 57,6
Pendidik
Total Persentase Guru Tersertifikasi
35,44 32,62 40,08 40,37 42,47
Pendidik TK
Total Persentase Guru Tersertifikasi
48,73 45,85 45,92 58,03 62,01
Pendidik SD/MI
Total Persentase Guru Tersertifikasi
54,09 52,54 53,75 58,27 59,8
Pendidik SMP/MTS
Jumlah Rumah Sakit 14 14 14 13 13
Jumlah Puskesmas 45 45 45 45 45
Jumlah tenaga kesehatan 2.278 2.278 3.574 3.927 4.167
Kepadatan dan distribusi tenaga
0,14 0,14 0,22 0,22 0,24
kesehatan
Proporsi peserta jaminan Kesehatan
2.808 3.724 3.682 3.640 3.493
melalaui SJSN bidang kesehatan
Jumlah penduduk yang terdaftar
789.116 823.819 906.491 949.355 924.963
jaminan kesehatan (BPJS)
Persentase penduduk yang terdaftar
45,46 48,67 56,32 58,8 57,2
jaminan kesehatan (BPJS)
KABR: kapasitas prasarana air baku
untuk melayani rumah tangga,
perkotaan dan industri, serta 18,24 17,23 17,26 18,10 17,42
penyediaan air baku untuk pulau-
pulau (juta)
Peningkatan Jumlah Bangunan
64 65 28 40 106
Pelayanan Publik Berfungsi Baik
Persentase Panjang Jaringan Irigasi
60 60 61 62 92
Rusak yang Diperbaiki
Persentase Ketersediaan air baku 80 82 84 88 92
Luas cakupan Air bersih 75 80 81 82 83
Persentase ketersediaan air pada
musim hujan dan musim kemarau 60 65 70 75 80
(degradasi DAS)
Jumlah Ketersediaan Database
45 50 55 60 65
Sumberdaya Air
Peningkatan Partisipasi Masyarakat
50 60 70 75 80
Dalam Pengelolaan Air
Persentase Daerah bebas bencana
85 90 91 92 93
akibat daya rusak air

II-129
Capaian kinerja
Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6
Persentase panjang jaringan jalan
dalam kondisi baik dengan
98,30 92,20 97,67 97,69 74,45
kecepatan > 20
km
Jumlah korban meninggal akibat
14 21 5 1 8
bencana
Persentase penanganan darurat
96,56 96,56 99 99 99
bencana
Persentase pemulihan dampak
98,17 98,17 98,13 98,13 98,13
bencana
Indeks gotong royong 0,55 0,63 0,63 0,69 0,74
Persentase tenaga kerja formal 11.421 11.032 10.347 10.347 9.249
Persentase tenaga kerja informal
44 33 33 33 27,5
sektor pertanian
Persentase Kelompok Usaha
52 52 52 66,7 67,6
Perempuan Mandiri
Indeks Pembangunan Gender (IPG) 86,01 8,2 86,44 86,81 86,66
Persentase keamanan pangan ≥80% 80 80 80 90 88
Banyaknya sertifikat tanah yang
25.330 44.091 73.659 85.097 40.209
dikeluarkan
Jumlah Inovasi Pelayanan
0 1 1 1 2
Kependudukan Yang Dikembangkan
Jumlah Desa Tertinggal. 1 0 0 0 0
Indeks Ketahanan Ekonomi 0,74 0,76 0,72 0,75 0,79
Indeks Ketahanan Lingkungan 0,79 0,8 0,77 0,8 0,82
Indeks Ketahanan Sosial 0,79 0,8 0,82 0,86 0,87
Persentase Remaja Yang
Bermasalah Dengan Seks Bebas 0,03 0,27 0,23 0,28 0,35
Napza Termasuk HIV/AIDS
Persentase Peran Serta Masyarakat
48 50 72 90 90
Dalam Pelayanan KB/KR Mandiri
Jumlah Dermaga Penyeberangan. 3 3 3 3 3
Jumlah Pelabuhan Strategis. 2 2 2 2 2
Persentase Peningkatan Aksesbilitas
12,1 13,08 14,2 15,2 15,9
Transportasi Laut
Persentase Kelaikan Pengoperasian
82 84 86 88 90
Kendaraan Bermotor
Persentase Potensi Local Kemacetan
Dan Kepadatan Lalu Lintas 75 77,5 80 82,5 85
Angkutan Jalan
Persentase Peningkatan Sarana
64,1 67,8 71,5 79 82,1
Prasarana Transportasi Darat
Indeks Angka Kecelakaan
43,3 40,8 37,6 35 32,3
Transportasi Darat
Kualitas Prasarana Dan Fasilitas
100 100 100 100 100
Transportasi Darat

II-130
Capaian kinerja
Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6
Persentase Aplikasi IT Yang
Mendukung City Branding Dan 50 50 55 60 62,5
Layanan Publik Yang Berfungsi Baik
Persentase Pertumbuhan Jumlah
2,8 3,7 0,5 0,7 0,0
Anggota Koperasi
Persentase Koperasi Sehat 24,5 34,2 34,9 35,2 16,0
Persentase Wirausaha Mikro Baru
0,25 0,3 0,35 0,45 0,5
Yang Tumbuh
Rasio Pemerataan Unit Usaha Mikro
22,2 20,5 21 21,5 22
Kecil Dan Menengah
Persentase Pemenuhan Kebutuhan
Data dan Informasi Penanaman 83 83 86 91 92.5
Modal
Jumlah Atlit Berprestasi 220 588 135 913 712
Jumlah Insan Olahraga Yang
0 14 60 70 72
Berprestasi
Jumlah Even 9 10 9 11 1
Jumlah Pemuda Pelopor Meningkat 17 9 14 0 0
Persentase Organisasi Pemuda Yang
72 40 80 12 16
Memenuhi Ketentuan
Persentase Sarana Dan Prasarana
136 80 100 60 80
Yang Memenuhi Standart
Persentase Pengamanan Informasi
100 100 100 100 100
Daerah Yang Terselenggara Baik
Persentase Sarpras Kearsipan
80 87 89 89 93
Dalam Kondisi Baik
Pendapatan Asli Daerah (Rp. Milyar) 367,87 388,94 450,06 495,69 482,74
Persentase Pelaksanaan Ujian Dinas
100 100 66,67 100 66,67
dan Seleksi Kompetensi Jabatan
Proporsi Kursi yang diduduki
Perempuan di Parlemen Tingkat
0,22 0,22 0,24 0,26 0,26
Pusat, Parlemen Daerah dan
Pemerintah Daerah
Indeks Kepuasan Masyarakat 75 75 78 79,5 87,03
Nilai SAKIP 80,13 81,26 82,17 83,23 83,86
Persentase Penggunaan E-
procurement terhadap Belanja 21,3 21,3 19,1 42 37,5
Pengadaan.
Persentase Laporan Keuangan SKPD
yang Sesuai SAP dalam Mendukung
100 100 100 100 100
Tercapainya WTP pada Wilayah
Irban I
Persentase Rekomendasi Temuan
yang Selesai ditindaklanjuti:
55 55 40 65 80
Keuangan Negara/Daerah dan
Administrasi pada Wilayah Irban I

II-131
Capaian kinerja
Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6
Persentase Hasil Evaluasi SAKIP
dengan Nilai Minimal A pada 50 50 56 80 80
wilayah Irban I
Persentase Laporan Keuangan SKPD
yang Sesuai SAP dalam Mendukung
100 100 100 100 100
Tercapainya WTP pada Wilayah
Irban II
Persentase Rekomendasi Temuan
yang Selesai ditindaklanjuti:
55 55 40 75 100
Keuangan Negara/Daerah dan
Administrasi pada Wilayah Irban II
Persentase Hasil Evaluasi SAKIP
dengan Nilai Minimal A pada 50 50 56 80 80
Wilayah Irban II
Persentase Laporan Keuangan SKPD
yang Sesuai SAP dalam Mendukung
100 100 100 100 100
Tercapainya WTP pada Wilayah
Irban III
Pelayanan urusan pilihan
Konsumsi Ikan (ton) 30,2 30,3 31,1 33,1 32
Persentase Kunjungan Wisatawan 107.9 150.1 155.5 174.2 3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
2.81 1.49 -0.73 -0.56 -2.96
Terhadap PDRB
Angka kematian ternak 0.46 0.42 0.3 0.3 0,22
Persentase sarana dan Prasarana
tanaman pangan yang 100 100 100 100 100
dimanfaatkan
Jumlah sertifikasi produk tanaman
1 2 2 4 2
pangan
Persentase peningkatan produksi
tanaman perkebunan unggulan 3,33 3,35 3,35 3,41 3,57
daerah
Jumlah sertifikasi produk
4 4 3 5 2
perkebunan dan hortikultura
Persentase peningkatan produksi
3,14 3,25 3,25 3,41 3,57
tembakau
Presentasi Tertib Niaga Barang Kena
2,2 5,6 3,8 6,4 2,3
Cukai
Persentase Peningkatan Pelaku
8,4 8,4 11,3 11,3 19,6
Usaha yang Tertib Niaga
Persentase cakupan pengembangan
50 53,7 57,9 53,7 98,8
sentra industri
Rasio ketimpangan pendapatan IKM
16 15 15,2 15 18
wilayah kecamatan
Persentase peningkatan sertifikasi
50 27,4 27 39,1 25
standardisasi dan HKI
Jumlah IKM 19.253 19.428 19.446 18.130 18.992

II-132
Capaian kinerja
Indikator
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6
Persentase peningkatan jumlah IKM
17,1 17,1 17,1 22 30
yang bermitra dalam klaster

II-133
II-134
BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

Pemerintahan Daerah Kabupaten Banyuwangi merupakan penyelenggara


urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Banyuwangi
menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kondisi keuangan daerah pada lingkup Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tidak terlepas dari kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah yang
ditempuh, baik pengelolaan terhadap upaya-upaya optimalisasi target
Penerimaan Daerah hingga mobilisasi sumber-sumber yang tersedia untuk
percepatan pelaksanaan program prioritas pembangunan melalui Pengeluaran
Daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai ketentuan pada Pasal 1 angka 6
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungja-waban dan pengawasan
keuangan daerah. Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten
Banyuwangi, terdapat 2 (dua) penerimaan daerah yang memegang peranan
penting yaitu sebagai sumber penerimaan daerah dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Pembiayaan. APBD menurut ketentuan pada Pasal 1 angka 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
APBD merupakan instrumen kunci dalam sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah. Sesuai ketentuan pada Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa APBD merupakan wujud
pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan
Daerah dan berdasarkan pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa APBD
mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.

III - 1
3. Fungsi pengawasan, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai kesesuaian kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Fungsi distribusi, mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi, mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD


Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mencantumkan bahwa sumber penerimaan daerah terdiri atas: (1) Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana
Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana
Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan
daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Penyesuaian dan Dana
Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan peneriman
pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun
Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Pencairan Dana Cadangan
Daerah, dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, serta untuk
pengeluaran pembiayaan digunakan untuk pembentukan dana cadangan,
pemberian pinjaman daerah, penyertaan modal (investasi daerah), dan
pembayaran pokok utang.
Perkembangan APBD Kabupaten Banyuwangi dalam lima tahun terakhir
(2016-2020) disajikan dalam tabel 3.1. Rata-rata Pendapatan Daerah sebesar
2.989,36 Miliar Rupiah, dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 3,98%.
Trend nilai pendapatan cenderung meningkat kecuali pada tahun 2017 terjadi
penurunan. Sementara rata-rata belanja daerah sebesar 2.957,39 Miliar Rupiah
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,64%. Trend belanja daerah dan
pembiayaan daerah memiliki pola yang serupa, yaitu turun dari tahun 2016 ke
2018 dan naik dari tahun 2018 ke tahun 2020. Nilai rata-rata pembiayaan daerah
sebesar 104,62 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan rata-rata sebesar (-87,79%).

III - 2
Tabel 3.1. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
(Berdasarkan Permendagri 13/2006)
Miliar (Rp)
Rata-rata
No. Uraian
2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
1 PENDAPATAN 2.805,62 2.732,02 2.997,64 3.143,28 3.268,23 3,98%
1.1. Pendapatan Asli Daerah 367,87 388,94 450,07 495,69 482,74 7,24%
1.1.1. Pajak daerah 120,83 152,81 178,92 196,84 191,63 12,73%

1.1.2. Retribusi daerah 34,59 35,71 45,46 48,29 45,63 7,82%

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan 15,07 16,10 15,17 16,66 20,67 8,74%
daerah yang dipisahkan
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 197,39 184,33 210,52 233,90 224,81 3,70%

1.2. Dana Perimbangan 1.847,14 1.793,66 1.960,99 2.005,26 1.852,13 0,26%


1.2.1. Dana bagi hasil pajak/bagi 89,42 73,02 161,49 163,51 0,00 1,02%
hasil bukan pajak
1.2.2. Dana alokasi umum 1.400,38 1.375,78 1.375,78 1.438,46 1.463,77 1,14%
1.2.3. Dana alokasi khusus 357,34 344,86 423,72 403,29 388,36 2,71%
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah 590,61 549,41 586,58 642,33 933,37 13,65%
yang Sah
1.3.1 Hibah 160,99 131,30 131,53 126,51 147,88 -1,30%
1.3.2 Dana darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari 255,23 238,43 212,85 236,07 173,82 -8,19%
provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya ***)

1.3.4 Dana penyesuaian dan 174,39 179,68 242,21 271,89 305,83 15,64%
otonomi khusus****)
1.3.5 Bantuan keuangan dari 0,00 0,00 0,00 7,86 7,76 24,69%
provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
1.3.6 Bagi Hasil Retribusi dari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Propinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 298,08 25,00%

2 BELANJA 3.095,29 2.776,03 2.753,67 3.021,32 3.140,64 0,64%

2.1 Belanja Tidak Langsung 1.518,19 1.445,91 1.478,88 1.587,92 1.723,35 3,36%
2.1.1 Belanja Pegawai 1.209,91 1.017,87 1.067,56 1.104,16 1.032,54 -3,51%
2.1.2 Belanja Bunga 0,00 0,00 14,84 0,00 0,00 -25,00%
2.1.3 Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.4 Belanja Hibah 60,03 85,37 61,22 63,17 180,85 50,85%
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 8,06 3,95 7,40 16,73 25,67 54,01%
2.1.6 Belanja Bagi Hasil 2,44 7,32 11,43 26,32 26,39 96,58%
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 236,80 328,45 316,43 377,25 367,68 12,93%
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 0,94 2,95 0,00 0,30 90,22 7630,16%
2.2 Belanja Langsung 1.577,10 1.330,12 1.274,79 1.433,39 1.417,29 -2,13%
2.2.1 Belanja Pegawai 103,62 81,99 117,71 77,13 56,54 -9,62%
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 561,90 591,05 676,70 826,71 807,36 9,88%
2.2.3 Belanja Modal 911,58 657,08 480,38 529,54 553,40 -10,02%

III - 3
Miliar (Rp)
Rata-rata
No. Uraian
2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan

3 PEMBIAYAAN 371,78 82,11 -178,90 65,11 183,00 -87,79


3.1 Penerimaan Pembiayaan 371,78 82,11 257,08 65,11 187,10 61,96%
3.1.1. Sisa Lebih Perhitungan 371,73 82,07 38,17 65,08 187,10 31,64%
Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SILPA)

3.1.2. Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.1.3. Hasil Penjualan Kekayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Daerah yang dipisahkan
3.1.4. Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 0,00 218,86 0,00 0,00 -25,00%
3.1.5. Penerimaan Kembali 0,05 0,04 0,05 0,04 0,00 -29,08%
Pemberian Pinjaman
3.1.6. Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 435,98 0,00 4,10 -25,00%
3.2.1. Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.2.2. Penyertaan Modal (Investasi) 0,00 0,00 0,00 0,00 4,10 0,00%
Pemerintah Daerah
3.2.3. Pembayaran Pokok Utang 0,00 0,00 435,98 0,00 0,00 -25,00%
3.2.4. Pemberian Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Lainnya
Sumber: BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Dalam rangka penyesuaian nomenklatur struktur APBD sebagaimana


amanat Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, terhadap akun, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek, dan sub
rincian obyek, maka Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020 telah dilakukan konversi
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.2. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
(Berdasarkan PP 12/2019)

Miliar (Rp) Rata-rata


No. Uraian
Pertumbuhan
2016 2017 2018 2019 2020

1 PENDAPATAN 2.805,61 2.732,02 2.997,64 3.143,28 3.267,18 3,97%


1.1. Pendapatan Asli Daerah 367,87 388,94 450,06 495,69 482,74 7,24%
1.1.1. Pajak daerah 120,82 152,81 178,92 196,84 191,63 12,73%
1.1.2. Retribusi daerah 34,59 35,71 45,46 48,29 45,63 7,82%
Hasil pengelolaan keuangan
1.1.3.
daerah yang dipisahkan
15,07 16,09 15,17 16,66 20,67 8,74%

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 197,39 184,33 210,51 233,9 224,81 3,70%

1.2. Pendapatan Transfer 2.276,75 2.211,78 2.416,05 2.521,08 2.339,53 0,88%


1.2.1. Transfer Pemerintah Pusat 2.021,52 1.973,35 2.203,20 2.277,15 2.157,95 1,85%
1.2.2. Transfer Antar-Daerah 255,23 238,43 212,85 243,93 181,58 -7,07%
Lain-Lain Pendapatan
1.3.
Daerah yang Sah
160,99 131,30 131,53 126,51 444,91 57,40%

III - 4
Miliar (Rp) Rata-rata
No. Uraian
Pertumbuhan
2016 2017 2018 2019 2020
1.3.1 Hibah 160,99 131,30 131,53 126,51 146,83 -1,50%
1.3.2 Dana darurat 0 0 0 0 0 0,00%
1.3.3 Lain-lain pendapatan 0 0 0 0 298,08 0,00%

2 BELANJA 3.095,29 2.776,03 2.753,66 3.021,31 3.140,47 0,64%


2.1 Belanja Operasi 1.943,52 1.780,23 1.945,42 2.087,90 2.097,94 2,17%
2.1.1 Belanja Pegawai 1.313,53 1.099,86 1.185,27 1.181,29 1.089,07 -4,16%
2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 561,9 591,05 676,69 826,71 802,36 9,73%
2.1.3 Belanja Bunga 0 0 14,84 0 0 -25,00%
2.1.4 Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0,00%
2.1.5 Belanja Hibah 60,03 85,37 61,22 63,17 180,85 50,85%

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 8,06 3,95 7,4 16,73 25,67 54,01%
2.2 Belanja Modal 911,58 657,07 480,38 529,54 558,24 -9,79%
2.2.1 Belanja Modal Tanah 12,05 0,59 17,23 0,16 0,05 637,89%
Belanja Modal Peralatan dan
2.2.2
Mesin
154,42 127,61 89,53 91,46 122,67 -2,73%
Belanja Modal Gedung dan
2.2.3
Bangunan
158,28 99,01 109,61 135,23 129,36 -1,93%
Belanja Modal Jalan, Irigasi
2.2.4
dan Jaringan
584,97 429,2 260,54 302,05 304,98 0,00%
Belanja Modal Aset Tetap
2.2.5
Lainnya
1,86 0,66 3,47 0,64 1,19 90,94%

2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0 0 0 0 0 0,00%


2.3 Belanja Tidak Terduga 0,95 2,95 0,00 0,30 90,22 7630,16%
2.4 Belanja Transfer 239,24 335,78 327,86 403,57 394,07 14,68%
3 PEMBIAYAAN 371,78 82,11 -178,9 65,12 183 -87,79%
3.1 Penerimaan Pembiayaan 371,78 82,11 257,08 65,12 187,1 61,96%
Sisa Lebih Perhitungan
3.1.1. Anggaran Tahun Anggaran 371,73 82,07 38,17 65,08 187,1 31,64%
Sebelumnya (SILPA)
3.1.2. Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 0,00%
Hasil Penjualan Kekayaan
3.1.3.
Daerah yang dipisahkan
0 0 0 0 0 0,00%

Penerimaan Pinjaman
3.1.4.
Daerah
0 0 218,86 0 0 -25,00%

Penerimaan Kembali
3.1.5.
Pemberian Pinjaman
0,05 0,04 0,05 0,04 0 -29,08%

Penerimaan Pembiayaan
3.1.6.
Lainnya
0 0 0 0 0 0,00%

3.2 Pengeluaran Pembiayaan 0 0 435,98 0 4,1 -25,00%


Pembayaran Cicilan Pokok
3.2.1.
Utang yang Jatuh Tempo
0 0 0 0 0 0,00%

3.2.2. Penyertaan Modal Daerah 0 0 0 0 4,1 0,00%


Pembentukan Dana
3.2.3.
Cadangan
0 0 435,98 0 0 -25,00%

3.2.4. Pemberian Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0 0,00%


Pengeluaran Pembiayaan
3.2.5.
Lainnya
0 0 0 0 0 0,00%

Sumber: BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 5
Selanjutnya penjabaran terhadap masing-masing akun, kelompok,
jenis, obyek tersebut dapat diuraikan sebagaimana penjelasan berikut:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih yang meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Secara umum pendapatan daerah dapat dihasilkan dari
beberapa sumber yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pada tabel 3.1 disajikan realisasi
pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi serta rata-rata pertumbuhannya
dalam 5 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan pada realisasi Pendapatan
Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 hingga 2020 menunjukan bahwa
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebagai salah satu komponen
Pendapatan Daerah memiliki nilai rata-rata pertumbuhan paling baik yaitu
sebesar 13,65%. Rata-rata pertumbuhan yang tinggi pada Lain-Lain Pendapatan
yang Sah didukung oleh adanya rata-rata pertumbuhan yang besar pada
komponenya yaitu Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang tumbuh sebesar
15,64% serta adanya penambahan Pendapatan Lainnya sebesar 298,08 Miliar
Rupiah di tahun 2020. Jika dibandingkan 2 komponen lannya yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD) memiliki nilai pertumbuhan sebesar 7,24% dan Dana
Perimbangan memiliki rata-rata pertumbuhan hanya pada angka 0,26%.
Sehingga secara keseluruhan dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2016
hingga 2020 Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi tumbuh sebesar 3,98%.

3.268,23
3.143,28
2.997,64
2.805,62 2.732,02

1.960,99 2.005,26
1.847,14 1.793,66 1.852,13

933,37
586,58 642,33
590,61 549,41 495,69 482,74
367,87 388,94 450,07

2016 2017 2018 2019 2020


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Daerah

Gambar 3.1. Realisasi Pendapatan Dearah Kabupaten Banyuwangi Tahun


2016 - 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 6
Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi berangsur meningkat hingga
pada tahun 2020 menyentuh angka Rp. 3.268 Miliar Rupiah yang merupakan
nilai pendapatan tertinggi yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi selama
kurun waktu 5 tahun (2016 - 2020). Pendapatan Daerah terus diupayakan
peningkatannya, dalam rangka meningkatkan produktivitas ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2017 Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi sempat
menunjukan adanya penurunan. Pada tahun 2017 Pendapatan Daerah
Kabupaten Banyuwangi menurun dari Rp. 2.805 Miliar Rupiah di tahun 2016
menjadi Rp. 2.732 Miliar di tahun 2017, sehingga angka pertumbuhan pada
tahun 2016 - 2017 sebesar (-2,62%). Tahun 2017 walaupun jumlah Pendapatan
Daerah menurun, PAD merupakan satu-satunya komponen yang tidak
mengalami penurunan.
Melihat pada realisasi komponen Pendapatan Daerah Kabupaten
Banyuwangi maka ketiganya memiliki trend yang fluktuatif. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) secara umum mengalami peningkatan pada 4 tahun terakhir dari
angka Rp. 367,87 Miliar Rupiah di tahun 2016 menjadi Rp. 495 Miliar Rupiah di
tahun 2019. Tetapi dengan terjadinya pandemi covid-19 di tahun 2020 yang
sangat berdampak pada perekonomian baik dalam skala lokal, nasional maupun
global, PAD Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan menjadi Rp. 482,72
Miliar Rupiah. Banyuwangi sebagai daerah yang pertumbuhan ekonominya
ditopang dari sektor pariwisata, sangat terdampak dengan adanya pandemi covid-
19. Beberapa sektor PDRB mengalami penurunan, antara lain sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum sebesar (-13,85%) dan sektor Jasa Lainnya sebesar
(-13,20%). Hal ini juga berdampak pada jumlah PAD yang menurun pada tahun
2020 yang disebabkan adanya penurunan pada ketiga komponenya jika
dibandingkan tahun 2019 yaitu Pajak Daerah dengan pertumbuhan (-2,64%),
Retribusi Daerah dengan pertumbuhan (-5,51%) dan Lain-Lain PAD yang Sah
dengan pertumbuhan (-3,89%).
Dana Perimbangan memiliki tren realisasi yang fluktuatif dengan adanya
peningkatan dan penurunan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2016 Dana
Perimbangan sebesar 1.847,14 Miliar Rupiah sedangkan pada tahun 2017
menurun menjadi 1.793,66 Miliar Rupiah. Dana Perimbangan Kabupaten
Banyuwangi kembali meningkat pada tahun 2018 menjadi 1.960,99 Miliar
Rupiah. Akan tetapi di tahun 2020 Dana Perimbangan kembali menurun pada
angka 1.852,13 Miliar Rupiah atau dengan pertumbuhan sebesar (-7,64%) setelah
pada tahun 2019 mencapai 2.005,26 Miliar Rupiah. Hal ini dikarenakan tidak
adanya realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak di tahun 2020
serta menurunnya realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang menyebabkan
secara keseluruhan jumlah Dana Perimbangan juga menurun.
Komponen Pendapatan Daerah selanjutnya adalah Lain-Lain Pendapatan
yang Sah yang secara garis besar mengalami tren yang meningkat hanya saja
sempat mengalami penurunan pada tahun 2017. Pada tahun 2016 realisasi Lain-
Lain Pendapatan yang Sah sebesar 590,61 Miliar Rupiah kemudian menurun
menjadi 549,41 Miliar Rupiah di tahun 2017. Akan tetapi realisasi Lain-Lain
Pendapatan yang Sah dapat kembali meningkat ditahun 2018 dan terus
meningkat hingga menyentuh angka Rp. 933,37 Miliar Rupiah ditahun 2020.

III - 7
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah tersebut merupakaan realisasi tertinggi
dalam kurun waktu 5 tahun serta tumbuh sebesar 45,31% dari tahun 2019.
Dana Perimbangan memiliki proporsi yang paling besar dalam menyumbang
Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi. Kemudian sumbangsih selanjutnya
berasal dari Lain-Lain Pendapatan yang Sah dan yang terakhir berasal dari PAD
dengan proporsi paling kecil. Untuk mengetahui proporsi masing-masing jenis
pendapatan daerah secara jelas dapat dilihat pada grafik berikut:

21,94% 14,58%

63,47%

PAD Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Gambar 3.2. Rata-rata Proporsi Sumber-Sumber Pendapatan Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah


Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata proporsi sumber-
sumber pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun didominasi
oleh Dana Perimbangan yang memberikan sumber pendapatan lebih dari 50%
yaitu sebesar 63,47%. Sisanya disumbang oleh Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah sebesar 21,94% dan sumbangsih terkecil yaitu dari Pendapatan Asli Daerah
sebesar 14,58%.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah
diperoleh melalui beberapa sumber diantaranya adalah Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Proporsi masing-masing sumber Pendapatan
Asli Daerah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

III - 8
Tabel 3.3. Proporsi Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Proporsi Rata-rata
No Uraian Proporsi
2016 2017 2018 2019 2020
1.1 Pendapatan Asli
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Daerah
1.1.1 Pajak daerah 32,85% 39,29% 39,75% 39,71% 39,70% 38,26%
1.1.2 Retribusi daerah 9,40% 9,18% 10,10% 9,74% 9,45% 9,58%
1.1.3 Hasil pengelolaan
keuangan daerah yang 4,10% 4,14% 3,37% 3,36% 4,28% 3,85%
dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 53,66% 47,39% 46,77% 47,19% 46,57% 48,32%
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Proporsi sumber PAD terbesar berasal dari lain-lain PAD yang sah hingga
mencapai rata-rata 48,32% dalam 5 tahun terakhir. Proporsi terbesar selanjutnya
yaitu bersumber dari pajak daerah dengan rata-rata proporsi sebesar 38,26%
dalam 5 tahun terakhir. Sedangkan 2 komponen lainnya yaitu Retribusi Daerah
memiliki rata-rata proporsi sebesar 9,58% dalam 5 tahun terakhir dan Hasil
Pengelolaan Keuangan Daerah yang dipisahkan hanya memberikan sumbangsih
dengan rata-rata proporsi sebesar 3,85% dalam waktu 5 tahun. Secara rinci
realisasi dan pertumbuhan masing-masing komponen sumber PAD akan
dijelaskan pada masing-masing poin komponen.

1) Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pendapatan yang berasal dari kontribusi wajib
dari orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Potensi
pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan peluang bagi daerah untuk
dimobilisasi secara maksimal bila dibandingkan dengan komponen-komponen
penerimaan PAD lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama
karena potensi pungutan pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang
jelas, baik ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran
implementasinya. Nilai pajak daerah di Kabupaten Banyuwangi memiliki
sumbangsih yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
setiap tahunnya. Pajak daerah di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya hingga tahun 2019, akan tetapi sedikit mengalami
penurunan di tahun 2020. Pertumbuhan realisasi Pajak Daerah terlihat cukup
fluktuatif dan cenderung menurun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
dibawah ini:

III - 9
250,00 26,47% 30%
196,84 191,63 25%
200,00 178,92
152,81 20%
150,00 17,08%
120,83 15%

100,00 10,01% 10%


5%
50,00 -2,64% 0%
0,00 -5%
Rp. (Miliar) 2016 2017 2018 2019 2020

Pajak daerah Pertumbuhan

Gambar 3.3. Realisasi dan Pertumbuhan Pajak Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada empat tahun pertama
yaitu tahun 2016 hingga 2019 jumlah Pajak Daerah Kabupaten Banyuwangi terus
menunjukan adanya peningkatan pada setiap tahunnya yaitu dari 120,83 Miliar
Rupiah di tahun 2016 hingga mencapai angka Rp. 196,84 Miliar Rupiah pada
tahun 2019 dengan nilai pertumbuhan tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar
26,47%. Akan tetapi di tahun 2020 Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten
Banyuwangi terlihat menurun dengan pertumbuhan sebesar -2,65% sehingga
menjadi 191,63 Miliar Rupiah. Dimana tingkat capaian Pajak Daerah adalah
sebesar 95,73% dari target perolehan Pajak Daerah yang dianggarkan pada tahun
2020 yaitu sebesar 200,18 Miliar Rupiah.
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur dan
kaya akan potensi wisata. Memiliki letak geografis yang berada di ujung pulau
Jawa menjadikan Banyuwangi dikelilingi oleh lautan, hutan dan pegunungan.
Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berupaya
mengoptimalkan potensi yang dimiliki yang akhirnya berdampak terhadap PAD
Kabupaten Banyuwangi melalui Pajak Daerah. Pajak daerah tertinggi yang
dihasilkan pada tahun 2019 yaitu Pajak Penerangan Jalan sebesar 73.89 Miliar
Rupiah. Angka tersebut mencapai realisasi sebesar 98,49% dari target yang
ditetapkan. Terdapat 2 hasil pajak yang cukup tinggi dan dapat melampaui target
yang ditentukan pada tahun 2019 yaitu Pajak Hotel & Restoran. Pajak Hotel dapat
mencapai capaian 118,48% dari target yang ditentukan, yaitu sebesar 13.09
Miliar Rupiah dan Pajak Restoran dengan capaian 116,47% yaitu dengan nilai
22.78 Miliar Rupiah.

2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pendapatan yang berasal dari pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang

III - 10
pribadi atau Badan. Berikut merupakan realisasi dan pertumbuhan Retribusi
Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 - 2020:

60,00 30%
27,33%
48,29 25%
50,00 45,46 45,63
20%
40,00 34,59 35,71
15%
30,00 10%
6,22% 5%
20,00
3,22% -5,51% 0%
10,00
-5%
0,00 -10%
2016 2017 2018 2019 2020
Rp.(Miliar)

Retribusi daerah Pertumbuhan

Gambar 3.4. Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Retribusi Daerah Kabupaten Banyuwangi pada empat tahun pertama


menunjukan adanya peningkatan. Dari 34,59 Miliar Rupiah pada tahun 2016
hingga menjadi 48,29 Miliar Rupiah pada tahun 2019 dengan nilai pertumbuhan
yang cukup fluktuatif. Akan tetapi pada tahun 2020 Pendapatan yang berasal dari
Retribusi Daerah terlihat menurun dengan pertumbuhan sebesar (-5,51%)
sehingga menjadi 45,63 Miliar Rupiah. Capaian Retribusi Daerah sebesar 65,76%
dari anggaran retribusi di tahun 2020 yaitu sebesar 69,39 Miliar Rupiah.

3) Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang dipisahkan


Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah
dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Berikut merupakan realisasi
dan pertumbuhan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 hingga 2020:

III - 11
25,00 30%
24,06%
25%
20,67
20,00
20%
16,10 16,66
15,07 15,17
15,00 15%

9,82% 10%
10,00 5%
6,85%
0%
5,00
-5,76% -5%

0,00 -10%
Rp.(Miliar) 2016 2017 2018 2019 2020

Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan Pertumbuhan

Gambar 3.5. Realisasi dan Pertumbuhan Hasil Pengelolaan Keuangan


Daerah yang Dipisahkan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan di Kabupaten


Banyuwangi cukup fluktuatif pada lima tahun terakhir yaitu dengan nilai yang
naik turun pada kisaran 15 sampai dengan 20 Miliar Rupiah. Pada tahun 2020
nilai Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kabupaten
Banyuwangi meningkat sebesar 24,06% menjadi 20,67 Miliar Rupiah. Capaian
pada tahun 2020 tersebut belum dapat mencapai target yang ditentukan yaitu
sebesar 24,38 Miliar Rupiah, dengan kata lain capaian pada tahun 2020 adalah
sebesar 84,77%.
Pada tahun 2019 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan di
Kabupaten Banyuwangi bersumber dari PT. Bank Jatim, PT. Bank BPR Jatim dan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dimana ketiganya dapat melampaui target
yang ditentukan. Sumber Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
terbesar didapatkan dari PT. Bank Jatim yakni sebesar 12,32 Miliar Rupiah atau
dengan capaian sebesar 103,42%.

4) Lain-lain PAD yang Sah


Lain-lain PAD yang Sah merupakan pendapatan asli daerah dari berbagai
sumber yang sah dan bersifat tidak tetap. Berikut merupakan realisasi dan
pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Kabupaten
Banyuwangi pada 2016 hingga 2020:

III - 12
250,00 233,90 20%
224,81
210,52
197,39 15%
200,00 184,33
14,21% 11,11% 10%
150,00
5%
100,00
0%
-3,89%
50,00
-5%
-6,62%
0,00 -10%
Rp.(Miliar) 2016 2017 2018 2019 2020
Lain-lain PAD yang sah Perumbuhan

Gambar 3.6. Realisasi dan Pertumbuhan Lain-lain PAD yang Sah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Lain-lain PAD yang Sah di Kabupaten Banyuwangi mengalami pertumbuhan


yang cukup fluktuatif. Penurunan nilai Lain-lain PAD yang Sah terlihat terjadi
pada tahun 2017 dengan pertumbuhan (-6,62%) dan pada tahun 2020 dengan
pertumbuhan (-3,89%). Sementara nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2018 yaitu sebesar 14,21%. Sedangkan realisasi tertinggi dari Lain-lain
PAD yang Sah adalah pada tahun 2019 yaitu sebesar 233,90 Miliar Rupiah.
Pendapatan Badan Layanan Umum menyumbang Lain-lain PAD yang Sah dengan
jumlah tertinggi pada tahun 2019 yaitu sebesar 159,66 Miliar Rupiah dengan
capaian 102,35%. Angka tersebut didapatkan dari Pendapatan Badan Layanan
Umum Daerah RSUD Blambangan dan Pendapatan Badan Layanan Umum
Daerah RSUD Genteng. Sedangkan sumbangsih terkecil terhadap Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang yaitu Pendapatan Bunga atas Pinjaman Bergulir
kepada Koperasi, UKM dan IKM sebesar 9,26 juta rupiah dengan capaian 89,93%.

b. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Berikut merupakan realisasi dan
pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016
hingga 2020:

III - 13
2.100,00 30%
2.005,26 25%
2.000,00 1.960,99
20%

1.900,00 15%
1.847,14 1.852,13
9,33% 10%
1.793,66
1.800,00 5%
2,26%
0%
1.700,00
-2,89% -5%
-7,64%
1.600,00 -10%
Rp.(Miliar) 2016 2017 2018 2019 2020
Dana Perimbangan Pertumbuhan

Gambar 3.7. Realisasi dan Pertumbuhan Dana Perimbangan


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Dana Perimbangan menjadi penyumbang terbesar dalam struktur


Pendapatan Kabupaten Banyuwangi. Perolehan Dana Perimbangan Kabupaten
Banyuwangi cukup fluktuatif pada setiap tahunnya. Dalam lima tahun terakhir
sumbangan Dana Perimbangan dengan nilai paling rendah terjadi pada tahun
2017 yaitu sebesar 1.793,66 Miliar Rupiah. Sementara sumbangan Dana
Perimbangan paling besar terjadi pada tahun 2019 dengan nilai 2.005,26 Miliar
Rupiah.
Pertumbuhan paling baik pada Dana Perimbangan terjadi pada tahun 2018
yaitu sebesar 9,33%. Pada tahun 2020 terlihat adanya penurunan yang cukup
signifikan pada nilai Dana Perimbangan. Tahun 2020 pertumbuhan Dana
Perimbangan mencapai (-7,64%) dengan nilai sebesar 1.852,13 Miliar Rupiah.
Capaian realisasi Dana Perimbangan tahun 2020 sebesar 97,53% dari target
anggaran sebesar 1.899,08 Miliar Rupiah. Nilai Dana Perimbangan yang terlihat
menurun disebabkan oleh tidak adanya Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan
Pajak pada tahun 2020 sehingga perolehan Dana Perimbangan hanya berasal dari
Dana Alokasi Umum (DAU) dan (DAK) yang menyebabkan jumlah Dana
Perimbangan lebih rendah dari dua tahun sebelumnya.
Dana Perimbangan bersumber dari tiga komponen yaitu Dana Bagi Hasil
Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Berikut merupakan proporsi masing-masing komponen Dana
Perimbangan pada 5 tahun terakhir:

III - 14
Tabel 3.4. Proporsi Sumber-sumber Dana Perimbangan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Proporsi
Rata-rata
No Uraian Proporsi
2016 2017 2018 2019 2020
1.2 Dana Perimbangan 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/ 4,84% 4,07% 8,24% 8,15% 0,00% 5,06%
bagi hasil bukan pajak
1.2.2 Dana alokasi umum 75,81% 76,70% 70,16% 71,73% 79,03% 74,69%

1.2.3 Dana alokasi khusus 19,35% 19,23% 21,61% 20,11% 20,97% 20,25%

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Sebagian besar Dana Perimbangan bersumber dari Dana Alokasi Umum


(DAU) yang terlihat dari proporsinya yang melebihi 70% pada setiap tahun dari
tahun 2016 hingga tahun 2020 dengan rata-rata proporsi mencapai 74,69%.
Artinya hanya sekitar seperempat bagian Dana Perimbangan yang berasal dari
luar DAU. Selanjutnya Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki rata-rata proporsi
sebesar 20,25% dan Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak menyumbang
dengan proporsi terkecil setiap tahunnya yaitu dengan rata-rata proporsi hanya
5,06%.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan seluruh pendapatan
daerah selain pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi
hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berikut merupakan realisasi dan pertumbuhan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016
hingga 2020:

1.000,00 933,37 50%


900,00 45,31% 40%
800,00 30%
700,00 642,33 20%
590,61 586,58
600,00 549,41 9,50% 10%
6,77%
500,00 0%
400,00 -6,97% -10%
300,00 -20%
200,00 -30%
100,00 -40%
0,00 -50%
Rp.(Miliar) 2016 2017 2018 2019 2020
Lain-Lain Pendapatan yang Sah Pertumbuhan

Gambar 3.8. Realisasi dan Pertumbuhan Lain-lain Pendapatan yang Sah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 15
Secara garis besar Lain-Lain Pendapatan yang Sah memiliki tren yang
meningkat dengan nilai pertumbuhan yang meningkat pula. Setelah sempat
mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 590,61 Miliar Rupiah menjadi
549,41 Miliar Rupiah ditahun 2017 dengan perumbuhan (-6,97%). Lain-Lain
Pendapatan yang Sah Kabupaten Banyuwangi kemudian meningkat pada tahun
2018 mendekati nilai pada posisi awal yaitu sebesar Rp. 586,58 Miliar Rupiah dan
terus meningkat menjadi 642,33 Miliar Rupiah pada tahun 2019. Terlihat adanya
pertumbuhan yang sangat tajam pada tahun 2020 yaitu sebesar 45,31% dengan
nilai Lain-Lain Pendapatan yang Sah sebesar 933,37 Miliar Rupiah.
Terdapat 6 komponen yang menyumbang Lain-Lain Pendapatan yang Sah,
yaitu Hibah, Dana Darurat, Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya, Dana penyesuaian dan otonomi khusus, Bantuan keuangan dari
provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya, dan Pendapatan Lainnya. Berikut
merupakan proporsi masing-masing komponen terhadap Lain-Lain Pendapatan
yang Sah dalam 5 tahun terakhir:

Tabel 3.5. Proporsi Sumber-sumber Lain-lain Pendapatan yang Sah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
No Uraian Proporsi
Rata-rata
2016 2017 2018 2019 2020 Proporsi

1 Lain-Lain Pendapatan 100% 100% 100% 100% 100% 100%


Daerah yang Sah
1.1 Hibah 27,26% 23,90% 22,42% 19,69% 15,84% 21,82%
1.2 Dana darurat 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
1.3 Dana bagi hasil pajak 43,21% 43,40% 36,29% 36,75% 18,62% 35,65%
dari provinsi dan
Pemerintah Daerah
lainnya ***)
1.4 Dana penyesuaian dan 29,53% 32,70% 41,29% 42,33% 32,77% 35,72%
otonomi khusus****)
1.5 Bantuan keuangan dari 0,00% 0,00% 0,00% 1,22% 0,83% 0,41%
provinsi atau
Pemerintah Daerah
lainnya
1.6 Pendapatan lainnya 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Proporsi terbesar pada Lain-Lain Pendapatan yang Sah selama 5 tahun


terakhir yaitu berasal dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Dana Bagi
Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya dengan rata-rata
proporsi sebesar 35,72% dan 35,83%. Berikutnya adalah Hibah dengan rata-rata
proporsi sebesar 21,82%.

2. Belanja Daerah
Belanja daerah untuk mendanai urusan yang ditetapkan oleh Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang meliputi urusan
wajib pelayanan dasar, urusan non wajib pelayanan dasar dan urusan penunjang

III - 16
pemerintahan. Belanja daerah diprioritaskan mendanai pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta
berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan. Belanja daerah untuk urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan
pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar
harga satuan regional.
Belanja daerah dibedakan menjadi dua, yakni Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan komponen belanja daerah
yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan program dan kegiatan, sedangkan
Belanja Langsung merupakan komponen belanja daerah yang berkaitan dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja daerah Kabupaten Banyuwangi mengalami pertumbuhan dengan
rata-rata sebesar 0,64%. Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi
menunjukann tren yang fluktuatif. Penurunan komponen belanja yang paling
tajam terjadi pada tahun 2017, dimana belanja langsung turun sampai dengan (-
15,66%) dan belanja tidak langsung turun (-4,76%). Pertumbuhan paling tinggi
terjadi di tahun 2016, dimana belanja langsung tumbuh sampai dengan 20,81%.
Komponen belanja langsung yang meningkat tajam pada tahun 2016 adalah
belanja modal, meningkat sebesar 212,17 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan
sebesar 30,34%. Pertumbuhan belanja daerah dalam lima tahun terakhir
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi 2016-2020


Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Belanja 12,89% -10,31% -0,81% 9,72% 3,95%
Belanja Tidak Langsung 5,70% -4,76% 2,28% 7,37% 8,53%
Belanja Langsung 20,81% -15,66% -4,16% 12,44% -1,12%
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah
Gambaran proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terhadap
Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020 disajikan
pada gambar berikut. Secara umum proporsi Belanja Langsung dalam lima tahun
terakhir berada di bawah proporsi Belanja Tidak Langsung. Hanya pada tahun
2016 proporsi Belanja Langsung melebihi Belanja Tidak Langsung, dengan selisih
proporsi sebesar 1,90% senilai 58,92 Miliar Rupiah. Sementara dari tahun 2017
sampai dengan 2020 proporsi Belanja Tidak Langsung di atas proporsi Belanja
Langsung, dimana selisih proporsi keduanya paling tajam terjadi pada tahun
2020, yaitu sebesar 9,75% atau senilai 306,07 Miliar Rupiah.

III - 17
60,00% 54,87%
52,09% 53,71% 52,56%
49,05% 50,95%
50,00% 47,91% 46,29% 47,44%
45,13%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

Gambar 3.9. Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 – 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung sebagai komponen belanja daerah yang tidak
berkaitan langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan terdiri dari
delapan (8) unsur, yaitu: a) Belanja Pegawai, b) Belanja Bunga, c) Belanja Subsidi,
d) Belanja Hibah, e) Belanja Bantuan Sosial, f) Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/
Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa, g) Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa, Partai Politik, serta h)
Belanja Tidak Terduga. Untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan
proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020 secara lebih jelas dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.7. Proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Proporsi
Uraian
2016 2017 2018 2019 2020
BELANJA DAERAH 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Belanja Tidak Langsung 49,05% 52,09% 53,71% 52,56% 54,87%
Belanja Pegawai 39,09% 36,67% 38,77% 36,55% 32,88%
Belanja Bunga 0,00% 0,00% 0,54% 0,00% 0,00%
Belanja Subsidi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Belanja Hibah 1,94% 3,08% 2,22% 2,09% 5,76%
Belanja Bantuan Sosial 0,26% 0,14% 0,27% 0,55% 0,82%
Belanja Bagi Hasil 0,08% 0,26% 0,42% 0,87% 0,84%
Belanja Bantuan Keuangan 7,65% 11,83% 11,49% 12,49% 11,71%
Belanja Tidak Terduga 0,03% 0,11% 0,00% 0,01% 2,87%

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 18
Struktur proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Belanja Daerah tahun
anggaran 2016 hingga 2020 di dominasi oleh Belanja Pegawai yaitu dengan rata-
rata proporsi sebesar 36,79% dengan nilai rata-rata lima tahun sebesar 1.086,41
Miliar Rupiah. Proporsi terbesar selanjutnya adalah dari Belanja Bantuan
Keuangan dengan rata-rata proporsi sebesar 11,03% dan Belanja Hibah dengan
rata-rata proporsi sebesar 3,02%.
Pertumbuhan komponen Belanja Tidak Langsung Kabupaten Banyuwangi
disajikan pada tabel berikut. Nampak bahwa pada tahun 2020 terjadi lanjakan
Belanja Tidak Terduga yang sangat signifikan, mengingat pada tahun 2020 terjadi
pandemi Covid-19. Pertumbuhan Belanja Tidak Terduga tahun 2020 sebesar
30.406,35% atau meningkat senilai 89,93 Miliar Rupiah. Pada Belanja Hibah juga
terjadi lonjakan pertumbuhan di tahun 2020, sebesar 186,29% atau meningkat
sebesar 117,68 Miliar Rupiah.

Tabel 3.8. Pertumbuhan Komponen Belanja Tidak Langsung


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Pertumbuhan
Uraian
2016 2017 2018 2019 2020
Belanja Tidak Langsung 5,70 -4,76 2,28 7,37 8,53
Belanja Pegawai 3,60 -15,87 4,88 3,43 -6,49
Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 -100,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Hibah -51,09 42,20 -28,29 3,18 186,29
Belanja Bantuan Sosial 31,50 -51,07 87,47 126,15 53,49
Belanja Bagi Hasil 5,02 199,70 56,03 130,32 0,26
Belanja Bantuan Keuangan 72,47 38,70 -3,66 19,22 -2,54
Belanja Tidak Terduga 0,00 214,31 -100,00 0,00 30.406,35

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

b. Belanja Langsung
Belanja Langsung dalam komponen belanja daerah dimaksudkan untuk
membiayai pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari tiga
(3) jenis, yaitu: Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
Jumlah Belanja Barang dan Jasa merupakan jumlah paling besar dalam
komponen Belanja Langsung. Untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan
persentase komponen Belanja Langsung keuangan daerah Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020 dapat dilihat pada gambar berikut.

III - 19
60,00%

50,00%
50,95%
47,91% 47,44%
46,29% 45,13%
40,00%

29,45%
30,00% 27,36%
24,57% 25,71%
23,67%
21,29%
20,00% 18,15% 17,53% 17,62%
17,45%

10,00%
3,35% 2,95% 4,27%
2,55% 1,80%
0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Langsung

Gambar 3.10 Proporsi Komponen Belanja Langsung terhadap Belanja


Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Struktur Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah tahun anggaran 2016


hingga 2020 memiliki trend menurun, meskipun di tahun 2019 sempat sedikit
naik. Pada tahun 2020 proporsi Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah
adalah yang paling kecil dalam lima tahun terakhir.
Proporsi komponen Belanja Langsung didominasi oleh Belanja Barang dan
Jasa serta Belanja Modal. Rata-rata proporsi Belanja Barang dan Jasa sebesar
23,42% sementara untuk Belanja Modal sebesar 21,14%. Tahun 2016 dan 2017
proporsi komponen belanja langsung yang paling besar adalah Belanja Modal.
Sementara tahun 2018 sampai dengan 2020 proporsi yang paling besar adalah
Belanja Barang dan Jasa.

3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan Pembiayaan Daerah dan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga
terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA), Transfer dari Dana Cadangan (DCD), Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah,
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah.
Sedangkan kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah timbul karena ada
surplus/ kelebihan anggaran. Pengeluaran Pembiayaan daerah diantaranya
diperuntukkan bagi Pembentukan Dana Cadangan, Investasi (penyertaan modal
dan pembelian surat berharga/ saham), Pembayaran Pokok Utang, Pemberian
Pinjaman Daerah, dan Sisa Lebih Perhitungan.

III - 20
Asumsi yang digunakan dalam analisis pembiayaan adalah bahwa
pembiayaan tidak memiliki kepastian untuk naik atau turun dengan maksud
pembiayaan dapat mencapai angka equilibrium yakni Rp. 0,-.
Perkembangan Penerimaan Pembiayaan Daerah dalam lima tahun terakhir
sebagaimana tertera pada tabel 3.1. Komponen Penerimaan Pembiayaan antara
lain sebagai berikut:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), dengan rata-rata realisasi per
tahun sebesar 148,83 Miliar Rupiah;
2) Penerimaan Pinjaman Daerah, realisasi tahun 2018 sebesar 218,86 Miliar
Rupiah;
3) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman nilainya relatif kecil, dimana
tahun 2020 tidak ada realisasi, sedangkan realisasi tahun 2016 sampai
dengan 2019 sebesar 0,04 Miliar Rupiah.
Sementara komponen Pengeluaran Pembiayaan yang ada realisasi adalah:
1) Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, realisasi tahun 2020
sebesar 4,10 Miliar Rupiah;
2) Pembayaran Pokok Utang, realisasi tahun 2018 sebesar 435,98 Miliar
Rupiah.

Nilai penerimaan pembiayaan Kabupaten Banyuwangi memiliki pola yang


fluktuatif dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah penerimaan
pembiayaan tercatat sebesar 371,78 Miliar Rupiah yang merupakan nilai
Penerimaan Pembiayaan tertinggi dalam 5 tahun anggaran. Kemudian pada
tahun 2017 Penerimaan Pembiayaan menurun dengan pertumbuhan sebesar -
77,91% sehingga nilainya menjadi 82,11 Miliar Rupiah. Pada tahun 2018
Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Banyuwangi meningkat dengan
pertumbuhan sebesar 213,10% hingga menjadi 257,08 Miliar Rupiah. dan
kembali mengalami penurunan sebesar -74,67% pada tahun 2019 sehingga
menjadi 65,11 Miliar Rupiah yang merupakan nilai Penerimaan Pembiayaan
teredah dalam kurun waktu 2016 hingga 2020. Penerimaan Pembiayaan
Kabupaten Banyuwangi kemudian kembali meningkat di tahun 2020 menjadi
187,10 Miliar Rupiah. Sehingga fluktuasi anggaran penerimaan pembiayaan
Kabupaten Banyuwangi dalam 5 tahun memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar
61,96%.
Untuk mengetahui gambaran ringkas terkait proporsi pembiayaan daerah
dapat dilihat pada tabel berikut:

III - 21
Tabel 3.9. Pertumbuhan Komponen Pembiayaan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Rata-rata
Kode PEMBIAYAAN 2016 2017 2018 2019 2020
Proporsi
3.1 Penerimaan Pembiayaan 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
3.1.1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 99,99% 99,95% 14,85% 99,94% 100,00% 82,95%
Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA)
3.1.2. Pencairan Dana Cadangan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
3.1.3. Hasil Penjualan Kekayaan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Daerah yang dipisahkan
3.1.4. Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00% 0,00% 85,13% 0,00% 0,00% 17,03%
3.1.5. Penerimaan Kembali Pemberian 0,01% 0,05% 0,02% 0,06% 0,00% 0,03%
Pinjaman
3.1.6. Penerimaan Piutang Daerah 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100,00% 100,00%
3.2.1. Pembentukan Dana Cadangan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
3.2.2. Penyertaan Modal (Investasi) 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,93%
Pemerintah Daerah
3.2.3. Pembayaran Pokok Utang 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 99,07%
3.2.4. Pemberian Pinjaman Daerah 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pengeluaran Pembiayaan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Lainnya
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Proporsi Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2016


hingga 2020 paling banyak didukung oleh adanya Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) dengan rata-rata proporsi sebesar
82,95%. Kemudian ditunjang oleh adanya Penerimaan Pinjaman Daerah dengan
rata-rata proporsi sebesar 17,03% senilai 218,86 Miliar Rupiah yang terjadi pada
tahun 2018.
Bila melihat pada realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya (SiLPA) dapat diketahui bahwa dalam setiap tahunnya
mengalami fluktuasi. Sesuai dengan tujuan dan maksud analisis pembiayaan
daerah diupayakan dapat menutup kekurangan atas angka belanja yang melebihi
pendapatan yang diterima daerah (asumsi defisit), maka SILPA tahun berkenaan
ditinjau dari efektivitas keuangan juga dapat difungsikan sebagai saving yang
tidak diduga. Namun dalam hal perencanaan SILPA yang tinggi menunjukkan
adanya perencanaan/pelaksanaan belanja yang kurang baik. Pada tahun 2019
dan 2020 penerimaan pembiayaan dari SiLPA Kabupaten Banyuwangi kembali
meningkat setelah sebelumnya sempat menurun secara progresif.
Pengeluaran Pembiayaan di Kabupaten Banyuwangi hanya terdapat realisasi
dari dua jenis komponen Pengeluaran Pembiayaan, yaitu Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah Daerah pada tahun 2020 kepada Perusahaan Umum
Daerah Air Minum (PUDAM) yang tercatat senilai 4,1 Miliar Rupiah. Kemudian
terdapat realisasi Pengeluaran Pembiaayaan yang berasal dari Pembayaran Pokok
Utang pada tahun 2018 yaitu senilai 435,98 Miliar Rupiah. Tidak terdapat
realisasi dari dua komponen Pengeluaran Pembiayaan lainnya, yaitu
Pembentukan Dana Cadangan dan Pemberian Pinjaman Daerah selama tahun
anggaran 2016 hingga 2020.

III - 22
3.1.2 Neraca Daerah
Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi
pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah.
Neraca Daerah menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pada tanggal
tertentu. Neraca Daerah merupakan salah satu komponen Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang diharapkan mampu memberikan peranan
penting dalam mendukung kegiatan manajemen keuangan pemerintahan daerah,
untuk keperluan perencanaan, pengendalian, serta pengambilan kebijakan
desentralisasi fiskal. Neraca daerah dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas.
Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari: Aset, Kewajiban, dan Ekuitas
Dana. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/ atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya. Sedangkan kewajiban adalah utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah. Dan ekuitas dapat didefinisikan sebagai kekayaan
bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah.
Peningkatan yang terjadi pada Jumlah Aset Kabupaten Banyuwangi
didorong oleh adanya pertumbuhan yang progresif pada masing-masing
komponen aset tersebut. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan neraca daerah,
Aset Lainnya memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 38,57%. Hal
ini didukung dari sumber Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Kemudian Aset Lancar
dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 30,13%, dimana komponen yang
memiliki dukungan pertumbuhan yang besar adalah Kas dan Penyisihan Piutang.
Selain didukung oleh pertumbuhan Aset Lainnya, peningkatan total Aset
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga didorong oleh adanya Investasi jangka
Panjang memiliki rata-rata pertumbuhan 11,99%, serta Aset Tetap dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 1,97%. Posisi Dana Cadangan sebagai komponen aset
tidak memberikan sumbangsih nominal pada pertumbuhan total aset Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi, dikarenakan dalam kurun waktu lima tahun yaitu sejak
tahun 2015 hingga 2019 nilai dana cadangan adalah Rp. 0,00. Dapat diartikan
bahwa selama kurun waktu 5 tahun tidak terbentuk Dana Cadangan. Keberadaan
Dana Cadangan memang tidak setiap tahun dialokasikan oleh Pemerintah
Daerah, hal tersebut tergantung pada tingkat kebutuhan untuk membiayai
pengeluaran yang memerlukan dana relatif besar dan tidak dapat dipenuhi dalam
satu tahun anggaran, seperti halnya untuk penyelenggaraan Pilkada.
Berdasarkan tabel neraca daerah juga dapat dilihat adanya Kewajiban.
Kewajiban daerah terdiri dari 2 komponen yaitu Kewajiban Jangka Pendek dan
Kewajiban Jangka Panjang. Akan tetapi, pada Kabupaten Banyuwangi Kewajiban
Jangka Panjang tertera Rp. 0,00 pada setiap tahunnya dalam kurun waktu 5

III - 23
tahun terakhir. Sehingga Kewajiban yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyuwangi hanya bersumber dari Kewajiban Jangka Pendek yang
memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 199,75%.
Selain aset dan kewajiban, salah satu komponen dari neraca adalah ekuitas.
Ekuitas menggambarkan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan
selisih antara Aset dan Kewajiban pemerintah. Berdasarkan tabel neraca daerah
terlihat bahwa nilai Ekuitas mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 3,85%.
Tabel berikut menyajikan rata-rata pertumbuhan neraca daerah Kabupaten
Banyuwangi dalam lima tahun terakhir (2016 - 2020):

Tabel 3.10. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
Rata-rata
No. Uraian
Pertumbuhan
1 ASET
1.1. ASET LANCAR 30,13%
1.1.1. Kas 66,00%
1.1.2. Investasi Jangka Pendek 0,00%
1.1.3. Piutang Pendapatan -208,98%
1.1.4. Penyisihan Piutang 32,77%
1.1.5. Belanja Dibayar Dimuka 18,87%
1.1.6. Persediaan 14,17%
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi -23,74%

1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG 11,99%


1.2.1. Investasi Jangka Panjang Non Permanen -25,00%
1.2.2. Investasi Jangka Panjang Permanen 12,08%

1.3. ASET TETAP 1,97%


1.3.1. Tanah -1,20%
1.3.2. Peralatan dan Mesin 12,62%
1.3.3. Gedung dan Bangunan 7,22%
1.3.4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 9,57%
1.3.5. Aset Tetap Lainnya -3,96%
1.3.6. Konstruksi dalam Pengerjaan -34,50%
1.3.7. Akumulasi Penyusutan 11,75%

1.4. DANA CADANGAN 0,00%


1.4.1. Dana Cadangan 0,00%

1.5. ASET LAINNYA 38,57%


1.5.1. Tagihan Penjualan Angsuran 0,00%
1.5.2. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah -25,00%
1.5.3. Kemitraan dengan Pihak Ketiga 320,91%
1.5.4. Aset Tidak Berwujud 18,83%

III - 24
Rata-rata
No. Uraian
Pertumbuhan
1.5.5 Akumulasi Amortisasi 26,23%
1.5.6. Aset Lain-lain -19,40%
0,00%
JUMLAH ASET 3,94%

2 KEWAJIBAN 0,00%
2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 199,75%
2.1.1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) -18,29%
2.1.2. Utang Bunga 0,00%
2.1.3. Utang Pajak -25,00%
2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00%

2.1.5. Pendapatan Diterima Dimuka 174,86%


2.1.6. Utang Belanja 596,61%
2.1.7. Utang Jangka Pendek Lainnya 720,37%

2.2. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00%


2.2.1. Utang Dalam Negeri 0,00%
2.2.2. Utang Luar Negeri 0,00%

JUMLAH KEWAJIBAN 199,75%

3 EKUITAS 0,00%
3.1. EKUITAS 3,85%
3.1.1. Ekuitas 3,85%

JUMLAH EKUITAS 3,85%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 3,94%


Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berikutnya disajikan nilai neraca daerah Kabupaten Banyuwangi selama


lima tahun terakhir, yaitu tahun 2016 – 2020 sebagai berikut:
Tabel 3.11. Neraca Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2020
2016 2017 2018 2019 2020
No. Uraian
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
1 ASET
1.1. ASET LANCAR 230,17 179,11 198,95 414,64 510,86
1.1.1. Kas 82,49 39,86 66,21 188,02 311,31
1.1.2. Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.1.3. Piutang Pendapatan 116,59 111,36 106,04 196,86 163,49
1.1.4. Penyisihan Piutang -13,92 -24,47 -30,17 -35,46 -40,59
1.1.5. Belanja Dibayar Dimuka 2,23 2,57 2,12 3,16 4,07

III - 25
2016 2017 2018 2019 2020
No. Uraian
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
1.1.6. Persediaan 42,78 49,73 54,67 62,05 72,59
Bagian Lancar Tuntutan Ganti 0,00 0,07 0,07 0,00 0,00
Rugi
Aset Untuk Dikonsolidasikan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(RK SKPD)
0,00 0,00 0,00 0,00

1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG 132,74 154,67 162,11 165,96 206,23


1.2.1. Investasi Jangka Panjang Non 0,44 0,44 0,00 0,00 0,00
Permanen
1.2.2. Investasi Jangka Panjang 132,30 154,23 162,11 165,96 206,23
Permanen

1.3. ASET TETAP 3.396,69 3.678,57 3.552,49 3.594,41 3.660,77


1.3.1. Tanah 1.172,03 1.197,02 1.101,16 1.109,50 1.112,85
1.3.2. Peralatan dan Mesin 686,09 775,58 887,69 969,77 1.102,87
1.3.3. Gedung dan Bangunan 1.559,29 1.706,45 1.714,48 1.907,35 2.054,96
1.3.4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 2.950,66 3.413,07 3.675,09 3.984,46 4.244,32
1.3.5. Aset Tetap Lainnya 45,33 58,74 61,01 61,66 30,62
1.3.6. Konstruksi dalam Pengerjaan 125,75 32,20 36,94 21,97 13,67
1.3.7. Akumulasi Penyusutan -3.142,46 -3.504,51 -3.923,87 -4.460,30 -4.898,53

1.4. DANA CADANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00


1.4.1. Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1.5. ASET LAINNYA 192,92 75,67 240,93 238,37 232,95


1.5.1. Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.5.2. Tagihan Tuntutan Ganti 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kerugian Daerah
1.5.3. Kemitraan dengan Pihak Ketiga 20,47 12,25 174,21 172,70 177,30
1.5.4. Aset Tidak Berwujud 5,65 6,61 7,62 9,33 11,26
1.5.5 Akumulasi Amortisasi -3,22 -4,45 -5,73 -6,77 -8,10
1.5.6. Aset Lain-lain 170,02 61,25 64,82 63,11 52,49

JUMLAH ASET 3.952,53 4.088,02 4.154,48 4.413,37 4.610,81

2 KEWAJIBAN
2.1. KEWAJIBAN JANGKA 25,78 246,92 45,04 57,47 54,86
PENDEK
2.1.1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga 0,00 1,67 1,13 0,94 0,72
(PFK)
2.1.2. Utang Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2.1.3. Utang Pajak 0,29 0,00 0,00 0,00 0,00

2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Panjang Lainnya
2.1.5. Pendapatan Diterima Dimuka 0,55 5,01 4,40 1,01 0,75
2.1.6. Utang Belanja 9,43 239,41 38,31 55,36 48,27
2.1.7. Utang Jangka Pendek Lainnya 15,52 0,82 1,20 0,16 5,12

III - 26
2016 2017 2018 2019 2020
No. Uraian
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
2.2. KEWAJIBAN JANGKA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PANJANG
2.2.1. Utang Dalam Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2.2.2. Utang Luar Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN 25,78 246,92 45,04 57,47 54,86

3 EKUITAS
3.1. EKUITAS 3.926,74 3.841,10 4.109,44 4.355,90 4.555,95
3.1.1. Ekuitas 3.926,74 3.841,10 4.109,44 4.355,90 4.555,95

JUMLAH EKUITAS 3.926,74 3.841,10 4.109,44 4.355,90 4.555,95

JUMLAH KEWAJIBAN DAN 3.952,53 4.088,02 4.154,48 4.413,37 4.610,81


EKUITAS DANA

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Aset Kabupaten Banyuwangi terbentuk dari empat jenis yaitu Aset Lancar,
Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya, karena untuk jenis Dana
Cadangan tidak ada realisasi (nihil). Berdasarkan data tabel Neraca Daerah
Kabupaten Banyuwangi, maka dapat dilihat bahwa jumlah aset yang dimiliki
Kabupaten Banyuwangi terus meningkat pada setiap tahunnya dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir. Bergerak dari angka 3.952,53 Miliar Rupiah pada tahun
2016 dapat terus meningkat hingga menyentuh angka 4.610,81 Miliar Rupiah
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,94%. Komponen Aset dengan
sumbangsih terbesar diperoleh melalui Aset tetap yang berbentuk Tanah; Gedung
dan Bangunan; Jalan, Irigasi, dan Jaringan; Peralatan Mesin dan sebagainya.
Berdasarkan jenis Kewajiban, Kabupaten Banyuwangi hanya memiliki
Kewajiban Jangka Pendek. Nilai Kewajiban Jangka Pendek meningkat signifikan
pada tahun 2017 dengan nilai 246,92 Miliar Rupiah. Sementara rata-rata
kewajiban dalam lima tahun terakhir berada jauh di bawahnya yakni sebesar
86,02 Miliar Rupiah. Peningkatan tajam pada Kewajiban Jangka Pendek tahun
2017 ini dikarenakan ada peningkatan yang sangat besar pada Utang Belanja
yakni sebesar 239,41 Miliar Rupiah. Secara keseluruhan jumlah Utang Belanja
pada tahun 2017 tersebut memunculkan selisih yang cukup tinggi pada
Kewajiban Daerah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017 dengan Kewajiban
pada tahun-tahun lainnya. Selain Utang Belanja, sumber yang cukup besar dari
Kewajiban Jangka Pendek adalah Utang Jangka Pendek Lainnya dan Pendapatan
Diterima Dimuka masing-masing dengan nilai rata-rata selama lima tahun adalah
sebesar 4,57 Miliar Rupiah dan 2,35 Miliar Rupiah.
Sementara dari jenis Ekuitas, dalam lima tahun terakhir memiliki nilai rata-
rata sebesar 4.157,83 Miliar Rupiah. Sempat mengalami penurunan di tahun
2017, kemudian naik kembali menuju tahun 2018 hingga 2020.

III - 27
Berdasarkan data neraca selanjutnya dapat dilakukan perhitungan dan
analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas yang secara
keseluruhan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.12. Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
No Rasio Keuangan Tahun
2016 2017 2018 2019 2020

A RASIO LIKUIDITAS

1 Rasio Lancar 8,9273 0,7254 4,4168 7,2143 9,3117

2 Rasio Quick 7,2682 0,5240 3,2031 6,1346 7,9886

B RASIO SOLVABILITAS

1 Rasio Total Hutang thd Total Aset 0,0065 0,0604 0,0108 0,0130 0,0119

2 Rasio Hutang terhadap Modal 0,0066 0,0643 0,0110 0,0132 0,0120

C RASIO AKTIVITAS

1 Rata-rata Umur Piutang 12,91 15,23 13,24 17,59 20,12

2 Rata-rata Umur Persediaan 89,49 97,32 97,29 93,99 93,24

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Secara rinci hasil penghitungan neraca daerah yang meliputi rasio likuiditas,
rasio solvabilitas dan rasio aktivitas Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu
tahun 2016 - 2020 akan dijelaskan pada masing-masing poin rasio dibawah ini:

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah
Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jenis rasio likuiditas yang
digunakan antara lain adalah Rasio Lancar dan Rasio Quick. Berikut merupakan
hasil perhitungan Rasio Lancar dan Rasio Quick Kabupaten Banyuwangi dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir (2016 - 2020):

III - 28
2020 7,9886
9,3117

2019 6,1346
7,2143

2018 3,2031
4,4168

2017 0,5240
0,7254

2016 7,2682
8,9273

- 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 6,0000 7,0000 8,0000 9,0000 10,0000
Rasio Quick Rasio Lancar

Gambar 3.11. Rasio Lancar dan Rasio Quick Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

a. Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus perhitungan
rasio lancar yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘

Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana disajikan pada gambar Rasio


Lancar dan Rasio Quick, maka dapat diketahui bahwa nilai Rasio Lancar
Kabupaten Banyuwangi cukup fluktuatif dengan titik terendah pada tahun 2017
yakni sampai pada angka <1 sebesar 0,7254. Hal ini selain disebabkan oleh
menurunnya aktiva lancar yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi pada tahun itu
juga disebabkan oleh bertambahnya kewajiban jangka pendek yang cukup tinggi,
yaitu dikarenakan adanya Utang Belanja yang bernilai lebih dari 5x lipat
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dengan angka 0,7254 pada tahun 2017
tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dianggap memiliki masalah
keuangan saat itu yaitu mengalami penurunan kemampuan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi ketika melihat angka-angka Rasio
Lancar selain tahun 2017 mengindikasikan bahwa kemampuan keuangan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk membayar kewajiban jangka pendek
dengan seluruh aset lancar yang dimiliki sudah cukup baik dan dinilai lebih baik
dari kemampuannya pada tahun 2017. Semakin tinggi nilai rasio lancar pada
dasarnya menunjukkan bahwa kemampuan keuangan (penggunaan aset lancar)
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya semakin baik. Meskipun sempat
turun pada tahun 2017 akan tetapi Kabupaten Banyuwangi dapat meningkatkan
kembali nilai Rasio Lancar pada tahun-tahun berikutnya hingga pada tahun 2020

III - 29
mencapai angka 9,3117. Nilai tersebut merupakan capaian tertinggi dari rasio
lancar yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun terakhir.

b. Rasio Quick (Cair)


Rasio quick menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih
likuid. Rumus perhitungan rasio quick yang digunakan adalah sebagai berikut:

(𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛)


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘

Berdasakan hasil perhitungan pada gambar di atas, maka dapat terlihat


bahwa angka Rasio Quick Kabupaten Banyuwangi berjalan selaras dengan angka
Rasio Lancar. Sama halnya dengan Rasio Lancar, dimana penurunan Rasio Quick
terjadi pada tahun 2017 dengan angka <1 yaitu sebesar 0,5240. Hal ini terjadi
karena menurunnya posisi aktiva lancar yang lebih liquid (aktiva lancar-
persediaan) pada tahun 2017, serta meningkatnya kewajiban jangka pendek pada
tahun tersebut. Nilai persediaan Kabupaten Banyuwangi terus meningkat setiap
tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14,17%, sehingga dengan
adanya nilai persediaan yang semakin besar, maka nilai aktiva lancar yang lebih
liquid (aktiva lancar - persediaan) akan semakin kecil dan menyebabkan angka
Rasio quick lebih kecil dari Rasio lancar. Maka dapat dikatakan bahwa pada tahun
2017 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki masalah keuangan sehingga
kesulitan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva
lancar yang lebih liquid. Sama halnya juga dengan Rasio lancar, ketika melihat
angka-angka Rasio quick pada tahun-tahun selain tahun 2017 dapat melebihi 1
dan dapat dikatakan bahwa kemampuannya dalam membayar kewajiban dengan
aset lancar yang lebih cair sudah baik. Pada tahun 2020 nilai Rasio Quick
mencapai titik tertinggi yaitu pada angka 9,3117.

2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah
Daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Jenis rasio
solvabilitas yang digunakan antara lain:

III - 30
2020 0,0120
0,0119

2019 0,0132
0,0130

2018 0,0110
0,0108

2017 0,0643
0,0604

2016 0,0066
0,0065

- 0,0100 0,0200 0,0300 0,0400 0,0500 0,0600 0,0700

Rasio Hutang terhadap Modal Rasio Total Hutang thd Total Aset

Gambar 3.12. Rasio Hutang terhadap Modal dan Rasio Total Hutang
terhadap Total Aset Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

a. Rasio Total Hutang terhadap Total Aset


Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Solvabilitas dapat diketahui bahwa
angka Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2016 tergolong rendah yaitu sebesar 0,0065. Semakin rendah angka Rasio
hutang terhadap total aset maka dapat diartikan semakin kecil pula pengaruh
hutang terhadap pembiayaanya. Akan tetapi pada tahun 2017 angka Rasio Total
Hutang Terhadap Total Aset Kabupaten Banyuwangi meningkat drastis sampai
pada angka 0,0604. Berjalan selaras dengan Rasio likuiditas, terdapat hutang
belanja yang cukup tinggi pada tahun 2017 sehingga menyebabkan rendahnya
nilai Rasio lancar dan Rasio quick. Maka dalam hal ini pada tahun 2017 terjadi
peningkatan cukup tinggi pada angka Rasio Total Hutang terhadap Total Aset
ketika dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Pada tahun 2018 dan 2019
angka rasio hutang terhadap total aset kembali menurun meskipun tetap lebh
tinggi dari tahun 2016, akan tetapi hal ini sudah mengindikasikan adanya
peningkatan solvabilitas keuangan Kabupaten Banyuwangi dan semakin kecilnya
resiko yang dihadapi Kabupaten Banyuwangi karena menurunnya presentase
jumlah dana yang berasal dari kreditor/ donatur/ pihak ketiga dalam pembiayaan
pembangunan. Adanya penurunan jumlah hutang dan meningkatnya aset pada
tahun 2020 maka menyebabkan nilai rasio Rasio Total Hutang terhadap Total
Aset kembali menurun mendekati pada angka 0,119.

III - 31
b. Rasio Total Hutang terhadap Modal
Rasio hutang terhadap modal menunjukkan seberapa perlu hutang jika
dibandingkan dengan kemampuan modal yang dimiliki. Rumus perhitungan rasio
total hutang terhadap modal yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Semakin kecil nilai Rasio Hutang Terhadap Modal menunjukkan bahwa


daerah tersebut semakin mandiri, yaitu tidak tergantung pembiayaan dari pihak
lain. Berdasarkan data hasil perhitungan pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa angka Rasio Total Hutang Terhadap Modal dalam kurun waktu 5 tahun
tidak jauh dari angka Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset. Pada 2016 tercatat
angka Rasio Hutang Terhadap Modal sebesar 0,0066. Angka tersebut
menunjukan bahwa hutang yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2016 masih jauh dibawah modal yang dimiliki yaitu sebesar 0,66%. Sedangkan
pada tahun 2017, adanya peningkatan nilai hutang belanja yang menyebabkan
bertambahnya kewajiban pemerintah maka angka Rasio Total Hutang Terhadap
Modal naik menjadi 6,43%. Fluktuasi nilai Rasio Hutang Terhadap Modal terlihat
terjadi pada tahun 2018 hingga 2020. Setelah dapat menurun dari tahun 2017
menjadi 0,0110 pada tahun 2018 kemudian nilai Rasio Hutang Terhadap Modal
kembali meningkat pada angka 0,0132 di tahun 2019 dan kembali menurun pada
tahun 2020 menjadi 0,0120.

3. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada
kegiatan pelayanan Pemerintah Daerah. Jenis rasio aktivitas yang digunakan
antara lain:
97,32 97,29 93,99 93,24
89,49

15,23 17,59 20,12


12,91 13,24

2016 2017 2018 2019 2020

Rata-rata Umur Piutang Rata-rata Umur Persediaan

Gambar 3.13. Rata-rata Umur Piutang dan Rata-rata Umur Persediaan


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 32
a. Rata-rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang, yaitu rasio untuk melihat berapa lama hari yang
diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Rumus
perhitungan rata-rata umur piutang yang digunakan adalah sebagai berikut:

365
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

* Dimana :
Perputaran Piutang = pendapatan daerah dibagi rata-rata piutang pendapatan
daerah.
Sedangkan, rata-rata piutang pendapatan daerah = (saldo awal piutang + saldo akhir
piutang) : 2.

Berdasarkan hasil perhitungan Rata-Rata Umur Piutang Kabupaten


Banyuwangi pada gambar di atas terlihat bahwa Rata-Rata Umur Piutang
mengalami kecenderungan tren meningkat dari tahun 2016 sebanyak 12,91 hari
menjadi 20,12 hari di tahun 2020. Pada tahun 2018 sempat terjadi penurunan
dari 15,23 hari menjadi 13,24 hari. Jika kembali pada Rasio Likuiditas dan Rasio
Solvabilitas pada pembahasan sebelumnya, maka nilai rata-rata umur piutang
Kabupaten Banyuwangi dapat dikatakan baik. Karena Rata-rata umur piutang
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017 cukup selaras dengan tahun-tahun
lainnya sehingga peningkatan utang/kewajiban yang terjadi pada tahun 2017
tidak meningkatkan Rata-rata umur piutang pada tahun tersebut. Secara
keseluruhan Rata-Rata Umur Piutang yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi tidak
lebih dari 3 minggu yakni selama 15,82 hari. Sehingga dengan demikian tingkat
risiko terkait pengembalian piutang selama 1 tahun dinilai masih sangat rendah.

b. Rata-rata Umur Persediaan


Rata-rata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana
tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi
pelayanan publik). Rumus perhitungan rata-rata umur persediaan yang
digunakan adalah sebagai berikut.

365
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

* Dimana :
Perputaran persediaan = nilai persediaan yang digunakan dalam satu tahun : rata-
rata nilai persediaan.
Sedangkan rata-rata nilai persediaan = (saldo awal persediaan + saldo akhir
persediaan) : 2.

Berdasarkan hasil perhitungan Rata-Rata Umur Persediaan Kabupaten


Banyuwangi pada gambar di atas dalam 5 tahun terakhir terlihat adanya fluktuasi
dengan tren menurun pada 3 tahun terakhir (2018 - 2020) jika dibandingkan
dengan nilai pada tahun 2017. Posisi awal nilai rata-rata umur persediaan

III - 33
menunjukan angka 89,49 hari kemudian meningkat cukup tinggi pada tahun
2017 menjajdi 97,32 hari. Akan tetapi sejak tahun 2018 terlihat perlahan
menurun pada angka 97,29 dan terus menurun menjadi 93,99 pada tahun 2019
dan kembali menurun pada tahun 2020 menjadi 93,24 hari. Namun Rata-Rata
Umur Persediaan tahun 2020 masih lebih tinggi dari tahun 2016. Jika pada
tahun-tahun berikutnya rata-rata umur persediaan terus menurun maka akan
menghasilkan nilai rata-rata umur persediaan yang lebih rendah dari tahun 2016.
Sehingga hal tersebut mengindikasikan penggunaan dana persediaan yang
semakin menurun, kurang efisien dan manajemen pengelolaan persediaan di
Kabupaten Banyuwangi semakin menurun juga.

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu


Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar tercermin pada
kebijakan pendapatan, belanja serta pembiayaan daerah. Pengelolaan Keuangan
daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan
daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam
memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
Dalam rangka mendukung efektivitas pengelolaan keuangan daerah,
selama kurun waktu 5 (lima) tahun lalu, telah dirumuskan berbagai strategi
optimalisasi yang adaptif dengan kondisi makro ekonomi serta memperhatikan
kemampuan keuangan daerah. Strategi yang ditempuh dirumuskan dalam
berbagai kebijakan, yang mencakup Kebijakan Pendapatan, Kebijakan Belanja
dan Kebijakan Pembiayaan.
Strategi yang ditempuh diderivasi ke dalam bentuk struktur APBD yang
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat (Pasal 4 Ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah). Pada penyusunan APBD, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
berpedoman pada asas umum APBD sesuai ketentuan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, antara
lain :
1. Pasal 16 ayat (1) bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
2. Pasal 17 ayat (2) bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam
APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
3. Pasal 18 ayat (1) bahwa dalam menyusun APBD, penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup.

III - 34
3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran
1. Realisasi dan Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur menggambarkan belanja yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan aparatur di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi, seperti: belanja gaji dan tunjangan; tambahan
penghasilan; Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/
WKDH; pemungutan dan insentif pemungutan; honorarium; uang lembur;
belanja terkait dengan pengembangan SDM, kesejahteraan, dan perlengkapan
Aparatur; perjalanan dinas, serta Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair,
peralatan dan perlengkapan).
Belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2017 mengalami penurunan walaupun menuju tahun 2019 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2016 jumlah belanja kebutuhan aparatur tercatat
sebanyak 1.490,41 Miliar Rupiah dan mengalami penurunan pada tahun 2017
menjadi 1.305,88 Miliar Rupiah. Kemudian pada tahun 2020 kembali mengalami
penurunan hingga mencapai angka Rp. 1.285,02 Miliar Rupiah. Tahun 2020
sebagai capaian terbaik dalam lima tahun terakhir terkait penurunan Belanja
Pemenuhan Kebutuhan Aparatur.
Adapun realisasi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020
secara lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

III - 35
Tabel 3.13. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020

2016 2017 2018 2019 2020


No Uraian
Miliar Rupiah Miliar Rupiah Miliar Rupiah Miliar Rupiah Miliar Rupiah
A Belanja Tidak Langsung 1.209,91 1.017,87 1.067,56 1.104,16 1.032,54
1 Belanja Gaji dan Tunjangan 839,00 799,48 967,08 983,27 905,05
2 Belanja Tambahan Penghasilan**) 361,50 208,90 82,60 101,68 100,35
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan 4,31 7,10 15,89 15,21 27,14
3
DPRD serta Operasional KDH/WKDH
4 Belanja pemungutan Pajak Daerah**) 0,83 0,61 0,32 0,82 0,00
5 Insentif Pemungutan Pajak Daerah 3,31 1,42 1,68 2,15 0,00
6 Insentif Pemungutan Retribusi Daerah 0,95 0,36 0,00 1,03 0,00
B Belanja Langsung 280,50 288,01 306,88 290,41 252,48
1 Belanja Honorarium PNS**) 17,49 20,33 20,81 21,39 13,17
Belanja Honorarium Non-PNS 22,33 28,87 67,39 26,29 17,89
2 Belanja Uang Lembur**) 9,21 12,64 11,20 10,73 7,45
3 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 0,01 0,02 0,00 0,00 0,00
Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan 1,73 1,37 0,97 4,45 3,61
4
Bimbingan Teknis PNS**)
5 Belanja premi asuransi kesehatan 0,14 1,13 1,17 0,92 0,04
6 Belanja makanan dan minuman pegawai***) 29,75 31,76 45,26 54,10 35,78
7 Belanja pakaian dinas dan atributnya**) 0,28 0,54 0,49 0,69 0,39
Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari 1,32 2,56 4,40 7,20 4,72
8
Tertentu*)
9 Belanja perjalanan dinas**) 43,82 61,15 65,68 73,19 51,60
10 Belanja perjalanan pindah tugas 0,00 0,04 0,01 0,00 0,00
11 Belanja Pemulangan Pegawai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, 154,42 127,61 89,53 91,46 117,82
12
Meubelair, peralatan dan perlengkapan dll)
TOTAL 1.490,41 1.305,88 1.374,44 1.394,57 1.285,02
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 36
Berdasarkan hasil perhitungan belanja kebutuhan aparatur sebagaimana
yang disajikan pada tabel di atas, maka untuk data proporsi belanja pemenuhan
kebutuhan aparatur Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020 secara
lebih jelas dapat disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.14. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
Total pengeluaran
Total Belanja untuk
(Belanja +
Pemenuhan
Pembiayaan Persentase
No Uraian Kebutuhan Aparatur
Pengeluaran) (Miliar
(Miliar Rupiah)
Rupiah)
(a) (b) (a)/ (b) x 100%

1 Tahun Anggaran 2016 1.490,41 3.095,29 48,15%


2 Tahun Anggaran 2017 1.305,88 2.776,03 47,04%
3 Tahun Anggaran 2018 1.374,44 3.189,65 43,09%
4 Tahun Anggaran 2019 1.394,57 3.021,32 46,16%
5 Tahun Anggaran 2020 1.285,02 3.144,74 40,86%

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Proporsi Belanja
Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2016 hingga
2020 mengalami fluktuasi, dimana kondisi pada tahun 2016 menunjukkan
terjadinya proporsi tertinggi dalam lima tahun terakhir, yakni sebesar 48,15%. Dan
pada tahun 2020 mencapai kondisi terbaik dengan proporsi sebesar 40,86%.
Sementara rata-rata Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten
Banyuwangi dari tahun 2016 hingga 2020 adalah sebesar 45,06%.

2. Proporsi Belanja Pegawai terhadap Total Belanja


Proporsi ini memperlihatkan postur belanja pegawai terhadap belanja daerah.
Semakin tinggi angka proporsinya maka semakin besar proporsi belanja daerah
yang dialokasikan untuk belanja pegawai. Sebaliknya, semakin kecil angka proporsi
belanja pegawai maka semakin kecil pula proporsi belanja daerah yang dialokasikan
untuk belanja pegawai. Data Belanja Pegawai di sini adalah penjumlahan dari
Belanja Pegawai Langsung (BPL) dan Belanja Pegawai Tidak Langsung (BTL). Rasio
belanja pegawai terhadap total belanja daerah Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2016 hingga 2020 secara lebih jelas dapat disajikan pada grafik di bawah ini:

III - 37
3.500,00 50%
3.095,29 43,04% 3.140,64
3.021,32 45%
3.000,00 42,44% 2.776,03
2.753,67 40%
34,68%
2.500,00 39,62% 39,10%
35%

30%
2.000,00
25%
1.500,00 1.313,53
1.185,27 1.181,30 20%
1.099,86 1.089,07
1.000,00 15%

10%
500,00
5%

0,00 0%
Miliar (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020

Realisasi Belanja Pegawai (BL + BLT)


Realisasi Belanja Daerah
Proporsi Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja

Gambar 3.14. Proporsi Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa proporsi belanja pegawai


terhadap total belanja Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020
cenderung fluktuatif. Proporsi belanja pegawai Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2016 tercatat sebesar 42,44%, sedangkan pada tahun 2016 hingga 2019 secara
bertahap mengalami penurunan menjadi 39,62% pada tahun 2017, 43,04% pada
tahun 2018, dan 39,10% pada tahun 2019. Penurunan proporsi belanja pegawai
terjadi pada tahun 2020 hingga mencapai 34,68%. Sehingga capaian tahun 2020
menjadi capaian terbaik pada lima tahun terakhir. Proporsi belanja pegawai
terhadap total belanja tahun 2016 hingga 2020 masih berada di bawah 50% yakni
dengan rata-rata proporsi 39,78%, artinya kondisi tersebut masih relatif baik
dimana porsi belanja tidak didominasi oleh belanja pegawai.

3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah dapat dilihat dari kemandirian keuangan daerah tersebut. Tingkat
kemandirian keuangan daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan penerimaan
pajak daerah sebagai sumbernya tanpa bergantung kepada dana yang diberikan
pemerintah pusat. Rasio kemandirian keuangan daerah dicerminkan oleh rasio
Pendapatan Asli Daerah terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman.

III - 38
Berikut disajikan data Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan kriteria dari rasio tersebut.

19,66
18,30
17,59 17,08
16,16

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3.15. Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 – 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Pada gambar dapat dijelaskan bahwa Rasio Kemandirian Daerah ada


kecenderungan meningkat ke tahun 2019 kemudian turun di tahun 2020. Namun
capaian di tahun 2020 yakni sebesar 18,30% masih lebih lebih tinggi dibandingkan
tahun 2016 sampai dengan 2018.

Tabel 3.15. Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Kemandirian
Pola Hubungan
Keuangan (%)
Rendah Sekali 0 - 25 Instruktif
Rendah 25 - 50 Konsultatif
Sedang 50 - 75 Partisipatif
Tinggi 75 - 100 Delegatif

Berdasarkan pada grafik pada di atas terlihat bahwa tingkat kemampuan


Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam membiayai rumah tangganya sendiri
masih sangat rendah. Angka yang tercatat berada dalam skala 16,16 - 19,66
tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah dan memiliki pola
hubungan yang instrukif. Dengan pola hubungan Instruktif selama 5 tahun terakhir
menunjukan Kabupaten Banyuwangi masih memiliki ketergantungan tinggi pada
transfer dana pemerintah pusat dalam membiayai urusan pemerintahan,
pembangunan, dan layanan kepada masyarakat. Tingkat kemandirian keuangan
daerah Kabupaten Banyuwangi terlihat menunjukkan tren yang positif pada 4 tahun

III - 39
pertama (2016 - 2019) dengan mengalami peningkatan tingkat kemandirian
keuangan pada setiap tahunnya. Walaupun keseluruhan tingkat kemandirian
keuangan tersebut masih tergolong sangat rendah dengan pola hubungan yang
masih instruktif (peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian
pemerintah daerah/ daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara
finansial) tetapi peningkatannya sampai pada tahun 2019 dapat mendekati rasio
dengan hubungan konsultatif (campur tangan pemerintah pusat sudah mulai
berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena daerah dianggap
sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah). Hal ini mengindikasikan
bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah berusaha menjadi daerah yang
mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah pusat. Akan tetapi pada tahun 2020
tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Banyuwangi menunjukan adanya
penurunan dari angka 19,66 di tahun 2019 menjadi 18,30 pada tahun 2020.

4. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal


Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran menunjukan tingkat
kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Rasio desentralisasi fiskal
menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Peran
Pendapatan Asli Daerah dalam keuangan daerah menunjukkan ukuran
keberhasilan suatu daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi. Semakin tinggi
PAD terhadap total penerimaan daerah, maka semakin tinggi kemampuan keuangan
daerah dalam membiayai urusan pembangunan, pelayanan, dan pemerintahannya.
Berikut disajikan data mengenai Rasio Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten
Banyuwangi dalam kurun waktu 5 tahun beserta kriterianya.

18,00

16,00

14,00 15,77
15,01 14,77
14,24
12,00 13,11
10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

0,00
% 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3.16. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 – 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 40
Tabel 3.16. Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal

Prosentase PAD Tingkat


terhadap Total Desentralisasi
Pendapatan Daerah Fiskal
0,00 - 10,00 Sangat Kurang
10,01 - 20,00 Kurang
20,01 - 30,00 Sedang
30,01 - 40,00 Cukup
40,01 - 50,00 Baik
>50,00 Sangat Baik

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Derajat Densentralisasi Fiskal


Kabupaten Banyuwangi dalam gambar di atas selama kurun waktu 5 tahun
menunjukan rentan angka 13,11 - 15,77 sehingga menunjukan tingkat
desentralisasi yang “Kurang”. Hal ini dapat diartikan bahwa kemampuan keuangan
daerah Kabupaten Banyuwangi 5 tahun terakhir dalam memaksimalkan PAD
terhadap total penerimaan daerah untuk membiayai urusan pembangunan,
pelayanan, dan pemerintahannya masih kurang. Meskipun keseluruhan angka
menunjukan tingkat desentralisasi fiskal yang kurang, akan tetapi sama seperti
tingkat kemandirian keuangan daerah maka Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Kabupaten Banyuwangi perlahan terjadi peningkatan pada setiap tahunnya pada 4
tahun pertama (2016 - 2019) dengan menunjukan angka yang semakin mendekati
prosentase tingkat desentralisasi fiskal yang sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa
Pemerintah Banyuwangi terus berusaha mengoptimalkan PAD untuk dapat
menjalankan fungsi desentralisasi lebih baik dalam sisi keuangan daerah. Akan
tetapi pada tahun 2020 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Banyuwangi
menunjukan nilai yang menurun hingga lebih rendah dari tahun 2018-2019.

5. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah adalah ukuran tingkat kemampuan
daerah dalam membiayai aktivitas pembangunan daerah melalui optimalisasi PAD.
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total
penerimaan daerah. Semakin tinggi Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, maka
semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana transfer
dari pemerintah pusat dan/ atau pemerintah provinsi. Berikut tersaji data Rasio
Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu 5
tahun terakhir beserta kriterianya.

III - 41
81,40
81,15
81,20
80,96
81,00
80,80 80,70
80,60
80,60
80,40
80,21
80,20
80,00
79,80
79,60
2016 2017 2018 2019 2020
%

Gambar 3.17. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 - 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Tabel 3.17. Kriteria Penilaian Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Persentase Ketergantungan Keuangan Daerah


0,00 - 10,00 Sangat Rendah
10,01 - 20,00 Rendah
20,01 - 30,00 Sedang
30,01 - 40,00 Cukup
40,01 - 50,00 Tinggi
>50,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kabupaten Banyuwangi pada gambar di atas selama kurun waktu 5 tahun
menunjukkan rentan angka 81,15% - 80,21%, sehingga menunjukan tingkat
ketergantungan yang “Sangat Tinggi” karena berada pada rentan nilai >50,00. Hal
ini dapat diartikan bahwa ketergantungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
terhadap Pemerintah Pusat/Provinsi masih sangat tinggi. Rasio ketergantungan
Kabupaten Banyuwangi juga berjalan selaras dengan nilai yang muncul pada rasio
kemandirian dan rasio derajat desentralisasi fiskal yaitu terlihat adanya tren positif
dengan terjadinya penurunan tingkat ketergantungan pada setiap tahunnya pada 4
tahun pertama (2016 - 2019). Hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi terus mengurangi ketergantungannya terhadap dana
transfer dari Pemerintah pusat/provinsi dengan lebih mengoptimalkan PAD yang
dimiliki pada tahun 2016 hingga tahun 2019. Walaupun pada tahun 2020 nilai
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah terlihat sedikit meningkat kembali pada
angka 80,70% yang dipengaruhi oleh adanya penurunan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).

III - 42
6. Rasio Efektivitas
Efektivitas pelaksanaan anggaran suatu daerah dapat menjadi indikator
keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan roda pemerintahan. Rasio
efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin baik kinerja
pemerintah daerah. Berikut tersaji data Rasio Efektivitas Kabupaten Banyuwangi
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir beserta kriteria dari hasil perhitungannya.

700,00 Sangat Kurang Cukup efektif 120


efektif Kurang
104,14 efektif
95,77 efektif
600,00 100
Tidak 85,41
84,55
efektif
500,00
72,11 80
400,00
60
300,00
40
200,00

100,00 20

0,00 0
2016 2017 2018 2019 2020 %
Miliar (Rp.)

Target Penerimaan PAD Realisasi Pendapatan Asli Daerah Rasio Efektivitas

Gambar 3.18. Rasio Efektivitas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020


Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Tabel 3.18. Kriteria Penilaian Rasio Efektivitas

Persentase
Kriteria
Kinerja Keuangan
> 100% Sangat Efektif
100% Efektif
90% - 99% Cukup Efektif
75% - 89% Kurang Efektif
< 75% Tidak Efektif

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Efektivitas Kabupaten Banyuwangi


pada gambar di atas selama kurun waktu 5 tahun menunjukan data yang fluktuatif.
Pada tahun 2016 Rasio Efektivitas Kabupaten Banyuwangi dapat menyentuh angka
104,14% yang artinya pada tahun tersebut PAD yang dimiliki dapat direalisasikan
dengan sangat efektif. Akan tetapi pada tahun 2017 Rasio Efektivitas Kabupaten
Banyuwangi menurun pada angka 84,55% dan kriteria efektivitas penggunaan PAD
Kabupaten Banyuwangi menjadi kurang efektif. Keadaan ini terus berlanjut hingga

III - 43
pada tahun 2018, dimana efektivitas penggunaan PAD Kabupaten Banyuwangi pada
kondisi terendah dalam lima tahun terakhir yakni dengan rasio sebesar 72,11%.
Sehingga tingkat efektivitas dalam merealisasikan PAD tahun 2018 termasuk dalam
kategori tidak efektif. Kemudian pada tahun 2019 terjadi peningkatan angka Rasio
Efektivitas sampai pada angka 95,77 yang hampir mendekati 100%, sehingga
penggunaan PAD pada tahun 2019 dinilai cukup efektif. Kemudian pada tahun
2020 nilai Rasio Efektivitas terlihat kembali menurun hingga menyentuh angka
85,41 dan menujukkan tingkat efektifitas realisasi PAD yang kurang efektif.

7. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah


Indeks Kapasitas Fiskal Daerah merupakan gambaran dari kemampuan
keuangan daerah yang dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan
pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan, belanja bagi hasil, belanja
bantuan keuangan, dan belanja pegawai. Peta Kapasitas Fiskal Daerah dapat
digunakan untuk pengusulan Pemerintah Daerah sebagai penerima hibah,
penilaian atas usulan pinjaman daerah, penentuan besaran dana pendamping, jika
dipersyaratkan, dan/atau hal lain yang diatur secara khusus dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berikut tersaji data Indeks Kapasitas Fiskal
Daerah Kabupaten Banyuwangi dan daerah sekitarnya dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir.
2,346
2,40
2,195 2,161 2,16 2,155
2,11 2,073
1,989
2,00

1,60 1,44 1,459

1,20 1,10
0,982
0,914 0,922
0,815
0,740
0,80

0,40

0,00
Kab. Situbondo Kab. Banyuwangi Kab. Jember Kab. Bondowoso

2017 2018 2019 2020

Gambar 3.19. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten Banyuwangi dan


Kabupaten Sekitar Tahun 2017 - 2020

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
Tahun 2017 - 2020

III - 44
Tabel 3.19. Kriteria Penilaian Indeks Kapasitas Fiskal Daerah
Berdasarkan PMK No. 120/PMK.07/2020

Nilai IKFD Kriteria


IKFD > 2,145 Sangat Tinggi
2,145 < IKFD < 1,168 Tinggi
1,168 < IKFD < 0,747 Sedang
0,747 < IKFD < 0,517 Rendah
IKFD < 0,517 Sangat Rendah

Berdasarkan data Indeks Kapasitas Fiskal Daerah (IKFD) Kabupaten


Banyuwangi dan 3 daerah sekitarnya yang tertera pada gambar di atas terlihat
bahwa IKFD Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2018 dan 2020 mencapai nilai
tertinggi jika dibandingkan 3 daerah disekitarnya, yaitu Kabupaten Jember,
Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo. IKFD Kabupaten Banyuwangi
cukup bersaing dengan Kabupaten Jember. Melihat masing-masing nilai IKFD
Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahunnya maka terlihat bahwa IKFD
Banyuwangi tergolong dalam kriteria sangat tinggi pada tahun 2017,2018, dan
2020. Sementara pada tahun 2019 berada pada kategori tinggi. Rata-rata IKFD
Kabupaten Banyuwangi dalam empat tahun terakhir adalah sebesar 2,11 (kategori
tinggi), berada di atas rata-rata IKFD Kabupaten Situbondo (0,89 atau kategori
sedang) dan Kabupaten Bondowoso (1,20 atau kategori tinggi).

8. Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Terhadap Total


Belanja
Analisis proposi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung bermanfaat
untuk kepentingan manajemen internal pemerintah daerah untuk pengendalian
biaya dan pengendalian anggaran. Idealnya belanja langsung lebih besar dari
belanja tidak langsung, karena belanja langsung sangat mempengaruhi kualitas
output kegiatan. Proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung terhadap
total belanja tersaji pada grafik di bawah ini:

III - 45
47,91% 46,29% 47,44% 45,13%
50,95%

52,09% 53,71% 52,56% 54,87%


49,05%

2016 2017 2018 2019 2020

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

Gambar 3.20. Proporsi Belanja Langsung dan Tidak Langsung


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa tren proporsi belanja tidak
langsung terhadap total belanja cenderung fluktuatif. Pada tahun 2017 hingga 2020
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi lebih banyak mengalokasikan dalam bentuk
belanja tidak langsung daripada belanja langsung, dimana pada tahun 2020
mencapai 54,87%. Artinya, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi lebih
banyak menggunakan dana untuk pengeluaran/belanja yang tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanan program dan kegiatan. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap efektivitas pelaksanaan program dalam rangka mempercepat pencapaian
sasaran pembangunan daerah. Namun, jika dilihat dengan lebih teliti, dapat
diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah berupaya menurunkan
proporsi belanja tidak langsung dan menaikkan proporsi belanja langsung. Terlihat
pada tahun 2019 dimana proporsi belanja tidak langsung memiliki nilai yang lebih
rendah dari tahun sebelumnya.

9. Rasio Belanja Daerah Terhadap PDRB


Rasio belanja daerah terhadap PDRB merupakan perbandingan antara total
belanja daerah dengan PDRB yang dihasilkan daerah. Rasio ini menunjukkan
produktivitas dan efektivitas belanja daerah. Rasio belanja daerah terhadap PDRB
Kabupaten Banyuwangi dijelaskan pada grafik di bawah ini:

III - 46
90.000,00 0,0467 5%
83.595,73 81.102,88
80.000,00 5%
77.842,24
72.130,21
0,0385 0,0387
4%
70.000,00 66.345,97 0,0354 0,0361
4%
60.000,00
3%
50.000,00
3%
40.000,00
2%
30.000,00
2%
20.000,00
1%

10.000,00 1%
3.095,29 2.776,03 2.753,67 3.021,32 3.140,64
0,00 %0%
Miliar (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020

Total Realisasi Belanja Daerah PDRB ADHB Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB

Gambar 3.21. Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016 -2020
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi dan BPS Banyuwangi, data diolah

Rasio belanja daerah terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi tahun 2016


hingga 2018 menunjukkan adanya penurunan dan mulai menunjukkan adanya
peningkatan pada tahun 2019 dan 2020, namun pertumbuhannya kecil. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Kabupaten
Banyuwangi konsisten dalam meningkatkan produktivitas dan efektivitas belanja
daerahnya hingga mencapai angka 0,0354 pada tahun 2018. Besaran nilai rasio ini
dipengaruhi oleh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harba
Berlaku (ADHB) dan total belanja daerah, sehingga semakin rendah rasionya berarti
semakin efektif pemerintah dalam membelanjakan anggarannya, karena rasio
belanja terhadap PDRB merupakan perbandingan antara jumlah realisasi belanja
daerah dengan PDRB daerah tersebut.

III - 47
10. Pengeluaran Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
Pengeluaran wajib dan mengikat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016 hingga 2020 secara lebih jelas disajikan melalui tabel
di bawah ini.

Tabel 3.20. Pengeluaran Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.

A Belanja Tidak Langsung 845,76 813,90 1.009,23 1.024,81 958,58

1 Belanja Gaji dan Tunjangan 839,00 799,48 967,08 983,27 905,05

Belanja Penerimaan Anggota


2 dan Pimpinan DPRD serta 4,31 7,10 15,89 15,21 27,14
Operasional KDH/WKDH

3 Belanja Bunga 0,00 0,00 14,84 0,00 0,00


4 Belanja Bagi Hasil 2,44 7,32 11,43 26,32 26,39

B Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 435,98 0,00 0,00

1 Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2 Pembayaran Pokok Utang 0,00 0,00 435,98 0,00 0,00

TOTAL (A+B) 845,76 813,90 1.445,22 1.024,81 958,58

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pengeluaran wajib dan
mengikat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 hingga
2020 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2017 total pengeluaran belanja wajib dan
mengikat mengalami penurunan di angka 813,90 Miliar Rupiah dari tahun 2016
yang sebesar 845,76 Miliar Rupiah. Kemudian pada tahun 2018 dan tahun 2019
secara bertahap mengalami peningkatan hingga mencapai angka 1.024,81 Miliar
Rupiah pada tahun 2019. Namun pada tahun 2020 pengeluaran wajib mengikat
Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan kembali sehingga berada pada
angka 958,58 Miliar Rupiah. Pengeluaran terbesar dari pengeluaran wajib dan
mengikat terdapat pada Belanja Gaji dan Tunjangan, sedangkan pengeluaran paling
sedikit terdapat pada belanja bunga dan pembentukan dana cadangan.
Berdasarkan pada data historis belanja wajib dan pengeluaran yang wajib
mengikat serta prioritas utama Pemerintah Kabupaten Banyuwangi seperti yang
telah dibahas dan disajikan pada tabel di atas, maka untuk mengetahui perkiraan
pengeluaran untuk tahun-tahun yang akan datang dilakukan proyeksi terhadap
masing-masing komponen belanja wajib dan pengeluaran yang wajib mengikat serta
prioritas utama Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 hingga 2026.

III - 48
3.2.2 Analisis Pembiayaan
Untuk menyalurkan surplus dan menutup defisit, dalam penganggaran
dikenal adanya pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkuran maupun pada
tahun tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan
pembiayaan dan pengeluraran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Begitu pula
dengan pengeluaran pembiayaan yaitu pengeluaran yang akan diterima kembali
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari
pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya
terhadap surplus/ defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan
kebijakan pembiayaan dimasa datang dalam rangka penghitungan kapasitas
pendanaan pembangunan daerah.

1. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil


Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang
kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah.
Langkah awal yang dilaksanakan terkait dengan analisis tersebut adalah
membuat tabel Penutup Defisit Riil Anggaran. Berdasarkan tabel analisis di atas,
kemudian disusun tabel analisis untuk mengetahui gambaran komposisi penutup
defisit riil.
Untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan hasil perhitungan dan
komposisi penutup defisit riil anggaran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2016 hingga 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.21. Defisit Riil Anggaran Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.

1 Realisasi Pendapatan 2.805,62 2.732,02 2.997,64 3.143,28 3.268,23


Daerah
Dikurangi realisasi:
2 Belanja Daerah 3.095,29 2.776,03 2.753,67 3.021,32 3.140,64
3 Pengeluaran Pembiayaan 435,98 4,10
Daerah - - -
A Defisit riil -289,67 -44,01 -192,00 121,97 123,49
Ditutup oleh realisasi
Penerimaan Pembiayaan:
4 Sisa Lebih Perhitungan 371,73 82,07 38,17 65,08 187,10
Anggaran (SiLPA) Tahun
Anggaran sebelumnya
5 Pencairan Dana
Cadangan - - - - -
6 Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang di Pisahkan - - - - -
7 Penerimaan Pinjaman 218,86
Daerah - - - -

III - 49
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.

8 Penerimaan Kembali 0,05 0,04 0,05 0,04


Pemberian Pinjaman -
Daerah
9 Penerimaan Piutang
Daerah - - - - -
B Total Realisasi 371,78 82,11 257,08 65,11 187,10
Penerimaan Pembiayaan
Daerah
A-B Sisa lebih pembiayaan 82,11 38,10 65,08 187,08 310,59
anggaran tahun
berkenaan
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Tabel 3.22. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020

Proporsi dari total defisit riil


No Uraian
2016 2017 2018 2019 2020
Sisa Lebih Perhitungan
1 Anggaran (SiLPA) Tahun -128,33% -186,50% -19,88% 53,36% 151,51%
Anggaran sebelumnya
2 Pencairan Dana Cadangan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Hasil Penjualan Kekayaan
3 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Daerah Yang di Pisahkan
4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00% 0,00% -113,99% 0,00% 0,00%
Penerimaan Kembali
5 -0,02% -0,08% -0,02% 0,03% 0,00%
Pemberian Pinjaman Daerah
6 Penerimaan Piutang Daerah 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Sisa lebih pembiayaan
7 -128,34% -186,58% -133,89% 53,39% 151,51%
anggaran tahun berkenaan
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

2. Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)


Analisis SiLPA diperlukan untuk melihat dari mana sumber perolehan
SiLPA, dan seberapa besar kontribusi yang diberikan. Berikut adalah gambaran
perolehan SiLPA Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2017 hingga 2020.

III - 50
Tabel 3.23. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Banyuwangi 2017 – 2020

2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata


No. Uraian
Miliar % dari Miliar % dari Miliar % dari Miliar % dari Miliar % dari
Pertumbuhan
Rp. SiLPA Rp. SiLPA Rp. SiLPA Rp. SiLPA Rp. SiLPA

Jumlah SiLPA 82,11 100,00% 38,10 100,00% 65,08 100,00% 187,08 100,00% 310,59 100,00% 38,56%
Pelampauan penerimaan 14,61 17,80% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% -83,30%
1
PAD
Pelampauan penerimaan - 0,00% - 0,00% 56,06 86,15% - 0,00% - 0,00% 0,00%
2
dana perimbangan
Pelampauan penerimaan 29,77 36,25% - 0,00% - 0,00% - 0,00% 123,49 39,76% -4,78%
3 lain-lain pendapatan
daerah yang sah
Sisa penghematan belanja 37,73 45,95% 38,10 100,00% 9,02 13,85% 187,08 100,00% 187,10 60,24% 362,54%
4
atau akibat lainnya
Kewajiban kepada pihak - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% 0,00%
5 ketiga sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan
6 Kegiatan lanjutan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

III - 51
Defisit riil anggaran dihitung dengan realisasi pendapatan daerah
dikurangi belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Untuk
memberikan gambaran tentang komposisi SiLPA Kabupaten Banyuwangi dapat
dilihat dari Pelampauan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, Lain-Lain Pendapatan Yang Sah, Sisa Penghematan Belanja atau
Akibat Lainnya, Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Sampai Dengan Akhir Tahun
Belum Terselesaikan, serta Kegiatan Lanjutan. Pada tahun 2016 pelampauan
pendapatan daerah terjadi pada Pelampauan Penerimaan PAD, Pelampauan
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, serta Sisa Penghematan
Belanja atau Akibat Lainnya. Tahun 2017 dan 2019 sumber SiLPA hanya berasal
dari Sisa Penghematan Belanja atau Akibat Lainnya. Tahun 2018 sumber SiLPA
berasal dari Pelampauan Dana Perimbangan dan Sisa Penghematan Belanja atau
Akibat Lainnya. Sedangkan pada tahun 2020 sumber SiLPA adalah Pelampauan
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, serta Sisa Penghematan
Belanja atau Akibat Lainnya dengan total nilai 310,59 Miliar Rupiah.
Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA) harus didasarkan pada perhitungan yang cermat dan rasional dengan
mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran sebelumnya
dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun
Anggaran berjalan yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang
direncanakan. Selanjutnya SiLPA tersebut harus diuraikan kembali pada obyek
dan rincian obyek sumber SiLPA Tahun Anggaran Berkenaan.

3. Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan


Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara riil sisa lebih
pembiayaan anggaran yang dapat digunakan dalam penghitungan kapasitas
pendanaan pembangunan daerah. Analisis tersebut dilakukan dengan
menggunakan tabel sebagai berikut.

Tabel 3.24. Sisa Lebih Riil Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 – 2020
2016 2017 2018 2019 2020
No. Uraian
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
Saldo kas neraca
1 82,49 39,86 66,21 188,02 311,31
daerah
Dikurangi:
Kewajiban kepada
pihak ketiga sampai
2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dengan akhir tahun
belum terselesaikan
3 Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sisa Lebih (Riil)
Pembiayaan 82,49 39,86 66,21 188,02 311,31
Anggaran
Sumber : BPKAD Kabupaten Banyuwangi, data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Sisa Lebih (Riil)


Pembiayaan Anggaran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016

III - 52
hingga 2020 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2016 Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan
Anggaran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebesar 82,49 Miliar Rupiah.
Kemudian pada tahun 2017 Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi menurun hingga mencapai 39,86 Miliar Rupiah, dan
kemudian mengalami peningkatan secara bertahap hingga tahun 2020 mencapai
311,31 Miliar Rupiah.
4. Analisis Proyeksi Pembiayaan Daerah
Analisis proyeksi pembiayaan daerah dilakukan untuk memberikan
gambaran mengenai kondisi sisa lebih perhitungan anggaran dalam setiap tahun
pada tahun-tahun yang akan datang dalam periode perencanaan. Perhitungan
proyeksi pembiayaan daerah dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
SiLPA dan saldo kas yang dihasilkan berdasarkan data historis. Melihat pada data
SiLPA dan saldo kas neraca daerah dalam beberapa tahun terakhir, selanjutnya
dapat diketahui proporsi SiLPA terhadap saldo kas, yang menjadi pertimbangan
dalam perhitungan proyeksi saldo kas neraca daerah pada tahun 2022 hingga
2026, dengan turut memperhatikan hasil proyeksi SiLPA pada tahun 2022 hingga
2026.
Proyeksi sisa lebih (riil) pembiayaan anggaran dihitung berdasarkan hasil
proyeksi saldo kas neraca daerah dikurangi dengan hasil proyeksi kewajiban
kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikandan nilai
kegiatan lanjutan. Sehubungan dengan tidak adanya kewajiban yang dimiliki,
serta kegiatan lanjutan yang akan dijalankan, maka nilai sisa lebih (riil)
pembiayaan anggaran Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2022 hingga 2026
hanya diperoleh dari hasil proyeksi saldo kas neraca daerah.

III - 53
3.3 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan keuangan daerah meliputi penerimaan atau


pendapatan daerah, pengeluaran daerah atau belanja dan pembiayaan daerah.
Kerangka pendanaan keuangan derah dikelola dengan menganut azas-azas:
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan
daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka
menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Kapasitas riil keuangan daerah
digunakan untuk mengetahui kemampuan pendanaan prioritas pembangunan
yang dialokasikan kedalam 3 (tiga) prioritas yaitu : (1) Prioritas Pertama, untuk
membiayai belanja langsung wajib dan mengikat serta pemenuhan penerapan
pelayanan dasar; (2) Prioritas Kedua, untuk membiayai belanja pemenuhan visi
misi Kepala Daerah; (3) Prioritas Ketiga, untuk membiayai belanja
penyelenggaraan urusan pemerintahan lainnya.
Berdasarkan proyeksi penerimaan daerah dan belanja serta pengeluaran
pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama serta belanja tidak
mengikat, maka dapat diproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah yang akan
digunakan untuk membiayai program/kegiatan selama 5 tahun kedepan (2022-
2026) dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026.

3.3.1 Proyeksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah


Proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah memberikan
gambaran mengenai perkiraan pendapatan daerah yang akan diterima oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2022 hingga 2026 dengan
memperhatikan pada kondisi ekonomi dan kebijakan terkait dengan pendapatan
daerah, serta belanja yang akan dikeluarkan dengan memperhatikan pada
perkiraan pendapatan yang akan diterima serta kebijakan-kebijakan terkait
dengan belanja daerah, maupun pembiayaan daerah yang dilakukan dengan
mempertimbangkan kebutuhan belanja daerah dan kondisi peningkatan
pendapatan daerah, serta pertimbangan/ kebijakan lainnya.
Berdasarkan pada hasil proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten
Banyuwangi yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata
pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2022
sampai 2026 secara keseluruhan diperkirakan mencapai 0,81%. Bila dilihat
secara lebih rinci pada masing-masing jenis pendapatan, dapat diketahui bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan rata-rata memiliki pertumbuhan
sebesar 3,76% dengan rata-rata pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah
sebesar 3,71% dan 3,68%, mengingat kondisi ekonomi daerah maupun secara
nasional khususnya pada tahun 2022 diperkirakan masih dalam tahap masa
pemulihan (recovery) setelah mengalami kontraksi pada tahun 2020 hingga
berada pada posisi minus untuk menuju kondisi normal, disisi lain belum ada

III - 54
kepastian kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Selain itu upaya optimalisasi
terhadap PAD melalui diversifikasi terhadap obyek pajak dan retribusi daerah
dibatasi oleh regulasi, antara lain: retribusi pelayanan tera, pajak galian C/
tambang yang kewenangannya telah diambil alih oleh Pemerintah Provinsi. Untuk
obyek Lain-lain PAD yang sah merupakan pos pendapatan yang bersumber dari
BLUD dan JKN, sehingga tidak dapat diproyeksikan sebagai sumber pembiayaan
untuk belanja APBD yang bersifat block grant (bebas/ tidak terikat), untuk itu
dalam kondisi saat ini rata-rata pertumbuhan dari Lain-lain PAD yang sah
diproyeksikan sebesar 3,82%.
Keberadaan pendapatan transfer yang diperoleh Kabupaten Banyuwangi
pada tahun 2022 sampai 2026 diproyeksikan memiliki pertumbuhan sebesar
0,00% atau diperkirakan sebesar 1.769,03 Miliar Rupiah pada akhir periode
RPJMD. Mengingat dengan kondisi saat ini, dimana anggaran Pemerintah Pusat
mengalami defisit dan kebutuhan belanja Pemerintah Pusat yang sangat tinggi,
maka tidak menutup kemungkinan keberadaan dana transfer untuk dilakukan
penyesuaian, sehingga dengan demikian Pemerintah Daerah lebih mengambil
asumsi moderat dengan tidak adanya kenaikan belanja transfer dalam setiap
tahunnya. Untuk pagu Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Insentif Daerah (DID),
dan Bantuan Keuangan (BKK) tidak dianggarkan dalam perencanaan sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) tentang Pedoman Penyusunan
APBD (mengacu pada pagu definitif sesuai UU/ Perpres/ PMK). Bila melihat pada
proporsi masing-masing jenis pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi dapat
diketahui bahwa PAD pada tahun 2022 hingga 2026 diproyeksikan memiliki rata-
rata proporsi sebesar 22,9% dari total pendapatan, atau memiliki proporsi yang
lebih besar dibandingkan dengan rata-rata realisasi yang saat ini terjadi sebesar
14,58%, sehingga perlu adanya dorongan bagi Pemerintah Daerah untuk
mencapainya dalam rangka meningkatkan kemampuan pemerintah daerah
dalam menyelenggarakan desentralisasi maupun untuk meningkatkan
kemandirian daerah. Keberadaan pendapatan transfer diperkirakan masih
menjadi salah satu jenis pendapatan yang dominan dengan proporsi sebesar
71,83% dari total pendapatan daerah, sedangkan untuk lain-lain pendapatan
daerah yang sah diperkirakan memiliki proporsi sebesar 5,27%.
Hasil proyeksi belanja daerah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan
bahwa pertumbuhan belanja secara keseluruhan selama tahun 2022 sampai
2026 rata-rata diperkirakan mencapai 0,8%, dimana untuk belanja operasi
diperkirakan rata-rata memiliki pertumbuhan sebesar 0,44%. Untuk pos belanja
pegawai diasumsikan mengalami kenaikan setiap tahunnya sebagai penyediaan
terhadap kebijakan pengangkatan PPPK dan kemungkinan adanya kenaikan gaji
pokok PNS sesuai arahan Bapak Presiden dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
0,31%. Sedangkan pada pos belanja barang dan jasa diperkirakan mengalami
kenaikan dengan rata-rata sebesar 0,57% dalam rangka mendukung peningkatan
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Untuk belanja modal pada tahun 2022 sampai
2026 diperkirakan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,9%, dalam
rangka untuk menunjang pembangunan dan pemerataan infrastruktur di
Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan untuk belanja tidak terduga diperkirakan
memiliki nilai yang sama setiap tahun sebesar 10,00 Miliar Rupiah. Pada belanja

III - 55
transfer untuk tahun 2022 sampai 2026 diperkirakan rata-rata memiliki
pertumbuhan sebesar 0,34%.
Bila ditinjau berdasarkan tingkat proporsinya dapat diketahui bahwa
diantara jenis belanja yang ada, rata-rata proporsi untuk belanja operasi pada
tahun 2022 sampai 2026 diperkirakan memiliki proporsi yang lebih besar dan
berada pada angka 72,15%, selanjutnya terdapat belanja transfer dengan proporsi
rata-rata sebesar 15,90%. Untuk belanja modal berada pada urutan ketiga
dengan proporsi rata-rata sebesar 11,54%, sedangkan untuk belanja tidak
terduga diperkirakan memiliki rata-rata proporsi sebesar 0,40%. Bila melihat
pada proporsi belanja pegawai dapat diketahui bahwa proporsi untuk belanja
pegawai pada tahun 2022 sampai 2026 rata-rata diperkirakan sebesar 40,78%.
Dimana proporsi sejak tahun 2022 hingga 2026 adalah selalu menurun.
Meskipun ada kenaikan belanja pegawai dalam setiap tahunnya, postur belanja
pegawai masih jauh berada di bawah 50% dan masih berada dalam kondisi yang
baik.
Komposisi pembiayaan daerah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2022
hingga 2026 diperkirakan terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya (SiLPA) yang memiliki nilai diperkirakan sebesar 25,00
Miliar Rupiah sepanjang tahun. SiLPA diproyeksi flat sebesar 25,00 Miliar Rupiah
(kurang lebih 1% dari proyeksi rata-rata belanja daerah) sebagai wujud
optimalisasi realisasi belanja daerah. Bila dibandingkan dengan kondisi eksisting
(tahun 2020), maka keberadaan SiLPA diperkirakan mengalami penurunan,
dimana posisi pada tahun 2020 mencapai 310,59 Miliar Rupiah. Semakin
rendahnya posisi SiLPA menunjukkan bahwa semakin optimalnya penggunaan
SiLPA untuk menunjang kegiatan belanja daerah ditengah pertumbuhan
pendapatan daerah yang belum optimal. Sehingga dengan perbaikan pola
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi, maka
posisi SiLPA pada tahun-tahun mendatang diharapkan tidak mengalami
lonjakan/ pertumbuhan yang tinggi dan selalu berada pada posisi yang ideal
dalam rangka untuk menutupi bila terjadi defisit anggaran, artinya pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang direpresentasikan melalui belanja daerah di
Kabupaten Banyuwangi dapat berjalan secara efektif dan optimal dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan.
Untuk mengetahui hasil proyeksi pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan daerah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2022 hingga 2026 secara
lebih jelas dan terperinci dapat dilihat pada tabel berikut:

III - 56
Tabel 3.25. Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026
APBD Tahun Proyeksi/ Tahun
2021 2022 2023 2024 2025 2026 Rata-Rata
No Uraian
Pertumbuhan
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
1 PENDAPATAN 3.036,32 2.418,99 2.452,85 2.468,00 2.478,03 2.498,06 0,81%
1.1 Pendapatan Asli Daerah 592,74 518,01 554,00 570,00 580,04 600,07 3,76%
1.1.1 Pajak daerah 224,77 181,01 193,50 198,92 202,40 209,28 3,71%
1.1.2 Retribusi daerah 72,95 59,63 63,72 65,45 66,60 68,86 3,68%
Hasil pengelolaan keuangan daerah
1.1.3 24,38 23,32 24,95 25,65 26,10 27,01 3,76%
yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 270,64 254,05 271,84 279,99 284,94 294,91 3,82%
1.2 Pendapatan Transfer 2.309,61 1.769,03 1.769,03 1.769,03 1.769,03 1.769,03 0,00%

1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat 2.200,95 1.660,37 1.660,37 1.660,37 1.660,37 1.660,37 0,00%

1.2.1.1 Dana Perimbangan 1.938,43 1.440,29 1.440,29 1.440,29 1.440,29 1.440,29 0,00%
1.2.1.1.1 Dana Bagi Hasil 147,33 147,33 147,33 147,33 147,33 147,33 0,00%
1.2.1.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 1.335,73 1.292,95 1.292,95 1.292,95 1.292,95 1.292,95 0,00%

1.2.1.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 455,36


- - - - -
0,00%

1.2.1.2 Dana Insentif Daerah 42,44


- - - - -
0,00%

1.2.1.5 Dana Desa 220,08 220,08 220,08 220,08 220,08 220,08 0,00%
1.2.1.6 Dana Penyesuaian - - - - - - 0,00%
1.2.2 Transfer Antar-Daerah 108,66 108,66 108,66 108,66 108,66 108,66 0,00%
1.2.2.1 Pendapatan Bagi Hasil 108,66 108,66 108,66 108,66 108,66 108,66 0,00%

1.2.2.2 Bantuan Keuangan - - - - - -


0,00%

Lain-lain Pendapatan Daerah yang


1.3. 133,97 131,95 129,82 128,97 128,97 128,97 -0,57%
Sah
1.3.1 Hibah 133,97 131,95 129,82 128,97 128,97 128,97 -0,57%
0,00%

III - 57
APBD Tahun Proyeksi/ Tahun
2021 2022 2023 2024 2025 2026 Rata-Rata
No Uraian
Pertumbuhan
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.

2 BELANJA 3.216,20 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06 0,80%

2.1 Belanja Operasi 2.177,71 1.779,81 1.787,45 1.794,95 1.802,80 1.811,01 0,44%

2.1.1 Belanja Pegawai 1.225,63 1.008,64 1.011,33 1.014,42 1.017,65 1.021,04 0,31%
2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 846,97 733,04 737,58 741,50 745,61 749,90 0,57%
2.1.5 Belanja Hibah 27,48 9,97 10,08 10,20 10,34 10,48 1,26%
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 77,64 28,16 28,47 28,83 29,20 29,60 1,26%

2.2 Belanja Modal 609,00 261,16 286,13 292,47 293,28 303,66 3,90%

2.2.1 Belanja Modal Tanah -


15,00 10,00 10,00 10,00 10,00 -8,33%

2.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 78,98 35,90 36,38 36,94 37,53 38,14 1,53%

Belanja Modal Gedung dan


2.2.3 131,62 53,44 52,45 52,92 54,30 55,74 1,08%
Bangunan

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan


2.2.4 394,34 152,56 183,96 189,19 187,95 196,18 6,79%
Jaringan

2.2.5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 4,05 3,26 3,34 3,42 3,51 3,60 2,46%

2.2.6 Belanja Aset Lainnya -


1,00
- - - -
0,00%

2.3 Belanja Tidak Terduga 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 0,00%

2.4 Belanja Transfer 419,49 393,02 394,27 395,57 396,95 398,39 0,34%

2.4.1 Belanja Bagi Hasil 21,01 28,91 30,16 31,46 32,84 34,28 4,35%

2.4.2 Belanja Bantuan Keuangan 398,48 364,11 364,11 364,11 364,11 364,11 0,00%

0,00%

III - 58
APBD Tahun Proyeksi/ Tahun
2021 2022 2023 2024 2025 2026 Rata-Rata
No Uraian
Pertumbuhan
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
3 PEMBIAYAAN 0,00%
3.1 Penerimaan Pembiayaan 184,28 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 0,00%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran


3.1.1 Tahun Anggaran Sebelumnya 184,28 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 0,00%
(SiLPA)

3.2 Pengeluaran Pembiayaan 4,40


- - - - -
0,00%

Pembayaran Cicilan Pokok Utang


3.2.1 0,00%
yang Jatuh Tempo - - - - - -

3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 4,40


- - - - -
0,00%

Sumber: Hasil Proyeksi, 2021

III - 59
Sebagai upaya untuk menunjang pelaksanaan pengelolaan keuangan di
Kabupaten Banyuwangi pada waktu yang akan datang, maka perlu dirumuskan
beberapa kebijakan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk
tahun 2021 hingga 2026 yang dapat dijadikan sebagai arahan secara umum
terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, belanja derah, dan pembiayaan
daerah. Adapun kebijakan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Banyuwangi
pada tahun 2021 hingga 2026 adalah sebagai berikut.

A. Pendapatan Daerah
1. Melakukan optimalisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
serta obyek pendapatan asli daerah lainnya dalam rangka peningkatan
kapasitas fiskal daerah. Optimalisasi formulasi tata kelola pada setiap
potensi harus terus dilakukan dengan memaksimalkan seluruh potensi
yang ada dalam rangka penguatan kapasitas fiskal daerah yang mandiri
dan berdikari melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan pajak daerah dan retribusi daerah melalui
penggunaan Teknologi Informasi/ implementasi Sistem Informasi
Online, serta penyederhanaan prosedur dan kedekatan pelayanan;
b. Meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap pembayaran pajak
dan retribusi daerah melalui kegiatan sosialisasi, perbaikan
mekanisme pengendalian dan pengawasan, perbaikan sistem dan
prosedur administrasi pemungutan yang cepat, sederhana dan
akuntabel, serta pemberian reward and punishment;
c. Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya pajak daerah
dan retribusi daerah;
d. Melakukan pendataan obyek dan wajib pajak yang saat ini belum
terdata, dan melakukan pendataan ulang terhadap obyek pajak dan
wajib pajak yang mengalami perubahan secara lebih detail, seperti:
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Keberadaan data tersebut
selanjutnya digunakan untuk menghitung potensi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang bersumber dari pajak daerah, sehingga dengan
demikian dapat dijadikan sebagai dasar untuk menggali potensi wajib
pajak daerah yang ada.
e. Melakukan optimalisasi penyerapan penerimaan dari basis Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) melalui:
o Pelayanan pendaftaran obyek pajak dan mutasi obyek/ subyek
PBB;
o Pelayanan pembetulan, pembatalan dan salinan atas SPPT/
SKPD/ STP PBB;
o Permohonan keberatan dan pengurangan atas pajak terutang;
o Restitusi/ pengembalian kelebihan pembayaran pajak daerah;
o Memberikan kemudahan pembayaran pajak daerah khususnya
PBB dengan sistem online yang bekerjasama dengan beberapa
Bank Umum yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi;

III - 60
o Melakukan evaluasi dan penyesuaian Nilai Jual Obyek Pajak
(NJOP) yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan PBB
di Kabupaten Banyuwangi.
f. Melakukan koordinasi secara rutin lintas OPD yang terkait/ memiliki
peran dalam pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah di
Kabupaten Banyuwangi;
g. Melakukan penyesuaian tarif pajak daerah dan retribusi daerah serta
obyek pendapatan asli daerah lainnya dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan kondisi masyarakat.
2. Melakukan optimalisasi penerimaan pendapatan dengan pemanfaatan/
pengelolaan aset daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, termasuk pendapatan dari pihak ketiga;
3. Peningkatan kontribusi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan pengelolaan/
kinerja BUMD termasuk upaya pengembangan BUMD dengan manajemen
profesional dan berwawasan bisnis yang implementatif;
4. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dalam upaya peningkatan penerimaan dari Dana
Perimbangan maupun Dana Bagi Hasil dari Provinsi;
5. Peningkatan prestasi/ kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai
indikator dalam upaya perolehan Pendapatan Transfer Ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD), seperti: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Insentif Daerah (DID), Bantuan
Keuangan dan sejenisnya dalam setiap tahunnya.

B. Belanja Daerah
1. Pengelolaan belanja daerah diarahkan memihak pada kepentingan publik,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, program prioritas berbasis
pada hasil, instrumen dalam pencapaian target pembangunan daerah,
penyesuaian berbagai besaran komponen APBD sejalan dengan dinamika
yang terus berkembang serta mendorong pemulihan ekonomi yang
terdampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi;
2. Belanja pegawai diarahkan tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari
APBD;
3. Tambahan penghasilan bagi pegawai diberikan dengan
mempertimbangkan: beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja,
kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif
lainnya;
4. Belanja barang/jasa dialokasikan dalam bentuk program/kegiatan
dilakukan dengan memperhatikan prioritas pembangunan daerah;
5. Belanja hibah dialokasikan untuk menunjang pencapaian sasaran,
program, kegiatan, dan sub kegiatan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
sesuai dengan kepentingan Daerah dalam mendukung terselenggaranya
fungsi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk
masyarakat. Dalam pengalokasian belanja hibah turut memperhatikan

III - 61
alokasi pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang
mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Banyuwangi dengan
memperhatikan PP No. 1 Tahun 2018;
6. Belanja Bantuan Sosial diarahkan untuk memberikan jaminan sosial,
perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan rehabilitasi sosial bagi
masyarakat, serta untuk penanggulangan kemiskinan dan bencana;
7. Untuk menunjang pemerataan pembangunan infrastruktur di Kabupaten
Banyuwangi, maka sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari Dana
Transfer Umum (DTU) dialokasikan/ digunakan untuk belanja
infrastruktur, dimana Dana Transfer Umum (DTU) meliputi Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH);
8. Belanja Tidak Terduga dialokasikan untuk mengantisipasi pengeluaran
untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya dan pengembalian atas kelebihan pembayaran atas
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya serta untuk bantuan sosial
yang tidak dapat direncanakan sebelumnya;
9. Belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kepada pemerintah
desa dialokasikan paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari rencana
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah dengan memperhatikan
realisasi dan kinerja keuangan daerah;
10. Belanja Bantuan Keuangan dialokasikan dengan memperhatikan Alokasi
Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa sebagai jenis belanja bantuan
keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari
dana perimbangan setelah dikurangi DAK;
11. Dalam rangka melaksanakan amanat ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi menganggarkan kegiatan pembangunan sarana
dan prasarana kelurahan dan pemberdayaan masyarakat di kelurahan
berdasarkan kemampuan keuangan daerah dengan ketentuan yaitu
mengalokasikan paling sedikit sebesar dana desa terendah yang diterima
oleh desa di kabupaten/kota karena Kabupaten Banyuwangi merupakan
daerah kabupaten yang memiliki 28 kelurahan;
12. Mengupayakan alokasi anggaran untuk urusan kesehatan sebesar minimal
10% sebagaimana amanat dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan sebagai salah satu wujud penyediaan kebutuhan dasar
masyarakat dengan penyediaan alokasi anggaran untuk peningkatan akses
dan kualitas layanan kesehatan yang dilaksanakan melalui pelayanan
dasar di Puskesmas, rujukan di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng,
serta rujukan lanjutan pada RSUD milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
13. Mengupayakan alokasi anggaran untuk urusan pendidikan paling sedikit
sebesar 20% sebagaimana amanat dari Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional untuk meningkatkan akses dan
kualitas layanan pendidikan bagi masyarakat;
14. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengalokasikan anggaran
pengawasan sesuai kewenangan dan kemampuan keuangan daerah;

III - 62
15. Pengalokasian anggaran mandatory lainnya sesuai dengan ketentuan
perudang-udangan yang berlaku;
16. Melakukan koordinasi secara rutin dengan seluruh OPD di Lingkungan
Pemerintah untuk mendorong peningkatan penyerapan anggaran dan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan belanja
daerah (efektivitas dan efisiensi penggunaan belanja).

C. Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan pembiayaan diutamakan berasal dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA), dimana jumlahnya semakin menurun yang dialokasikan
untuk menunjang optimalisasi pelaksanaan program-program prioritas
pembangunan di daerah;
2. SILPA tahun berjalan dijadikan sebagai pedoman dasar untuk pengambilan
kebijakan pada perhitungan anggaran. Apabila SILPA tahun berjalan yang
dihasilkan positif, maka pemerintah daerah dapat memanfaatkan untuk
menambah program, kegiatan dan sub kegiatan prioritas yang dibutuhkan,
volume program, kegiatan, sub kegiatan yang telah dianggarkan, dan/ atau
pengeluaran pembiayaan. Sedangkan apabila SILPA tahun berjalan terjadi
negatif, maka pemerintah daerah mengurangi bahkan menghapus
pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah,
pengurangan program, kegiatan, dan sub kegiatan yang kurang prioritas
dan/ atau pengurangan volume program, kegiatan dan sub kegiatan;
3. Bila memungkinkan Pemerintah Daerah dapat menambah modal yang
disetor dan/ atau melakukan penambahan penyertaan modal pada Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan,
sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh dan
berkembang yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah,
menunjang pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan


Penghitungan kerangka pendanaan bertujuan untuk memberikan
gambaran hasil perhitungan kapasitas riil keuangan daerah yang diperlukan
untuk mengetahui kemampuan pendanaan prioritas pembangunan. Kapasitas riil
keuangan Daerah dihitung dengan mengurangi total penerimaan Daerah yang
meliputi Pendapatan, Pencairan Dana Cadangan (sesuai Perda), serta Sisa Lebih
Riil Perhitungan Anggaran dengan pengeluaran pembiayaan dan belanja tidak
langsung.
Berdasarkan pada hasil proyeksi terhadap pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah sebagaimana yang telah disajikan pada sub bab sebelumnya,
maka selanjutnya dilakukan perhitungan dan dapat diketahui nilai kapasitas riil
kemampuan keuangan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk tahun 2022 hingga
2026. Berikut ini hasil proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2022 hingga 2026:

III - 63
Tabel 3.26. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026

No Uraian Tahun
2022 2023 2024 2025 2026
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
1 Pendapatan 2.418,99 2.452,85 2.468,00 2.478,03 2.498,06
2 Pencairan Dana Cadangan
(sesuai Perda) - - - - -
3 Sisa Lebih Riil Perhitungan 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00
Anggaran
Total Penerimaan 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06
Dikurangi:
1 Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kapasitas Riil 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06
Kemampuan Keuangan

Sumber: Hasil Proyeksi, 2021


Berikut ini rencana penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Daerah dalam lima tahun ke depan:

Tabel 3.27. Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan


Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 – 2026
Tahun
No Uraian 2022 2023 2024 2025 2026
Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp. Miliar Rp.
1 Kapasitas Riil
Kemampuan 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06
Keuangan

2 Prioritas I 1.421,35 1.575,03 1.582,76 1.586,44 1.590,06


3 Prioritas II 584,60 491,02 496,09 499,99 513,82
4 Prioritas III 438,03 411,80 414,15 416,61 419,18

Prioritas Pertama (Prioritas I) adalah penyediaan anggaran untuk


program-program pada Urusan Wajib Terkait Pelayanan Dasar, yang terdiri dari :

1. Urusan Pendidikan;
2. Urusan Kesehatan;
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
4. Perumahan Dan Kawasan Permukiman;
5. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat;
6. Urusan Sosial.

Nilai Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan pada Prioritas I sebagaimana disajikan


pada tabel 3.27, sebagiannya merupakan Prioritas Kedua (Prioritas II) yang
tergolong Urusan Wajib Terkait Pelayanan Dasar. Prioritas II adalah penyediaan
anggaran untuk program-program yang mendukung pencapaian Visi-Misi Kepala
Daerah, dimana sebagiannya merupakan program-program pada Urusan Wajib
Terkait Pelayanan Dasar, maka terdapat irisan antara Prioritas I dan Prioritas II.

III - 64
Rata-rata proporsi pada Prioritas I adalah sebesar 62,3%, Prioritas II sebesar
38,9% dan Prioritas Ketiga (Prioritas III) sebesar 16,9%. Hal ini dapat digambarkan
sebagaimana diagram berikut:

P2
44,3%
P3
P1P2 16,9%
18,1%

P1
20,8%

Gambar 3.22. Rata-rata Proporsi Prioritas I, II, dan III


Keterangan Gambar:
P1 = Prioritas I (tetapi bukan Prioritas II)
P2 = Prioritas II (tetapi bukan Prioritas I)
P1P2 = Prioritas I dan Prioritas II
P3 = Prioritas III

Berdasarkan diagram venn di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat proporsi


sebesar 18,1% dari total Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan yang termasuk
pada Prioritas I dan sekaligus Priorias II, yakni daerah yang berada pada area
irisan dalam diagram 3.21.

Sementara Prioritas III adalah untuk mendanai program-program selain yang


termasuk dalam Prioritas I dan Prioritas II.

III - 65
III - 66
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU
STRATEGIS DAERAH
4.1 Permasalahan Pembangunan
Permasalahan pembangunan yang disajikan pada sub bab ini merupakan
permasalahan pembangunan yang diperoleh dari bab sebelumnya yang berkaitan
dengan gambaran umum kinerja pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyuwangi. Permasalahan pembangunan diidentifikasi berdasarkan capaian
kinerja yang kemudian dilakukan telaah lebih mendalam dengan perangkat daerah
pengampu urusan terkait beserta juga dengan stakeholders lain. Sehingga
permasalahan pembangunan yang disajikan merupakan buah pikir dari proses
diskusi dan telaah terhadap kondisi kinerja pembangunan Kabupaten Banyuwangi.
Secara keseluruhan, berikut rekapitulasi identifikasi permasalahan
pembangunan di Kabupaten Banyuwangi:
1. Urusan Pendidikan:
• Belum merata dan optimalnya layanan akses dan mutu pendidikan anak
usia dini
• Belum optimalnya mutu layanan Pendidikan Anak Usia Dini
• Belum optimalnya layanan pendidikan inklusif
• Belum optimalnya Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Jawa Timur
• Belum optimalnya Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Banyuwangi jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Jawa Timur
• Belum memadainya kualitas dan ketersediaan fasilitas pendidikan
• Turunnya capaian proporsi sekolah dengan akses fasilitas tertentu pada
tahun 2019 (listrik, internet, komputer, infrastruktur dan materi memadai
bagi siswa disabilitas, air minum layak, fasilitas sanitasi dasar, fasilitas
cuci tangan)
• Belum terselenggaranya kurikulum muatan lokal yang terstandar
• Belum optimalnya jumlah tenaga pendidik pada jenjang pendidikan dasar
terutama di daerah dengan akses sulit dan daerah pedesaan
• Belum optimalnya tingkat pendidikan Tenaga Pendidik di satuan
pendidikan
• Masih terdapatnya lembaga pendidikan yang belum terakreditasi maupun
masih terakreditasi B

IV - 1
2. Urusan Kesehatan:
• Masih tingginya kasus kematian ibu melahirkan di wilayah Kabupaten
Banyuwangi
• Masih kurangnya pengetahuan ibu hamil dan keluarganya dalam
mengetahui gejala dan permasalahan kehamilan
• Seluruh layanan SPM (Standar Pelayanan Minimal) pada urusan
kesehatan belum mencapai target
• Masih adanya balita yang berstatus gizinya, pendek dan sangat pendek
• Belum tingginya pengetahuan ibu terhadap peningkatan gizi balitanya
• Masih tingginya kasus kematian bayi di Kabupaten Banyuwangi jika
dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur
• Masih tingginya kasus penyakit menular dan tidak menular di masyarakat
• Belum tingginya pengetahuan masyarakat terhadap kasus penyakit
menular dan tidak menular
• Belum tingginya kepedulian masyarakat terhadap imunisasi bayi, balita,
anak pra sekolah dan anak sekolah
• Masih adanya izin praktik tenaga kesehatan yang melewati batas waktu
perizinan
• Masih adanya tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
kompetensinya
• Masih kurang meratanya persebaran tenaga kesehatan yang sesuai teknis
kompetensinya
• Masih adanya izin pendirian usaha fasilitas layanan kesehatan yang
melewati batas waktu perizinan
• Belum tingginya kepedulian masyarakat terhadap standarisasi sertifikasi
usahanya
• Belum tingginya kesadaran masyarakat terhadap kepemilikan sertifikat
Laik Hygiene Sanitasi usahanya
• Belum optimalnya peran serta masyarakat terhadap program kesehatan
• Belum optimalnya ketersediaan prasarana edukasi promosi kesehatan ke
masyarakat
• Belum optimalnya pengembangan UKBM aktif di masyarakat

3. Urusan Pekerjaan Umum dan Tata Ruang


• Masih adanya jaringan irigasi dengan kondisi belum baik yang
mengakibatkan terjadinya penurunan debit air pada musim kemarau II
menjadi 10%
• Masih perlunya perbaikan beberapa kawasan pemukiman di wilayah sungai
diakibatkan banjir,tanah longsor dan erosi
• Belum optimalnya penyediaan akses air bersih terutama di kawasan
pedesaan
• Masih adanya 48,65% rumah tangga belum memiliki akses layanan sumber
air minum layak dan berkelanjutan
• Belum banyaknya rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi layak
• Masih adanya 5,61% rumah tangga belum memiliki akses terhadap layanan
sanitasi layak dan berkelanjutan.

IV - 2
• Masih adanya drainase dengan kondisi buruk/rusak
• Masih adanya ruas jalan lingkungan yang rusak
• Masih adanya target pada urusan Pekerjaan Umum dan Tata Ruang yang
belum tercapai
• Masih adanya ruas jalan yang belum terlayani LPJU
• Masih banyaknya ruas jalan yang mengalami kerusakan
• Masih kurangnya jumlah tenaga ahli yang yang memiliki sertifikat
kompetensi
• Masih banyaknya wilayah yang belum memiliki rencana tata ruang serta
rencana tata ruangnya belum ditetapkan menjadi Peratutan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah
4. Urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman
• Masih adanya ketidaksesuaian antara PSU yang tercantum pada siteplan dan
PSU yg akan diserahkan pada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
• Tidak adanya law enforcement bagi pengembang yang tidak mematuhi aturan
yang berlaku pada penyerahan PSU
• Belum adanya kelurahan/desa yang memiliki Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
5. Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
• Masih minimnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
• Masih belum adanya strategi mitigasi bencana kebakaran, serta minimnya
sarana prasarana pendukung pemadam kebakaran
• Masih terdapatnya anggota Linmas yang belum terampil dalam menangani
permasalahan yang ada di masyarakat
• Meningkatnya indeks risiko bencana di wilayah Kabupaten Banyuwangi
sebesar 7,34 poin pada tahun 2019
• Kurangnya kesiapsiagaan dan pendidikan mitigasi bencana (bencana alam,
non-alam dan wabah)
• Belum tersedianya strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat daerah
• Kurangnya peningkatan kapasitas operator pusdalops, Petugas TRC dan
Petugas Pembantuan PB
• Masih minimnya ketersediaan peralatan Penanggulangan Bencana
• Belum optimalnya pemulihan pasca bencana
6. Urusan Sosial
• Kurangnya penyediaan sarana prasarana kesiapsiagaan bencana
• Sulitnya memprediksi jumlah penyandang disabilitas terlantar, anak
terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya di luar panti
• Kurangnya penyediaan sarana prasarana untuk pemberdayaan sosial
• Masih terdapatnya Keluarga Miskin yang belum mendapatkan bantuan
Program PKH
• Belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat miskin maupun rentan melalui
bantuan sosial yang tepat sasaran

IV - 3
• Belum optimalnya Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di
Kabupaten Banyuwangi, terkendala validasi data yang belum selesainya
integrasi data DTKS yang di SIGN -NG
7. Urusan Tenaga Kerja
• Tingginya angka pengangguran
• Kurangnya pemahaman dan ketaatan para pelaku hubungan industrial
terhadap peraturan perundang undangan ketenagakerjaan
• Masih kurangnya tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi
• Belum optimalnya perlindungan Pekerja Migran
8. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
• Belum optimalnya sosialisasi penanganan kasus pada perempuan
• Kurangnya pengawasan dan pengetahuan terhadap perlindungan anak
• Belum optimalnya kebutuhan dasar keluarga
9. Urusan Pangan
• Masih belum optimalnya cadangan pangan yang dikelola masyarakat melalui
pemberdayaan kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat secara
berkelanjutan
• Masih perlu ditingkatkannya Penganekaragaman pangan dalam upaya
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal untuk mewujudkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
• Kurang optimalnya pengelolaan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
karena petani sebagai pelaku usaha seringkali dihadapkan pada realita
rendahnya minat konsumen lokal terhadap produk olahan atau produk
premiun pertanian dengan label harga di atas rata-rata, sedangkan jaringan
pemasaran untuk menjangkau konsumen luar kota masih kurang optimal
• Masih kurangnya minat dan pengetahuan masyarakat dalam pengembangan
olahan pangan lokal yang bergizi, bercitarasa, berestetika dan bernilai
ekonomi
10. Urusan Lingkungan Hidup
• Masih banyaknya pemilik kegiatan/usaha yang belum taat melaksanakan
ketentuan dalam peraturan bidang lingkungan hidup, sehingga berpotensi
melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
• Belum optimalnya pengelolaan lahan dan sumber air, pengelolaan
lingkungan perkotaan dan pengendalian pencemafran udara
• Masih terjadinya penurunan kualitas air
• Belum optimalnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup
11. Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
• Terjadinya penurunan persentase pelayanan bayi lahir procot pulang bawa
akta pada tahun 2019 mencapai 1,1 % menjadi 80,9 %
• Masih adanya anak usia 0-17 tahun yang belum memiliki Akta Kelahiran
• Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Akta Kematian,
Akta Perceraian dan dokumen kependudukan lainnya

IV - 4
12. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
• Masih banyaknya desa yang belum memiliki minat ekspansi usaha
melakukan kerjasama dengan pihak lain khususnya lembaga perekonomian
dan jasa pariwisata yang lebih besar baik swasta maupun pemerintah
• Masih banyaknya kelembagaan desa yang belum sesuai standar regulasi yang
berlaku
• Masih lemahnya kompetensi Sumber Daya Aparatur dan Lembaga Desa
dalam tata kelola Pemerintahan Desa
• Belum optimalnya lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat dalam
mendukung kegiatan ekonomi produktif dan pemberdayaan masyarakat
13. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
• Masih kurangnya kepesertaan masyarakat dalam program Keluarga
Berencana
• Masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait pentingnya pengendalian
angka kelahiran
• Masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait sistem informasi
kependudukan
14. Urusan Perhubungan
• Masih minimnya sarana dan parasarana perhubungan di Kabupaten
Banyuwangi
• Masih minimnya partisipasi masyarakat dalam penggunaan transportasi
umum, khususnya angkutan darat
• Belum terselenggaranya pengelolaan pelayaran dalam wilayah kabupaten
kota
• Belum terselenggaranya fasilitasi pendirian tempat tinggal landas dan
pendaratan helikopter
15. Urusan Komunikasi dan Informatika
• Nilai SPBE pada kebijakan tata kelola, kebijakan layanan dan perencanaan
belum mencapai target terutama nilai kelembagaan
• Belum optimalnya Pemeliharaan Keamanan Sistem Informasi di Kabupaten
Banyuwangi
16. Urusan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah
• Masih banyaknya lembaga koperasi yang tidak aktif
• Belum optimalnya tingkat kesehatan KSP/USP Koperasi
• Minimnya SDM pengelola koperasi yang memiliki sertifikasi kompetensi
• Minimnya diversifikasi usaha koperasi
• Menurunnya volume usaha koperasi akibat pandemi
• Minimnya pelaku usaha mikro yang tumbuh menjadi wirausaha mandiri
• Belum maksimalnya kemampuan SDM usaha mikro
• Minimnya diversifikasi usaha mikro
• Lemahnya perluasan jaringan dan kemitraan usaha mikro
• Belum optimalnya kemampuan untuk meningkatkan akses dan peluang
pasar.
• Belum optimalnya mentoring, fasilitasi dan pendampingan terhadap pelaku
usaha mikro

IV - 5
17. Urusan Penanaman Modal
• Masih adanya proses pelayanan perizinan yang belum sesuai dengan SOP
Pelayanan
• Belum ditetapkannya Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten
Banyuwangi dan regulasi tentang Pemberian Kemudahan dan
Fasilitas/Insentif Penanaman Modal
• Menurunnya minat investasi di masa pandemi Covid-19
• Belum optimlnya pengendalian penanaman modal
• Belum terintegrasinya data dan informasi penanaman modal
18. Urusan Kepemudaan dan Olah Raga
• Tingginya Tingkat Pengangguran terbuka usia kerja (pemuda)
• Tingginya tingkat kriminalitas pemuda
• Minimnya legalitas organisasi kepemudaan
• Belum optimalnya kualitas manajemen organisasi kepemudaan dan
kepramukaan
• Belum optimalnya SDM keolahagaan
• Belum meratanya sentra keolahragaan
• Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam kompetisi/festival
keolahragaan
• Terbatasnya bibit atlit potensial
• Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana olahraga
19. Urusan Statistik
• Belum optimalnya pemanfaatan data statistik dalam menyusun evaluasi
pembangunan daerah
• Belum optimalnya pemanfaatan data statistik dalam menyusun perencanaan
pembangunan daerah
20. Urusan Persandian
Belum tercapainya target nilai per area keamanan informasi yang diamankan
21. Urusan Kebudayaan
• Belum optimalnya pelestarian cagar budaya yang ada di Kabupaten
Banyuwangi
• Belum optimalnya pengelolaan keragaman budaya
• Belum optimalnya pengelolaan museum
22. Urusan Perpustakaan
• Belum maksimalnya indeks kegemaran membaca masyarakat
• Belum maksimalnya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
• Belum optimalnya pengadaan Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang di
lestarikan
23. Urusan Kearsipan
• Terbatasnya tempat penyimpanan arsip, pengelola dan keamanan
penyimpanan arsip
• Belum maksimalnya pemanfaatan arsip yang bersifat tertutup

IV - 6
24. Urusan Kelautan dan Perikanan
• Menurunnya volume produksi dan permintaan hasil produksi perikanan
• Belum optimalnya penguatan kelembagaan dan usaha kelompok (KUB,
Poklahsar, dan Pokdakan)
25. Urusan Pariwisata
• Masih minimnya pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang bersertifikat
kompetensi
• Belum optimalnya pengelolaan dan pengembangan destinasi pariwisata
• Menurunnya jumlah kunjungan wisata akibat pandemi Covid-19
• Belum optimalnya pengembangan ekosistem ekonomi kreatif
26. Urusan Pertanian
• Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Banyuwangi
• Masih banyaknya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
• Semakin menurunnya tingkat kesuburan atau produktivitas lahan karena
pengggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dalam jangka waktu lama,
sehingga produktivitas tanaman sulit ditingkatkan secara signifikan
• Masih lemahnya peran kelembagaan petani dalam meningkatkan
produktivitas dan manajemen pengelolaannya
• Masih adanya usaha produk hewan yagg belum bersertifikat PRA/NKV
• Masih rentannya ancaman penyakit zoonosis (yg menular dari hewan ke
manusia) seperti rabies, flu burung, brucellosis, antrax, dll akibat posisi
Banyuwangi sebagai pintu masuk lalu lintas ternak dari luar pulau Jawa
• Belum memadainya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan
air
27. Urusan Perdagangan
• Melemahnya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran akibat
pandemi
• Belum maksimalnya kualitas sarana distribusi perdagangan.
• Belum optimalnya kemampuan pelaku usaha perdagangan untuk
meningkatkan akses dan peluang pasar ekspor.
• Minimnya SDM penera alat UTTP
• Belum maksimalnya kemampuan pelaku usaha perdagangan untuk
meningkatkan akses dan peluang pasar produk dalam negeri
• Masih cukup tingginya fluktuasi harga barang kebutuhan pokok dan barang
penting
28. Urusan Perindustrian
• Minimnya keterisian database informasi industri dalam SIINAS
• Belum maksimalnya pertumbuhan nilai produksi industri kecil menengah
• Minimnya cakupan pengembangan sentra-sentra industri kecil menengah
29. Unsur Penunjang Pemerintahan
• Perlunya peningkatan kualitas SDM auditor melalui pemanfaatan teknologi
dalam penyelesaian temuan yang ada serta peningkatan sosialisasi kepada
penyelenggaraan negara terkait tertib administrasi keuangan.
• Masih adanya proses pelayanan perizinan yang belum sesuai dengan SOP
Pelayanan.

IV - 7
• Belanja modal kecenderungan mengalami penurunan.
• Proses dan mekanisme perencanaan pembangunan membutuhkan siklus
waktu yang panjang dalam rangkaian kegiatan yang berurutan sehingga
seringkali tidak tepat waktu.
• kekurangan sebesar 26,23% terkait persentase instansi pemerintah yang
memiliki Indeks Reformasi Baik dari targe SDG's sebesar 45%.
• perlunya mengoptimalkan capaian Indeks Reformasi Birokrasi.

4.2 Isu Strategis


4.2.1 Telaah Dinamika Global
1. Capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Banyuwangi
melalui Telaah KLHS
Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals / SDGs) tahun 2015-2030 secara resmi menggantikan transisi
dari berakhirnya Millenium Development Goals (MDGs). SDGs atau tujuan
pembangunan berkelanjutan adalah kelanjutan dari program MDGs. Berbeda
dengan MDGs yang hanya memiliki 8 tujuan, SDGs memiliki 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan 169 target. Oleh karena itu SDGs memiliki
cakupan yang lebih luas dan diharapkan mampu lebih tanggap akan kebutuhan
universal. Adapun tujuan SDGs mencaku p tiga dimensi dari pembangunan
berkelanjutan yaitu pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, serta perlindungan
terhadap lingkungan.
SDGs dibuat berdasarkan momentum keberhasilan MDGs. Tujuan SDGs
mencakup lebih banyak aspek kehidupan, dengan 5 poin yang menjadi pondasi
dalam pelaksanaannya yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan yang ingin mencapai tujuan tersebut di tahun 2030 maka disusunlah 17
tujuan global sebagai berikut:

IV - 8
Gambar 4. 1: 17 Tujuan SDGs

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/Sustainable Development Goals


(SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial masyarakat, pembanguanan yang menjaga kualitas lingkungan
hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola
yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi
berikutnya. TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya
untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu 1) Tanpa
Kemiskinan; 2) Tanpa Kelaparan; 3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; 4) Pendidikan
Berkualitas; 5) Kesetaraan Gender; 6) Air bersih dan Sanitasi Layak; 7) Energi Bersih
dan Terjangkau; 8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; 9) Industri,
Inovasi, dan Infrastruktur; 10) Berkurangnya Kesenjangan; 11) Kota dan
Permukiman yang Berkelanjutan; 12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung
Jawab; 13) Penanganan Perubahan Iklim; 14) Ekosistem Lautan; 15) Ekosistem
Daratan; 16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh; 17) Kemitraan
untuk Mencapai Tujuan.
Ketersediaan Data SDG’s Kabupaten Banyuwangi yang masih juga sangat
minim. Dari total data yang tersedia, terdapat 89 indikator atau 40,45% yang
tersebar dalam 17 tujuan SDG’s telah mencapai target. Sedangkan 38 indikator atau
17,27% indikator belum mencapai target, dan sisanya adalah 17 indikator atau
7,73% indikator belum dilaksanakan, dan 58 indikator atau 26,36% indikator tidak
terdapat datanya. Untuk itu tantangan kedepan Kabupaten Banyuwangi terhadap
capaian SDG’s yang paling utama adalah mencakup kebutuhan data, melaksanakan
indikator yang belum dilaksanakan, dan terakhir adalah mencapai indikator yang
belum tercapai.
Melihat pada pengelompokkan indikator dalam skenario tanpa upaya
tambahan dan dengan upaya tambahan, selanjutnya dapat digunakan sebagai

IV - 9
dasar dalam merumuskan isu strategis dan rekomendasi. Perumusan isu strategis
KLHS RPJMD diperoleh dengan memperhatikan pada hasil analisis capaian TPB,
dimana dari masing-masing indikator yang relevan selanjutnya akan diambil
permasalahan dan isu utama. Selain itu, perumusan isu strategis KLHS RPJMD
dilakukan dengan melihat pada berbagai permasalahan yang dihasilkan dari
analisis Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT). Mengingat dari keseluruhan
permasalahan yang terjadi nantinya perlu mendapatkan penanganan khusus
(dengan upaya tambahan) yang dituangkan dalam rekomendasi. Berdasarkan
permasalahan dan isu utama yang dihasilkan selanjutnya dilakukan perumpunan
berdasarkan kelompok urusan untuk mempermudah dalam perumusan isu
strategis. Untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan permasalahan, isu
utama dan rumusan isu strategis KLHS RPJMD Kabupaten Banyuwangi dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 1: Isu Strategis KLHS RPJMD Kabupaten Banyuwangi


Kode
Permasalahan Isu Strategis
Indikator
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/ MI/ Menjamin
4.1.1.(d) sederajat masih kurang sebesar 11,28% dari Aksesibilitas
target nasional Pendidikan yang
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/ MTs/ Adil dan Merata
4.1.1.(e) sederajat masih kurang sebesar 1,7% dari
target nasional.
Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang
4.5.1* SMP/ MTs masih kurang sebesar 1,9% dari
target nasional.
Presentase angka melek aksara penduduk
4.6.1.(a) umur ≥15 tahun masih kurang sebesar 4,39%
dari target nasional
Proporsi sekolah dengan akses fasilitas Pemenuhan
tertentu (listrik, internet, komputer, Kebutuhan
infrastruktur dan materi memadai bagi siswa Fasilitas Dasar
4.a.1*
disabilitas, air minum layak, fasilitas sanitasi Pendidikan
dasar, fasilitas cuci tangan) masih kurang
sebesar 0,12% dari target nasional
1.3.1.(a) & Sebanyak 58,60% penduduk masih belum Menjamin
3.8.2.(a) menjadi peserta SJSN Bid. Kesehatan Kesehatan
Sebanyak 46,81% penduduk yang bekerja Masyarakat Melalui
1.3.1.(b) &
masih belum menjadi peserta SJSN Bid. kebijakan Jaminan
10.4.1.(b)
Ketenagakerjaan Kesehatan
Penduduk yang memperoleh cakupan Masyarakat
asuransi kesehatan atau sistem kesehatan
3.8.2*
masyarakat mengalami penurunan sebesar
0,53% dari tahun 2018

IV - 10
Kode
Permasalahan Isu Strategis
Indikator
Masih terdapat sebesar 62,53% anak umur Pentingnya
1.4.1.(b) 12-23 bulan yang belum menerima imunisasi pemenuhan Gizi
dasar lengkap Bayi, Imunisasi
Angka Kematian Balita (AKBa) mengalami dasar dan
3.2.1*
peningkatan dari tahun 2018 sebesar 0,05 Peningkatan
Sebanyak 0,34% penduduk masih menderita Kesadaran
3.4.1.(b)
tekanan darah tinggi
Persentase tenaga kerja formal belum Perluasan
8.3.1.(a)
mencapai target nasional sebesar 48,81% Kesempatan Kerja
Persentase tenga kerja informal sektor dan Pemerataan
8.3.1.(b)
pertanian belum mencapai target nasional Ekonomi
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) belum
8.5.2*
mencapai target nasional
Laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja
8.2.1* mengalami penurunan sebesar 0,53% dari
tahun 2018
Persentase sampah perkotaan yang tertangani Pentingnya
11.6.1.(a) masih kurang sebesar 55% dari target Penanganan
nasional Sampah Yang
Jumlah limbah B3 yang dikelola masih Komprehensif
12.4.2.(a) kurang sebesar 294.307,665 Ton dari target
nasional
Timbulan sampah yang didaur ulang memiliki
12.5.1.(a) kekurangan sebesar 12,24 Kg per hari dari
target nasional.
Masih terdapat 5 jaringan informasi sumber Pentingnya
6.5.1.(c)
daya air yang belum dibentuk Pengelolaan
Tidak terdapat insentif penghematan air Sumber daya Air
6.4.1.(b)
pertanian/ perkebunan dan industri
Sebanyak 48,65% rumah tangga belum Perlunya
1.4.1.(d) &
memiliki akses layanan sumber air minum Pemerataan
6.1.1.(c)
layak dan berkelanjutan terhadap Akses
Masih terdapat 5,61% rumah tangga yang Layanan Air Minum
6.1.1.(a)
belum memiliki akses pada air minum layak dan Sanitasi Layak
Penurunan populasi masyarakat yang
6.2.1.(a) memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun
sebesar 5,85% dari tahun 2018
Sebanyak 5,61% rumah tangga belum Perlunya
1.4.1.(e) memiliki akses terhadap layanan sanitasi Pemerataan
layak dan berkelanjutan. terhadap
Sebanyak 5,61% rumah tangga belum infrastruktur
6.2.1.(b) memiliki akses terhadap layanan sanitasi Sanitasi Layak
layak

IV - 11
Kode
Permasalahan Isu Strategis
Indikator
Belum ada kelurahan/ desa yang memiliki
6.2.1.(c)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Rumah tangga yang terlayani sistem
6.3.1.(b) pengelolaan lumpur tinja mengalami
penurunan
Keberpihakan
Proporsi perempuan dewasa dan anak
terhadap
perempuan (umur 15-64 tahun) yang
Perlindungan
mengalami kekerasan (fisik, fisik dan seksual,
5.2.1* Perempuan dan
serta emosional) oleh pasangan atau mantan
Anak, serta
pasangan dalam 12 bulan terakhir mengalami
Pemberdayaan
peningkatan.
Perempuan
Masih terdapat sekitar 52.687 Keluarga Pemerataan
1.3.1.(d) Miskin yang masih mendapatkan bantuan Pendapatan
Program PKH Masyarakat untuk
Masih terdapat kekurangan 0,02 untuk Pengentasan
10.1.1* mencapai target Indeks Koefisien Gini sebesar Kemiskinan
0,36
Belum tersedianya kerangka legislasi, Konservasi
administrasi, dan kebijakan untuk Ekosistem dan
15.6.1* memastikan pembagian keuntungan yang adil Daratan
dan merata terkait pemanfaatan sumber daya Penganekaragaman
genetika Sumber Daya
Belum tersedianya Dokumen Rencana Hayati
15.9.1.(a)
Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
Peningkatan luas lahan kritis yang
15.3.1.(a)
direhabilitasi masih kurang sebanyak 15,20%
Pencapaian Indeks Risiko Bencana Indonesia Perlunya
11.5.1.(a) masih kurang sebesar 15,44% dari target Peningkatan
nasional Mitigasi Bencana
Pendampingan psikososial korban bencana dan Pemberian
1.5.1.(c) sosial masih sebanyak 113 (kurang sebanyak Pelayanan Khusus
46 dari target) terhadap Korban
Belum tersedianya Dokumen strategi Bencana
1.5.3* &
pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat
11.b.2*
daerah
Masih terdapat kekurangan sebesar 26,23% Tata Laksana
terkait persentase instansi pemerintah yang Birokrasi
16.6.1.(d)
memiliki Indeks Reformasi Baik dari target
sebesar 45%
Belum adanya proyek yang ditawarkan Tantangan
17.17.1.(a)
dengan skema KPBU Peningkatan PAD,
Belum adanya alokasi penyiapan proyek yang Pengelolaan Belanja
17.17.1.(b)
ditawarkan dengan skema KPBU Daerah, dan

IV - 12
Kode
Permasalahan Isu Strategis
Indikator
Belum adanya lembaga pembiayaan Penyediaan
11.3.2.(b)
infrastruktur di Kab. Banyuwangi Alternatif
Masih terdapat kekurangan sebesar 37,98% Pembiayaan Daerah
16.6.1.(c) dari target sebesar 80% penggunaan e-
procurement terhadap belanja pengadaan.
Rasio pajak terhadap PDRB masih mencapai
17.1.1.(a)
0,3%

Berdasarkan daftar permasalahan atau isu utama yang dihimpun dari


berbagai indikator TPB dan berdasarkan hasil analisis DDDT sebagaimana telah
disajikan pada tabel di atas, maka selanjutnya dilakukan penyusunan isu strategis,
dimana jumlah isu strategis yang dihasilkan sebanyak 15 isu. Adapun daftar dari
15 isu strategis terkait dengan KLHS RPJMD di Kabupaten Banyuwangi meliputi:
1. Menjamin Aksesibilitas Pendidikan yang Adil dan Merata;
2. Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Dasar Pendidikan;
3. Menjamin Kesehatan Masyarakat Melalui kebijakan Jaminan Kesehatan
Masyarakat;
4. Pentingnya pemenuhan Gizi Bayi, Imunisasi dasar dan Peningkatan
Kesadaran;
5. Perluasan Kesempatan Kerja dan Pemerataan Ekonomi;
6. Pentingnya Penanganan Sampah Yang Komprehensif;
7. Pentingnya Pengelolaan Sumber daya Air;
8. Perlunya Pemerataan terhadap Akses Layanan Air Minum dan Sanitasi
Layak;
9. Perlunya Pemerataan terhadap infrastruktur Sanitasi Layak;
10. Keberpihakan terhadap Perlindungan Perempuan dan Anak, serta
Pemberdayaan Perempuan;
11. Pemerataan Pendapatan Masyarakat untuk Pengentasan Kemiskinan;
12. Konservasi Ekosistem dan Daratan Penganekaragaman Sumber Daya
Hayati;
13. Perlunya Peningkatan Mitigasi Bencana dan Pemberian Pelayanan
Khusus terhadap Korban Bencana;
14. Tata Laksana Birokrasi;
15. Tantangan Peningkatan PAD, Pengelolaan Belanja Daerah, dan
Penyediaan Alternatif Pembiayaan Daerah.

2. Peluang dan Tantangan Revolusi Industri


Era Revolusi Industri keempat ini diwarnai oleh kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis,
dan inovasi. Perubahan tersebut terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan
berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Pada era ini
semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global.

IV - 13
Gambar 4. 2: Peluang Tantangan Revolusi Industri

Industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di jerman
pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industri ini merupakan
suatu proses industri yang terhubung secara digital yang mencakup berbagai jenis
teknologi, mulai dari 3D printing hingga robotik yang diyakini mampu
meningkatkan produktivitas. Sebelum ini telah terjadi tiga revolusi industri yang
ditandai dengan:

a. Ditemukannya mesin uap dan kereta api tahun 1750-1930;


b. Penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak tahun 1870-1900;
c. Penemuan computer, internet, dan telepon genggam tahun 1960-sekarang.
d. Lompatan besar terjadi dalam sektor industry di era revolusi industri
keempat, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan
sepenuhnya. Pada era ini model bisnis mengalami perubahan besar, tidak
hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri.
Karakteristik industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi-
teknologi terbaru, yaitu:
a. Sistem siber-fisik (Cyber-Physical Systems)
Sistem siber-fisik meningkatkan kemampuan untuk mengontrol dan
memonitor proses fisik, dengan bantuan sensor, robot cerdas, drone, printer
3D dan lain sebagainya.
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication
Technology).
Digitalisasi dan menyebarluasnya aplikasi ICT memungkinkan untuk
mengintegrasikan semua sistem diseluruh pasokan dan rantai nilai sehingga
dapat mengagregasikan data di semua level. Seluruh informasi terdigitalisasi
dan kesesuaian sistem di dalam dan antar perusahaan terintegrasi dalam
setiap tahapan antar pembuatan dan penggunaan siklus hidup produk.

IV - 14
c. Jaringan komunikasi (Network Communications).
Jaringan komunikasi dengan kualitas tinggi yang terpercaya menjadi
kebutuhan paling penting bagi industri 4.0 dan karenanya sangat penting
untuk mengembangkan infrastruktur jaringan internet di mana dibutuhkan.
Jaringan dengan kemampuan internet yang tinggi mampu menghubungkan
antar komponen ini sehingga dapat melakukan desentralisasi dan
pengaturan mandiri dari pengoperasian sistem siber-fisik (Cyber-Physical
Systems).
d. Big Data dan Cloud Computing.
Dengan penggunaan big data dan komputasi awan (Cloud Computing),
informasi yang diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk
memodelkan, memvirtualisasi dan mensimulasi produk dan proses
manufakturnya. Model ini disebut sebagai kembar digital (Digital Twins), atau
peralatan bayangan (Device Shadows). Digital twins adalah pendamping
komputerisasi (Computerized Companion) dari aset fisik yang mampu
melakukan monitoring, diagnosis, dan prognosis aset secara langsung (Real
Time).
e. Peningkatan kemampuan peralatan untuk interaksi dan kooperasi manusia-
komputer (Human-Computer) dan pemodelan (Modeling), virtualisasi dan
simulasi.
Industri 4.0 memiliki potensi peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan
konsumen secara individual, fleksibilitas produksi, optimalisasi pengambilan
keputusan, efisiensi dan produktivitas sumber daya, perubahan tempat kerja secara
demografik, tenaga kerja dan dunia kerja yang seimbang, dan ekonomi kompetitif
dengan upah yang tinggi. Pada saat pemerintah memutuskan untuk beradaptasi
dengan sistem industri 4.0, maka pemerintah juga harus memikirkan
keberlangsungannya. Jangan sampai penerapan sistem industry digital ini hanya
menjadi beban karena tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Banyak hal yang
harus dipersiapkan seperti: peran para pengambilan keputusan, tata kelola,
manajemen risiko implementasi sistem, akses publik pada teknologi, dan faktor
keamanan sistem yang diimplementasikan. Selain itu pemerintah juga harus
mempersiapkan sistem pendataan yang berintegritas, menetapkan total
harga/biaya kepemilikan sistem, mempersiapkan paying hukum dan mekanisme
perlindungan terhadap data pribadi, menetapkan standar tingkat pelayanan,
menyusun peta jalan strategis yang bersifat aplikatif dan antisipatif, serta memiliki
design thinking untuk menjamin keberlangsungan industri.
Selain mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, industry 4.0 juga
memiliki dampak negative. Industri 4.0 ini akan mengacaukan bisnis konvensional
dan mengurangi permintaan terhadap tenaga kerja. Untuk itu pemerintah harus
mempersiapkan strategi antisipatif terhadap perekonomian nasional. Transformasi
industri 4.0 memberikan dampat positif, dimana peran dunia usaha dan organisasi
sosial dinilai sangat strategis dalam memperkuat kemandirian ekonomi bangsa,
sehingga pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan lebih kuat untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi 5%. Meningkatnya kemandirian ekonomi
mendorong dapat memperkuat orientasi kewirausahaan gunua pertumbuhan lebih
baik sehingga dapat mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat secara merata.

IV - 15
Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa transformasi sektor
industry ke industry 4.0 dapat menjadi peluang atau ancaman terhadap Kabupaten
Banyuwangi. Ancaman terbesar dengan revolusi industry ini ialah Kabupaten
Banyuwangi yang saat ini masih bertumpu terhadap industri padat karya akan
terancam, menginat kecerdasan buatan yang mungkin diterapkan pada sektor-
sektor tertentu akan memberikan dampak terhadap kebutuhan tenaga kerja
semakin berkurang dan digantikan dengan komputer maupun mesin. Dalam
perspektif sektor bisnis dan pengusaha Revolusi Industri 4.0 justru menguntungkan
jangka panjang, hal tersebut dikarenakan dengan jumlah tenaga kerja yang dapat
digantikan fungsi dan perannya oleh komputer.
Oleh karena itu berikut merupakan beberapa poin-poin penting sebagai
bentuk persiapan Kabupaten Banyuwangi dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0:
a. Sektor Pariwisata yang merupakan sektor unggulan Kabupaten
Banyuwangi harus lebih inovatif dalam menangkap peluang revolusi
industry 4.0. Industri pariwisata harus diintegrasikan dengan sistem dan
teknologi mulai dari hulu hingga hilir, sehingga akan dapat memperluas
pasar, mengembangkan diversifikasi produk dan jasa wisata, dan
meningkatkan pelayanan wisatawan melalui sistem dan teknologi.
b. Sektor UMKM dan Industri yang akan berdampak secara signifikan adalah
mulai merubah mind set konfensional ke modern berbasis dengan teknologi.
Hal tersebut tentunya untuk dapat bertahan dimana dengan terbukanya
pasar seluas mungkin, maka pesaing tidak hanya dari Kabupaten
Banyuwangi, namun juga dari seluruh Indonesia bahkan manca negara.
Sehingga disaat tidak dapat memanfaatkan ancaman menjadi peluang yang
terjadi akan tergerus. Khususnya untuk sektor industri padat karya,
sebelum berencana menggantikan SDM menjadi mesin atau teknologi
setidaknya melakukan kajian terlebih dahulu sehingga menemukan titik
equilibrium antara SDM dengan teknologi. Sehingga meminimalisir
mengorbankan SDM khususnya masyarakat Kabupaten Banyuwangi.
c. Sektor Pertanian dan Kelautan yang saat ini menjadi sektor dengan
kontribusi terbesar di Kabupaten Banyuwangi, dapat memanfaatkan
teknologi dan sistem informasi dalam pemasaran produk pertanian atau
kelautan. Permasalahan yang selama ini menghambat majunya petani
salah satunya ialah pada sektor pemasaran, panjangnya rantai pemasaran
pertanian mengakibatkan minimnya laba yang diterima oleh petani,
dikarenakan banyak tereduksi pada rantai pemasaran. Sehingga dengan
mendekatkan petani kepada pasar, harapannya dapat mensejahterakan
petani. Sedangkan pada sektor produksi pemanfaatan teknologi dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi tanaman dan kelautan.
Bahkan dapat dimanfaatkan juga kedalam produk olahan setengah jadi
maupun produk jadi, sehingga difersifikasi produk semakin meningkat.
d. Sedangkan untuk jangka panjang meningkatkan kualitas SDM melalui
pendidikan merupakan poin penting yang merupakan isu strategis
pembangunan masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut guna
menyiapkan SDM yang berdaya saing dan berkualitas guna menghadapi
Industri 4.0. Tidak hanya sebatas baca tulis, namun SDM Kabupaten
Banyuwangi harus di tingkatkan melek teknologi, mengingat ancaman

IV - 16
mengenai pesaing masyarakatn Kabupaten Banyuwangi tidak hanya
masyarakat dari luar melainkan mesin dan komputer merupakan pesaing
baru dalam berbagai sektor.

4.2.2 Telaah Dinamika Pembangunan Nasional


1. Telaah Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2019-2024
Merujuk terhadap UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dapat
dijelaskan bahwa kewenangan pemerintah pusat dan daerah ditafsirkan melalui
otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem NKRI. Kebijakan desentralisasi dimaksudkan
untuk memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada daerah, untuk mengurus
rumah tangganya sendiri.
Namun terlepas dari penjelasan diatas, tanggung jawab akhir dari
penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang di serahkan kepada daerah
akan tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (pusat). Hal tersebut
mengingat externalitas akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi
tanggung jawab negara. Prinsip otonomi daerah memang telah memberikan pintu
yang lebar untuk daerah dapat menjalankan urusannya, namun dengan catatan
tetap memiliki sinkronisasi dan integrase pembangunan terhadap pemerintah
diatasnya, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat. Hal tersebut sejalan
dengan tujuan UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional yakni adalah menjamin terciptanya integrase, sinkronisasi, dan sinergi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Mengacu terhadap prinsip tersebut, maka dalam penyusunan RPJMD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 penting untuk memperhatikan RPJM
Nasional. Menindaklanjuti hal tersebut, seperti yang kita tahu RPJM Nasional saat
ini adalah pada tahap ke 3 yakni tahun 2014-2019. Sedangkan RPJM Nasional
tahap ke 4 atau tahun 2019-2024 dijadikan acuan pembangunan, Oleh karena itu,
untuk dapat menerka prioritas nasional pada tahun 2019-2024 maka harus
memperhatikan tahapan dan skala prioritas RPJP Nasional pada tahap ke IV dan
arahan RPJMN 2020-2024.
Visi Misi Presiden 2020-2024 disusun berdasarkan arahan RPJPN 2020-
2025. RPJMN 2020-2024 dilaksanakan pada periode kepemimpinan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan visi “Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Visi tersebut diwujudkan melalui 9 (sembilan) Misi yang dikenal sebagai
Nawacita Kedua.
Sebagai upaya mencapai Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong berikut dikrucutkan terhadap 9 Misi untuk
mewujudkan pembangunan nasional yakni sebagai berikut:

IV - 17
Gambar 4. 3: 9 Misi untuk mewujudkan pembangunan nasional

RPJMN 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai sasaran Visi


Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju. Untuk itu, penguatan proses transformasi
ekonomi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus
utama dalam rangka pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya manusia,
layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik
Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam
pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima
arahan tersebut mencakup Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan
Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan
Transformasi Ekonomi sebagaimana berikut:
1. Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama industri dan
talenta global.
2. Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan
produksi dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata,

IV - 18
mendongkrak lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah
perekonomian rakyat.
3. Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law,
terutama menerbitkan 2 undang-undang. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja.
Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.
4. Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas
prosedur dan birokrasi yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya
saingmanufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi
kemakmuranbangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

RPJPN 2005 – 2025, Visi Indonesia 2045, dan Visi Misi Presiden menjadi
landasan utama penyusunan RPJMN 2020–2024, yang selanjutnya diterjemahkan
ke dalam 7 agenda pembangunan. Berikut merupakan linieritas 7 agenda
pembangunan nasional dengan 9 agenda prioritas pembangunan Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026.

Tabel 4.2: Linieritas 7 agenda pembangunan Nasional dengan 9 agenda


prioritas pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026
9 Program Prioritas Kabupaten
7 Agenda Pembangunan Nasional
Banyuwangi
Penguatan Sektor Pertanian, Perikanan,
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk
UMKM dan Pariwisata
Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Pemulihan Ekonomi Akibat Covid-19 dan
Bekeadilan
Pembukaan Lapangan Kerja
Perlindungan Perempuan, Anak, Difabel dan
Mengembangkan Wilayah untuk Kelompok Marginal
Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Percepatan Pengurangan Kemiskinan
Pemerataan Menjaga Stabilitas Sosial, Keagamaan dan
Kerukunan Warga
Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan
untuk SDM Unggul
Meningkatkan Sumber Daya Manusia
yang Berkualitas dan Berdaya Saing Peningkatan Akses dan Kualitas Kesehatan
yang berorientasi pada preventif
Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan
Perubahan Iklim Percepatan Pemerataan Infrastruktur
Memperkuat Infrastruktur untuk dengan memperhatikan ekologi lingkungan
Mendukung Pengembangan Ekonomi
dan Pelayanan Dasar
Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Pemantapan Transformasi Digital dan
Transformasi Pelayanan Publik Reformasi Birokrasi

IV - 19
Sesuai arah kebijakan dan strategi yang tercantum pada RPJMN 2020-2024,
Banyuwangi termasuk dalam arah kebijakan peningkatan nilai tambah ekonomi
yang mencakup Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di
sektor riil, dan industrialisasi. Arahan tersebut pada pengembangan destinasi
pariwisata difokuskan pada peningkatan kesiapannya untuk menampung
peningkatan kunjungan wisatawan. Sasaran destinasi pariwasata meliputi
ekowisata TN Alas Purwo, TN Baluran, dan TWA Kawah Ijen, dan geopark. Selain
itu dalam Lampiran 3 Dokumen RPJMN Tahun 2020-2024 dijelaskan bahwa
terdapat beberapa program prioritas nasional yang memiliki lokus di Kabupaten
Banyuwangi, berikut merupakan beberapa program prioritas, kegiatan prioritas,
dan proyek prioritas yang mana dapat menjadi perhatian Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyuwangi dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026:

Tabel 4. 3: program prioritas, kegiatan prioritas, dan proyek prioritas RPJMN


Tahun 2020-2024
Program Prioritas Kegiatan Prioritas Proyek Prioritas
Proyek
Nasional Nasional Nasional
Program Prioritas Peningkatan SDM Sarana dan
Peningkatan dan riset Prasarana
Peningkatan SDM
Pengelolaan kemaritiman dan Pelatihan dan
kelautan dan
Kemaritiman, kelautan serta Penyuluhan
perikanan
Perikanan Dan database kelautan Kelautan dan
Kelautan dan perikanan Perikanan
Peningkatan
Peningkatan daya
Peningkatan Jalur KA di
saing destinasi dan
Aksesibilitas, Jawa Timur
Peningkatan Nilai industri
Amenitas, dan (Surabaya -
Tambah, Lapangan pengolahan
Atraksi, serta Daya Banyuwangi;
Kerja, Dan pariwisata,
Dukung Destinasi Surabaya-
Investasi Di Sektor termasuk wisata
Pariwisata Malang; Bangil-
Riil, Dan alam, yang
Kertosono)
Industrialisasi didukung
Pengembangan 16
penguatan rantai Pusat informasi
Destinasi
pasok Geopark
Pariwisata Geopark
Penyediaan air
Pengelolaan Air
Penyediaan dan baku di
Infrastruktur Tanah dan Air
pengamanan air kawasan
Pelayanan Dasar Baku
baku dan air tanah strategis (KI,
Berkelanjutan
KEK, DPP)
Peningkatan, Peningkatan
Pemeliharaan, Jalur KA di
Perawatan dan Jawa Timur
Infrastruktur Konektivitas Kereta
Pengoperasian (Surabaya -
Ekonomi Api
Jaringan Banyuwangi;
Prasarana Kereta Surabaya-
Api Malang; Bangil-

IV - 20
Program Prioritas Kegiatan Prioritas Proyek Prioritas
Proyek
Nasional Nasional Nasional
Program
Dukungan
Manajemen Dan
Pengelolaan Krisis Pengurangan risiko
Pelaksanaan Tugas
Kesehatan krisis kesehatan
Teknis Lainnya
Kementerian
Kesehatan

Berdasarkan uraian diatas, untuk menjamin kesesuaian antara Rencana


Pembangunan Nasional Tahun 2020-2024, Rencana Pembangunan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2019-2024, dan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026,
berikut merupakan matriks keselarasan Misi RPJMN, Misi RPJMD Provinsi Jawa
Timur, dan Misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi yang diuraikan dalam matriks
bersanding.

Tabel 4. 4: Misi RPJMN, Misi RPJMD Provinsi Jawa Timur, dan Misi RPJMD
Kabupaten Banyuwangi
Misi Pembangunan
Nawacita Kedua 2020- Misi Pembangunan
Kabupaten
2024 Provinsi Jawa Timur
Banyuwangi 2021-
(Misi RPJMN) 2019-2024
2026
Mewujudkan Keseimbangan
Struktur Ekonomi yang
Pembangunan Ekonomi,
Produktif,
Baik antar Kelompok, antar Misi I
Mandiri, dan Berdaya
Sektor dan Keterhubungan Membangun Ekonomi
Saing
Wilayah. Inklusif dan
Mencapai Lingkungan Melaksanakan Pemerataan
Hidup Pembangunan Berdasarkan Infrastruktur yang
yang Berkelanjutan Semangat Gotong Royong, mampu mengungkit
Berwawasan Lingkungan produktifitas sektor
untuk Menjamin unggulan dan
Pembangunan yang
Keselarasan Ruang Ekologi, menguatkan ketahanan
Merata
Ruang Sosial, Ruang lingkungan
dan Berkeadilan
Ekonomi dan Ruang
Budaya.
Perlindungan bagi
Terciptanya Kesejahteraan
Segenap
yang Berkeadilan Sosial,
Bangsa dan Memberikan Misi II
Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Membangun SDM
Dasar Terutama Kesehatan
Aman pada Seluruh Unggul Berkharakter
dan Pendidikan, Penyediaan
Warga dan Harmonisasi Sosial
Lapangan Kerja dengan
Peningkatan Kualitas yang Kondusif
Memperhatikan Kelompok
Manusia
Rentan.
Indonesia

IV - 21
Misi Pembangunan
Nawacita Kedua 2020- Misi Pembangunan
Kabupaten
2024 Provinsi Jawa Timur
Banyuwangi 2021-
(Misi RPJMN) 2019-2024
2026
Kemajuan Budaya yang
Mencerminkan
Kepribadian
Bangsa
Pengelolaan Pemerintahan
yang Bersih, Efektif, dan
Tata Kelola Pemerintahan
Terpercaya
yang Bersih, Inovatif,
Sinergi Pemerintah Misi III
Terbuka, Partisipatoris
Daerah dalam Kerangka Membangun Layanan
Memperkuat Demokrasi
Negara Kesatuan Publik dan Tatakelola
Kewargaan untuk
Penegakan Sistem Hukum Pemerintahan yang
Menghadirkan Ruang Sosial
yang Inovatif dan Dinamis
yang menghargai prinsip
Bebas Korupsi,
Kebhinekaan.
Bermartabat, dan
Terpercaya

2. Isu Covid-19
Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus corona penyebab
Covid-19 pada awal Maret 2020. Sejak itu, berbagai upaya penanggulangan
dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi Covid-19 di berbagai
sektor. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi
juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona. Pembatasan aktivitas
masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada
perekonomian. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini menyebut bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan
sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu.
Dampak nya terjadi pengangguran meningkat. Terhambatnya aktivitas
perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk
menekan kerugian, Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan
diberhentikan (PHK). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker)
per 7 April 2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan
di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap
pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini.
Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan
137.489 pekerja di-PHK dari 22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah
perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal adalah sebanyak 34.453
perusahaan dan 189.452 orang pekerja.
Krisis ekonomi yang terjadi sebagai akibat pendemi Covid-19 telah
mempengaruhi kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia. Sejumlah tenaga kerja telah
dirumahkan termasuk pengurangan jam kerja karena krisis telah menimbulkan

IV - 22
gangguan operasional perusahaan. Banyak pula pekerja di sektor informal
kehilangan pekerjaan. Mobilitas tenaga kerja juga menjadi terbatas karena PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan PPKM Mikro, sehingga menurunkan
produktivitas tenaga kerja. Pada februari 2021 tercatat adanya peningkatan jumlah
Angkatan kerja sebesar 1.59 juta orang dibandingkan Agustus 2020 menjadi
sebanyak 139.81 juta orang angkata kerja. Berdasarkan survei Angkatan kerja
nasional (Sakernas) februari 2021, sektor yang paling besar mengalami peningkatan
penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar
29.59 persen.
Upaya pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 masih terus
dilakukan. Setelah PSBB pemerintah mengeluarkan pembatasan kegiatan
masyarakat. Langkah ini diharapkan bisa menjadi momentum munculnya aksi
terpadu untuk mencegah penularan Covid-19 antara pusat, daerah, dan
antardaerah itu sendiri. Berikut tahapan kebijakan kebijakan untuk menekan
penularan di masyarakat:

PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar)


PSBB merupakan istilah pertama yang diberlakukan pemerintah untuk
mengantisipasi penyebaran virus corona pada bulan April 2020. Kebijakan ini diatur
lewat Permenkes nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019.
Dalam peraturan tersebut, Menteri Kesehatan berwenang untuk menetapkan
PSBB di suatu wilayah. Setiap kepala daerah harus mengajukan usulan PSBB
terlebih dahulu kepada Menkes.

PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Jawa-Bali


Kebijakan ini pertama kali diberlakukan hanya di wilayah Jawa-Bali mulai
11 sampai 25 Januari 2021. Saat itu, angka kasus Covid-19 melonjak pasca libur
Natal dan Tahun Baru. Sebelumnya, pemerintah DKI Jakarta sempat memakai
istilah PSBB transisi. PSBB transisi merupakan fase pelonggaran dari PSBB awal.
Secara aturan, PPKM Jawa-Bali lebih longgar dibandingkan dengan PSBB.
Sejumlah kegiatan bisnis dan perkantoran sudah diizinkan beroperasi dengan
syarat pembatasan kapasitas dan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dalam
penerapannya, PSBB menutup semua kegiatan perkantoran dan industri non
esensial. Termasuk pusat perbelanjaan. Pengetatan kapasitas kendaraan dan
larangan makan ditempat bagi restoran dan rumah makan juga diterapkan dan
diawasi dengan ketat.
PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro
Setelah hampir satu bulan menerapkan PPKM Jawa-Bali, pemerintah
mengeluarkan kebijakan baru lagi yang disebut PPKM skala mikro, dimulai 9
Februari 2021. Tujuannya, untuk menekan kasus positif dan melandaikan kurva
sebagai prasyarat utama keberhasilan dalam penanganan Covid-19 dengan
pengaturan di tingkat RT/RW.
Dalam penerapan aturan ini, pemerintah mengeluarkan pembeda zona
berdasarkan tingkat lingkungan. Aturan yang diberlakukan juga mengikuti label
zona masing-masing lingkungan.

IV - 23
Penebalan PPKM Mikro
Pada pertengahan Juni, Pemerintah memberlakukan kebijakan Penebalan
PPKM Mikro saat angka kasus Covid-19 terpantau kembali meningkat. Sejumlah
aturan terkait kebijakan ini diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14
Tahun 2021.
Tak banyak berbeda, sejumlah aturan dalam masa penerapan kebijakan ini juga
mengikuti label zona masing-masing lingkungan.

PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat


Pasca libur hari raya Idul Fitri dan ditemukannya virus varian baru, varian
Delta asal India, Presiden Joko Widodo mengumumkan penerapan aturan baru,
yakni PPKM Darurat. PPKM darurat diklaim lebih ketat ketimbang PSBB dan PPKM
mikro. Awalnya kebijakan ini hanya diberlakukan di Jawa-Bali. Namun, kemudian
kebijakan serupa juga diterapkan di sejumlah wilayah lain.

PPKM Level 1-4


PPKM Darurat berakhir pada 20 Juli. Presiden Jokowi kembali
mengumumkan bahwa PPKM akan diperpanjang hingga 25 Juli. Namun,
pemerintah mengubah istilah PPKM Darurat diganti menjadi PPKM level 1-4, karena
dinilai istilah sebelumnya terlalu menyeramkan.
Mengantisipasi dampak Covid-19 yang memengaruhi berbagai sektor di
Kabupaten Banyuwangi, setidaknya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah
menyiapkan berbagai langkah strategis mengantisipasi hal tersebut. Berikut
merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menghadapi
pandemi Covid-19.
1. Surat Edaran Sekretariat Daerah Tentang Penyesuaian Sistem Kerja
Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi;
2. Surat Edaran tentang Penutupan dan Pengaturan Sementara Kegiatan
Usaha Hiburan dan Kegiatan/Usaha Yang Menjadikan Berkumpulnya
Massa Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Wabah Virus Corona Virus
Disease (Covid-19) di Wilayah Kabupaten Banyuwangi;
3. Keputusan Bupati Banyuwangi Tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Kabupaten
Banyuwangi;
4. Surat Edaran Tentang Peningkatan Kewaspadaan, Kesiapsiagaan, Dan
Pencegahan Penyebaran Wabah Virus Corona / Corona Virus Disease
(Covid-19) di Wilayah Kabupaten Banyuwangi;
5. Surat Edaran Bupati Banyuwangi Tentang Kewaspadaan dan Pencegahan
Terhadap Corona Virus Disease 2019 (Covid-19);
6. SE Bupati Perpanjangan Kewaspadaan Covid-19;
7. Pedoman Penyelenggaraan Restoran/Kafe/Rumah Makan/Tempat Kuliner
Dalam Mewujudkan Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19
di Kabupaten Banyuwangi;
8. Surat Edaran Bupati perpanjangan ketiga masa WFH;
9. Surat Edaran Bupati perpanjangan keempat masa WFH Revs1;

IV - 24
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-
Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis
dan Lintas Selatan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum dapat dikatakan baik
walaupun saat ini mengalami perlambatan. Perlambatan ini dipengaruhi oleh
berlanjutnya penurunan kinerja sektor eksternal ditandai dengan penurunan
ekonomi global. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua
lapangan usaha. Sementara dari sisi permintaan domestik, khususnya konsumsi
rumah tangga mengalami peningkatan, didorong oleh tingkat keyakinan konsumen
dan penyaluran bantuan sosial/ pemberian subsidi. Adapun di Provinsi Jawa Timur,
pertumbuhan ekonominya meningkat dengan tingkat yang lebih tinggi diatas tren
pertumbuhan ekonomi nasional.
Keberhasilan Provinsi Jawa Timur dalam perekonomian tidak terlepas dari
kinerja industri pengolahan yang baik, yang menjadi penyumbang terbesar terhadap
sektor industri pengolahan secara nasional, serta didukung oleh pengembangan
sektor pariwisata unggulan. Dapat dikatakan bahwa provinsi yang berbasis pada
sektor industri merupakan salah satu prasyarat peningkatan ekonomi daerah.
Namun pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur pada masa yang akan datang
tidaklah mudah untuk dihadapi, karena dinamika ekonomi nasional dan global
menuntut untuk selalu siap terhadap perubahan guna mewujudkan provinsi yang
maju dengan hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Disatu sisi, percepatan pembangunan tersebut dapat memberikan dampak positif
bagi kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain, kaidah pembangunan yang
berkelanjutan harus tetap menjadi perhatian. Dalam konteks percepatan
pembangunan Provinsi Jawa Timur diperlukan penyusunan Rencana Induk
Percepatan Pembangunan Ekonomi (RIPPE) Kawasan Gresik - Bangkalan- Mojokerto
- Surabaya - Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila), Kawasan Bromo- Tengger-
Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan dengan tetap
memperhatikan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan perekonomian di Provinsi Jawa Timur tidak bisa terlepas dari
kontribusi beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur, salah satunya ialah Kabupaten
Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi yang memiliki sektor unggulan pada sektor
pariwisata, pertanian, dan industri dalam beberapa tahun terakhir selalu
menempatkan diri perekonomiannya tumbuh diatas rata-rata Provinsi Jawa Timur.
Dalam Presiden Nomor 80 Tahun 2019 Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 8
Wilayah Pembangunan (WP) yang meliputi WP Gerbangkertosusila Plus, WP Malang
Raya, WP Madiun dan Sekitarnya, WP Kediri dan Sekitarnya, WP Probolinggo-
Lumajang, WP Blitar, WP Jember, dan WP Banyuwangi. WP Banyuwangi memiliki
fungsi pengembangan wilayah Pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.
Lebih lanjut dalam Presiden Nomor 80 Tahun 2019 dijelaskan bahwa prioritas
percepatan pembangunan guna memperoleh dampak terhadap perekonomian
regional dan nasional adalah 3 wilayah yang meliputi Kawasan Gerbangkertosuilo,
Kawasan Bromo Tengger Semeru, dan Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.
Peran Kabupaten Banyuwangi dalam percepatan pembangunan ketiga kawasan

IV - 25
tersebut ialah selaku kawasan pendukung yakni masuk dalam Kawasan Selingkar
Ijen yang mana mendukung Kawasan Prioritas Bromo Tengger Semeru. Kawasan
Pendukung Selingkar Ijen berada di wilayah paling timur Provinsi Jawa Timur,
dimana kawasan ini meliputi 4 Kabupaten yang mengelilingi Gunung Ijen dan
Gunung Raung, yakni Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Jember. Secara khusus Kawasan Pendukung Selingkar
Ijen memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari dataran tinggi Pegunungan
atau Gunungapi dan Perbukitan (Gunung Ijen dan Gunung Raung), dataran rendah,
dan daerah pantai. Berikut merupakan gambaran Peta Delinasi Kawasan
Pendukung Selingkar Ijen.

Gambar 4. 4: Peta Delinasi Kawasan Pendukung Selingkar Ijen

Tematik pembangunan Kawasan Pendukung Selingkar Ijen yang memiliki


kesamaan sektor unggulan berupa pariwisata, khususnya dibidang agrowisata,
yang didukung pula oleh sektor perkebunan dan perikanan ialah Pengembangan
Ekonomi Berbasis Pengembangan Kawasan Ekonomi Tematik Berupa Koridor dan
Gugus Wisata, Agropolitan, dan Minapolitan, serta Kawasan Industri. Selanjutnya
beriku dijelaskan kaitannya strategi percepatan pengembangan Kawasan
Pendukung Selingkar Ijen yang dilakukan melalui pendekatanmeliputi aspek sosial,
ekonomi, dan infrastruktur yang meliputi:
b. Aspek Sosial, meliputi Peningkatan pemahaman pola hidup sehat
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga; Peningkatan
akses layanan pendidikan terhadap masyarakat di daerah terpencil; dan
Perluasan lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja lokal
secara optimal melalui pengembangan kegiatan ekonomi wilayah berbasis
komoditas unggulan;

IV - 26
c. Aspek Ekonomi, meliputi Peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor
primer melalui hilirisasi produk unggulan; Peningkatan KAD dalam
pengembangan kawasan yang mampu mendorong pembangunan sektor
unggulan; Perluasan pemasaran produk dengan upaya mewujudkan
keterkaitan pasar lokal dengan pasar regional; dan Pengembangan Pariwisata
Ijen dan sekitarnya yang didukung pengembangan Agropolitan dan
Minapolitan yang memberikan nilai tambah ekonomi
d. Aspek Infrastruktur, meliputi peningkatan layanan prasarana transportasi
dalam rangka mendukung sistem logistik dan pariwisata; peningkatan
kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan sarana dan prasarana
lingkungan permukiman; Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
pariwisata; Pengendalian perubahan penggunaan lahan khususnya pada
kawasan lindung; dan Peningkatan konektivitas ekonomi melalui penyediaan
sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan handal.
Berikut merupakan sasaran prioritas kegiatan ekonomi di Kabupaten
Banyuwangi yang dikemas dalam Program Agropolitan / Minapolitan sebegai
berikut:
a. Agropolitan Banyuwangi (Glagah, Giri, Bagorejo, Kalibaru, Kalipuro) di
Kabupaten Banyuwangi;
b. Minapolitan Muncar-Srono di Kabupaten Banyuwangi;

4.2.3 Telaah Keterkaitan dan Dinamika Pembangunan Regional Provinsi Jawa


Timur
1. Telaah RPJMD Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan nasional bahwa pembangunan bahwa RPJMD termasuk
memperhatikan RPJMD Provinsi yang memuat trategipembangunan Daerah,
kebijakan umum, dan program SatuanKerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah,dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencanakerja
dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
kebijakan. RPJMD Provinsi perlu Kabupaten Banyuwangi utamanya mengakomodir
dari arahan kebijakan kewilayahan dari RPJMD Provinsi sehingga pola perencanaan
dapat besinergi dengan arahan gubernur. Menindaklajuti arahan tersebut maka visi,
misi, dan program kewilayahan sebagai berikut:

VISI:
“Terwujudnya Masyarakat Jawa Timur yang Adil, Sejahtera, Unggul dan
Berakhlak dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Partisipatoris Inklusif
Melalui Kerja Bersama dan Semangat Gotong Royong”

Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang


akandilaksanakan untuk mewujudkan visi. Berdasarkan pengertian dimaksud serta
dengan berlandaskan kepada makna visi Provinsi Jawa Timur, maka ditetapkan
misi Provinsi Jawa Timur 2019-2024 sebagaimana terdapat dalam uraian bawah ini:

IV - 27
1. Mewujudkan Keseimbangan Pembangunan Ekonomi, Baik antar Kelompok,
antar Sektor dan Keterhubungan Wilayah.
2. Terciptanya Kesejahteraan yang Berkeadilan Sosial, Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Terutama Kesehatan dan Pendidikan, Penyediaan Lapangan Kerja
dengan Memperhatikan Kelompok Rentan.
3. Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Inovatif, Terbuka, Partisipatoris
Memperkuat Demokrasi Kewargaan untuk Menghadirkan Ruang Sosial yang
menghargai prinsip Kebhinekaan.
4. Melaksanakan Pembangunan Berdasarkan Semangat Gotong Royong,
Berwawasan Lingkungan untuk Menjamin Keselarasan Ruang Ekologi, Ruang
Sosial, Ruang Ekonomi dan Ruang Budaya.

Tabel 4. 5: Matriks Misi, Tujuan, Sasaran


Misi Tujuan Sasaran
M1.Mewujudkan T.1 Meningkatnya S.1 Meningkatnya Nilai
Keseimbangan Pertumbuhan dan tambah Produksi Industri
Pembangunan Pemerataan Ekonomi Pengolahan;
Ekonomi, Baik antar yang didukung.
Kelompok, antar Sektor S.2 Meningkatnya Nilai
dan Keterhubungan Tambah Penyelenggaraan
Wilayah. Perdagangan;

S.3 Meningkatnya Nilai


tambah Produksi
Pertambangan dan
Penggalian;

S.4 Meningkatnya Nilai


tambah Produksi Pertanian,
Kehutanan dan
Perikanan;

S.5 Meningkatnya Realisasi


Penanaman Modal;
S.6 Meningkatnya Nilai
Tambah KUMKM;
S.7 Meningkatnya Nilai
Tambah Pariwisata;
S.8 Meningkatnya
Aksesibilitas Infrastruktur
Ketenagalistrikan
S.9 Meningkatnya Kualitas
Infrastruktur Dasar dan
Sumber Daya Air; dan
S.9 Meningkatnya
konektivitas jaringan

IV - 28
Misi Tujuan Sasaran
Transportasi Darat, Laut
dan Udara.
M2. Terciptanya T2. Menurunnya Angka S.10 Menurunnya
Kesejahteraan yang Kemiskinan Penduduk Miskin
Berkeadilan Sosial, Perdesaan; dan
Pemenuhan Kebutuhan S.11 Meningkatnya
Dasar Terutama Kemandirian PMKS.
Kesehatan dan
Pendidikan, Penyediaan T3. Meningkatnya S.12Meningkatnya
Lapangan Kerja dengan Keseteraan Gender Pemberdayaan Perempuan.
Memperhatikan
Kelompok Rentan.
M3. Tata Kelola T4.Terwujudnya S.13 Terwujudnya Tata
Pemerintahan yang Pemerintahan yang Kelola Pemerintahan yang
Bersih, Inovatif, Baik Akuntabel;
Terbuka, Partisipatoris
Memperkuat S.14 Meningkatnya
Demokrasi Kewargaan Kepuasan Masyarakat atas
untuk Menghadirkan Layanan Pemerintah
Ruang Sosial yang S.15 Meningkatnya
menghargai prinsip Kemandirian Fiskal Daerah;
Kebhinekaan. dan
S.16 Meningkatnya
Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Menguatnya Nilai - Nilai S.17 Meningkatnya
Demokrasi dalam Keamanan, Ketentraman
Kehidupan Sosial dan Ketertiban Umum
Masyarakat. masyarakat;
S.18 Meningkatnya
Kepedulian Sosial; dan
3) Pelestarian Nilai-nilai
Budaya Lokal.

S.19 Pelestarian Nilai-nilai


Budaya Lokal.

M4. Melaksanakan Terwujudnya S.20 Meningkatnya Kualitas


Pembangunan Pembangunan Lingkungan Hidup;
Berdasarkan Semangat Berwawasan
Gotong Royong, Lingkungan S.21 Meningkatnya
Berwawasan Kapasitas Ketangguhan
Lingkungan untuk terhadap Bencana.
Menjamin Keselarasan
Ruang Ekologi, Ruang

IV - 29
Misi Tujuan Sasaran
Sosial, Ruang Ekonomi
dan Ruang Budaya.

Program Prioritas Pembangunan dalam RPJMD merupakan manifestasi dari


Nawa Bhakti Satya yang merupakan Visi Politik Kepala Daerah terpilih sebagai
komitmen kepada rakyat Provinsi Jawa Timur. Terkait dengan hal tersebut, maka
perlu diidentifikasi Program Prioritas Pembangunan Daerah sesuai dengan Janji
Politik pada saat kampanye : Nawa Bhakti Satya. Nawa Bhakti Satya merupakan 9
(Sembilan) Bhakti pasangan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil
Gubernur Emil Elestianto Dardak Jawa Timur Periode 2019-2024 yang merupakan
Sembilan pengabdian tulus dan penuh keikhlasan bersama-sama masyarakat
untuk membangun Provinsi Jawa Timur menjadi lebih sejahtera dan penuh
kemuliaan selama lima tahun mendatang. Nawa Bhakti Satya berasal dari Bahasa
Sansekerta dan Jawa. Nawa berarti Sembilan, kemudian Bhakti merupakan
pengabdian yang dilakukan secara aktif yang sifatnya inklusif dan partisipatif (ada
keterlibatan Bersama), sedangkan Satya memiliki arti “benar” dan sekaligus
menegaskan sebuah kesejahteraan yang bermuara pada tujuan kemuliaan. Nawa
Bhakti Satya merupakan komitmen dan sekaligus rencana aksi untuk mewujudkan
visi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, yang selanjutnya menjadi Visi
pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur tahun 2019-2024 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Jawa
Timur yang Adil, Sejahtera, Unggul dan Berakhlak dengan Tata Kelola
Pemerintahan yang Partisipatoris Inklusif Melalui Kerja Bersama dan Semangat
Gotong-Royong”. Berikut merupakan linieritas Nawa Bhakti Satya Provinsi Jawa
Timur dengan 9 Agenda Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
sebagai berikut.

Tabel 4. 6: Linieritas 9 Agenda Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Tahun


2021-2026 & Nawa Bakti Satya Provinsi Jawa Timur

9 Agenda Prioritas Kabupaten


Nawa Bakti Satya
Banyuwangi
Jatim Agro : Memberdayakan
Masyarakat Pesisir Nelayan,
Perdesaan, dan Jatim Terluar Penguatan Sektor Pertanian, Perikanan,
Jatim Harmoni : Merawat UMKM dan Pariwisata
Kebudayaan Lokal, Pariwisata, dan
Perlindungan Alam
Jatim Berdaya : Memajukan
Pemulihan Ekonomi Akibat Covid-19 dan
Pertanian, Pangan, dan
Pembukaan Lapangan Kerja
Perkebunan

IV - 30
9 Agenda Prioritas Kabupaten
Nawa Bakti Satya
Banyuwangi
Jatim Amanah : Memperkuat
Industri Perdagangan, Koperasi,
Menuju Ekonomi Berdikari
Perlindungan Perempuan, Anak, Difabel
Jatim Sejahtera : Mengentaskan
dan Kelompok Marginal
Kemiskinan Menuju Keadilan
Percepatan Pengurangan Kemiskinan
Sosial; Bantuan Sosial dan
Menjaga Stabilitas Sosial, Keagamaan
Kesejahteraan Umat
dan Kerukunan Warga
Jatim Cerdas & Sehat :
Memperluas Lapangan Pekerjaan;
Pengangguran dan Tenaga Kerja
Peningkatan Akses dan Kualitas
Jatim Akses : Meningkatkan
Pendidikan untuk SDM Unggul
Kualitas Pendidikan, Kepemudaan,
dan Olahraga, Ponpes, Guru,
Madin, Siswa Miskin dan Prestasi
Jatim Berkah : Mempermudah
Peningkatan Akses dan Kualitas
Akses dan Meningkatkan Mutu
Kesehatan yang berorientasi pada
Kesehatan; Ibu, Perempuan, Anak,
preventif
dan Faskes
Percepatan Pemerataan Infrastruktur
Jatim Kerja: Membangun
dengan memperhatikan ekologi
Infrastruktur, Mempermudah
lingkungan
Akses Pembangunan Wilayah
Pemantapan Transformasi Digital dan
Selatan Jawa dan Kepulauan
Reformasi Birokrasi

2. Telaah RTRW Provinsi Jawa Timur


Sebagai Kabupaten yang memiliki letak administrative di Provinsi Jawa Timur,
maka RPJMD Kabupaten Banyuwangi harus disusun dengan mempertimbangkan
RTRW Provinsi Jawa Timur, sehingga recana pembangunan yang dihasilkan dapat
sinkron dengan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Beberapa mandat Provinsi Jawa
Timur kepada Kabupaten Banyuwangi yang tertuang dalam RTRW Provinsi adalah
sebagai berikut:
1. Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan
Banyuwangi memiliki fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
2. Rencana pengembangan jalan di Kabupaten Banyuwnagi meliputi:
a. Jalan bebas hambatan Probolinggo–Banyuwangi; (Tol)
b. Jalan Nasional Arteri Primer (Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–
Probolinggo– Situbondo–Banyuwangi)
c. Jalan Nasional Kolektor Primer (Glonggong–Pacitan–Panggul–Durenan–
Tulungagung– Blitar–Kepanjen–Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember–
Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi– Banyuwangi)
d. Jalan Strategis Nasional (Paltuding–Banyuwangi)

IV - 31
3. Pembangunan Pembangkit Energi baru terbarukan
a. Energi air untuk pembangkir listrik mikro hidro.
b. Energi Angin
c. Energi Panas Bumi
d. Energi Gelombang Laut
4. Pengembangan jaringan transmisi 150kV jalur
a. Banyuwangi-Gilimanuk,
b. Banyuwangi-Ketapang
c. Ijen PLTP-Banyuwangi
d. New Banyuwangi-Genteng
e. Pengembangan Gardu Induk, (Banyuwangi, Genteng)
5. Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
a. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk
Kedawang, Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber
Mangaran di Kabupaten Banyuwangi
6. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi, kawasan permukiman
budaya suku Osing;
7. Kawasan Konservasi:
a. Kawah Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 2.468 ha;
b. Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi dengan luas
sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha
8. Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 92 ha.
9. Kawasan keunikan batuan dan fosil Teluk Grajagan di Kabupaten Banyuwangi

10. kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT), CAT
Banyuwangi, CAT Blambangan
a. pemertahanan kemampuan imbuhan air tanah;
b. pelarangan kegiatan pengeboran, penggalian atau kegiatan lain dalam
radius 200 (dua ratus) meter dari lokasi pemunculan mata air; dan
c. pembatasan penggunaan air tanah, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari
11. Pengembangan Buah-buahan
a. Pisang
b. Jeruk
c. Manggis
12. Pengembangan Perkebunan
a. Kopi
b. Karet
c. Kakao
d. Kelapa
e. pengembangan kelembagaan kelompok tani ke arah kelembagaan
ekonomi/ koperasi.

IV - 32
13. Diarahkan untuk pengembangan Peternakan dan Perikanan:
a. Sentra peternakan ternak besar
b. kawasan perikanan budi daya air payau
c. kawasan perikanan budi daya air laut
d. Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
e. Arahan Pengelolaan:
1) pemertahanan, perehabilitasian, dan perevitalisasian tanaman bakau/
mangrove dan terumbu karang;
2) pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budi daya;
3) penjagaan kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah
industri;
4) pengendalian pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir melalui
penetapan rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
5) pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan;
6) peningkatan nilai ekonomi perikanan dengan meningkatkan
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;
7) pengembangan kelembagaan kelompok nelayan ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
8) pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam agar tidak
berubah fungsi;
9) pembukaan peluang pengembangan tambak garam baru dalam rangka
meningkatkan produksi garam dan membuka peluang investasi;
10) pengembangan teknologi dalam rangka meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi garam; dan
11) pengembangan kawasan tambak garam dengan mempertimbangkan
aspek lingkungan hidup yang keberlanjutan.
14. Mendapatkan Porsi untuk pengembangan kawasan sentra industry
15. Banyuwangi memiliki keunggulan dalam pariwisata:
a. Grajagan, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade, dan Kawah Ijen di
Kabupaten Banyuwangi.
b. Kawah ijen di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso.
c. Taman Suruh di Kabupaten Banyuwangi;
d. Penetapan pusat pelayanan koridor D wisata salah satunya ada di
Banyuwangi.
16. Kabupaten Banyuwangi Masuk dalam Kawasan Andalan dengan sector
unggulan unggulan perikanan dan pertanian.
17. Kabupaten Banyuwangi masuk dalam Kawasan Strategis Agropolitan Regional
yaitu Sistem Agropolitan Ijen (meliputi Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo)
18. Banyuwangi masuk dalam Kawasan pengembangan potensial panas bumi
Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan
Kabupaten Situbondo.

IV - 33
4.2.4 Telaah Keterkaitan Dokumen Pembangunan Kabupaten Banyuwangi
1. Telaah RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan salah
satu rangkaian tahapan pembangunan yang termaktub dalam Undang-Undang No
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Republik
Indonesia. Amanat penyusunan RPJP berlaku pada semua level pemerintahan, baik
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten / kota.
Pada level pemerintah pusat, RPJP merupakan pengganti dari Garis Besar Halauan
Negara (GBHN) yang menjadi acuan jangka panjang pembangunan nasional.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 yang merupakan
revisi dari Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 merupakan acuan
teknis dari penyusunan perencanaan pembangunan yang mana dijelaskan
setidaknya terdapat 3 level perencanaan pembangunan jika dilihat dalam dimensi
waktu yang meliputi perencanaan jangka panjang yang disusun 20 tahun sekali,
perencanaan jangka menengah yang disusun 5 tahun sekali, dan perencanaan
tahunan yang biasa disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Salah satu amanat dalam Permendagri 86 Tahun 2017 dalam penyusunan
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 adalah telaah RPJPD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2025. Urgensi dari telaah RPJPD dalam penyusunan
RPJMD adalah mengingat, RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
merupakan tahapan terakhir atau tahapan keempat dalam RPJPD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2005-2025. Sehingga RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026 tidak hanya terfokus terhadap rencana pembangunan kepala daerah
yang terpilih pada periode tersebut, melainkan juga memastikan bahwa rencana
pembangunan jangka panjang daerah dapat tercapai dengan baik.
Lampiran Permendagri 86 Tahun 2017 menjelaskan cakupan utama telaah
RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 yang harus diintegrasikan dalam
dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2025 adalah melihat
realisasi kinerja sasaran pokok yang terepresentasikan melalui indikator yang
ditetapkan dalam RPJPD dengan melihat target kinerja yang ditetapkan. Pokok
persoalan yang ditemukan dalam dokumen RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2005-2025 adalah sasaran pokok belum terepresentasikan terhadap indikator yang
lebih bersifat measurable (terukur) dengan target yang telah ditetapkan. Sehingga
fokus telaah RPJPD Kabupaten Banyuwangi adalah melihat sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan dalam RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025
terhadap rencana pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026. Berikut merupakan Misi dan Sasaran Pokok RPJPD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2005-2025

IV - 34
Tabel 4. 7: Misi dan Sasaran Pokok RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2005-2025

No Misi RPJP Sasaran Pokok

Mewujudkan Masyarakat
Terwujudnya karakter masyarakat yang berbudi
Kabupaten Banyuwangi
pekerti luhur, yang dicirikan oleh perilaku yang
I.1 yang Religius dan
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Menjunjung Tinggi Nilai-
ketinggian akhlak dan toleransi antar individu.
Nilai Kearifan Lokal
Meningkatnya kesadaran dan kepatuhan
masyarakat dalam melaksanakan norma,
peraturan dan perundang undangan yang
berlaku dalam mencapai ketentraman dan
Mewujudkan Ketentraman
ketertiban masyarakat.
I.2 dan Ketertiban
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat
Masyarakat
akan pentingnya nilai-nilai Pancasila yang
ditunjukan oleh sikap saling toleransi antar
individu serta terjadi Harmonisasi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Meningkatnya aksesibilitas dan partisipasi
terhadap pendidikan yang berkualitas yang
merata bagi seluruh masyarakat.
Meningkatnya aksesibilitas yang merata bagi
seluruh masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Meningkatnya perluasan kesempatan kerja di
Mewujudkan Kualitas berbagai sektor strategis
Hidup Masyarakat Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia,
II.1 Berasas Pembangunan termasuk peran perempuan dalam
Berkelanjutan dan pembangunan yang diupayakan dengan
Berwawasan Lingkungan peningkatan pendidikan, kesehatan dan lain-
lain.
Meningkatnya pengelolaan sumberdaya alam
yang berwawasan lingkungan yang berupaya
untuk melestarikan dan menjaga fungsi
lingkungan dalam mendukung keserasian dan
keseimbangan kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan
kearifan lokal yang baik.
Mewujudkan Peningkatan Meningkatnya aksesibiltas masyarakat secara
Pembangunan merata terhadap sarana dan prasarana
II.2 Infrastruktur Sosial dan kebutuhan dasar (listrik, air bersih, pemukiman,
Ekonomi Yang transportasi dan lain sebagainya) di seluruh
Berkelanjutan wilayah.

IV - 35
No Misi RPJP Sasaran Pokok

Tersedianya prasarana dan sarana ekonomi


yang handal dalam mempercepat proses
produksi, promosi, distribusi dan pemasaran
hasil-hasil komoditas unggulan daerah.
Berkembangnya kegiatan pelestarian norma dan
nilai-nilai budaya daerah yang menunjang
pelaksanaan pembangunan daerah.
Menguatnya modal sosial masyarakatyang
dicirikan oleh kelembagaan lokal yang kuat yang
mampu mengakomodasi tuntutan perubahan
dan berperan aktif dalam pembangunan daerah.
Meningkatnya profesionalisme aparatur
pemerintah.
Mewujudkan Tata Kelola Meningkatnya tingkat kepuasan masyarakat
Pemerintahan yang Baik, akan pelayanan administrasi pemerintahan
II.3 sesuai dengan standar pelayanan minimum.
Bersih, Profesional, dan
Tanggung Jawab Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan
berwibawa sehingga kepercayaan masyarakat
akan semakin meningkat.
Berkembangnya sistem agribisnis terpadu.
Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer,
Mewujudkan Kabupaten
sektor sekunder dan sektor tersier dalam suatu
Banyuwangi yang Mandiri
III.1 sistem yang produktif termasuk struktur
Berbasis Agribisnis
usahanya.
Terpadu
Meningkatnya produksi dan produktivitas
pertanian unggulan.
Meningkatnya
perekonomian Kabupaten Meningkatnya perekonomian Kabupaten
III.2
Banyuwangi berbasis Banyuwangi berbasis ekowisata terpadu.
ekowisata terpadu.

Tematik pembangunan Kabupaten Banyuwangi dalam RPJPD Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2021-2025 adalah Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
sebagai Kabupaten yang Religius, Sejahtera, dan Mandiri melalui Percepatan
Pembangunan di Berbagai bidang dengan menekankan Terbangunnya Struktur
Perekonomian yang Kuat Berbasisi Agribisnis dan Ekowisata Terpadu yang
Didukung oleh Sumberdaya Manusia yang Berkualitas. Berikut merupakan
keterkaitan fokus pembangunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2025
dengan isu strategis dan misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026:

IV - 36
Tabel 4. 8: fokus pembangunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-
2025 dengan isu strategis dan misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026
Fokus Pembangunan RPJPD Isu Strategis RPJMD Misi RPJMD Kabupaten
Kabupaten Banyuwangi 2021- Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi Tahun 2021-
2025 Tahun 2021-2026 2026
Memantapkan struktur
perkonomian yang maju, kuat, dan
berdaya saing bertumpu terhadap
sektor pertanian berabasis
agribisnis, industri pengolahan,
serta perdagangan dan jasa yang
didorong industry besar dan UMKM
Pemantapan Ekowisata yang
berkelanjutan dan kesinambungan
dengan sektor lain
Pengembangan transportasi pada
wilayah pertumbuhan yang cukup
pesat
Pemenuhan kebutuhan energi
terhadap masyarakat dan dunia
usaha melalui energi alternatif dan
Misi I
terbaharukan
Membangun Ekonomi
Meningkatkan peran TIK untuk
Inklusif dan Pemerataan
mempermudah akses informasi Pemulihan Ekonomi
Infrastruktur yang mampu
masyarakat dalam kegiatan Kabupaten Banyuwangi
mengungkit produktifitas
pertanian, perdagangan,
sektor unggulan dan
pendidikan, dan lain-lain.
menguatkan ketahanan
Pemerataan jaringan perpipaan air
lingkungan
minum ke berabagai wilayah
dengan pemantapan pengelolaan
lembaga pengelolaan air minum
perdesaan
RIntisan pembangunan rumah
vertikal pada kawasan padat
penduduk
Mewujudkan konsistensi
perencanaan, pemanfaatan, dan
pengendalia ruang
Menciptakan keseimbangan antara
daya dukung dan daya tamping
tamping lingkungan melalui
partisipasi stakeholder dan
penegakan aturan
Meningkatkan kesejahteraan Kesenjangan Sosial
masyarkat fokus terhadap

IV - 37
Fokus Pembangunan RPJPD Isu Strategis RPJMD Misi RPJMD Kabupaten
Kabupaten Banyuwangi 2021- Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi Tahun 2021-
2025 Tahun 2021-2026 2026
pemerataan tingkat pendapatan,
memantapkan SDM berkualitas
dan berdaya saing, dan
meningkatkan derajat Kesehatan
dan status gizi masyarakat
Pemantapan pendidikan anak usia
dini, menuntaskan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun
Pemenuhan kuantitas dan kualitas
tenaga kesehatan yang berdaya Kapasitas Sumber daya
guna manusia yang Unggul dan Misi II
Meningkatkan pelayanan berkarakter Membangun SDM Unggul
kesehatan yang berkualitas dengan Berkharakter dan
pemenuhan fasilitas atau sarana Harmonisasi Sosial yang
dan prasarana kesehatan di Kondusif
seluruh Kabupaten Banyuwangi
yang didukung oleh teknologi
Menciptakan SDM yang
berkarakter cerdas, Tangguh,
kompetetif, berakhlak mulya,
bermoral
Mewujudkan rasa aman dan damai
bagi seluruh masyarakat yang Penguatan Modal Sosial
bebas dari ancaman, hambatan masyarakat
dan gangguan
Menciptakan sistem pemerintahan
dengan baik
Optimalisasi pelayanan masyarakat
(mudah, murah, cepat, tepat, dan
berkualitas, transparan, dan sesuai
aturan).
Meningkatkan SDM aparatur Misi III
berkualitas yang berilmu, Adaptasi Manajemen Membangun Layanan
berpengetahuan, berwibawa, taat Pemerintahan dan Kualitas Publik dan Tatakelola
aturan, dan bersih. Layanan Publik Pemerintahan yang Inovatif
Penegakan hukum, proses politik, dan Dinamis
dan budaya politik berjalan sebagai
pelaksanaan demokrasi yang
procedural dan substantial
Menciptakan masyarakat
paritisipatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan

IV - 38
2. Telaah RPJMD Daerah Sekitar Kabupaten Banyuwangi
a. Telaah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Bondowoso
RPJMD Kabupaten Bondowoso memiliki periode dari tahun 2018-2023. Melihat
periode tersebut maka terdapat beberapa kebijakan yang relevan untuk
dipertimbangkan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten banyuwangi meliputi arah
kebijakan untuk periode pembangunan tahun 2022 serta arah kebijakan periode
2023. Pada tahun 2022 tema pembangunan Kabupaten Bondowoso adalah
“Peningkatan inovasi sistem pemerintahan berbasis teknologi informasi,
mendorong kemandirian ekonomi masyarakat serta penciptaan ketenteraman
dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat”. Tema pembangunan
tersebut didukung dengan 3 arah kebijakan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kualitas Pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja berbasis
teknologi informasi serta inovasi sistem pemerintahan yang terintegratif
dalam proses bisnis di semua level pemerintahan dengan sasaran
Meningkatnya kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas pemerintah
daerah
2) Pengembangan sektor unggulan dan potensi ekonomi lokal untuk mendorong
peningkatan pendapatan dan kemandirian ekonomi masyarakat dengan
sasaran meningkatnya pertumbuhan sektor unggulan, meningkatnya
investasi daerah, meningkatnya usaha skala mikro dan kecil.
3) Mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan pemberdayaan
berbasis peningkatan karakter serta budaya masyarakat dalam rangka
menjaga ketenteraman dan ketertiban umum menciptakan stabilitas sosial
dan politik dengan sasaran meningkatnya derajat pendidikan, meningkatnya
derajat kesehatan, meningkatnya pemberdayaan gender serta perlindungan
perempuan dan anak, meningkatnya kualitas dan peran serta pemuda dalam
pembangunan, meningkatnya prestasi olahraga, meningkatnya kerukunan
antar suku, agama, ras dan antar golongan, meningkatnya perlindungan
terhadap masyarakat, serta terkendalinya pertumbuhan penduduk.
Pada tahun 2023 Kabupaten Bondowoso memiliki tema pembangunan
“Peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas pemerintah daerah
serta mengembangkan sumberdaya manusia yang berkarakter dan berbudaya”.
Tema pembangunan tersebut didukung dengan 2 arah kebijakan pembangunan
meliputi:
1) Meningkatkan kualitas Pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja berbasis
teknologi informasi serta inovasi sistem pemerintahan yang terintegratif
dalam proses bisnis di semua level pemerintahan dengan sasaran
Meningkatnya kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas pemerintah
daerah
2) Mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan pemberdayaan
berbasis peningkatan karakter serta budaya masyarakat dalam rangka
menjaga ketenteraman dan ketertiban umum menciptakan stabilitas sosial
dan politik dengan sasaran meningkatnya derajat pendidikan, meningkatnya
derajat kesehatan, meningkatnya pemberdayaan gender serta perlindungan
perempuan dan anak, meningkatnya kualitas dan peran serta pemuda dalam
pembangunan, meningkatnya prestasi olahraga, meningkatnya kerukunan

IV - 39
antar suku, agama, ras dan antar golongan, meningkatnya perlindungan
terhadap masyarakat, serta terkendalinya pertumbuhan penduduk.

b. Telaah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Situbondo
Kabupaten Situbondo memiliki periodesasi RPJMD yang sama dengan
Kabupaten Banyuwangi yaitu 2016-2021. Krena periodesasi yang sama, maka
RPJMD Kabupaten Situbondo pada periode slanjutnya juga masih dalam proses
penyusunan. Sehingga untuk kebutuhan pertimbangan selama lima tahun kedepan
dilakukan penelaahan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) tahun 2005-2025. RPJPD Kabupaten Situbondo dibagi menjadi 4 periode
pembangunan. Dalam konteks penyusunan RPJMD tahun 2021-2024, maka
kebijakan pada RPJPD yang dapat dijadikan pertimbangan adalah pada periode
keempat yaitu untuk tahun pembangunan 2021-2025. Beberapa kebijakan pada
periode pembangunan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan system agribisnis, diarahkan pada penyelarasan
keterkaitan subsistem antara hulu dan hilir guna meningkatkan nilai tambah
produksi agribisnis yang berdaya saing sesuai dengan permintaan pasar lokal
dan nasional. Penataan system informasi agribisnis, diarahkan pada program
pembangunan system informasi prasarana, produksi, proses produksi,
distribusi dan pengelolaan serta informasi pasar.
Pemberdayaan koperasi dan UKM, dalam system Agribisnis diarahkan pada
pertumbuhan wirausaha baru, peningkatan kompetensi dan perkuat
kewirausahaan, peningkatan produktifitas, pemanfaatan hasil inovasi dan
penerapan hasil teknologi dalam iklim usaha yang sehat.
Pengembangan pariwisata, diarahkan untuk melestarikan peninggalan
budaya, tradisi kesenian, dan sebagainya dalam rangka membentuk
karakteristik masyarakat. Pengembangan juga diarahkan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisata serta lama tinggalnya.
b. Mewujudkan SDM yang handal, berakhlak mulia dan berbudaya
Pembangunan Pendidikan, diarahkan pada upaya perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh Pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat
dan outputnya mampu terserap dalam lapangan kerja.
Pembangunan agama, pembangunan agama dapat meliputi peningkatan
kualitas keagamaan, yang dapat mencakup Pendidikan keagamaan,
Pendidikan pesantren dan sebagainya.
Pembangunan pemuda, diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya
manusia yang memiliki wawasan kebangsaan dan beretika bangsa Indonesia.
Pemberdayaan perempuan, diarahkan pada terwjudya kesetaraan dan
keadilan gender dalam pembangunan, serta perlindungan anak pada suatu
kondisi yang menjamin pemenuhan dan perlindungan hak serta tumbuh
kembang anak secara wajar.
c. Mewujudkan kemudahan memperoleh akses untuk meningkatkan kualitas
hidup
Pembangunan Kesehatan, diarahkan pada terwujudnya peningkatan derajat
Kesehatan sebagai upaya peningkatan derajat Kesehatan sebagai upaya
mmeningkatkan kualitas SDM.

IV - 40
Pembangunan kependudukan, diarahkan pada terwujudnya keluarga
sejahtera dan keseimbangan daya dukung lingkungan melalui pengendalian
laju pertumbuhan dan persebaran penduduk.
Pembangunan ketenagakerjaan, diarahkan pada terwujudnya hubugan yang
harmonis antara pemerintah, industrial dan buruh serta penciptaan tenaga
kerja yang mandiri, produktif, kompetitif.
Pembangunan kesejahteraan social, diarahkan pada peningkatan kualitas
penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS) yang tidak berdaya dan
tidak memiliki akses untuk melakukan mobilitas ketingkat kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Penanggulangan kemiskinan, diarahkan pada upaya pemberdayaan untuk
akses kualitas hidup, berbasis keluarga.
d. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan.
Pengembangan keanekaragaman hayati, diarahkan pada peningkatan nilai
tambah potensi sumbser daya alam hayati secara efisiean dan tetap
memperhatikan kebutuhan generasi mendatang.
Pengembangan potensi sumber daya kelautan, diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut
berbasis ekosistem yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, ekonomi, lingkungan hidup, social budaya dan teknologi
Penanganan Kebencanaan, diarahkan pada paningkatan kemampuan dalam
penanganan pra darurat dan pasca bencana.
e. Mengembangkan Infrastruktur bernilai tambah tinggi
Pembangunan Transportasi, diarahkan untuk mendukung kegiatan social,
ekonomi masyarakat yang dilakukan yang dulakukan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan.
Pengelolaan sumberdaya air, diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan
sumber daya air permukaan yang memberikan keadilan dan keselarasan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan antar daerah dan antar
kepentingan dengan melakukan konversi sumber daya air, dan pengendalian
daya air.
Pengembangan wilayah, diarahkan pada terwujudnya percepatan
pembangunan struktur dan pola ruang wilayah didukung infrastruktur
ekonomi dalam menopang realisasi pemerataan pembangunan melalui
percepatan pembangunan Kawasan strategis, pengelolaan Kawasan lindung
dan Kawasan budidaya.
f. Mengembangkan tata Kelola pemerintahan yang baik.
Pembangunan hukum, diarahkan mewujudkan keterlibatan social yang
dilakukan melalui penegakan supremasi hukum yang adil, konsisten
konsekwen, aspiratif, dan tidak diskriminatif.
Penyelenggaraan pemerintahan, diarahkan untuk mewujudkan
penyelenggaraan otonomi daerah yang mampu mensejahterakan rakyat dan
pemantapan tata Kelola yang baik (good Governance).
Pembangunan politik, diarahkan untuk dapat menjamin terselenggaranya
tata pemerintahan yang demokratis melalui kelembagaan demokrasi yang
berdasarkan pada nilai-nilai agama, kesatuan social, dan budaya, hak-hak

IV - 41
asasi manusia dan mengutamakan kepentingan kedaulatan bangsa serta
tetap utuh teguhnya negara kesatuan republic Indonesia.
Pembangunan komunikasi dan informasi, diarahkan untuk mewujudkan
masyarakat sadar informasi serta menjamin hak masyarakat luas untuk
mendapatkan informasi yang transparan menuju proses pencerdasan
masyarakat dalam kehidupan politik.
Pembangunan keamanan dan ketertiban, diarahkan untuk mewujudkan
suasana yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan tegaknya
tatanan social kemasyarakatan.
Pembangunan keuangan daerah, diarahkan untuk meningkatkan,
memperkuat pendapatan keuangan daerah

3. Telaah RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032


Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Banyuwangi periode 2012-
2032 memiliki 12 kebijakan besar meliputi:
1. pengembangan kawasan pertanian;
2. pengembangan kawasan perikanan;
3. pengembangan kawasan pariwisata terpadu berbasis potensi wisata alam,
wisata budaya, dan wisata buatan;
4. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan dan perkotaan
yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, pariwisata,
industri, perdagangan, dan jasa;
5. penataan sektor informal;
6. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang mendukung kawasan
pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa, kawasan
pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta pelayanan dasar
masyarakat;
7. pengembangan kawasan strategis kabupaten;
8. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung
kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam;
9. pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan kearifan lokal dan
memperhatikan aspek ekologis;
10. pengendalian dan pelestarian kawasan lindung;
11. pengendalian kawasan rawan bencana alam; dan
12. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara.

Untuk menjamin terlaksanakannya 12 kebijakan tersebut, maka seluruh


kebijakan dituangkan dalam arah pemanfaatan ruang Kabupaten. Arah
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi 3 meliputi,
Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten, Perwujudan rencana polar
uang wilayah kabupaten, dan Perwujudan Kawasan strategis kabupaten. Dalam
pelaksanaanya, RTRW Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi empat tahapan
meliputi:
a. Tahap I (Tahun 2012 - 2016);
b. Tahap II (Tahun 2017 - 2021);
c. Tahap III (Tahun 2022 - 2026); dan
d. Tahap IV (Tahun 2027 – 2032).

IV - 42
Sebagaimana mebagian tahapan tersebut, pemanfaatan ruang memiliki rincian
program utama yang terdistribusikan pada 4 tahapan waktu eksekusi tersebut.
Melihat periodesasi RPJMD, maka tahapan pada RTRW Kabupaten yang harus
diakomodir adalah pada tahapan ketiga yaitu untuk masa perencanaan tahun 2022-
2026. Detail program utama KLHS yang harus diakomodir pada pada periode
tersebut adalah sebagai berikut:

A. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG


1. Perwujudan Pusat Kegiatan
a. Perwujudan Sistem Perkotaan
1) Pengembangan WP Banyuwangi Utara
2) Pengembangan WP Banyuwangi Tengah Timur
3) Pengembangan WP Banyuwangi Tengah Barat
4) Pengembangan WP Banyuwangi Selatan
5) Pengembangan PKW
6) Pengembangan PKL
7) Pengembangan PKLp
8) Pengembangan PPK
b. Perwujudan Sistem Perdesaan
1) Pengembangan PPL
2) Pengembangan agropolitan

2. Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah


a. Perwujudan Sistem Prasarana Utama
1) Transportasi Darat
a) Pengembangan sistem jaringan jalan nasional, meliputi:
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan arteri;
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor primer;
pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor primer
nasional;
- pembangunan jaringan jalan bebas hambatan;
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan strategis
nasional rencana tersambung tersambung;
- pengembangan dan peningkatan jaringan strategis nasional
rencana belum tersambung.
b) Pengembangan sistem jaringan jalan provinsi berupa
pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor primer.
c) Pengembangan sistem jaringan jalan kabupaten, meliputi:
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan lokal primer;
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan sekunder
didalam kawasan perkotaan;
- pengembangan dan peningkatan jaringan jalan lingkungan yang
menghubungkan antar permukiman perkotaan dan antar
permukiman perdesaan diseluruh kabupaten;
- pembangunan jalan lingkar perkotaan;
- pengembangan dan peningkatan jalan strategis kabupaten; dan
- pengembangan dan peningkatan jembatan.

IV - 43
d) Perwujudan sistem prasarana angkutan penumpang di kabupaten
meliputi :
- relokasi dan peningkatan terminal tipe A di sekitar pelabuhan
Ketapang untuk meningkatkan transit antar moda;
- pengembangan dan peningkatan terminal tipe B;
- pengembangan dan peningkatan terminal penumpang tipe C;
- pengembangan trayek angkutan penumpang;
- pengembangan dan peningkatan prasarana angkutan barang;
dan
- pengembangan dan peningkatan terminal induk sebagai pusat
pemasaran hasil pertanian dan perikanan.
2) Perkeretaapian, meliputi :
a) pembangunan jaringan rel kereta api dua jalur (double track);
b) peningkatan stasiun kereta api;
c) pembangunan pos jaga dan pemasangan sistem peringatan pada
perlintasan kereta api; dan
d) peningkatan akses terhadap layanan kereta api.
3) Transportasi Laut, meliputi :
a) pengembangan fungsi pelabuhan laut; dan
b) pengembangan fungsi pelabuhan khusus;
4) Transportasi Udara, meliputi :
a) penataan kawasan sisi darat dan sisi udara bandar udara;
b) pengendalian kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
(KKOP); dan
c) penyusunan rencana induk bandar udara dan penataan rencana
rinci tata ruang diluar kawasan bandar udara.

b. Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi


1) pengembangan jaringan telekomunikasi;
2) peningkatan wilayah pelayanan sistem jaringan kabel, tanpa kabel dan
satelit;
c. Perwujudan sistem jaringan energi
1) peningkatan pelayanan listrik
2) pengembangan transmisi tenaga listrik;
3) pengembangan areal konservasi sekitar lokasi SUTT dan SUTET; dan
4) pengembangan energi alternatif.
d. Perwujudan sistem jaringan sumber daya air
1) eksplorasi sumber daya air
2) pelestarian sumber daya air permukaan dan air bawah tanah
3) pengembangan dan pembangunan sarana prasarana sumber daya air
4) perlindungan daerah tangkapan air
5) pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, operasional dan pemeliharaan
sarana dan prasarana pengelolaan air baku
6) pengembangan sarana dan prasarana jaringan air baku kawasan
perkotaan dan perdesaan, diutamakan pada daerah rawan air bersih dan
irigasi

IV - 44
7) pengembangan sarana dan prasarana jaringan air baku kawasan industri
kecil, menengah dan besar
8) pengembangan sarana dan prasarana jaringan air baku kawasan
budidaya perikanan darat
9) pengendalian dan pemanfaatan secara proporsional sumber-sumber mata
air dan air tanah
10) pelestarian lingkungan daerah tangkapan air (catchment area), DAS dan
disekitar sumber-sumber air
11) pembangunan dan pemeliharaan waduk, embung, bendung, chekdam,
groundsill, kolam retensi, bangunan bendung distribusi, dan bangunan
pembagi
12) pembangunan tanggul dan talud permanen disepanjang sungai
13) perkuatan tangkis
14) pembangunan dan rehabilitasi plengsengan sungai
15) normalisasi sungai
16) reboisasi kawasan resapan air
17) pengendalian kawasan resapan air
18) pengendalian kawasan lindung sempadan sungai
e. Perwujudan sistem jaringan prasarana lingkungan
1) peningkatan sarana prasarana persampahan
2) pengembangan lokasi TPA sesuai zona pelayanan
3) pengembangan sarana prasarana air minum
4) peningkatan wilayah pelayanan air bersih
5) pembangunan saluran drainase dan sanitasi yang memadai
6) peningkatan akses PS air limbah baik sistem on site maupun off site di
perkotaan maupun di perdesaan untuk memperbaiki kesehatan
masyarakat
7) penyediaan sistem air minum perpipaan dan non perpipaan untuk
menemui kebutuhan air minum
8) peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem air minum
9) penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat pengelola
air minum
10) peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air minum
11) pengembangan alternatif sumber pembiayaan
12) pembangunan IPAL
13) peningkatan pelayanan dan penanganan drainase;
14) peningkatan pelibatan stakeholders;
15) peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah;
16) penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat pengelola
air limbah;

B. PERWUJUDAN POLA RUANG


1. Perwujudan Kawasan Lindung
a. Perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya

IV - 45
1) pengendalian perubahan fungsi kawasan;
2) pengendalian pendirian bangunan baru;
3) penanaman vegetasi yang mampu memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
4) reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis.
b. Perwujudan kawasan perlindungan setempat
1) perlindungan kawasan sempadan sungai, waduk, danau, embung,
rawa dan sektar mata air;
2) pengendalian pencemaran air;
3) pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi dan penutup
tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi air; dan
4) membatasi penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang
tidak berhubungan dengan konservasi waduk.
c. Perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
1) pelestarian kawasan suaka alam, cagar alam, suaka alam laut, pantai
berhutan bakau, taman nasional dan wisata alam;
2) membatasi penggunaan lahan secara langsung yang dapat merusak
pelestarian alam;
3) penanaman vegetasi yang dapat memberikan perlidungan suaka alam;
dan
4) tidak mengadakan wisata yang dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran di kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya.
d. Perwujudan kawasan rawan bencana alam
1) dilakukanya kegiatan-kegiatan reboisasi atau penghijauan dan
penyuluhan terhadap masyarakat yang tinggal pada wilayah yang
memiliki potensi bahaya banjir;
2) pengamanan kawasan sempadan sungai dan konservasi kawasan hulu
sungai;
3) normalisasi wilayah sungai secara berkala;
4) memperbaiki kondisi fisik saluran drainase yang ada dengan
meningkatkan kualitas pelayananya dan segala jenis kegiatan yang
mempengaruhi kelancaran tata drainase di kawasan banjir dilarang;
dan
5) penghijauan hutan dan kawasan lindung;
6) pemantauan hutan secara berkala;
7) pengaturan bangunan dan daerah hijau; dan
e. Perwujudan kawasan lindung geologi
1) perlindungan kawasan cagar alam geologi;
2) pengelolaan kawasan rawan bencana alam geologi; dan
3) perlindungan daerah imbuhan air tanah.

f. Perwujudan kawasan lindung lainnya


1) perlindungan konservasi sumberdaya perikanan dan kelautan;
2) pengembangan budidaya perikanan dan kelautan; dan

IV - 46
3) penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang tidak menganggu
lingkungan.
g. Perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi
1) peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Hutan
Produksi;
2) pembentukkan dan pembinaan kesatuan pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP);
3) fasilitasi kelompok dalam izin pengelolaan Kawasan Hutan;
4) fasilitasi pemasaran hasil produksi kehutanan dan perluasan akses
pelayanan informasi pemasaran hasil hutan;
5) pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat; dan
6) pengawasan dan penertiban pengelolaan industri hasil hutan.
h. Perwujudan kawasan peruntukan pertanian
1) membatasi alih fungsi lahan pertanian melalui penetapan kawasan
lahan pertanian pangan berkelanjutan yang akan diatur lebih lanjut
dalam rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi sesuai
peraturan perundangan;
2) mengatur pola penggunaan sumberdaya air untuk kegiatan pertanian
lahan basah pada kawasan pertanian yang potensial;
3) memperluas daerah tangkapan hujan pada DAS sehingga dapat
menjaga ketersediaan air;
4) meningkatan pelayanan irigasi teknis/desa dengan jaminan pasokan
air yang mencukupi. Perbaikan irigasi dilakukan secara terprogam dan
sesuai prioritas dengan mengacu pada kondisi terakhir dari irigasi
teknis/desa yang ada pada laporan kondisi irigasi terakhir;
5) e. meningkatan produksi pertanian sawah melalui intensifikasi lahan;
6) meningkatkan pendapatan petani melalui pengembangan padi organik
bersertifikat sehingga sebagian hasil panen dapat dijual dengan nilai
ekonomi yang tinggi; dan
7) penguatan lembaga petani terkait dengan pengelolaan air (irigasi),
pengadaan produksi, panen dan pengolahan pasca panen termasuk
pemasaran.
i. Perwujudan kawasan peruntukan perkebunan
1) mengembangkan komoditas tanaman keras yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi; dan
2) meningkatkan produksi komoditas unggulan melalui intensifikasi
lahan
j. Perwujudan kawasan peruntukan peternakan
1) mengembangkan komoditas ternak;
k. Perwujudan kawasan peruntukan perikanan
1) pemberdayaan ekonomi masyarakat, meliputi pembudidaya ikan;
2) peningkatan pengelolaan kawasan budidaya perikanan
3) pengembangan sarana & prasarana kawasan perikanan
4) pengembangan sarana kawasan minapolitan
5) peningkatan usaha perikanan kolam, sungai, rawa, sawah dan laut;
6) pengendalian dan peningkatan pelayanan perizinan usaha;

IV - 47
7) peningkatan pemasaran, standar mutu, dan nilai tambah produk
perikanan.
8) penguatan kelembagaan dan tata laksana kelembagaan. Pemasaran
produk perikanan;
9) pengembangan sistem data, statistik dan informasi perikanan; dan
10) peningkatan akses nelayan dan pembudidaya ikan terhadap lembaga
keuangan dan bank.
l. Perwujudan kawasan peruntukan pertambangan
1) pengendalian usaha penambangan yang merusak lingkungan.

m. Perwujudan kawasan peruntukan industri


1) pengelolaan, mencakup kelembagaan dan peran/kewajiban pengelola
kawasan industri dalam melaksanakan kegiatan usaha kawasan
industri.
n. Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata
1) penyediaan sarana prasarana penunjang pariwisata.
2) melengkapi Kawasan Wisata dengan fasilitas penunjang wisata;
3) melakukan promosi Kawasan Wisata melalui berbagai media, dan
melaksanakan berbagai event promosi; dan
4) mempromosikan daerah wisata dengan mengadakan event tahunan
maupun bulanan; dan
5) melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya
pemasaran yang progresif.
o. Perwujudan kawasan peruntukan lainnya
1) membatasi pembukaan lahan baru yang menganggu pengembangan
peruntukan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

C. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN


1. Perwujudan kawasan strategis ekonomi
a. pengembangan kegiatan ekonomi skala besar;
2. Perwujudan kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan
a. pengembangan kawasan hutan produksi dan perkebunan;
b. melarang alih fungsi pada kawasan hutan lindung; dan
c. pemanfaatan kawasan untuk pendidikan dan penelitian berbasis
lingkungan hidup.

4.2.5 Perumusan Isu Strategis Kabupaten Banyuwangi


Isu strategis merupakan suatu kondisi yang berpotensi menjadi masalah
maupun menjadi peluang suatu daerah dimasa datang. Isu strategis lebih
berorientasi pada masa depan. Suatu hal yang belum menjadi masalah saat ini,
namun berpotensi akan menjadi masalah daerah pada suatu saat dapat
dikategorikan sebagai isu strategis. Selain itu isu strategis juga dapat dimaknai
sebagai potensi yang daerah yang belum terkelola, dan jika dikelola secara tepat
dapat menjadi potensi modal pembangunan yang signifikan.

IV - 48
Perumusan isu strategis didapatkan berdasarkan rumusan permasalahan
pembangunan yang didapatkan berdasarkan telaah pada kondisi daerah pada Bab
2, Telaah aspek keuangan daerah pada Bab 3, telaah isu internasional, isu nasional,
Telaah SDGs, isu regional Provinsi Jawa Timur, dan Telaah Dokumen Perencanaan
Terkait (RPJPD, RTRW, KLHS). Berikut merupakan isu strategis Kabupaten
Banyuwangi:
1. Pemulihan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Keberadaan sektor unggulan di Kabupaten Banyuwangi saat ini perlu
dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur perekonomian daerah,
karena keberadaan sektor tersebut menjadi lokomotif penggerak
perkembangan ekonomi daerah, yang meliputi : Pariwisata, UMKM dan
Pertanian.
Kondisi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi saat ini memiliki
tantangan yang sangat berat, dimana dengan adanya pandemi Covid-19 telah
banyak memberikan dampak terhadap sektor pariwisata. Pada tahun 2020 di
Kabupaten Banyuwangi telah terjadi penurunan jumlah kunjungan
pariwisata, sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk saat ini dan
dimasa mendatang perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi
permasalahan tersebut, disamping masih perlu adanya pengembangan
terhadap pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, dimana saat ini masih
sedikit pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang memiliki sertifikat
kompetensi, serta belum maksimalnya pengembangan ekosistem ekonomi
kreatif. Hal ini perlu dilakukan karena pariwisata menjadi salah satu sektor
yang saat ini telah menopang pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi. Sehingga selain membangkitkan sektor pariwisata agar
mampu beradaptasi pada era New Normal, juga masih diperlukan
pengembangan yang didukung dengan keberadaan ekosistem ekonomi
kreatif. Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi menjadi identitas
pembangunan, dengan pembangunan pariwisata berdampak besar pada
perekonomian di usaha masyarakat termasuk penyerapan tenaga kerja.
Pariwisata juga memberikan keuntungan pada pelaku usaha UMKM dan
pertanian. Potensi sektor ini akan memberikan produktivitas dan daya saing
dari pertumbuhan ekonomi. Pariwisata yang merosot karena pandemi 19
tentunya juga berdampak pada kondisi pelaku usaha UMKM.
Keberadaan UMKM di Kabupaten Banyuwangi selain turut terkena
dampak pandemi Covid-19 yang harus segera ditangani juga memiliki
berbagai permasalahan yang harus diselesaikan dalam beberapa tahun
mendatang, karena keberadaan UMKM dengan jumlah yang banyak juga
turut memiliki peran yang besar dalam rangka mendukung perekonomian di
Kabupaten Banyuwangi. Sebagai salah satu pilar penting sektor ekonomi,
keberadaan UMKM di daerah perlu terus didorong untuk tumbuh, terutama
pada saat terjadinya pelemahan ekonomi seperti yang terjadi saat ini. Masih
minimnya diversifikasi usaha mikro perlu ditingkatkan untuk memperkuat
struktur perekonomian dan mendukung keberlangsungnya usaha yang
dimiliki oleh UMKM, selain itu masih belum optimalnya kemampuan akses
pada sumber-sumber informasi, belum optimalnya kemampuan untuk
meningkatkan akses dan peluang pasar, belum maksimalnya kemampuan

IV - 49
SDM usaha mikro, belum maksimalnya kualitas sarana distribusi
perdagangan, lemahnya pembentukan jaringan usaha atau kemitraan usaha
mikro, belum maksimalnya pertumbuhan nilai produksi industri kecil
menengah, kurangnya keakuratan data UMKM, serta minimnya jumlah
usaha mikro yang menjadi wirausaha juga masih menjadi tantangan yang
harus dihadapi dan secara bertahap diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing
UMKM.
Selain pariwisata dan UMKM, keberadaan sektor pertanian juga perlu
mendapatkan perhatian. Perekonomian Kabupaten Banyuwangi masih
ditopang kuat oleh adanya sektor pertanian, dimana keberadaan sektor
tersebut saat ini masih memiliki kontribusi lebih dari 29%. Bahkan saat
pandemi melanda Indonesia pada tahun 2020, kondisi ekonomi Kabupaten
Banyuwangi baru terdampak pada tribulan ketiga, karena masih ditopang
oleh adanya sektor pertanian. Peran yang diberikan oleh sektor pertanian
dalam struktur perekonomian Kabupaten Banyuwangi semakin menurun
dalam beberapa tahun terakhir, dimana kontribusi yang diberikan pada
tahun 2016 mencapai 35,38%, sedangkan pada tahun 2020 sebesar 29,69%.
Kondisi yang dialami oleh sektor pertanian memerlukan intervensi yang lebih
besar dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dimana kondisi tersebut
banyak disebabkan oleh adanya berbagai permasalahan, seperti penurunan
produktivitas yang disebabkan oleh adanya penurunan tingkat kesuburan
atau produktivitas lahan karena pengggunaan pupuk anorganik yang
berlebihan; terjadinya cuaca ekstrim yang memicu serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT); ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana,
lahan dan air yang belum memadai; maupun Penurunan permintaan hasil
produksi perikanan budidaya; sedangkan dari sisi kelembagaan petani/
nelayan saat ini masih banyak terdapat kelemahan.
Peluang kedepan Sektor Pariwisata yang merupakan sektor unggulan
Kabupaten Banyuwangi harus lebih inovatif dalam menangkap peluang
revolusi industry 4.0. Industri pariwisata harus diintegrasikan dengan sistem
dan teknologi mulai dari hulu hingga hilir, sehingga akan dapat memperluas
pasar, mengembangkan diversifikasi produk dan jasa wisata, dan
meningkatkan pelayanan wisatawan melalui sistem dan teknologi. Sektor
UMKM dan Industri yang akan berdampak secara signifikan adalah mulai
merubah mind set konfensional ke modern berbasis dengan teknologi. Sektor
Pertanian dan Kelautan yang saat ini menjadi sektor dengan kontribusi
terbesar di Kabupaten Banyuwangi
Selain peluang revolusi industry 4.0, dala amanat Peraturan Presiden
Nomor 80 Tahun 2019 dijelaskan bahwa prioritas percepatan pembangunan
guna memperoleh dampak terhadap perekonomian regional dan nasional
adalah 3 wilayah yang meliputi Kawasan Gerbangkertosuilo, Kawasan Bromo
Tengger Semeru, dan Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan. Peran
Kabupaten Banyuwangi dalam percepatan pembangunan ketiga kawasan
tersebut ialah selaku kawasan pendukung yakni masuk dalam Kawasan
Selingkar Ijen yang mana mendukung Kawasan Prioritas Bromo Tengger
Semeru. Kawasan Pendukung Selingkar Ijen berada di wilayah paling timur

IV - 50
Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Banyuwangi. Pada kawasan tersebut,
selaras dengan dokumen RTRW Provinsi Jawa timur yang menyebutkan
Kabupaten Banyuwangi Masuk dalam Kawasan Andalan dengan sektor
unggulan unggulan perikanan dan pertanian, serta mendukung Kabupaten
Banyuwangi masuk dalam Kawasan Strategis Agropolitan Regional yaitu
Sistem Agropolitan Ijen. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diharapkan
dapat mampu menangkap peluang dari adanya perhatian kusus pada yang
di tetapkan pada prioritas nasional maupun provinsi Jawa Timur.
Pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi memiliki
hubungan timbal balik, karena pembangunan infrastruktur menimbulkan
ekspansi ekonomi melalui efek multiplier. Sementara ekspansi ekonomi
menimbulkan kebutuhan untuk memperluas infrastruktur yang ada, untuk
menyerap makin besarnya aliran barang dan orang yang beredar atau
bersirkulasi di seluruh perekonomian. Ketika keadaan infrastruktur di
sebuah daerah kurang optimal, dapat berarti bahwa perekonomian pada
daerah tersebut berjalan dengan cara yang kurang efisien. Biaya ditribusi dan
produksi yang tinggi akan berujung pada belum maksimalnya daya saing
usaha.
Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai
konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada
lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya
stabilisasi makro ekonomi.
Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi perlu
ditingkatkan secara lebih merata, mengingat Kabupaten Banyuwangi
memiliki berbagai potensi di sektor ekonomi yang perlu dikembangkan,
sepertihalnya sektor pariwisata, pertanian dan UMKM. Disisi lain Kabupaten
Banyuwangi memiliki wilayah yang luas dengan pembagian wilayah
administratif sebanyak 25 kecamatan dan 217 desa/ kelurahan. Untuk
mempercepat pengembangan ekonomi daerah, maka pembangunan
infrastruktur perlu dilaksanakan untuk mendukung pengembangan ekonomi
sehingga multiplier efek dari pembangunan infrastruktur bisa dirasakan,
yaitu untuk mendukung peningkatan daya tarik dan daya saing sektor
pariwisata, produktivitas sektor pertanian dan daya saing UMKM, serta
memberikan daya dukung terhadap akselerasi pembangunan ekonomi dan
peningkatan investasi. Masih minimnya ketersediaan sarana dan parasarana
perhubungan di Kabupaten Banyuwangi, masih terdapatnya ruas jalan yang
mengalami kerusakan dan beberapa ruas jalan masuk pada usia perbaikan,
serta belum optimalnya penyediaan akses air bersih terutama di kawasan
pedesaan perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. Sehingga dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang baik
dan memadahi dapat mendukung akselerasi pembangunan ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi yang pada akhirnya mampu mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan pada
umumnya harus mengacu pada konsep pembangunan untuk pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tetap memperhatikan aspek

IV - 51
lingkungan. Karena pembangunan ekonomi sangat tergantung pada
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Untuk itu, antara
pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup diperlukan adanya
keseimbangan. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan
infrastruktur dan ekonomi perlu dilakukan mitigasi sehingga kerusakan
lingkungan hidup dapat dikendalikan. Di Kabupaten Banyuwangi dalam
pengelolaan lingkungan hidup perlu dilakukan melalui pengawasan secara
intensif. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi risiko
terjadinya pencemaran air dan udara. Berkembangnya kegiatan usaha
masyarakat sangat berpotensi terhadap pencemaran lingkungan, baik air
yang berasal dari limbah maupun udara sehingga dengan adanya
pengawasan yang dilakukan, maka potensi dari permasalahan tersebut dapat
dikendalikan. Begitu pula dengan pembangunan infrastruktur dalam
pelaksanaan perlu memperhatikan penggunaan lahan dan ketersediaan
sumber mata air. Dengan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan,
maka perlu dipastikan bahwa keperuntukan lahan yang digunakan telah
sesuai, tidak mengubah fungsi lahan tanam/ resapan air, serta tidak
merusak ketersediaan sumber mata air, sehingga dengan demikian konsep
pembangunan berkelanjutan dapat diimplementasikan di Kabupaten
Banyuwangi.

2. Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial menggambarkan suatu keadaan dimana telah
terjadi kesenjangan, ketimpangan, ataupun ketidaksamaan akses untuk
memanfaatkan sumber daya yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Kesenjangan sosial menjadi sebuah permasalahan yang terjadi di Kabupaten
Banyuwangi. Hal ini dikarenakan oleh adanya kesenjangan (gap) pendapatan
antar masyarakat yang cukup kontras, khususnya antara masyarakat yang
berada di kota dan masyarakat di desa. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
angka gini rasio yang mengalami kenaikan. Dimana ketimpangan pendapatan
masyarakat di Kabupaten Banyuwangi mengalami kenaikan dibandingkan
dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Untuk itu diperlukan adanya
pemerataan pendapatan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja
maupun peningkatan penyerapan tenaga kerja lokal. Hal ini sangat penting
dikarenakan pengangguran merupakan salah satu sebab yang dapat
menimbulkan adanya kesenjangan pendapatan antar masyarakat, sehingga
dengan semakin berkurangnya tingkat pengangguran maka kesenjangan
tersebut akan semakin berkurang. Peningkatan skill berwirausaha bagi
pemuda dan perempuan juga perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
produktifitas masyarakat, karena terjadinya kesenjangan berarti
menunjukkan masih adanya masyarakat yang termasuk dalam kategori
kurang produktif. Dengan adanya peningkatan produktivitas, maka peluang
untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi akan semakin besar.
Untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial juga diperlukan adanya
peningkatan ketahanan keluarga. Dalam hal meningkatkan ketahanan
keluarga, setiap individu utamanya perempuan dapat diberdayakan menjadi
penyokong pemenuhan kebutuhan dasar keluarga. Akses perempuan di

IV - 52
bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan pemerintahan perlu diperluas
dalam rangka meningkatkan peran perempuan dalam kegiatan
pembangunan. Selain itu, angka kekerasan (fisik, seksual & emosional) pada
perempuan yang tinggi di Kabupaten Banyuwangi menjadi dasar kenapa
perempuan perlu diberdayakan yakni untuk mendapatkan kemandirian guna
meningkatkan akses pendapatan dan mengurangi kemiskinan, disamping
perlu adanya perlindungan hukum yang diperlukan.
Kesenjangan sosial juga terjadi disebabkan oleh adanya kemiskinan,
dimana tingkat kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020
masih tercatat sebesar 8,06% dan terpusat pada daerah pedesaan. Untuk itu,
pemerataan pembangunan perlu dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan pembangunan yang dimulai dari desa, sehingga dengan demikian
kesenjangan sosial antara desa dan kota akan dapat diminimalkan. Selain
itu, masyarakat desa khususnya yang termasuk dalam angkatan kerja
memiliki peranan yang penting dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten
Banyuwangi, sehingga dengan demikian perlu dikembangkan, baik dalam
konteks penyediaan informasi lapangan kerja, pengembangan kompetensi
SDM, perlindungan kerja sampai pada pemberian bantuan usaha. Disisi lain,
pemberian bantuan sosial pada masyarakat miskin dipastikan tepat sasaran
dan tepat guna, sehingga pelaksanaan pengentasan kemiskinan di
Kabupaten Banyuwangi dapat berjalan secara efektif.

3. Kapasitas Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berkarakter


Representasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing
dapat dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Banyuwangi sebagai manifestasi kinerja pemerintah dalam pembangunan
sumber daya manusia atau masyarakat Kabupaten Banyuwangi. IPM
merupakan indeks yang terbentuk dari 3 indeks komposit yang meliputi
indeks pendidikan yang dibentuk dari harapan lama sekolah (HLS) dan rata-
rata lama sekolah (RLS), indeks kesehatan yang dibentuk dari angka harapan
hidup (AHH), dan indeks pengeluaran perkapita atau Purchasing Power Parity
(PPP). Ketiga indeks komposit tersebut merupakan representasi dari kualitas
pembangunan manusia disebuah daerah. Dengan kata lain yang menjadi
tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam pembangunan manusia disaat
masyarakat Kabupaten Banyuwangi memiliki ekspektasi yang tinggi dari
waktu tempuh pendidikannya yang dilihat dari HLS, masyarakat Kabupaten
Banyuwangi secara eksisting rata-rata telah menempuh jenjang pendidikan
yang tinggi yang dilihat dari RLS, masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang
memiliki usia harapan hidup yang panjang yang dilihat dari AHH, dan
masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang memiliki pengeluaran perkapita
yang tinggi yang merepresentasikan kemudahan akses masyarakat
Kabupaten Banyuwangi dalam mengakses ekonomi yang berimplikasi
terhadap tingginya kualitas pengeluaran perkapita yang tinggi.
Isu strategis yang merupakan sebuah kondisi yang belum terjadi
namun menjadi potensi maupun persoalan yang menjadi peluang dan
ancaman yang akan terjadi di masa depan dalam pembangunan manusia
perlu untuk diperhatikan guna menangkap peluang tersebut maupun

IV - 53
mengantisipasi hal-hal yang lebih buruk akan berpotensi terjadi nantinya.
Daya saing dan kapasitas SDM yang berkualitas hingga kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Banyuwangi sejauh ini belum dikatakan tercapai
sepenuhnya, namun hal tersebut yang diharapkan nantinya akan terwujud.
Menindak lanjut hal tersebut maka perlu kita pahami permasalahan-
permasalahan pembangunan sumber daya manusia yang harus menjadi
perhatian dalam mewujudkan SDM yang berdaya saing dan berkualitas.
Pada sektor pendidikan persoalan dibanyuwangi masih berkutat pada
masih belum optimalnya harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah
masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Banyak hal yang menjadi persoalan
sehingga daya akses dan ekspektasi masyarakat dalam menempuh sektor
pendidikan berada dibawah rata-rata Provinsi Jawa Timur. Di Kabupaten
Banyuwangi masih banyaknya angka murid putus sekolah yang mana terjadi
dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya ialah faktor ekonomi dan
lemahnya mindset masyarakat Kabupaten Banyuwangi terhadap pentingnya
pendidikan. Selain itu persoalan lain yang tidak kalah penting ialah berkaitan
dengan kualitas pendidikan yang belum merata, khususnya antara di pusat
perkotaan dengan wilayah pinggiran dan terpencil. Mengingat luas geografis
yang merupakan kabupaten dengan luas paling besar di Provinsi Jawa Timur,
pemerataan pendidikan merupakan tantangan penting yang sejauh ini masih
menjadi persoalan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang belum tuntas
diselesaikan. Tidak hanya kualitas bahkan ketersediaan fasilitas prasarana
dasar pendidikan seperti listrik, internet, dan komputer masih belum merata.
Terutama sekolah-sekolah yang berada di wilayah pinggiran.
Revolusi karakter bangsa, tantangan yang dihadapi adalah
menjadikan proses pendidikan sebagai sarana pembentukan watak dan
kepribadian siswa yang matang dengan internalisasi dan pengintegrasian
pendidikan karakter dalam kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem
penilaian dalam pendidikan. aspek pendidikan berperan signifikan dalam
menentukan dan membentuk sebuah bangsa yang maju dan modern.
Karenanya, pemerintah berupaya melakukan revolusi karakter bangsa
melalui pendidikan. Di sini, pendidikan harus dimaknai tidak hanya sebagai
sarana untuk melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan belaka,
tetapi juga sebagai suatu proses pembelajaran sepanjang hayat untuk
membentuk karakter yang baik, mengembangkan potensi dan talenta
individual, memperkuat daya intelektual dan pikiran, dan menanamkan jiwa
mandiri serta spirit berdikari
Sektor kesehatan menyisakan persoalan masih tingginya kasus
kematian ibu melahirkan dibeberapa wilayah. Salah satu tingginya angka
tersebut adalah masih terdapat beberapa masyarakat yang belum secara
rutin memeriksakan kandungannya kepada tenaga medis, sehingga terjadi
komplikasi tertentu yang mana menyebabkan kasus fatal pada masa
kehamilan maupun melahirkan. Masih tingginya masyarakat Kabupaten
Banyuwangi yang melakukan proses melahirkan pada dukun bayi yang
belum tersertifikasi medis, sehingga berpotensi tingginya kasus kematian
pada ibu dan bayi baru lahir.

IV - 54
4. Penguatan Modal Sosial masyarakat
Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu
variabel dalam membangun modal sosial, namun banyak hal-hal lain yang
harus dibangun dari modal sosial Kabupaten Banyuwangi. Pentingnya hal
tersebut dikarenakan masih belum maksimalnya pemahaman kesadaran
masyarakat akan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di
Kabupaten Banyuwangi. Tingkat pemahaman dan kepatuhan masyarakat
dalam menjalankan peraturan di Kabupaten Banyuwangi tentunya
merupakan modal sosial penting dalam pembangunan. Masyarakat yang
paham dan memiliki tingkat kepatuhan hukum yang tinggi, akan
menciptakan kondusifitas di Kabupaten Banyuwangi. Sehingga semakin
tingginya tingkat kondusifitas lingkungan sosial masyarakat, maka sektor
bisnis atau sektor perekonomian akan tumbuh.
Permasalahan modal sosial tidak hanya terletak pada masyarakat
secara umum. Namun Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang
berwenang dalam membina masyarakat sebagai bentuk tindakan preventif
pencegahan konflik sosial masyarakat belum dikatakan berjalan efektif.
Sejauh ini permasalahan utama ialah masih terdapat penegak perda baik
Sapol PP maupun anggota Linmas yang belum terampil dalam
menindaklanjuti permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Lemahnya
kapasitas penegak perda akan berimplikasi terhadap penegakan perda yang
kurang maksimal, sehingga masyarakat akan cenderung tidak jera dalam
melakukan pelangaran.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam pembangunan perlu
mengelola modal sosial, yaitu ikatan-ikatan sosial yang terbentuk dalam
kurun waktu panjang, yang membentuk interaksi sosial, karakter
masyarakat, dan didukung dengan adanya nilai bersama, rasa percaya (trust)
dan kerjasama. Lebih jauh, modal sosial juga merupakan jalinan ikatan
sosial-budaya, pemerintahan (governance), dan perilaku sosial yang
sedemikian rupa sehingga membentuk fungsi dan tatanan masyarakat
Dapat disimpulkan berkaitan dengan modal sosial, aspek kunci dalam
pembangunan modal sosial adalah pembangunan toleransi, solidaritas, dan
stabilitas sosial masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Pembangunan konteks
masyarakat secara umum maupun manusia dalam konteks aparatur
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, khususnya selaku penegak
perda. Peran serta masyarakat dapat menjadi stimulan dalam mencapai
tujuan pembangunan dan kondusifitas. Modal sosial yang tidak kondusif
justru akan menjadi kendala dalam pembangunan.
Permasalahan sosial di Kabupaten Banyuwangi yang masih perlu
mendapatkan perhatian serius adalah kemiskinan karena masih tingginya
keluarga miskin dan masih belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat
miskin serta masyarakat yang rentan melalui bantuan sosial yang tepat
sasaran. Tercatat masih ada sekitar 52.687 keluarga miskin yang masih
mendapatkan bantuan Program PKH dan adanya peningkatan pada Indeks
Keparahan Kemiskinan pada tahun 2018-2019.
Untuk mewujudkan modal sosial yang memberikan dukungan kepada
pembangunan Kabupaten Banyuwangi. Membangun modal sosial tidak

IV - 55
hanya sebatas permasalahan kemiskinan, namun jauh lebih kompleks.
Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu variabel
dalam membangun modal sosial, namun banyak hal-hal lain yang harus
dibangun dari modal sosial Kabupaten Banyuwangi. Pentingnya hal tersebut
dikarenakan masih belum maksimalnya pemahaman kesadaran masyarakat
akan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di Kabupaten
Banyuwangi. Tingkat pemahaman dan kepatuhan masyarakat dalam
menjalankan peraturan di Kabupaten Banyuwangi tentunya merupakan
modal sosial penting dalam pembangunan. Masyarakat yang paham dan
memiliki tingkat kepatuhan hukum yang tinggi, akan menciptakan
kondusifitas di Kabupaten Banyuwangi. Sehingga semakin tingginya tingkat
kondusifitas lingkungan sosial masyarakat, maka sektor bisnis atau sektor
perekonomian akan tumbuh.
Permasalahan modal sosial tidak hanya terletak pada masyarakat
secara umum. Namun Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang
berwenang dalam membina masyarakat sebagai bentuk tindakan preventif
pencegahan konflik sosial masyarakat belum dikatakan berjalan efektif.
Sejauh ini permasalahan utama ialah masih terdapat penegak perda baik
Sapol PP maupun anggota Linmas yang belum terampil dalam
menindaklanjuti permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Lemahnya
kapasitas penegak perda akan berimplikasi terhadap penegakan perda yang
kurang maksimal, sehingga masyarakat akan cenderung tidak jera dalam
melakukan pelangaran.
Dapat disimpulkan berkaitan dengan modal sosial, aspek kunci dalam
pembangunan modal sosial adalah pembangunan manusia Kabupaten
Banyuwangi. Baik manusia dalam konteks masyarakat secara umum
maupun manusia dalam konteks aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyuwangi, khususnya selaku penegak perda. Peran serta masyarakat
dapat menjadi stimulan dalam mencapai tujuan pembangunan dan
kondusifitas. Modal sosial yang tidak kondusif justru akan menjadi kendala
dalam pembangunan.

5. Kualitas Layanan Publik dan Adaptasi Manajemen Pemerintahan.


Pelayanan publik berkualitas menjadi fokus utama masalah
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, banyak tuntutan masyarakat dalam
menyelenggaran layanan publik harus cepat, prima dan responsif. Masih
banyak tugas untuk diselesaikan masalah layanan pemerintah. contoh masih
adanya proses pelayanan perizinan yang belum sesuai dengan SOP
Pelayanan, contohnya juga seperti pelayanan dasar pembuatan pengantar
administrasi penduduk, pertanahan, koordinasi dan sebagainya.
Penanganan persoalan polemik di masyarakat desa pun adalah bagian
pelayanan publik pemerintahan desa. Maka secara umum bahwa segala
pembuatan dokumen berharga bagi masyarakat desa tentu harus melalui
pemerintahan desa terlebih dahulu sebagai dasar syarat legalitas.
Mendekatkan pelayanan publik desa menjadi isu yang harus di tangkap oleh
pemerintah, karena menjadi perhatian kepala daerah.

IV - 56
Selain itu untuk menghadapi di era society 5.0, Pemerintahan di
dunia, termasuk Indonesia dihadapkan pada era perkembangan teknologi
yang canggih (artificial intelligence). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
harus mengantisipasi era keterbukaan yang semakin luas, yang berujung
pada kemampuan untuk bersaing dalam rangka meningkatkan kapasitas
daya saingnya. Untuk mendukung era keterbukaan yang semakin meluas
harus di dukung melalui pendekatan paradigma mengubah orientasi cara
bekerja dengan apa yang disebut sebagai network government dan
collaborative governance. Pemerintah sudah tidak dapat bekerja dan
menyelesaikan masalah-masalah publik sendirian. Pemerintah berkomitmen
dalam menangkap isu peluang tersebut dengan beradaptasi dengan inovasi
layanan publik yang semakin dituntut untuk menyelesaikan masalah secara
efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Kabupaten Banyuwangi
masih terjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian, kekurangan
sebesar 26,23% terkait persentase instansi pemerintah yang memiliki Indeks
Reformasi Baik dari target SDG's sebesar 45%, adanya kebijakan nasional
yang berdampak pada perubahan kebijakan daerah secara mendadak
sehingga menyebabkan inkonsistensi perencanaan pembangunan di daerah,
belanja modal kecenderungan mengalami penurunan. Manajemen
pemerintahan di tuntut untuk dinamis dan adaptif dalam menyikapi
perubahan. Birokrasi harus respon terhadap kebijakan yang terus berubah,
selain itu pemerintah dihadapkan dengan pengelolaan APBD yang berdampak
langsung kepada masyarakat.

6. Kapasitas Fiskal Daerah.


Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dihadapkan pada
kondisi menurun, dimana adanya pandemi Covid-19 telah menyebabkan
penurunan terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2020. Terjadinya penurunan ekonomi seiring
dengan adanya pembatasan aktivitas masyarakat telah memberikan dampak
terhadap penurunan realisasi pajak daerah dan retribusi daerah, selain itu
Lain-lain PAD yang sah pada tahun tersebut juga turut mengalami
penurunan. Disisi lain keberadaan Dana Perimbangan saat ini sulit untuk
prediksi, dimana pada tahun 2020 realisasi dana perimbangan yang diterima
oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan, khususnya
pada Dana bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Pandemi Covid-19 yang telah terjadi dan masih munculnya kasus baru
hingga saat ini belum bisa diprediksi kapan berakhir, sehingga disamping
permasalahan kesehatan dan ekonomi, kapasitas fiskal juga memerlukan
perhatian Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, mengingat kebutuhan belanja
daerah untuk membiayai kegiatan pembangunan dalam setiap tahun
mengalami peningkatan, disisi lain tuntutan terhadap kemandirian keuangan
daerah saat ini sangat diperlukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya
penurunan pendapatan transfer Pemerintah Pusat pada tahun-tahun yang
akan datang.

IV - 57
Untuk memastikan bahwa arah pembangunan Kabupaten Banyuwangi 2021-
2026 telah memperhatikan isu dan untuk menjawab isu strategis, maka penting
kiranya guna melinierkan isu strategis terhadap misi RPJMD Kabupaten
Banyuwangi tahun 2021-2026. Berikut linieritas isu strategis terhadap misi RPJMD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 sebagai berikut:

Tabel 4. 9: Isu Strategis terhadap Misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun


2021-2026
Isu Strategis RPJMD Kabupaten Misi RPJMD Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi Tahun 2021-2026 Tahun 2021-2026
Pemulihan Ekonomi Kabupaten Misi I
Banyuwangi Membangun Ekonomi Inklusif dan
Pemerataan Infrastruktur yang mampu
Kesenjangan Sosial mengungkit produktifitas sektor unggulan
dan menguatkan ketahanan lingkungan
Kapasitas Sumber daya manusia yang Misi II
Unggul dan berkarakter Membangun SDM Unggul Berkharakter dan
Penguatan Modal Sosial masyarakat Harmonisasi Sosial yang Kondusif

Kualitas Layanan Publik dan Adaptasi


Manajemen Pemerintahan. Misi III
Membangun Layanan Publik dan Tatakelola
Pemerintahan yang Inovatif dan Dinamis
Kapasitas Fiskal Daerah.

IV - 58
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1 Visi

Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah penjabaran dari visi


kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Secara politis, visi merupakan
manifestasi dari cita-cita kepala daerah dalam membangun sebuah daerah. Visi
kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih menggambarkan arah
pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai. Visi
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk periode RPJMD 2021-2026
sesuai dengan visi kepala daerah terpilih adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Banyuwangi yang Semakin Maju, Sejahtera, dan Berkah”

Memahami substansi Visi merupakan bagian dari upaya membangun


value yang harus melekat dalam merencanakan pembangunan Kab. Banyuwangi
kedepan. Value Visi inilah yang akan menghantarkan kita dalam menyusun misi,
tujuan dan sasaran pembangunan yang lebih tepat. Beberapa value yang
terkandung dalam Visi diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1: Value Visi Pembangunan Kab. Banyuwangi

Makna dari Visi Pembangunan “Terwujudnya Banyuwangi yang Semakin


Maju, Sejahtera, dan Berkah” tidak dapat terlepas dari pencapaian
pembangunan pada periode sebelumnya. Sepuluh tahun terakhir ini

V-1
pembangunan di Kabupaten Banyuwangi dinilai sangat positif oleh masyarakat,
pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. Berbagai macam pencapaian
positif dan penghargaan diperoleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Makna
“SEMAKIN” yang disematkan dalam Visi Pembangunan di RPJMD ini
mengandung nilai dan semangat untuk pencapaian pembangunan 5 tahun
kedepan lebih baik dari yang ada saat ini. Tentu ini menjadi tantangan besar
yang harus dijawab oleh pemerintahan saat ini. Dalam titik nol kondisi
Banyuwangi yang relatif lebih maju saat ini, maksud dari kata “Semakin” ini
harus dimaknai sebagai kondisi yang lebih. Lebih dalam hal kebaikan di bidang
pembangunan.
Makna “Semakin Maju” dalam memahami Visi Pembangunan ini
diorientasikan pada aspek kemajuan pembangunan ekonomi, kemajuan
pembangunan fisik infrastruktur. Kedua aspek inilah yang diharapkan mampu
menjadi pengungkit pembangunan di Banyuwangi. Selain itu makna maju juga
dapat diartikan sebagai bentuk posisi Banyuwangi yang mampu berdaya saing
dalam konstelasi Nasional maupun Global. Basis ekonomi Banyuwangi
diletakkan pada 3 komponen utama yaitu 1) Pertanian dalam arti luas yang
meliputi pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan, kehutanan,
perkebunan, dan hortikultura, 2) Pariwisata, dalam hal ini wisata alam dan
budaya dengan segala kekhasannya di Banyuwangi, 3) UMKM, sebagai wadah
dari industri pengolahan dan menjadi sarana penambahan nilai dari hasil
pertanian dan diharapkan mampu menjadi daya tarik priwisata tersendiri.
Makna “Semakin maju” secara implisit masuk di Misi pertama “Meningkatkan
Pertumbuhan dan Ketahanan Ekonomi Lokal Berbasis Pertanian, Perikanan,
UMKM, dan Pariwisata Fokus pada Keberdayaan Keluarga untuk Membuka
Lapangan Kerja dan Mengurangi Kemiskinan” dan didukung
pembangangunan ekonomi yang maju dengan misi ke empat “Mempercepat
Pembangunan Infrastruktur Ekonomi dan Sosial yang Semakin Merata
dengan Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan “
Sedangkan Makna “Semakin Sejahtera” ini merupakan manifestasi
kondisi Banyuwangi yang harmonis kehidupan sosial masyarakatnya dan
kondufis kondisi ketentraman dan ketertiban lingkungannya, dengan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai lokalitas budaya dan kharakter masyarakat
Banyuwangi. Sejahtera dapat pula dimaknai sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar, baik secara lahir maupun batin, serta dilaksanakan dengan
prinsip keadilan. Keadilan berkaitan dengan aspek kesempatan yang sama oleh
masyarakat baik sebagai objek maupun subjek pembangunan. Seluruh
masyarakat mempunyai akses yang sama dalam meningkatkan taraf hidupnya,
memperoleh pendidikan, kesehatan, mengemukakan pendapat/berpolitik, dan
mendapat perlindungan yang sama didepan hukum tanpa diskriminasi dalam
bentuk apapun. Makna “Semakin Sejahtera” secara implisit masuk di Misi
kedua “ Membangun SDM Unggul, Sehat Jasmani-Rohani, Produktif dan
Berkarakter melalui Peningkatan Akses serta Kualitas Pelayanan
Pendidikan, Kesehatan, dan Kebutuhan Dasar Lainnya” dan misi ketiga
“Mewujudkan Masyarakat Berkarakter yang Memegang Teguh Nilai-nilai

V-2
Keagamaan, Menjaga Keluhuran Adat Istiadat, serta Menguatkan Gotong
Royong dan Kerukunan dalam Harmoni Kebhinekaan”
Tujuan besar pembangunan yang terkandung pada makna semakin maju
dan semakin sejahtera ini adalah pembangunan yang diorientasikan sebesar-
besarnya untuk masyarakat Banyuwangi. Artinya, dampak pembangunan di
Banyuwangi harus bermuara pada peningkatan kemajuan dan kesejahteraan
manusianya. Inilah pengejawantahan dari maksud Bung Karno tentang
“Pembangunan Manusia Seutuhnya” atau dikenal sebagai People Centre
Development. Cita-cita besar ini tidak akan terwujud dan tidak akan bermakna
jika nilai “KEBERKAHAN” tidak menyertai proses pembangunan di Banyuwangi.
Maka makna berkah ini dapat diartikan pula sebagai karunia Tuhan yang
mendatangkan kebaikan/manfaat bagi kehidupan manusia. Artinya,
pembangunan yang diberkahi pastilah akan mendatangkan manfaat dan
kebaikan. Keberkahan pasti tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral
kehidupan sosial, maka pembangunan yang diberkahi pasti berdampak pada
meningkatnya nilai kesalehan sosial masyarakat.

5.2 Misi

Misi adalah rumusan upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan


Visi. Misi Pembangunan Daerah merupakan penjabaran dari Misi yang dibawa
oleh Kepala Daerah terpilih dalam Pilkada. Dalam Pilkada waktu lalu Bupati dan
Wakil Bupati terpilih menetapkan 5 Misi untuk muwujudkan Visi
pembangunannya, kelima misi tersebut adalah:

1. Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Ekonomi Lokal Berbasis


Pertanian, Perikanan, UMKM, dan Pariwisata Fokus pada
Keberdayaan Keluarga untuk Membuka Lapangan Kerja dan
Mengurangi Kemiskinan;
2. Membangun SDM Unggul, Sehat Jasmani-Rohani, Produktif dan
Berkarakter melalui Peningkatan Akses serta Kualitas Pelayanan
Pendidikan, Kesehatan, dan Kebutuhan Dasar Lainnya;
3. Mewujudkan Masyarakat Berkarakter yang Memegang Teguh Nilai-
nilai Keagamaan, Menjaga Keluhuran Adat Istiadat, serta
Menguatkan Gotong Royong dan Kerukunan dalam Harmoni
Kebhinekaan;
4. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Ekonomi dan Sosial yang
Semakin Merata dengan Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan;
5. Memantapkan Tatakelola Pemerintahan yang Tangkas dan Dinamis
melalui Transformasi Digital untuk Mewujudkan Birokrasi Produktif
dan Kemudahan Berusaha.

Untuk kepentingan menyusun desain perencanaan pembangunan jangka


menengah yang baik, maka pemahaman terhadap kerangka berpikir Visi-Misi

V-3
Kepala Daerah menjadi penting. Kerangka pikir tersebut dapat terlihat jelas
dalam konstruksi Visi-Misi kepala daerah sebagai berikut:

Gambar 5.2: Konstruksi Visi-Misi Kepala Daerah

Dalam konteks manajemen strategis, untuk memudahkan menyusun


arsitektur kinerja pembangunan, maka Misi kepala daerah diatas dilakukan
transformasi menjadi Misi Pembangunan. Transformasi ini dilakukan dengan
tidak menghilangkan makna dan substansi dari Misi Kepala Daerah yang dibawa
pada saat pilkada. Transformasi ini dilakukan dengan cara membaca ekstraksi
dari makna misi dan melakukan clustering dengan mempertimbangkan bidang
dan fungsi dari terjemahan misi tersebut.

Gambar 5.3: Transformasi Misi Kepala Daerah ke Misi Pembangunan Daerah

V-4
Dengan memperhatikan proses transformasi Misi Kepala Daerah terpilih
kepada Misi Pembangunan Daerah, maka Misi Pembangunan yang ditetapkan
dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 adalah sebagai berikut:
1. Membangun Ekonomi Inklusif dan Pemerataan Infrastruktur yang
mampu mengungkit produktifitas sektor unggulan dan menguatkan
ketahanan lingkungan;
2. Membangun SDM Unggul Berkarakter dan Harmonisasi Sosial yang
Kondusif;
3. Membangun Layanan Publik dan Tatakelola Pemerintahan yang Inovatif
dan Dinamis.

Misi pembangunan diatas selanjutnya dijadikan rujukan dalam menyusun


kerangka berpikir pencapaian misi dalam bentuk cascading tujuan dan
sasasaran pembangunan dalam RPJMD ini. Cascading pencapaian Misi
Pembangunan Daerah ini menunjukkan langkah-langkah intervensi yang harus
dilakukan secara berjenjang. Serta menunjukkan ukuran keberhasilan
intervensi tersebut serta siapa yang harus melakukan intervensi tersebut.
Kerangka ini disusun untuk memberikan kemudahan kepada Perangkat Daerah
untuk menyusun perencanaan strategis sektoral (Renstra Perangkat Daerah)
yang harus tetap terhubung dan terintegrasi dengan RPJMD ini.

V-5
Gambar 5.4: Proses Bisnis Pencapaian Visi Pembangunan

V-6
5.2.1 Misi 1
” Membangun Ekonomi Inklusif dan Pemerataan Infrastruktur yang mampu mengungkit
produktifitas sektor unggulan dan menguatkan ketahanan lingkungan;”

Gambar 5.5: Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 1


Pembangunan inklusif yang dimaksudkan yaitu Pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi harus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi
upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan. pembangunan
ekonomi harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Upaya yang dilaksanakan
dalam pembangunan inklusif melalui dukungan pemerataan infrastruktur di
segala lini ekonomi yang berpotensi mendongkrak usaha masyarakat kususnya
kelas ekonomi menengah kebawah hal ini diyakini akan mengurangi kesenjangan
di masyarakat. penciptaan dorongan pada sektor pariwisata, UMKM dan
pertanian melalui pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan perempuan dalam
perempuan akan mengurangi kemiskinan. untuk dimensi keberlanjutan perlu
keseimbangan lingkungan termasuk pengendalian resiko bencana untuk
menghidari keterancaman pada sektor produktif ekonomi masyarakat. Strategi
pembangunan inklusif adalah penciptaan lapangan kerja produktif dan
menguntungkan, penyediaan jaring pengaman sosial yang efektif dan efisien
untuk melindungi mereka yang tidak mampu bekerja atau yang terlalu sedikit
mendapatkan manfaat pembangunan, peningkatan pelayanan publik dasar dan
dukungan kebijakan publik yang memadai. pelaksanaan ekonom inklusif dan
berkelanjutan berdampak pada kemiskinan di laksanakan oleh berbagai urusan
yang saling bersinergi dalam mencapai tujuan.

V-7
5.2.2 Misi 2
” Membangun SDM Unggul Berkarakter dan Harmonisasi Sosial yang Kondusif;

Gambar 5.6: Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 2


Pembangunan sumber daya manusia menjadi salah satu prioritas dan
tujuan dalam pembangunan nasional Indonesia. Dalam konteks pembangunan
nasional, pembangunan manusia yang seutuhnya, kemampuan profesional dan
kematangan kepribadian saling memperkuat satu sama lain. Pembangunan
sumberdaya manusia tolak ukur ketercapaian yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) misi ini berkomitmen dalam penguatan pendidikan, kesehatan,
dan daya beli masyarakat. Dalam kaitan ini, terdapat beberapa hal yang harus
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kualitas SDM antara lain,
pertama, adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Untuk mencapai hal
tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara
menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah dalam hal ini
memiliki peran penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan yang efektif
dan efisien, berorientasikan pada penguasaan IPTEK. Kedua yaitu tingkat
kesehatan masyarakat. Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas tidak
dapat bertahan utamanya pendidikan tanpa adanya adalah penguatan peran
agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat dalam rangka memperkokoh jati
diri dan kepribadian bangsa (character building) serta diperkuat nilai nilai
kebudayaan yang ada pada masyarakat kabupaten Banyuwangi.

V-8
5.2.3 Misi 3
Membangun Layanan Publik dan Tatakelola Pemerintahan yang Inovatif dan Dinamis.

Gambar 5.7: Logframe Perencanaan Terintegrasi Misi 3

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mewujudkan pelayanan publik


dan tata kelola pemerintahan yang inovatif dan dinamis, yang ujungnya
bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Birokrasi diharapkan dapat menjadi
katalisator untuk mereformasi dengan menghilangkan segala hambatan dalam
birokrasi terkait dengan pelayanan kepada masyarakat melalui akuntabilitas
kinerja, inovasi daerah, kapasitas ASN, transformasi digital pada layanan publik.
Pemerintah banyuwangi berkomitmen kedepan akan lebih efektif dalam
menjalankan roda pemerintah dengan mempelajari iklim di mana perubahan
amat cepat dan ketidakpastian tinggi, pemerintah yang efektif juga mensyaratkan
kemampuan untuk belajar dan beradaptasi, kemampuan yang membuat institusi
pemerintah dapat terus tetap relevan ketika kondisi berubah.

5.3 Tujuan dan Sasaran

RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 dilengkapi dengan


arsitektur kinerja berupa alir visi misi hingga program. Tujuan dan Sasaran
RPJMD merupakan hasil dari perumusan capaian strategis Kabupaten
Banyuwangi yang merepresentasikan atau tolok ukur keberhasilan atau
kegagalan pemerintah. Sehingga, syarat utama penentuan tujuan dan sasaran
adalah measurable yang direpresentasikan melalui Indikator Kinerja Utama (IKU)
atau indikator tujuan sebagai indikator keberhasilan bupati dan Indikator
Kinerja Daerah (IKD) atau indikator kinerja sasaran RPJMD.

V-9
Indikator Kinerja
Daerah (IKD)

Gambar 5.8: Linieritas Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Program

Tujuan dan sasaran merupakan acuan dalam penyusunan logframe


Kabupaten Banyuwangi. Gambaran cascading diatas menunjukkan gambaran
pola intervensi yang harus dilakukan secara berjenjang dan disertai dengan
indikator keberhasilan yang melekat didalamnya. Masing masing sasaran
terdapat intervensi program prioritas yang merupakan kumpulan dari program
program pembangunan daerah terdapat keterlibatan lintas perangkat daerah/
lintas urusan untuk mendorong pencapaian sasaran Pemerintah Daerah.
Program prioritas daerah ditransformasikan ke program nomenklatur di
Permendagri 90 tahun 2019 yang menfokuskan Langkah intervensi tersebut
harus lakukan bersama-sama oleh Perangkat Daerah. Keberadaaan Program
Prioritas Daerah (Program Pemda) dalam arsitektur kinerja merupakan inovasi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mewujudkan pendekatan money
follow program yang berorientasi pada pendekatan tematik. Program prioritas
daerah dilaksanakan bersama dengan perangkat daerah yang berperan dalam
pencapaian Misi .
Berikut merupakan penjabaran Tujuan dan Sasaran pembangunan
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021 yang di ikuti dengan gambar
arsitektur kinerja Banyuwangi dlam bentuk cascading dan proses bisnis
pencapaian tujuan pembangunan:

5.3.1. Tujuan I: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Yang


Berdampak Pada Penurunan Kemiskinan
Dalam rangka pencapaian Misi Pembangunan 1: Membangun Ekonomi
Inklusif dan Pemerataan Infrastruktur yang mampu mengungkit produktifitas
sektor unggulan dan menguatkan ketahanan lingkungan, maka tujuan dan
sasaran pembangunan ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan
yang Berdampak pada Penurunan Kemiskinan, dengan sasaran
pembangunan sebagai berikut:

V - 10
1) Meningkatnya Produktifitas dan Daya Saing Potensi Unggulan
Daerah yang Berkelanjutan
2) Meningkatnya Lapangan Kerja dan Pemerataan Pendapatan untuk
Keberdayaan Keluarga

Gambar 5.9: Cascading Pencapaian Tujuan 1

Rumusan dari tujuan diatas menerjemahkan sebuah pertumbuhan


harus mampu menciptakan kesempatan ekonomi bagi penduduk miskin, serta
memastikan bahwa semua kelompok masyarakat yang terpinggirkan bisa
terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan. Pendekatan ekonomi inklusif
dalam pembangunan dengan merupakan basis pembangunan ekonomi yang
diharapkan akan menghasilkan pola pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,
mengurangi ketimpangan pendapatan antarkelompok pendapatan dan
ketimpangan pembangunan antar wilayah, serta efektif mempercepat
penanggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dari pembangunan
ekonomi inklusif dirumuskan sasaran yaitu pertama, meningkatnya
produktifitas dan daya saing potensi unggulan daerah yang berkelanjutan.
Kedua, meningkatnya lapangan kerja dan pemerataan pemerataan pendapatan
untuk keberdayaan keluarga.
Meningkatnya produktifitas dan daya saing potensi unggulan daerah
yang berkelanjutan, diartikan bahwa produktifitas, daya saing dan
berkelanjutan menjadi fokus dari Kabupaten Banyuwangi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas,
pariwisata tidak lagi menjadi lokomotif tunggal untuk menggerakkan roda
ekonomi di Kabupaten Banyuwangi karena sektor pariwisata sangat rentan
terhadap perubahan kondisi eksternal, salah satunya pandemi Covid-19. Dalam
5 tahun ke depan, sektor pertanian dan UMKM tidak hanya sekedar menjadi
gerbong yang ditarik oleh lokomotif pariwisata tetapi didorong untuk menjadi

V - 11
lokomatif utama yang bisa menggerakkan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi pada saat sektor pariwisata sedang lesu.
Dalam struktur perekonomian Kabupaten Banyuwangi, sektor pertanian
terepresentasi pada kategori A lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan, sedangkan sektor UMKM terepresentasi pada kategori C lapangan
usaha industri pengolahan dan kategori G lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sehingga indikator PDRB sektor
unggulan merupakan kumulatif dari PDRB kategori A, C dan G. Sementara itu
untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata difokuskan untuk
peningkatan daya saing pariwisata yang diukur dengan indeks daya saing
pariwisata.
Dalam membangun potensi unggulan tidak lepas dari pembangunan
infrastruktur sebagai konektifitas perputaran perekonomian. Makna
berkelanjutan di sasaran artinya bahwa pembangunan ekonomi tetap
memperhatikan aktivitas pengelolaan lingkungan hidup dan kesiapsiagaan
bencana agar perekenomian tetap stabil.
Meningkatnya lapangan kerja dan pemerataan pendapatan untuk
keberdayaan keluarga. Masalah kemiskinan menjadi perhatian khusus
Kabupaten Banyuwangi untuk di tanggulangi. Kemiskinan di sebabkan karena
belum meratanya akses terhadap pendapatan masyarakat. Dalam mengurangi
kemiskinan Kabupaten Banyuwangi mempunyai fokus. Pertama, melalui
peningkatan lapangan pekerjaan melalui penciptaan wirausaha baru yang
mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Kedua, pemberdayaan ekonomi di
utamakan di wilayah pedesaan karena sebagian besar kemiskinan berada
diwilayah pedesaan. Ketiga, memberikan jaminan sosial kepada masyarakat
yang miskin absolut artinya secara fisik sudah tidak berdaya. Keempat, peran
perempuan dalam aktivitas ekonomi diperlukan untuk keberdayaan dari
keluarga serta memberikan perhatian kepada perlindungan perempuan dan
anak.

V - 12
Gambar 5.10: Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 1

V - 13
5.3.2. Tujuan II: Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia Yang
Unggul Dan Berkarakter
Dalam rangka pencapaian Misi Pembangunan 2: Membangun SDM
Unggul Berkarakter dan Harmonisasi Sosial yang Kondusif, maka tujuan dan
sasaran pembangunan ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia Yang Unggul Dan
Berkarakter, dengan sasaran pembangunan sebagai berikut:
1. Meningkatnya Akses dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan,
Komoditas Pangan dan Non Pangan
2. Meningkatnya Stabilitas Sosial Masyarakat yang Berkarakter dan
Berbudaya

Gambar 5.11: Cascading Pencapaian Tujuan 2

Rumusan dari tujuan diatas menerjemahkan SDM yang menghasilkan


manusia yang cerdas, sehat, mandiri, kompetitif yang sesuai nilai-nilai moral
kehidupan sosial. Untuk mewujudkan tujuan di atas dirumuskan sasaran pertama,
meningkatnya Akses dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Komoditas Pangan dan
Non Pangan dan kedua, Meningkatnya Stabilitas Sosial Masyarakat yang
Berkarakter dan Berbudaya.
Meningkatnya Akses dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Komoditas
Pangan dan Non Pangan, sasaran ini utamanya menciptakan lingkungan yang
memungkinkan masyarakat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan
menjalankan kehidupan yang produktif. Pemerataan kualitas inilah yang masih
akan menjadi tantangan pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi lima
tahun mendatang. Untuk mencapai nilai pembangunan manusia Kabupaten
Banyuwangi memberikan upaya pemerataan dan perbaikan kualitas di pendidikan

V - 14
dan kesehatan, serta memberikan upaya stabilitas harga pangan dan non pangan
agar terjangkau masyarakat.
Sasaran kedua, Meningkatnya Stabilitas Sosial Masyarakat yang
Berkarakter dan Berbudaya. Untuk menjaga stabilitas sosial masyarakat
Kabupaten Banyuwangi senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-
norma, adat-istiadat, dan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang
diwujudkan dalam ketaatan pada berbagai pranata sosial atau aturan sosial,
sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan,
kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.

V - 15
Gambar 5.12: Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 2

V - 16
5.3.3. Tujuan III : Meningkatkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Publik

Dalam rangka pencapaian Misi Pembangunan 3: Membangun Layanan Publik


dan Tatakelola Pemerintahan yang Inovatif dan Dinamis, maka tujuan dan sasaran
pembangunan ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik, dengan
sasaran pembangunan yaitu
1. Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan yang berorientasi Pada Layanan
sampai Desa.

Gambar 5.13: Cascading Pencapaian Tujuan 3

Rumusan dari tujuan diatas menerjemahkan pelayanan publik yang


berorientasi untuk kepuasan masyarakat. Oleh karena itu, organisasi pemerintah
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat melalui percepatan
implementasi reformasi birokrasi secara optimal. Untuk mewujudkan tujuan di atas
dirumuskan sasaran meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan yang berorientasi
Pada Layanan sampai Desa.
Sasaran dari misi ketiga yaitu Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan
yang berorientasi Pada Layanan sampai Desa yang artinya tata kelola
pemerintahan yang baik diharapkan kedepan focus pada 3 area: pertama, layanan
publik yang inovatif dan berkualitas di pemerintahan kabupaten sampai di tingkat
pemerintahan desa, kedua, kapasitas kelembagaan yang efektif dan efisien, ketiga
manajemen sumber daya manusia aparatur yang semakin baik.

V - 17
Gambar 5.14: Proses Bisnis Pencapaian Tujuan 3

V - 18
Dalam rangka mengintegrasikan perencanaan pembangunan di Kabupaten
Banyuwangi, mulai dari level pemerintah daerah hingga level perangkat daerah,
maka arsitektur pembangunan seperti yang telah diuraikan diatas selanjutkan akan
di breakdown secara menyeluruh pada level perencanaan perangkat daerah.
Cascading yang dibangun pada perangkat daerah sekurang-kurang nya merujuk
pada cascading yang ada di RPJMD ini. Demikian juga peta proses bisnis pada level
berikutnya (level ke-n) yang berada pada perangkat daerah sekurang-kurangnya
harus merujuk pada proses bisnis yang telah digambarkan dalam RPJMD ini.

V - 19
Tabel 5. 1: Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Jangka Menengah
Kabupaten Banyuwangi
VISI : “TERWUJUDNYA BANYUWANGI YANG SEMAKIN MAJU, SEJAHTERA DAN BERKAH”
Kondisi
Target Kondisi
Misi Tujuan Sasaran Indikator Awal
Akhir
2020 2022 2023 2024 2025 2026

Pertumbuhan Ekonomi (%) -3.58 4,27 4,54 4,81 5,07 5,34 5,34
Indeks Daya Saing
n/a 3 3 3 3 3 3
Pariwisata

Pertumbuhan PDRB
Meningkatnya -3,5 2,99 3,26 3,57 3,88 4,19 4,19
Sektor Unggulan (%)
Produktifitas dan
Membangun Indeks Kepuasan
Daya Saing Potensi
Ekonomi Inklusif Layanan Infrastruktur n/a 79,58 81,16 82,74 84,32 85,9 85,9
Unggulan Daerah
dan Pemerataan Meningkatkan (IKLI)
yang Berkelanjutan
Infrastruktur yang Pertumbuhan Ekonomi Indeks Kualitas
mampu mengungkit Inklusif dan 68.66 71,14 71,19 71,23 71,28 71,32 71,32
Lingkungan Hidup (IKLH)
produktifitas sektor berkelanjutanyang
unggulan dan Berdampak pada Indeks Resiko Bencana 137,16 130,59 127,38 124,22 121,11 118,05 118,05
menguatkan Penurunan Kemiskinan
ketahanan Persentase Penduduk Miskin (%) 8.06 7,58 7,49 7,32 7,26 7,01 7,01
lingkungan; Tingkat Pengangguran
Meningkatnya 5,34 5,00 4,84 4,68 4,53 4,38 4,38
Terbuka (%)
Lapangan Kerja dan
Pemerataan Gini Ratio 0,32 0,32 0,31 0,31 0,3 0,3 0,3
Pendapatan untuk
Keberdayaan Indeks Pemberdayaan
Keluarga 74,41 75,66 76,80 77,95 79,13 80,32 80,32
Gender (IDG)

Indeks Pembangunan Manusia 70.62 71.02 71.27 71.75 72.17 72.59 72.59
Meningkatnya Indeks Pengeluaran 0,76 0.77 0.78 0.78 0.79 0.79 0.79
Membangun SDM Akses dan Kualitas
Meningkatkan Kualitas Indeks Pendidikan 0,59 0.60 0.61 0.62 0.62 0.62 0.62
Unggul berkarakter Pendidikan,
Pembangunan Manusia
dan Harmonisasi Kesehatan,
Yang Unggul Dan
Sosial yang Komoditas Pangan Indeks Kesehatan 0,77 0.78 0.78 0.78 0.78 0.78 0.78
Berkarakter
Kondusif; dan Non Pangan
Meningkatnya Indeks Kesalehan Sosial
n/a 63 64,5 66 67,5 69 69
Stabilitas Sosial (IKS)

V - 20
Kondisi
Target Kondisi
Misi Tujuan Sasaran Indikator Awal
Akhir
2020 2022 2023 2024 2025 2026
Masyarakat yang
berkarakter dan Indeks Pembangunan
Berbudaya n/a 56.60 57.80 60 61.15 61.18 61.18
Kebudayaan

Indeks Kepuasan Masyarakat 87.03 90,1 90,62 91,33 91,7 92,01 92,01
Nilai SAKIP 83,1 84,1 84,6 85,1 85,6 86,1 86,1
Membangun
Layanan Publik dan Meningkatkan Meningkatnya Tata Indeks Reformasi
Kelola 77 79 80 81 82 83 83
Tatakelola Kepuasan Masyarakat Birokrasi
Pemerintahan yang Terhadap Pelayanan Pemerintahan yang
Inovatif dan Publik berorientasi Pada Indeks Profesionalisme
75,91 78,71 80,01 81,31 82,61 83,89 83,89
Dinamis; Layanan sampai Aparatur
Desa
Indeks Inovasi Daerah Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
(kategori) inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif

V - 21
V - 22
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Berdasarkan Permasalahan serta Isu strategis yang telah dikemukakan dalam


Bab IV, dikaitkan dengan target-target solusi yang dirumuskan dalam tujuan dan
sasaran pembangunan sebagaimana diuraikan dalam Bab V, maka dirumuskan
strategi, arah kebijakan dan program pembangunan daerah selama 5 (lima) Tahun
2021-2026 dapat dijabarkan sebagai berikut.

6.1 Strategi Pembangunan Daerah


Strategi merupakan rangkaian tahapan atau langkah-langkah yang berisikan
grand design perencanaan pembangunan dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran misi pembangunan daerah yang telah ditetapkan. Perumusan strategi hasil
analisis SWOT, SWOT dipilih untuk dirumuskan menjadi rumusan strategi yang
disesuaikan dengan permasalahan dan rumusan visi, misi, tujuan sasaran Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. Setelah melalui proses penilaian dirumuskan strategi terpilih
seperti dijelaskan:
ST.1 Membangun infrastruktur tematik untuk pengembangan pariwisata yang
diikuti dengan berkembangnya produktivitas sektor UMKM dan Pertanian yang
disertain penguatan investasi, akses pasar dan pendampingan pelaku usaha yang
mampu menyerap tenaga kerja lokal dan tetap memperhatikan keseimbangan
lingkungan
Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu bagian dari strategi yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menunjang
pembangunan di sektor ekonomi. Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah yang
mencapai 5.782,50 Km² memerlukan ketersediaan infrastruktur yang memadai dan
merata sebagai roda penggerak pengembangan sektor unggulan, dimana Kabupaten
Banyuwangi memiliki berbagai potensi di sektor Pariwisata, UMKM, dan Pertanian yang
harus terus dikembangkan.
Pariwisata saat ini menjadi salah satu motor penggerak perekonomian di
Kabupaten Banyuwangi. Pengembangan sektor pariwisata sangat terkait dan
bergantung pada perkembangan infrastruktur yang tersedia. Peran infrastruktur
menjadi sangat penting, karena dengan pengembangan infrastruktur dan sistem
infrastruktur yang tersedia akan dapat mendukung perkembangan sektor tersebut,
dimana kemudahan akses maupun ketersediaan sarana dan prasarana akan
mendorong masyarakat Kabupaten Banyuwangi maupun dari luar daerah untuk
berkunjung ke destinasi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Apalagi
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu wilayah pengembangan di Provinsi Jawa

VI - 1
Timur yang termasuk dalam Kawasan Selingkar Ijen sebagai Pendukung Kawasan
Bromo-Tengger-Semeru. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 80 Tahun 2019,
pada sektor pariwisata potensi geopark yang sudah ada di Kabupaten Banyuwangi
dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata baru berbasis geologi dengan didukung
oleh berbagai sarana dan prasarana. Selain itu, pembangunan dan pengembangan
kawasan pendukung sektor perekonomian di bidang infrastruktur dan industri di
Kabupaten Banyuwangi berpotensi untuk dikembangkan sebagai program pemerataan
pembangunan di Kawasan Pendukung Selingkar Ijen. Untuk itu dibidang pariwisata
diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur tematik dan fasilitas publik
pendukung kawasan pariwisata strategis, disamping dilakukan pendampingan kepada
pelaku pariwisata dan peningkatan promosi pariwisata Kabupaten Banyuwangi pasca
Pandemi Covid-19.
Pembangunan di Kabupaten Banyuwangi mampu mendorong pengembangan
pariwisata diharapkan juga turut mendukung berkembangnya produktivitas sektor
UMKM dan Pertanian yang disertai penguatan investasi, akses pasar dan
pendampingan pelaku usaha. Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting baik
dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi.
Fasilitas transportasi memungkinkan produk (barang dan jasa) dapat dipasarkan dari
Kabupaten Banyuwangi menuju daerah lain di Indonesia atau luar negeri, sehingga
dengan demikian turut meningkatkan akses pasar dari produk-produk yang dihasilkan
di Kabupaten Banyuwangi. Apalagi Kabupaten Banyuwangi memiliki berbagai
komoditas dengan hasil produksi tertinggi di Sektor Agropolitan, seperti: jeruk siam,
buah naga, jagung, kedelai, kopi, dan padi ladang yang dapat dikembangkan.
Keberadaan infrastruktur juga merupakan elemen yang sangat penting dalam
mendukung proses produksi dari sektor-sektor ekonomi, seperti pertanian,
perdagangan dan industri (UMKM). Keberadaaan infrastruktur akan mendorong
terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi, serta mendukung
berkembangnya investasi di Kabupaten Banyuwangi. Untuk itu diperlukan
pengembangan konektivitas perhubungan, penyediaan sarana dan prasarana
pertanian dan perikanan, peningkatan infrastuktur irigasi dan embung dalam
mendukung ketersediaan air bersih khususnya di kawasan pedesaan, maupun
peningkatan kualitas jalan. Selain itu, untuk menunjang berkembangnya produktivitas
sektor UMKM dan Pertanian perlu adanya penguatan jaringan usaha dan kemitraan
usaha mikro, peningkatan sistem dan jaringan distribusi barang; pengembangan pasar
dalam dan luar negeri, serta perlindungan konsumen dan pasar tradisional; penguatan
Kualitas dan diversifikasi produk UMKM serta kelembagaan pelaku usaha UMKM
melalui pendampingan; penguatan kelembagaan kelompok petani dan nelayan; serta
pemberian bantuan stimulan asuransi gagal panen.
Dengan berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, serta
meningkatnya produktivitas sektor UMKM dan Pertanian yang ditunjang dengan
adanya perkembangan investasi akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi
penduduk lokal. Sehingga dengan demikian jumlah tenaga kerja lokal yang terserap

VI - 2
akan semakin banyak dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten
Banyuwangi akan semakin menurun.
Seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat di Kabupaten
Banyuwangi diperlukan adanya keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan, dimana
dari aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat dipastikan tidak memiliki
dampak/ merusak kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan di bidang ekonomi
perlu dibarengi dengan pembangunan sektor lingkungan, agar terwujud pembangunan
yang berkelanjutan. Selain itu, tingkat risiko terhadap bencana juga turut
diperhatikan. Jangan sampai dengan meningkatnya pembangunan ekonomi justru
menimbulkan permasalah baru bagi lingkungan hidup dan menimbulkan terjadinya
bencana, atau bahkan pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan akan sia-sia
dengan hadirnya bencana tanpa adanya pertimbangan terhadap tingkat risiko dari
bencana tersebut. Sehingga untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan diperlukan mitigasi dan pengendalian terhadap bencana yang berpotensi
terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup di Kabupaten Banyuwangi diperlukan pengawasan pengelolaan lingkungan
hidup dalam rangka mengurangi pencemaran air dan reduksi emisi karbon; diperlukan
pengelolaan persampahan bersama dengan masyarakat, serta diperlukan adanya
pengendalian alih fungsi lahan produktif dan rehabilitasi lahan kritis.
Berikut merupakan arah kebijakan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten
Banyuwangi:
• Bantuan Penyediaan sarana dan prasarana pertanian dan perikanan

• Penguatan Kelembagaan kelompok petani dan nelayan dalam meningkatkan


manajemen pengeloaan

• Bantuan stimulan asuransi gagal panen pada petani dan nelayan

• penguatan pengenalan konsumsi perikanan tangkap maupun budidaya lokal

• peningkatan infrastuktur irigasi dan embung untuk menanggulangi debit air dan
kekeringan

• penyediaan sistem penyediaan air bersih di kawasan pedesaan

• peningkatan kualitas jalan penunjang perekonomian masyarakat

• Percepatan infrastruktur tematik dan fasilitas publik pendukung kawasan


pariwisata strategis

• Penguatan jaringan usaha dan kemitraan usaha mikro dengan menjalin


kolaborasi pasar domestik maupun luar negeri

• Penguatan Kualitas dan diversifikasi produk UMKM serta kelembagaan pelaku


usaha UMKM melalui pendampingan UMKM naik kelas dan siap ekspor

VI - 3
• Peningkatkan sistem dan jaringan distribusi barang, pengembangan pasar
dalam dan luar negeri, serta perlindungan konsumen dan pasar tradisional

• Pendampingan kelembagaan, sertifikasi dan bantuan kepada pelaku pariwisata


dan ekraf

• Peningkatan Promosi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Lokal Pasca Pandemi


Covid-19

• Pengendalian alih fungsi lahan produktif dan rehabilitasi lahan kritis guna
meningkatkan kualitas penataan ruang

• Mengurangi pencemaran air dan reduksi emisi karbon dengan pengawasan


pengelolaan lingkungan hidup

• pengelolaan persampahan bersama masyarakat

• Membangun konektivitas perhubungan

• Peningkatan mitigasi dan penanggulangan bencana

ST. 2 Meningkatkan Kesejahteraan keluarga di Desa melalui penyediaan lapangan


kerja yang padat karya dan bantuan permodalan wirausaha dengan
memperhatikan peran perempuan dalam keberpihakan akses pendapatan dan
perlindungan hukum.
Peningkatan kesejahteraan keluarga di desa dapat dilakukan dari berbagai sisi
pada konteks ekonomi. Salah satunya dengan penyediaan lapangan kerja melaui
proyek padat karya sehingga dapat mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja lokal. Hal
tersebut dapat disokong dengan adanya pelatihan pada angkatan kerja guna
meningkatkan kompetensi dan kapasitas SDM mengenai ekonomi berbasis teknologi
dan digital yang akan berdampak pada peningkatan daya saing pada kebutuhan
industry saat ini serta pengembangan klaster industry yang lebih luas.
Titik utama peningkatan kesejahteraan juga dapat dilakukan melalui
peningkatan pendapatan yang dapat dilakukan dengan pengembangan wirausaha
maupun penumbuhan wirausaha baru. Adanya bantuan usaha yang tepat sasaran
serta pengembangan peningkatan iklim wirausaha yang simultan dirasa dapat menjadi
strategi yang tepat. Sedangkan penumbuhan wirausaha baru dilakukan dengan
peningkatan iklim wirausaha yakni melalui program inkubasi bisnis pada pengusaha
muda baru di Banyuwangi yang dapat menjajdi skema pemulihan ekonomi daerah.
Penumbuhan wirausaha baru didukung dengan adanya bantuan usaha dan logistic
melalui program bagi alat usaha gratis untuk warga. dan program Gerakan ekonomi
rakyat bantu warung yang memberikan bantuan untuk mendorong warung lebih
berdaya.
Pemulihan ekonomi haruslah disokong oleh berbagai pihak, mulai dari setiap
individu termasuk perempuan perlu diberdayakan untuk memiliki akses pendapatan

VI - 4
guna menyokong ketahanan ekonomi keluarga. Perempuan diberdayakan dengan
diberikan akses pendidikan, bantuan modal usaha serta perlindungan hukum
mengingat angka kekerasan perempuan yang tinggi pada Kabupaten Banyuwangi.
Perempuan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Selain pada sisi individu, peningkatan kesejahteraan keluarga di desa juga perlu
disokong oleh pemerintah desa melalui kemitraan dengan lembaga-lembaga
perekonomian dan penyelenggaraan BUMDes dengan memanfaatkan potensi yang ada
melipuuti parwisata, pertanian dan UMKM. Beberapa program difokuskan pada hal
tersebut yakni meliputi peningkatan kualitas UMKM melalui pendampingan yang
inklusif dan terintegrasi, peningkatan kelas UMKM, serta mendorong masyarakat
untuk mensuport produk-produk UMKM.
• Peningkatan Kapasitas dan kompetensi Angkatan Kerja yang berbasis digital dan
teknologi untuk memenuhi Kebutuhan Pasar.

• Mengembangkan klaster industri, kemitraan dan pemanfaatan teknologi untuk


menyerap tenaga kerja.

• Pelaksanaan inkubasi bisnis penciptaan pengusaha muda baru sebagai skema


pemulihan ekonomi.

• Pengembangan ekonomi desa dengan kemitraan dan BUMDes yang berfokus


pada pariwisata, pertanian dan UMKM.

• Peningkatan ketahanan keluarga melalui kesempatan pendidikan dan usaha


bagi perempuan serta bantuan hukum perlindungan perempuan dan anak

• Peningkatan bantuan usaha dan logistik bagi PMKS yang tepat sasaran.

ST 3 Menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing yang berfokus pada
keterjangkauan pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, peningkatan
preventif dan promotif dalam kesehatan, serta kestabilan harga pangan untuk
keterjangkauan daya beli masyarakat.
Strategi menciptakan SDM unggul dan berdaya saing tentunya memperhatikan
Tujuan dan Sasaran Pembangunan SDM Kabupaten Banyuwangi dengan tujuan yakni
“Menciptakan Kualitas Pembangunan Manusia yang Unggul dan Berkarakter”
kemudian tujuan pembangunan SDM tersebut diturunkan kedalam saran
“Meningkatnya Akses dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Komoditas Pangan dan Non
Pangan”.
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa strategi pembangunan SDM
merupakan tools untuk terciptanya SDM yang unggul dan berakarakter, dimana
representasi SDM unggul dan berkarakter di Kabupaten Banyuwangi ialah SDM yang
mana dapat memiliki akses dan kualitas pada sektor pendidikan, kesehatan, dan
komoditas pangan dan non pangannya. Untuk mencapai hal tersebut Pemerintah

VI - 5
Kabupaten Banyuwangi menetapkan poin-poin penting strategi pengemgembangan
SDM yakni pendidikan dasar yang terjangkau hingga pendidikan tinggi, peningkatan
preventif dan promotive kesehatan, dan stabilisasi harga pangan guna menjangkau
daya beli masyarakat. Harapannya dengan demikian akan terciptanya tujuan
pembangunan SDM yang Unggul dan Berkarakter.
Dalam pencapaian tujuan dan sasaran pemerintah daerah Kabupaten
Banyuwangi, strategi kemudian akan dijabarkan dalam arah kebijakan yang
merupakan program prioritas dalam pencapaian pembangunan. Arah kebijakan
pembangunan disusun lebih konkrit yang sekaligus memberikan arahan dan panduan
agar strategi dapat berjalan lebih optimal. Berikut merupakan arah kebijakan dalam
pembangunan SDM Kabupaten Banyuwangi:
• Peningkatan ketersediaan, akses, distribusi, keamanan, dan penguatan
cadangan, serta konsumsi pangan yang beragam dalam stabilitas harga
pangan dan barang penting

• peningkatan kualitas pendidikan yang mengedepankan nilai nilai agama, etika,


dan budaya lokal serta mendukung kebutuhan pasar tenaga kerja

• Peningkatana dukungan kerjasama perguruan tinggi dan pendidikan kejuruan

• Keberpihakan beasiswa lanjut yang dapat menjangkau masyarakat desa

• Peningkatan kemandirian masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan


preventif,

• Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang menjangkau seluruh desa

• Penguatan Desa dalam menghadapi penyakit menular

• Peningkatan kesejahteraan, Kompetensi dan Profesionalisme Pendidik dan


Tenaga Kependidikan

• Penguatan literasi berbasis digital

ST 4 Penguatan Modal Sosial yang meletakkan kapitalisasi atas nilai-nilai dan


kekayaan budaya melalui proses modernisasi, serta menjaga kondusifitas daerah
Strategi menciptakan penguatan modal sosial masyarakat Kabupaten
Banyuwangi tentunya memperhatikan Tujuan dan Sasaran Pembangunan SDM
Kabupaten Banyuwangi. Pembangunan modal sosial yang dibangun dilandaskan
dalam ruang lingkup masyarakat yang berkarakter dan berbudaya. Modal sosial yang
kondusif tentunya menjadi modal utama dalam pembangunan daerah. Modal sosial
yang kuat akan meningkatkan semangat gotong-royong, meningkatkan produktivitas,
mengurangi kriminalitas, serta dapat mendorong setiap upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial. Selain itu keberagaman sosial budaya Kabupaten Banyuwangi
juga merupakan modal berharga, khususnya Kabupaten Banyuwangi yang menjadikan

VI - 6
pariwisata budaya sebagai prioritas daerah. Masyarakat yang berbudaya akan
menciptakan daya tarik pariwisata tersendiri di Kabupaten Banyuwangi.
Modal sosial tidak hanya tentang hubungan antara masyarakat dengan
masyarakat, pembangunan modal sosial di Kabupaten Banyuwangi juga dibangun
antara hubungan masyarakat dengan pemerintah. Menjaga harmonisasi hubungan
baik antara pemerintah dengan masyarakat bertujuan untuk menciptakan suasana
yang kondusif, sehingga masyarakat mau dan mampu untuk berkontribusi terhadap
pembangunan Kabupaten Banyuwangi. Sejalan dengan uraian diatas, berikut
merupakan arah kebijakan pembangunan modal sosial masyarakat Kabupaten
Banyuwangi:
• fasilitasi forum keagamaan dan pemberdayaan organisasi kemasyarakatan
dalam menjaga kerukunan dan solidaritas

• Peningkatan insentif, pelestarian, dan pengakuan atas seni dan budaya lokal,
serta penguatan minat budaya untuk pariwisata dan ketertarikan siswa atas
budaya lokal

• penegakan perda dengan edukasi masyarakat

ST 5 Mengembangkan sistem pemerintahan yang dinamis dan adaptif melalui


reformasi manajemen pemerintahan dan menguatkan inovasi pelayanan
keseluruh layanan sampai desa yang berorientasi pada peningkatan kapasitas
fiskal daerah
Pemerintahan yang dinamis dan adaptif artinya memeberikan perbaikan internal
pemerintah, peningkatan layanan publik, dan pemerintahan yang memperhatikan
kebutuhan adaptif masyarakatnya. pemerintahan adaptif adalah pemerintahan yang
mau mengerti kebutuhan rakyatnya secara progresif. Pemerintahan ini mampu melihat
berbagai masalah dengan berbagai sudut pandang sehingga dapat menemukan
penanganan yang lebih efektif dan mengena bagi rakyat. Pemerintahan yang dinamis
adalah pemerintah yang bertindak progresif dan adaptif guna mewujudkan hasil yang
efektif bagi daerah dan masyarakat.
Masyarakat sebagai customer yang harus dilayani menuntut pelayanan prima,
cepat, dan tanggap. Dalam pelayanan publik Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus
beradaptasi dengan tuntutan agile birokrasi atau birokrasi yang tangkas. Media
peningkatan kualitas layanan bisa dilakukan dengan digitalisasi layanan publik dan
menempatkannya dekat dengan masyarakat dan lebih efektif dan efisien. Termasuk
bagaimana pemerintah Kabupaten Banyuwangi mampu merespon secara cepat
keluhan-keluhan dari masyarakat. Hal tersebut tidak akan terwujud tanpa berbasis
aplikasi serta mendukung seluruh aktivitas pelayanan kepada masyarakat sampai
desa.
Optimalisasi Pendapatan Daerah bertujuan untuk mewujudkan kemampuan
dan kemandirian daerah serta memperkuat struktur keuangan daerah, karena
merupakan salah satu tolok ukur/ indikator kemampuan dan cermin dari kemandirian
daerah. Penurunan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih dianggap sebagai

VI - 7
hambatan dan harus segera dievaluasi secara sungguh-sungguh oleh Pemerintah
Daerah dalam upaya peningkatan pelayanan dan fasilitas kepada masyarakat. Untuk
itu pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus selalu ditingkatkan dan dilakukan
secara efektif dan efisien. Disisi lain, penyediaan alternatif pembiayaan pembangunan
daerah perlu ditempuh oleh Pemerintah Daerah sebagai terobosan dalam
memperbanyak sumber penerimaan daerah yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Salah satu wujud peningkatan pendapatan
asli daerah melalui revitalisasi peran BUMD dan inovasi intensifikasi dan ekstensifikasi
pajak daerah.
Berikut merupakan arah kebijakan dalam pembangunan manajemen
pemerintahan dan layanan publik Kabupaten Banyuwangi yaitu:
• Permudah dan percepat pelayanan perijinan usaha dan kependudukan sampai
ke tingkat desa

• Penguatan perencanaan, keuangan, pengawasan dan kelembagaan


pemerintahan yang transparan dan akuntabel berbasiskan e-government

• Penguatan aparatur pemerintah yang profesional dan adaptif

• Peningkatan Infratastruktur teknologi informatika yang menunjang pelayanan


publik

• Penguatan data-data statistik dalam menyusun evaluasi pembangunan daerah


dan perencanaan pembangunan

• Optimalisasi fungsi BUMD dalam peningkatan kapasitas fiskal daerah

• Inovasi intensifikasi dan ektensifikasi pajak daerah

Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan


sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan.
Selain itu perumusan strategi juga memperhatikan masalah yang telah dirumuskan
pada tahap perumusan masalah. Sebagai salah satu rujukan penting dalam
perencanaan pembangunan daerah, rumusan strategi akan mengimplementasikan
bagaimana sasaran pembangunan akan dicapai dengan serangkaian arah kebijakan
dari pemangku kepentingan. Oleh karena itu, strategi diturunkan dalam sejumlah arah
kebijakan dan program pembangunan operasional dari upaya-upaya nyata dalam
mewujudkan visi pembangunan daerah.

VI - 8
Tabel 6. 1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pembangunan RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Periode Tahun 2021-2026
Visi: Terwujudnya Banyuwangi yang Semakin Maju, Sejahtera, dan Berkah
Misi I: Membangun Ekonomi Inklusif dan Pemerataan Infrastruktur yang mampu
mengungkit produktifitas sektor unggulan dan menguatkan ketahanan lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi
T1. Meningkatkan S1.1 Meningkatnya ST.1 Membangun infrastruktur
Pertumbuhan Ekonomi Produktifitas dan Daya Saing tematik untuk pengembangan
Inklusif dan Berkelanjutan Potensi Unggulan Daerah yang pariwisata yang diikuti dengan
yang Berdampak pada Berkelanjutan berkembangnya produktivitas
Penurunan Kemiskinan sektor UMKM dan Pertanian
yang disertain penguatan
investasi, akses pasar dan
pendampingan pelaku usaha
yang mampu menyerap tenaga
kerja lokal dan tetap
memperhatikan keseimbangan
lingkungan
S1.2 Meningkatnya Lapangan ST. 2 Meningkatkan
Kerja dan Pemerataan Kesejahteraan keluarga di Desa
Pendapatan untuk melalui penyediaan lapangan
Keberdayaan Keluarga kerja yang padat karya dan
bantuan permodalan wirausaha
dengan memperhatikan peran
perempuan dalam
keberpihakan akses
pendapatan dan perlindungan
hukum
Tujuan Sasaran Strategi
Misi II: Membangun SDM Unggul Berkarakter dan Harmonisasi Sosial yang Kondusif
T.2 Meningkatkan Kualitas S2.1 Meningkatnya Akses dan ST 3Menciptakan SDM yang
Pembangunan Manusia Kualitas Pendidikan, unggul dan berdaya saing yang
Yang Unggul Dan Kesehatan, Komoditas Pangan berfokus pada keterjangkauan
Berkarakter dan Non Pangan pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi, peningkatan
preventif dan promotif dalam
kesehatan, serta kestabilan
harga pangan untuk
keterjangkauan daya beli
masyarakat.
S2.2 Meningkatnya Stabilitas ST 4 Penguatan Modal Sosial
Sosial Masyarakat yang yang meletakkan kapitalisasi
Berkarakter dan Berbudaya atas nilai-nilai dan kekayaan
budaya melalui proses
modernisasi, serta menjaga
kondusifitas daerah

VI - 9
Tujuan Sasaran Strategi
Misi III: Membangun Layanan Publik dan Tatakelola Pemerintahan yang Inovatif dan
Dinamis;
T.3 Meningkatkan S.3.1 Meningkatnya Tata ST 5 Mengembangkan sistem
Kepuasan Masyarakat Kelola Pemerintahan yang pemerintahan yang dinamis dan
Terhadap Pelayanan Publik berorientasi Pada Layanan adaptif melalui reformasi
sampai Desa manajemen pemerintahan dan
menguatkan inovasi pelayanan
keseluruh layanan sampai desa
yang berorientasi pada
peningkatan kapasitas fiskal
daerah.

6.2 Arah Kebijakan


Perumusan arah kebijakan memperhatikan strategi sebagai dasar
perumusannya, setiap arah kebijakan di rumuskan untuk mendukung strategi.
Penyusunan arah kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
harus didasarkan pada visi dan misi kepala daerah terpilih dengan memperhitungkan
semua potensi, peluang, permasalahan, serta ancaman yang mungkin timbul selama
masa periode pemerintahan. Antisipasi terhadap segala kemungkinan yang muncul
baik positif maupun negatif pada masa periode pemerintahan perlu dipersiapkan baik
terkait permasalahan maupun isu strategis pada pembangunan kewilayahan.
Arah kebijakan dapat dijalankan dalam 1 (satu) tahun periode. Namun, dapat
pula membutuhkan lebih dari satu tahun. Namun, yang terpenting keseluruhan arah
kebijakan harus menjadi prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang padu dan
mempu memberdayakan segenap potensi daerah dan pemerintah daerah sekaligus
memanfaatkan segala peluang yang ada. Arah kebijakan menjadi acuan dalam
menetapkan program pembangunan yang bertujuan secara lebih operasional dalam
pencapaian sasaran pembangunan.

Tabel 6. 2. Pemetaan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi


Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Membangun Bantuan Penyediaan
infrastruktur tematik sarana dan prasarana
untuk pengembangan pertanian dan perikanan
pariwisata yang diikuti Penguatan Kelembagaan
dengan berkembangnya kelompok petani dan
produktivitas sektor nelayan dalam
UMKM dan Pertanian meningkatkan
yang disertain manajemen pengeloaan
penguatan investasi, Bantuan stimulan
akses pasar dan asuransi gagal panen
pendampingan pelaku pada petani dan nelayan
usaha yang mampu penguatan pengenalan
menyerap tenaga kerja konsumsi perikanan

VI - 10
Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
lokal dan tetap tangkap maupun
memperhatikan budidaya lokal
keseimbangan peningkatan infrastuktur
lingkungan irigasi dan embung
untuk menanggulangi
debit air dan kekeringan
penyediaan sistem
penyediaan air bersih di
kawasan pedesaan
peningkatan kualitas
jalan penunjang
perekonomian
masyarakat
Percepatan infrastruktur
tematik dan fasilitas
publik pendukung
kawasan pariwisata
strategis
Penguatan jaringan
usaha dan kemitraan
usaha mikro dengan
menjalin kolaborasi pasar
domestik maupun luar
negeri
Penguatan Kualitas dan
diversifikasi produk
UMKM serta
kelembagaan pelaku
usaha UMKM melalui
pendampingan UMKM
naik kelas dan siap
ekspor
Meningkatkan sistem dan
jaringan distribusi
barang, pengembangan
pasar dalam dan luar
negeri, serta
perlindungan konsumen
dan pasar tradisional
Pendampingan
kelembagaan, sertifikasi
dan bantuan kepada
pelaku pariwisata dan
ekraf
Peningkatan Promosi
Pariwisata Kabupaten

VI - 11
Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Banyuwangi Lokal Pasca
Pandemi Covid-19
Pengendalian alih fungsi
lahan produktif dan
rehabilitasi lahan kritis
guna meningkatkan
kualitas penataan ruang
Mengurangi pencemaran
air dan reduksi emisi
karbon dengan
pengawasan pengelolaan
lingkungan hidup
pengelolaan
persampahan bersama
masyarakat
Membangun konektivitas
perhubungan
Peningkatan mitigasi dan
penanggulangan bencana
Meningkatkan Peningkatan Kapasitas
Kesejahteraan keluarga dan
di Desa melalui kompetensi angkatan
penyediaan lapangan kerja yang
kerja yang padat karya berbasis digital dan
dan bantuan teknologi
permodalan wirausaha untuk memenuhi
dengan memperhatikan Kebutuhan Pasar
peran perempuan Mengembangkan klaster
dalam keberpihakan industri,
akses pendapatan dan kemitraan dan
perlindungan hukum pemanfaatan
teknologi untuk
menyerap tenaga kerja
Pelaksanaan inkubasi
bisnis penciptaan
pengusaha muda baru
sebagai skema pemulihan
ekonomi
Pengembangan ekonomi
desa dengan kemitraan
dan BUMDes yang
berfokus pada pariwisata,
pertanian dan UMKM

VI - 12
Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Peningkatan ketahanan
keluarga melalui
kesempatan pendidikan
dan usaha bagi
perempuan serta
bantuan hukum
perlindungan perempuan
dan anak
Peningkatan bantuan
usaha dan logistik bagi
PMKS yang tepat sasaran
Menciptakan SDM yang Peningkatan ketersediaan
unggul dan berdaya ,akses, distribusi,
saing yang berfokus keamanan, dan
pada keterjangkauan penguatan cadangan,
pendidikan dasar serta konsumsi pangan
sampai pendidikan yang beragam dalam
tinggi, peningkatan stabilitas harga pangan
preventif dan promotif dan barang penting
dalam kesehatan, serta peningkatan kualitas
kestabilan harga pendidikan yang
pangan untuk mengedepankan nilai
keterjangkauan daya nilai agama, etika, dan
beli masyarakat. budaya lokal serta
mendukung kebutuhan
pasar tenaga kerja
Peningkatana Dukungan
Kerjasama perguruan
tinggi dan pendidikan
kejuruan

keberpihakan beasiswa
lanjut yang dapat
menjangkau masyarakat
desa

Peningkatan kemandirian
masyarakat dalam upaya
kesehatan promotif dan
preventif,
Penyediaan sarana dan
prasarana kesehatan
yang menjangkau
seluruh desa

VI - 13
Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Penguatan Desa dalam
menghadapi penyakit
menular

Peningkatan
kesejahteraan,
Kompetensi dan
Profesionalisme
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Penguatan literasi
berbasis digital
Penguatan Modal Sosial Peningkatan modal sosial
yang meletakkan dengan fasilitasi forum
kapitalisasi atas nilai- keagamaan dan
nilai dan kekayaan pemberdayaan organisasi
budaya melalui proses kemasyarakatan dalam
modernisasi, serta menjaga kerukunan dan
menjaga kondusifitas solidaritas
daerah Peningkatan insentif,
pelestarian, dan
pengakuan atas seni dan
budaya lokal, serta
penguatan minat budaya
untuk pariwisata dan
ketertarikan siswa atas
budaya lokal
penegakan perda dengan
edukasi masyarakat
Mengembangkan sistem Perrmudah dan percepat
pemerintahan yang pelayanan perijinan
dinamis dan adaptif usaha dan
melalui reformasi kependudukan sampai ke
manajemen tingkat desa
pemerintahan dan Optimalisasi fungsi
menguatkan inovasi BUMD dalam
pelayanan keseluruh peningkatan Kapasitas
layanan sampai desa fiskal daerah
yang berorientasi pada Inovasi intensifikikasi
peningkatan kapasitas dan ektensifikasi pajak
fiskal daerah. daerah
Penguatan perencanaan,
keuangan, pengawasan
dan kelembagaan
pemerintahan yang
transparan dan

VI - 14
Strategi Arah Kebijakan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
akuntabel berbasiskan e-
government

Penguatan aparatur
pemerintah yang
profesional dan adaptif
Peningkatan
Infratastruktur teknologi
informatika yang
menunjang pelayanan
publik
Penguatan data data
statistik dalam
menyusun evaluasi
pembangunan daerah

Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah yang


telah ditetapkan diatas, maka dapat disimpulkan tema atau fokus pembangunan. Tema
dan prioritas Daerah pembangunan akan memberi arah yang jelas bagi pemerintah
Kabupaten Banyuwangi dalam rangka pencapaian target sasaran pembangunan di
RPJMD setiap tahun. Penetapan tema tahunan pada RPJMD Tahun 2021-2026
merupakan arahan yang mengacu dari tema pembangunan tahap keempat pada RPJPD
Kabupaten Banyuwangi dan tema dan priroritas daerah dijadikan acuan scenario
tahunan pada RKPD, maka tema pembangunan Tahun 2021-2026 disajikan pada
Gambar 6.1 berikut ini.

Gambar 6. 1. Tema Pembangunan dan Prioritas Lima Tahunan Kabupaten


Banyuwangi

VI - 15
6.3 Program Pembangunan Daerah
Langkah selanjutnya menselaraskan antara janji politis dengan program
prioritas, serta dengan mensinkronkan program pembangunan daerah. Tahap ini
sangat penting dalam perumusan RPJMD karena hasil dari perumusan program
pembangunan daerah menghasilkan rencana pembangunan yang kongkrit dalam
bentuk program prioritas. Urgensi lain adalah juga karena perumusan program
prioritas pembangunan daerah adalah inti dari perencanaan strategis itu sendiri yang
paling tidak mampu merefleksikan tujuan strategis Kepala Daerah terpilih. Suatu
program prioritas pembangunan daerah merupakan sekumpulan program yang secara
khusus berhubungan dengan janji-janji kampanye Bupati terpilih. Program prioritas
pada intinya merupakan substansi dasar dari janji-janji Bupati terpilih. Janji-janji
tersebut kemudian didefinisikan kedalam strategi atau kebijakan atapun kedalam
Kegiatan atau Program sesuai nomenklatur yang diatur dalam Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil Verifkasi Dan Validasi
Pemutakhiran Klarifikasi, Kodefikasi Dan Nomeklatur Perencanaan Pembangunan Dan
Keuangan Daerah. Jika bunyi janji Bupati dan Wakil Bupati terpilih bersifat sangat
mikro dan berada di level output, maka akan diterjemahkan kedalam Kegiatan. Namun,
apabila sedikit lebih makro dan berada pada level outcome, maka didefinisikan kedalam
program yang kemudian disebut program prioritas. Sedangkan jika jauh lebih makro
lagi, dapat diterjemahkan ke dalam Strategi. Pernyataan ini dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:

CAKUPAN

AGENDA STRATEGI PEMB.


POLITIK
KEPALA KEBIJAKAN
DAERAH PROGRAM PRIORITAS
KEGIATAN PEMB.
JUMLAH

Gambar 6. 2. Definisi janji Bupati dan Wakil Bupati terpilih

Penentuan program prioritas juga memperhatikan poin-poin penting janji


politik kepala daerah terpilih. Bupati Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
menterjemahkan Visi dan Misinya melalui program dan janji politisnya sebagai
berikut:

VI - 16
Tabel 6. 3. Integrasi Janji Politis dengan Program Nomenklatur
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
Banyuwa Percepatan Program Penataan Dinas
ngi Pemerataan Bangunan dan Pekerjaan
Membang Infrastruktur dengan Lingkungannya Umum Cipta
un memperhatikan Karya,
ekologi lingkungan Program Penyelenggaraan Perumahan
Jalan dan
Permukiman
Program Pengelolaan Dinas
Sumber Daya Air (SDA) Pekerjaan
Umum
Program Pengelolaan Dan Pengairan
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Program Penyelenggaraan Dinas
Lalu Lintas dan Angkutan Perhubungan
Jalan (LLAJ)
Program pengendalian Dinas
pencemaran dan/atau Lingkungan
kerusakan lingkungan Hidup
hidup
Program pengelolaan
keanekaragaman hayati
(kehati)
Program pengelolaan
persampahan
Program Penanggulangan Badan
Bencana Penanggulanga
n Bencana
Daerah
Program Pencegahan Dinas Damkar
penanggulangan ,
penyelamatan kebakaran
dan penyelamatan non
kebakaran
Program Kawasan Dinas
Pemukiman Pekerjaan
Umum Cipta
Karya,
Perumahan

VI - 17
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
dan
Permukiman

Banyuwa Penguatan Sektor Program Penyediaan Dan Dinas


ngi Pertanian, Perikanan, Pengembangan Sarana Pertanian dan
Bekerja UMKM dan Pertanian Pangan
Pariwisata Program Penyediaan dan
Pengembangan Prasarana
Pertanian
Program Pengendalian
Kesehatan Hewan Dan
Kesehatan Masyarakat
Veteriner
Program Pengendalian dan
Penanggulangan Bencana
Pertanian
Program Penyuluhan
Pertanian
Program Pemberdayaan Dinas
Usaha Menengah, Usaha Koperasi,
Kecil, dan Usaha Mikro Usaha Mikro
(UMKM) dan
Program Pengembangan Perdagangan
UMKM
Program Peningkatan
Sarana Distribusi
Perdagangan
Program Pendidikan dan
Latihan Perkoperasian
Program Pengelolaan Dinas
Perikanan Tangkap Perikanan
Program Pengelolaan
Perikanan Budidaya
Program Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil
Perikanan
Program Pengembangan Dinas
Iklim Penanaman Modal Penanaman
Modal dan

VI - 18
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
Program Peningkatan Daya Dinas
Tarik Destinasi Pariwisata Kebudayaan
Program Pemasaran dan Pariwisata
Pariwisata
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Program Pengembangan
Ekonomi Kreatif Melalui
Pemanfaatan dan
Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual
Pemulihan Ekonomi Program Pelatihan Kerja Dinas Tenaga
Akibat Covid-19 dan dan Produktivitas Tenaga Kerja,
Pembukaan Kerja Transmigrasi
Lapangan Kerja Program Penempatan dan
Tenaga Kerja Perindustrian
Program perencanaan dan
pembangunan industri
Program Pengembangan Dinas Pemuda
kapasitas daya Saing dan Olah Raga
Kepemudaan
Program pemberdayaan Dinas
lembaga kemasyarakatan, Pemberdayaan
lembaga adat dan Masyarakat
masyarakat hukum adat dan Desa
Banyuwa Perlindungan Program Perlindungan Dinas Sosial,
ngi Perempuan, Anak, Perempuan Pemberdayaan
Keluarga Difabel dan Kelompok Program Peningkatan Perempuan
Berdaya Marginal Kualitas Keluarga Dan Keluarga
Program Perlindungan Berencana
Khusus Anak
Percepatan Program Stabilisasi Harga Dinas
Pengurangan Barang Kebutuhan Pokok Koperasi,
Kemiskinan dan Barang Penting Usaha Mikro
Dan
Perdagangan

VI - 19
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
Program Rehabilitasi Dinas Sosial,
Sosial Pemberdayaan
Program Perlindungan dan Perempuan
Jaminan Sosial dan Keluarga
Berencana
Program Penyelesaian Sekretariat
Ganti Kerugian dan Daerah
Santunan Tanah Untuk
Pembangunan
Program Stabilisasi Dinas
Sumberdaya Ekonomi Pertanian dan
untuk Kedaulatan dan Pangan
Kemandirian Pangan
Program Pengawasan
Keamanan Pangan
Banyuwa Peningkatan Akses Program Pemenuhan Dinas
ngi Sehat dan Kualitas Upaya Kesehatan Kesehatan
Kesehatan yang Perorangan dan Upaya
berorientasi pada Kesehatan Masyarakat
preventif Program Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan Dan
Makanan Minuman
Banyuwa Peningkatan Akses Program Pengelolaan Dinas
ngi dan Kualitas Pendidikan Pendidikan
Cerdas Pendidikan untuk Program Pendidik Dan
Berkarakt SDM Unggul Tenaga Kependidikan
er Program Pengembangan
Kurikulum
Program pengembangan Dinas Pemuda
Kapasitas Daya Saing dan Olah Raga
Keolahragaan
Program Pembinaan Dinas
Perpustakaan Perpustakaan
dan Kearsipan
Banyuwa Menjaga Stabilitas Program Penguatan Badan
ngi Sosial, Keagamaan Ideologi Pancasila Dan Kesatuan
Berkah dan Kerukunan Karakter Kebangsaan Bangsa dan
dan Warga Program Pemberdayaan Politik
Peduli Dan Pengawasan
Organisasi
Kemasyarakatan

VI - 20
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
Program Pengembangan Dinas
Kebudayaan Kebudayaan
dan Pariwisata
Program Peningkatan Satpol PP
Ketentraman dan
ketertiban Umum
Program Penanganan Dinas Sosial,
Bencana Pemberdayaan
Perempuan
dan Keluarga
Berencana
Banyuwa Pemantapan Program Pendaftaran Dinas
ngi Transformasi Digital Penduduk Kependudukan
Melayani dan Reformasi Program Pencatatan Sipil dan Pencatatan
Birokrasi Sipil
Program Pelayanan Dinas
Penanaman Modal Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
Program Pengelolaan Badan
Keuangan Daerah Pengelolaan
Keuangan dan
Aset Daerah
Program Penyelenggaraan Inspektorat
Pengawasan Daerah
Program Perencanaan, Badan
Pengendalian Dan Perencanaan
Evaluasi Pembangunan dan
Daerah Pembangunan
Daerah
Program Kepegawaian
Daerah BKPP
Program Penunjang
Urusan Pemerintahan Sekretariat
Daerah Kabupaten/ Kota Daerah
Program Aplikasi Dinas
Informatika Komunikasi,
Program Informasi dan Informatika
Komunikasi Publik

VI - 21
Janji Program Prioritas Sinkronisasi Program Perangkat
Politis Daerah PMDN 90 Daerah
Program Penyelenggaraaan dan
Statistik Sektoral Persandian
Program Administrasi Dinas
Pemerintahan Desa Pemberdayaan
Masyarakat
dan Desa
Program Dukungan
Sekretariat
Pelaksanaan Tugas dan
DPRD
Fungsi DPRD

VI - 22
Tabel 6. 4. Tujuan, Sasaran dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022-2026
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Misi 1: Membangun Ekonomi Inklusif dan Pemerataan
Infrastruktur yang mampu mengungkit produktifitas sektor
unggulan dan menguatkan ketahanan lingkungan;
Tujuan 1: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan
berkelanjutanyang Berdampak pada Penurunan Kemiskinan
1. Pertumbuhan
% -3.58 4,27 220.989,71 4,54 292.934,06 4,81 293.169,25 5,07 289.005,45 5,34 284.428,05
Ekonomi
Sasaran 1: Meningkatnya Produktifitas dan Daya Saing Potensi
Unggulan Daerah yang Berkelanjutan
Indeks Daya Saing
Indeks n/a 3 709,00 3 8.490,19 3 8.539,81 3 8.591,73 3 8.646,07
Pariwisata
PROGRAM
PENINGKATAN DAYA Lama kunjungan
3 26 02 Hari 2 2,2 635,00 2,3 4.657,59 2,4 4.684,81 2,5 4.713,30 2,6 4.743,11
TARIK DESTINASI Wisata
PARIWISATA
Persentase
pertumbuhan jumlah
wisatawan % -72,94 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30
mancanegara per
PROGRAM kebangsaan
3 26 03 PEMASARAN Persentase 64,00 1.836,48 1.847,22 1.858,45 1.870,20
Dinas
PARIWISATA peningkatan
Kebudayaan
perjalanan wisatawan
% -43,9 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 dan
nusantara yang
Pariwisata
datang ke
kabupaten/kota
PROGRAM
PENGEMBANGAN
EKONOMI KREATIF
Persentase cakupan
MELALUI
3 26 04 pengembangan % 11,76 23,52 10,00 29,41 1.996,11 35,29 2.007,78 41,17 2.019,98 47,05 2.032,76
PEMANFAATAN DAN
ekonomi kreatif
PERLINDUNGAN HAK
KEKAYAAN
INTELEKTUAL
Pertumbuhan PDRB
% -3,5 2,99 38.685,44 3,26 30.552,46 3,57 30.731,02 3,88 30.917,86 4,19 31.113,40
Sektor Unggulan
Persentase Dinas
PROGRAM
2 17 05 peningkatan SDM 0 2,87 197,52 3,91 394,97 4,84 397,28 5,64 399,69 6,31 402,22 Koperasi,
PENDIDIKAN DAN
pengelola koperasi % Usaha Mikro

VI - 23
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LATIHAN dan
PERKOPERASIAN Perdagangan
PROGRAM
PEMBERDAYAAN
USAHA MENENGAH, Persentase
2 17 07 26,34 40 87,83 50 247,22 60 248,66 70 250,18 80 251,76
USAHA KECIL, DAN peningkatan Usaha
USAHA MIKRO Mikro yang menjadi
(UMKM) wirausaha %
PROGRAM
2 17 08 PENGEMBANGAN Persentase Usaha 8,32 15 11.491,79 20 1.788,77 25 1.799,22 30 1.810,16 35 1.821,61
UMKM Mikro naik kelas %
Dinas
Prosentase
PROGRAM Penanaman
Penetapan dan
PENGEMBANGAN Modal dan
2 18 02 Pelaksanaan % 5 6 25,00 7 38,85 7,5 39,08 8 39,31 8,5 39,56
IKLIM PENANAMAN Pelayanan
Kebijakan
MODAL Terpadu
Penanaman Modal
Satu Pintu
PROGRAM
PENGELOLAAN Dinas
3 25 03 20.447 21.674 574,39 22.324 2.754,73 22.994 2.770,82 23.684 2.787,67 24.394 2.805,30
PERIKANAN Produksi perikanan Perikanan
TANGKAP tangkap nelayan kecil ton
PROGRAM
PENGELOLAAN Dinas
3 25 04 27.677 29.936 1.098,68 31.133 1.691,68 32.378 1.701,57 33.674 1.711,92 35.021 1.722,74
PERIKANAN Produksi perikanan Perikanan
BUDIDAYA budidaya ton
Persentase
PROGRAM
peningkatan
PENGOLAHAN DAN Dinas
3 25 06 produksi produk 0 4,5 336,56 4,6 1.236,09 4,7 1.243,32 4,8 1.250,88 4,9 1.258,79
PEMASARAN HASIL Perikanan
olahan hasil
PERIKANAN
perikanan UMK %
Persentase
peningkatan
0,5 0,49 0,50 0,51 0,52 0,53
produksi Tanaman
pangan %
PROGRAM Persentase
Dinas
PENYEDIAAN DAN peningkatan
3 27 02 4.174,54 11.953,03 12.022,89 12.095,99 12.172,49 Pertanian
PENGEMBANGAN produksi Tanaman 3 3,70 3,75 3,80 3,85 3,90
dan Pangan
SARANA PERTANIAN perkebunan dan
hortikultura %
Rata-rata Persentase
peningkatan 2 2 2 2,1 2,1 2,1
produksi Peternakan %

VI - 24
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase
penyediaan dan
pengembangan
% 100 100 100 100 100 100
prasarana pertanian
mendukung tanaman
pangan
Persentase
penyediaan dan
pengembangan
prasarana pertanian % 100 100 100 100 100 100
mendukung tanaman
PROGRAM perkebunan dan
PENYEDIAAN DAN hortikultura
3 27 03 PENGEMBANGAN Persentase 16.943,64 5.781,39 5.815,18 5.850,53 5.887,54
PRASARANA penyediaan dan
PERTANIAN pengembangan
% 100 100 100 100 100 100
prasarana pertanian
mendukung
peternakan
Persentase
penyediaan dan
pengembangan
prasarana pertanian
% 100 100 100 100 100 100
mendukung
kesehatan hewan
dan kesehatan
masyarakat veteriner
PROGRAM
PENGENDALIAN DAN Presentase luas areal Dinas
3 27 05 PENANGGULANGAN pengendalian dan 100 100 760,41 100 197,04 100 198,19 100 199,40 100 200,66 Pertanian
BENCANA penanggulangan dan Pangan
PERTANIAN bencana OPT %
PROGRAM Dinas
3 27 07 PENYULUHAN Cakupan bina 100 100 2.745,09 100 2.588,74 100 2.603,86 100 2.619,70 100 2.636,26 Pertanian
PERTANIAN kelompok petani % dan Pangan
Persentase sarana
Dinas
PROGRAM distribusi
Koperasi,
PENINGKATAN perdagangan yang
3 30 03 % 50 59,09 250,00 68,18 1.879,96 77,27 1.890,95 86,36 1.902,44 95,45 1.914,47 Usaha Mikro
SARANA DISTRIBUSI mengalami
dan
PERDAGANGAN peningkatan standar
Perdagangan
SNI

VI - 25
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indeks Kepuasan
Layanan Indeks n/a 79,58 173.754,01 81,16 232.663,66 82,74 232.546,61 84,32 228.014,24 85,9 223.051,09
Infrastruktur (IKLI)
Rasio luas daerah
irigasi kewenangan
kab/kota yang % 62 65 69 73 77 80
dilayani oleh jaringan
irigasi
PROGRAM Dinas
Rasio luas kawasan
PENGELOLAAN Pekerjaan
1 3 02 permukiman rawan 30.899,72 72.114,96 71.059,64 65.545,43 59.554,73
SUMBER DAYA AIR Umum
banjir yang
(SDA) Pengairan
terlindungi oleh
% 56 60 63 66 69 72
infrastruktur
pengendalian banjir
di WS Kewenangan
kab/Kota
Persentase
pemenuhan
kebutuhan pokok air
PROGRAM
minum rumah Dinas
PENGELOLAAN DAN
tangga dengan akses Pekerjaan
1 3 03 PENGEMBANGAN % 86 88 665,63 89 7.416,57 90 7.459,91 91 7.505,27 92 7.552,73
berkelanjutan Umum
SISTEM PENYEDIAAN
terhadap air minum Pengairan
AIR MINUM
layak perkotaan dan
perdesaan sehari-
hari
Luasan RTH publik
Dinas
sebesar 20% dari
Pekerjaan
luas wilayah % 82,45 90 92,5 95 97,5 100
PROGRAM PENATAAN Umum Cipta
kota/kawasan
1 3 09 BANGUNAN DAN 2.566,98 33.014,32 33.207,26 33.409,16 33.620,46 Karya,
perkotaan
LINGKUNGANNYA Perumahan
Presentase
dan
ketersediaan LPJU % 64,68 65 66 67 68 69
Permukiman
pada jalan kabupaten
Dinas
Pekerjaan
PROGRAM Tingkat Kemantapan Umum Cipta
1 3 10 PENYELENGGARAAN Jalan % 74,45 76,45 135.653,69 78,45 106.573,74 80,45 107.196,58 82,45 107.848,33 84,45 108.530,43 Karya,
JALAN kabupaten/kota Perumahan
dan
Permukiman

VI - 26
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dinas
Persentase kawasan Pekerjaan
permukiman kumuh Umum Cipta
PROGRAM KAWASAN
1 4 3 dibawah 10 ha di % 20 25 45,00 33,33 1.412,68 41,66 1.420,94 49,99 1.429,57 58,32 1.438,62 Karya,
PERMUKIMAN
kab/ kota yang Perumahan
ditangani dan
Permukiman
PROGRAM Kinerja lalu lintas
% 87% 100 100 100 100 100
PENYELENGGARAAN Kabupaten/Kota Dinas
2 15 2 LALU LINTAS DAN 3.922,98 12.131,39 12.202,28 12.276,47 12.354,12 Perhubunga
Persentase layanan
ANGKUTAN JALAN % 72% 75 100 100 100 100 n
angkutan darat
(LLAJ)
Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Indeks 68.66 71,14 7.409,62 71,19 13.101,31 71,23 13.177,88 71,28 13.258,00 71,32 13.341,85
(IKLH)
PROGRAM Hasil Pengukuran
Indeks 59,17 60,05 60,11 60,16 60,22 60,27
PENGENDALIAN Indeks Kualitas Air
Dinas
PENCEMARAN
2 11 3 Hasil Pengukuran 309,00 1.411,39 1.419,64 1.428,27 1.437,30 Lingkungan
DAN/ATAU
Indeks Kualitas Indeks 85,23 86,61 86,67 86,72 86,78 86,83 Hidup
KERUSAKAN
Udara
LINGKUNGAN HIDUP
PROGRAM
Hasil Pengukuruan Dinas
PENGELOLAAN
2 11 4 Indeks kualitas Indeks 61,59 61,59 10,00 61,59 988,88 61,59 994,65 61,59 1.000,70 61,59 1.007,03 Lingkungan
KEANEKARAGAMAN
Lahan Hidup
HAYATI (KEHATI)
PROGRAM Persentasae Dinas
2 11 11 PENGELOLAAN Pengelolaan sampah % 61 61,06 7.090,62 61,12 10.701,05 61,18 10.763,59 61,24 10.829,03 61,31 10.897,52 Lingkungan
PERSAMPAHAN di wilayah Kab/Kota Hidup
Indeks Resiko
Indeks 137,16 130,59 431,64 127,38 8.126,44 124,22 8.173,93 121,11 8.223,63 118,05 8.275,64
Bencana
Persentase
penyelesaian
dokumen
% 85 100 100 100 100 100
kebencanaan sampai
dengan dinyatakan Badan
PROGRAM
sah/legal Penanggulan
1 05 03 PENANGGULANGAN 349,89 4.389,90 4.415,56 4.442,40 4.470,50
Persentase gan Bencana
BENCANA
penanganan tanggap % 90 100 100 100 100 100 Daerah
darurat bencana
Persentase
penanganan % 27 30 45 55 70 80
pasca bencana

VI - 27
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PROGRAM
PENCEGAHAN,
Waktu tanggap
PENANGGULANGAN, Dinas
(response time)
1 05 04 PENYELAMATAN Menit 15 15 81,75 15 3.736,54 15 3.758,37 15 3.781,23 15 3.805,14 Pemadam
penanganan
KEBAKARAN DAN Kebakaran
kebakaran
PENYELAMATAN NON
KEBAKARAN
2. Persentase
% 8,06 7,58 4.334,19 7,49 11.921,59 7,32 14.197,67 7,26 15.164,86 7,01 25.930,90
Penduduk Miskin
Sasaran 2: Meningkatnya Lapangan Kerja dan
Pemerataan Pendapatan untuk Keberdayaan Keluarga
Tingkat
Pengangguran % 5,34 5 3.150,06 4,84 8.942,26 4,68 8.994,52 4,53 9.049,21 4,38 9.106,44
Terbuka
PROGRAM
Persentase Tenaga
PELATIHAN KERJA
2 07 03 Kerja Bersertifikat % 0,78 0,93 368,76 1,02 370,83 1,11 373,00 1,21 375,26 1,32 377,64
DAN PRODUKTIVITAS
Kompetensi
TENAGA KERJA Dinas
Persentase Tenaga Tenaga
kerja yang Kerja,
ditempatkan (dalam Transmigrasi
PROGRAM dan luar negeri) dan
2 07 04 PENEMPATAN melalui mekanisme % 65,6 70,75 100,61 73,47 678,09 76,29 682,05 79,23 686,20 82,28 690,54 Perindustria
TENAGA KERJA layanan Antar Kerja n
layanan Antar Kerja
dalam wilayah
kabupaten/kota
PROGRAM Persentase
Dinas
PENGEMBANGAN Pengembangan
2 19 2 % N/A 0.57 2.501,50 0.58 3.867,21 0.59 3.889,81 0.6 3.913,46 0.61 3.938,21 Pemuda dan
KAPASITAS DAYA kapasitas daya Saing
Olahraga
SAING KEPEMUDAAN Kepemudaan
Persentase
pertumbuhan nilai
% -6,78 1,2 1,26 1,3 1,34 1,38
produksi industri Dinas
kecil menengah Tenaga
PROGRAM
Persentase Kerja,
PERENCANAAN DAN
3 31 2 pencapaian sasaran 179,20 4.026,14 4.049,67 4.074,29 4.100,06 Transmigrasi
PEMBANGUNAN
pembangunan dan
INDUSTRI
industri termasuk % 50 75 80 85 90 95 Perindustria
turunan indikator n
pembangunan
industri dalam RIPIN

VI - 28
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
yang ditetapkan
dalam RPIK

Persentase cakupan
pengembangan % 70 70 75 80 85 90
sentra industri
Gini Ratio Rasio 0,32 0,32 818,82 0,31 2.417,09 0,31 2.431,22 0,3 2.446,00 0,3 2.461,47
Dinas Sosial,
PROGRAM Pemberdayaa
Persentase PPKS
1 06 04 REHABILITASI % 55,6 36,7 427,46 37 1.168,99 38 1.175,82 39 1.182,97 40 1.190,45 n Perempuan
yang tertangani
SOSIAL dan Keluarga
Berencana
Dinas Sosial,
PROGRAM Persentase Pelayanan Pemberdayaa
1 06 05 PERLINDUNGAN DAN Perlindungan dan % 53,8 11,8 99,77 11,9 474,66 12 477,43 12 480,34 12 483,38 n Perempuan
JAMINAN SOSIAL jaminan sosial dan Keluarga
Berencana
Jumlah peningkatan
PROGRAM
desa yang lembaga
PEMBERDAYAAN
kemasyarakatan dan
LEMBAGA
lembaga adatnya
2 13 05 KEMASYARAKATAN, % n/a 5 291,58 6 773,44 7 777,96 8 782,69 9 787,64
melaksanakan
LEMBAGA ADAT DAN
kegiatan ekonomi Dinas
MASYARAKAT
produktif dan Pemberdayaa
HUKUM ADAT
pemberdayaan n
Persentase lembaga Masyarakat
kemasyarakatan dan dan Desa
lembaga adat di desa
yang terafiliasi dalam % 60 65 70 75 80 85
peningkatan
kapasitas dan
diberdayakan
Indeks
Pemberdayaan Indeks 74,41 75,66 365,30 76,80 562,23 77,95 2.771,93 79,13 3.669,65 80,32 14.362,98
Gender (IDG)
Dinas Sosial,
Presentase
PROGRAM Pemberdayaa
penyelesaian kasus
2 08 03 PERLINDUNGAN % 84 77 45,00 80 240,16 83 241,56 85 243,03 87 244,56 n Perempuan
kekerasan terhadap
PEREMPUAN dan Keluarga
perempuan
Berencana

VI - 29
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dinas Sosial,
PROGRAM
Pemberdayaa
PENINGKATAN Persentase kelompok
2 08 04 % 66,6 20 45,68 25 45,91 30 2.252,59 35 3.147,15 40 13.837,18 n Perempuan
KUALITAS perempuan berdaya
dan Keluarga
KELUARGA
Berencana
Dinas Sosial,
PROGRAM Persentase Pemberdayaa
2 08 07 PERLINDUNGAN Penyelesaian kasus % n/a 77 274,62 80 276,16 83 277,78 85 279,47 87 281,23 n Perempuan
KHUSUS ANAK terhadap anak dan Keluarga
Berencana
Misi 2: Membangun SDM Unggul Berkharakter dan Harmonisasi
Sosial yang Kondusif;
Tujuan 2:
Meningkatkan
Kualitas 3. Indeks
Pembangunan Pembangunan Indeks 70,62 71,02 269.639,27 71,27 240.906,46 71,75 242.314,36 72,17 243.787,62 72,59 245.329,48
Manusia Yang Manusia
Unggul Dan
Berkarakter
Sasaran 3: Meningkatnya Akses dan Kualitas
Pendidikan, Kesehatan, Komoditas Pangan dan Non
Pangan
Indeks Pengeluaran Indeks 0,76 0,77 864,62 0,78 971,22 0,78 976,89 0,79 982,83 0,79 989,05
PROGRAM
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
Skor PPH
2 09 02 EKONOMI UNTUK angka 95 95,2 649,71 95,4 653,36 95,6 657,18 95,8 661,18 96 665,36
Ketersediaan
KEDAULATAN DAN
KEMANDIRIAN Dinas
PANGAN Pertanian
Persentase pangan dan Pangan
segar asal tumbuhan
PROGRAM
yang memenuhi
2 09 05 PENGAWASAN % 86 86 70,24 87 70,63 88 71,05 89 71,48 90 71,93
persyaratan mutu
KEAMANAN PANGAN
dan
keamanan pangan
Dinas
PROGRAM Persentase koefisien
Koperasi,
STABILISASI HARGA variasi harga antar
3 30 04 % 5,5 5,3 144,67 5,2 247,22 5,1 248,66 5,0 250,18 4,9 251,76 Usaha Mikro
BARANG waktu per komoditas
dan
KEBUTUHAN POKOK bahan pokok
Perdagangan

VI - 30
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
DAN BARANG
PENTING

Indeks Pendidikan % 0,59 0,6 170.315,79 0,61 230.690,06 0,62 232.038,26 0,62 233.449,04 0,62 234.925,51
Tingkat partisipasi
warga negara usia 5-
66,06 85 95 100 100 100
6 tahun dalam
pendidikan usia dini %
Tingkat partisipasi
warga negara usia 7-
0 100 100 100 100 100
15 tahun dalam
Pendidikan dasar %
Tingkat partisipasi
warga negara usia 7-
PROGRAM 18 tahun dalam 0 73,39 88,39 100 100 100
Dinas
1 01 02 PENGELOLAAN Pendidikan 169.164,49 215.551,08 216.810,80 218.129,00 219.508,58
Pendidikan
PENDIDIKAN kesetaraan %
Pesentase siswa
dengan nilai
kompetensi literasi 0 47,24 50,24 53,24 56,24 59,24
yang memenuhi
kompetensi minimum %
Persentase siswa
dengan nilai
kompetensi numerasi 0 25,56 28,56 31,56 34,56 37,56
yang memenuhi
kompetensi minimum %
PROGRAM Persentase Perangkat
Dinas
1 01 03 PENGEMBANGAN kurikulum yang di 100 100 70,00 100 600,39 100 603,90 100 607,57 100 611,41
Pendidikan
KURIKULUM kembangkan %
Rasio guru terhadap
murid per kelas rata- 1:39,94 1:44,26 1:41,46 1:38,66 1:35,86 1:33,06
PROGRAM PENDIDIK
rata rasio Dinas
1 01 04 DAN TENAGA 20,00 141,27 142,09 142,96 143,86
Guru yang Pendidikan
KEPENDIDIKAN
memenuhi kualifikasi 0 58,63 59,13 59,63 60,13 60,63
S1/ D-IV %
PROGRAM
PENGEMBANGAN Dinas
Persentase Cakupan
2 19 03 KAPASITAS DAYA % N/A 10 880,00 10 13.715,71 20 13.795,86 20 13.879,74 30 13.967,52 Pemuda dan
Pembinaan Olahraga
SAING Olahraga
KEOLAHRAGAAN

VI - 31
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PROGRAM
Indeks pembangunan
2 23 02 PEMBINAAN Indeks 56 58 181,30 59 681,62 60 685,60 61 689,77 62 694,13 Dinas
literasi masyarakat
PERPUSTAKAAN Perpustakaa
Indeks tingkat n dan
kegemaran membaca Indeks 56 58 59 60 61 62 Kearsipan
masyarakat
Indeks Kesehatan % 0,77 0,78 97.478,14 0,78 2.971,54 0,78 2.988,91 0,78 3.007,08 0,79 3.026,10
Prevalensi stunting
(pendek dan sangat
% 24,1 22,1 21,1 20,1 19,1 18,1
pendek) pada
balita
Angka Kematian Ibu
PROGRAM
(AKI) melahirkan per Angka 79,7 96 94 93 92 91
PEMENUHAN UPAYA
100.000 KH
KESEHATAN Dinas
1 02 02 Angka Kematian Bayi 97.303,14 2.847,93 2.864,57 2.881,99 2.900,22
PERORANGAN DAN Angka 5,09 5,07 5,06 5,05 5,04 5,03 Kesehatan
(AKB) per 1.000 KH
UPAYA KESEHATAN
Persentase capaian
MASYARAKAT
SPM Bidang % 67,05 70 71,6 73,2 74,8 76,4
Kesehatan
Persentase
Penemuan dan % 100 100 100 100 100 100
Penanganan Kasus
Persentase Sarana
Kefarmasian, Alat
PROGRAM SEDIAAN
Kesehatan dan
FARMASI, ALAT Dinas
1 02 04 Sarana Pengelolaan % 69 71,67 175,00 73 123,61 74,33 124,33 75,67 125,09 77 125,88
KESEHATAN DAN Kesehatan
Makanan dan
MAKANAN MINUMAN
Minuman yang
berijin
Sasaran 4: Meningkatnya Stabilitas Sosial Masyarakat yang
Berkharakter dan Berbudaya
Indeks Kesalehan
Indeks n/a 63 940,71 64,5 5.567,30 66 5.599,84 67,5 5.633,89 69 5.669,52
Sosial (IKS)
PROGRAM
PENGUATAN Badan
IDEOLOGI Angka potensi konflik kejadia Kesatuan
8 01 02 1 2 400,00 2 988,88 2 994,65 2 1.000,70 2 1.007,03
PANCASILA DAN SARA di masyarakat n Bangsa dan
KARAKTER Politik
KEBANGSAAN

VI - 32
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PROGRAM
Persentase Badan
PEMBERDAYAAN
Organisasi Kesatuan
8 01 04 DAN PENGAWASAN % 65 70 95,00 80 139,86 80 140,67 90 141,53 90 142,42
Kemasyarakatan Bangsa dan
ORGANISASI
yang dibina Politik
KEMASYARAKATAN
PROGRAM
PENINGKATAN Persentase Perda dan Satuan Polisi
1 05 02 KETENTERAMAN Perkada yang % 95,9 100 428,48 100 3.849,55 100 3.872,05 100 3.895,59 100 3.920,23 Pamong
DAN KETERTIBAN ditegakkan Praja
UMUM
Persentase korban
bencana alam dan
sosial yang terpenuhi Dinas Sosial,
PROGRAM kebutuhan dasarnya Pemberdayaa
1 06 06 PENANGANAN pada saat dan % 100 90 17,24 92 589,02 93 592,46 95 596,06 96 599,83 n Perempuan
BENCANA setelah tanggap dan Keluarga
darurat bencana Berencana
daerah
kabupaten/kota
Indeks
Pembangunan Indeks n/a 56,6 40,00 57,8 706,34 60 710,47 61,15 714,79 61,18 719,31
Kebudayaan
Persentase budaya
Dinas
PROGRAM lokal (ritual adat dan
Kebudayaan
2 22 02 PENGEMBANGAN tradisi) yang % 52,94 64,7 40,00 70,58 706,34 76,47 710,47 82,35 714,79 88,23 719,31
dan
KEBUDAYAAN dikembangkan
Pariwisata
menjadi atraksi
Misi 3: Membangun Layanan Publik dan Tatakelola Pemerintahan
yang Inovatif dan Dinamis;
Tujuan 3:
Meningkatkan
Kepuasan 4. Indeks Kepuasan
Skor 87,03 90,1 527.609,48 90,62 399.259,29 91,33 401.592,64 91,7 404.034,30 92,01 406.589,66
Masyarakat Masyarakat
Terhadap Pelayanan
Publik
Sasaran 5: Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan yang
berorientasi Pada Layanan sampai Desa
Indeks Reformasi
Nilai 77 79 449.904,68 80 315.907,56 81 317.753,78 82 319.685,71 83 321.707,59
Birokrasi
2 12 02 Perekaman KTP-el % 99 99,2 100,00 99,4 406,15 99,6 408,52 99,8 411,00 100 413,60

VI - 33
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dinas
PROGRAM Rasio penduduk ber- Kependuduk
PENDAFTARAN KTP per satuan 0 n/a 100 100 100 100 100 an dan
PENDUDUK penduduk Pencatatan
Sipil
Persentase cakupan
kepemilikan akta
% 86 92 94 96 98 100
kelahiran pada anak
usia 0-17 tahun
Persentase cakupan
kepemilikan akta
perceraian pada Dinas
% n/a 100 100 100 100 100
semua individu yang Kependuduk
PROGRAM
2 12 03 perceraiannya 100,00 543,88 547,06 550,39 553,87 an dan
PENCATATAN SIPIL
dilaporkan Pencatatan
Persentase cakupan Sipil
kepemilikan buku
nikah/akta
perkawinan pada % n/a 100 100 100 100 100
semua pasangan
yang perkawinannya
dilaporkan
Dinas
Persentase
Penanaman
PROGRAM Penyelesaian
Modal dan
2 18 04 PELAYANAN Pelayanan Perizinan % 95 95 620,00 95,5 1.765,85 96 1.776,17 96,5 1.786,97 97 1.798,27
Pelayanan
PENANAMAN MODAL dan Non Perizinan
Terpadu
Sesuai dengan SOP
Satu Pintu
PROGRAM Presentase raperda
DUKUNGAN yang disahkan
4 02 02 PELAKSANAAN menjadi perda tepat % 40 80 81 82 83 84
Sekretariat
TUGAS DAN FUNGSI waktu sesuai 24.396,37 25.875,63 26.026,85 26.185,09 26.350,70
DPRD
DPRD propemperda
Presentase aspirasi
% 83,5 87 88 89 90 91
yang ditindaklanjuti
PROGRAM Persentase dokumen
5 02 02 % 100 100 100 100 100 100 Badan
PENGELOLAAN APBD tepat waktu
Pengelolaan
KEUANGAN DAERAH Persentase dokumen
420.443,22 280.921,13 282.562,89 284.280,86 286.078,82 Keuangan
pengelolaan
% 100 100 100 100 100 100 dan Aset
perbendaharaan
Daerah
daerah tepat waktu

VI - 34
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Perangkat
Daerah yang
% 93 93 94 95 96 97
menyusun laporan
tepat waktu
PROGRAM Persentase Realisasi
5 02 04 PENGELOLAAN Pajak dan Retribusi % n/a 90 1.050,00 90,5 4.470,15 91 4.496,27 91,5 4.523,61 92 4.552,22 Badan
PENDAPATAN Daerah Pendapatan
DAERAH Jumlah penambahan Daerah
WP 0 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
wajib pajak baru
Persentase
pertanggungjawaban
PROGRAM
keuangan Perangkat
6 01 02 PENYELENGGARAAN % 100 100 3.195,08 100 1.924,78 100 1.936,02 100 1.947,80 100 1.960,11 Inspektorat
Daerah yang sesuai
PENGAWASAN
dengan ketentuan
yang berlaku
Indeks Inovasi Kategor Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
6.879,47 17.474,42 17.576,55 17.683,41 17.795,25
Daerah i inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif
Persentase tingkat
kepuasan
PROGRAM masyarakat terhadap
2 16 02 INFORMASI DAN akses dan kualitas % n/a 85 2.279,89 86 7.628,47 86 7.673,05 86 7.719,70 86 7.768,53
Dinas
KOMUNIKASI PUBLIK konten
Komunikasi,
informasi publik
Informatika
Pemerintah Daerah
dan
Persentase Layanan
Persandian
Publik yang
PROGRAM APLIKASI
2 16 03 diselenggarakan % 100 100 3.653,27 100 7.550,35 100 7.594,47 100 7.640,65 100 7.688,97
INFORMATIKA
secara online dan
terintegrasi
Persentase
Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang
menggunakan data
statistik dalam % 100 100 100 100 100 100 Dinas
PROGRAM
menyusun Komunikasi,
PENYELENGGARAAN
2 20 01 perencanaan 411,45 423,80 426,28 428,87 431,58 Informatika
STATISTIK
pembangunan dan
SEKTORAL
daerah Persandian
Persentase OPD yang
menggunakan data
% 100 100 100 100 100 100
statistik dalam
melakukan evaluasi

VI - 35
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
pembangunan
daerah
Jumlah aparatur dan
PROGRAM pengurus
ADMINISTRASI kelembagaan desa Dinas
2 13 04 % 70% 75 80 85 90 95
PEMERINTAHAN yang memiliki Pemberdayaa
DESA kompetensi dalam 534,87 1.871,80 1.882,74 1.894,19 1.906,17 n
tata kelola pemdes Masyarakat
jumlah Badan Usaha dan Desa
Milik Desa (Bumdes) % 0,3 40 50 60 70 75
Berkembang
Nilai SAKIP Nilai 83,1 84,1 67.102,64 84,6 61.321,42 85,1 61.679,80 85,6 62.054,81 86,1 62.447,28
Persentase realiasi
penyediaan
kebutuhan sarana % 85 85 86 87,0 88 90
dan prasara
perkantoran
Persentase Perangkat
Daerah dengan nilai % NA 30 35 40,0 45 50
Indeks RB baik (BB)
Persentase Perangkat
Daerah dengan nilai
PROGRAM IKM (Indeks
% 80 81 82 83,0 84 85
PENUNJANG Kepuasan
URUSAN Masyarakat) diatas Sekretariat
4 01 01 80% 63.709,19 59.393,12 59.740,22 60.103,44 60.483,57
PEMERINTAHAN Daerah
DAERAH Persentase pelayanan
KABUPATEN/KOTA kedinasan pimpinan
% 70 70 75 80,0 85 90
dan pelayanan tamu
tepat waktu
Nilai Hasil Evaluasi
SAKIP Sekretariat Nilai 90 90 90,5 91,0 91,5 92,0
Daerah

Persentase Perangkat
Daerah yang nilai % 81 81 82 83,0 84 85
AKIPnya bernilai baik
(A)

VI - 36
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran Perangkat
Indikator Kinerja Kinerja
/ Program Daerah
Kode (tujuan/impact/ Satuan Awal Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pembangunan Penanggung
outcome) RPJMD
Daerah Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Kinerja Juta Rp. Jawab
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ketepatan waktu
PROGRAM dalam tahapan
PERENCANAAN, pelaksanaan Badan
% 95 100 100 100 100 100
PENGENDALIAN DAN perencanaan (sesuai Perencanaan
5 1 02 3.393,45 1.928,31 1.939,58 1.951,37 1.963,71
EVALUASI dengan Permendagri Pembanguna
PEMBANGUNAN 86) n Daerah
DAERAH Capaian Kinerja
% 85 86 87 88 89 90
Perangkat Daerah
Indeks
Profesionalisme Indeks 75,91 78,71 3.722,69 80,01 4.555,89 81,31 4.582,52 82,61 4.610,38 83,89 4.639,54
Aparatur
Persentase
PROGRAM
penempatan PNS
5 03 02 KEPEGAWAIAN 80 85 85 88 88 90 Badan
sesuai dengan
DAERAH 2.378,00 1.942,43 1.953,79 1.965,67 1.978,10 Kepegawaian
analisis jabatan %
Daerah
Persentase aparatur
90 90 90 95 95 95
yang berkinerja baik %
PROGRAM
Persentase Badan
PENGEMBANGAN
5 04 02 peningkatan kualitas % 80 80 1.344,69 80 2.613,46 83 2.628,73 83 2.644,71 85 2.661,44 Kepegawaian
SUMBER DAYA
SDM Aparatur Daerah
MANUSIA
TOTAL 1.022.572,65 945.021,40 951.273,92 951.992,24 962.278,08

VI - 37
VI - 38
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN
PEMBANGUNAN DAN PROGRAM
PERANGKAT DAERAH

Bab VII RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 memuat program


pembangunan yang merupakan program prioritas yang mendukung Visi dan Misi
Kepala Daerah terpilih, serta seluruh program yang dirumuskan perangkat daerah
dalam Renstra Perangkat Daerah, yang dilengkapi dengan indikator kinerja, pagu
indikatif, target perangkat daerah penanggung jawab berdasarkan bidang urusan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, sebelum
pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi menentukan belanjanya setiap tahun
dalam periode RPJMD 2021-2026 maka perlu diketahui terlebih dahulu Kapasitas
Riil Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi sebagaimana telah dirumuskan
dalam Bab III RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026.
Kapasitas Riil Keuangan Daerah merupakan alokasi belanja program untuk
pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama lima tahun ke
depan. Kapasitas Riil Kabupaten Banyuwangi dihitung dengan mengidentifikasi
seluruh penerimaan daerah dan ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan
dialokasikan. Berdasarkan Kapasitas Riil Keuangan Daerah, selanjutnya disusun
Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah lima tahun ke depan sebagai acuan
pengalokasian belanja program perangkat daerah, sebagaimana tabel berikut:

Tabel 7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah


Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022-2026
Proyeksi/ Tahun
No Uraian 2022 2023 2024 2025 2026
Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp.
Kapasitas Riil
Kemampuan 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06
Keuangan
2 BELANJA 2.443,99 2.477,85 2.493,00 2.503,03 2.523,06
2.1 Belanja Operasi 1.779,81 1.787,45 1.794,95 1.802,80 1.811,01
2.1.1 Belanja Pegawai 1.008,64 1.011,33 1.014,42 1.017,65 1.021,04
Belanja Barang dan 733,04 737,58 741,50 745,61 749,90
2.1.2
Jasa
2.1.3 Belanja Bunga - - - - -

2.1.4 Belanja Subsidi - - - - -

VII - 1
Proyeksi/ Tahun
No Uraian 2022 2023 2024 2025 2026
Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp.
2.1.5 Belanja Hibah 9,97 10,08 10,20 10,34 10,48
Belanja Bantuan 28,16 28,47 28,83 29,20 29,60
2.1.6
Sosial
2.2 Belanja Modal 261,16 286,13 292,47 293,28 303,66
2.2.1 Belanja Modal Tanah 15,00 10,00 10,00 10,00 10,00
Belanja Modal 35,90 36,38 36,94 37,53 38,14
2.2.2
Peralatan dan Mesin
Belanja Modal 53,44 52,45 52,92 54,30 55,74
2.2.3 Gedung dan
Bangunan
Belanja Modal Jalan, 152,56 183,96 189,19 187,95 196,18
2.2.4
Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Aset 3,26 3,34 3,42 3,51 3,60
2.2.5
Tetap Lainnya
1,00
2.2.6 Belanja Aset Lainnya
- - - -
Belanja Tidak 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
2.3
Terduga
2.4 Belanja Transfer 393,02 394,27 395,57 396,95 398,39
28,91 30,16 31,46 32,84 34,28
Belanja Bagi Hasil
2.4.1
Belanja Bantuan 364,11 364,11 364,11 364,11 364,11
2.4.2 Keuangan

Selanjutnya dalam menyajikan daftar program perangkat daerah yang


tertuang di Renstra Perangkat Daerah, hal yang perlu diingat bahwa RPJMD
Kabupaten Banyuwangi tahun 2021-2026 disusun pada tahun 2021, sehingga
alokasi belanja dan program pembangunan Kabupaten Banyuwangi yang tertuang
pada RKPD 2021 telah definitif dan sedang berlangsung. Untuk itu, program
Perangkat Daerah beserta kerangka pendanaannya akan disajikan dalam 2 tabel
yaitu tabel 7.2 adalah program beserta kebutuhan pendanaan yang sedang berjalan
(tahun 2021) dan tabel 7.3-7.5 adalah indikasi rencana program disertai kebutuhan
pendanaan untuk tahun 2022-2026. Berikut ini rencana program disertai
kebutuhan pendanaan dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi periode tahun 2021-
2026:

VII - 2
Tabel 7. 2. Program yang disertai Kerangka Pendanaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 (tahun berjalan)
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB
1 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR
1 01 PENDIDIKAN
APM SD/MI/Paket A % 99,39 99,99
APK SD/MI/Paket A % 102.04 100,33
Jumlah SD terakreditasi A bilangan 316.00 315
Angka melanjutkan (AM) SD/MI ke SMP/Mts % 102.05 100
Perbedaan Gender angka melanjtkan (AM) SD/MI Ke SMP/MTs % 1.00 1
Rasio Kersediaan Lembaga terhada penduduk usia SD (10.000) Rasio 1 : 72.48 02:14
Persentase Penduduk miskin usia 7-12 tahu terlayani pendidikan SD % 59.83 50
Persentase Tenaga Pendidik SD berkualifikasi S-1 dan Bersertifikasi % 62.58 61,49
Angka Putus Sekolah SD % 0.01 0,02
APK SMP/MTs/Paket B % 110.24 100
APM SMP/MTs/Paket B % 93.60 89,24
Jumlah SMP Terakreditasi A bilangan 88.00 104
Persentase Tenaga Pendidik SMP berkualifikasi S-1 dan Bersertifikasi % 62.30 62,91
Rasio ketersediaan lembaga terhadap penduduk usia SMP (10.000) Rasio 01.44 01:43
Angka Melanjutkan (AM) SMP/MTs/Paket B ke SMA?SMK/MA/Paket C % 103.81 99,39
PROGRAM PENGELOLAAN
1 01 02 Perbedaan Gender angka melanjutkan (AM) SMP/MTs/Paket B ke SMA/SMK/MA/Paket 292.000.817.390 Dinas Pendidikan
PENDIDIKAN % 01.01 1
C
Persentase penduduk miskin usia 13-15 tahun terlayani pendidikan SMP % 66.56 50
Angka Putus Sekolah SMP % 0.08 0,21
APK PAUD Formal % 105.45 100
APM PAUD Formal % 80.59 74,76
Persentase Lembaga PAUD Terakrediatsi % 67.74 66,25
Persentase Tenaga Pendidik PAUD berkualifiaksi S1 dan Bersertifikasi % 58.11 51,48
Persentase ketersediaan ruang kelas PAUD terhadap kelas rombongan belajar % 97.68 100
Persentase Penduduk Miskin usia 5-6 tahun terlayani PAUD Formal % 22.00 40
Jumlah Lembaga Kursus/ Pelatihan dan PKBM berizin Lembaga 70 50
Jumlah Lembaga Kursus/ Pelatihan dan PKBM Terakreditasi Lembaga 42.86 27,11
Angka Melek Aksara penduduk usia 15 Tahun keatas % 99.01 98,02
Persentase Warga Belajar miskin 7-59 tahun terlayani Pendidikan PNF % 100.00 20
Persentase penduduk usia 7-21 tahun yang putus sekoah/tidak sekolah tertangani
% 83.42 73,39
Pendidikan Non Formal
bilangan
Jumlah SD terakreditasi A 316 315
PROGRAM PENDIDIK DAN Jumlah SMP terakreditasi A bilangan 88 104
1 01 04 49.984.640 Dinas Pendidikan
TENAGA KEPENDIDIKAN Persentase Lembaga PAUD Terakreditasi % 67,74 66,25
Jumlah Lembaga Kursus/ Pelatihan dan PKBM berizin bilangan 70 27
Persentase Tenaga Pendidik SD berkualifikasi S-1 dan Bersertifikasi % 62,58 61,49

VII - 3
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
Persentase Tenaga Pendidik SMP berkualifikasi S-1 dan Bersertifikasi % 62,3 62,91
Persentase Tenaga Pendidik PAUD berkualifikasi S-1 dan Bersertifikasi % 58,11 51,48
bilangan
Jumlah SD terakreditasi A 316 315
PROGRAM PENGENDALIAN
1 01 05 Jumlah SMP terakreditasi A bilangan 88 315 99.997.120 Dinas Pendidikan
PERIZINAN PENDIDIKAN
Persentase Lembaga PAUD terakreditasi % 67,74 66,25
Jumlah Lembaga Kursus/ Pelatihan dan PKBM berizin bilangan 70 27
1 02 KESEHATAN
PROGRAM PEMBERDAYAAN Persentase Akses Penduduk Terhadap Jamban Sehat % 100 100
1 02 05 MASYARAKAT BIDANG 4.781.257.267 Dinas Kesehatan
Persentase Desa Siaga Aktif % 22,5 22,5
KESEHATAN
Cakupan Anggaran Kesehatan % 11,83 12
Persentase Akses Penduduk Terhadap Jamban Sehat % 100 100
Prevalensi balita stunting % 24,1 23,1
PROGRAM PEMENUHAN
Persentase Penemuan dan Penanganan Kasus % 100 100
UPAYA KESEHATAN
1 02 02 Tingkat Kesehatan RS Angka 77,38 80 167.999.393.007 Dinas Kesehatan
PERORANGAN DAN UPAYA
Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 KH Angka 79,7 95
KESEHATAN MASYARAKAT
Angka Kematian Bayi per 1.000 KH Angka 5,09 5,07
Persentase Pencapaian SPM Rumah Sakit % 100 100
Persentase Pembiayaan Penanganan Penyakit Akibat Rokok % 58,26 50
PROGRAM SEDIAAN FARMASI, Cakupan Anggaran Kesehatan % 0,1183 0,12
1 02 04 ALAT KESEHATAN DAN Persentase Sarana Kefarmasian, Alat Kesehatan dan Sarana Pengelolaan Makanan 150.000.000 Dinas Kesehatan
% 4,48 8,19
MAKANAN MINUMAN dan Minuman yang berijin
1 03 PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PROGRAM PENGELOLAAN
1 03 02 indikator program : Presentase Ketersediaan Air Baku % 87 88 183.136.502.761
SUMBER DAYA AIR (SDA)
Dinas Pekerjaan Umum
PROGRAM PENGELOLAAN indikator Program : Persentase pemenuhan kebutuhan pokok air minum rumah tangga
Pengairan
1 03 03 DAN PENGEMBANGAN SISTEM dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak perkotaan dan perdesaan % 86 87 29.324.888.800
PENYEDIAAN AIR MINUM sehari-hari
PROGRAM PENGELOLAAN
Indikator Program : Proporsi rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan air
1 03 05 DAN PENGEMBANGAN SISTEM unit 1 1 275.000.000
limbah terpusat.
AIR LIMBAH
Indikator Program : Panjang saluran drainase /gorong-gorong yang dibangun dalam
PROGRAM PENGELOLAAN Meter 22.886 15.000
kondisi baik Dinas Pekerjaan Umum
1 03 06 DAN PENGEMBANGAN SISTEM 14.290.729.590
Indikator Program : Panjang saluran drainase/gorong-gorong yang direhabilitasi dalam Cipta Karya,
DRAINASE Meter 740 500
kondisi baik Perumahan dan
PROGRAM PENGEMBANGAN Permukiman
1 03 07 Indikator Program : Presesntase Jalan Lingkungan dalam kondisi baik % 70 70 58.411.865.290
PERMUKIMAN
PROGRAM PENATAAN
1 03 08 Indikator Program : Presentase gedung negara dalam kondisi baik % 85 90 13.831.727.267
BANGUNAN GEDUNG
1 03 09 Indikator Program : Persentase kecukupan luasan RTH Publik % 16,49 17,19 25.503.307.180

VII - 4
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENATAAN
BANGUNAN DAN Indikator Program : Presentase ketersediaan LPJU pada jalan kabupaten % 30,65 32,55
LINGKUNGANNYA
PROGRAM
1 03 10 Indikator Program : Tingkat Kemantapan Jalan kabupaten/kota Rasio (%) 74,45 76,45 130.186.832.089
PENYELENGGARAAN JALAN
PROGRAM PENGEMBANGAN Indikator Program : Rasio tenaga operator/teknisi/analisis yang memiliki sertifikat
1 03 11 % 70 70 779.999.560
JASA KONSTRUKSI kompetensi
PROGRAM
1 03 12 PENYELENGGARAAN Indikator Program : Persentase wilayah yang telah tersusun perencanaan tata ruang % 56 60 1.692.498.420
PENATAAN RUANG
1 04 PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROGRAM PENGEMBANGAN Indikator Program : Persentase Penyediaan dan Rehabilitasi Rumah Yang Layak Huni
1 04 02 % 0 100 2.007.283.680
PERUMAHAN bagi korban bencana
Dinas Pekerjaan Umum
PROGRAM KAWASAN
1 04 03 Indikator Program : Persentase Luas kawasan kumuh 10 – 15 Ha yang ditangani % 90 100 949.997.960 Cipta Karya,
PERMUKIMAN
Perumahan dan
PROGRAM PENINGKATAN
Permukiman
1 04 05 PRASARANA, SARANA DAN Jumlah perumahan yang sudah dilengkapi PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum) % 4,16 4,34 699.999.960
UTILITAS UMUM (PSU)
1 05 KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
PROGRAM PENINGKATAN
1 05 02 KETENTERAMAN DAN Persentase penurunan pelanggaran PERDA % 4,1 4,1 1.409.989.445
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PENCEGAHAN, Satuan Polisi Pamong
PENANGGULANGAN, Praja
1 05 04 PENYELAMATAN KEBAKARAN Tingkat waktu tanggap (respon rate time) penanggulangan kebakaran % 4,1 4,1 2.399.869.900
DAN PENYELAMATAN NON
KEBAKARAN
PROGRAM Badan
1 05 03 PENANGGULANGAN Indikator Program: Persentase kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana % 75 80 2.624.909.031 Penanggulangan
BENCANA Bencana Daerah
1 06 SOSIAL
PROGRAM PEMBERDAYAAN Prosentase PSKS yg mendapat pembinaan dan aktif dalam penyelenggaraan
1 06 02 % 82,25 82,25 744.354.400
SOSIAL kesejahteraan sosial
PROGRAM PENANGANAN
1 06 03 WARGA NEGARA MIGRAN Prosentase Warga Migran yang mendapat pembinaan % 90 90 19.910.500
Dinas Sosial,
KORBAN TINDAK KEKERASAN
Pemberdayaan
PROGRAM REHABILITASI Prosentase angka PMKS (Penyandang Masalah kesejahteraan sosial) didalam
1 06 04 % 55,6 36,7 896.598.070 Perempuan dan
SOSIAL lembaga (Panti)
Keluarga Berencana
PROGRAM PERLINDUNGAN
1 06 05 Persentase penduduk miskin yang mendapatkan perlindungan sosial % 53,8 11,8 1.333.162.000
DAN JAMINAN SOSIAL
PROGRAM PENANGANAN
1 06 06 Persentase Respon cepat darurat bencana % 100 90 833.895.300
BENCANA

VII - 5
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENGELOLAAN
1 06 07 Prosensentase TMP yang dikelola % 0 100 20.000.000
TAMAN MAKAM PAHLAWAN
URUSAN WAJIB BUKAN PELAYANAN DASAR
2 07 TENAGA KERJA
PROGRAM PERENCANAAN Indikator Program : Persentase rekomendasi kebijakan ketenagakerjaan pada RTK
2 07 02 % 75% 80,00% 100.000.000
TENAGA KERJA Kabupaten yang dilaksanakan
PROGRAM PELATIHAN KERJA
2 07 03 DAN PRODUKTIVITAS TENAGA Persentase lulusan pelatihan kerja yang memiliki kompetensi % 66,10% 60,00% 49.999.240
Dinas Tenaga Kerja,
KERJA
Transmigrasi dan
PROGRAM PENEMPATAN 1. Persentase Pencari kerja yang ditempatkan % 65,6 % 80,43%
2 07 04 188.996.840 Perindustrian
TENAGA KERJA 2. Persentase Permasalahan PMI yang terselesaikan % 98,7% 70%
1. Persentase perselisihan hubungan industrial yang terselesaikan
PROGRAM HUBUNGAN % 100% 90%
2 07 05 2. Persentase kepesertaan pekerja penerima upah pada perusahaan dalam BPJS 428.499.000
INDUSTRIAL % 56,52% 40%
ketenagakerjaan
2 8 URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
PROGRAM
PENGARUSUTAMAAN
2 8 2 Presentase desa/Kel yang memahami PPRG : Jumlah Desa/kel % 100 25 549.999.700
GENDER DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
PROGRAM PERLINDUNGAN Persentase korban kekerasan terhadap perempuan yang mendapat layanan
2 08 03 % 84 7 720.977.790 Dinas Sosial,
PEREMPUAN komprehensif.
Pemberdayaan
PROGRAM PENINGKATAN
2 08 04 % PEKKA,Purna TKW dan Keluarga TKI yang mendapat pelaatihan % 66,6 0,1 64.999.900 Perempuan dan
KUALITAS KELUARGA
Keluarga Berencana
PROGRAM PENGELOLAAN
2 08 05 SISTEM DATA GENDER DAN Prosentase penyajian data gender dan anak di kecamatan /SKPD % 0 31,1 20.000.000
ANAK
PROGRAM PEMENUHAN HAK
2 08 06 Prosentase Jumlah forum anak yang telah terbentuk % 84 20 139.999.900
ANAK (PHA)
2 14 PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
PROGRAM PENGENDALIAN
2 14 2 Persentase Peran Serta Masyarakat dalam pelayanan KB / KR mandiri % 0,32 46 757.133.600
PENDUDUK
Dinas Sosial,
PROGRAM PEMBINAAN
2 14 3 Persentase Capaian KB Aktif % 73, 66 70 7.118.642.342 Pemberdayaan
KELUARGA BERENCANA (KB)
Perempuan dan
PROGRAM PEMBERDAYAAN Presentase kelompok tribina % 97,53 80%
Keluarga Berencana
2 14 4 DAN PENINGKATAN 586.699.900
Persentase Peran Serta Masyarakat dalam pelayanan KB / KR mandiri % 47,5 85
KELUARGA SEJAHTERA (KS)
2 12 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PROGRAM PENDAFTARAN
2 12 02 Persentase Penduduk yang memiliki KTP-el % 95% 96% 3.530.070.920
PENDUDUK
Dinas Kependudukan
PROGRAM PENGELOLAAN
1. Cakupan Kepemilikan Akta Pencatatan Sipil 1. 75% 1. 80 % dan Pencatatan Sipil
2 12 04 INFORMASI ADMINISTRASI % 728.993.440
2. Persentase Penduduk yang memiliki KTP-el 2. 95% 2. 96 %
KEPENDUDUKAN

VII - 6
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENGELOLAAN 1. Cakupan Kepemilikan Akta Pencatatan Sipil 1. 75% 1. 80 %
2 12 05 % 49.999.840
PROFIL KEPENDUDUKAN 2. Persentase Penduduk yang memiliki KTP-el 2. 95% 2. 96 %
2 13 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
PROGRAM PENINGKATAN Skala (0-
2 13 3 Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) 0.7613 0.77 169.957.660
KERJASAMA DESA 1)
PROGRAM ADMINISTRASI Skala (1-
2 13 04 Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan Pemerintah Desa 84,9 85 1.059.791.300
PEMERINTAHAN DESA 100)
Dinas Pemberdayaan
PROGRAM PEMBERDAYAAN
Masyarakat dan Desa
LEMBAGA
Skala (0-
2 13 05 KEMASYARAKATAN, Indeks Ketahanan Sosial (IKS) 0.8665 0.87 809.994.480
1)
LEMBAGA ADAT DAN
MASYARAKAT HUKUM ADAT
2 09 PANGAN
PROGRAM PENGELOLAAN
SUMBER DAYA EKONOMI
2 09 02 Skor PPH Ketersediaan angka 95 95 320.000.000
UNTUK KEDAULATAN DAN
KEMANDIRIAN PANGAN
PROGRAM PENINGKATAN
DIVERSIFIKASI DAN Dinas Pertanian dan
2 09 03 Skor PPH Konsumsi angka 90,5 90,5 953.893.250
KETAHANAN PANGAN Pangan
MASYARAKAT
PROGRAM PENANGANAN
2 09 04 Persentase Penurunan Kerawanan Pangan % N/A 2% 279.933.040
KERAWANAN PANGAN
PROGRAM PENGAWASAN
2 09 05 Persentase Keamanan Pangan Segar % N/A 80% 29.992.570
KEAMANAN PANGAN
2 11 LINGKUNGAN HIDUP
PROGRAM PERENCANAAN
2 11 02 Persentase lingkup perencanaan bidang lingkungan hidup % 20% 20% 7.999.699
LINGKUNGAN HIDUP
PROGRAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN DAN/ATAU Persentase peningkatan sarana prasarana dan aktifitas penanggulangan pencemaran
2 11 03 % 100% 100% 1.652.955.460
KERUSAKAN LINGKUNGAN dan/atau kerusakan lingkungan hidup
HIDUP
PROGRAM PENGELOLAAN
2 11 04 KEANEKARAGAMAN HAYATI Proporsi luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas lahan keseluruhan % 61.59% 60.8% 103.996.400 Dinas Lingkungan
(KEHATI) Hidup
PROGRAM PENGENDALIAN
BAHAN BERBAHAYA DAN
2 11 05 BERACUN (B3) DAN LIMBAH Persentase kegiatan/usaha yang melakukan pengelolaan limbah B3 % 20% 20% 1.999.690
BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (LIMBAH B3)
PROGRAM PEMBINAAN DAN
2 11 06 Persentase izin lingkungan dan IPPLH % 100% 100% 778.062.070
PENGAWASAN TERHADAP

VII - 7
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
IZIN LINGKUNGAN DAN IZIN
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP (PPLH)
PROGRAM PENINGKATAN
PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN
2 11 08 Persentase masyarakat peduli lingkungan hidup % 20% 20% 160.989.750
PENYULUHAN LINGKUNGAN
HIDUP UNTUK MASYARAKAT
PROGRAM PENGHARGAAN
2 11 09 LINGKUNGAN HIDUP UNTUK Persentase penghargaan terhadap pelaku pelestari lingkungan hidup % 20% 20% 71.504.290
MASYARAKAT
PROGRAM PENGELOLAAN
2 11 11 Rasio sampah daerah yang tertangani % 99.80% 99.80% 12.677.571.647
PERSAMPAHAN
2 15 PERHUBUNGAN
PROGRAM
PENYELENGGARAAN LALU
2 15 02 Indikator Program : Rasio Konektivitas Kabupaten/Kota Rasio 70 72% 6.288.395.346 Dinas Perhubungan
LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN (LLAJ)
2 16 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
PROGRAM APLIKASI Indikator Program : Persentase aplikasi IT yang mendukung city branding dan layanan
2 16 03 % 100 100 7.573.706.465 Dinas Komunikasi,
INFORMATIKA publik yang berfungsi baik
Informatika dan
PROGRAM INFORMASI DAN
2 16 02 Indikator Program : Persentase infrastruktur IT yang berfungsi baik % 95 95 6.699.878.300 Persandian
KOMUNIKASI PUBLIK
2 20 STATISTIK
PROGRAM Dinas Komunikasi,
Indikator Program : Persentase data informasi dan statistik daerah yang tersusun
2 20 01 PENYELENGGARAAN % 100 100 544.929.000 Informatika dan
dengan baik
STATISTIK SEKTORAL Persandian
2 21 PERSANDIAN
PROGRAM
Dinas Komunikasi,
PENYELENGGARAAN
2 21 2 Indikator Program : Persentase pengamanan informasi daerah yang terselenggara baik % 100 100 1.004.971.230 Informatika dan
PERSANDIAN UNTUK
Persandian
PENGAMANAN INFORMASI
2 17 KOPERASI DAN USAHA MIKRO
PROGRAM PENGAWASAN
2 17 3 DAN PEMERIKSAAN Indikator Program : Persentase koperasi aktif % 84,13 84,13 99.971.960
KOPERASI
PROGRAM PENILAIAN Dinas Koperasi, Usaha
2 17 4 KESEHATAN KSP/USP Indikator Program : Persentase KSP/USP Sehat % 35,24 19,03 99.991.760 Mikro dan Perdagangan
KOPERASI
PROGRAM PENDIDIKAN DAN
2 17 05 Indikator Program : Persentase Pemahaman Perkoperasian % 53,47 57,87 525.169.930
LATIHAN PERKOPERASIAN

VII - 8
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PEMBERDAYAAN
2 17 06 DAN PERLINDUNGAN Indikator Program : Persentase peningkatan volume usaha koperasi % 16,08 16,04 99.995.320
KOPERASI
PROGRAM PEMBERDAYAAN
USAHA MENENGAH, USAHA
2 17 07 Indikator Program : Persentase Usaha Mikro yang berdaya % 27,34 30 94.999.790
KECIL, DAN USAHA MIKRO
(UMKM)
PROGRAM PENGEMBANGAN
2 17 08 Indikator Program : Persentase Usaha Mikro naik kelas % 8,32 10 2.559.995.460
UMKM
2 18 PENANAMAN MODAL
PROGRAM PENGEMBANGAN
2 18 02 Persentase peningkatan investasi % 7,42% 4,50% 50.000.000
IKLIM PENANAMAN MODAL
PROGRAM PROMOSI
2 18 03 Persentase peningkatan minat investasi % 7,42% 5,50% 49.995.330
PENANAMAN MODAL
PROGRAM PELAYANAN
2 18 04 Persentase Kesesuaian penyelesaian perijinan dan non perijinan sesuai dengan SOP % 95,00% 95,00% 2.263.113.961 Dinas Penanaman
PENANAMAN MODAL
Modal dan Pelayanan
PROGRAM PENGENDALIAN
Terpadu Satu Pintu
2 18 05 PELAKSANAAN PENANAMAN Persentase kepatuhan pelaku usaha/ penanam modal terhadap penyampaian LKPM % 17,00% 17,00% 372.456.930
MODAL
PROGRAM PENGELOLAAN
2 18 06 DATA DAN SISTEM INFORMASI Persentase pemenuhan data dan informasi penanaman modal % 95,00% 95,00% 99.999.990
PENANAMAN MODAL
2 22 KEBUDAYAAN
PROGRAM PENGEMBANGAN
2 22 02 Jumlah budaya lokal yang dikembangkan kegiatan 28 28 1.469.140.900
KEBUDAYAAN
PROGRAM PELESTARIAN DAN
Dinas Kebudayaan dan
2 22 05 PENGELOLAAN CAGAR Terlestarikannya Cagar Budaya % 55 58 124.998.000
Pariwisata
BUDAYA
PROGRAM PENGELOLAAN peningkatan akses masyarkat dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan
2 22 06 % 7 8 685.000.000
PERMUSEUMAN museum
2 23 PERPUSTAKAAN
PROGRAM PEMBINAAN
2 23 02 Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan dengan penduduk Rasio 5,6 6% 484.778.300
PERPUSTAKAAN
Dinas Perpustakaan
PROGRAM PELESTARIAN
dan Kearsipan
2 23 03 KOLEKSI NASIONAL DAN Persentase Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang di lestarikan % 100% 100% 59.997.440
NASKAH KUNO
2 24 KEARSIPAN

PROGRAM PENGELOLAAN Dinas Perpustakaan


2 24 02 Persentase arsip statis dan dinamis yang dikelola % 80,00% 80,00% 364.974.230
ARSIP dan Kearsipan

VII - 9
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
2 19 PEMUDA DAN OLAH RAGA
PROGRAM PENGEMBANGAN Jumlah atlit yang berprestasi Atlit 1000 1000
2 19 03 KAPASITAS DAYA SAING Jumlah event even 11 - 6.971.857.945
KEOLAHRAGAAN Persentase sarana dan prasarana yang memenuhi standart % 80 80
Jumlah duta anti narkoba meningkat orang 180 -
PROGRAM PENGEMBANGAN Jumlah pemuda pelopor meningkat Orang 25 9 Dinas Pemuda dan
2 19 02 KAPASITAS DAYA SAING Persentase organisasi pemuda yang memenuhi ketentuan % 95 - 4.983.799.174 Olahraga
KEPEMUDAAN Persentase pemuda terampil % 50 25
Persentase pemuda terlatih % 70 100
PROGRAM PENGEMBANGAN
2 19 04 Presentase anggota pramuka yang terfasilitasi kegiatannya % 95 90 349.999.860
KAPASITAS KEPRAMUKAAN
2 10 PERTANAHAN
PROGRAM PENYELESAIAN
2 10 04 Indikator Program : Persentase Konflik Pertanahan yang terfasilitasi % 90 100% 40.000.000
SENGKETA TANAH GARAPAN
PROGRAM PENYELESAIAN
GANTI KERUGIAN DAN
2 10 05 Indikator Program : Persentase Peningkatan Aset tanah Pemkab Bersertifikat % 90 100% 30.000.000
SANTUNAN TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN Sekretariat Daeerah
PROGRAM REDISTRIBUSI
TANAH, SERTA GANTI
Indikator Program : Presentase penyelesaian Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian
2 10 06 KERUGIAN PROGRAM TANAH % 90 100% 30.000.000
Program Tanah Kelebihan Maksimum dan Tanah Absentee yang terfasilitasi
KELEBIHAN MAKSIMUM DAN
TANAH ABSENTEE
URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN
3 25 PERIKANAN
PROGRAM PENGELOLAAN
3 25 03 Volume produksi perikanan tangkap nelayan kecil ton 8949 15500 2.280.701.390
PERIKANAN TANGKAP
PROGRAM PENGELOLAAN
3 25 04 Volume produksi perikanan budidaya ton 27677 32194 2.145.030.700
PERIKANAN BUDIDAYA Dinas Perikanan
PROGRAM PENGOLAHAN DAN
3 25 06 PEMASARAN HASIL Persentase Poklahsar yang meningkat kelasnya % 56 25 243.664.620
PERIKANAN
3 26 PARIWISATA
PROGRAM PENINGKATAN
3 26 02 DAYA TARIK DESTINASI Length of stay hari 2 2 6.079.309.061
PARIWISATA
PROGRAM PEMASARAN
3 26 03 Persentase Peningkatan kunjungan wisatawan % 10 10 1.749.943.400 Dinas Kebudayaan dan
PARIWISATA
Pariwisata
PROGRAM PENGEMBANGAN
Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi
3 26 04 SUMBER DAYA PARIWISATA % 2 2,5 1.209.125.000
(orang)
DAN EKONOMI KREATIF

VII - 10
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
3 27 PERTANIAN
PROGRAM PENYEDIAAN DAN
3 27 02 PENGEMBANGAN SARANA Persentase Penyediaan Sarana Pertanian % 90 100 19.689.798.415
PERTANIAN
PROGRAM PENYEDIAAN DAN
3 27 03 PENGEMBANGAN Persentase Penyediaan Prasarana Pertanian % 95 100 13.169.817.740
PRASARANA PERTANIAN
PROGRAM PENGENDALIAN Angka Kejadiaan Penyakit Angka 3,8 4
Dinas Pertanian dan
KESEHATAN HEWAN DAN
3 27 04 2.594.937.725 Pangan
KESEHATAN MASYARAKAT Usaha produk hewan yang bersertifikasi PRA/NKV Unit 6 7
VETERINER
PROGRAM PENGENDALIAN
3 27 05 DAN PENANGGULANGAN Persentase Pengendalian dan Penanggulangan Bencana % 95 100 273.581.610
BENCANA PERTANIAN
PROGRAM PENYULUHAN
3 27 07 Persentase Peningkatan Kelas Kelompok Tani % 7 8 2.664.499.540
PERTANIAN
3 30 PERDAGANGAN
PROGRAM STABILISASI
HARGA BARANG KEBUTUHAN Indikator Program : Persentase koefisien variasi harga antar waktu per komoditas
3 30 04 % 5,5 5,4 148.352.350
POKOK DAN BARANG bahan pokok
PENTING
PROGRAM PENGEMBANGAN
3 30 05 Indikator Program : Jumlah realisasi ekspor % 103,81 110 29.259.750
EKSPOR Dinas Koperasi, Usaha
PROGRAM STANDARDISASI Mikro dan Perdagangan
Indikator Program : Persentase alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya
3 30 06 DAN PERLINDUNGAN % 12,81 13,64 122.352.390
(UTTP) bertanda tera sah yang berlaku
KONSUMEN
PROGRAM PENINGKATAN
Indikator Program : Persentase sarana distribusi perdagangan yang mengalami
3 30 03 SARANA DISTRIBUSI % 50 54,55 324.998.990
peningkatan standar SNI
PERDAGANGAN
3 31 PERINDUSTRIAN
1.Persentase cakupan pengembangan sentra industri % 99 75
2. Persentase peningkatan sertifikasi standarisasi dan HKI % 25 50
PROGRAM PERENCANAAN
4.Persentase rekomendasi kebijakan industri kecil menengah pada RPI Kabupaten
3 31 02 DAN PEMBANGUNAN % 50 50 749.999.100
yang dilaksanakan
INDUSTRI
5.Persentase peningkatan nilai penjualan (omset) IKM % 2,1222 2,5
Dinas Tenaga Kerja,
6.Rasio ketimpangan pendapatan IKM wilayah kecamatan % 15 17
Transmigrasi dan
Perindustrian
PROGRAM PENGELOLAAN
3 31 04 SISTEM INFORMASI INDUSTRI Persentase ketersediaan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional % 0,49 50 39.999.800
NASIONAL

VII - 11
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
URUSAN PENUNJANG PEMERINTAHAN
UNSUR STAFF
4 01 SEKRETARIAT DAERAH
1. Nilai/Peringkat Penyelenggaraan Pemerintahan skor 3 3,1
2. Persentase Kerjasama antar wilayah yang terlaksana dengan baik % 85 90%
3. Persentase produk hukum daerah yang sesuai dengan mekanisme pembentukan
% 95 100%
produk hukum daerah
PROGRAM PEMERINTAHAN 4. Persentase produk hukum yang terpublikasi % 95 100%
4 01 02 DAN KESEJAHTERAAN 5. Persentase Penyelesaian Masalah Hukum % 80 95% 22.811.499.350 Sekretariat Daerah
RAKYAT 6. Persentase kajian keagamaan dan kemasyarakatan yang dimanfaatkan % 95 100%
7. Persentase kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan yang terfasilitasi % 95 100%
8. Persentase kesesuaian dokumen pengajuan pelayanan administrasi kesejahteraan
% 95 100%
rakyat
9. Persentase desa yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal Desa % 73 75%
1. Persentase data dan informasi perekonomian daerah yang digunakan untuk policy
% 90 100%
PROGRAM PEREKONOMIAN brief
4 01 03 2.144.992.550 Sekretariat Daerah
DAN PEMBANGUNAN 2. Persentase pelaksanaan pembangunan daerah yang memenuhi aspek kualitas % 90 100%
3. Persentase pengadaan barang dan jasa yang akuntabel, efektif dan efisien % 80 85%
4 02 SEKRETARIAT DPRD
Indikator Program : Persentase konsultasi, koordinasi dan studybanding oleh alat
% 100 100
kelengkapan dewan
Indikator Program : Persentase penyebarluasan perda % 49 100
Indikator Program : Persentase terselenggaranya rapat dan risalah persidangan yang
% 100 100
berkualitas
PROGRAM DUKUNGAN Indikator Program : Presentase aspirasi yang ditindaklanjuti % 100 100
4 02 02 PELAKSANAAN TUGAS DAN Indikator Program : Presentase daftar inventarisasi masalah yg ditindaklanjuti dan 25.389.677.100 Sekretariat DPRD
% 100 100
FUNGSI DPRD disusun berdasarkan hasil kunker
Indikator Program : Presentase pemahaman pimpinan & anggota DPRD ttg subtansi,
% 100 100
hasil mengikuti bimtek
Indikator Program : Presentase publikasi kegiatan DPRD % 100 100
Indikator Program : Prosentase raperda yang disahkan menjadi perda tepat waktu
% 47 79
sesuai prolegda
6 01 FUNGSI PENGAWASAN
PROGRAM
Persentase laporan keuangan SKPD yang sesuai SAP dalam mendukung tercapainya
6 01 02 PENYELENGGARAAN % 100% 100% 2.242.560.170
WTP
PENGAWASAN

Inspektorat
PROGRAM PERUMUSAN
Persentase rekomendasi temuan yang selesai ditindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK
6 01 03 KEBIJAKAN, PENDAMPINGAN % 61% 100% 1.375.926.770
RI/APIP
DAN ASISTENSI

VII - 12
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
FUNGSI PENUNJANG
5 01 PERENCANAAN
PROGRAM PERENCANAAN,
PENGENDALIAN DAN Indikator Program : Persentase terpenuhinya aspek kualitas dalam dokumen Badan Perencanaan
5 01 02 % 90% 90% 6.621.452.890
EVALUASI PEMBANGUNAN perencanaan Pembangunan Daerah
DAERAH
5 05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PROGRAM PENELITIAN DAN Indikator Program : Persentase data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan Badan Perencanaan
5 05 02 % 80% 80% 1.734.573.110
PENGEMBANGAN DAERAH yang dimanfaatkan sebagai policy brief Pembangunan Daerah
5 02 KEUANGAN
PROGRAM PENGELOLAAN
5 02 03 Indikator Program : Persentase peningkatan kinerja Aset Daerah % 92 95 2.131.600.540
BARANG MILIK DAERAH
Badan Pengelolaan
Indikator Program : Persentase Pelayanan Kepada masyarakat dalam pencairan SP2D % 95 97
Keuangan dan Aset
PROGRAM PENGELOLAAN Indikator Program : Persentase pemenuhan laporan keuangan yang tepat waktu % 95 97
5 02 02 442.273.908.512 Daerah
KEUANGAN DAERAH Indikator Program : Persentase SKPD dalam menyusun RKA, DPA dan DPPA tepat
% 100 100
waktu
PROGRAM PENGELOLAAN Badan Pendapatan
5 02 04 Indikator Program : Persentase Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah % 80,5 91 4.325.504.970
PENDAPATAN DAERAH Daerah
RUTIN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85.17 92,5 782.107.338.617 Dinas Pendidikan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 122.381.107.030 Dinas Kesehatan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 16.083.726.427 Satpol PP
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG Badan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 4.608.377.057 Penanggulangan
DAERAH KABUPATEN/KOTA Bencana Daerah
Dinas Sosial,
PROGRAM PENUNJANG
Pemberdayaan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 87,02 92,5 8.839.286.299
Perempuan dan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
Keluarga Berencana
PROGRAM PENUNJANG Dinas Tenaga Kerja,
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 5.418.944.243 Transmigrasi dan
DAERAH KABUPATEN/KOTA Perindustrian
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Lingkungan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 12.054.504.371
Hidup
DAERAH KABUPATEN/KOTA

VII - 13
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENUNJANG
Badan Pendapatan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 100 92,5 13.392.566.899
Daerah
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG Badan Pengelolaan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 100 92,5 9.733.111.306 Keuangan dan Aset
DAERAH KABUPATEN/KOTA Daerah
PROGRAM PENUNJANG
Badan Perencanaan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 100 92,5 8.255.796.601
Pembangunan Daerah
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Pekerjaan Umum
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92 92,5 31.209.206.735
Pengairan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
Dinas Pekerjaan Umum
PROGRAM PENUNJANG
Cipta Karya,
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 93 92,5 45.738.615.292
Perumahan dan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
Permukiman
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 5.799.120.191 Dinas Perikanan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Pertanian dan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 97,97 92,5 22.860.045.500
Pangan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG Badan Kepegawaian,
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 52.990.950.305 Pendidikan dan
DAERAH KABUPATEN/KOTA Pelatihan
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 20 92,5 70.484.479.461 Sekretariat Daerah
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 100 92,5 44.623.305.027 Sekretariat DPRD
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 9.373.209.189 Inspektorat
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Badan Kesatuan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 4.092.718.882
Bangsa dan Politik
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Kependudukan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 7.818.996.769
dan Pencatatan Sipil
DAERAH KABUPATEN/KOTA

VII - 14
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Pemberdayaan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 4.831.446.137
Masyarakat dan Desa
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 14.033.458.932 Dinas Perhubungan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG Dinas Komunikasi,
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 7.966.731.808 Informatika dan
DAERAH KABUPATEN/KOTA Persandian
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Koperasi, Usaha
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 91 92,5 14.676.605.030
Mikro dan Perdagangan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG Dinas Penanaman
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 93 92,5 6.965.614.573 Modal dan Pelayanan
DAERAH KABUPATEN/KOTA Terpadu Satu Pintu
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Pemuda dan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 87,5 92,5 5.656.579.832
Olahraga
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Kebudayaan dan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 8.677.545.049
Pariwisata
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Dinas Perpustakaan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92,5 92,5 4.959.291.600
dan Kearsipan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Kecamatan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 20.881.043.124
Banyuwangi
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 92 92,5 6.352.835.181 Kecamatan Giri
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 5.317.985.800 Kecamatan Glagah
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 6.640.180.527 Kecamatan Kalipuro
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 3.120.796.596 Kecamatan Licin
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Kecamatan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.846.850.156
Wongsorejo
DAERAH KABUPATEN/KOTA

VII - 15
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.550.257.542 Kecamatan Kabat
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.913.669.711 Kecamatan Rogojampi
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.856.497.641 Kecamatan Songgon
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.649.762.761 Kecamatan Singojuruh
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.459.922.607 Kecamatan Srono
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.463.961.800 Kecamatan Muncar
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.865.559.562 Kecamatan Cluring
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.307.278.905 Kecamatan Purwoharjo
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.999.951.612 Kecamatan Tegaldlimo
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.300.997.205 Kecamatan Gambiran
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.271.698.827 Kecamatan Bangorejo
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.159.787.922 Kecamatan Siliragung
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Kecamatan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.295.996.031
Pesanggaran
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 3.067.802.017 Kecamatan Genteng
DAERAH KABUPATEN/KOTA

VII - 16
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.301.791.828 Kecamatan Tegalsari
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.965.160.456 Kecamatan Sempu
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.110.183.351 Kecamatan Glenmore
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 98 92,5 2.697.419.289 Kecamatan Kalibaru
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
Kecamatan
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 90 92,5 2.373.273.642
Blimbingsari
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 62.500.000.000 RSUD Genteng
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PROGRAM PENUNJANG
X XX 01 URUSAN PEMERINTAHAN Persentase pemenuhan kebutuhan penunjang Perangkat Daerah % 85 92,5 110.000.000.000 RSUD Blambangan
DAERAH KABUPATEN/KOTA
5 03 KEPEGAWAIAN
Badan Kepegawaian,
PROGRAM KEPEGAWAIAN
5 03 02 Persentase penilaian dan kapasitas kinerja aparatur % 83 83 2.346.624.000 Pendidikan dan
DAERAH
Pelatihan
5 04 PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN
Badan Kepegawaian,
PROGRAM PENGEMBANGAN
5 04 02 Persentase peningkatan kualitas SDM Aparatur % 80 80 1.190.528.000 Pendidikan dan
SUMBER DAYA MANUSIA
Pelatihan
UNSUR PEMERINTAHAN
8
UMUM
8 01 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
PROGRAM PENGUATAN
8 01 02 IDEOLOGI PANCASILA DAN Angka potensi konflik SARA di masyarakat kejadian 1 kejadian 1 kejadian 1.387.102.960
KARAKTER KEBANGSAAN
PROGRAM PENINGKATAN
Badan Kesatuan
PERAN PARTAI POLITIK DAN
Bangsa dan Politik
LEMBAGA PENDIDIKAN
8 01 03 Persentase angka masyarakat yang menggunakan hak hak politiknya % 65% 65% 2.789.162.880
MELALUI PENDIDIKAN POLITIK
DAN PENGEMBANGAN ETIKA
SERTA BUDAYA POLITIK

VII - 17
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PEMBERDAYAAN
DAN PENGAWASAN
8 01 04 Persentase organisasi masyarakat yang dibina % 65% 65% 497.759.800
ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
PROGRAM PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN 12
8 01 05 Angka potensi konflik sosial dan budaya di masyarakat kejadian 12 kejadian 106.068.960
KETAHANAN EKONOMI, kejadian
SOSIAL, DAN BUDAYA
PROGRAM PENINGKATAN
KEWASPADAAN NASIONAL
DAN PENINGKATAN KUALITAS 12
8 01 06 Angka potensi konflik ideologi,politik,ekonomi, pertahanan dan keamanan kejadian 12 kejadian 2.118.101.365
DAN FASILITASI kejadian
PENANGANAN KONFLIK
SOSIAL
7 UNSUR KEWILAYAHAN
7 01 KECAMATAN
PROGRAM
PENYELENGGARAAN Kecamatan
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 423.415.000
PEMERINTAHAN DAN Banyuwangi
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
Kecamatan
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 3.003.542.249
Banyuwangi
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 100.000.000
Banyuwangi
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 263.018.650 Kecamatan Giri
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 738.748.800 Kecamatan Giri
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 19.997.500 Kecamatan Giri
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.999.300 Kecamatan Giri
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 451.484.130 Kecamatan Glagah
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK

VII - 18
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 701.135.360 Kecamatan Glagah
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 9.991.300 Kecamatan Glagah
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.998.310 Kecamatan Glagah
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 549.676.310 Kecamatan Kalipuro
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 1.196.302.235 Kecamatan Kalipuro
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 33.998.800 Kecamatan Kalipuro
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.999.550 Kecamatan Kalipuro
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 239.665.360 Kecamatan Licin
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 273.371.604 Kecamatan Licin
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 5.996.200 Kecamatan Licin
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.997.420 Kecamatan Licin
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN Kecamatan
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 265.088.790
PEMERINTAHAN DAN Wongsorejo
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
Kecamatan
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 19.919.960
Wongsorejo
KELURAHAN

VII - 19
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM KOORDINASI
Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 14.994.380
Wongsorejo
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
Kecamatan
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.999.800
Wongsorejo
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 283.965.930 Kecamatan Kabat
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 12.970.870 Kecamatan Kabat
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 9.999.880 Kecamatan Kabat
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.960.640 Kecamatan Kabat
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 269.939.340 Kecamatan Rogojampi
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 17.923.180 Kecamatan Rogojampi
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 9.901.100 Kecamatan Rogojampi
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.995.000 Kecamatan Rogojampi
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 211.074.550 Kecamatan Songgon
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 39.960.065 Kecamatan Songgon
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 9.996.060 Kecamatan Songgon
KETERTIBAN UMUM

VII - 20
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.995.820 Kecamatan Songgon
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 362.985.000 Kecamatan Singojuruh
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 27.495.900 Kecamatan Singojuruh
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 7.500.000 Kecamatan Singojuruh
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 6.000.000 Kecamatan Singojuruh
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 305.097.270 Kecamatan Srono
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 14.999.975 Kecamatan Srono
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 9.997.680 Kecamatan Srono
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.998.220 Kecamatan Srono
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 244.266.460 Kecamatan Muncar
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 14.997.780 Kecamatan Muncar
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 5.587.500 Kecamatan Muncar
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.992.370 Kecamatan Muncar
PEMERINTAHAN DESA

VII - 21
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 317.467.930 Kecamatan Cluring
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 22.796.400 Kecamatan Cluring
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 3.000.000 Kecamatan Cluring
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 31.899.900 Kecamatan Cluring
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 323.234.300 Kecamatan Purwoharjo
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 5.199.120 Kecamatan Purwoharjo
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 2.599.740 Kecamatan Purwoharjo
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.998.400 Kecamatan Purwoharjo
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 340.487.140 Kecamatan Tegaldlimo
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 18.795.960 Kecamatan Tegaldlimo
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 19.996.960 Kecamatan Tegaldlimo
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.993.900 Kecamatan Tegaldlimo
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 272.136.290 Kecamatan Gambiran
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK

VII - 22
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 17.991.830 Kecamatan Gambiran
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 7.995.000 Kecamatan Gambiran
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.976.000 Kecamatan Gambiran
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 244.497.310 Kecamatan Bangorejo
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 19.960.880 Kecamatan Bangorejo
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 20.000.000 Kecamatan Bangorejo
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 10.000.000 Kecamatan Bangorejo
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 527.501.120 Kecamatan Siliragung
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 74.997.060 Kecamatan Siliragung
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 20.618.700 Kecamatan Siliragung
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 24.993.050 Kecamatan Siliragung
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN Kecamatan
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 322.760.660
PEMERINTAHAN DAN Pesanggaran
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
Kecamatan
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 33.999.470
Pesanggaran
KELURAHAN

VII - 23
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM KOORDINASI
Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 10.007.470
Pesanggaran
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
Kecamatan
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.999.300
Pesanggaran
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 248.765.000 Kecamatan Genteng
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 22.499.900 Kecamatan Genteng
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 10.000.000 Kecamatan Genteng
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 10.000.000 Kecamatan Genteng
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 257.976.400 Kecamatan Tegalsari
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 47.499.875 Kecamatan Tegalsari
KELURAHAN
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.995.000 Kecamatan Tegalsari
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 232.435.830 Kecamatan Sempu
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 22.978.615 Kecamatan Sempu
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 7.999.640 Kecamatan Sempu
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 22.943.000 Kecamatan Sempu
PEMERINTAHAN DESA

VII - 24
Kinerja Target Kinerja dan Anggaran
Bidang Urusan Pemerintahan
Awal 2021 Perangkat Daerah
Kode dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program (outcome) SATUAN
RPJMD Target Target Anggaran Penanggungjawab
Pembangunan
(2020) Kinerja (Juta Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 223.822.480 Kecamatan Glenmore
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 15.659.710 Kecamatan Glenmore
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 2.445.190 Kecamatan Glenmore
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.797.220 Kecamatan Glenmore
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 260.398.690 Kecamatan Kalibaru
PEMERINTAHAN DAN
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 39.223.700 Kecamatan Kalibaru
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 24.999.820 Kecamatan Kalibaru
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 5.996.220 Kecamatan Kalibaru
PEMERINTAHAN DESA
PROGRAM
PENYELENGGARAAN Kecamatan
7 01 02 Persentase sarana prasarana kecamatan dan kelurahan dalam kondisi baik % 75,0 77,5 238.294.540
PEMERINTAHAN DAN Blimbingsari
PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PEMBERDAYAAN
Kecamatan
7 01 03 MASYARAKAT DESA DAN Persentase keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan % 23 23 8.483.640
Blimbingsari
KELURAHAN
PROGRAM KOORDINASI
Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN DAN Jumlah pelanggaran Perda dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 2.466.750
Blimbingsari
KETERTIBAN UMUM
PROGRAM PEMBINAAN DAN
Kecamatan
7 01 06 PENGAWASAN Persentase laporan keuangan desa yang selesai tepat waktu % 90 90 9.972.560
Blimbingsari
PEMERINTAHAN DESA
TOTAL 3.216.198.798.997

VII - 25
Tabel 7.3. Indikasi Rencana Program Prioritas I yang disertai Kebutuhan Pendanaan
Kabupaten Banyuwangi tahun 2022-2026

Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD


Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB
1 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR
1 01 PENDIDIKAN 743.612,37 903.963,38 909.246,30 914.774,48 920.560,06 920.560,06
Tingkat
partisipasi
PROGRAM warga negara
1 01 02 PENGELOLAAN usia 5-6 tahun % 66,06 85 95 100 100 100 100
PENDIDIKAN dalam
pendidikan usia
dini
Tingkat
partisipasi
warga negara
usia 7-15 tahun % 100 100 100 100 100 100
dalam
Pendidikan
dasar
Tingkat
partisipasi 169.164,49 215.551,08 216.810,80 218.129,00 219.508,58 219.508,58 Dinas Pendidikan
warga negara
usia 7-18 tahun % 73,39 88,39 100 100 100 100
dalam
Pendidikan
kesetaraan
Pesentase
siswa dengan
nilai kompetensi
literasi yang % 47,24 50,24 53,24 56,24 59,24 59,24
memenuhi
kompetensi
minimum
Persentase
siswa dengan % 25,56 28,56 31,56 34,56 37,56 37,56
nilai kompetensi

VII - 26
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
numerasi yang
memenuhi
kompetensi
minimum
Persentase
PROGRAM
Perangkat
1 01 03 PENGEMBANGA % 100 100 70,00 100 600,39 100 603,90 100 607,57 100 611,41 100 611,41 Dinas Pendidikan
kurikulum yang
N KURIKULUM
di kembangkan
PROGRAM Rasio guru
PENDIDIK DAN terhadap murid
1 01 04 rasio 1:39,94 1:44,26 1:41,46 1:38,66 1:35,86 1:33,06 1:33,06
TENAGA per kelas rata-
KEPENDIDIKAN rata
20,00 141,27 142,09 142,96 143,86 143,86 Dinas Pendidikan
Guru yang
memenuhi
% 58,63 59,13 59,63 60,13 60,63 60,63
kualifikasi S1/ D-
IV
PROGRAM Persentase
PENGENDALIAN Satuan
1 01 05 % 100 100 100 100 100 100 100
PERIZINAN Pendidikan yang
PENDIDIKAN dibina
1. Jumlah
Satuan
Pendidikan Lembaga 807 819 831 843 855 855
Anak Usia Dini
Terakreditasi
Persentase
SD/MI
% 97,43 20,00 98,43 70,63 99,43 71,05 100 71,48 100 71,93 100 71,93 Dinas Pendidikan
berakreditasi
minimal B.
Persentase
SMP/MTs
% 79,70 80,70 81,70 82,70 83,70 83,70
berakreditasi
minimal B.
1. Jumlah
satuan
pendidikan Lembaga 30 35 40 45 50 50
kesetaraan
terakreditasi

VII - 27
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM persentase
PENGEMBANGA bahasa dan
1 01 06 % 100 100 60,00 100 671,02 100 674,94 100 679,05 100 683,34 100 683,34 Dinas Pendidikan
N BAHASA DAN sastra yang
SASTRA dikembangkan
PROGRAM
Persentase
PENUNJANG
pemenuhan
URUSAN
kebutuhan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 574.277,88 94 686.928,98 94,5 690.943,52 95 695.144,42 95 699.540,93 95 699.540,93 Dinas Pendidikan
penunjang
DAERAH
Perangkat
KABUPATEN/KO
Daerah
TA
1 02 KESEHATAN 385.566,48 244.506,41 245.935,35 247.430,62 248.995,52 248.995,52
PROGRAM Prevalensi
PEMENUHAN stunting (pendek
1 02 02 UPAYA dan sangat % 24,1 22,1 21,1 20,1 19,1 18,1 18,1
KESEHATAN pendek) pada
PERORANGAN balita
DAN UPAYA Angka Kematian
KESEHATAN Ibu (AKI)
Angka 79,7 96 94 93 92 91 91
MASYARAKAT melahirkan per
100.000 KH
Angka Kematian
97.303,14 2.847,93 2.864,57 2.881,99 2.900,22 2.900,22 Dinas Kesehatan
Bayi (AKB) per Angka 5,09 5,07 5,06 5,05 5,04 5,03 5,03
1.000 KH
Persentase
capaian SPM
% 67,05 70 71,6 73,2 74,8 76,4 76,4
Bidang
Kesehatan
Persentase
Penemuan dan
% 100 100 100 100 100 100 100
Penanganan
Kasus
PROGRAM Persentase
PENINGKATAN Puskesmas
KAPASITAS dengan jenis
1 02 03 % 13,33 24,44 702,60 28,89 88,29 33,33 88,81 37,78 89,35 42,22 89,91 42,22 89,91 Dinas Kesehatan
SUMBER DAYA tenaga
MANUSIA kesehatan
KESEHATAN sesuai standar

VII - 28
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Persentase
Sarana
PROGRAM
Kefarmasian,
SEDIAAN
Alat Kesehatan
FARMASI, ALAT
1 02 04 dan Sarana % 69 71,67 175,00 73 123,61 74,33 124,33 75,67 125,09 77 125,88 77 125,88 Dinas Kesehatan
KESEHATAN
Pengelolaan
DAN MAKANAN
Makanan dan
MINUMAN
Minuman yang
berijin
PROGRAM
PEMBERDAYAA
Persentase
1 02 05 N MASYARAKAT % 22,5 23 758,42 23,5 138.547,85 24 139.357,55 24,5 140.204,84 25 141.091,58 25 141.091,58 Dinas Kesehatan
Desa Siaga aktif
BIDANG
KESEHATAN
PROGRAM
Persentase
PENUNJANG
pemenuhan
URUSAN
kebutuhan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 286.627,32 94 102.898,72 94,5 103.500,08 95 104.129,36 95 104.787,93 95 104.787,93 Dinas Kesehatan
penunjang
DAERAH
Perangkat
KABUPATEN/KO
Daerah
TA
1 03 PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 262.729,69 378.206,40 378.939,93 375.297,62 371.265,97 371.265,97
Rasio luas
PROGRAM daerah irigasi
PENGELOLAAN kewenangan
1 03 02 % 62 65 30.899,72 69 72.114,96 73 71.059,64 77 65.545,43 80 59.554,73 80 59.554,73
SUMBER DAYA kab/kota yang
AIR (SDA) dilayani oleh
jaringan irigasi
Rasio luas
kawasan Dinas Pekerjaan
permukiman Umum Pengairan
rawan banjir
yang terlindungi
% 56 60 63 66 69 72 72
oleh infrastruktur
pengendalian
banjir di WS
Kewenangan
kab/Kota

VII - 29
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Persentase
pemenuhan
kebutuhan
PROGRAM
pokok air minum
PENGELOLAAN
rumah tangga
DAN
dengan akses Dinas Pekerjaan
1 03 03 PENGEMBANGA % 86 88 665,63 89 7.416,57 90 7.459,91 91 7.505,27 92 7.552,73 92 7.552,73
berkelanjutan Umum Pengairan
N SISTEM
terhadap air
PENYEDIAAN
minum layak
AIR MINUM
perkotaan dan
perdesaan
sehari-hari
PROGRAM Presentase
PENGELOLAAN rumah tangga Dinas Pekerjaan
DAN yang memiliki Umum Cipta Karya,
1 03 05 % N/A 85,16 2,00 85,26 70,63 85,36 71,05 85,46 71,48 85,56 71,93 85,56 71,93
PENGEMBANGA akses terhadap Perumahan dan
N SISTEM AIR layanan sanitasi Permukiman
LIMBAH layak
PROGRAM Persentase
PENGELOLAAN drainase dalam Dinas Pekerjaan
DAN kondisi baik/ Umum Cipta Karya,
1 03 06 % N/A 6 6.906,83 7 7.628,47 8 7.673,05 9 7.719,70 10 7.768,53 10 7.768,53
PENGEMBANGA pembuangan Perumahan dan
N SISTEM aliran air tidak Permukiman
DRAINASE tersumbat
Presesntase
Dinas Pekerjaan
PROGRAM Jalan
Umum Cipta Karya,
1 03 07 PENGEMBANGA Lingkungan % N/A 66,8 13.004,42 69,1 68.656,22 71,4 69.057,46 73,7 69.477,33 76 69.916,75 76 69.916,75
Perumahan dan
N PERMUKIMAN dalam kondisi
Permukiman
baik
Presentase
PROGRAM Dinas Pekerjaan
Pelayanan
PENATAAN Umum Cipta Karya,
1 03 08 Persetujuan % 72 73,6 466,45 75,2 20.589,80 76,8 20.710,13 78,4 20.836,05 80 20.967,83 80 20.967,83
BANGUNAN Perumahan dan
Bangunan
GEDUNG Permukiman
Gedung (PBG)
Luasan RTH Dinas Pekerjaan
PROGRAM
publik sebesar Umum Cipta Karya,
1 03 09 PENATAAN % 82,45 90 2.566,98 92,5 33.014,32 95 33.207,26 97,5 33.409,16 100 33.620,46 100 33.620,46
20% dari luas Perumahan dan
BANGUNAN DAN
wilayah Permukiman

VII - 30
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
LINGKUNGANNY kota/kawasan
A perkotaan
Presentase
ketersediaan
% 64,68 65 66 67 68 69 69
LPJU pada jalan
kabupaten
Tingkat Dinas Pekerjaan
PROGRAM
Kemantapan Umum Cipta Karya,
1 03 10 PENYELENGGA % 74,45 76,45 135.653,69 78,45 106.573,74 80,45 107.196,58 82,45 107.848,33 84,45 108.530,43 84,45 108.530,43
Jalan Perumahan dan
RAAN JALAN
kabupaten/kota Permukiman
Rasio tenaga
PROGRAM operator/teknisi/ Dinas Pekerjaan
PENGEMBANGA analisis yang Umum Cipta Karya,
1 03 11 % N/A 53,46 100,00 57,59 282,54 61,74 284,19 65,88 285,91 70,02 287,72 70,02 287,72
N JASA memiliki Perumahan dan
KONSTRUKSI sertifikat Permukiman
kompetensi
PROGRAM Persentase
PENYELENGGA wilayah yang
1 03 12 RAAN telah tersusun % 56 70,83 75 83,33 91,66 100 100
PENATAAN rencana tata Dinas Pekerjaan
RUANG ruang Umum Cipta Karya,
50,00 2.749,43 2.765,50 2.782,31 2.799,91 2.799,91
Persentase Perumahan dan
wilayah yang Permukiman
telah ditetapkan % 12,51 20,83 29,17 37,50 45,83 54,17 54,17
rencana tata
ruangnya
PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan
Dinas Pekerjaan
URUSAN kebutuhan
Umum Cipta Karya,
X XX 01 PEMERINTAHAN penunjang % 92,5 93,5 41.770,85 94 37.986,87 94,5 38.208,88 95 38.441,18 95 38.684,31 95 38.684,31
Perumahan dan
DAERAH Perangkat
Permukiman
KABUPATEN/KO Daerah
TA
PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan
Dinas Pekerjaan
X XX 01 URUSAN kebutuhan % 92 93 30.643,12 93,5 21.122,84 94,0 21.246,28 94,5 21.375,46 95 21.510,65 95 21.510,65
Umum Pengairan
PEMERINTAHAN penunjang
DAERAH

VII - 31
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KABUPATEN/KO Perangkat
TA Daerah
1 04 PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN 64,00 3.602,33 3.623,39 3.645,42 3.668,47 3.668,47
Persentase
Dinas Pekerjaan
PROGRAM perumahan
Umum Cipta Karya,
1 04 02 PENGEMBANGA yang % 100 100 14,00 100 1.059,51 100 1.065,70 100 1.072,18 100 1.078,96 100 1.078,96
Perumahan dan
N PERUMAHAN mendapatkan
Permukiman
ijin
Persentase
kawasan
Dinas Pekerjaan
PROGRAM permukiman
Umum Cipta Karya,
1 04 03 KAWASAN kumuh dibawah % 20 25 45,00 33,33 1.412,68 41,66 1.420,94 49,99 1.429,57 58,32 1.438,62 58,32 1.438,62
Perumahan dan
PERMUKIMAN 10 ha di kab/
Permukiman
kota yang
ditangani
PROGRAM Persentase
PENINGKATAN perumahan Dinas Pekerjaan
PRASARANA, yang sudah Umum Cipta Karya,
1 04 05 % 4,16 4,34 5,00 4,52 1.130,14 4,70 1.136,75 4,88 1.143,66 5,06 1.150,89 5,06 1.150,89
SARANA DAN dilengkapi PSU Perumahan dan
UTILITAS UMUM Permukiman
(PSU)
KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN
1 05 19.826,08 34.244,64 34.444,78 34.654,20 34.873,37 34.873,37
PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PROGRAM
PENINGKATAN Persentase
KETENTERAMAN Perda dan Satuan Polisi
1 05 02 % 95,9 100 428,48 100 3.849,55 100 3.872,05 100 3.895,59 100 3.920,23 100 3.920,23
DAN Perkada yang Pamong Praja
KETERTIBAN ditegakkan
UMUM

PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan
URUSAN kebutuhan
Satuan Polisi
X XX 01 PEMERINTAHAN penunjang % 92,5 93,5 13.237,92 94 13.225,54 94,5 13.302,84 95 13.383,72 95 13.468,36 95 13.468,36
Pamong Praja
DAERAH Perangkat
KABUPATEN/KO Daerah
TA

VII - 32
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 05 03 PROGRAM Persentase
PENANGGULAN penyelesaian
GAN BENCANA dokumen
kebencanaan % 85 100 100 100 100 100 100
sampai dengan
dinyatakan
Badan
sah/legal
349,89 4.389,90 4.415,56 4.442,40 4.470,50 4.470,50 Penanggulangan
Persentase
Bencana Daerah
penanganan
% 90 100 100 100 100 100 100
tanggap darurat
bencana
Persentase
penanganan % 27 30 45 55 70 80 80
pasca bencana
PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan
URUSAN kebutuhan Badan
X XX 01 PEMERINTAHAN penunjang % 92,5 93,5 4.091,30 94 3.936,79 94,5 3.959,79 95 3.983,87 95 4.009,07 95 4.009,07 Penanggulangan
DAERAH Perangkat Bencana Daerah
KABUPATEN/KO Daerah
TA
PROGRAM Waktu tanggap
PENCEGAHAN, (response time)
PENANGGULAN penanganan
GAN, kebakaran
PENYELAMATAN Dinas Pemadam
1 05 04 Menit 15 15 82 15 3.736,54 15 3.758,37 15 3.781,23 15 3.805,14 15 3.805,14
KEBAKARAN Kebakaran
DAN
PENYELAMATAN
NON
KEBAKARAN
PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan
URUSAN kebutuhan
Dinas Pemadam
X XX 01 PEMERINTAHAN penunjang % 92,5 93,5 1.636,74 94 5.106,32 94,5 5.136,17 95 5.167,39 95 5.200,08 95 5.200,08
Kebakaran
DAERAH Perangkat
KABUPATEN/KO Daerah
TA

VII - 33
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 06 SOSIAL 9.556,13 10.507,15 10.568,50 10.632,69 10.699,88 10.699,88
Persentase Dinas Sosial,
PROGRAM Peningkatan Pemberdayaan
1 06 02 PEMBERDAYAA kapasitas bagi % 82,25 82 602,27 83 605,65 84 609,19 85 612,90 87 616,77 87 616,77 Perempuan dan
N SOSIAL PSKS Keluarga
Berencana
PROGRAM Persentase
PENANGANAN Warga pekerja
Dinas Sosial,
WARGA Migran yang
Pemberdayaan
NEGARA mendapat
1 06 03 % 55,6 82 10,00 83 10,00 84 10,00 85 10,00 87 10,00 87 10,00 Perempuan dan
MIGRAN pembinaan
Keluarga
KORBAN
Berencana
TINDAK
KEKERASAN
PROGRAM Persentase Dinas Sosial,
REHABILITASI PPKS yang Pemberdayaan
1 06 04 SOSIAL tertangani % 55,6 36,7 427,46 37 1.168,99 38 1.175,82 39 1.182,97 40 1.190,45 40 1.190,45 Perempuan dan
Keluarga
Berencana
Persentase Dinas Sosial,
PROGRAM
Pelayanan Pemberdayaan
PERLINDUNGAN
1 06 05 Perlindungan % 53,8 11,8 99,77 11,9 474,66 12 477,43 12 480,34 12 483,38 12 483,38 Perempuan dan
DAN JAMINAN
dan jaminan Keluarga
SOSIAL
sosial Berencana
Persentase
korban bencana
alam dan sosial
Dinas Sosial,
yang terpenuhi
PROGRAM Pemberdayaan
kebutuhan
1 06 06 PENANGANAN % 100 90 17,24 92 589,02 93 592,46 95 596,06 96 599,83 96 599,83 Perempuan dan
dasarnya pada
BENCANA Keluarga
saat dan setelah
Berencana
tanggap darurat
bencana daerah
kabupaten/kota
PROGRAM Persentase
Dinas Sosial,
PENGELOLAAN pengelolaan
1 06 07 % 100 100 140,48 100 141,27 100 142,09 100 142,96 100 143,86 100 143,86 Pemberdayaan
TAMAN MAKAM Taman Makam
Perempuan dan
PAHLAWAN Pahlawan

VII - 34
Bidang Urusan Target Kinerja dan Anggaran Kinerja Akhir RPJMD
Indikator Kinerja
Pemerintahan 2022 2023 2024 2025 2026 (2026)
Kinerja Awal Perangkat Daerah
Kode dan Program SATUAN Target Target Target Target Target Target
Program RPJMD Target Target Target Target Target Target Penanggungjawab
Prioritas Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
(outcome) (2020) Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
Pembangunan (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Keluarga
Berencana
PROGRAM Persentase
PENUNJANG pemenuhan Dinas Sosial,
URUSAN kebutuhan Pemberdayaan
X XX 01 PEMERINTAHAN penunjang % 92,5 93,5 8.258,91 94 7.517,56 94,5 7.561,49 95 7.607,46 95 7.655,58 95 7.655,58 Perempuan dan
DAERAH Perangkat Keluarga
KABUPATEN/KO Daerah Berencana
TA
TOTAL 1.421.354,75 1.575.030,31 1.582.758,24 1.586.435,02 1.590.063,28 1.590.063,28

VII - 35
Tabel 7.4. Indikasi Rencana Program Prioritas II yang disertai Kebutuhan Pendanaan
Kabupaten Banyuwangi tahun 2022-2026

Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja


Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
URUSAN
PEMERINTAHAN WAJIB
URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN
2
DENGAN PELAYANAN DASAR
2 07 TENAGA KERJA 469,37 1.048,91 1.055,04 1.061,46 1.068,17 1.068,17
PROGRAM PELATIHAN Persentase Tenaga
KERJA DAN Kerja Bersertifikat
2 07 03 % 0,78 0,93 368,76 1,02 370,83 1,11 373,00 1,21 375,26 1,32 377,64 1,32 377,64
PRODUKTIVITAS Kompetensi
TENAGA KERJA
Persentase Tenaga kerja Dinas Tenaga
yang ditempatkan (dalam Kerja,
dan luar negeri) melalui Transmigrasi dan
PROGRAM
mekanisme layanan Perindustrian
2 07 04 PENEMPATAN TENAGA % 65,6 70,75 100,61 73,47 678,09 76,29 682,05 79,23 686,20 82,28 690,54 82,28 690,54
Antar Kerja layanan
KERJA
Antar Kerja dalam
wilayah kabupaten/kota

2 08 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 365,30 562,23 2.771,93 3.669,65 14.362,98 14.362,98
PROGRAM Presentase penyelesaian
2 08 03 PERLINDUNGAN kasus kekerasan % 84 77 45,00 80 240,16 83 241,56 85 243,03 87 244,56 87 244,56
PEREMPUAN terhadap perempuan Dinas Sosial,
PROGRAM Persentase kelompok Pemberdayaan
2 08 04 PENINGKATAN perempuan berdaya % 66,6 20 45,68 25 45,91 30 2.252,59 35 3.147,15 40 13.837,18 40 13.837,18 Perempuan dan
KUALITAS KELUARGA Keluarga
PROGRAM Persentase Berencana
2 08 07 PERLINDUNGAN Penyelesaian kasus % n/a 77 274,62 80 276,16 83 277,78 85 279,47 87 281,23 87 281,23
KHUSUS ANAK terhadap anak
2 09 PANGAN 719,95 724,00 728,23 732,66 737,29 737,29
PROGRAM Skor PPH Ketersediaan
PENGELOLAAN SUMBER
2 09 02 DAYA EKONOMI UNTUK angka 95 95,2 649,71 95,4 653,36 95,6 657,18 95,8 661,18 96 665,36 96 665,36
KEDAULATAN DAN
KEMANDIRIAN PANGAN Dinas Pertanian
Persentase pangan dan Pangan
PROGRAM segar asal tumbuhan
2 09 05 PENGAWASAN yang memenuhi % 86 86 70,24 87 70,63 88 71,05 89 71,48 90 71,93 90 71,93
KEAMANAN PANGAN persyaratan mutu dan
keamanan pangan

VII - 36
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2 11 LINGKUNGAN HIDUP 7.409,62 13.101,31 13.177,88 13.258,00 13.341,85 13.341,85
PROGRAM Hasil Pengukuran Indeks
Indeks 59,17 60,05 60,11 60,16 60,22 60,27 60,27
PENGENDALIAN Kualitas Air
2 11 03 PENCEMARAN Hasil Pengukuran Indeks
309,00 1.411,39 1.419,64 1.428,27 1.437,30 1.437,30
DAN/ATAU KERUSAKAN Kualitas Udara
Indeks 85,23 86,61 86,67 86,72 86,78 86,83 86,83
LINGKUNGAN HIDUP
Dinas Lingkungan
PROGRAM Hasil Pengukuruan
Hidup
PENGELOLAAN Indeks kualitas Lahan
2 11 04 Indeks 61,59 61,59 10,00 61,59 988,88 61,59 994,65 61,59 1.000,70 61,59 1.007,03 61,59 1.007,03
KEANEKARAGAMAN
HAYATI (KEHATI)
PROGRAM Persentasae
2 11 11 PENGELOLAAN Pengelolaan sampah di % 61 61,06 7.090,62 61,12 10.701,05 61,18 10.763,59 61,24 10.829,03 61,31 10.897,52 61,31 10.897,52
PERSAMPAHAN wilayah Kab/Kota
2 12 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 200,00 950,03 955,58 961,39 967,47 967,47
PROGRAM Perekaman KTP-el
Dinas
2 12 02 PENDAFTARAN % 99 99,2 99,4 99,6 99,8 100 100
Kependudukan
PENDUDUK 100,00 406,15 408,52 411,00 413,60 413,60
dan Pencatatan
Rasio penduduk ber-KTP
n/a 100 100 100 100 100 100 Sipil
per satuan penduduk
Persentase cakupan
kepemilikan akta
% 86 92 94 96 98 100 100
kelahiran pada anak usia
0-17 tahun
Persentase cakupan
kepemilikan akta
perceraian pada semua % n/a 100 100 100 100 100 100 Dinas
PROGRAM PENCATATAN
2 03 individu yang Kependudukan
12 SIPIL 100,00 543,88 547,06 550,39 553,87 553,87
perceraiannya dilaporkan dan Pencatatan
Persentase cakupan Sipil
kepemilikan buku
nikah/akta perkawinan
pada % n/a 100 100 100 100 100 100
semua pasangan yang
perkawinannya
dilaporkan
2 13 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 826,45 2.645,24 2.660,70 2.676,88 2.693,81 2.693,81
Jumlah aparatur dan
Dinas
PROGRAM pengurus kelembagaan
Pemberdayaan
2 13 04 ADMINISTRASI desa yang memiliki % 70% 75 534,87 80 1.871,80 85 1.882,74 90 1.894,19 95 1.906,17 95 1.906,17
Masyarakat dan
PEMERINTAHAN DESA kompetensi dalam tata
Desa
kelola pemdes

VII - 37
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
jumlah Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) % 30% 40 50 60 70 75 75
Berkembang
Jumlah peningkatan
desa yang lembaga
kemasyarakatan dan
lembaga
PROGRAM % n/a 5 291,58 6 773,44 7 777,96 8 782,69 9 787,64 9 787,64
adatnya melaksanakan
PEMBERDAYAAN
kegiatan ekonomi
LEMBAGA
2 13 05 produktif dan
KEMASYARAKATAN,
pemberdayaan
LEMBAGA ADAT DAN
Persentase lembaga
MASYARAKAT HUKUM
kemasyarakatan dan
ADAT
lembaga adat di desa
% 60 65 70 75 80 85 85
yang terafiliasi dalam
peningkatan kapasitas
dan diberdayakan
2 15 PERHUBUNGAN 3.922,98 12.131,39 12.202,28 12.276,47 12.354,12 12.354,12
PROGRAM Kinerja lalu lintas
PENYELENGGARAAN Kabupaten/Kota
2 15 02 LALU LINTAS DAN % 87% 100 100 100 100 100 100
Dinas
ANGKUTAN JALAN 3.922,98 12.131,39 12.202,28 12.276,47 12.354,12 12.354,12
Perhubungan
(LLAJ)
Persentase layanan
% 72% 75 100 100 100 100 100
angkutan darat
2 16 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 5.933,16 15.178,82 15.267,53 15.360,35 15.457,50 15.457,50
Persentase tingkat
kepuasan masyarakat
PROGRAM INFORMASI
terhadap akses dan
2 16 02 DAN KOMUNIKASI % n/a 85 2.279,89 85,6 7.628,47 85,7 7.673,05 85,8 7.719,70 85,9 7.768,53 86 7.768,53
kualitas konten
PUBLIK Dinas Komunikasi,
informasi publik
Informatika dan
Pemerintah Daerah
Persandian
Persentase Layanan
PROGRAM APLIKASI Publik yang
2 16 03 % 100 100 3.653,27 100 7.550,35 100 7.594,47 100 7.640,65 100 7.688,97 100 7.688,97
INFORMATIKA diselenggarakan secara
online dan terintegrasi
2 17 KOPERASI DAN USAHA MIKRO 11.777,14 2.430,95 2.445,16 2.460,03 2.475,58 2.475,58
PROGRAM PENDIDIKAN Persentase peningkatan
2 17 05 DAN LATIHAN SDM pengelola koperasi % 0 2,87 197,52 3,91 394,97 4,84 397,28 5,64 399,69 6,31 402,22 6,31 402,22
Dinas Koperasi,
PERKOPERASIAN
Usaha Mikro dan
PROGRAM Persentase peningkatan
Perdagangan
2 17 07 PEMBERDAYAAN USAHA Usaha Mikro yang % 26,34 40 87,83 50 247,22 60 248,66 70 250,18 80 251,76 80 251,76
MENENGAH, USAHA menjadi wirausaha

VII - 38
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KECIL, DAN USAHA
MIKRO (UMKM)
PROGRAM Persentase Usaha Mikro
2 17 08 % 8,32 15 11.491,79 20 1.788,77 25 1.799,22 30 1.810,16 35 1.821,61 35 1.821,61
PENGEMBANGAN UMKM naik kelas
2 18 PENANAMAN MODAL 645,00 1.804,70 1.815,25 1.826,28 1.837,83 1.837,83
Prosentase Penetapan
PROGRAM
dan Pelaksanaan
2 18 02 PENGEMBANGAN IKLIM % 5 6 25,00 7 38,85 7,5 39,08 8 39,31 8,5 39,56 8,5 39,56
Kebijakan Penanaman Dinas Penanaman
PENANAMAN MODAL
Modal Modal dan
Persentase Pelayanan
Penyelesaian Pelayanan Terpadu Satu
PROGRAM PELAYANAN
2 18 04 Perizinan dan Non % 95 95 620,00 95,5 1.765,85 96 1.776,17 96,5 1.786,97 97 1.798,27 97 1.798,27 Pintu
PENANAMAN MODAL
Perizinan Sesuai dengan
SOP
2 19 KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 3.381,50 17.582,92 17.685,67 17.793,20 17.905,74 17.905,74
PROGRAM Persentase
PENGEMBANGAN Pengembangan
2 19 02 % N/A 0.57 2.501,50 0.58 3.867,21 0.59 3.889,81 0.6 3.913,46 0.61 3.938,21 0,61 3.938,21
KAPASITAS DAYA SAING kapasitas daya Saing
KEPEMUDAAN Kepemudaan Dinas Pemuda dan
PROGRAM Persentase Cakupan Olahraga
PENGEMBANGAN Pembinaan Olahraga
2 19 03 % N/A 10 880,00 10 13.715,71 20 13.795,86 20 13.879,74 30 13.967,52 30 13.967,52
KAPASITAS DAYA SAING
KEOLAHRAGAAN
2 20 STATISTIK 411,45 423,80 426,28 428,87 431,58 431,58
Persentase Organisasi
Perangkat Daerah (OPD)
PROGRAM yang menggunakan data Dinas Komunikasi,
2 20 01 PENYELENGGARAAN statistik dalam menyusun % 100 100 411,45 100 423,80 100 426,28 100 428,87 100 431,58 100 431,58 Informatika dan
STATISTIK SEKTORAL perencanaan Persandian
pembangunan
daerah
Persentase OPD yang
menggunakan data
statistik dalam % 100 100 100 100 100 100 100
melakukan evaluasi
pembangunan daerah
2 22 KEBUDAYAAN 40,00 706,34 710,47 714,79 719,31 719,31
Persentase budaya lokal
(ritual adat dan tradisi)
PROGRAM yang dikembangkan Dinas Kebudayaan
2 22 02 PENGEMBANGAN menjadi atraksi % 52,94 64,7 40,00 70,58 706,34 76,47 710,47 82,35 714,79 88,23 719,31 88,23 719,31
dan Pariwisata
KEBUDAYAAN

VII - 39
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2 23 PERPUSTAKAAN 181,30 681,62 685,60 689,77 694,13 694,13
PROGRAM PEMBINAAN Indeks pembangunan
2 23 02 Indeks 5,6 7,6 181,30 8,6 681,62 9,6 685,60 10,6 689,77 11,6 694,13 11,6 694,13
PERPUSTAKAAN literasi masyarakat Dinas
Indeks tingkat Perpustakaan dan
kegemaran membaca Indeks 56 58 59 60 61 62 62 Kearsipan
masyarakat
URUSAN
3
PEMERINTAHAN PILIHAN
3 25 KELAUTAN DAN PERIKANAN 2.009,63 5.682,50 5.715,71 5.750,46 5.786,83 5.786,83
PROGRAM Produksi perikanan
PENGELOLAAN tangkap nelayan kecil
PERIKANAN TANGKAP
3 25 03 ton 20.447 21.674 574,39 22.324 2.754,73 22.994 2.770,82 23.684 2.787,67 24.394 2.805,30 24.394 2.805,30

PROGRAM Produksi perikanan Dinas Perikanan


3 25 04 PENGELOLAAN budidaya ton 27.677 29.936 1.098,68 31.133 1.691,68 32.378 1.701,57 33.674 1.711,92 35.021 1.722,74 35.021 1.722,74
PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM Persentase peningkatan
PENGOLAHAN DAN produksi produk olahan
3 25 06 % 0 4,5 336,56 4,6 1.236,09 4,7 1.243,32 4,8 1.250,88 4,9 1.258,79 25,75 1.258,79
PEMASARAN HASIL hasil perikanan UMK
PERIKANAN
3 26 PARIWISATA 709,00 8.490,19 8.539,81 8.591,73 8.646,07 8.646,07
PROGRAM Lama kunjungan Wisata
PENINGKATAN DAYA
3 26 02 Hari 2 2,2 635,00 2,3 4.657,59 2,4 4.684,81 2,5 4.713,30 2,6 4.743,11 2,6 4.743,11
TARIK DESTINASI
PARIWISATA
Persentase pertumbuhan
jumlah wisatawan
% -72,94 1,10 64,00 1,15 1.836,48 1,20 1.847,22 1,25 1.858,45 1,30 1.870,20 6,14 1.870,20
mancanegara per
PROGRAM PEMASARAN
3 26 03 kebangsaan
PARIWISATA
Persentase peningkatan
perjalanan wisatawan Dinas
% -43,9 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 34,02
nusantara yang datang Kebudayaan dan
ke kabupaten/kota Pariwisata
PROGRAM Persentase cakupan
PENGEMBANGAN pengembangan ekonomi
EKONOMI KREATIF kreatif
MELALUI
3 26 04 PEMANFAATAN DAN % 11,76 23,52 10,00 29,41 1.996,11 35,29 2.007,78 41,17 2.019,98 47,05 2.032,76 47,05 2.032,76
PERLINDUNGAN HAK
KEKAYAAN
INTELEKTUAL

VII - 40
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

3 27 PERTANIAN 24.623,67 20.520,20 20.640,12 20.765,62 20.896,95 20.896,95


Persentase peningkatan
produksi Tanaman % 0,5 0,49 4.174,54 0,50 11.953,03 0,51 12.022,89 0,52 12.095,99 0,53 12.172,49 3,04 12.172,49
pangan
PROGRAM PENYEDIAAN
Persentase peningkatan
3 02 DAN PENGEMBANGAN
27 produksi Tanaman
SARANA PERTANIAN % 3 3,70 3,75 3,80 3,85 3,90 24,11
perkebunan dan
hortikultura
Rata-rata Persentase
peningkatan produksi % 2 2 2 2,1 2,1 2,1 13,1
Peternakan
3 27 03 PROGRAM PENYEDIAAN Persentase penyediaan
DAN PENGEMBANGAN dan pengembangan
PRASARANA prasarana pertanian % 100 100 16.943,64 100 5.781,39 100 5.815,18 100 5.850,53 100 5.887,54 100 5.887,54
PERTANIAN mendukung tanaman
pangan
Persentase penyediaan
dan pengembangan
prasarana pertanian
% 100 100 100 100 100 100 100
mendukung tanaman
perkebunan dan Dinas Pertanian
hortikultura dan Pangan
Persentase penyediaan
dan pengembangan
% 100 100 100 100 100 100 100
prasarana pertanian
mendukung peternakan
Persentase penyediaan
dan pengembangan
prasarana pertanian
% 100 100 100 100 100 100 100
mendukung kesehatan
hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner
PROGRAM Presentase luas areal
PENGENDALIAN DAN pengendalian dan
3 27 05 % 100 100 760,41 100 197,04 100 198,19 100 199,40 100 200,66 100 200,66
PENANGGULANGAN penanggulangan
BENCANA PERTANIAN bencana OPT
Cakupan bina kelompok
PROGRAM petani
3 27 07 PENYULUHAN % 100 100 2.745,09 100 2.588,74 100 2.603,86 100 2.619,70 100 2.636,26 100 2.636,26
PERTANIAN

VII - 41
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
3 30 PERDAGANGAN 394,67 2.127,18 2.139,61 2.152,62 2.166,23 2.166,23
PROGRAM Persentase sarana
PENINGKATAN SARANA distribusi perdagangan
3 30 03 % 50 59,09 250,00 68,18 1.879,96 77,27 1.890,95 86,36 1.902,44 95,45 1.914,47 95,45 1.914,47
DISTRIBUSI yang mengalami
Dinas Koperasi,
PERDAGANGAN peningkatan standar SNI
Usaha Mikro dan
PROGRAM STABILISASI Persentase koefisien
Perdagangan
HARGA BARANG variasi harga antar waktu
3 30 04 % 5,5 5,3 144,67 5,2 247,22 5,1 248,66 5,0 250,18 4,9 251,76 4,9 251,76
KEBUTUHAN POKOK per komoditas bahan
DAN BARANG PENTING pokok
3 31 PERINDUSTRIAN 179,20 4.026,14 4.049,67 4.074,29 4.100,06 4.100,06
PROGRAM Persentase pertumbuhan
PERENCANAAN DAN nilai produksi industri
3 31 02 % -6,78 1,2 1,26 1,3 1,34 1,38 1,38
PEMBANGUNAN kecil menengah
INDUSTRI
Persentase pencapaian
sasaran pembangunan
industri termasuk turunan
indikator pembangunan % 50 75 80 85 90 95 95 Dinas Tenaga
industri dalam RIPIN Kerja,
179,20 4.026,14 4.049,67 4.074,29 4.100,06 4.100,06
yang ditetapkan dalam Transmigrasi dan
RPIK Perindustrian
Persentase cakupan
pengembangan sentra
industri
% 70 70 75 80 85 90 90

4 UNSUR PENDUKUNG URUSAN PEMERINTAHAN


4 2 SEKRETARIAT DPRD 24.396,37 25.875,63 26.026,85 26.185,09 26.350,70 26.350,70
Presentase raperda yang
PROGRAM DUKUNGAN
disahkan menjadi perda
4 02 02 PELAKSANAAN TUGAS % 40 80 81 82 83 84 84
tepat waktu sesuai
DAN FUNGSI DPRD 24.396,37 25.875,63 26.026,85 26.185,09 26.350,70 26.350,70 Sekretariat DPRD
propemperda
Presentase aspirasi yang
% 83,5 87 88 89 90 91 91
ditindaklanjuti
5 UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN
5 01 PERENCANAAN 3.393,45 1.928,31 1.939,58 1.951,37 1.963,71 1.963,71
PROGRAM Ketepatan waktu dalam
PERENCANAAN, tahapan pelaksanaan Badan
PENGENDALIAN DAN perencanaan (sesuai Perencanaan
5 1 02 % 95 100 3.393,45 100 1.928,31 100 1.939,58 100 1.951,37 100 1.963,71 100 1.963,71
EVALUASI dengan Permendagri 86) Pembangunan
PEMBANGUNAN Daerah
DAERAH

VII - 42
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Capaian Kinerja
% 85 86 87 88 89 90 90
Perangkat Daerah
5 02 KEUANGAN 421.493,22 285.391,28 287.059,16 288.804,46 290.631,04 290.631,04
5 02 02 PROGRAM Persentase dokumen
% 100 100 100 100 100 100 100
PENGELOLAAN APBD tepat waktu
KEUANGAN DAERAH Persentase dokumen
420.443,22 280.921,13 282.562,89 284.280,86 286.078,82 286.078,82 Badan
pengelolaan
% 100 100 100 100 100 100 100 Pengelolaan
perbendaharaan daerah
Keuangan dan
tepat waktu
Aset Daerah
Persentase Perangkat
Daerah yang menyusun % 93 93 94 95 96 97 97
laporan tepat waktu
Persentase Realisasi
PROGRAM Badan Pendapatan
Pajak dan Retribusi % n/a 90 1.050,00 90,5 4.470,15 91 4.496,27 91,5 4.523,61 92 4.552,22 92,5 4.552,22
5 02 04 PENGELOLAAN Daerah
Daerah
PENDAPATAN DAERAH
Jumlah penambahan
WP 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
wajib pajak baru
5 03 KEPEGAWAIAN 2.378,00 1.942,43 1.953,79 1.965,67 1.978,10 1.978,10
Persentase penempatan
PROGRAM PNS sesuai dengan % 80 85 85 88 88 90 90 Badan
5 03 02
KEPEGAWAIAN DAERAH analisis jabatan 2.378,00 1.942,43 1.953,79 1.965,67 1.978,10 1.978,10 Kepegawaian
Persentase aparatur Daerah
% 90 90 90 95 95 95 95
yang berkinerja baik
5 04 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1.344,69 2.613,46 2.628,73 2.644,71 2.661,44 2.661,44
Persentase peningkatan
PROGRAM
kualitas SDM Aparatur
5 04 02 PENGEMBANGAN % 80 80 1.344,69 80 2.613,46 83 2.628,73 83 2.644,71 85 2.661,44 85 2.661,44
SUMBER DAYA MANUSIA
6 UNSUR PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN
6 01 INSPEKTORAT DAERAH 3.195,08 1.924,78 1.936,02 1.947,80 1.960,11 1.960,11
Persentase
pertanggungjawaban
PROGRAM
keuangan Perangkat
6 01 02 PENYELENGGARAAN % 100 100 3.195,08 100 1.924,78 100 1.936,02 100 1.947,80 100 1.960,11 100 1.960,11 Inspektorat
Daerah yang sesuai
PENGAWASAN
dengan ketentuan yang
berlaku
4 UNSUR PENDUKUNG URUSAN PEMERINTAHAN
4 01 RUTIN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH 63.709,19 59.393,12 59.740,22 60.103,44 60.483,57 60.483,57
X XX 01 Persentase realiasi Sekretariat Daerah
PROGRAM PENUNJANG
penyediaan kebutuhan
URUSAN % 85 85 63.709,19 86 59.393,12 87,0 59.740,22 88 60.103,44 90 60.483,57 90 60.483,57
sarana dan prasara
PEMERINTAHAN
perkantoran

VII - 43
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
DAERAH Persentase Perangkat
KABUPATEN/KOTA Daerah dengan nilai
Indeks RB baik (BB)
% NA 30 35 40,0 45 50 50

Persentase Perangkat
Daerah dengan nilai IKM
% 80 81 82 83,0 84 85 85
(Indeks Kepuasan
Masyarakat) diatas 80%
Persentase pelayanan
kedinasan pimpinan dan
% 70 70 75 80,0 85 90 90
pelayanan tamu tepat
waktu
Nilai Hasil Evaluasi
SAKIP Sekretariat Nilai 90 90 90,5 91,0 91,5 92,0 92,0
Daerah
Persentase Perangkat
Daerah yang nilai % 81 81 82 83,0 84 85 85
AKIPnya bernilai baik (A)
8 UNSUR PEMERINTAHAN UMUM
8 01 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 495,00 1.128,73 1.135,33 1.142,23 1.149,45 1.149,45
PROGRAM PENGUATAN Angka potensi konflik
IDEOLOGI PANCASILA SARA di masyarakat Badan Kesatuan
8 01 02 kejadian 1 2 400,00 2 988,88 2 994,65 2 1.000,70 2 1.007,03 2 1.007,03
DAN KARAKTER Bangsa dan Politik
KEBANGSAAN
PROGRAM Persentase Organisasi
PEMBERDAYAAN DAN Kemasyarakatan yang
Badan Kesatuan
8 01 04 PENGAWASAN dibina % 65 70 95,00 80 139,86 80 140,67 90 141,53 90 142,42 90 142,42
Bangsa dan Politik
ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
TOTAL 584.604,40 491.016,19 496.092,19 499.989,27 513.821,63 513.821,63

VII - 44
Tabel 7.5. Indikasi Rencana Program Prioritas III yang disertai Kebutuhan Pendanaan
Kabupaten Banyuwangi tahun 2022-2026

Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja


Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
URUSAN
PEMERINTAHAN
WAJIB
2 URUSAN WAJIB BUKAN PELAYANAN DASAR
2 07 TENAGA KERJA 360,12 491,97 494,84 497,85 501,00 501,00
Persentase kegiatan yang
PROGRAM
dilaksanakan yang
2 07 02 PERENCANAAN % 50 75 35,12 75 35,32 75 35,52 80 35,74 80 35,97 80 35,97
mengacu ke rencana
TENAGA KERJA
tenaga kerja
Persentase Perusahaan
Dinas Tenaga Kerja,
yang menerapkan tata
Transmigrasi dan
kelola kerja yang layak
PROGRAM Perindustrian
(PP/PKB, LKS Bipartit,
2 07 05 HUBUNGAN % 98 85 325,00 85 456,65 90 459,32 90 462,11 95 465,03 95 465,03
Struktur Skala Upah, dan
INDUSTRIAL
terdaftar peserta BPJS
Ketenagakerjaan)

2 08 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 117,56 300,19 301,95 303,78 305,71 305,71
PROGRAM Persentase
PENGARUSUTAM Desa/Kelurahan yang Dinas Sosial,
AAN GENDER memahami PPRG Pemberdayaan
2 08 02 % 25 25 17,56 45 17,66 60 17,76 75 17,87 90 17,98 90 17,98
DAN Perempuan dan Keluarga
PEMBERDAYAAN Berencana
PEREMPUAN
Persentase jumlah forum Dinas Sosial,
PROGRAM
anak yang telah dibentuk Pemberdayaan
2 08 06 PEMENUHAN HAK % 20 100,00 40 282,54 60 284,19 80 285,91 100 287,72 100 287,72
Perempuan dan Keluarga
ANAK (PHA)
Berencana
2 09 PANGAN 1.294,73 1.539,82 1.548,82 1.558,24 1.568,09 1.568,09
PROGRAM
PENINGKATAN
DIVERSIFIKASI Dinas Pertanian dan
2 09 03 Skor PPH Konsumsi angka 90,50 90,55 1.044,73 90,60 1.236,09 90,65 1.243,32 90,70 1.250,88 90,75 1.258,79 90,75 1.258,79
DAN KETAHANAN Pangan
PANGAN
MASYARAKAT

VII - 45
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase daerah rentan
PENANGANAN rawan pangan Dinas Pertanian dan
2 09 04 % 15 14 250,00 13 303,73 12 305,50 11 307,36 10 309,30 10 309,30
KERAWANAN Pangan
PANGAN
2 10 PERTANAHAN 150,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00
PROGRAM Persentase fasilitasi
PENYELESAIAN sengketa dan konflik
GANTI KERUGIAN pertanahan
2 10 05 % 100 100 150,00 100 10.000,00 100 10.000,00 100 10.000,00 100 10.000,00 100 10.000,00 Sekretariat Daerah
DAN SANTUNAN
TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN
2 11 LINGKUNGAN HIDUP 121,00 2.171,78 2.184,47 2.197,75 2.211,65 2.211,65
PROGRAM Persentase lingkup
PERENCANAAN perencanaan bidang
2 11 02 % 20 20 9,00 40 529,75 60 532,85 80 536,09 100 539,48 100 539,48 Dinas Lingkungan Hidup
LINGKUNGAN lingkungan hidup
HIDUP
PROGRAM Jumlah limbah B3 yang
PENGENDALIAN dikelola
BAHAN
BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)
2 11 05 % 20 20 2,00 40 109,48 60 110,12 80 110,79 100 111,49 100 111,49 Dinas Lingkungan Hidup
DAN LIMBAH
BAHAN
BERBAHAYA DAN
BERACUN
(LIMBAH B3)
PROGRAM Persentase Pembinaan dan
PEMBINAAN DAN Pengawasan terkait
PENGAWASAN ketaatan penanggung
TERHADAP IZIN jawab usaha dan/atau
LINGKUNGAN kegiatan yang diawasi
2 11 06 DAN IZIN ketaatannya terhadap izin % 100 100 104,00 100 197,78 100 198,93 100 200,14 100 201,41 100 201,41 Dinas Lingkungan Hidup
PERLINDUNGAN lingkungan, izin PPLH dan
DAN PUU LH d yang diterbitkan
PENGELOLAAN oleh Pemerintah Daerah
LINGKUNGAN kabupaten/kota
HIDUP (PPLH)
PROGRAM Persentase pendidikan dan
PENINGKATAN pelatihan masyarakat
PENDIDIKAN,
2 11 08 % 20 20 3,00 40 946,28 60 951,81 80 957,59 100 963,65 100 963,65 Dinas Lingkungan Hidup
PELATIHAN DAN
PENYULUHAN
LINGKUNGAN

VII - 46
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
HIDUP UNTUK
MASYARAKAT
PROGRAM Persentase pemberian
PENGHARGAAN penghargaan lingkungan
2 11 09 LINGKUNGAN hidup % 20 20 3,00 40 388,49 60 390,76 80 393,13 100 395,62 100 395,62 Dinas Lingkungan Hidup
HIDUP UNTUK
MASYARAKAT
2 12 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 127,50 587,67 591,11 594,70 598,46 598,46
PROGRAM Pemanfaatan data
PENGELOLAAN kependudukan
2 12 04 INFORMASI % 70 75 80 85 90 90
ADMINISTRASI Dinas Kependudukan dan
127,50 587,67 591,11 594,70 598,46 598,46
KEPENDUDUKAN Pencatatan Sipil
Penyajian data
kependudukan skala % 100 100 100 100 100 100
Provinsi dalam 1 Tahun
2 13 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 371,58 831,36 836,22 841,30 846,63 846,63
Persentase kelembagaan
PROGRAM
2 13 02 desa yang ditata sesuai % n.a 50 280,96 60 282,54 70 284,19 80 285,91 90 287,72 90 287,72
PENATAAN DESA
standar
Dinas Pemberdayaan
PROGRAM Jumlah Desa yang
Masyarakat dan Desa
PENINGKATAN melaksanakan kerjasama
2 13 03 Desa 71 50 90,62 22 548,83 17 552,03 15 555,39 14 558,90 189 558,90
KERJASAMA antar desa
DESA
2 14 PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA 896,29 6.057,26 6.092,65 6.129,70 6.168,47 6.168,47
PROGRAM Angka Laju Pertumbuhan
2 14 02 PENGENDALIAN Penduduk (Survei) % 0,98 0,89 17,56 0,86 17,66 0,83 17,76 0,80 17,87 0,77 17,98 0,77 17,98
PENDUDUK
PROGRAM Persentase Kebutuhan
PEMBINAAN BerKB yang tidak terpenuhi
2 14 03 % 12,18 12,18 40,00 12,18 5.196,16 11,86 5.226,52 11,62 5.258,30 11,45 5.291,56 11,40 5.291,56 Dinas Sosial,
KELUARGA (UnmetNeed)f
Pemberdayaan
BERENCANA (KB)
Perempuan dan Keluarga
PROGRAM Persentase Kelompok
Berencana
PEMBERDAYAAN Tribina
DAN
2 14 04 % 84,5 84,5 838,73 84,6 843,44 84,70 848,37 84,80 853,53 84,90 858,93 85,00 858,93
PENINGKATAN
KELUARGA
SEJAHTERA (KS)
2 15 PERHUBUNGAN 224,77 226,03 227,35 228,73 230,18 230,18
PROGRAM Persentase layanan
2 15 03 PENGELOLAAN angkutan penyeberangan % 100 100 126,43 100 127,14 100 127,88 100 128,66 100 129,48 100 129,48 Dinas Perhubungan
PELAYARAN

VII - 47
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Persentase fasilitasi
PROGRAM
pendirian tempat tinggal
2 15 04 PENGELOLAAN % n/a 25 84,29 25 84,76 25 85,26 25 85,77 25 86,32 25 86,32
landas dan pendaratan
PENERBANGAN
helikopter
PROGRAM Persentase layanan
PENGELOLAAN angkutan Perkretapian
2 15 05 % 100 100 14,05 100 14,13 100 14,21 100 14,30 100 14,39 100 14,39
PERKERETAAPIA
N
2 17 KOPERASI DAN USAHA MIKRO 150,00 257,77 259,28 260,86 262,51 262,51
PROGRAM Persentase koperasi aktif
PENGAWASAN
2 17 03 DAN % 84,13 84,82 50,00 85,94 70,61 87,05 71,03 88,17 71,46 89,29 71,91 89,29 71,91
PEMERIKSAAN
KOPERASI
PROGRAM Persentase KSP/USP
PENILAIAN Sehat
Dinas Koperasi, Usaha
2 17 04 KESEHATAN % 19,03 39,65 50,00 41,85 70,61 44,05 71,03 46,26 71,46 48,46 71,91 48,46 71,91
Mikro dan Perdagangan
KSP/USP
KOPERASI
PROGRAM Persentase peningkatan
PEMBERDAYAAN volume usaha koperasi
2 17 06 DAN % 16,04 16.2 50,00 16.4 116,55 16.6 117,23 16.8 117,94 17 118,69 150,17 118,69
PERLINDUNGAN
KOPERASI
2 18 PENANAMAN MODAL 333,46 416,74 419,18 421,72 424,39 424,39
PROGRAM Persentase peningkatan
PROMOSI minat investasi
2 18 03 % 2,13 4 20,00 4.5 56,51 5 56,84 5.5 57,18 6 57,54 32,08 57,54
PENANAMAN
MODAL
PROGRAM Persentase kepatuhan
PENGENDALIAN pelaku usaha/penanam
2 18 05 PELAKSANAAN modal terhadap % 17 60 280,96 65 282,54 70 284,19 75 285,91 80 287,72 80 287,72
PENANAMAN penyampaian LKPM
MODAL Dinas Penanaman Modal
Persentase pemenuhan dan Pelayanan Terpadu
data dan informasi Satu Pintu
PROGRAM
PENGELOLAAN penanaman modal
DATA DAN
2 18 06 SISTEM % 95 95.5 32,50 96 77,70 96.5 78,15 97 78,63 97.5 79,12 97.5 79,12
INFORMASI
PENANAMAN
MODAL

VII - 48
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2 19 KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 50,00 247,22 248,66 250,18 251,76 251,76
PROGRAM Persentase anggota
PENGEMBANGAN pramuka yang terfasilitasi Dinas Pemuda dan Olah
2 19 04 % 95 90 50,00 90 247,22 90 248,66 90 250,18 90 251,76 90 251,76
KAPASITAS raga
KEPRAMUKAAN
2 21 PERSANDIAN 270,00 593,33 596,79 600,42 604,22 604,22
PROGRAM Tingkat keamanan
PENYELENGGAR informasi pemerintah
AAN Dinas Komunikasi,
2 21 02 PERSANDIAN % 100 80 270,00 100 593,33 100 596,79 100 600,42 100 604,22 100 604,22 Informatika dan
UNTUK Persandian
PENGAMANAN
INFORMASI
2 22 KEBUDAYAAN 35,00 2.913,65 2.930,68 2.948,50 2.967,15 2.967,15
Persentase penduduk usia
PROGRAM 10 tahun ke atas yang
PENGEMBANGAN pernah
2 22 03 % 0,98 1,02 15,00 1,04 2.119,02 1,06 2.131,40 1,08 2.144,36 1,10 2.157,92 1,10 2.157,92
KESENIAN terlibat sebagai
TRADISIONAL pelaku/pendukung
pertunjukan seni
PROGRAM Terlestarikannya Cagar
PELESTARIAN Budaya Dinas Kebudayaan dan
2 22 05 DAN % 17,24 21,37 10,00 23,44 88,29 25,51 88,81 27,58 89,35 29,65 89,91 29,65 89,91 Pariwisata
PENGELOLAAN
CAGAR BUDAYA
Peningkatan akses
PROGRAM masyarakat dalam
2 22 06 PENGELOLAAN penyelenggaraan dan % -43,52 10,06 10,00 10,51 706,34 12,52 710,47 12,94 714,79 13,70 719,31 77,32 719,31
PERMUSEUMAN pelaksanaan kegiatan
museum
2 23 PERPUSTAKAAN 48,68 52,98 53,29 53,61 53,95 53,95
PROGRAM Jumlah koleksi nasional
PELESTARIAN dan naskah kuno yang
Dinas Perpustakaan dan
2 23 03 KOLEKSI dilestarikan Jumlah N/A 1 48,68 1 52,98 1 53,29 1 53,61 1 53,95 1 53,95
Kearsipan
NASIONAL DAN
NASKAH KUNO
2 24 KEARSIPAN 1.202,81 2.592,27 2.607,42 2.623,27 2.639,86 2.639,86
Tingkat keberadaan dan
keutuhan arsip sebagai
PROGRAM
bahan Dinas Perpustakaan dan
2 24 02 PENGELOLAAN % N/A 92 230,00 93 1.613,99 94 1.623,42 95 1.633,29 96 1.643,62 96 1.643,62
pertanggungjawaban setiap Kearsipan
ARSIP
aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara

VII - 49
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
untuk kepentingan negara,
pemerintahan, pelayanan
publik dan kesejahteraan
rakyat
PROGRAM Persentase keberadaan
PERLINDUNGAN dan keutuhan arsip sebagai
Dinas Perpustakaan dan
2 24 03 DAN bahan % N/A 25% 874,48 50% 879,39 70% 884,53 80% 889,91 90% 895,54 90% 895,54
Kearsipan
PENYELAMATAN pertanggungjawaban
ARSIP
Persentase Penerbitan izin
PROGRAM
penggunaan arsip yang
PERIZINAN
2 24 04 bersifat tertutup yang % 75% 98,34 78% 98,89 80% 99,47 83% 100,07 85% 100,70 85% 100,70
PENGGUNAAN
disimpan di lembaga
ARSIP Dinas Perpustakaan dan
kearsipan
Kearsipan
Jumlah pengguna
pelayanan arsip sebagai
% 70 71 72 73 74 74
memori kolektif dan jati diri
bangsa
3 URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN
3 26 PARIWISATA 40,00 1.836,48 1.847,22 1.858,45 1.870,20 1.870,20
PROGRAM Persentase pelaku
PENGEMBANGAN pariwisata dan ekraf yang
SUMBER DAYA bersertifikat kompetensi Dinas Kebudayaan dan
3 26 05 % 1,7 3 40,00 4 1.836,48 5 1.847,22 6 1.858,45 7 1.870,20 7 1.870,20
PARIWISATA DAN Pariwisata
EKONOMI
KREATIF
3 27 PERTANIAN 553,63 1.928,31 1.939,58 1.951,37 1.963,71 1.963,71
PROGRAM Usaha produk hewan yang
PENGENDALIAN bersertifikat PRA/NKV
KESEHATAN
3 27 04 HEWAN DAN unit 7 8 9 10 11 12 12
KESEHATAN Dinas Pertanian dan
553,63 1.928,31 1.939,58 1.951,37 1.963,71 1.963,71
MASYARAKAT Pangan
VETERINER
Persentase Penurunan
kejadian dan jumlah kasus % 22.70 22.40 22,20 21,80 21,50 21,20 21,20
penyakit hewan menular
3 30 PERDAGANGAN 149,99 328,44 330,36 332,37 334,47 334,47
PROGRAM Pertumbuhan nilai ekspor
3 30 05 PENGEMBANGAN non migas % -14,18 4,76 14,60 5,45 70,63 6,03 71,04 6,5 71,48 6,87 71,93 34,86 71,93
EKSPOR Dinas Koperasi, Usaha
PROGRAM Persentase alat-alat ukur, Mikro dan Perdagangan
3 30 06 STANDARDISASI takar, timbang dan % 12,81 14,16 89,73 14,69 211,90 15,21 213,14 15,74 214,44 16,26 215,79 16,26 215,79
DAN perlengkapannya (UTTP)

VII - 50
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PERLINDUNGAN bertanda tera sah yang
KONSUMEN berlaku
PROGRAM Persentase peningkatan
PENGGUNAAN pelaku usaha yang
3 30 07 DAN PEMASARAN difasilitasi pemasaran % 0 0 45,66 10 45,91 10,9 46,18 11,5 46,46 11,76 46,76 11,76 46,76
PRODUK DALAM produk dalam negeri
NEGERI
3 31 PERINDUSTRIAN 36,00 105,95 106,57 107,22 107,90 107,90
PROGRAM Persentase informasi
PENGELOLAAN industri dalam Sistem
Dinas Tenaga Kerja,
SISTEM Informasi Industri Nasional
3 31 04 % 0,49 0,50 36,00 0,50 105,95 0,50 106,57 0,50 107,22 0,50 107,90 0,50 107,90 Transmigrasi dan
INFORMASI (SIINAS)
Perindustrian
INDUSTRI
NASIONAL
URUSAN PENUNJANG PEMERINTAHAN
4 UNSUR PENDUKUNG URUSAN PEMERINTAHAN
4 01 SEKRETARIAT DAERAH 25.030,67 24.445,42 24.588,28 24.737,78 24.894,23 24.894,23
PROGRAM Persentase bantuan hukum
PEMERINTAHAN untuk masyarakat miskin
4 01 02 DAN yang difasilitasi % 85 85 21.900,00 85 21.824,90 90 21.952,45 90 22.085,92 95 22.225,60 95 22.225,60
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
Status kinerja
Sekretariat Daerah
penyelenggaraan Nilai 3.40 3.41 3.46 3.51 3.56 3.61 3.61
pemerintah daerah
Persentase penyelesaian
pengajuan administrasi
% 80 80 82 84 86 90 90
kesejahteraan rakyat yang
tepat dan akurat
Persentase penggunaan E-
4 01 03 procurement terhadap % 70 70 3.130,67 75 2.620,52 80 2.635,84 80 2.651,86 85 2.668,63 85 2.668,63
PROGRAM belanja pengadaan.
PEREKONOMIAN
% Penayangan SIRUP % 50 50 55 55 60 65 65
DAN
Persentase rumusan
PEMBANGUNAN Sekretariat Daerah
kebijakan perekonomian
dan pembangunan daerah % 80 80 80 85 85 90 90
yang dimanfaatkan menjadi
kebijakan
Tingkat Inflasi % 1,74 3 3 3 3 3 3
5 UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN
5 01 PERENCANAAN 2.109,01 2.790,04 2.806,35 2.823,41 2.841,27 2.841,27
PROGRAM Rata-rata nilai komponen Badan Perencanaan
5 01 03 Nilai 27,85 28,13 2.109,01 28,5 2.790,04 28,65 2.806,35 28,8 2.823,41 28,95 2.841,27 28,95 2.841,27
KOORDINASI DAN perencanaan kinerja Pembangunan Daerah

VII - 51
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
SINKRONISASI perangkat daerah lingkup
PERENCANAAN bidang pemerintahan dan
PEMBANGUNAN pembangunan manusia
DAERAH
Rata-rata nilai komponen
perencanaan kinerja
tahunan pada komponen
perencanaan kinerja Nilai 28,95 29 29,1 29,15 29,25 29,4 29,4
perangkat daerah lingkup
bidang perekonomian dan
SDA (Sumber Daya Alam)
Rata-rata nilai komponen
perencanaan kinerja
tahunan pada komponen
perencanaan kinerja Nilai 27,76 27,85 27,9 28,05 28,2 28,35 28,35
perangkat daerah lingkup
bidang infrastruktur dan
kewilayahan
5 02 KEUANGAN 27.617,73 32.966,01 33.158,67 33.360,27 33.571,26 33.571,26
PROGRAM Persentase Perangkat
Badan Pengelolaan
PENGELOLAAN daerah yang menyusun
5 02 03 % 90,91 90,91 27.617,73 92,73 32.966,01 94,55 33.158,67 94,55 33.360,27 96,36 33.571,26 96,36 33.571,26 Keuangan dan Aset
BARANG MILIK laporan barang milik
Daerah
DAERAH daerah (LBMD) tepat waktu
5 05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 777,16 1.765,85 1.776,17 1.786,97 1.798,27 1.798,27
Persentase hasil
PROGRAM % 80 81 82 83 84 85 85
kelitbangan yang terpilih
PENELITIAN DAN Badan Perencanaan
5 05 02 sebagai bahan 777,16 1.765,85 1.776,17 1.786,97 1.798,27 1.798,27
PENGEMBANGAN Pembangunan Daerah
perencanaan % n/a 81 82 83 84 85 85
DAERAH
pembangunan
6 UNSUR PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN
6 01 INSPEKTORAT DAERAH 417,35 1.430,34 1.438,70 1.447,44 1.456,60 1.456,60
PROGRAM Persentase terkait
PERUMUSAN pencapaian tata kelola
6 01 03 KEBIJAKAN, Manajemen Risiko dan % 25 60 417,35 70 1.430,34 80 1.438,70 90 1.447,44 100 1.456,60 100 1.456,60 Inspektorat
PENDAMPINGAN Pengendalian Intern
DAN ASISTENSI
7 UNSUR KEWILAYAHAN
7 01 KECAMATAN 9.365,81 13.499,91 13.578,80 13.661,36 13.747,76 13.747,76
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 426,01 82,5 309,73 82,5 311,54 85,0 313,43 85,0 315,42 85,0 315,42 Kecamatan Banyuwangi
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK

VII - 52
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 2.184,81 25 4.405,15 27 4.430,89 27 4.457,83 30 4.486,03 30 4.486,03 Kecamatan Banyuwangi
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 33,00 2 81,23 2 81,70 2 82,20 2 82,72 2 82,72 Kecamatan Banyuwangi
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 255,45 82,5 185,84 82,5 186,92 85,0 188,06 85,0 189,25 85,0 189,25 Kecamatan Giri
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 421,19 25 523,62 27 526,68 27 529,88 30 533,23 30 533,23 Kecamatan Giri
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 20,00 2 14,13 2 14,21 2 14,30 2 14,39 2 14,39 Kecamatan Giri
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Giri
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 338,19 82,5 318,56 82,5 320,42 85,0 322,37 85,0 324,41 85,0 324,41 Kecamatan Glagah
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 401,59 25 296,38 27 298,11 27 299,92 30 301,82 30 301,82 Kecamatan Glagah
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
7 01 04 kasus 2 2 7,02 2 7,06 2 7,10 2 7,14 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Glagah
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan

VII - 53
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KETENTRAMAN
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 7,02 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Glagah
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 298,48 82,5 388,26 82,5 390,53 85,0 392,90 85,0 395,39 85,0 395,39 Kecamatan Kalipuro
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 334,16 25 1.147,24 27 1.153,94 27 1.160,96 30 1.168,30 30 1.168,30 Kecamatan Kalipuro
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 17,00 2 12,01 2 12,08 2 12,15 2 12,23 2 12,23 Kecamatan Kalipuro
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Kalipuro
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 140,60 82,5 169,73 82,5 170,73 85,0 171,76 85,0 172,85 85,0 172,85 Kecamatan Licin
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 14,13 25 59,69 27 60,03 27 60,40 30 60,78 30 60,78 Kecamatan Licin
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
7 01 04 KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan kasus 2 2 5,00 2 4,24 2 4,26 2 4,29 2 4,32 2 4,32 Kecamatan Licin
KETENTRAMAN

VII - 54
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 4,50 90 4,24 90 4,26 90 4,29 90 4,32 90 4,32 Kecamatan Licin
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 225,69 82,5 268,37 82,5 269,94 85,0 271,58 85,0 273,30 85,0 273,30 Kecamatan Wongsorejo
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 21,07 25 21,19 27 21,31 27 21,44 30 21,58 30 21,58 Kecamatan Wongsorejo
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 7,02 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Wongsorejo
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 4,21 90 4,24 90 4,26 90 4,29 90 4,32 90 4,32 Kecamatan Wongsorejo
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 135,29 82,5 204,13 82,5 205,33 85,0 206,57 85,0 207,88 85,0 207,88 Kecamatan Kabat
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 10,54 25 10,60 27 10,66 27 10,72 30 10,79 30 10,79 Kecamatan Kabat
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 21,07 2 21,19 2 21,31 2 21,44 2 21,58 2 21,58 Kecamatan Kabat
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 55
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Kabat
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 166,52 82,5 286,77 82,5 288,45 85,0 290,20 85,0 292,04 85,0 292,04 Kecamatan Rogojampi
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 24,58 25 24,72 27 24,87 27 25,02 30 25,18 30 25,18 Kecamatan Rogojampi
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 21,07 2 21,19 2 21,31 2 21,44 2 21,58 2 21,58 Kecamatan Rogojampi
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 7,02 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Rogojampi
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 140,26 82,5 38,85 82,5 39,08 85,0 39,31 85,0 39,56 85,0 39,56 Kecamatan Songgon
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 28,10 25 28,25 27 28,42 27 28,59 30 28,77 30 28,77 Kecamatan Songgon
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 7,02 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Songgon
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 56
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 4,21 90 4,24 90 4,26 90 4,29 90 4,32 90 4,32 Kecamatan Songgon
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 148,91 82,5 303,73 82,5 305,50 85,0 307,36 85,0 309,30 85,0 309,30 Kecamatan Singojuruh
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 50,12 25 35,32 27 35,52 27 35,74 30 35,97 30 35,97 Kecamatan Singojuruh
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 10,54 2 10,60 2 10,66 2 10,72 2 10,79 2 10,79 Kecamatan Singojuruh
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 7,02 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Singojuruh
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 140,48 82,5 320,75 82,5 322,62 85,0 324,58 85,0 326,64 85,0 326,64 Kecamatan Srono
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 21,07 25 21,19 27 21,31 27 21,44 30 21,58 30 21,58 Kecamatan Srono
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 10,00 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Srono
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 57
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Srono
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 199,42 82,5 256,05 82,5 257,54 85,0 259,11 85,0 260,75 85,0 260,75 Kecamatan Muncar
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 15,00 25 17,66 27 17,76 27 17,87 30 17,98 30 17,98 Kecamatan Muncar
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 04 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 5,59 90 10,60 90 10,66 90 10,72 90 10,79 90 10,79 Kecamatan Muncar
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 06 KETENTRAMAN kasus 2 2 9,99 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Muncar
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 210,08 82,5 227,79 82,5 229,13 85,0 230,52 85,0 231,98 85,0 231,98 Kecamatan Cluring
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 15,00 25 16,10 27 16,20 27 16,30 30 16,40 30 16,40 Kecamatan Cluring
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 3,00 2 10,60 2 10,66 2 10,72 2 10,79 2 10,79 Kecamatan Cluring
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 58
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 22,60 90 22,73 90 22,87 90 23,02 90 23,02 Kecamatan Cluring
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 224,77 82,5 226,03 82,5 227,35 85,0 228,73 85,0 230,18 85,0 230,18 Kecamatan Purwoharjo
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 6,00 25 21,19 27 21,31 27 21,44 30 21,58 30 21,58 Kecamatan Purwoharjo
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 8,43 2 8,48 2 8,53 2 8,58 2 8,63 2 8,63 Kecamatan Purwoharjo
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 8,43 90 8,48 90 8,53 90 8,58 90 8,63 90 8,63 Kecamatan Purwoharjo
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 325,00 82,5 215,43 82,5 216,69 85,0 218,01 85,0 219,39 85,0 219,39 Kecamatan Tegaldlimo
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 20,00 25 14,83 27 14,92 27 15,01 30 15,11 30 15,11 Kecamatan Tegaldlimo
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 15,00 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Tegaldlimo
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 59
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 7,50 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Tegaldlimo
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 160,53 82,5 226,03 82,5 227,35 85,0 228,73 85,0 230,18 85,0 230,18 Kecamatan Gambiran
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 21,07 25 21,19 27 21,31 27 21,44 30 21,58 30 21,58 Kecamatan Gambiran
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 8,43 2 8,48 2 8,53 2 8,58 2 8,63 2 8,63 Kecamatan Gambiran
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 8,43 90 8,48 90 8,53 90 8,58 90 8,63 90 8,63 Kecamatan Gambiran
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 175,60 82,5 176,58 82,5 177,62 85,0 178,70 85,0 179,83 85,0 179,83 Kecamatan Bangorejo
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 17,56 25 17,66 27 17,76 27 17,87 30 17,98 30 17,98 Kecamatan Bangorejo
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 15,00 2 14,13 2 14,21 2 14,30 2 14,39 2 14,39 Kecamatan Bangorejo
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 60
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 8,56 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Bangorejo
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 120,35 82,5 363,76 82,5 365,89 85,0 368,12 85,0 370,44 85,0 370,44 Kecamatan Siliragung
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 17,66 25 52,98 27 53,29 27 53,61 30 53,95 30 53,95 Kecamatan Siliragung
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 14,05 2 14,13 2 14,21 2 14,30 2 14,39 2 14,39 Kecamatan Siliragung
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 7,02 90 10,60 90 10,66 90 10,72 90 10,79 90 10,79 Kecamatan Siliragung
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 261,55 82,5 365,88 85,0 368,02 85,0 370,26 85,0 372,60 85,0 372,60 Kecamatan Pesanggaran
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 32,90 25 35,32 27 35,52 27 35,74 30 35,97 30 35,97 Kecamatan Pesanggaran
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 10,00 2 14,13 2 14,21 2 14,30 2 14,39 2 14,39 Kecamatan Pesanggaran
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 61
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,00 90 8,48 90 8,53 90 8,58 90 8,63 90 8,63 Kecamatan Pesanggaran
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 194,25 82,5 273,53 82,5 275,13 85,0 276,80 85,0 278,55 85,0 278,55 Kecamatan Genteng
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 9,56 25 31,95 27 32,14 27 32,33 30 32,54 30 32,54 Kecamatan Genteng
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 21,07 2 21,19 2 21,31 2 21,44 2 21,58 2 21,58 Kecamatan Genteng
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 5,00 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Genteng
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 101,63 82,5 190,71 82,5 191,83 85,0 192,99 85,0 194,21 85,0 194,21 Kecamatan Tegalsari
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 30,00 25 28,25 27 28,42 27 28,59 30 28,77 30 28,77 Kecamatan Tegalsari
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 8,43 2 8,48 2 8,53 2 8,58 2 8,63 2 8,63 Kecamatan Tegalsari
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 62
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 10,54 90 10,60 90 10,66 90 10,72 90 10,79 90 10,79 Kecamatan Tegalsari
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 173,49 82,5 174,47 82,5 175,49 85,0 176,55 85,0 177,67 85,0 177,67 Kecamatan Sempu
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 24,58 25 24,72 27 24,87 27 25,02 30 25,18 30 25,18 Kecamatan Sempu
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 7,02 2 7,06 2 7,10 2 7,15 2 7,19 2 7,19 Kecamatan Sempu
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 16,16 90 16,25 90 16,34 90 16,44 90 16,54 90 16,54 Kecamatan Sempu
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 163,47 82,5 158,56 82,5 159,49 85,0 160,46 85,0 161,47 85,0 161,47 Kecamatan Glenmore
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 11,00 25 11,06 27 11,13 27 11,19 30 11,26 30 11,26 Kecamatan Glenmore
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 5,90 2 1,73 2 1,74 2 1,75 2 1,76 2 1,76 Kecamatan Glenmore
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 63
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 4,07 90 4,09 90 4,12 90 4,14 90 4,17 90 4,17 Kecamatan Glenmore
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 183,32 82,5 184,35 82,5 185,43 85,0 186,56 85,0 187,74 85,0 187,74 Kecamatan Kalibaru
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 28,10 25 28,25 27 28,42 27 28,59 30 28,77 30 28,77 Kecamatan Kalibaru
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 17,56 2 17,66 2 17,76 2 17,87 2 17,98 2 17,98 Kecamatan Kalibaru
DAN KETERTIBAN
UMUM
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 4,21 90 4,24 90 4,26 90 4,29 90 4,32 90 4,32 Kecamatan Kalibaru
PEMERINTAHAN
DESA
PROGRAM Persentase sarana
PENYELENGGAR prasarana kecamatan dan
AAN kelurahan dalam kondisi
7 01 02 % 75 80 189,00 82,5 218,26 82,5 219,53 85,0 220,87 85,0 222,27 85,0 222,27 Kecamatan Blimbingsari
PEMERINTAHAN baik
DAN PELAYANAN
PUBLIK
PROGRAM Persentase keterlibatan
PEMBERDAYAAN masyarakat dalam kegiatan
7 01 03 MASYARAKAT pembangunan % 23 25 13,35 25 13,42 27 13,50 27 13,58 30 13,67 30 13,67 Kecamatan Blimbingsari
DESA DAN
KELURAHAN
PROGRAM Jumlah pelanggaran Perda
KOORDINASI dan Perbup di Kecamatan
7 01 04 KETENTRAMAN kasus 2 2 2,47 2 12,01 2 12,08 2 12,15 2 12,23 2 12,23 Kecamatan Blimbingsari
DAN KETERTIBAN
UMUM

VII - 64
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase laporan
PEMBINAAN DAN keuangan desa yang
7 01 06 PENGAWASAN selesai tepat waktu % 90 90 9,75 90 7,06 90 7,10 90 7,15 90 7,19 90 7,19 Kecamatan Blimbingsari
PEMERINTAHAN
DESA
8 UNSUR PEMERINTAHAN UMUM
8 01 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 605,00 3.637,65 3.658,91 3.681,16 3.704,44 3.704,44
PROGRAM Persentase Masyarakat
PENINGKATAN yang Menggunakan Hak
PERAN PARTAI Politiknya
POLITIK DAN
LEMBAGA
PENDIDIKAN
8 01 03 % 65 65 255,00 65 2.066,04 67 2.078,12 67 2.090,75 67 2.103,98 67 2.103,98
MELALUI
PENDIDIKAN
POLITIK DAN
PENGEMBANGAN
ETIKA SERTA
BUDAYA POLITIK
PROGRAM Angka potensi konflik
PEMBINAAN DAN ekonomi, sosial dan Badan Kesatuan Bangsa
PENGEMBANGAN budaya di masyarakat dan Politik
kejadia
8 01 05 KETAHANAN 12 12 50,00 12 75,42 12 75,86 12 76,32 12 76,80 12 76,80
n
EKONOMI,
SOSIAL, DAN
BUDAYA
PROGRAM Angka potensi gangguan
PENINGKATAN ideologi, politik,pertahanan
KEWASPADAAN dan keamanan
NASIONAL DAN
kejadia
8 01 06 PENINGKATAN 12 12 300,00 12 1.496,19 12 1.504,93 12 1.514,08 12 1.523,66 12 1.523,66
n
KUALITAS DAN
FASILITASI
PENANGANAN
KONFLIK SOSIAL
X XX RUTIN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH 365.574,08 297.786,32 299.526,64 301.347,75 303.253,65 303.253,65
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
PEMERINTAHAN Dinas Koperasi, Usaha
X XX 01 % 90 92 13.571,97 92 11.884,37 92,0 11.953,83 92 12.026,51 92 12.102,57 92 12.102,57
DAERAH Mikro dan Perdagangan
KABUPATEN/KOT
A

VII - 65
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

PROGRAM Persentase pemenuhan


PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah Dinas Tenaga Kerja,
X XX 01 PEMERINTAHAN % 82,5 85 5.109,29 85 4.558,03 87 4.584,67 87 4.612,54 87 4.641,71 87 4.641,71 Transmigrasi dan
DAERAH Perindustrian
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Kependudukan dan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 7.327,76 94 6.579,06 94,5 6.617,51 95 6.657,75 95 6.699,85 95 6.699,85
Pencatatan Sipil
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Pemberdayaan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 4.185,75 94 4.232,23 94,5 4.256,97 95 4.282,85 95 4.309,93 95 4.309,93
Masyarakat dan Desa
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 12.696,95 94 12.737,93 94,5 12.812,37 95 12.890,27 95 12.971,79 95 12.971,79 Dinas Perhubungan
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah Dinas Komunikasi,
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 92,7 7.288,96 93 6.300,36 93,2 6.337,18 93,5 6.375,71 93,7 6.416,03 93,7 6.416,03 Informatika dan
DAERAH Persandian
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang Dinas Penanaman Modal
X XX 01 URUSAN Perangkat Daerah % 92,5 95 5.189,33 96 5.931,45 97 5.966,12 98 6.002,39 99 6.040,35 99 6.040,35 dan Pelayanan Terpadu
PEMERINTAHAN Satu Pintu
DAERAH

VII - 66
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Pemuda dan Olah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 4.844,89 94 4.844,70 94,5 4.873,01 95 4.902,64 95 4.933,64 95 4.933,64
raga
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Kebudayaan dan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 7.501,31 94 3.575,01 94,5 3.595,90 95 3.617,76 95 3.640,64 95 3.640,64
Pariwisata
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Perpustakaan dan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 4.114,49 94 4.212,36 94,5 4.236,98 95 4.262,74 95 4.289,70 95 4.289,70
Kearsipan
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 100 100 4.880,71 100 4.771,50 100 4.799,38 100 4.828,56 100 4.859,10 100 4.859,10 Dinas Perikanan
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Dinas Pertanian dan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 90 90 21.681,09 90 19.142,45 90,0 19.254,32 90 19.371,38 90 19.493,90 90 19.493,90
Pangan
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 90 100 11.942,78 100 10.488,15 100,0 10.549,44 100 10.613,58 100 10.680,71 100 10.680,71 Dinas Lingkungan Hidup
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 67
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Badan Perencanaan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 7.280,63 94 7.064,54 94,5 7.105,83 95 7.149,03 95 7.194,25 95 7.194,25
Pembangunan Daerah
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah Badan Pengelolaan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 8.886,04 94 7.718,88 7.763,99 7.811,19 7.860,60 7.860,60 Keuangan dan Aset
DAERAH Daerah
KABUPATEN/KOT
A 94,16 94,56 94,96 94,96
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Badan Pendapatan
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 12.488,76 13.206,69 94,5 13.283,88 95 13.364,64 13.449,17 13.449,17
Daerah
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A 93,36 93,76 95 95
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Badan Kepegawaian,
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 85.109,26 94 45.492,23 94,5 45.758,09 95 46.036,30 95 46.327,46 95 46.327,46
Pendidikan dan Pelatihan
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 45.370,18 94 38.643,90 94,5 38.869,74 95 39.106,07 95 39.353,40 95 39.353,40 Sekretariat DPRD
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 8.767,57 94 7.991,00 94,5 8.037,71 95 8.086,57 95 8.137,72 95 8.137,72 Inspektorat
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 68
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
Badan Kesatuan Bangsa
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 3.710,91 94 3.500,10 94,5 3.520,56 95 3.541,96 95 3.564,36 95 3.564,36
dan Politik
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 20.408,22 94 14.645,59 94,5 14.731,18 95 14.820,75 95 14.914,48 95 14.914,48 Kecamatan Banyuwangi
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 5.863,76 94 4.094,77 94,5 4.118,70 95 4.143,74 95 4.169,95 95 4.169,95 Kecamatan Giri
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 3.961,70 94 3.983,96 94,5 4.007,24 95 4.031,60 95 4.057,10 95 4.057,10 Kecamatan Glagah
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 5.987,30 94 4.793,39 94,5 4.821,40 95 4.850,72 95 4.881,40 95 4.881,40 Kecamatan Kalipuro
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.477,08 94 2.633,47 94,5 2.648,86 95 2.664,97 95 2.681,82 95 2.681,82 Kecamatan Licin
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 69
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.386,48 94 2.436,85 94,5 2.451,10 95 2.466,00 95 2.481,60 95 2.481,60 Kecamatan Wongsorejo
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.531,24 94 2.169,12 94,5 2.181,80 95 2.195,06 95 2.208,95 95 2.208,95 Kecamatan Kabat
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.836,91 94 2.513,56 94,5 2.528,25 95 2.543,62 95 2.559,70 95 2.559,70 Kecamatan Rogojampi
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.528,29 94 2.455,60 94,5 2.469,96 95 2.484,97 95 2.500,69 95 2.500,69 Kecamatan Songgon
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.199,68 94 2.082,73 94,5 2.094,91 95 2.107,64 95 2.120,97 95 2.120,97 Kecamatan Singojuruh
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.449,23 l 2.176,00 94,5 2.188,72 95 2.202,02 95 2.215,95 95 2.215,95 Kecamatan Srono
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 70
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.451,12 94 2.484,53 94,5 2.499,05 95 2.514,24 95 2.530,14 95 2.530,14 Kecamatan Muncar
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.659,66 94 2.698,95 94,5 2.714,73 95 2.731,23 95 2.748,51 95 2.748,51 Kecamatan Cluring
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.045,34 94 2.302,25 94,5 2.315,70 95 2.329,78 95 2.344,52 95 2.344,52 Kecamatan Purwoharjo
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.196,21 94 2.222,14 94,5 2.235,12 95 2.248,71 95 2.262,93 95 2.262,93 Kecamatan Tegaldlimo
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.003,61 94 2.120,40 94,5 2.132,79 95 2.145,76 95 2.159,33 95 2.159,33 Kecamatan Gambiran
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 1.897,30 94 1.878,79 94,5 1.889,77 95 1.901,26 95 1.913,29 95 1.913,29 Kecamatan Bangorejo
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 71
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 1.857,30 94 1.727,50 94,5 1.737,60 95 1.748,16 95 1.759,22 95 1.759,22 Kecamatan Siliragung
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.194,06 94 2.227,54 94,5 2.240,56 95 2.254,18 95 2.268,44 95 2.268,44 Kecamatan Pesanggaran
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.365,48 94 2.467,37 94,5 2.481,79 95 2.496,88 95 2.512,67 95 2.512,67 Kecamatan Genteng
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 1.990,70 94 2.030,99 94,5 2.042,86 95 2.055,28 95 2.068,28 95 2.068,28 Kecamatan Tegalsari
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.070,94 94 2.597,75 94,5 2.612,93 95 2.628,82 95 2.645,44 95 2.645,44 Kecamatan Sempu
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 1.755,30 94 1.666,60 94,5 1.676,34 95 1.686,53 95 1.697,20 95 1.697,20 Kecamatan Glenmore
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A

VII - 72
Kondisi Target Kinerja dan Anggaran Kondisi Kinerja
Bidang Urusan
Kinerja Akhir RPJMD
Pemerintahan dan Indikator Kinerja 2022 2023 2024 2025 2026 Perangkat Daerah
Kode Satuan Awal (2026)
Program Prioritas Program (outcome) Penanggungjawab
RPJMD Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pembangunan Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja
(2020) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.141,28 94 2.028,36 94,5 2.040,22 95 2.052,62 95 2.065,60 95 2.065,60 Kecamatan Kalibaru
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
PROGRAM Persentase pemenuhan
PENUNJANG kebutuhan penunjang
URUSAN Perangkat Daerah
X XX 01 PEMERINTAHAN % 92,5 93,5 2.367,25 94 2.473,17 94,5 2.487,62 95 2.502,75 95 2.518,58 95 2.518,58 Kecamatan Blimbingsari
DAERAH
KABUPATEN/KOT
A
TOTAL 438.029,92 411.800,76 414.148,95 416.606,16 419.177,78 419.177,78

VII - 73
VII - 74
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Sebagai sebuah daerah otonom, Kabupaten Banyuwangi diwajibkan
menetapkan target-target capaian dari indikator-indikator yang disepakati bersama
antara pemerintah Kabupaten dengan para pemangku kepentingan di Kabupaten
Banyuwangi. Target pencapaian ini adalah sebuah kunci kinerja yang pada akhirnya
menjadi ukuran efektivitas dan efisiensi sebuah tata kelola pemerintahan secara
umum yang sasaran utamanya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui
ketersediaan pelayanan publik.
Ukuran keberhasilan RPJMD dalam pencapaian Visi dan Misi Kepala Daerah
periode 2021-2026 tercermin dari capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
ditetapkan. Pertumbuhan ekonomi inklusif dan pemerataan infrastruktur yang
mampu mengungkit produktifitas sektor unggulan dan menguatkan ketahanan
lingkungan diharapkan dapat menekan angka kemiskinan. Pembangunan SDM
unggul berkharakter dan harmonisasi sosial yang kondusif diupayakan dapat
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Selain itu pelayanan publik dan
tatakelola pemerintahan yang inovatif dan dinamis terus diupayakan untuk
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan,
serta peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dalam proses pembangunan di
Banyuwangi periode 2021-2026.
Dalam rangka mengukur keberhasilan program pembangunan yang telah
ditetapkan maka ditetapkan IKU dan target capaian periode 2021-2026
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 8. 1: Penetapan Indikator Kinerja Utama


Kabupaten Banyuwangi
Kondisi Kondisi
Kinerja Target Kinerja
No Indikator Makro
Awal Akhir
RPJMD 2022 2023 2024 2025 2026 RPJMD

1 Pertumbuhan Ekonomi*(%) -3.58 4,27 4,54 4,81 5,07 5,34 5,34


Persentase Penduduk
2 8.06 7,58 7,49 7,32 7,26 7,01 7,01
Miskin*(%)
Indeks Pembangunan
3 70.62 71.02 71.27 71.75 72.17 72.59 72.59
Manusia*
Indeks Kepuasan**
4 87.03 90,1 90,62 91,33 91,7 92,01 92,01
Masyarakat
5 Gini Ratio*** 0,32 0,32 0,31 0,31 0,30 0,30 0,30
Tingkat Pengangguran
6 5.34 5,00 4,84 4,68 4,53 4,38 4,38
Terbuka***(%)
Keterangan:
* = IKU dan Indikator Makro
** = IKU
*** = Indikator Makro

VIII - 1
Penetapan Indikator Kinerja Daerah (IKD) bertujuan untuk memberi
gambaran tentang ukuran keberhasilan pembangunan daerah, khususnya dalam
pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, dan program pembangunan daerah. Hal ini
ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan
daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Indikator Kinerja Daerah secara teknis dirumuskan dengan mengambil
indikator dari program prioritas yang telah ditetapkan (outcomes) atau kompositnya
(impact). Suatu indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil
analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome)
terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan.
Indikator kinerja daerah dibagi menjadi 3 (tiga) aspek yaitu aspek
kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, serta aspek daya saing daerah.
Aspek kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator makro yang merupakan
indikator gabungan (komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi sosial.
Aspek Pelayanan Umum merupakan segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan atau urusan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat seperti infrastruktur dasar baik secara fisik
maupun sosial. Aspek Daya Saing Daerah merupakan indikator yang mengukur
kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
Dalam rangka mengukur keberhasilan program pembangunan yang telah
ditetapkan maka ditetapkan IKD dan target capaian periode 2022-2026
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 8.2: Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Banyuwangi
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kondisi
Kinerja
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ Kinerja
pada
NO. INDIKATOR KINERJA pada awal
2022 2023 2024 2025 2026 akhir
PEMBANGUNAN DAERAH periode
periode
RPJMD
RPJMD
1 2 3 4 5 6 7 8 9
ASPEK KESEJAHTERAAN
1
MASYARAKAT
Pertumbuhan PDRB Sektor
1.1 -3.5 2,99 3,26 3,57 3,88 4,19 4,19
Unggulan (%)
1.2 Tingkat inflasi (%) 1,74 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Pendapatan Perkapita (Rp.
1.3 50,13 54,73 57,56 60,66 64,69 67,92 67,92
Juta)
1.4 Pendidikan
1.4.1 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,16 7,19 7,22 7,25 7,28 7,31 7,31
1.4.2 Harapan Lama Sekolah (tahun) 12,8 12,9 13 13,1 13,2 13,3 13,3
1.5 Kesehatan
1.5.1 Umur Harapan Hidup (tahun) 70,65 70,74 70,84 70,93 71,02 71,12 71,12
Angka Kematian Bayi (AKB) per
1.5.2 5.10 5.07 5.06 5.05 5.04 5.03 5.03
1000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu (AKI) (per
1.5.3 79,7 96 94 93 92 91 91
100.000 kelahiran hidup)
2. ASPEK PELAYANAN UMUM
Pelayanan Urusan Wajib
2.1. Terkait Pelayanan Dasar
2.1.1. Pendidikan
Tingkat partisipasi warga
2.1.1.1 negara usia 5-6 tahun dalam 86,33% 84.76% 94.76% 100% 100% 100% 100%
pendidikan usia dini

VIII - 2
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kondisi
Kinerja
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ Kinerja
pada
NO. INDIKATOR KINERJA pada awal
2022 2023 2024 2025 2026 akhir
PEMBANGUNAN DAERAH periode
periode
RPJMD
RPJMD
Tingkat partisipasi warga
2.1.1.2 negara usia 7-15 tahun dalam 95,64% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Pendidikan
Tingkat partisipasi warga
2.1.1.3 negara usia 7-18 tahun dalam 73.39% 73.39% 88.39% 100% 100% 100% 100%
Pendidikan kesetaraan
2.1.2. Kesehatan
Prevalensi stunting (pendek dan
2.1.2.1 24,26%* 22.1% 21.1% 20.1% 19.1% 18.1% 18.1%
sangat pendek) pada balita
Pekerjaan umum dan
2.1.3.
penataan ruang;
Indeks Kepuasan Layanan
2.1.3.1 n/a 79.58 81.16 82.74 84.32 85.9 85.9
Infrastruktur (IKLI)
Persentase ketersediaan air
2.1.3.2 88 89 90 91 92 93 93
irigasi
Persentase ketersediaan air
2.1.3.3 86 88 89 90 91 92 92
bersih
Perumahan rakyat dan
2.1.4.
kawasan permukiman
Indeks Kepuasan Layanan
2.1.4.1 Infrastruktur Perumahan dan n/a 79,58 81,16 82,74 84,32 85,9 85,9
Permukiman
Ketenteraman. ketertiban
2.1.5 umum. dan pelindungan
masyarakat
Indeks Kepatuhan pada
2.1.5.1 n/a 82 83 84 85 86 86
Peraturan Negara
2.1.5.2 Indeks Resiko Bencana 137,16 130,59 127,38 124,22 121,11 118,05 118,05
Indeks ketahanan &
2.1.5.3 n/a 92 92 94 96 97 97
keselamatan kebakaran
Persentase cakupan pelayanan
bencana kebakaran (wilayah
2.1.5.4 n/a 61 62 63 64 65 65
manajemen kebakaran (WMK) /
jumlah luas kabupaten x 100%)
2.1.6. Sosial
2.1.6.1 Indeks Kesalehan Sosial (IKS) n/a 63 64.5 66 67.5 69 69
2.1.6.2 Indeks Kepedulian Sosial 33,2 33,3 33,4 33,5 33,6 33,7 33,7
Persentase Pelayanan bagi
2.1.6.3 Pemerlu Pelayanan 36,7 36,7 37 38 39 40 40
Kesejahteraan Sosial (PPKS)
Tidak Terkait Pelayanan
2.2.
Dasar
2.2.1 Tenaga Kerja
2.2.1.1 Tingkat Kesempatan Kerja 94,66 95 95,16 95,32 95,47 95,62 95,62
Persentase perlindungan tenaga
2.2.1.2 kerja penerima upah pada 49,76 52,14 53,33 54,52 55,71 56,9 56,9
perusahaan
Pemberdayaan perempuan
2.2.2
dan pelindungan anak
Indeks Pemberdayaan Gender
2.2.2.1 74,41 75,66 76,80 77,95 79,13 80,32 80,32
(IDG)
Persentase Penyelesaian kasus
2.2.2.2 n/a 77 80 83 85 87 87
terhadap anak
2.2.3 Pangan
Angka konsumsi beras
2.2.3.1 n/a 93,53 92,59 91,66 90,75 89,84 89,84
kabupaten Banyuwangi
Persentase Ketersediaan Bahan
2.2.3.2 100 100 100 100 100 100 100
Pangan Pokok Unggulan
2.2.4 Pertanahan
Persentase fasilitasi sengketa
2.2.4.1 100 100 100 100 100 100 100
dan konflik pertanahan
2.2.5 Lingkungan hidup;
Indeks Kualitas Lingkungan
2.2.5.1 68.66 71,14 71,19 71,23 71,28 71,32 71,32
Hidup (IKLH)
Rasio sampah daerah yang
2.2.5.2 61 61,06 61,12 61,18 61,24 61,31 61,31
tertangani
Administrasi kependudukan
2.2.6
dan pencatatan sipil

VIII - 3
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kondisi
Kinerja
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ Kinerja
pada
NO. INDIKATOR KINERJA pada awal
2022 2023 2024 2025 2026 akhir
PEMBANGUNAN DAERAH periode
periode
RPJMD
RPJMD
Rata-rata Persentase
kepemilikan dokumen
2.2.6.1 86,09 87 89 91 92 94 94
kependudukan dan pencatatan
sipil
Persentase pengolahan data
kependudukan yang sesuai
2.2.6.2 91,54 93 94 95 96 97 97
dengan data konsolidasi
kemendagri
Pemberdayaan masyarakat
2.2.7
dan Desa
2.2.7.1 Indeks Desa Membangun 0,8176 0,8195 0,8205 0,8238 0,8325 0,8342 0,8342
Indeks Kepuasan Masyarakat
2.2.7.2 84,9 84,9 85 85,5 86 86,5 86,5
Desa
Pengendalian penduduk dan
2.2.8
keluarga berencana
2.2.8.1. Angka kelahiran total 2,07 2.07 2.07 2.07 2.07 2.07 2.07
2.2.9 Perhubungan
Indeks Kepuasan Layanan
2.2.9.1 79,32 80,25 81,49 81,92 82,91 83,06 83,06
Perhubungan
2.2.9.2 Rasio konektivitas kabupaten 76 76,54 77,23 77,92 78,83 79,46 79,46
2.2.10 Komunikasi dan informatika
Indeks Sistem Pemerintahan
2.2.10.1 3,22 3,3 3,34 3,36 3,39 3,41 3,41
Berbasis Elektronik
Koperasi. usaha kecil. dan
2.2.11
menengah;
2.2.11.1 Persentase koperasi berkualitas 53,47 53,75 53,8 53,86 53,91 53,96 53,96
Persentase UKM terhadap
2.2.11.2 7,68 8,37 8,73 9,09 9,45 9,8 9,8
UMKM
2.2.12 Penanaman modal
2.2.12.1 Laju Pertumbuhan Investasi 7,42 7,52 7,54 7,56 7,58 7,6 7,6
Realisasi Investasi PMA dan
2.2.12.2 4,23 4,89 5,26 5,66 6,08 6,55 6,55
PMDN
2.2.13 Kepemudaan dan olah raga
Tingkat Partisipasi Pemuda
2.2.13.1 dalam Kegiatan Ekonomi n/a 0,016 0,016 0,016 0,017 0,017 0,017
Mandiri
2.2.13.2 Persentase atlit berprestasi 0 10 10 20 20 30 30
2.2.14 Statistik
Persentase OPD yang
menggunakan data statistik
2.2.14.1 100% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
dalam melakukan evaluasi
pembangunan daerah
2.2.15 Persandian
Tingkat keamanan informasi
2.2.15.1 100% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
pemerintah
2.2.16 Kebudayaan
Indeks Pembangunan
2.2.16.1 n/a 56.6 57.8 60 61.15 61.18 61.18
Kebudayaan
2.2.17 Perpustakaan
Indeks Pembangunan Literasi
2.2.17.1 5,6 7,6 8,6 9,6 10,6 11 11
Masyarakat
2.2.17.2 Persentase minat baca 56 58 59 60 61 62 62
2.2.18 Kearsipan
2.2.18.1 Tingkat ketersediaan arsip (%) 59,52 60 61 62 63 64 64
Pelayanan Urusan Pilihan
2.3.1 Pertanian
Pertumbuhan PDRB Kategori A
2.3.1.1 (Pertanian, Kehutanan dan -2,96 0,13 0,14 0,17 0,18 0,22 0,22
Perikanan)
Rata-rata persentase
2.3.1.2 peningkatan produksi pertanian 2,52 3 3 3 3 3 19,4
unggulan
2.3.2 Kelautan dan perikanan
Persentase peningkatan
2.3.2.1 -39 3,58 3,58 3,58 3,59 3,59 23,46
produksi perikanan
2.3.2.2 Konsumsi ikan (kg/ kap/ th) 33,1 33,2 33,25 33,3 33,35 33,4 33,4
2.3.3 Pariwisata
2.3.3.1 Indeks Daya Saing Pariwisata n/a 3 3 3 3 3 3

VIII - 4
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kondisi
Kinerja
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ Kinerja
pada
NO. INDIKATOR KINERJA pada awal
2022 2023 2024 2025 2026 akhir
PEMBANGUNAN DAERAH periode
periode
RPJMD
RPJMD
2.3.4 Perdagangan
Pertumbuhan PDRB Kategori G
(Perdagangan Besar dan
2.3.4.1 -6,63 6,17 6,4 6,75 7,00 7,24 7,24
Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor)
Indeks harga konsumen
2.3.4.2 101,63 106,32 109,29 112,26 115,23 118,2 118,2
makanan dan minuman
Persentase sarana distribusi
2.3.4.3 perdagangan yang mengalami 11,22 59.09 68.18 77.27 86.36 95.45 95.45
peningkatan standar SNI
2.3.5 Perindustrian
Pertumbuhan PDRB Kategori C
2.3.5.1 -0,38 5,1 5,64 6,1 6,67 7,1 7,1
(Industri Pengolahan)
Persentase peningkatan nilai
2.3.5.2 -11,53 2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,4
penjualan (omset) IKM
3 ASPEK DAYA SAING DAERAH
3.1 Indeks Pengeluaran 0.76 0.77 0.77 0.78 0.78 0.79 0.79
3.2 Nilai SAKIP 83,1 84,1 84,6 85,1 85,6 86,1 86,1
Nilai komponen perencanaan
3.3 kinerja pada SAKIP (Review SAKIP 28,5 28,5 28,62 28,74 28,8 28,86 28,86
Inspektorat)
3.4 Indeks Reformasi Birokrasi 77 79 80 81 82 83 83
Persentase pengawasan yang
efektif, efisien dan akuntabel
sebagai upaya pencegahan
3.5 100 83 85 90 95 100 100
terjadinya penyimpangan dalam
penyelenggaraan Pemerintah
Daerah
3.6 Opini BPK terhadap LKPD WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat
3.7 Penetapan APBD tepat waktu
waktu waktu waktu waktu waktu waktu waktu
3.8 Indeks Profesionalitas ASN 75.91 78.71 80.01 81.31 82.61 83.89 83.89
Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
3.9 Indeks Inovasi Daerah (kategori) inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif inovatif
Persentase keluhan/
3.10 pengaduan masyarakat yang 83,5 87 88 89 90 91 91
ditindaklanjuti
3.11 Indeks relasi antar manuasia n/a 63 64.5 66 67.5 69 69
3.12 Indeks etika dan budi pekerti n/a 63 64.5 66 67.5 69 69
Tingkat konflik SARA dan
3.13 0 0 0 0 0 0 0
IPOLEKSOSBUDHANKAM

VIII - 5
VIII - 6
BAB IX
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 merupakan dokumen yang
menjadi pedoman bagi pembangunan Kabupaten Banyuwangi lima tahun
ke depan. Dokumen RPJMD ini akan menjadi dokumen yang
menerjemahkan cita-cita Kepala Daerah Terpilih yang dielaborasi dalam
visi dan misi. Keterpaduan langkah dalam mencapai tujuan, upaya-upaya
yang akan dilakukan serta penentuan keterlibatan berbagai pihak serta
pemangku kepentingan dijabarkan dalam dokumen RPJMD ini.

9.1 Pedoman Transisi


Dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
menjadi panduan dalam merencanakan dan mewujudkan pembangunan
yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
untuk tahun 2019 hingga tahun 2024. Setelah berakhirnya RPJMD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026, perlu disusun RPJMD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2026-2031 sebagai pedoman bagi
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan lima tahun
berikutnya. Pada masa transisi tersebut, diperlukan sebuah pedoman
bagi penyusunan perencanaan pembangunan tahun 2026. Pedoman
penyusunan perencanaan pembangunan tahun 2026 akan mendasarkan
pada RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2026-2046, amanat Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2024-2029
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2026. Selain itu, transisi
RPJMD pada tahun 2026 tentunya akan memberikan dampak terhadap
tahun awal dokumen perencanaan RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun
2026-2031. Pada RPJMD tahun 2026, khususnya target capaian pada
tahun 2026 masih menggunakan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021-2026.

9.2 Kaidah Pelaksanaan


RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 ini merupakan
panduan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi serta pemangku
kepentingan lainnya dalam melakukan pembangunan 5 (lima) tahun ke
depan. Oleh karena itu konsistensi, kerjasama, transparansi dan inovasi
serta rasa tanggung jawab yang tinggi sangat diperlukan guna
pencapaian target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2026 dengan kaidah-kaidah pelaksanaan
sebagai berikut:

IX-1
a. Bupati Banyuwangi berkewajiban menyebarluaskan Peraturan
Daerah tentang RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
kepada masyarakat;
b. Penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022 sampai
dengan Tahun 2026 berpedoman pada RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2026;
c. Seluruh Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi dan seluruh pemangku kepentingan agar mendukung
pencapaian target-target sebagaimana yang telah ditetapkan di
dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026;
d. Seluruh Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi dan seluruh pemangku kepentingan agar
melaksanakan program-program yang tercantum di dalam RPJMD
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 dengan sebaik-baiknya;
e. Seluruh Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi agar segera menyusun Rencana Strategis (Renstra)
SKPD dengan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021-2026 paska penetapan Peraturan Daerah tentang
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026 ini;
f. Penyusunan RPJMD ini telah dilakukan melalui konsultasi publik,
dengan harapan program-program yang tertuang dalam RPJMD
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penjaringan aspirasi
melalui konsultasi publik tersebut dapat meningkatkan peran serta
para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan
daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka
meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2026, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) selaku institusi yang memiliki tugas pokok dan
fungsi dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah,
bertugas untuk melakukan fasilitasi, monitoring dan evaluasi
terhadap PERANGKAT DAERAH di lingkup Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi.
g. Bappeda melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026;
h. DPRD berkewajiban membahas KUA-PPAS yang diajukan oleh
Bupati dalam rangka penyusunan RAPBD dan pembahasan
rancangan Peraturan Daerah tentang RAPBD untuk menjamin agar
sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021-2026. Hal tersebut sesuai dengan
ketentuan Pasal 3 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang menyatakan bahwa “DPRD mempunyai tugas dan
wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah dan APBD”.

IX-2
IX-4
IX-2

Anda mungkin juga menyukai