Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. Hanifa Rizkilla Sari (P1337433115069)
2. Nahareca Pramunindya W (P1337433115070)
3. Aldian Kemal R (P1337433115071)
4. Mahardian Puspa D. (P1337433115073)
SEMESTER :4
MATA KULIAH : Pengendalian Vektor dan Tikus

WAKTU DAN LOKASI : Kamis, 06 April 2017 di Laboratorium Biologi Kampus 7


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

A. MATERI PRAKTIKUM
Pengendalian Larva Aedes Sp Dengan Larvaciding
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui kefektifan larvasida abate dalam mematikan jentik mengguakan metode
larvaciding.
C. DASAR TEORI

Pengendalian larva nyamuk bias dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu
larvaciding. Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan pada rawa-rawa yang
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus
demam kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus
Zika. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh
dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary
vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan
kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu
mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Aedes aegyptiadalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae, famili
Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk ini berpotensi untuk menularkan penyakit
demam berdarah dengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam
mendadak, perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat
menimbulkan syok dan kematian. Penyakit DBD ini terutama menyerang anak-anak
termasuk bayi, meskipun sekarang proporsi penderita dewasa meningkat.
Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus Dengue yang termasuk dalam genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat empat serotipe dari virus Dengue, yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan DBD. Virus ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk betina terinfeksi melalui
pengisapan darah dari orang yang sakit. Tempat perindukan Aedes aegypti dapat dibedakan
atas tempat perindukan sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara
terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air (TPA) yang dapat menampung
genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah
tangga dan tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon. Cara yang saat ini
dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan mengendalikan
populasi dan penyebaran vektor, yaitu dengan 3M: menguras bak mandi, menutup TPA,
dan mengubur barang bekas.

Ciri-ciri jentik Aedes Aegypti

1. Bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir

2. Bentuk comb seperti sisir

3. Pada bagian thoraks terdapat stroot spine

Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti

1. Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.

2. Tidak membentuk sudut 90º

3. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore


4. Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa

menampung air hujan

5. Penularan penyakit dengan cara membagi diri.

6. Menyebabkan penyakit DBD.

Telur Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air
atau menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti
memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat
untuk menghisap oksigen.
Larva Aedes aegepty membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap
oksigen.Probosis Aedes lebih panjang daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium
terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan
makanan dan terjadi pembentukan sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan
waktu 2-5 hari untuk menjadi nyamuk.

D. Alat dan bahan


1. Alat
- Pipet tetes
- Box pengamatan
- Backer glass
- Sendok
- Timbangan analitik
2. Bahan
- Abate 0,1 gr
- Larva aedes instar 2-3
- Air
E. Cara Kerja
1. Timbang 0,1 gram Abate masukan ke dalam 1 liter air bersih
2. Masukan larva Aedes instar 2-3 sebanyak 25 ekor
3. Amati kematian larva Aedes dalam waktu 24 jam
4. Catat kematian larva Aedes
F. Hasil
Jumlah larva yang mati × 100 %
Jumlah larva yang diuji

25/25 × 100 % = 100 %

G. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di Laboratorium Biologi Kampus 7 Poltekkes


Kemenkes Semarang pada Kamis, 06 April 2017 didapatkan hasil efektivitas larvasida
jenis temephose ( abate ) dalam membunuh larva nyamuk sebesar 100 % karena dapat
membunuh semua larva yang digunakan dalam uji ini untuk penggunaan larvsida yang
berarti larvasida tersebut yang berupa abate efektif untuk membunuh jentik instar 2-3
dalan waktu 1x24 jam.. Hasil sebesar 100 % membuktikan bahwa abate efektif dalam
membunuh larva karena > 95 %.

Anda mungkin juga menyukai