Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR KOMPOSIT

GEDUNG VOLENDAM HOLLAND PARK CONDOTEL


DI KOTA BATU
(Alternative Design of Composite Structure on Volendam Holland
Park Condotel in Batu City)
Alfian Wildan Mulifandi, M. Taufik Hidayat, Desy Setyowulan
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
Email : alfianwildanm@gmail.com

ABSTRAK

Bangunan tinggi yang ada di Indonesia pada umumnya menggunakan struktur beton bertulang. Hal
tersebut dikarenakan struktur beton bertulang lebih mudah dikerjakan dan tidak memerlukan tenaga ahli khusus.
Namun konstruksi menggunakan struktur beton bertulang memiliki beban mati yang relatif besar, sehingga
bangunan menjadi kurang efektif karena harus memikul beban yang lebih besar. Dengan berat sendiri yang besar
maka beban gempa yang harus ditahan bangunan tersebut semakin besar pula. Oleh karena itu, perlu adanya
perencanaan lain pada Gedung Holland Park Condotel Kota Batu. Perencanaan struktur yang akan digunakan
adalah struktur komposit.
Perencanaan pada Gedung Holland Park Condotel Kota Batu menggunakan.bahan.komposit pada bagian
baloknya. Balok dan kolom yang diguanakan adalah berupa baja dengan profil WF. Konsep perencanaan
menggunakan metode LRFD. dimensi balok.dan kolom.menggunakan profil.baja WF berdasarkan Tabel Profil
Konstruksi Baja. Agar terjadi aksi.komposit antara baja dengan beton, maka di gunakan penghubung geser.
Sambungan balok-kolom digunakan las, sedangkan sambungan antar balok dan sambungan antar kolom
digunakan baut. Keuntungan dari pemakaian struktur komposit ini.adalah mengurangi tinggi profil baja, struktur
menjadi lebih kaku serta.panjang.bentang layan.untuk balok.semakin besar.

Kata Kunci : komposit, gaya gempa, LRFD

ABSTRACT

Tall buildings are there in Indonesia generally using reinforced concrete structure. That is because
the reinforced concrete structure more easily worked on and does not require special expertise. However,
construction using reinforced concrete structure has a relatively large dead load, so the building becomes less
effective because it must bear a larger load. With its own great weight then the earthquake load that must be
retained the building is getting bigger too. Therefore, it is necessary to have another planning at Holland Park
Condotel Building in Batu City. The planning structure that will be used is a composite structure.
Planning at Holland Park Condotel building Batu City uses a composite material on the part of the beam.
Beams and columns that are used is a steel with WF profile. The concept of planning uses the LRFD method.
Dimensional beams and columns using WF steel profiles based on Steel Construction Profile Table. In the
composite action between steel with concrete, then used a shear connector. The beam-column connection is used
by welding, while the connection between the beam and the connection between the columns is used bolts. The
advantages of using this composite structure is to reduce the height of steel profile, the structure becomes more
rigid and the length of the span of the service for the larger beam.

Keywords : Composite, earthquake force, LRFD

PENDAHULUAN bertulang. Namun konstruksi menggunakan struktur


beton bertulang memiliki beban mati yang relatif besar,
Laju..pertumbuhan.. penduduk.. yang.. sangat sehingga bangunan menjadi kurang efektif karena
pesat di Indonesia..menjadikan. salah satu faktor yang harus memikul beban yang lebih besar. Dengan berat
menyebabkan kebutuhan akan ruang dan lahan sendiri yang besar maka beban gempa yang harus
semakin meningkat. Untuk mendirikan bangunan yang ditahan bangunan tersebut semakin besar pula. Oleh
luas masih mungkin, namun jumlah lahan semakin karena itu, perlu adanya perencanaan lain pada Gedung
terbatas. Solusi yang tepat adalah dengan membangun Holland Park Condotel Kota Batu. Perencanaan
bangunan tinggi. Bangunan tinggi yang ada di struktur yang akan digunakan adalah struktur
Indonesia pada umumnya menggunakan struktur beton komposit.
- Diambil. beban. hidup. dari. komponen beban
METODE PENELITIAN hidup yang ada dalam. gedung. ini yaitu. 100
kg/m2
Gedung Volendam Holland Park Condotel b. Beban.pelat.setelah.komposit
Kota Batu merupakan gedung hotel yang terdiri dari - Berat.sendiri.balok
delapan lantai dengan struktur beton bertulang. Mutu - Beban mati pelat lantai
beton yang digunakan pada gedung tersebut adalah f’c berat.sendiri = 0.12 . 2400 = 288 kg/m2
= 30 Mpa. berat.spesi = 3 . 21 = 63 kg/m2
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu berat.keramik = 1 . 24 = 24 kg/m2
dengan mengumpulkan gambar dari tim teknis proyek plafond = 11 = 11 kg/m2
Gambar rencana berguna sebagai acuan untuk beart.instalasi = 25 kg/m2
merencanakan gedung. total.berat = 123 kg/m2
Dalam perencanaan ini digunakan analisis - Beban dinding = 250 . 4,5 = 1125 kg/m
spectrum respons desain untuk menghitung gaya pada - Beban.hidup pelat lantai. (beban guna)
struktur akibat gaya gempa. Adapun cara Diambil beban hidup.dari komponen beban
menganalisisnya yaitu dengan menggunakan aplikasi hidup yang ada dalam gedung ini yaitu 250
analisis struktur SAP2000 v18. Penggunaan aplikasi kg/m2
analisis struktur SAP2000 v18 bertujuan untuk
mendapatkan besarnya gaya-gaya dalam yang bekerja Analisis Beban Gempa
pada struktur (momen, gaya aksial, dan gaya geser).
Detail penampang yang akan digunakan pada Pada..perhitungan beban gempa pada gedung
balok adalah berupa baja dengan profil WF yang Gedung Volendam Holland Park Condotel Kota Batu,
dikompositkan dengan pelat beton. Sedangkan detail perhitungan..spektrum..repons...desain..Menggunakan
penampang yang akan digunakan padan kolom profil program..yang..telah..disediakan PU:
WF. Langkah-langkah perencanaan meliputi: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indon
1. Analisis..Pembebanan esia_2011/.
2. Analisis..Statika Untuk mendapatkan data respons spektrum
3. Desain..Penampang memasukan data koordinat lokasi ataupun nama kota
4. Gambar..detail yang ditinjau, seperti berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Dime nsi Struktur

Sistem..lantai yang digunakan adalah sistem


diafragma. ..Tebal. ...pelat....yang....digunakan....pada
perencanaan gedung ini adalah 12 cm sesuai dengan
keadaan existing gedung tersebut.
Pada perencanaan ini dimensi balok didasar
kan pada bentang balok..dan..besar gaya dalam yang
ditahan balok tersebut, Berdasarkan Tabel Profil Gambar 1 Peta lokasi gedung Volendam Holland Park
Konstruksi Baja..Dimensi..balok yang direncanakan Condotel Kota Batu
adalah sebagai berikut:
1. Profil 14‘ WF 14x14-1/2 (B1) Data yang di peroleh berdasarkan program
2. Profil 10‘ WF 10x10 (B2) yang telah disediakan PU adalah data berupa respons
Pada perencanaan..ini dimensi..kolom harus spectrum design yang ada pada daerah kota Batu.
memiliki inersia yang lebih besar dari balok. Dimensi
kolom..direncanakan adalah sebagai berikut
1. Profil 24‘ WF 24x14 (K1)

Analisis Beban Gravitasi

Ada dua..kondisi pembebanan yang terjadi


pada struktur komposit yaitu kondisi pada saat balok
sebelum..komposit dan balok setelah komposit
sehingga..pembeban..balok sebagai berikut:
a. Beban.balok.sebelum.komposit
- Berat.sendiri.balok
- Beban.mati.pelat.lantai
berat sendiri = 0.12 . 2400 = 288 kg/m2
- Beban.hidup.pelat.lantai Gambar 2 Respons spektrum desain
5
kn = 5 +
Perencanaan Balok 185,41 2
( )
297,38
Setelahdilakukan perhitungan..menggunakan = 17,86
program aplikasi analisis..struktur, maka diperoleh Asumsikan:
gaya-gaya..dalam. Pada..perencanaan balok ini, h kn . Es
≤1,10 √
digunakan momen..dan gaya lintang. Selanjutnya tw fy
dilakukan..contoh..perhitungan pada balok profil 14‘
Maka:
WF 14x14-1/2.
 Cek..kelangsingan..penampang. 297,38 17,86 . 200000
≤ 1,10 √
Tekuk lokal sayap: 11,81 250
170 170 25,18 ≤ 131,49
λp = = = 10,75
√fy √250 Jadi asumsi benar, sehingga:
bf 359 Vn = 0,6...fy . Aw
λ= = = 9,45
2tf 2.19 = 0,6 . fy . ((d − 2t f )t w )
λ < λp (Maka.sayap.kompak) = 0,6 . 250 . ((369 − 38). 11,81)
Tekuk..lokal..sayap: = 586367 N
1680 1680 = 58936,7 kg
λp = = = 106,25 Vu ≤ Φb . Vn
√fy √250
17269,9 ≤ 0,85 . 58936,7
h 297,38
λ= = = 25,18 17269,9 kg ≤ 49841,15 kg OK
tw 11,81
λ < λp (Maka.badan.kompak) Tabel 3. Rekapitulasi.Kuat.Geser.Balok Sebelum
Komposit
Tabel 1. Rekapitulasi.Kelangsingan.Profil.Balok
ΦbVn
Profil Vu (kg) Kontrol
Balok Profil Penampang (kg)
14‘ WF
B1 14‘ WF 14x14-1/2 Kompak 17269,9 49841,1 Ok
14x14-1/2
B2 10‘ WF 10x10 Kompak
10‘ WF 10x10 16025,3 39152,6 Ok
a. Perencanaan.balok.sebelum.komposit  Lendutan
 Kuat lentur Menurut Tabel 6.4-1 SNI 03-1729-2002,
Balok 14‘ WF 14x14-1/2 batas..lendutan..untuk balok pemikul dinding
Mu max = 22975,7 kgm atau finishing.yang.getas adalah L/360, dengan
Mn = Zx . fy L adalah.bentang.balok.
= 2710829 . 250 Panjang bentang (L) = 5,6 m
= 677707213 Nmm = 5600 mm
Mu ≤ Φb . Mn Lendutan maksimum (∆ maks ) = 11,06 mm
L
22975,7 ≤ 0,85 . 677707213 Lendutan ijin (∆ijin) = 360
22975,7 kgm ≤ 57605,11 kgm OK 5600
= 360
Tabel 2. Rekapitulasi.Kuat.Lentur.Balok.Sebelum = 15,56 mm
Komposit. ∆ maks ≤ ∆ ijin
Mu ΦbMn 11,06 mm ≤ 15,56 mm
Profil Kontrol
(kgm) (kgm)
14‘ WF b. Perencanaan.balok.sebelum.komposit
14x14-1/2
22975,7 57605,11 Ok  Kuat.lentur.positif
Kuat lentur positif profil 14‘ WF 14x14-1/2
10‘ WF 10x10 15467,5 31415,44 Ok
Mu maks = 22467,39 kgm
Menentukan lebar efektif
 Kuat.geser be = L/4 = 3650/4 = 912,5 mm
Balok 14‘ WF 14x14-1/2 be = bo = L = 3650 mm
Vu maks = 17269,9 kg Jadi lebar efektifnya = 912,5 mm (diambil
bf − t w
a = + tw yang terkecil)
2 As . fy
359 − 11,81 a =
= + 11,81 0.85. f′c . be
2
= 185,41 mm 18030 . 250
a =
5 0,85 . 30 . 912,5
kn = 5 + a = 193,72 mm > 120 mm
a 2
( )
h
Sumbu netral plastis (PNA) jatuh pada profil
baja, sehingga:  Kuat lentur negatif
be Kuat lentur negatif profil 14‘ WF 14x14-1/2
0,85 fc'

120 mm
Cc Mu maks = 27616 kgm
Cs
d2' 286,7 mm 1.4
ρmin =
d2" 221,95 mm fy
359 mm
T 1.4
y 142,3 mm
ρmin =
fy fy
250
Gambar 3 Distribusi tegangan plastis lentur positif ρmin = 0,0055
Ac min = ρ min . b . d
Cc =.0.85.. .f’c . ts . bE Ac min = ρ min . 1000 . 130
Cc = 0.85 . 35 . 120 . 912,5 Ac min = 719,083
Cc = 2792250 N Maka digunakan tulangan Ø 10-110
T’ = Cc + Cs Menentukan gaya Tarik tulangan
Besarnya T’ sekarang lebih kecil daripada As .fy Tsr = n . Asr . fyr
yaitu Tsr = 12 . 78,5 . 240
T’ =.As .. .fy.- Cs Tsr = 226080 N
Sehingga Cmaks = As . fy
Cc + Cs =As . fy - Cs Cmaks = 18030 . 250
As . fy − Cc
Cs = Cmaks = 4507500 N
2
18030 . 250 − 2792250 Karena C max > Tsr maka sumbu netral plastis
Cs = jatuh pada profil baja
2
Cs = 8572625 N Cmaks − Tsr
Ts =
tinggi.blok.tekan.pada.sayap.baja.dihitung 2
sebagai berikut 4507500 − 226080
Ts =
𝐶𝑠 2
𝑑𝑓 = Ts = 2140710 N
𝑏𝑓 . 𝑓𝑦
8572625
𝑑𝑓 = Jarak sumbu netral plastis dari tepi atas flens
359 . 250 Ts 2140710
df = 9,56 mm < t f = 19 mm =
fy . bf 250 . 359
Letak.titik.berat.dari.profil.baja.diukur.dari
Ȳ = 23,85 mm
serat bawah profil
𝐴𝑠 . (0.5 . 𝑑) − 𝑑𝑓 . 𝑏𝑓 . (𝑑 − 0.5 . 𝑑𝑓)
Ȳ= fyr
Tsr
𝐴𝑠 − 𝑑𝑓 . 𝑏𝑓 120 mm
fy
Ȳ = 142,27 mm Ts 23,8 mm

Momen nominal 359 mm


C
Mn = Cc . d2′ + Cs . d2′′ y
78,1 mm
ts
d2′ = (d − Ȳ ) + fy

2
120 Gambar 4 Distribusi tegangan plastis lentur negatif
d2′ = (369 − 142,27 ) +
2
d2′ = 286,73 mm Menentukan letak garis kerja Ts diukur dari

df bagian bawah profil
d2′ = (d − Ȳ ) −
2 874385,5
9,56 y=
d2′′ = (369 − 142,27 ) + 11209
2
d2′′ = 221,95 mm y = 78,01 mm
Mn = 2792250 . 286,73 + 826692,9 . 221,95 Momen nominal
Mn = 801479676,62 Nmm
Mn1 = Tsr (d – y . ts – 30)
Mn = 80147,97 kgm
Mu ≤ Φb . Mn Mn1 = 226080 (369 – 78,01.120 – 30)
22467,39 ≤ 0,85 . 80147,97 Mn1 = 86134795,85 Nmm
22467,39 kgm ≤ 68125,77 kgm OK Mn1 = 86134,79 kgm
Mn2 = Ts (d – y – (x/2))
Tabel 4. Rekapitulasi Kuat Lentur Positif Balok
Setelah Komposit Mn2 = 226080 (369 – 78,01.( 23,79/2))
Mu(+) ΦbMn(+) Mn2 = 597400639,08 Nmm
Profil Kontrol Mn2 = 597400,63 kgm
(kgm) (kgm)
14‘ WF Mn = Mn1 + Mn2
22467,3 68125,7 Ok
14x14-1/2 Mn = 86134,79 + 597400,63
10‘ WF 10x10 16842,6 31500,7 Ok Mn = 68353,54 kgm
Mu ≤ ϕb . Mn
5,45 m 1,525 m
27616 ≤ 0,85 . 68353,54
27616 kgm ≤ 58100,51 kgm OK
3,42 m K1

Tabel 5. Rekapitulasi Kuat Lentur Negatif Balok


Setelah Komposit
B2 B2
Mu(-) ΦbMn(-)
Profil Kontrol
(kgm) (kgm) 3,42 m K1

14‘ WF
27616 58100,5 Ok
14x14-1/2
10‘ WF 10x10 18055,9 32948,1 Ok Gambar 4.5 Struktur portal yang ditinjau

I
 Lendutan ∑ (L )
kolom
Menurut Tabel 6.4-1 SNI 03-1729-2002, GB = I
batas lendutan untuk balok pemikul dinding ∑ (L )
balok
atau finishing yang getas adalah L/360, dengan 1110526,32
GB =
L adalah bentang balok. 121287,67 + 227025,64
Panjang bentang (L) = 5,6 m GB = 7,55
= 5600 mm
Lendutan maksimum (∆ maks ) = 11,06 mm  Analisis balok - kolom
L
Lendutan ijin (∆ijin) = 360 kc = 0,86 (dari nomogram diagram)
5600 kc . L fy
= 360 λc = √
r x . π Es
= 15,56 mm
∆ maks ≤ ∆ ijin 0,86. 3420 290
14,96 mm ≤ 15,56 mm λc = √
262,78 . π 200000
λc = 0,14
Perencanaan Kolom Karena λc < 0,25 = 0,14, maka:
ω =1
Setelah dilakukan perhitungan mengguna kan fy
fcr =
program aplikasi analisi struktur, maka diperoleh gaya- ω
gaya dalam. Pada perencanaan kolom ini, digunakan fcr = 290 Mpa
momen dan gaya normal (aksial). Selanjutnya Kuat rencana nominal
Nn = As . fcr
dilakukan analisis pada kolom berdasarkan SNI 03-
Nn = 27500 . 290
1729-2002.
Nn = 797500 kg
 Kontrol penampang Nu ≤ ϕ . Nn
Periksa kelangsingan penampang 318408,47 ≤ 0,85 . 797500
Flens 318408,47 kg ≤ 677875 kg OK
b/2 357/2
= = 6,89 𝑁𝑢 3318408
tf 25,91 = = 0,47> 0,2 Maka mengunakan
∅𝑐 .𝑁𝑛 677875
250 250 𝑁 8 𝑀 𝑀𝑢𝑦
λr = = = 14,68 persamaan ∅ 𝑁𝑢 + 9 (∅ 𝑀𝑢𝑥 𝑥 + ∅ ) ≤ 1,0
√fy √290 𝑐 𝑛 𝑏 𝑛 𝑏 𝑀𝑛 𝑦
b/2 Cek kelangsingan penampang profil
< λr (Maka sayap kompak) ℎ
tf
𝜆=
Web 𝑡𝑤
h 526,18 𝜆 = 34,08
= = 34,08 500 𝑁𝑢 665
tw 15,44
𝜆𝑝 = (2,33 − )>
665 665 √𝑓𝑦 ∅𝑐 𝑁𝑦 √𝑓𝑦
λr = = = 39,05
√fy √290 𝜆 𝑝 = 54,61 > 39,05
h 𝜆 < 𝜆𝑝
< λr (Maka badan kompak)
tw
34,08 < 54,61 (Maka penampang kompak)
Faktor panjang efektif Kontrol tekuk lateral :
GA = 1 (jepit) 790
Momen inersia kolom 24‘ WF 24x14 𝐿𝑝 = . 𝑟𝑦
√𝑓𝑦
Ix = 1899000000 mm4
𝐿𝑝 = 3761,49 mm
Momen inersia balok 14‘ WF 14x14-1/2
𝑓𝐿 = 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟
Ix = 175100000 mm4
Faktor panjang efektif k 𝑓𝐿 = 220
𝜋 . 𝐸𝑠 . 𝐴𝑔
𝜋 𝐸𝑠 . 𝐺 . 𝐽. 𝐴 𝑁𝑒𝑙 =
𝑋1 = √ 𝑘 . 𝐿
𝑆𝑥 2 ( 𝑐𝑟 )2
𝑦
𝑋1 = 16781,41 𝑀𝑃𝑎 𝑁𝑒𝑙 = 13112529,1 𝑘𝑔
4 . 𝐶𝑤 𝑆𝑥 𝐶𝑚
𝑋2 = ( ) 𝛿𝑏 =
𝐼𝑦 𝐺 .𝐽 𝑁
1 − 𝑁𝑢
𝑋2 = 5,603 𝑚𝑚 /𝑁 2
4 𝑒𝑙
𝑋1 𝛿𝑏 = 0,56 ≤ 1 (maka diambil 1)
𝐿𝑟 = 𝑟𝑦 √1 √1 + 𝑋2 (𝑓1 )2 Muy = 𝛿𝑏 . Mu maks
𝑓𝐿
𝐿𝑟 = 141280 𝑚𝑚 = 1 . 1656,74 = 1656,74 kgm
𝐿 < 𝐿𝑝 Kontrol kuat tekan lentur :
3420 < 3761,5 𝑚𝑚 (Bentang Pendek) (OK) 𝑁𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ( + ) ≤ 1,0
Sehingga 𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 ∅𝑐 𝑁𝑛 9 ∅𝑏 𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏 𝑀𝑛𝑦
Untuk Mnx 318408,47 8 943,87 1656,74
+ ( + ) ≤ 1,0
𝑀𝑝𝑥 = 𝑍𝑥 . 𝑓𝑦 677875 9 1460303,2 567878,8
𝑀𝑝𝑥 = 5595031,32 .290 0,473 ≤ 1,0
𝑀𝑝𝑥 = 1622559082 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑝𝑥 = 1622559,08 𝑘𝑔𝑚  Akibat portal bergoyang
∅ Mn x = 0,9 x Mp x kc = 1,82 (dari nomogram diagram)
= 0,9 x 1622559,08 kc . L fy
λc = √
= 1460303,17 kgm rx . π E s
Untuk Mny
𝑀𝑝𝑦 = 𝑍𝑦 . 𝑓𝑦 1,82 . 3420 290
λc = √
𝑀𝑝𝑦 = 2175781 .290 262,78 . π 200000
𝑀𝑝𝑦 = 630976498,6 𝑁𝑚𝑚 λc = 0,29
𝑀𝑝𝑦 = 630976,49 𝑘𝑔𝑚 Karena 0,25 < λc = 0,252 < 1,2, maka :
∅ Mny = 0,9 x Mpy 1,4
ω=
= 0,9 x 630976,49 1,6 − (0,67 . λc )
= 567878,84 kgm ω = 1,02
Menentukan perbesaran momen 𝛿𝑏 𝑀𝑢𝑥 : fy
fcr =
Hubungan Balok – Kolom ω
M1 = 605,77 kgm fcr = 285,46 Mpa
M2 = 943,87 kgm Cek kelangsingan penampang profil

𝑘𝑐 . 𝐿 0,86 . 3420 𝜆=
= 𝑡𝑤
𝑟𝑥 262,78
𝑘𝑐 . 𝐿 𝜆 = 34,08
= 11,19 500 𝑁𝑢 665
𝑟𝑥 𝜆𝑝 = (2,33 − )>
𝑀1 √𝑓𝑦 ∅ 𝑁
𝑐 𝑦 √𝑓𝑦
𝐶𝑚 = 0,6 − 0,4 . ( ) 𝜆 𝑝 = 54,61 > 39,05
𝑀2
𝐶𝑚 = 0,34 𝜆 < 𝜆𝑝
𝜋 . 𝐸𝑠 . 𝐴𝑔 34,08 < 54,61 (Maka penampang kompak)
𝑁𝑒𝑙 = 𝑘 . 𝐿
( 𝑐𝑟 )2 Kontrol tekuk lateral :
𝑥 790
𝑁𝑒𝑙 = 13785911,74 𝑘𝑔 𝐿𝑝 = . 𝑟𝑦
𝐶𝑚 √𝑓𝑦
𝛿𝑏 = 𝐿𝑝 = 3761,49 mm
𝑁
1 − 𝑁𝑢 𝑓𝐿 = 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟
𝑒𝑙
𝛿𝑏 = 0,35 ≤ 1 (maka diambil 1) 𝑓𝐿 = 220
Mux = 𝛿𝑏 . Mu maks 𝜋 𝐸𝑠 . 𝐺 . 𝐽. 𝐴
= 1 . 943,87 = 943,87 kgm 𝑋1 = √
𝑆𝑥 2
Menentukan perbesaran momen 𝛿𝑏 𝑀𝑢𝑦 :
𝑋1 = 16781,41 𝑀𝑃𝑎
Hubungan Balok – Kolom 4 . 𝐶𝑤 𝑆𝑥
M1 = 745,17 kgm 𝑋2 = ( )
𝐼𝑦 𝐺 .𝐽
M2 = 1656,74 kgm
𝑋2 = 5,603 𝑚𝑚4 /𝑁 2
𝑘𝑐 . 𝐿 0,86 . 3420
= 𝑋1
𝑟𝑦 81,08 𝐿𝑟 = 𝑟𝑦 √1 √1 + 𝑋2 (𝑓1 )2
𝑘𝑐 . 𝐿 𝑓𝐿
= 36,27 𝐿𝑟 = 141280 𝑚𝑚
𝑟𝑦 𝐿 < 𝐿𝑝
𝑀1
𝐶𝑚 = 0,6 − 0,4 . ( ) 3420 < 3761,5 𝑚𝑚 (Bentang Pendek) (OK)
𝑀2 Sehingga 𝑀𝑛 = 𝑀𝑝
𝐶𝑚 = 0,42
Untuk Mnx
𝑀𝑝𝑥 = 𝑍𝑥 . 𝑓𝑦 = 183249,69 kgm
𝑀𝑝𝑥 = 5595031,32 .290 Muy = 𝛿𝑏 . Mntuy + 𝛿𝑠 . Mltuy
𝑀𝑝𝑥 = 1622559082 𝑁𝑚𝑚 = 1656,74 kgm + 121429,4 kgm
𝑀𝑝𝑥 = 1622559,08 𝑘𝑔𝑚 = 123086,1 kgm
∅ Mn x = 0,9 x Mp x Kontrol kuat tekan lentur :
= 0,9 x 1622559,08 𝑁𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ( + ) ≤ 1,0
= 1460303,17 kgm ∅𝑐 𝑁𝑛 9 ∅𝑏 𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏 𝑀𝑛𝑦
Untuk Mny 318408,47 8 183249,69 123086,1
+ ( + ) ≤ 1,0
𝑀𝑝𝑦 = 𝑍𝑦 . 𝑓𝑦 677875 9 1460303,2 567878,8
𝑀𝑝𝑦 = 2175781 .290 0,77 ≤ 1,0
𝑀𝑝𝑦 = 630976499 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑝𝑦 = 630976,49 𝑘𝑔𝑚 Perencanaan Penghubung Geser
∅ Mny = 0,9 x Mpy
= 0,9 x 630976,49 Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan
= 567878,85 kgm profil baja harus dipikul oleh sejumlah.penghubung
Menentukan perbesaran momen 𝛿𝑏 𝑀𝑢𝑥 : geser, sehingga tidak terjadi selip pada saat.masa layan.
Hubungan Balok – Kolom Analisis.terhadap.jumlah.dan jarak antar.penghubung
M1 = 16949,03 kgm geser dilakukan berdasarkan SNI 03-1729-2002.
M2 = 10422,02 kgm Contoh perhitungan pada profil 14‘ WF 14x14-1/2
𝑘𝑐 . 𝐿 1,82 . 3420 bentang 3,65 m.
= Data-data penghubung geser:
𝑟𝑥 262,78
𝑘𝑐 . 𝐿 Dipakai penghubung geser stud
= 23,68 Diameter stud = ¾’’ = 19,05 mm
𝑟𝑥
∑ 𝑁𝑢 = 6707909 kg Tinggi stud = 70 mm
𝜋 . 𝐸𝑠 . 𝐴𝑔 fu stud = 400 Mpa
𝑁𝑒𝑙 = 𝑘 . 𝐿
( 𝑐𝑟 )2
𝑥
𝑁𝑒𝑙 = 3078148,87 𝑘𝑔 Menentukan gaya geser horizontal pada
∑ 𝑁𝑒𝑙 = 31 𝑥 3078148,87 = 95422615 𝑘𝑔 balok. Karena balok diasumsikan berperilaku sebagai
1 komposit penuh, maka nilai C diambil dari nilai
𝛿𝑠 = terkecil antara As . fy dan 0,85 . f’c . Ac:
∑𝑁
1− ∑ 𝑢 As . fy = 18030 . 250
𝑁𝑒𝑙
𝛿𝑠 = 1,06 ≥ 1 (maka diambil 1,06) As . fy = 4507500 N
Mux = 𝛿𝑠 . Mu maks 0,85 . f’c . Ac = 0,85 . 35 . ts . bE
= 1,07 . 1694903 0,85 . f’c . Ac = 0,85 . 35 . 120 . 912,5
= 182305,83 kgm 0,85 . f’c . Ac = 2792250 N
Menentukan perbesaran momen 𝛿𝑏 𝑀𝑢𝑦 : Vh = 2792250 N (diambil yang terkecil)
Hubungan Balok – Kolom Syarat diameter maksimum stud (SNI 03-1729-2002
M1 = 31771,97 kgm pasal 12.6.6)
M2 = 27587,1 kgm Ø < 2,5 . tf
𝑘𝑐 . 𝐿 1,82 . 3420 19,05 < 2,5 . 19
=
𝑟𝑦 81,08 19,05 mm < 47,5 mm
𝑘𝑐 . 𝐿 Luas penampang melintang stud
= 76,76 𝜋 . Ø2
𝑟𝑦 Asc =
∑ 𝑁𝑢 = 6707909 kg 4
𝜋 . 𝐸𝑠 . 𝐴𝑔 𝜋 . 19,052
𝑁𝑒𝑙 = Asc =
𝑘 . 𝐿 4
( 𝑐𝑟 )2 Asc = 284,878 mm2
𝑦
𝑁𝑒𝑙 = 293064,4 𝑘𝑔 Menentukan kuat geser sebuah stud
Qn = 0,5 . Asc (f’c . Ec)0.5
∑ 𝑁𝑒𝑙 = 31 𝑥 293064,4 = 9084997 𝑘𝑔
Qn = 0,5 . 284,878 (30 . 20000)0.5
1
𝛿𝑠 = Qn = 110332,95 N
∑𝑁
1− ∑ 𝑢 Qn = Asc fu stud
𝑁𝑒𝑙
Qn = 284,878 . 400
𝛿𝑠 = 3,82 ≥ 1 (maka diambil 3,82) Qn = 113951,385 N
Muy = 𝛿𝑠 . Mu maks Qn = 110332,95 N (diambil yang terkecil)
= 3,82 . 31771,97 Jarak minimum longitudinal = 6 . Ø
= 121429,4 kgm = 6 . 19,05
Periksa persamaan = 114,3 mm
Mux = 𝛿𝑏 . Mntux + 𝛿𝑠 . Mltux Jarak minimum trasnfersal = 4 . Ø
= 943,87 kgm+ 183249,69 kgm = 76,2 mm
Jarak maksimum longitudinal = 8 . ts ϕRn w = ϕ . te . 0,6 . fu w
= 8 . 120 ϕRn w = 0,75 . 4,42 . 0,6 . 560
= 960 mm ϕRn w = 1068,98 N/mm
Jumlah stud yang diperlukan untuk setengah bentang Panjang total las yang dibutuhkan
balok. Ru V
Lw =
N = Vh / Qn ϕ Rn w
N = 2792250 / 110332,95 20044,9
Lw =
N = 25,31 1068,98
N = 26 buah Lw = 187,51 mm
Jarak longitudinal antar stud (dipasang secara 2 baris) Lw ≈ 200 mm
1 Kuat rencana las baja
𝐿. 2 ϕTn = Lw . ϕRn w
s =2
N ϕTn = 200 . 1068,98
1
3650 . 2 ϕTn = 213796 N
s =2 Las pada sayap
26
s = 140,385 mm Persyaratan ukuran las
Dengan cara yang sama, didapatkan jumlah amaks = tf – 1,6
dan jarak stud pada bentang lain seperti dalam tabel amaks = 19 – 1,6
berikut: amaks = 17,4 mm
amin = 6 mm (tabel 13.5-1 SNI 03-1729-2002)
Tabel 6. Rekapitulasi jumlah dan jarak antar stud. Diambil nilai a = 15 mm
Bentang te = 0,707 . a
Profil N S (mm)
(m) te = 0,707 . 15
3,65 14' WF 14x14-1/2 26 140,38 te = 10,61 mm
5,6 14' WF 14x14-1/2 40 140,00 Gaya akibat momen
Ru M = Mu / d
3 14' WF 14x14-1/2 22 136,36 Ru M = 22467,39 / 369
2,6 14' WF 14x14-1/2 18 144,44 Ru M = 608872,36 N
Kuat rencana las ukuran mm per mm panjang
1,95 14' WF 14x14-1/2 14 139,29 ϕRn w = ϕ . te . 0,6 . fu w
1,525 10' WF 10x10 12 127,08 ϕRn w = 0,75 . 14,14 . 0,6 . 560
5,45 10' WF 10x10 38 143,42 ϕRn w = 3563,280 N/mm
Panjang total las yang dibutuhkan
2 10' WF 10x10 14 142,86 Ru M
Lw =
ϕ Rn w
Sambungan Antar Balok – Kolom 608872,36
Lw =
3563,280
Pada sambungan.antara balok baja.dan kolom Lw = 170,88 mm
baja menggunakan sambungan las. Contoh Lw ≈ 180 mm
perhitungan dilakukan pada balok profil 14‘ WF Kuat rencana las baja
14x14-1/2. ϕTn = Lw . ϕRn w
Data-data las: ϕTn = 180 . 3563,280
Digunakan electrode las E80 ϕTn = 641390,4 N
fu w = 560 Mpa
Data-data pada balok Tabel 7. Rekapitulasi tebal dan panjang las sudut
Mu maks = 22467,39 kgm antara balok dan kolom.
Vu maks = 20044,9 kg badan sayap
Las pada badan profil a Lw a Lw
Persyaratan ukuran las (mm) (mm) (mm) (mm)
amaks = tw – 1,6 14‘ WF
amaks = 11,81 – 1,6 6 200 15 180
14x14-1/2
amaks = 10,21 mm 10‘ WF
amin = 6 mm (tabel 13.5-1 SNI 03-1729-2002) 6 180 15 240
10x10
Diambil nilai a = 6 mm
te = 0,707 . a Sambungan Antar Kolom
te = 0,707 . 6
te = 4,42 mm Untuk menyambung antar kolom baja
Gaya akibat geser digunakan sambungan berupa baut. Contoh
Ru V = Vu perhitungan dilakukan pada kolom profil 24‘ WF
Ru V = 20044,9 N 24x14.
Kuat rencana las ukuran 10 mm per mm panjang Data-data baut:
Digunakan baut A325 5342,31
tp =
Ø = 22 mm 330
Ab = 379,94 mm2 t p = 16,19 mm
fub = 825 Mpa t p ≈ 18 mm
Data-data pada kolom Tahanan geser..nominal 2 bidang lebih kecil
fu = 500 Mpa daripada tahanan tumpu, sehingga tahanan nominal
Mu maks = 190720,40 kgm baut ditentukan oleh tahanan geser nominal 1 bidang.
Vu maks = 90043,24 kg Jumlah baut yang dibutuhkan
Tahanan nominal baut (ϕ Rn w) 𝑆
𝑛=
 Geser ϕ Rn w
2671154,06
1 bidang geser = 0,75 . 0,4 . fub . Ab 𝑛=
1 bidang geser = 94035,15 N 94035,150
𝑛 = 14,20
2 bidang geser = 2 . 94035,15
𝑛 ≈ 16 𝑏𝑢𝑎ℎ
2 bidang geser = 188070,3 N Tahanan geser.menentukan, sehingga tahanan untuk 16
 Tumpu baut:
Badan profil = 0,75 . 2,4 . fu p . Ø . tw ϕTn = n . ϕRn
Badan profil = 305712,30 N ϕTn = 16 . 94035,15
Sayap profil = 0,75 . 2,4 . fu p . Ø . tf ϕTn = 1504562,4 N
Sayap profil = 513018 N Jarak.antar.baut
a. Baut pada badan 3Ø < S < 15 . tw atau 200 mm
Tinggi pelat penyambung direncanakan 700 mm 66 mm < S < 200 mm (diambil jarak 100mm)
Menghitung tebal pelat penyambung Jarak.baut.dengan tepi pelat
Ipelat penyambung ≥ Ibadan 1,5 Ø < S < 4 . tw + 100 atau 200 mm
2 . 1/12 . tp . 5003 ≥ 1/12 . tw . h3 33 mm < S < 200 mm (diambil jarak 50mm)
2 . 1/12 . tp . hp ≥ 1/12 . 15,44 . 526,183
3

tp ≥ 8,997 mm KESIMPULAN
tp ≈ 9 mm
Tahanan geser nominal 2 bidang lebih kecil dari Perencanaan Gedung Vollendam Holland
pada tahanan tumpu, sehingga tahanan nominal baut Park Condotel Kota..Batu menggunakan struktur
ditentukan oleh tahanan geser nominal 2 bidang. komposit memiliki beberapa kelebihan, yaitu
Ru V menghemat tinggi profilbaja, kekakuan lantai
𝑛=
ϕ Rn w meningkat, dan panjang..bentang layan untuk balok
900043,24
𝑛= tertentu bias lebih panjang. Balok dan kolom yang
188070,3 digunakan pada.perencanaan.ini.adalah balok baja dan
𝑛 = 4,788 kolom baja dengan profil.WF. Pada balok memiliki 2
𝑛 ≈ 6 𝑏𝑢𝑎ℎ
tipe profil yaitu.untuk balok 1 dengan profil14‘ WF
Tahanan geser menentukan, sehingga tahanan untuk 6
14x14-1/2, balok 2 dengan profil 10‘ WF 10x10. Untuk
baut:
kolom menggunakan profil 24‘ WF 24x14. Gedung ini
ϕTn = n . ϕRn
dirancang dengan.konsep perencanaan berdasarkan
ϕTn = 6 . 188070,3
LRFD(Load Resistance Factor Design). Beban
ϕTn = 1128422,8 N
dianalisis dengan metode respon spectrum dengan
Jarak antar baut
bantuan.program.aplikasi analisis struktur.
3Ø < S < 15 . tw atau 200 mm
66 mm < S < 200 mm (diambil jarak 66mm)
SARAN
Jarak baut dengan tepi pelat
1,5 Ø < S < 4 . tw + 100 atau 200 mm
Seiring kemajuan teknologi komputerisasi
33 mm < S < 200 mm (diambil jarak 33mm)
seperti saat ini, perencanaan struktur gedung portal 3D,
b. Baut pada sayap
program aplikasi analisis truktur mampu menghasilkan
Tinggi pelat penyambung direncanakan 330 mm
gaya-gaya dalam yang terjadi akibat pembebanan
Menghitung tebal pelat penyambung
Mu secara langsung, tetapi dari hasil yang diperoleh
𝑆= tersebut harus tetap memperhatikan peraturan-
2 bf
𝑆 = 2671154,06 N peraturan yang berlaku, agar dapat diperoleh hasil yang
S dapat dipertanggung jawabkan serta dapat diperoleh
An =
fu hasil yang lebih efisien dan dapat menghemat biaya
2671154,06 pelaksanaan pekerjaan. Selain itu ,para perencana
An =
500 harus lebih teliti dalam memasukkan data dalam
An = 5342,31 mm2 program analisis, karena kesalahan input data akan
An berakibat fatal.
tp =
hl
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi..Nasional. (1983). Peraturan
pembebanan Indonesia untuk Gedung.
Bandung: Departemen..Pekerjaan..Umum.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur.Bangunan.Gedung, Standar.Nasional
Indonesia 03-1726-2012. Jakarta: .Departemen
Pekerjaan.Umum.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara
Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung, Standar.Nasional.Indonesia 03-1729-
2002. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Budiono, B., & Supriatna, L. (2002). Studi Komparasi
Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan
Menggunakan SNI 03-1726-2002 Dan RSNI
03-1726-201x. Jakarta: Erlangga.
Gere, James. M., & Timoshenko, Stephen. P. 1972.
Mekanika Bahan Jilid 1 Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Lahamukang, K.S., Pah, J.J.S. & Messah, Y.A. (2014).
Kuat Geser Komposit Baja-Beton Dengan
Variasi Bentuk Penghubung Geser Ditinjau
Dari Uji Geser Murni. Jurnal Teknik Sipil
Vol.(3)
Mursid, M.,Kristijanto, H. & Soewardojo, R. (2013).
Modifikasi Perencanaan..Struktur Gedung
Perkantoran Telkomsel di Surabaya Barat
Menggunakan Baja-Beton. Jurnal Teknik
Pomits Vol.(1):1-6
Muto, K. (1987). Analisis Perancangan Gedung Tahan
Gempa. Jakarta: Erlangga.
Nasution, A. (2000). Analisa Struktur dengan Metoda
Matrik. Bandung: Penerbit ITB.
Salmon, C. G., & Johnson, J. E. (1991). Struktur Baja
Desain Dan Perilaku jilid 2 Edisi Kedua.
Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M. S. CE.
Jakarta: Erlangga.
Schueller, W. (1991). Struktur Bangunan Bertingkat
Tinggi. Bandung: Refika Aditama.
Setiawan, A. 2008. Perencanaan.Struktur Baja.dengan
Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002). Jakarta:.Erlangga.
Taranath, B. S. 1998. Steel, Concrete, and Composite
Design of Tall Buildings. USA: Mc Graw-Hill.
Tular, R. B. 1984. Perencanaan Bangunan Tahan
Gempa. Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Viest, I. M. & Fountain, R. S. (1958). Composite
Construction In Steel and Concrete. Ohio:
Lorain.

Anda mungkin juga menyukai