Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KATARAK

Oleh :

NAMA : AYU SATYA PRASANTI

NIM : C1113088

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2016
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa.(Sidarta Ilyas,2005)
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2004:
128)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
(Suzanne & Brenda,2002)
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau
akibat kedua – duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
(Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium
dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul
mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagulasi membentuk
daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan
normal seharusnya transparan. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai
proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
(Guyton & Hall, 2000: 912).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau
dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progesif. (Mansjoer, 2000:62).
B. EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.
Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65
tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75— 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak.

C. ETIOLOGI
a. Ketuaan ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
usia 60 tahun keatas.
b. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan
benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa
mata dan keadaan ini disebut katarak traumatik.
c. Penyakit mata lain ( Uveitis )
d. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
e. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal
seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan
penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa
disebabkan oleh :
- Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar
gula yang meningkat).
Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :
- Penyakit metabolik yang diturunkan
- Riwayat katarak dalam keluarga
- Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Cacat bawaan sejak lahir.
- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
- Rokok dan Alkohol
- Operasi mata sebelumnya.
- Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
- Kadar kalsium yang rendah
- Diabetes mellitus
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik
- Faktor lingkungan ( trauma, penyinaran, sinar ultraviolet )

D. TANDA DAN GEJALA


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi keruh, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya
apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga
refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika
katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari
cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah.
Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan
menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa :
 Kesulitan melihat pada malam hari
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
 Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
Gejala lainya adalah :
 Penglihatan sering pada salah satu mata.
 Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan
tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

E. KLASIFIKASI
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1. Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
2. Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat
trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
3. Katarak Sekunder:
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih
umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia:
Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya,
terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior
subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara
perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan
jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga
mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna birru. Katarak
jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior
subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang
lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi
cahaya terang, serta pandangan baca menurun.

F. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleuas, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti
kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika
orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,
obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama.

G. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kekeruhan pada daerah pupil
b. Hilangnya reflek fundus saat pemerikasaan menggunakan oftalmoskop
c. Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap tetapi tidak nyeri
d. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda
e. Klien juga melaporkan melihat glare atau halo di sekitar sinar lampu saat
berkendara di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan
untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan
yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga
mengeluh bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau
kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya unruk membaca.
f. Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat
melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang
terjadi di tengah pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah
di sekitar kekeruhan.
g. Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan
memfokuskan bayangan pada retina) meningkat, kemampuan ini disebut
second sight yang memungkinkan klien mebaca tanpa lensa.
h. Katarak hipermatur dapat mebocorkan protein lensa ke bola mata, yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler dan kemerahan pada
mata>
i. Kaji visus terdapat penurunan signifikan.
j. Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada area putih
keabu-abuan di belakang pupil.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai


berikut :
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid.
h. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
i. Keratometri.
j. Pemeriksaan lampu slit.
k. A-scan ultrasound (echography).
l. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
m. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.
Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen
posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya
dengan lensa buatan.
a. Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan yang bisa digunakan untuk
mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan
kapsulnya.
- Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya.
Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
b. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa
intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul
lensa di dalam mata.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat
penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan
tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita
sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari
logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Adapaun
penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan
diperbolehkan:
- Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu
lama.
- Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi.
- Tidak diperbolehkan membungkuk pada wastafel atau bak
mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci
rambut.
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari;
mengenakan kacamata pada siang hari.
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang
tidak dioperasi, dan tidak diperbolehkan telungkup.
4. Aktivitas dengan duduk.
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
- Tidur pada sisi yang sakit
- Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
- Mengejan saat defekasi
- Memakai sabun mendekati mata
- Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
- Mengendarai kendaraan
- Batuk, bersin, dan muntah
- Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, dianjurkan
untuk melipat lutut dan punggung tetap lurus untuk mengambil
sesuatu dari lantai.

J. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi
tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk
perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral
inkomplit yang proresif lambat.

K. PENCEGAHAN
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang
tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk
mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata
diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya
katarak dengan:
 Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
 Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
 Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan
katarak pada mata
 Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

L. KOMPLIKASI
- Edema kornea
- Distorsi atau terbukanya luka operasi
- Bilik mata depan dangkal
- Glaucoma
- Dislokasi lensa intraokuler
- Perdarahan segmen anterior atau posterior
- Ablasio retina
- Sisa massa lensa
- Robek kapsul posterior
II. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :


a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak
juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil
terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis
terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi
pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur
/ tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran
cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil ( katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan
kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba
/ berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan
pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

2) DIAGNOSA
1. Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
3. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
3) INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Gangguan Setelah diberikan a. Kaji dan a. Menentukan seberapa
sensori asuhan keperawatan dokumentasikan bagus visus klien
perseptual pasien mampu ketajaman penglihatan
penglihatan meningkatkan (visus dasar).
berhubungan kemampuan untuk b. Dapatkan deskriptif b. Meberikan data dasar
dengan memproses fungsional tentang tentang pandangan
keterbatasan rangsangan visual apa yang bisa dilihat akurat klien dan
penglihatan dan dan yang tidak bisa bagaimana hal tersebut
mengkomunikasikan dilihat oleh klien mempengaruhi
batasan pandangan perawatan.
kriteria hasil:
pasien mampu c. Orientasikan klien c. Mefasilitasi kebebasan
melihat dengan baik. pada lingkungan bergerak dengan aman.

d. Letakkan alat-alat d. Mengembangkan


yang sering tindakan dependen dan
digunakan dalam meningkatkan
pandangan klien. keamanan.
e. Berikan pencahayaan e. Meningkatkan
yang sesuai dengan penglihatan klien, lokasi
klien. katarak akan
mempengaruhi apakah
cahaya gelap atau terang
yang lebih baik.
f. Cegah glare (sinar f. Mencegah disstres,
yang menyilaukan) katarak akan memecah
sinar lampu sehingga
menyebabkan distress.
g. Letakkan barang- g. Menguatkan atau
barang pada tempat mendorong memori
yang konsisten. sebagai pengganti
penglihatan.
h. Kaji jumlah dan tipe h. Meningkatkan stimulus
rangsangan yang
disukai klien.
Beritahu klien bentuk
rangsangan alternatif
(radio, TV dan
percakapan)
i. Kolaborasi tindakan i. Menghilangkan
pembedahan kekeruhan lensa.

2. Ansietas Setelah diberikan a. Kaji tingkat a. Derajat kecemasan akan


berhubungan asuhan keperawatan kecemasan pasien dan dipengaruhi bagaimana
dengan pkecemasan dapat catat adanya tanda- informasi tersebut
keterbatasan berkurang tanda verbal dan diterima oleh individu.
penglihatan nonverbal. b. Mengungkapkan rasa
kriteria hasil:
b. Beri kesempatan takut secara terbuka
pasien untuk dimana rasa takut dapat
Pasien
mengungkapkan isi ditujukan.
mengungkapkan dan
pikiran dan perasaan c. Mengetahui respon
mendiskusikan rasa
takutnya. fisiologis yang
cemas/takutnya.
c. Observasi tanda vital ditimbulkan akibat
Pasien tampak rileks dan peningkatan kecemasan.
tidak tegang dan respon fisik pasien d. Meningkatkan
melaporkan d. Beri penjelasan pasien pengetahuan pasien
kecemasannya tentang prosedur dalam rangka
berkurang sampai tindakan operasi, mengurangi kecemasan
pada tingkat dapat harapan dan dan kooperatif.
diatasi. akibatnya. e. Mengurangi kecemasan
e. Beri penjelasan dan dan meningkatkan
Pasien dapat suport pada pasien pengetahuan .
mengungkapkan
pada setiap melakukan f. Mengurangi perasaan
keakuratan prosedurtindakan takut dan cemas.
pengetahuan tentang f. Lakukan orientasi dan
6.

pembedahan perkenalan pasien


terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan
yang akan digunakan.

3. Resiko Setelah diberikan a. Kurangi resiko a. Mencegah cedera.


terhadap asuhan keperawatan bahaya dari
cedera pasien tidak lingkungan klien
berhubungan mengalami cedera seperti:
dengan dengan kriteria hasil:  Kunci roda
keterbatasan Klien melaporkan tempat tidur
penglihatan jika mengalami  Berikan
cedera atau jatuh. pencahayaan
Klien mampu yang adekuat.
mencegah aktivitas  Turun dari tempat
yang dapat tidur dari sisi
meningkatkan resiko mata yang tidak
cedera. sakit dan tempat
Klien mampu tidur dalam posisi
menggunakan rendah .
peralatan untuk  Pasang tempat
mencegah cedera. tidur dalam posisi
rendah.
 Singkirkan
benda-benda
yang mudah
jatuh(seperti
tempat sampah,
tissue< kursi
tanpa sandaran)
 Letakkan alat-alat
seperti bel
pemanggil,
tissue, telpon,
atau pengontrol
ditempat yang
mudah dijangkau
klien pada sisi
yang tidak
terpengaruh.
 Dorong klien
untuk
menggunakan
pegangan kamar
mandi jika
mungkin.
 Bersihkan lantai
dari objek kecil
seperti peniti,
pensil dan jarum.
b. Beritahu klien untuk b. Mencegah pusing
mengubah posisi
secara perlahan.
c. Beritahu klien untuk c. Mencegah jatuh akibat
tidak meraih benda perubahan kedalaman
untuk stabilitas. persepsi. Benda atau
objek mungkin tidak
terletak di tempat yang
seperti yang dilihat klien,
meraih yang berlebihan
akan mengubah pusat
gravitasi yang akan
menyebabkan klien
jatuh.
d. Dorong klien untuk d. Meberikan sumber
menggunakan stabilitas.
peralatan adaptif
seperti tongkat dan
walker untuk
ambulasi sesuai
kebutuhan.
e. Beritahu klien untuk e. Meningkatkan rasa
naik turun sesekali keseimbangan.
waktu.
f. Tekankan pentingnya f. Mencegah cedera.
penggunaan
pelindung mata saat
melakukan aktivitas
beresiko tinggi seperti
ambulasi pada malam
hari atau saat berada
ditengah-tengah anak-
anak atau binatang
peliharaan.
4 Nyeri akut Setelah diberikan a. Kaji nyeri, catat a. Untuk membantu
berhubungan asuhan keperawatan lokasi, karakteristik mengetahui derajat
dengan diharapkan nyeri dan intensitas nyeri ketidaknyamanan dan
pembedahan berkurang (skala 0-10). keefektifan analgesic
Kriteria hasil: sehingga memudahkan
Klien dalam memberi
mengungkapkan tindakan.
nyeri b. Motivasi untuk b. Tehnik relaksasi dapat
berkurang/hilang melakukan teknik mengurangi rangsangan
pengaturan nafas dan nyeri.
Tidak merintih atau mengalihkan
menangis perhatian.
c. Hindari sentuhan c. Sentuhan dapat
Ekspresi wajah seminimal mungkin meningkatkan
rileks untuk mengurangi rangsangan nyeri.
rangsangan nyeri.
Klien mampu Berikan pasien
beristrahat dengan kesempatan untuk
baik. istirahat.
d. Kurangi tingkat d. Menurunkan tegangan
pencahayaan, cahaya otot pasien, yang dapat
diredupkan atau menurunkan intensitas
diberi tirai atau kain. nyeri.
e. Dorong penggunaan e. Membantu sebagai
kaca mata hitam pda pereda nyeri.
keadaan cahaya kuat.
f. Kolaborasi f. Tingkat pencahayaan
pemberian analgesic yang lebih rendah lebih
nyaman setelah proses
pembedahan.
5 Resiko Setelah diberikan a) Diskusikan pentingnya a) Menurunkan jumlah
infeksi asuhan keperawatan mencuci tangan bakteri pada tangan,
berhubungan diharapkan risiko sebelum mencegah kontaminasi
dengan tinggi terhadap menyentuh/mengobati area operasi
pembedahan infeksi teratasi mata
dengan kriteria hasil b) Gunakan/tunjukkan b) Teknik aseptik
: teknik yang tepat menurunkan risiko
untuk membersihkan penyebaran bakteri dan
- Pasien akan
mata dari dalam ke kontaminasi silang
meningkatkan
luar dengan tisu
penyembuhan luka
basah/bola kapas
tepat waktu, bebas
untuk tiap usapan,
drainase purulen,
ganti balutan, dan
eritema dan demam
masukan lensa kontak
- Pasien akan
bila menggunakan
mengidentifikasi
intervensi untuk c) Tekankan pentingnya c) Mencegah kontaminasi
mencegah/menurun tidak dan kerusakan sisi
kan risiko infeksi menyentuh/menggaruk operasi
mata yang dioperasi
d) Observasi/diskusikan d) Infeksi mata terjadi 2-3
tanda terjadinya hari setelah prosedur dan
infeksi, contoh : mmemerlukan upaya
kemerahan, kelopak intervensi. Adanya ISK
bengkak, drainase meningkatkan risiko
purulen. Identifikasi kontaminasi silang
tindakan kewaspadaan
bila terjadi ISK
e) Kolaborasi pemberian e) Fungsi obat
obat sesuai indikasi :
- Antibiotik - Sediaan topical
(topikal, digunakan secara
parenteral, atau profilaksis, dimana terapi
subkonjungtiva) lebih agresif diperlukan
bila terjadi infeksi.
Catatan : steroid
mungkin ditambahkan
pada antibiotik topical
bila pasien mengalami
implantasi IOL
- Steroid - Digunakan untuk
menurunkan imflamasi
4). EVALUASI

1. pasien mampu melihat dengan baik.


2. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.

Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya


berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang


pembedahan

3. Klien melaporkan jika mengalami cedera atau jatuh.


Klien mampu mencegah aktivitas yang dapat meningkatkan resiko cedera.
Klien mampu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera.
4. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
Tidak merintih atau menangis
Ekspresi wajah rileks
Klien mampu beristrahat dengan baik.
5. Pasien meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase
purulen, eritema dan demam
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
3. Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
4. Salim S Anissa (2005), Asuhan Keperawatan pada Pasien Katarak,
www.google.com, di unduh tanggal 17 Maret 2011
5. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

6. Istigomah, Indriana. 2003.Asuhan Kerawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC

7. http://www.jakarta-eye-center.com/default.asp?menu=artikel&id=53

8. http://www.pdfdownload.org/pdf2html/pdf2html.php?url=http%3A%2F%2Fwww.klinikmat
anusantara.com%2Ffile%2F329.pdf&images=yes
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak
10. http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm
11. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/katarak/

12. http://www.jakarta-eye-center.com/default.asp?menu=artikel&id=53
13. http://www.pdfdownload.org/pdf2html/pdf2html.php?url=http%3A%2F%2Fwww.klinikmata
nusantara.com%2Ffile%2F329.pdf&images=yes
14. http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak
15. http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm
PATHWAY

Perubahan usia

Perubahan fisik lensa Perubahan warna Perubahan kimia


pada nuleus lensa
Perubahan protein
Perubahan serabut
lensa
halus yang
memanjang dari Hilangnya
badan silier ke luar transparansi
Perubahan dalam
lensa lensa
serabut – serabut
lensa, mengalami
Penglihatan menjadi denaturasi
Katarak
distorsi
Terjadi koagulasi

Keterbatasan penglihatan Pembedahan Terbentuknya daerah


keruh lensa

RESIKO
TERHADAP RESIKO INFEKSI
ANSIETAS
CIDERA
NYERI

GG. SENSORI
PERCEPTUAL
PENGLIHATAN

Anda mungkin juga menyukai