Anda di halaman 1dari 13

ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU

Novie Handajani
Staf Pengajar Teknik Sipil UPN “Veteran” Jawa Timur

ABSTRACT
The important thing in building design and plan to restraint flood is rain-fall distribution. All
those values can be used to build plans.
The objective of this study is determining appropriate pattern of rain-fall distribution, base on
hourly rain-fall data of station Wagir, Tangkil, Dampit, Poncokusumo, Sengguruh and Pujon which
located in Brantas Hulu Catchment Area, Malang. Rain-fall distribution pattern at return period of 5
years, 25 years, 50 years and 100 years were obtained by calculating and analyzing statically with
Regression analyze method using SPSS 10.00 for Windows and Minitab 11.00 for Windows.
The appropriate result of the regression analysis is the pattern of rain-fall distribution with
dominant hourly rain-fall in 6 hours duration. The appropriate model is Transformation Model (t =
logten x ) in Linier type. The formulas for some certain return periods are: return period of 5 years, R =
33,8 – 49,6 t with R2 = 0,708 and return period of 25 years. R = 48,9 – 54,3 t with R2 = 0,845.
Key words : distribution patterns, rain-fall, regression analysis.

ABSTRAK
Hal yang terpenting dalam pembuatan rancangan dan rencana pengendalian banjir adalah distribusi curah
hujan. Harga-harga yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan rencana-rencana dikemudian hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola distribusi curah hujan yang sesuai berdasarkan
data curah hujan jam-jaman dari stasiun Wagir, Tangkil, Dampit, Poncokusumo, Sengguruh, dan Pujon
yang berada di DAS Brantas Hulu Malang. Dari hasil perhitungan dan analisa data curah hujan
dibeberapa lokasi penelitian didapatkan pola distribusi hujan dengan kala ulang tertentu yaitu 5 tahun, 25
tahun, 100 tahun dan 1000 tahun. Untuk memperoleh hasil tersebut diatas digunakan analisa regresi
dengan menggunakan software SPSS 10.00 for windows dan Minitab 11.00 for windows.
Hasil analisa regresi yang terbaik untuk pola distribusi curah hujan adalah pola distribusi curah
hujan dimana tinggi curah hujan setiap jamnya adalah yang dominan dengan durasi 6 jam. Model yang
terbaik adalah Model Transformasi ( t = logten x ) dengan jenis Linier. Dengan persamaan untuk kala
ulang 5 tahun R = 33,8 – 49,6 t dengan R2 = 0,708 dan kala ulang 25 tahun R = 48,9 – 54,3 t dengan R2 =
0,845.
Kata kunci : Pola distribusi, curah hujan, analisa regresi
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

PENDAHULUAN maupun fungsional dalam jangka waktu


Dalam pelaksanaan perencanaan yang direncanakan. Untuk perancangan
dan perancangan bangunan- bangunan air, tersebut perlu dihitung banjir rancangan
analisis hidrologi masih merupakan bagian dengan kala ulang tertentu dan berdasarkan
analisis yang sangat dominan dan pada tingkat keperluan dan tingkat
memerlukan penanganan yang cermat. ketelitiannya.
Peranan analisis hidrologi menjadi sangat Hal yang sangat menentukan dalam
penting karena sebelum informasi hidrologi pembuatan rancangan dan rencana
yang diperlukan tersedia maka analisis lain bangunan air adalah distribusi curah hujan.
belum dapat dilakukan. Distribusi curah hujan ini bermacam-
Hujan merupakan komponen macam sesuai dengan jangka waktu yang
masukan yang paling penting dalam proses ditinjau yakni curah hujan tahunan, curah
hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan hujan bulanan, curah hujan harian, curah
(rainfall depth) akan dialihragamkan hujan per jam.
menjadi aliran di sungai, baik melalui Pola distribusi curah hujan ini
limpasan permukaan (surface runoff), aliran berfungsi untuk mendapatkan suatu pola
antara (interflow, sub surface flow) maupun distribusi curah hujan suatu daerah yang
sebagai aliran air tanah (groundwater). Ada nantinya dapat digunakan sebagai bahan
beberapa sifat hujan yang penting untuk pertimbangan dalam menghitung dan
diperhatikan dalam proses pengalihragaman menganalisa data curah hujan khususnya
hujan menjadi aliran, antara lain adalah data curah hujan jam-jaman sebagai dasar
intensitas curah hujan, lama waktu hujan, untuk menentukan perencanaan banjir
kedalaman hujan, frekuensi dan luas daerah rencana.
pengaruh hujan. Komponen hujan dengan Adapun metode pendekatan yang
sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa digunakan adalah distribusi curah hujan
hujan titik maupun hujan rata-rata yang dimana tinggi hujan setiap jamnya adalah
meliputi luas daerah tangkapan (chactment) yang dominan ( sering terjadi ).
yang kecil sampai yang besar. Dengan penelitian ini, penulis
Dalam suatu perencanaan mencoba untuk menganalisa dan
bangunan air harus berdasarkan suatu menentukan pola distribusi curah hujan
patokan perancangan yang benar, sehingga daerah berdasar data-data dari beberapa
diharapkan akan dapat menghasilkan stasiun penakar hujan otomatik di DAS
rancangan yang berfungsi baik struktural Brantas Hulu Malang.
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

Perumusan Masalah 3. Pemodelan dilakukan dengan


Adapun permasalahan yang dapat menggunakan analisa statistik yaitu
dirumuskan adalah : analisa regresi.
Bagaimana persamaan distribusi curah 4. Dalam analisa regresi menggunakan alat
hujan dimana tinggi hujan setiap jamnya bantu yang berupa perangkat lunak, yaitu
adalah yang dominan ( sering terjadi ). SPSS for windows version 10.00 dan
Tujuan Penelitian Minitab for windows version 11.0.
Tujuan penelitian ini adalah :
Menentukan persamaan distribusi curah TINJAUAN PUSTAKA
hujan dimana tinggi hujan setiap jamnya Hujan ( Presipitasi ) adalah faktor
adalah yang dominan (sering terjadi). utama yang mengendalikan berlangsungnya
Manfaat Penelitian daur hidrologi dalam suatu wilayah DAS.
Manfaat dari penelitian ini, Terjadinya hujan karena adanya
diharapkan dapat menjadi suatu alternatif perpindahan massa uap air ke tempat yang
dalam menghitung dan menganalisa data lebih tinggi sebagai respon adanya beda
curah hujan khususnya data curah hujan tekanan udara antara dua tempat yang
jam-jaman sebagai dasar untuk menentukan berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut,
perencanaan banjir rencana. karena akumulasi uap air pada suhu yang
rendah maka terjadilah proses kondensasi,
Batasan Masalah dan pada gilirannya massa uap air tersebut
Dalam penelitian ini, penulis jatuh sebagai air hujan. Namun demikian,
membatasi permasalahan studi sebagai mekanisme berlangsungnya hujan
berikut: melibatkan tiga faktor utama. Dengan kata
1. Data yang tersedia dari 6 stasiun pencatat lain, akan terjadi hujan apabila berlangsung
hujan otomatis di DAS Brantas Hulu tiga kejadian (C. Asdak, 1995) sebagai
Malang, yaitu : Stasiun Wagir, Stasiun berikut:
Tangkil, Stasiun Dampit, Stasiun 1. Kenaikan massa uap air ke tempat
Poncokusumo, Stasiun Sengguruh dan yang lebih tinggi sampai saatnya
Stasiun Pujon atmosfer menjadi jenuh.
2. Data yang digunakan adalah data curah 2. Terjadi kondensasi atas partikel-
hujan jam-jaman otomatis di DAS partikel uap air di atmosfer.
Brantas Hulu Malang dari tahun 1994 – 3. Partikel-partikel uap air tersebut
2003. bertambah besar sejalan dengan
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

waktu untuk kemudian jatuh ke dua daerah yang disebut daerah


bumi dan permukaan laut ( sebagai hujan dan daerah bayangan hujan.
hujan ) karena grafitasi. Sifat hujan ini dipengaruhi oleh
Hujan sangat dipengaruhi oleh sifat dan ukuran pegunungan.
iklim dan keadaan topografi daerah., Data hujan yang diperlukan dalam
sehingga keadaanya sangat berbeda untuk analisa hidrologi ada 5 unsur yang harus
masing-masing daerah. ditinjau, yaitu :
Menurut Sri Harto (1993),Linsley, 1. Intensitas I, adalah laju hujan =
dkk (1986), tipe hujan sering dibedakan tinggi hujan persatuan waktu,
menurut faktor penyebab terangkatnya misalnya : mm/menit, mm/jam,
udara yang mengakibatkan hujan adalah mm/hari.
sebagai berikut : 2. Lama waktu (duration) t, adalah
1. Hujan Konvektif (convective), bila lamanya curah hujan (durasi) dalam
terjadi ketidak seimbangan udara menit atau jam.
karena panas setempat, dan udara 3. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau
bergerak keatas dan berlaku proses banyaknya hujan yang dinyatakan
adiabatik. Biasanya merupakan dalam ketebalan air di atas
hujan dengan intensitas tinggi, dan permukaan datar, dalam mm.
terjadi dalam waktu yang relatif 4. Frekwensi, adalah frekwensi
singkat, didaerah yang relatif kejadian, dinyatakan dengan
sempit. waktu ulang (return period ) T,
2. Hujan Siklon (cyclonic), bila misalnya sekali dalam T tahun.
gerakan udara ke atas terjadi akibat 5. Luas, adalah luas geografis curah
adanya udara panas yang bergerak hujan.
diatas lapisan udara yang lebih Hujan merupakan komponen
padat dan lebih dingin. Hujan jenis masukan yang paling penting dalam proses
ini biasanya terjadi dengan hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan
intensitas sedang, mencakup daerah (rainfall depth) akan dialihragamkan
yang luas dan berlangsung lama. menjadi aliran di sungai, baik melalui
3. Hujan Orografik (orographic limpasan permukaan (surface runoff), aliran
rainfall), terjadi karena udara antara (interflow, sub surface flow) maupun
bergerak ke atas akibat adanya sebagai aliran air tanah (groundwater).
pegunungan. Akibatnya , terjadi
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

Instrumen pengukur hujan


(raingauge) menurut Sri Harto (1993) ada Analisa frekuensi
dua jenis yaitu penakar hujan biasa (manual Analisa frekuensi curah hujan
raingauge), dan penakar hujan otomatik adalah berulangnya curah hujan baik
(automatic raingauge). Alat-alat tersebut jumlah frekuensi persatuan waktu maupun
harus dipasang sesuai dengan aturan yang periode ulangnya. Ada beberapa metode
ditetapkan oleh WMO (World yang dapat digunakan untuk menghitung
Meteorological Organization) atau aturan besarnya curah hujan pada kala ulang
yang disepakati secara nasional di suatu tertentu.
Negara. Untuk menganalisa frekuensi curah
hujan ini menggunakan tiga metode sebagai
Analisa curah hujan daerah ( Area perbandingan, yaitu :
Rainfall ) 1. Metode Distribusi Normal
Curah hujan yang diperlukan untuk 2. Metode Distribusi Gumbel
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan 3. Metode Distribusi Log Pearson
air dan rancangan pengendalian banjir Type III.
adalah curah hujan harian rata-rata di Analisa frekuensi ini untuk menentukan
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan jenis distribusi yang sesuai dalam
curah hujan pada suatu titik tertentu (Point mendapatkan curah hujan yang didasarkan
Rainfall). Curah hujan ini disebut curah pada nilai-nilai koefisien asimetri, koefisien
hujan daerah dan dinyatakan dalam mm. variasi dan koefisien kurtosis yang didapat
Curah hujan ini harus diperkirakan dari dari parameter-parameter statistik
beberapa titik pengamatan curah hujan. (Soewarno,1986). Dari hasil ketiga tersebut
Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dipilih harga yang paling mungkin terjadi
dari pengamatan curah hujan di beberapa yaitu dengan melihat kriteria dari besarnya
titik adalah sebagai berikut : parameter statistik, yaitu : (Sri Harto,1993)
1. Cara rata-rata aljabar. - Metode Distribusi Normal
2. Thiessen Polygon Cs = 0,00
3. Cara Isohyet Ck = 3,00
Dalam penelitian ini menggunakan cara - Metode Distribusi Gumbel
rata-rata aljabar (arithmetic), karena jumlah Cs = 1,139
stasiun pencatat hujan cukup banyak serta Ck = 5,4002
tersebar merata diseluruh daerah aliran.
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

- Metode Distribusi Log Pearson 1. Kebenaran antara hasil pengamatan


Type III Cs dan Ck bebas dengan model distribusi yang
diharapkan atau yang diperoleh
dimana : secara teoritis.
Cs = koefisien kepencengan ( skewnes ) 2. Kebenaran hipotesa secara teoritis.
Ck = koefisien kepuncakan ( kurtosis ) Dalam penelitian ini menggunakan
Dalam penelitian ini metode dua macam uji, yaitu secara
distribusi yang digunakan adalah Metode Metode Smirnov Kolmogorov dan
Distribusi Log Pearson Type III. Metode Chi-square.

Metode Distribusi Log Pearson Type III Analisa Regresi


Untuk menganalisa frekuensi curah Analisa statistika yang sering
hujan dengan metode Log Pearson Type III dimanfaatkan untuk melihat hubungan
adalah sebagai berikut : antara dua atau lebih variabel yang saling
LogX T  LogX  K .S log X ……...( 1 ) berkorelasi dalam suatu DAS adalah analisa
regresi. Analisa regresi adalah suatu analisa
dimana : untuk menyatakan hubungan fungsional
XT = Curah hujan dengan kala ulang T antara variabel-variabel ke dalam bentuk
tahun persamaan matematis. Secara umum
LogX = Harga rata-rata peubah y sering disebut peubah respon
S log X = Standart deviasi (variabel tidak bebas) sedangkan peubah x
disebut peubah prediktor (variabel bebas).
K = Koefisien, yang harganya Dari analisa regresi didapat model
tergantung pada nilai kepencengan distribusi yang terbaik dan persamaan
( Cs ) dan Return periode ( T ). distribusi curah hujan di DAS Brantas
Hulu dengan bantuan Program SPSS
Uji kesesuaian distribusi frekuensi 10.00. Analisa regresi berguna dalam
Pemeriksaan uji kesesuaian
menelaah hubungan peubah atau lebih,
distribusi frekuensi (The Goodness of Fit
Test) ini dimaksudkan untuk mengetahui
dan terutama untuk menelusuri pola
suatu kebenaran hipotesa distribusi hubungan yang modelnya belum
frekuensi. diketahui dengan sempurna, sehingga
Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui :
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

dalam terapannya lebih bersifat 1. Nilai R2 selalu positif, sebab


eksploratif. merupakan nisbah dari jumlah
kuadrat:
Koefisien Determinasi (R2) Jk Regresi
Nilai R2 =
Koefisien determinan ( coefficient JK Total terkoreksi
of determination ) yaitu untuk mengetahui
sampai seberapa jauh ketetapan atau 2. Nilai 0  R2  1
kecocokan garis regresi yang terbentuk R2 = 0, berarti tidak ada hubungan
dalam mewakili kelompok data hasil antara x dan y, atau model
observasi, maka perlu dilihat sampai regresi yang terbentuk
seberapa jauh model yang terbentuk dapat tidak tepat untuk
menerangkan kondisi yang sebenarnya. meramalkan y.
Dalam analisa regresi dikenal suatu ukuran R2 = 1, garis regresi yang terbentuk
yang dapat dipergunakan untuk keperluan dapat meramalkan y secara
sempurna.
tersebut, yang dikenal dengan nama
koefisien determinasi (R2).
Kecocokan model ditentukan Analisa Variant (ANOVA)
berdasarkan kriteria koefisien determinasi, Suatu metode analisis statistik
yang dirumuskan sebagai berikut : untuk menguji kesamaan lebih dari dua
(Sudjana,2002) rata-rata populasi dinamakan Analisa
Variant (ANOVA). Pengujian ini
R2 
 ( y  y )   ( y  yˆ )
2 2

……( 2 )
menggunakan Uji –F, sebagai berikut :
 ( y  y) 2
Fhitung 
R 2 (n  (k  1))
………( 3 )
dimana : (1  R 2 )k
 ( y  y) 2
= JK(TD) = jumlah kuadrat dimana :
total terkoreksi Fhitung = Nilai F hitung
R2
 ( y  yˆ ) 2 = Koefisien Determinasi
= JK (S) = jumlah kuadrat n = Jumlah data
sisa k = Jumlah variabel bebas
Sifat-sifat yang dimiliki koefisien Hipotesa :
determinan adalah : (Sugiarto : - H0 : R2 = 0, tidak berbeda nyata dengan
1992) nol atau tidak ada hubungan linier antara
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

variabel dependen dan variabel predictor distribusi yang sesuai dengan syarat
yang digunakan dalam regresi. tersebut.
- H1 : R2 ≠ 0, berbeda nyata dengan nol atau 3.Menguji kesesuaian distribusi frekuensi
terdapat hubungan linier antara variabel dengan metode Metode Smirnov
dependen dan variabel predictor yang Kolmogorov dan secara vertikal dengan
digunakan dalam regresi. Metode Chi - Kuadrat ( Chi – Square ).
4.Menganalisa data curah hujan jam-jaman
METODE PENELITIAN otomatis.
Penelitian yang akan dilaksanakan 5.Melakukan analisa regresi kemudian
adalah menentukan kala ulang pola pemilihan model
distribusi curah hujan disuatu DAS, Brantas 6.Menghitung simpangan antara R amatan
Hulu, terletak di bagian hulu waduk dan R regresi.
Sengguruh, dimana pada DAS tersebut
mempunyai pencatatan duga air otomatis ANALISA HASIL
(AWLR) dan stasiun pencatat hujan Sta.Penakar Hujan Re
Thn Tgl/Bln
otomatis. Stasiun pencatat hujan otomatis WG PJ SGG DP TK PK rata
yang terpasang ada 6 ( enam ) stasiun yaitu 1994 18-Jan 29 32 16 153 83 53 61.000
Stasiun Wagir, Tangkil, Dampit, 1995 5-Dec 0 70 126 152 83 105 89.333
1996 11-Apr 116 38 31 48 104 87 70.667
Poncokusumo, Sengguruh dan Pujon. 1997 13-Jan 31 9 73 1 38 75 37.833
Stasiun pencatat hujan digunakan sebagai 1998 30-May 1 0 82 9 45 62 33.167
stasiun dasar penelitian. 1999 6-Mar 41 16 23 40 91 19 38.333
2000 12-Mar 95 47 39 0 90 34 50.833
Data yang digunakan adalah data
2001 2-Oct 208 2 0 0 0 0 35.000
curah hujan jam-jaman otomatis dari DAS 2002 29-Jan 35 0 121 243 68 61 88.000
Brantas Hulu Malang dari tahun 1994 2003 22-Nov 57 23 205 80 94 78 89.500
sampai 2003. Tabel 3.1. Hujan Re rata daerah maksimum
Analisa Data
Adapun langkah-langkah dalam Curah Hujan Re rata
menganalisa adalah sebagai berikut : . Curah hujan Re rata maksimum
1.Menentukan curah hujan Re rata pada DAS Brantas Hulu Malang dapat
maksimum dengan mengunakan metode dilihat pada tabel 3.1
Aljabar ( Arithmetric mean ).
2.Menghitung besarnya parameter statistik
yaitu Cs, Ck dan Cv kemudian memilh
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

Dari hasil perhitungan harga ∆Cr =


Analisa Frekuensi 0,41 dan harga ∆max = 0,18864, karena ∆max
Hasil perhitungan yang didapat < ∆Cr sehingga pemilihan distribusi Log
adalah sebagai berikut : Cs = 0,283 , Ck = Pearson Type III dapat diterima.
1,146 dan Cv = 0,3976. b. Metode Chi - Kuadrat ( Chi – Square )
Dari hasil perhitungan diatas, nilai Cs, Ck Dari hasil perhitungan harga X2Cr =
dan Cv tidak menunjukkan sifat yang khas 16,919 dan harga X2hitung = 7,731, karena
maka distribusi yang dipilih yaitu Log X2hitung < X2Cr sehingga pemilihan
Pearson Type III dimana untuk penentuan distribusi Log Pearson Type III dapat
Cs dan Ck adalah bebas. diterima.
Perhitungan Curah hujan rencana
berbagai Kala Ulang pada DAS Brantas Analisa Regresi
Hulu Malang dapat dilihat pada tabel 3.2. Berdasarkan analisa data curah
hujan jam-jaman otomatis dominan terjadi
Tabel 3.2. Curah Huajn Rencana dengan pada durasi 6 jam dan 7 jam.
Berbagai Kala Ulang Untuk mendapatkan distribusi
curah hujan dengan tinggi hujan setiap
Pr Tr
Cs G
Log X jamnya adalah yang dominan ( yang sering
No
(%) (Thn) X (mm) terjadi ) yaitu dengan cara membuat
interval dari tinggi hujan ( R = 10 mm ).
1 20 5 0.008 0.842 1.890 77.78
Kemudian diambil nilai tinggi hujan yang
2 4 25 0.008 1.751 2.052 112.77 dominan (sering terjadi) pada setiap
3 1 100 0.008 2.326 2.154 142.65 jamnya. Dari setiap jam yang dominan
dirata-ratakan, nilai inilah yang nantinya
4 0.1 1000 0.008 3.09 2.290 194.93
akan dilakukan regresi.
Pemilihan Model
Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi
Pemilihan model distribusi curah
Dalam penelitian ini menggunakan
hujan ini berdasarkan uji statistik yaitu
dua macam uji, yaitu secara horizontal
Analisa Variant (ANOVA) dan Koefisien
dengan Metode Smirnov Kolmogorov dan
Determinasi ( R2 ). Pada analisa variant
secara vertikal dengan Metode Chi -
yang dapat ditunjukkan adalah uji-F, bila F
Kuadrat ( Chi – Square ).
hitung lebih besar dari F tabel dan F signifikan
a. Metode Smirnov Kolmogorov
lebih kecil dari 0,05 serta koefisien
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

determinasi (R2 ) tidak sama dengan 0 maka


dapat dikatakan bahwa hipotesa nol ( H0)
ditolak dan menerima hipotesa alternatif Tabel 4.2. Model terpilih D.C.H dimana tinggi
(H1). hujan setiap jamnya yang dominan (t = 7 jam)
Dari berbagai macam alternatif Kala Persamaan ANOVA
F F R^2
diatas maka dapat diambil kesimpulan Ulang Regresi
hitung tabel F sig
untuk distribusi curah hujan dimana tinggi
hujan setiap jamnya adalah yang dominan 5
R = 0.501 + 0.613 t 11.483 9.280 0.038 0.920
dengan durasi 6 jam model terpilih adalah + 1.703 t2 - 3.517 t3

Model Transformasi t = logten x dengan


jenis Linier dan untuk durasi 7 jam model 25
R = 0.538 + 8.474 t 29.768 9.280 0.010 0.967
- 16.834 t2 + 7.205 t3
terpilih adalah Model Transformasi R =
logten y, t = logten x dengan jenis Cubic.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 100
R = 1.797 + 0.432 t 21.688 9.280 0.016 0.956
- 2.651 t2 - 0.222 t3
4.1 dan tabel 4.2.
Keterengan :
Kala ANOVA - Model Tranformasi R = logten y, t = logten x
Ulang Persamaan R^2
F F F Hasil Simpangan R amatan dan R
(thn) Regresi
hitung tabel sig
hasil regresi dengan Uji Chi–Kuadrat
5 R = 33.8 - 9.680 7.710 0.036 0.708 (X2).
49.6 t Uji – chi kuadrat untuk data
berpasangan adalah menguji kecocokan
25 R = 48.9 - 21.730 7.710 0.010 0.845 antara data pengukuran dan hipotesis. Uji
54.3 t ini penting untuk menentukan apakah
Tabel 4.1. Model terpilih D.C.H dimana tinggi
distribusi frekuensi hasil pengukuran
hujan setiap jamnya yang dominan (t = 6 jam) berbeda secara nyata dengan frekuensi yang
diharapkan menurut hipotesis
Keterangan : Hasil perhitungan dapat dilihat
- Model Tranformasi t = logten x
pada tabel 4.3. dan apabila ditinjau dari
tinggi hujan maksimum kedua metode
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN


distribusi curah hujan dengan tinggi curah Kesimpulan
hujan setiap jamnya adalah yang dominan 1. Hasil analisa regresi untuk durasi 6 jam
(yang sering terjadi) yang mendekati (t = 6 jam) dengan berbagai kala ulang
kebenaran ( memenuhi syarat ) dengan berdasarkan distribusi curah hujan
durasi 6 jam. dimana tinggi hujan setiap jam-nya
adalah yang dominan (paling sering
Tabel 4.3. Hasil Simpangan R amatan dan terjadi hujan) mempunyai model
Regresi Tranformasi t = logten x dengan jenis
Linier adalah sebagai berikut :
Kala
t - Persamaan distribusi curah hujan
Ulang X2hit X2tabel Ket
(thn)
(Jam) kala ulang 5 tahun adalah
R = 33,8 – 49,6 t dengan R2 =
5 19,759 11,070 1 0,708.
6
25 12,128 11,070 1
- Persamaan distribusi curah hujan
kala ulang 25 tahun adalah
5 0,592 12,592 2 R = 48,9 – 54,3 t dengan R2 =
7 0,845.
25 2,893 12,592 2
100 10,252 12,592 2 2. Dari hasil simpangan antara R amatan
dan R hasil regresi untuk durasi 6 jam
Keterangan :
1. R regresi lebih baik dari pada R amatan dengan kala ulang 5 tahun dan 25 tahun
2. R amatan lebih baik dari pada R regresi adalah hipotesis nol tidak dapat
diterima dengan demikian harus
Tabel 4.4. Tinggi Hujan Maksimum menerima hipotesa alternatif. Dapat
t
Tinggi
R5 R25 R100
dikatakan bahwa 95 % benar terdapat
hujan perbedaan yang nyata antara R amatan
(jam) (mm) (mm) (mm)
maks
dan R hasil regresi.
R
amatan t1 = 44,75 t1 = 44,00
3. Pada durasi 6 jam dengan kala ulang 5
6 tahun tinggi hujan maksimum terjadi
R
regresi t1 = 33,80 t1 = 48,90 pada jam pertama sedangkan kala
R ulang 25 tahun terjadi pada jam kedua
amatan t2 = 6,33 t2 = 52,00 t2 = 65,00
7
R dimana antara R amatan dan R regresi
regresi t3 = 6,30 t2 = 57,54 t1 = 62,66
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol 1, No. 3, Juni 2005

tidak terjadi pergeseran tinggi hujan Soewarno, 1995, “Hidrologi Aplikasi


maksimum. Metode Statistik untuk Analisa
4. Sehingga distribusi curah hujan yang Data”, Jilid 1, NOVA, Bandung.
memenuhi syarat adalah distribusi Soewarno, 1995, “Hidrologi Aplikasi
curah hujan dimana tinggi curah hujan Metode Statistik untuk Analisa
setiap jamnya adalah yang dominant Data”, Jilid 2, NOVA, Bandung.
(yang sering terjadi) dengan durasi 6 Sholeh.M, 1986, “Diktat Hidrologi” , ITS,
jam. Surabaya
Saran Sosrodarsono, 2003, “Hidrologi Untuk
1. Dengan adanya data yang cukup banyak Pengairan”, PT.Pradnya Paramita,
akan menghasilkan persamaan Jakarta.
distribusi yang lebih baik. Sri Harto,1985, “Hidrologi Teori, Masalah
2. Penelitian lanjutan hendaknya terus dan Penyelesaian”, UGM,
dilakukan dan dikembangkan untuk Yogyakarta.
mendapatkan suatu persamaan yang Sri Harto, 1981, “Hidrologi Terapan”
lebih sederhana. KMTS UGM.
3. Selain menggunakan analisa regresi Subramanya, 1984, “Engineering
dapat digunakan analisa statistic yang Hydrology”, Mc Graw Hill, New
lain agar pola distribusi curah hujan Delhi.
tersebut mendekati kebenaran yang ada Sudjana,2002,”Teknik Analisis Regresi
di lapangan dan Kolerasi”,TARSITO,Bandung.
Sugiarto,1992,”Tahap Awal Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA Analisa Regresi”,ANDY
Chay Asdak, 2002, “Hidrologi dan OFFSET,Yogyakarta.
Pengelolaan Daerah Aliran Walpole, 1986, “Ilmu Peluang dan
Sungai”, UGM, Yogyakarta Statistika untuk Insinyur dan
Imam Subarkah, 1980, “Hidrologi Untuk Ilmuwan”, ITB, Bandung
Perencanaan Bangunan Air”, Wilson,E.M.,1990,”Engineering
Idea Dharma Bandung. Hydrology”, Mac Millan
Soemarto, C.D, 1987, “Hidrologi Teknik” Education, London.
Usaha Nasional, Surabaya.
ANALISA DISTRIBUSI CURAH HUJAN dengan KALA ULANG TERTENTU
(Novie Handajani)

Anda mungkin juga menyukai