Oleh
Nama : Leonardus Lewa Leko
Nim : 1611030033
Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau
yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. pengorganisasian masyarakat
dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola
kegiatan atau program yang mereka kembangkan. disini masyarakat dapat membentuk
panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan
lain-lain.
Lingkungan dan masyarakat adalah dua konsep yang memiliki keterkaitan secara fungsional
dalam konteks ekologi dan ekosistem. Dalam telaah empiris telah menghasilkan suatu sintesa
tentang hubungan masyarakat dengan lingkungannya. Menurut kaum deterministis,
lingkungan alam menentukan corak kehidupan masyarakat, kaum posibilistik memandang
lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh, sedangkan kaum optimistik teknologi memiliki
keyakinan akan keampuhan IPTEK untuk mendayagunakan potensi lingkungan. Berdasarkan
ketiga pandangan tersebut, maka keberadaan masyarakat dalam lingkungannya bergantung
pada tingkat kemampuan yang dimilikinya.
Manusia sebagai mahluk sosial dalam lingkungan hidupnya memiliki dominasi yang kuat
terutama dalam pengelolaan sumber-sumber kehidupan. Dominasi tersebut sangat ditentukan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Lingkungan menjadi
ruang hidup bagi masyarakat manakala lingkungan tersebut memiliki potensi dan masyarakat
memiliki kemampuan untuk mendayagunakannya bagi kelangsungan kehidupan mereka.
Konsep life layer yang dikemukakan oleh Henry J. Warman (Gabler, 1969:13) memberikan
ilustrasi kepada kita bahwa tidak seluruh permukaan bumi menjadi ruang hidup, melainkan
hanya ruang potensial yang akan dijadikan tempat tinggal manusia. Keberadaan lingkungan
sebagai ruang hidup masyarakat akan terlestarikan jika manusia penghuninya memiliki
kepedulian dan rasa tanggungjawab pewarisan kepada generasi beikutnya.
Konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik ditingkat ideologis
maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi antara
konsep top down dan bottom up antara growth strategy dan people centered strategy.
Sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep
pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh kesenjangan
terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, tknologi ketrampilan, ditambah
oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak kompetitif
menunjang pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal.
Selain itu kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum belum
dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan
pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu memberi nilai
tambah usaha.
Dari definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas
daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. pemberdayaan masyarakat
lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagi sumber, pelaku dan yang
menikmati hasil pembangunan. dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan untuk
masyarakat indonesia.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia, maka semakin banyak pula sumber daya
yang harus disediakan. Pembangunan berkelanjutan memanfaatkan banyak sumber daya
alam demi kesejahteraan penduduk.
Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan
produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat
didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya
secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan
ekologinya.
Agar masyarakat memiliki peran aktif dalam mengelola sumberdaya lingkungan maka
masyarakat perlu diberdayakan agar memiliki keteguhan untuk memegang teguh prinsip-
prinsip dalam mengelola sumberdaya.
Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa tim fasilitator dapat dilakukan dalam
minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap sosialisasi. Walaupun tim sudah
mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai penasehat atau konsultan apabila
diperlukan oleh masyarakat. Secara skematis, mekanisme pembagian peran menurut
periode antara tim pemberdayaan masyarakat dan kelompok masyarakat dalam proses
pemberdayaan masyarakat.