Anda di halaman 1dari 7

Melahirkan Pemimpin yang Populis,

Berintegritas, dan Cerdas Secara


Intelektual

MAKALAH

MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG POPULIS, BERINTEGRITAS, DAN CERDAS


SECARA INTELEKTUAL

OLEH

F.X. PHILIPUS SILI KABELEN

I. PENDAHULUAN

Di era global sekarang kita sering melihat lebih banyak pemimpin di negara ini yang lebih
mementingkan diri sendiri dalam kehidupan sosial bermasyarakat daripada pemimpin yang
benar-benar memperhatikan hak dan kebutuhan masyarakat (populis) khususnya masyarakat
menengah ke bawah. Entah dia sebagai pemimpin dalam organisasi masyarakat, organisasi
dalam bidang bisnis, organisasi pemerintahan, organiasi kepartaian atau organisasi yang
terbesar yaitu negara. Alih-alih memperhatikan masyarakat, pemimpin jaman sekarang justru
lebih memilih memperkaya diri sendiri dan kelompoknya, ataupun keluarganya. Hal ini dapat
dilihat dari begitu maraknya kasus korupsi yang terjadi di negara ini.
Dengung reformasi belum membawa perubahan berarti bagi masyarakat luas. Malah
sebaliknya masyarakat dihadapkan pada suatu kondisi yang sulit. Hal yang sama juga
dirasakan masyarakat di daerah Jakarta umumnya dan daerah jakarta Barat. Di sektor
kesejahteraan rakyat, kemiskinan yang tinggi, biaya kesehatan dan pendidikan yang mahal,
Kehidupan sosial politik yang tidak stabil, infrastruktur dan regulasi yang semrawut, dan
pemimpin yang bermental ‘tempe’ adalah situasi-situasi yang dihadapi masyarakat saat ini.
Tidak bisa dipungkiri bahwa situasi dan kondisi yang disebutkan diatas menyebabkan tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pemimpin di negara ini mengalami degradasi.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab semuanya itu. Salah satunya adalah kegagalan
para pemimpin dalam memimpin bangsa ini. Tidak adanya pemimpin yang cekat tanggap,
dan action dalam menghadapi masalah rakyatnya. Pemimpin yang tidak menjadikan
permasalahan rakyat yang dipimpinnya menjadi permasalahannya sendiri, sehingga
membawa bangsa ini menuju masa depan yang tidak pasti. Pemimpin yang tidak membela
hak rakyat kecil, serta tidak mengetahui kebutuhan rakyatnya.

Faktor lainnya adalah ketidakjujuran (integritas) seorang pemimpin dalam memimpin


bangsanya. Ketidakjujuran dapat menjerumuskan pemimpin dalam kubangan KKN, yang
bisa merugikan dirinya sendiri dan rakyat banyak. Kecerdasan intelektual juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik tidak
hanya menguasai bidang yang dipelajarinya, tetapi menguasai segala bidang yang bisa
mendukung dia dalam menjalankan roda kepemiminannya sehingga bisa diimplementasikan
ke dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Cerdas dalam berbagai hal sehingga bisa kritis,
analitis, dan bisa membawa rakyat menuju perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.

Kerinduan rakyat akan lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang bisa menjawab dan
memperbaiki semua situasi dan kondisi di negara ini sangatlah besar. Lalu solusi tipe
pemimpin seperti apakah yang bisa menjawab dilema masyarakat yang bisa membawa
perubahan dalam setiap aspek kehidupan ke arah yang lebih baik. Rakyat sangat
mengharapkan munculnya pemimpin yang benar-benar cerdas, yang mempunyai tanggung
jawab (reponsibility), pemimpin yang jujur (integritas), dan yang tidak kalah penting adalah
pemimpin populis yang dapat menjawab kebutuhan dan memperjuangkan hak rakyat kecil.

II.RUMUSAN MASALAH

1.
2. Apa itu pemimpin yang populis, berintegritas, dan cerdas secara intelektual?
3. Bagaimana menjadi pemimpin yang populis, berintegritas dan cerdas secara
intelektual?
III.PEMBAHASAN

POPULIS

Populis berkaitan dengan paham populisme. Populis berasal dari bahasa romania “populis”
yang artinya adalah rakyat serta bahasa latin “popus” yang sama artinya dengan populis.
Populisme dalam prakteknya adalah segala upaya untuk meyakinkan Rakyat entah itu
mengenai pemerintahan berjalan yang kotor atau kurang dapat mewakili rakyat,
menghilangkan Gap antara si kaya-raya dan si miskin dari goa hantu, dan Populisme sering
dikaitkan dengan penyelamat negara. Dalam hal penghilangan Gap antara kaya dan miskin
Populisme sendiri tidak lepas dari pemikiran-pemikiran mengenai sosialis.
Sosialisme (Marx), lahir dari beberapa cendekiawan untuk membela nasib
para pekerja. Karya terkenal yang berawal dari pemikiran Marx atau Lenin ini dapat
dikatakan adalah dasar dari populisme itu sendiri. mari kita perhatikan beberapa asumsi atau
kata kunci dalam memahami apa itu Populis, yaitu:


 Membela hak-hak kaum Proletar.
 Sosialisme adalah paham mengenai masyarakat yang lebih umum.
 Sosialis merupakan hasrat dan gerakan untuk membangun masyarakat yang adil
dan bebas.
 Hak milik pribadi harus dihapuskan.

 Marxisme juga adalah Sosialis tapi tidak semua Sosialis adalah Marxis

Ada juga beberapa pengertian lain tentang populisme, yaitu :


 Populisme adalah “sosialisme yang muncul dalam negara agraris terbelakang yang
sedang mengalami masalah modernisasi” (Andrzej Walicki, 1968)
 Populisme “pada dasarnya adalah ideologi rakyat kecil pedesaan yang terancam oleh
serbuan kapitalisme industri dan finansial” (Peter Worsley, 1967)
 “Populisme menyatakan bahwa kehendak masyarakat itu sendiri merupakan yang
tertinggi diatas semua standar yang lain” (Edward Shils, 1956)
 Populisme adalah “Kredo atau gerakan yang didasarkan atas premis utama bahwa
‘nilai moral’ yang paling baik itu terletak pada rakyat sederhana yang merupakan
mayoritas besar, dan pada tradisi kolektif mereka” (Peter Wiles, 1967)

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pemimpin yang populis
adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (optin for the poor). pemimpin yang populis lahir dari
pengikut atau benar lahir dari bawah (bottom-up). Karakteristiknya adalah bahwa dia sangat
dekat dengan bawahannya, mengetahui apa yang menjadi permasalahan bawahan atau
pengikutnya serta sangat peka dalam membantu menyelesaikan masalah yang diderita oleh
pengikutnya tersebut.

INTEGRITAS
Integritas berasal dari bahasa Latin integer; incorruptibility , firm adherence to a code of
especially moral a acristic values, yaitu , sikap yang teguh mempertahankan prinsip , tidak
mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.

Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila
kita menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari
integritas, kredibilitas dan segudang karakter muliah yang lainnya-pastilah akan bermuara
pada pribadi agung manusia .

Integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Seseorang
yang memiliki integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk kesenangan sesaat. Siswa yang memiliki
integritas lebih berhasil ketika menjadi seorang pemimpin, baik pemimpin formal maupun
pemimpin nonformal.

Integritas adalah satu kata dengan perbuatan, dia berkata jujur dan tentu saja tidak akan
bohong. Dalam hal ini Stephen R.Covey membedakan antara kejujuran dan integritass
“honesty is telling the truth, in other word, conforming our words reality-integrity is
conforming to our words, in other words, keeping promises and ful-filling
expectations.” Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sesuai dengan
kenyataan. Sedang integritas membuktikan tindakannya sesuai dengan ucapannya. Orang
yang memiliki integritas dan kejujuran adalah orang yang merdeka. Mereka menunjukan
keauntetikan dirinya sebagai orang yang tanggung jawab dan berdedikasi.

Integritas dan kepemimpinan sangat erat satu sama lain. Stephen Covey (2006)
menyebutkan integrity is doing what we say will do. Seorang pemimpin harus dapat
bertindak secara konsisten antara kata dan perbuatan.

Integritas yaitu apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Karena orang-
orang yang kita pimpin akan melihat sampai sejauh mana kita melaksanakan apa yang kita
ucapkan, sehingga mereka akan mengikuti apa yang kita perintahkan.

Untuk mewujudkannya memerlukan kerja keras, dengan memiliki integritas dalam


kepemimpinan, seorang pemimpin harus menggabungkan seluruh aspek yang ada dalam
dirinya dan menjadi satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lainnya.
Aspek-aspek tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotornya. Hal itu yang akan men-
cerminkan secara holistik dirinya sebagai seorang pemimpin.

Kepemimpinan yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan yang produktif yang
dilandasai oleh kekuatan moral berarti ia memiliki “Integritas” untuk bersikap dan
berperilaku sehingga ia mampu memberikan keteladanan untuk mempengaruhi orang lain
untuk melakukan perubahan yang terkait dengan proses berpikir.

Dengan pemikiran diatas, maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan “bagaimana ia


membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku
karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercayaan dan hubungan antara
individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas dan prosedur yang harus
ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang dapat menuntun mana yang jujur
dan yang tidak jujur yang tidak mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat
menyesatkan.

Jadi kepemimpinan yang memiliki “integritas”, maka ia menyadari benar bahwa rimba
hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan mempergunakan dengan dalih
kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut, karena ia akan menolak untuk ikut serta
dalam persaingan yang tidak sehat, walaupun hal itu merupakan tugas yang akan
dilaksanakannya. Oleh karena ia dalam bersikap dan berperilaku tidak akan melepaskan diri
dari membuat suatu keputusan yang adil dan objektif. Jadi dengan integritas itu berarti ia
memiliki manajemen intuitif untuk mengintegrasikan otak kanan dan kiri dengan hati sebagai
keterampilan manajemen abad baru.

CERDAS SECARA INTELEKTUAL

Seorang pemimpin harus cerdas secara intelektual karena pengalaman dan pendidikan yang
pernah dia alami yang menentukan arah dalam setiap pengambilan keputusan. Intelektualitas
tidak hanya tercermin dari prestasi yang ditorehkan, tetapi juga harus mempunyai
pengetahuan luas akan berbagai hal. Pemimpin yang cerdas secara intelektual akan
memberikan pengaruh positif dalam segala tindakannya. Dia akan memberikan ide-ide brilian
dalam setiap kegiatan keorganisasian. Inovasi dan kreatifitas yang dia punya akan semakin
menggairahkan atau memotivasi bawahannya untuk terus berkembang. Intinya dia akan jadi
teladan bagi anggotanya untuk memacu diri mereka menjadi insan yang berkualitas.

Seorang pemimpin diibaratkan seperti seorang Jenderal dalam peperangan, dia harus
mempunyai pengetahuan yang dalam tentang kekuatan pasukannya-nya dan juga kekuatan
dan kelemahan dari musuh-musuhnya, strategi dan taktik yang akan digunakan di medan
pertempuran. Semuanya itu akan membawa dia menang dalam pertempuran. Jika dikaitkan
dengan pemimpin dalam organisasi mulai dari organisasi terkecil sampai yang terbesar
misalnya dalam konteks sebuah negara, maka menjadi pemimpin tidak hanya mengandalkan
pengetahuan atau ilmu yang dikuasainya saja, tetapi harus bisa menguasai ilmu dari bidang-
bidang yang lain. Hal ini akan memudahkan dia dalam mengambil keputusan - keputusan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya sehingga bisa
mencapai visi dan misi yang diharapkan.

CARA MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG POPULIS, BERINTEGRITAS DAN


CERDAS SECARA INTELEKTUAL.

Pertama, Melahirkan seorang pemimpin yang berjiwa populis merupakan sebuah tantangan di
tengah era globalisasi dan modernisasi sekarang ini. Setiap organisasi pengkaderan
mahasiswa perlu melakukan perubahan (Transformasi) dalam membentuk kader-kadernya
yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini yang berjiwa populis. Perubahan yang
dimaksudkan adalah membuat suatu metode baru selain dalam hal pembinaan dan pendidikan
berjenjang di internal organisasi dengan lebih menekankan pada aksi-aksi nyata yang
berhubungan dengan jiwa populis. Jadi, tidak hanya dipelajari pada materi pembinaan seperti
Masa Penerimaan Anggota, Latihan Kepemimpinan (LK), Latihan Dasar Kepemimpinan
(LDK), dan latihan kegiatan pengkaderan lainnya tetapi benar-benar ditunjukan dengan aksi
nyata dengan terlibat dan berpihak langsung dengan masyarakat di sekitarnya khususnya
masyarakat golongan menengah ke bawah (kaum yang tertindas). Misalnya tidak hanya
dengan melakukan aksi demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang tidak memihak
kaum tertindas, ataupun hanya melakukan seminar membahas suatu masalah atau isu-isu
yang berkaitan dengan ketidakadilan terhadap kaum tertindas, tetapi dengan melakukan aksi-
aksi sosial atau ekskursi sosial. Hal ini yang harus diperbanyak intensitasnya dalam proses
pengkaderan dari internal organisasi.

Kedua, tidak bisa dipungkiri bahwa integritas merupakan ujian yang paling berat bagi
seorang pemimpin. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang benar-benar berjiwa integritas
tinggi dan bersih dari segala kasus KKN. Maka dari itu jiwa dan semangat integritas harus
ditanamkan sejak dini dengan berbagai cara, salah satunya adalah pendidikan berbasiskan
budaya. Bahwa nilai-nilai integritas seperti kejujuran, moral, tanggung jawab, loyalitas,
harus mulai ditanamkan kepada kader-kader dan dibudayakan dalam lingkungan organisasi.
Hal itu juga harus dibudayakan dari perangkat organisasi yang tertinggi sampai yang terkecil.
Sehingga, dengan demikian tumbuh kesadaran dari dalam diri kader-kader baru untuk bisa
memiliki semangat integritas yang tinggi. Contoh sederhananya adalah bisa dengan
melakukan laporan keuangan tiap bulannya, setelah dilaksanakan suatu kegiatan selalu dibuat
laporan pertanggungjawaban (LPJ). Implementasinya adalah kelak nanti setelah berproses di
dalam

Ketiga, cerdas secara intelektual juga diperlukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin
suatu perangkat organisasi ataupun pemimpin bangsa ini. setiap organisasi juga harus lebih
memikirkan cara atau metode agar kader-kadernya bisa dan mampu menguasai semua bidang
atau aspek lain dalam kehidupan ini yang diluar bidang atau ilmu yang dia pelajari selama di
bangku kuliah. Salah satu caranya adalah dengan lebih meningkatkan iklim diskusi pada
internal organisasi. Diskusi tidak hanya membahas isu-isu nasional yang sedang terjadi tetapi
bisa juga dengan sharing ilmu antar kader yang tentunya memiliki fokus kuliah pada satu
bidang. Sehingga, wawasan intelelektualitas kader semakin bertambah dan bisa diaplikasikan
setelah terjun ke masyarakat nantinya.

Selain cerdas secara intelektual, untuk menjadi seorang pemimpin juga diperlukan
kecerdasan secara spiritual dan emosional. Cerdas secara spiritual yang dimaksudkan adalah
bagaimana kita menjalin hubungan dengan Tuhan. Tidak ada pemimpin manapun di dunia ini
yang bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri bahkan dengan sekumpulan tim homo
sapiens terkuat yang dia bentuk, kenapa? karena banyak hal di dunia ini yang jauh sekali dari
nalar kita sebagai manusia. Banyak masalah yang sebenarnya tidak bisa dipecahkan sendiri
oleh kekuatan manusia, sekuat apapun dia. Manusia pasti butuh Tuhan, untuk bersandar,
mengadu, dan meminta. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap Kader
harus dilatih sedini mungkin agar tidak boleh melupakan Tuhan dalam kehidupannya
misalnya dengan cara berdoa tentunya sesuai dengan Agama masing-masing individu. Hal
lain yang bisa dilakukan adalah dengan berbagai kegiatan Spiritual yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi

Seorang pemimpin juga harus cerdas secara emosional. Perilaku keseharian dia, hubungan
dia sesama manusia, perilaku dia terhadap orang sekitarnya, terhadap lingkungannya,
terhadap dunia ini. Itulah kriteria lain untuk jadi seorang pemimpin. Karena kodratnya
manusia ialah makhluk lemah yang harus bersosial untuk mencapai sebuah tujuan, maka
seorang pemimpin pasti sadar bahwa dia membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan
menutupi kekurangannya. No one can stand alone. Keputusan yang tepat berasal dari
pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Jika kita memisalkan diri kita gelas, apa yang
akan kita tuangkan kepada orang lain apabila gelas tersebut jarang diisi. Maka seorang
pemimpin pastilah orang yang akan terus belajar, terus mendengar, terus memberi karena
dengan seperti itulah dia akan memberikan hal postif bagi orang yang dipimpinnya. Oleh
karena itu dibutuhkan lah sosok yang karismatik, bertanggung jawab, dan mempunyai
kepedulian tinggi. Teruslah belajar, teruslah merendah, teruslah bermanfaat terhadap orang
lain. Selain itu, seorang pemimpin juga harus pandai dalam menempatkan posisinya dalam
keadaan yang berbeda-beda. Seperti membaur tapi tak melebur. Dia harus punya prinsip yang
kuat sehingga keyakinan dia tak digoyangkan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan.
Pemimpin boleh salah, tapi pemimpin tak boleh ragu-ragu. Dan tentu dia harus punya
pengaruh yang kuat terhadap orang-orang disekitarnya.

IV.PENUTUP

KESIMPULAN :


 Di era globalisasi sekarang jarang sekali ditemukan pemimpin yang berjiwa populis,
berintegritas tinggi, dan cerdas secara intelektual.
 Pemimpin yang populis adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (option for the poor).
Peka dan secara langsung turun ke lapangan membantu rakyatnya.
 Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang memiliki mutu, sifat, atau
keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
 Pemimpin yang cerdas secara intelektual adalah pemimpin yang tidak hanya
menguasai ilmu yang dipelajarinya, tetapi harus bisa menguasai bidang atau ilmu
yang lain.
 Cerdas secara intelektual harus dibarengi dengan cerdas secara spiritual dan cerdas
secara emosional.

SARAN :

1.
2. Setiap organisasi pengkaderan harus membuat sebuah gebrakan baru atau
transformasi dalam pembinaan kader yang berjiwa populis melalui aksi-aksi nyata.
3. Nilai integritas harus dibudayakan dalam internal organisasi dari perangkat yang
tertinggi sampai yang terkecil.
4. Iklim diskusi dan sharing ilmu antar kader harus lebih ditingkatkan di internal
organisasi untuk menambah wawasan demi tercapainya pemimpin yang cerdas secara
intelektual.

Anda mungkin juga menyukai