Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang sampai
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan sehat, sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah ini tentang “gangguan rasa nyaman nyeri”.

Ucapan terimakasih tak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-teman yang
banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari
segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian.

Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan bisa memberikan
manfaat untuk diri kami agar bisa lebih baik dalam membuat karya tulis ini.

Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun bisa memberikan manfaat untuk diri
sendiri, teman- teman, serta orang lain.

Jakarta, 18 Desember 2017

Kelompok 7 dan kelompok 8


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Nyeri adalah perasaan ketika individu mengalami dan mengeluhkan ketidaknyamanan


yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 1 detik hingga kurang dari 6
bulan (Carpendito, 2012)

Nyeri adalah sensasi tidak nyaman subjektif yang dihasilkan dari interaksi saraf sensorik
multiple yang dibangkitkan oleh stimuli fisik, kimia, biologis dan psikologis. (Cynthia M.
Taylor, 2010)

B. FISIOLOGI

Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensori primer yang berugas mendeteksi kerusakan
jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan reseptor
yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor merupakan
ujung-ujung saraf perifer yang tidak bermielin atau sedikit bermielin. Reseptor nyeri
tersebut dapat ditangkap oleh stimulus mekanis, suhu, kimiawi, sedangkan proses
fisiologis nyeri terbagi 4 fase, yaitu:
1. Transduksi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan ( misalnya
bahan kimia, listrik, suhu atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia
(misalnya prostiloglandin, bradikinin, histamin, substansi p) yang mensensitisasi
nosiseptor.
2. Transmisi
Fase transmisi nyeri terdiri atas 3 bagian, pada bagan pertama nyeri merambat dari
serabut saraf perifer ke medulla spinalis. 2 jenis serabut nosiseptor yang terlibat
dalam proses tersebut adalah serabut c yang mentransmisikan nyeri tumpul dan
menyakitkan, serta serabut a delta adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis ke
batang otak dan thalamus melalui jarak spinata kemikus (shinothalamus tract (STT)
3. Persepsi
Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri, persepsi nyeri tersebut terjadi
distruktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai strategi perilaku
kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan efektif nyeri.
4. Modulasi
Fase ini disebut juga system tenzenden. Pada fase ini neuron dibatang otak
mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke modula spinalis serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperti oproid seretonie dan nonepinefrin yang akan
menghambat implus asenden yang membahayakan dibagian dorsal medulla spinalis.

C. JENIS
Jenis nyeri diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1. Nyeri perifer, nyeri ini ada 3 macam yaitu:
a. Nyeri superfinal, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan
mukosa.
b. Nyeri visceral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri
dirongga abdomen, kranum, thoraks.
c. Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral, nyeri muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis ke batang otak dan
thalamus.
3. Nyeri psikogenik, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri seringkali nyeri
ini muncul karena faktor psikologis bukan fisiologis.

D. BENTUK
Bentuk nyeri dibagi atas 2, yaitu :
1. Nyeri akut, nyeri ini biasanya berlangsung bisa lebih dari 6 bulan gejalanya
mendadak dan biasanya penyebab dan lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut
ditandai dengan peningkatan tegang otot dan kecemasan yang keduanya
meningkatkan presepsi nyeri.
2. Nyeri kronis, nyeri ini berlangsung lebih dari 6 bulan sumber nyeri bisa diketahui
atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.
Selain itu, penginderaan nyeri jadi lebih dalam sehingga si penderita sukar untuk
menunjukkan lokasinya.

E. FAKTOR PENGARUH
1. Etnik dan nilai budaya
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi
terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresi dalam mengungkapkan nyeri. Sedangkan individu dari budaya
lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang
lain.
2. Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan
mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Anak-anak cenderung mampu
menggungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibanding orang dewasa dan dapat
menghambat penanganan nyeri untuk mereka.
3. Lingkungan dan individu
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan aktivitas
yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri selain itu, dukungan dari
keluarga dan orang terdekat dari salah satu individu.
4. Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga mempengaruhi terhadap presepsi nyeri individu dan
kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri cenderung terasa
terancam dengan peristiwa nyeri dibandingkan individu lain yang belum pernah
mengalami nyeri.

F. CARA MENGUKUR INTENSITAS NYERI


1. Skala wajah (wong – baker faces pain rating scale)
Penilaian nyeri menggunakan skala wong – baker sangatlah mudah namun perlu
kejelian sipenilai pada saat memperhatikan ekspresi wajah penderita karena penilaian
menggunakan skala ini dilakukan dengan hanya melihat ekspresi wajah penderita
pada saat bertatap muka tanpa menanyakan keluhannya.
a. Ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali
b. Ekspresi wajah 2 : nyeri hanya sedikit
c. Ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri
d. Ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri
e. Ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat
f. Ekspresi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis
2. Skala Angka nyeri 0- 10 (comparative pain scale)
a. 0 : tidak ada rasa nyeri atau normal
b.1 : nyeri hamper tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk
c. 2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan seperti dicubit)
d.3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah/disuntik
e. 4 : menyedihkan (kuat,nyeri sangat dalam) seperti sakit gigi dan nyeri disengat
tawon
f. 5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir
keseleo
g.6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang sangat menusuk begitu kuat sehingga tampak
nya mempengaruhi salah satu dari panca indra (menyebabkan tidak focus dan
komunikasi terganggu)
h.7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan merasakan
rasa nyeri yang sangat mendominasi indra si penderita yang menyebabkan
tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan
sendiri
i. 8 : benar – benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga menyebabkan si
penderita tida bisa berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan
kepribadian yang parah jika nyeri datang dan berlangsung lama
j. 9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga si penderita
tidak bisa mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya
bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping atau resikonya
k.10 : sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri yang begitu
kuat tidak sadarkan diri)n biasanya pada skala ini si penderita tidak lagi
merasakan nyeri karena sudah tidak sadrkan diri akibat rasa nyeri yang sangat
luar biasa seperti pada kasus kecelakaan parah, multifaktur

Dari 10 skala diatas dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Skala nyeri 1 – 3 (nyeri ringan)


Nyeri masih dapat ditahan dan tidak mengganggu pola aktivitas si penderita
b.Skala nyeri 4 – 6 (nyeri sedang)
Nyeri sedikit kuat sehingga dapat mengganggu pola aktivitas si penderita
c. Skala nyeri 7 – 10 (nyeri berat)
Nyeri yang sangat kuat sehingga menularkan terapi medis dan tidak dapat
melakukan pola aktivitas mandiri

G. ETIOLOGI NYERI
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali, dan
sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja
berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi
yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena
ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

H. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi

I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Non farmakologi
a. Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain

b. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :

1) Kompres dingin
2) Counteriritan, seperti plester hangat.

2. Farmakologi adalah obat:

a. Obat

b. Injeksi

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Terdiri nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal
masuk, dan diagnose medis
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama berdasarkan PQRST. penyebab dari gangguan nyeri seberapa parah
gangguan nyeri yang terjadi seberapa jauh gangguan nyeri yang terjadi, kapan gangguan
nyeri mulai dirasakan pasien
c. Riwayat penyakit dulu
Meliputi riwayat penyakit menular, penyakit keturunan, dan alergi obat – obatan atau
makanan
2. POLA – POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan, status ekonomi
b. Pola nutrisi dan metabolism
Penimbunan nutrisi atau cairan keadaan yang mengganggu nutrisi, status gizi
c. Pola eliminasi
1. Defikasi
Frekuensi, feses konsentrasi, warna, bau
3. Uriene atau miksi
Frekuensi, konsentrasi urine,warna, bau
4. Pola tidur dn istirahat
Lamanya tidur , suasana tidur
5. Pola aktivitas sehari-hari
6. Pola hubungan dan peran
Interaksi dengan orang lain, interaksi dengan keluarga
7. Pola persepsi dan konsep diri
8. Pola sensori dan kognitif
9. Pola reproduksi seksual
10. Pola penanggulangan strees
11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Anda mungkin juga menyukai