Riza
Riza
PENDAHULUAN
1
Tinjauan yang diambil dari Pembangunan Hotel @Hom ini adalah struktur
balok dan kolom. Balok itu adalah suatu struktur yang penting dalam suatu
pembangunan gedung karena berguna untuk menyangga lantai yang terletak
diatasnya. Selain itu, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju
kebagian kolom bangunan. Kolom adalah suatu batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan struktur yang penting
dari suatu bangunan serta termasuk dalam struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup, serta beban angin. Kolom berfungsi
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi, agar bangunan bangunan
menjadi kokoh dan mampu menahan beban yang dipunya baik beban sendri,
beban hidup, beban mati dan beban angin.
2
1.3.1. Data Proyek
Nama Proyek : Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Lokasi : Jalan. Ipda Tut Harsono No.24, Muja-Muju,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Penggunaan Bangunan : Gedung Hotel
Pemilik Proyek : PT. Royal Emerald Internasional
Konsultan Perencana : Jimmy Patty Architecture
Konsultan Struktur : Siriana
Kontraktor / Pelaksana : Tim Swakelola @Hom
Nilai Kontrak : ± Rp. 66.000.000.000,00
Luas Bangunan : ±5518,12 m²
Mulai Pengerjaan : 16 Juli 2016
1.3.2. Lokasi Proyek
Proyek Pembangunan Hotel @Hom terletak di Jalan Ipda Tut Harsono No.
24 RT.23 RW.07, kelurahan Muja-Muju, kecamatan Umbulharjo,Kota
Yogyakarta atau secara geografis memiliki batas–batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Jogja Film Academy (Gedung Abhiseka)
b. Sebelah Timur : Pemukiman Warga
c. Sebelah selatan : Hotel Gaia Cosmo
d. Sebelah Barat : Pemukiman Warga
3
Lokasi Proyek Pembangunan Hotel @Hom dapat di lihat pada Gambar
1.1 di bawah ini
Lo Lokasi proyek
Hotel @Hom
4
Lantai 5 : ± 590,04 m2
Lantai 6 : ± 590,04 m2
Atap : ± 636,42 m2
5
1.4. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang ada pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Yogyakarta ini
adalah sebagai berikut.
1. Pekerjaan Persiapan dan Pembersihan Lokasi
2. Pekerjaan Pekerjaan Bouwplank dan Galian Tanah
3. Pekerjaan Struktur Beton ( Fondasi, Tie Beam, Kolom, Balok, Pelat, Tangga,
Atap, dll)
4. Pekerjaan Kolam Renang
5. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran.
6. Pekerjaan Kusen Kayu
7. Pekerjaan Sanitasi
8. Pekerjaan Instalasi Listrik
9. Pekerjaan Plafond
10. Pekerjaan Lantai dan Keramik
11. Pekerjaan Cat dan Finishing
12. Pekerjaan Pembersihan
6
membutuhkan estimasi biaya sebesar Rp.66.000.000.000.00 sumber dana berasal
dari pihak pemilik yaitu PT. Royal Emarld Internasioanl.
7
c. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan
Gedung yang memuat pengaturan IMB.
d. Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013 Tentang Pengendalian
Pembangunan Hotel.
8
BAB II
DASAR–DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
9
Tahapan ini terdiri dari gambar-gambar sketsa atau merupakan outline dari
bangunan berikut dengan perkiraan biaya proyek. Gambar-gambar tersebut
dikembangkan lebih rinci lagi untuk dapat dipakai sebagai dasar
pembahasan berikutnya.
2. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari gambar–gambar Pra Rencana dan
gambar–gambar dasar dengan skala lebih besar. Kemudian gambar–gambar
ini dikembangkan lagi menjadi gambar–gambar detail yang dilengkapi
dengan uraian kerja dan syarat–syarat perhitungan anggaran bangunan.
3. Pembuatan Gambar–gambar Detail
Merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci pekerjaan
konstruksi, disamping sebagai dasar pelaksanaan.
4. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat–syarat
Rencana kerja dan syarat–syarat ini mencakup semua aspek antara lain
material, peralatan, tenaga kerja, maupun mutu dari pekerjaan.
5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Anggaran Biaya adalah perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk bahan,
upah, dan biaya lain dalam pelaksanaan proyek.
10
b. Pembiayaan
Seluruh pekerjaan struktur atau non struktur diusahakan mempunyai
alternatif biaya paling murah tanpa mengabaikan keindahan, kekuatan dan
keamanan.
c. Kenyamanan
Gedung harus memberi ruang gerak cukup, ventilasi baik, penyinaran cukup
dan kebutuhan air terpenuhi.
d. Keamanan
Keamanan harus mencakup bangunan itu sendiri yang meliputi hitungan
struktur sehingga gedung kuat dan mampu mendukung beban–beban yang
bekerja padanya serta memberi perlindungan kepada pemakainya.
e. Perawatan
Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar bangunan
tetap prima dan tetap mampu menjalankan fungsinya dnegan baik seperti
pengecetan ulang cat yang mengelupas, mengganti pipa–pipa yang berkarat,
mengganti kayu–kayu lapuk, dan sebagainya.
11
b. Pengujian Tanah
Pengujian tanah bertujuan untuk mengetahui nilai–nilai seperti kadar air,
berat jenis, γb, γk dan geser langsung (c dan Ө). Nilai-nilai tersebut
digunakan untuk menentukan dan menghitung rencana Pondasi.
c. Analisa Butiran
Analisa butiran untuk mengetahui jenis butiran tanah dan gradasi butiran
tanah.
d. Sondir
Uji sondir berfungsi sebagai :
1. Menentukan jenis lapisan tanah kearah lateral dan vertikal.
2. Mengetahui kuat dukung tanah.
3. Mengidentifikasi kondisi air tanah.
12
1. Pondasi
Pondasi adalah struktur paling bawah dari suatu konstruksi (gedung,
jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, tanggul, dll) yang
berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal diatasnya (kolom) maupun beban
horisontal ke tanah. Pondasi yang digunakan pada Pembangunan Gedung Hotel
@HOM Timoho, Yogyakarta adalah Pondasi Borepile dengan satu (1) tipe yaitu,
B-1 dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik 300 Kg/cm². Pondasi borepile
adalah Pondasi yang masih satu tipe dengan tiang pancang. Hanya saja yang
membedakan adalah cara pembuatannya yaitu dengan membuat lubang,
memasukkan tulangan dan mengecor di tempat (Cast in situ concrete pile).
Borepile adalah alternatif lain apabila dalam pelaksanaan lokasinya sangat sulit
atau beresiko apabila menggunakan tiang pancang (spoon pile). Seperti, masalah
mobilisasi peralatan, dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
(getaran, kebisingan, kebersihan) dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
kegiatan pekerjaan tersebut.
Dalam pemilihan bentuk dan jenis Pondasi yang memadai perlu
diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan Pondasi tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan jenis
Pondasi adalah :
a. Keadaan tanah yang akan dipasangi Pondasi
1. Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2–3 meter di bawah
permukaan tanah maka Pondasi yang dipilih sebaiknya jenis Pondasi
dangkal (Pondasi jalur atau Pondasi telapak).
2. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 10 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang digunakan biasanya adalah
Pondasi tiang minipile atau Pondasi tiang apung untuk memperbaiki tanah
Pondasi.
3. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 20 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang biasa dipakai adalah Pondasi
tiang pancang atau Pondasi bor bilamana tidak boleh terjadi penurunan. Bila
13
terdapat batu besar pada lapisan tanah, pemakaian kaison lebih
menguntungkan.
4. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 30 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang dipakai adalah Pondasi kaison
terbuka tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.
5. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 40 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang dipakai adalah tiang baja dan
tiang beton yang dicor ditempat.
b. Batasan–batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
Kondisi struktur yang berada diatas Pondasi juga harus diperhatikan dalam
pemilihan jenis Pondasi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh fungsi dan
kepentingan suatu bangunan, jenis bahan bangunan yang dipakai
(mempengaruhi berat bangunan yang ditanggung Pondasi) dan seberapa
besar penurunan yang diijinkan terjadi pada Pondasi.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dimana suatu konstruksi tersebut dibangun.
2. Waktu Pekerjaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan Pondasi juga harus diperhatikan agar tidak
mengganggu kepentingan umum.
3. Biaya
Jenis Pondasi juga harus mempertimbangkan besar anggaran biaya
konstruksi yang direncanakan, tetapi harus tetap mengutamakan kekuatan
dari Pondasi tersebut agar konstruksi yang didukung oleh Pondasi tetap
berdiri dengan aman.
2. Tie Beam atau Sloof
Tie beam atau sloof adalah balok yang berfungsi sebagai pengikat antar
Pondasi sehingga apabila terjadi penurunan pada Pondasi penurunan itu dapat
tertahan atau akan terjadi secara bersamaan. Tie beam atau sloof yang digunakan
pada proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat
sembilan (9) tipe yaitu TB-1A, TB-1B, TB-1C, TB-1D, TB-2A, TB-2B, TB-3A,
TB-3B, TB-3C dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².
14
2.4.2. Struktur Atas
Struktur atas atau upper structure adalah bagian dari struktur yang
berfungsi menerima kombinasi pembebanan yaitu beban mati, beban hidup, berat
sendiri struktur dan beban lain yang direncanakan. Struktur bangunan atas harus
mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus menjamin dari segi
keamanan dan kenyamanan. Konstruksi struktur atas yang digunakan pada
Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini adalah beton
bertulang yang terdiri dari :
1. Pile Cap
Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang–tiang menjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap biasanya terbuat dari beton
bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan :
a. Pile cap sangat kaku.
b. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
c. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
Pile cap yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel
@HOM Timoho, Yogyakarta dengan lima (5) tipe yaitu, P-1, P-2, P-3, P-4,
P-5 dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik 300 Kg/cm².
2. Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
memikul beban vertikal, beban horisontal mang bervariasi maupun momen yang
berasal dari beban tetap maupun sementara. Dimensi kolom yang dirancang
bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebannya semakin besar
dimensi kolomnya. Beban tersebut antara lain beban mati berupa beban berat
sendiri, beban akibat balok dan plat lantai serta beban hidup. Kolom–kolom
struktur pada bangunan ini dirancang bentuk persegi. Kolom yang digunakan
dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat
15
(tujuh) 7 tipe yaitu tipe K-1, K-2, K-4, K-5, k-6, dan K-1A dengan selimut beton
4 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².
3. Balok
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai
dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkannya ke kolom.
Balok juga berfungsi membagi plat menjadi segmen-segmen dan sebagai pengikat
kolom yang satu dengan lainnya sehingga diperoleh struktur yang kaku dan
kolom.
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan meneruskan
beban dari plat ke balok induk. Balok anak berfungsi mereduksi luas penampang
plat yang terikat pada balok. Perbedaan antara balok induk dan anak pada
tumpuannya. Balok induk menumpu pada kolom sedang balok anak menumpu
pada balok induk.
Balok yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta terdapat duapuluh sembilan (29) tipe yaitu tipe B-1A, B-1B,
B-1C, B-1D, B-1E, B-1F, B-2, B-2A, B-2B, B-2C, B-2D, B-3A, B-3B, B-3C, B-
3D, B-4A, B-4B, B-4C, B-5, B-6A, B-6B, B-6C, B-7, B-7A, B-7B, B-8A, B-8B,
B-K1 dan B-K2 dengan selimut beton 3 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².
4. Plat Lantai
Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi berbentuk plat yang
menumpu pada balok. Plat lantai harus mampu menahan beban mati dan hidup
pada waktu pelaksanaan konstruksi maupun saat gedung dioperasikan. Pada
proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini terdapat 1
jenis plat lantai yaitu (Tebal 180 mm, 15 mm dan 100 mm Selimut beton 2 cm
dan Karakteristik beton 350 Kg/cm²) tetapi pada laporan kerja praktik ini akan
dijelaskan 3 jenis plat lantai diantaranya plat lantai konvensional, plat lantai
sistem wiremesh, plat lantai sistem bondek.
a. Plat Lantai Konvensional
Plat lantai konvensional adalah plat lantai beton bertulang yang
menggunakan tulangan beton pada umumnya dengan diameter dan jarak yang
telah ditentukan berdasarkan perhitungan struktur. Pada proyek Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta plat lantai konvensional digunakan
16
pada bagian lantai basement sampai plat atap dengan tebal yang berbeda yaitu
110 mm, 120 mm dan 150 mm, dengan ketebalan selimut 4-5 cm. Tulangan plat
lantai sistem konvensional dapat di lihat pada Gambar 2.1. di bawah ini..
17
c. Pelat Lantai Sistem Bondek
Plat lantai sistem bondek adalah peat lantai beton bertulang di mana fungsi
tulangan bajanya digantikan oleh wiremesh dan bondek pada dasar plat. Pada
proyek proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta tidak
menggunakan plat lantai sistem bondek. Kelebihan dari sistem ini adalah
mengurangi penggunaan triplek sebagai alas bekisting dalam pembuatan pelat
lantai, dengan syarat plat bondek harus masuk kedalam bekisting balok minimal 5
cm, mempercepat pengerjaan penulangan karena hanya menambah satu lapisan
wiremesh di atasnya. Tulangan plat lantai sistem bondek dapat di lihat pada
Gambar 2.3. di bawah ini.
18
e. Atap
Atap adalah penutup bangunan gedung yang terletak dibagian paling atas.
Atap merupakan elemen vital pada konstruksi gedung karena untuk menutupi
seluruh bagian gedung itu sendiri. Struktur atap harus disesuaikan dengan denah
dan bentuk keseluruhan bangunan. Atap terdiri dari rangka atap dan penutup atap.
Pada proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat
dua jenis atap yaitu atap plat beton bertulang seperti yang telah dijelaskan pada
bagian plat diatas serta atap baja konvensional dengan penutup atap berupa
genteng.
19
BAB III
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
20
lainnya atau sekelompok masyarakat. Dari pengertian itu bahwa swakelola
bersifat mandiri dan dikerjakan oleh pemilik sendiri, bukan melalui penyedia jasa,
bukan melalui penyedia jasa. Jadi apabila tetap menggunakan penyedia barang
atau jasa, semisal toko, kontraktor, konsultan, tenaga ahli dan swasta, PT atau
CV, dan lain-lain, maka itu bukanlah swakelola. Struktur organisasi pada Tim
Swakelola Pembangunan Gedung Hotel @HOM dapat dilihat pada Gambar 3.1.
di bawah ini.
21
b. Seorang Project Manager membutuhkan keterampilan organisasi dan
komunikasi yang baik, karena tidak ada toleransi untuk melakukan
kesalahan sedikitpun.
c. Project Manager memastikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi, proyek
selesai tepat waktu dan sesuai anggaran dan bahwa orang lain melakukan
pekerjaan mereka dengan baik.
d. Mengorganisir berbagai orang profesional yang bekerja pada sebuah
proyek.
e. Melakukan analisis, penilaian dan kontrol terhadap risiko kerja.
f. Memastikan bahwa semua tujuan proyek terpenuhi.
g. Memastikan standar kualitas terpenuhi.
h. Menggunakan teknologi terbaru IT untuk mengorganisir tenaga kerja dan
kemajuan pekerjaan proyek.
i. Merekrut tenaga professional dan menentukan sub-kontraktor pemenang
tender pekerjaan.
j. Pemantauan sub-kontraktor untuk memastikan pedoman dipertahankan.
k. Bertanggung jawab penuh pada seluruh kegiatan akuntansi, biaya dan
penagihan.
l. Bertanggung jawab penuh pada kegiatan serah terima pekerjaan kepada
klien.
2. Site Manager (Struktural)
Bagian Site Manager (struktural) di jabat oleh Bapak Ir. Soepomo, MM.
Penjabaran tugas, tanggung jawab dan wewenang seorang Site Manager
sebagai berikut:
a. Tugas Perencanaan
1. Merencanakan “Time Schedule” pelaksanaan proyek sesuai dengan
kewajiban dari perusahaan terhadap pemilik proyek atau kepentingan
perusahaan sendiri.
2. Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk
setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu
penggunaannnya.
b. Tugas dan kontrolling pengarahan
22
1. Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek. Instruksi-instruksi pekerjaan secara umum
dapat diberikan secara lisan dan yang bersifat khusus dibukukan dalam
buku instruksi pengawas.
2. Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis, kualitas pekerjaan,
maupun time schedule.
3. Mengadakan kontrol disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek,
mandor maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan
wewenang masing-masing.
c. Tugas Laporan
1. Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis
dengan Direktur.
2. Membuat laporan mingguan untuk Direktur yang mencakup kegiatan
proyek, kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu
dilaporkan.
3. Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan
Direktur.
d. Tugas pengaturan tenaga
1. Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana
time schedule.
2. Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai
dengan target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-
masing.
3. Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga pelaksana
kepada Direktur.
4. Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuk dihitung oleh
Budget Control, mencek ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh
Direktur.
3. Site Engineer
Bagian Site Engineer dipegang oleh Bapak Hermawan, S.T. Tugas,
tanggung jawab dan wewenang Site Engineer di halaman selanjutnya.
23
a. Memberikan petunjuk kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan
pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik di tandatangani.
b. Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk
menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain, termasuk data
pendukung yang diperlukan.
c. Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan ini akan
dipenuhi dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan major
serta pemeliharaan jalan.
d. Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan
e. Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan major tidak
akan terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-masing paket kontrak
dalam menentukan lokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis pekerjaan
yang secara khusus disebutkan dalam dokumen kontrak.
f. Membantu tim di lapangan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan
kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
g. Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam
mencari pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik
sehubungan dengan teknis maupun permasalahan kontrak.
h. Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium serta menyusun
rencana kerjanya.
i. Memeriksa hasil laporan pengujian serta analisanya.
j. Bertanggung jawab atas pengujian dan penyelidikan material/bahan di
lapangan. Membantu Chief Supervision Engineer dalam melaksanakan
tugas. Mengikuti petunjuk-petunjuk dan persyaratan yang telah ditentukan
terutama sehubungan dengan :Inspeksi secara teratur ke paket-paket
pekerjaan untuk melakukan monitoring kondisi pekerjaan dan melakukan
perbaikan-perbaikan agar pekerjaan dapat direalisasikan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman terhadap
spesifikasi. Metode pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan yang di
sesuaikan dengan kondisi di lapangan.
24
k. Membantu pejabat pelaksana teknis kegiatan dalam penyelesaian
administrasi kemajuan proyek. Bantuan ini termasuk mengumpulkan data
proyek seperti kemajauan pekerjaan, kunjungan pekerjaan, kunjungan
lapangan, rapat-rapat koordinasi dilapangan, data pengukuran kuantitas,
pembayaran kepada kontraktor. Semuanya dikumpulkan dalam dalam
bentuk laporan kemajuan bulanan dan memberikan saran-saran untuk
mempercepat pekerjaan serta memberikan penyelesaian terhadap kesulitan
yang timbul baik secara teknis maupun kontraktual untuk menghindari
keterlambatan pekerjaan.
4. Drafter
Bagian drafter di jabat oleh Bapak Apri Kurniawan, S.T. drafter bertugas
membantu arsitek, struktural dan mechanical & electrical plumbing
merealisasikan hasil rancangan pengembangan kawasan dalam bentuk gambar
rencana sehingga dapat direalisasikan.
5. Administasi keuangan
Bagian administrasi keuangan di jabat oleh Bapak Ruddy, S.E., bertugas
mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material, membuat
jadwal pengadaan material berdasarkan penggunaannya dan melakukan
pengadaan material sesuai jadwalnya.
6. Gudang 1 dan 2
Bagian gudang di jabat oleh Bapak Herman dan Bapak Busrro. Beliau
bertugas mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material,
membuat jadwal pengadaan material berdasarkan penggunaannya dan melakukan
pengadaan material sesuai jadwalnya.
7. Mandor
Bagian mandor ada 2 di jabat oleh Bapak Ali Ahmad dan dan Bapak
Saerozi. Sebagai mandor Saudara Ali dan Saerozi mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a) Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan yang menjadi kewajibannya.
b) Mempelajari gambar dan spesifikasi proyek.
c) Melakukan persiapan lapangan, termasuk pengukuran.
d) Membuat laporan realisasi quantity pekerjaan yang telah dilaksanakan.
25
e) Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana/mandor.
f) Dapat membuat opname borongan.
g) Membuat rekapitulasi kebutuhan material proyek.
h) Memberikan usulan kepada pemilik apabila menjumpai beberapa kesulitan
dalam pelaksanaan.
26
BAB IV
ADMINISTRASI PROYEK
27
6. Jumlah tenaga kerja di lapangan.
7. Hal–hal yang terjadi di lapangan.
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian pekerjaan hari–hari
sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan selama satu
minggu. Berikut ini merupakan gambaran mengenai laporan mingguan :
1. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan selama satu minggu, jenis peralatan dan
jumlahnya, jumlah tenaga kerja, material yang digunakan serta volumenya.
2. Besar biaya proyek yang dikeluarkan selama satu minggu dan perencanaan
biaya yang akan dikeluarkan minggu berikutnya.
3. Jumlah pemakaian dan pemasukan bahan.
4. Catatan permasalahan yang ada selama satu minggu pelaksanaan.
5. Hambatan–hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan dan
peralatan serta cara menanganinya.
6. Catatan tentang ada tidaknya pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang dalam
pelaksanaan proyek selama satu minggu.
7. Instruksi, informasi, serta keputusan yang diperlakukan kontraktor untuk
minggu berikutnya dari pemberi tugas.
c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat agar penggunaan dana dan prestasi kerja selama
satu bulan dapat dikontrol oleh pemilik proyek sesuai dengan kesepakatan.
Laporan bulanan merupakan akumulasi dari laporan mingguan dilengkapi foto
dokumentasi sebagai tolok ukur realisasi kemajuan pelaksanaan proyek dan
evaluasi kemajuan pekerjaan terhadap rencana awal.
Dalam laporan bulanan berisi seluruh kegiatan proyek baik pelaksanaan
maupun kegiatan–kegiatan penunjangnya terdapat dalam hal–hal sebagai berikut :
1. Data umum proyek.
2. Master Schedulle.
3. Monthly Progress Report.
4. Permasalahan yang terjadi beserta pemecahannya.
5. Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap.
28
6. Foto dokumentasi kemajuan proyek.
4.2.2. Administrasi Proyek
Administrasi proyek berisikan tentang laporan keuangan yang dibuat bagian
administrasi proyek dan dituangkan dalam bentuk laporan sebagai berikut :
1. Daftar pembayaran tidak langsung yang dibuat setiap hari dan berisi tentang
pengeluaran uang yang dipergunakan setiap hari.
2. Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang keadaan
keuangan proyek perminggu.
4.2.3. Rapat Proyek
Rapat proyek merupakan pertemuan yang diadakan dan dihadiri oleh
seluruh anggota dari pihak pelaksana serta pihak pemilik proyek guna
mengadakan koordinasi lebih lanjut pada penanganan proyek. Rapat ini sebagai
media untuk membahas masalah yang terjadi dan penyelesaiannya. Pada kondisi
tertentu rapat dapat dilaksanakan diluar waktu apabila terdapat masalah. Masalah
yang biasanya dibahas dalam rapat adalah :
1. Kesulitan yang dihadapi oleh pihak pelaksana dalam pelaksanaan
dilapangan.
2. Alternatif dari pelaksanaan proyek dan masalah lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek secara teknis dan detail lebih rinci dan jelas.
3. Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang telah dibuat.
4. Permasalahan atau macam kesulitan yang menjadi faktor penghambat dan
alternatif penanggulangannya.
5. Evaluasi proyek yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Membahas jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada satu minggu
kedepan secara rinci dan jelas.
Dalam proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho,
Yogyakarta rapat proyek dilakukan pada setiap minggunya yaitu pada hari Senin,
Rabu dan Sabtu.
29
disediakan untuk masing–masing tahapan pekerjaan. Bentuk rencana kerja yang
terdapat didalam proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta ini adalah:
4.3.1. Time Schedulle
Time Schedulle adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel berisi
jenis–jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan berakhirnya setiap
jenis pekerjaan tersebut. Namun pada umumnya time schedulle tidak
memperhatikan masalah biaya dan kuarang jelas menunjukkan ketergantungan
antara jenis pekerjaan satu dengan lainnya. Time schedulle pada proyek
pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta dapat
dilihat pada lampiran.
4.3.2. Kurva S
Kurva S adalah grafik yang menyatakan hubungan antara bobot kumulatif
kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksanaan pekerjaan dalam
satuan waktu. Dengan adanya kurva S dapat diikuti perkembangan pekerjaan
setiap saat sehingga dapat diketahui dengan cepat apabila proyek mengalami
keterlambatan atau kemunduran. Kurva S juga dapat dipakai untuk menilai
prestasi kerja kontraktor sampai waktu yang ditinjau. Namun dalam kenyataan
dilapangan pada tiap kegiatan yang direncanakan masih sering timbul
permasalahan yang menghambat penyelesaian proyek. Permasalahan tersebut bisa
berupa masalah teknis atau non teknis yang sulit diputuskan. Kurva S pada proyek
pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta dapat
dilihat pada lampiran.
4.3.3. Shop Drawing
Shop Drawing adalah gambar detail pada gambar kerja sehingga
memudahkan pelaksanaan dan menghindari kesalahan serta memperlancar
jalannya pekerjaan. Namun pada pelaksanaannya sering terjadi perubahan gambar
kerja yang lebih lengkap dan disetujui oleh pihak pelaksana. Gambar shop
drawing pada proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta dapat dilihat pada lampiran.
30
4.4. TENAGA KERJA, WAKTU KERJA DAN UPAH KERJA
Prinsip pengaturan kerja, waktu kerja dan upah kerja diatur dalam Undang-
undang Perburuhan mengenai jam kerja, jam lembur, upah minimum dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah ketenaga kerjaan.
4.4.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada proyek pembangunan Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini ada dua yaitu :
1. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah karyawan yang diangkat dan mendapat gaji tetap
langsung dari kantor pusat.
2. Tenaga Kerja Borongan.
Tenaga Kerja Borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapat upahnya berdasarkan prestasi pekerjaan yang telah dilakukannya.
Mandor berkewajiban mengatur anak buahnya yang disesuaikan
kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan.
4.4.2. Waktu Kerja
Waktu Kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho,
Yogyakarta
Waktu kerja setiap hari Senin-Minggu
1. Senin-Kamis : Pukul 08.00–17.00 WIB
2. Jumat : Pukul 08.00–16.00 WIB
3. Sabtu : Pukul 08.00–12.00 WIB
4. Minggu : Pukul 08.00–16.00 WIB
Waktu libur pada proyek ini hanya pada saat Hari Raya Idul Fitri, Hari
Raya Idul Adha, Hari Raya Natal, Hari Raya Nyepi, PEMILU.
4.4.3. Upah Kerja
Pelaksanaan pembayaran upah pekerja pada proyek pembangunan
Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta yaitu tiap 2 minggu
sekali atau sesuai progres kerja yang di targetkan selesai dimana pembayaran
dilakukan secara Tunai (Cash) pada bagian keuangan.
31
BAB V
BAHAN DAN PERALATAN KERJA
32
2. Biaya, waktu dan pekerjaan yang tersedia.
3. Kemampuan dan keterampilan pekerja.
4. Luas, tinggi dan volume pekerjaan.
5. Macam dan jenis pekerjaan dilapangan.
Selain itu untuk menunjang kelancaran pekerjaan agar sesuai dengan yang
diharapkan, disamping pengadaan alat kerja juga diperlukan perawatan alat kerja
agar dapat dipakai sesuai usia pakainya.
Perawatan alat–alat kerja tersebut secara umum adalah sebagai berikut ini :
1. Sebelum digunakan harus diperiksa dulu bahan bakar, minyak pelumas, air
pendingin mesin, baut yang kendur, serta pembersihan kotoran dan air yang
dapat mempercepat terjadinya karat.
2. Di usahakan menggunakan alat tidak melebihi kapasitas maksimal yang di
ijinkan.
3. Mengikuti petunjuk alat yang digunakan baik mengenai cara penggunaan,
perawatan maupun kapasitasnya.
4. Menggunakan operator berpengalaman.
5. Apabila terjadi kerusakan segera diperbaiki agar tidak mengakibatkan
kerusakan lebih parah.
6. Setelah digunakan alat segera dibersihkan dan disimpan ditempat yang
layak.
33
menggunakan produk Holcim. Semen yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.1 di bawah ini.
34
Gambar 5.3. Air
4. Beton Ready Mix
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu–batuan yang
direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
kasar) dan ditambah pasta semen. Pasta semen berfungsi mengikat pasir dan
bahan–bahan agregat lain. Rongga diantara bahan–bahan kasar diisi oleh bahan–
bahan halus. Beton ready mix pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta disuplai oleh PT. Karya Beton. Beton yang di gunakan dapat
di lihat pada Gambar 5.4. di bawah ini.
35
3. Baja tulangan ini dipasok langsung oleh PT. Perwira Abadi Jaya bila
pesanan mencapai atau lebih dari 10 Ton sedangkan bila kurang dipasok
dari Puncak Logam.
Gambar tulangan yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.5. di bawah ini.
36
Logam. Kawat bendrat yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.7. di bawah
ini.
37
Gambar 5.9. Calbond (Lem beton)
10. Bahan Additive (Bahan Tambah) berupa Accelerating Admixture
Bahan tambah jenis ini berfungsi untuk mempersingkat waktu Setting Time
beton, sehingga beton cepat mengeras, meningkatkan dalam mengeringkan
penyusutan, dan menghindari korosi atau karat pada tulangan baja. Namun jumlah
yang berlebihan dapat mengakibatkan beton menganduk banyak Kalsium Klorida
sehingga menurunkan titik beku beton dan beton jadi rusak atau hancur. Karena
hal tersebut volume penggunaan harus sesuai takaran yaitu 1 liter bahan tambah
untuk 2 m³ beton. Penggunaan material akan membuat pelaksanaan proyek lebih
ekonomis karena akan mempercepat proses pelaksanaan. Dengan adanya bahan
tambah jenis ini bekisting cukup terpasang ± 12 jam setelah pengecoran dan dapat
dipakai kembali. Bahan tambah pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta ini menggunakan Sikament produk dari Sika.
Bahan tambah yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.10. di bawah ini.
38
penulangan dan pengecoran pile cap. Batako yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.11. di bawah ini.
39
Gambar 5.13. Ember cor
2. Ember Gali
Ember gali berfungsi untuk membuang dan mengangkut tanah galian untuk
pembuatan fondasi borepile, footplate, pile cap, sumur, sumur resapan, dan
sebagainya. Ember gali yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.14 di
bawah ini.
40
tulangan baru untuk pembuatan kolom praktis. Tipe bor yang ada dilapangan
adalah Bosch GBH 2–22 RE PROFESSIONAL, 220/230 V, 50/60 Hz; 2,9 A, 620
W, Diameter mata bor 13 mm. Bor mesin tangan yang di gunakan dapat di lihat
pada Gambar 5.16. di bawah ini.
41
Gambar 5.18. Ruskam
9. Blebes
Blebes adalah tongkat dari kayu atau alumunium yang rata dan berfungsi
meratakan permukaan menjadi halus pada mortar atau beton yang dituang, di
hamparkan atau di rekatkan pada suatu bidang dengan jangkauan yang lebih luas.
Blebes yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.19. di bawah ini..
42
21. Tali Tambang
Tali tambang pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta berfungsi sebagai alat untuk menarik dan mengangkat alat dan bahan
bangunan ketempat yang lebih tinggi secara manual. Tali Tambang yang di
gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.21. di bawah ini.
43
Gambar 5.23. Marking
24. Betel
Betel berfungsi untuk membobok bagian bangunan yang tidak digunakan
atau bangunan lama serta batu atau tanah keras yang ada disekeliling lokasi
proyek yang dianggap mengganggu pelaksanaan. Betel yang di gunakan dapat di
lihat pada Gambar 5.24. di bawah ini.
44
26. Pengki
Pengki berfungsi untuk memindahkan material seperti bebatuan, tanah,
pasir, dan sebagainya. Pengki yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.26.
di bawah ini.
45
Gambar 5.28. Kapak mini
29. Bodem
Bodem digunakan untuk memukul atau menghancurkan benda–benda keras
yang mengganggu jalannya proyek seperti adanya batu atau tanah keras, sisa–sisa
bangunan lama, bagian bangunan yang salah atau karana adanya perubahan, dan
sebagainya. Bodem yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.29. di bawah
ini.
46
31. Linggis
Linggis berfugsi melunakkan permukaan tanah dengan menusuk–nusukkan
linggis dan membongkar bekisting pada bagian bangunan yang telah kering
setelah selesai dicor. Linggis yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.31. di
bawah ini.
47
34. Sekop
Sekop berfungsi untuk menyerok dan mengangkat material berupa bahan
bangunan (semen, pasir, mortar, dan sebagainya) atau tanah galian ke dalam
gerobak dorong/ember/tempat tertentu yang sudah ditentukan. Sekop yang di
gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.34. di bawah ini.
48
Gambar 5.36. Meteran
37. Bar Cutter (Pemotong Tulangan)
Bar cutter (pemotong tulangan) berfungsi sebagai alat pemotong tulangan
baja sehingga diperoleh baja tulangan dengan panjang yang diinginkan. Pada
proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat dua jenis
bar cutter (pemotong tulangan) yaitu manual dan mesin. Untuk bar cutter mesin
terdapat dua tipe buatan Makita yaitu LS1440, 220 V, 3.5 A, 50–60 Hz, 1480 W,
3200 rpm, Ø 355 mm dan MT240, 220–230 V, 9.2 A, 50–60 Hz, 2000 W, 3800
rpm, Ø 355. Bar Cutter (Pemotong Tulangan) yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.37. di bawah ini.
(a) (b)
Gambar 5.37. (a) Bar Cutter (pemotong tulangan) manual dan (b) mesin
(Makita LS1440 dan MT240)
38. Mesin Gali
Mesin gali pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta berfungsi menggali atau menghancurkan bagian yang keras pada
tanah ketika dilakukan penggalian seperti adanya beton atau fondasi dari
bangunan lama, bebatuan, dan sebagainya. Mesin gali dapat di lihat pada Gambar
5.38. di halaman berikutnya.
49
Gambar 5.38. Mesin gali
39. Bar Bender (Pembengkok Tulangan)
Bar bender (pembengkok tulangan) adalah alat yang digunakan untuk
membengkokkan tulangan seperti tulangan sengkang dan sambungan pada
fondasi, pile cap, kolom, balok, plat, dan sebagainya. Bar bender (Pembengkok
Tulangan) dapat dilihat pada gambar 5.39. di bawah ini.
50
Gambar 5.40. Rolling Spiral
41. Alat Pengelasan
Alat pengelasan pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta yaitu las listrik Porto Italy tipe PD85, Serial Number 60974–1/2005,
yang berfungsi mengelas menyambungkan material yang terbuat dari logam atau
baja. Kemudian las gas yang berfungsi memotong material yang terbuat dari
logam atau baja. Alat Pengelasan dapat dilihat pada Gambar 5.41. di bawah ini.
(a) (b)
Gambar 5.42. (a) Scafolding dan (b) support
51
43. Vibrator
Vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan tujuan memperoleh
beton dengan mutu tinggi, padat dan tanpa rongga. Cara penggunaanya dengan
memasukkan selang penggetar pada bagian beton cair yang telah dituangkan
kedalam bekisting. Vibrator dapat dilihat pada Gambar 5.43. di bawah ini.
Gambar 5.43.Vibrator
44. Concrete Pump
Concrete Pump adalah alat yang digunakan untuk memompa dan
mengangkut beton dari mixer truck ke cetakan bekisting yang siap untuk dicor.
Dimana tempat tersebut sulit dijangkau secara langsung oleh bucket pada mixer
truck karena jaraknya, ketinggiannya atau medannya. Berikut ini spesifikasi
concrete pump yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta. Concrete Pump dapat dilihat pada Gambar 5.44. di bawah
ini.
52
Gambar 5.45. Mixer truck
46. Dump Truck
Dump truck berfungsi untuk membuang material yang tak terpakai seperti
tanah galian, kayu lapuk, dsb dari lokasi proyek ke tempat pembuangan serta
mengangkut material seperti pasir, semen, batako,dsb. Dump truck pada proyek
Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta ini adalah milik pihak
kontraktor. Dump Truck dapat dilihat pada Gambar 5.46. di bawah ini.
53
48. Alat Cetak Benda Uji Beton Silinder
Alat cetak benda uji beton silinder berfungsi untuk mencetak benda uji
silinder beton dari beton ready mix yang hendak dicor kebekisting dan kemudian
setelah 28 hari diuji kuat desak beton silinder. Tujuannya untuk menguji apakah
beton yang telah dicorkan tersebut memiliki mutu yang layak sesuai dengan
perencanaan. Alat Cetak Benda Uji Beton Silinder dapat dilihat pada Gambar
5.48. bawah ini.
54
BAB VI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
55
Penentuan marking kolom
Penulangan kolom
Pengecekan kolom
Pengecoran kolom
1. Marking Kolom
Marking kolom atau penentuan As kolom yang berupa titik-titik atau garis
yang diperoleh dari hasil pengukuran atau pematokan yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak bekisting dan tulangan kolom. Hal ini di sesuaikan dengan gambar yang
telah di rencanakan. Cara menentukan as kolom pada Proyek Pembangunan Hotel
@Hom ini dengan cara manual seperti menggunakan benang atau waterpass selang.
Berikut ini langkah–langkah dalam melakukan marking kolom.
(a) Penentuan as kolom dengan waterpass selang berdasarkan shop drawing
dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan.
(b) Buat as kolom dari garis pinjaman
(c) Pemasangan patok as bangunan/kolom di cek dan diukur menggunakan
meteran dan kesikuannya serta kedudukannya menggunakan waterpass selang.
Pekerjaan marking kolom dapat di lihat pada gambar 6.2 di halaman selanjutnya.
56
Gambar 6.2. Pekerja Pemarkingan Kolom
2. Penulangan Kolom
57
Gambar 6.4. Pekerja pemasangan Sengkang pada Kolom
3. Tiap tulangan disatukan dengan kawat bendrat 4 lapis agar lebih kuat.
Pemasangan kawat untuk di satukan antar tulangan pada kolom dapat di
lihat pada gambar 6.5 di bawah ini.
58
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan bekisting kolom.
a. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.
b. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom
sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100cm dari
masing-masing as kolom.
c. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai
dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan dalam
penempatan bekisting kolom.
d. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting
e. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
f. Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.
1. Pemasangan bekisting kolom pada keempat sisi tulangan kolom sesuai
dimensi kolom rencana. Pemasangan bekisting Kolom dapat di lihat pada
gambar 6.7 di bawah ini.
59
3. Untuk memperkuat kedudukan bekisting saat pengecoran pada keempat
sisinya dipasangi support. Pemasangan Support dapat di lihat pada gambar
6.9 di bawah ini.
60
5. Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump untuk
memudahkan pengerjaan. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang
dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan
beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
Langkah-langkah pengecoran kolom sebagai berikut.
2. Jika pengecoran sudah terlihat penuh beton pada kolom dipadatkan dengan
menggunakan vibrator agar beton bisa padat agar tidak terjadi rongga pada
beton. Gambar 6.11 dapat di lihat di bawah ini.
61
1. Pelepasan bekisting pada kolom dilakukan setelah beton berumur 14 hari atau
berkisar 2 minggu.
2. Pelepasan bekisting kolom dilakukan dengan mencopot support dan papan
bekisting dengan menggunakan linggis.
62
Penentuan elevasi dan as balok
Pemasangan scaffolding
Pengecoran balok
63
4. Setelah didapat ketinggian balok ditentukan titik as balok dengan menarik
benang kenur antar bekisting kolom. Gambar 6.14 dapat di lihat di bawah
ini.
2. Pemasangan Scafolding
Setelah didapat ketinggian dan as balok dipasanglah scafolding sebagai
penyangga utama bekisting balok sesuai ketinggian yang telah ditentukan
sebelumnya. Berikut ini langkah–langkah dalam pemasangan scafolding.
1. Memasang Jack Base.
Jack base digunakan sebagai pijakan scaffolding dan juga berfungsi sebagai
pengatur level untuk perletakan pada bidang permukaan yang miring.
Pemasangan jack base yang telah terpasang dapat di lihat pada gambar 6.15
di bawah ini.
64
m dan 1,9 m sedangkan lebar 1,22 m. Pemasangan main frame dan cross
brance dapat di lihat pada gambar 6.16 di bawah ini.
65
Gambar 6.17. Join Pin, Ledder Dan U – Head yang telah
Terpasang
7. Jika ketinggian tidak pas bisa diatur ketinggian dengan memutar Jack Base
dan U–Head. Pengaturan Ketinggian Scafolding Dengan Memutar U–Head
dapat di lihat pada gambar 6.18 di bawah ini.
66
Gambar 6.19. Seorang Pekerja Sedang Memasang Primary
Beam
2. Memasang secondary beam dengan ukuran penampang 5/7 cm diatas balok
primary beam dengan dipakukan. Jarak antar balok yang dipasang antara 40–
60 cm. Seorang Pekerja Sedang Memasang Secondary Beam dapat di lihat
pada gambar 6.20 di bawah ini.
67
Gambar 6.21. Seorang Pekerja Sedang Membuat Bottom dan
Side Form Bekisting
2. Memasang bottom form diatas secondary beam pada tengah–tengah as dari
benang kenur. Setelah pas dipakukan agar kedudukannya tidak berubah.
Seorang Pekerja Sedang Memasang Bottom Form dapat di lihat pada gambar
6.22 di bawah ini.
68
Gambar 6.23. Seorang Pekerja Sedang Memasang Side Form
4. Memasang beam clamp dengan kayu berpenampang 5/7 cm pada kedua sisi
luar side form untuk memperkuat kedudukan side form. Seorang Pekerja
Sedang Memasang Beam Clamp dapat di lihat pada gambar 6.24 di bawah
ini.
69
5. Pemasangan Tulangan Balok
Pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho dimensi dan penulangan
balok sangat bervariasi sehingga untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat
dilampiran gambar shop drawing. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan
penulangan balok:
70
Gambar 6.27. Seorang Pekerja Sedang Memasang Tulangan
Sengkang atau Begel Balok
5. Pemasangan beton decking atau tahu beton pada bagian dasar dan samping
tulangan sehingga saat dicor tulangan tidak terdesak dan menempel pada
bekisting sehingga hasil pengecoran dapat dilihat tulangan balok pada bagian
permukaannya. Pemasangan beton tahu dapat di lihat pada gambar 6.28 di
bawah ini.
71
Gambar 6.29. Pekerja Sedang Melakukan Pembersihan dengan
Menyemprotkan Air
7. Pengecekan Lokasi Pengecoran
Setelah lokasi bersih sebelum dicor dilakukan pengecekan. Pengecekan
yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan bekisting, pemeriksaan
penulangan.
1. Pemeriksaan bekisting
Pemeriksaan bekisting ini meliputi.
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal dan vertikal.
d. Kebersihan bekisting.
e. Kekuatan sambungan bekisting
f. Jarak beton decking atau tahu beton.
2. Pemeriksaan penulangan
Pemeriksaan penulangan ini meliputi.
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan pokok.
b. Pemeriksaan jumlah, ukuran dan jarak tulangan sengkang atau begel.
c. Pemeriksaan sambungan tulangan.
d. Kebersihan tulangan dari karat atau kotoran yang mampu mengurangi daya
lekat beton.
8. Pengecoran Balok
Pelaksanaan pengecoran balok adalah sebagai berikut ini.
a. Sebelum dicor antara beton baru dengan beton lama diberi calbond atau lem
beton sehingga hubngan keduanya bisa lebih menyatu.
72
b. Dalam pelaksanaan pengecoran digunakan concrete pump untuk
menyalurkan beton ready mix dari truck mixer kelokasi pengecoran dengan
pipa cor yang dihubungkan dengan klem. Pekerjaan ini dapat di lihat pada
gambar 6.30 dan 6.31 di bawah ini.
73
d. Lakukan pemadatan dengan vibrator saat beton yang dicor mulai terlihat
penuh. Pemadatan beton dengan vibrator dapat di lihat pada gambar 6.33 di
bawah ini.
74
Gambar 6.35. Pekerja Sedang Melepas Bekisting
75
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil pengamatan penyusun ketika
melaksanakan pengamatan proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho.
1. Pembangunan Hotel @Hom Timoho Yogyakarta, berlokasi di jalan Ipda Tut
Harsono No.24 RT: 23 RW: 07, Kelurahan Muja-Muju, Kecamatan Umbulharjo,
Yogyakarta. Bangunan tersebut terdiri dari 1 basement dan 6 lantai dengan luas
bangunan ±5518,12 m2 ,luas tanah 1.660 m2, ukuran basement ± 907,52 m2,
dengan jenis struktur yang di gunakan yaitu struktur beton bertulang dan baja .
Pemilik dari proyek tersebut adalah PT. Royal Emerald Internasional.
2. Balok yang di gunakan pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Yogyakarta ada 7 tipe B-1 dimensi 400x600, B-2 dimensi 300x600, B-3
dimensi 250x500, B-4 dimensi 200x400, B-5 dimensi 150x300, B-6
dimensi 400x550, B-7 dimensi 500x600, B-8 550x600 dengan selimut
beton 5cm dan karakteristik 300 Kg/cm2. Dengan menggunakan tulangan
tumpuan 3 D13 tulangan atas, tulangan bawah 2 D16 dengan ukuran
sengkang ø8-100 dan tulangan pada lapangan yaitu 2 D16 di tulangan atas
dan 2 D16 di tulangan bawah serta ukuran sengkang ø8-150.
3. Kolom yang di gunakan pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Yogyakarta ada 6 tipe yaitu K-1 dimensi 400x600, K-2 dimensi 400x600,
K-4 dimensi 200x200, K-5 dimensi 400x400, K-6 dimensi 150x150, dan K-
1A dimensi 500x600 dengan selimut beton 4 cm dan karakteristik beton 300
Kg/cm2. Diameter tulangan kolom yaitu 26 D25 dengan sengkang 3 D13.
7.2 SARAN
Berikut ini adalah saran yang diberikan oleh penyusun agar kesalahan yang
telah diuraikan diatas untuk kedapannya tidak terjadi lagi.
1. Untuk pelaksanaan marking dan pengukuran elevasi balok sebaiknya
menggunakan alat berupa theodolite dan “waterpass” sehingga dapat
diperoleh hasil dengan ketelitian tinggi dan waktu pelaksanaannya dapat
dipersingkat.
76
2. Dalam pemasangan scaffolding pada bagian dasar Jack Base seharusnya
dilandasi dengan menggunakan balok kayu dan dipakukan. Sehingga
kedudukan scaffolding tidak bergeser dan tidak terjadi penurunan pada
elevasi balok.
3. Dalam pelaksanaan pengecoran harus dilakukan dengan cara memindahkan
pipa beton pada suatu tempat yang hendak dicor bukan diratakan dengan
menggunakan cangkul. Pipa beton digerakkan dengan bantuan pekerja
dengan jumlah ± 3 orang setelah beton agak penuh dipadatkan dengan
vibrator baru kemudian setelah penuh pipa dipindahkan ketempat yang
hendak dicor berikutnya.
4. Pada waktu pengecoran balok pada waktu pemadatan dengan vibrator harus
diperhatikan. Waktu penggetaran dengan vibrator juga tidak boleh terlalu
lama, bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air vibrator
dipindahkan ketitik yang lain. Apabila jumlah vibrator tidak cukup perlu
ditambah lagi jumlah vibratornya.
5. Seharusnya pada saat pengecoran kolom tidak ada pekerjaan lainnya seperti
pekerjaan balok di atasnya karena dapat menghambat jalannya pengecoran
yang dapat mengakibatkan kurang padat pada kolom karena akses
pengecoran yang terhalang oleh pekerjaan balok diatasnya.
6. Pihak kontraktor harus cukup menyediakan alat–alat pengaman seperti helm
pengaman, sabuk pengaman, masker, dsb. Sehingga semua pekerja yang
ada dapat menggunakan alat pengaman tersebut. Serta pihak kontraktor
harus membuat peraturan yang tegas dimana tiap pekerja wajib
menggunakan alat-alat pengaman tersebut. Dengan memakai alat–alat
pengaman tersebut keselamatan para pekerja akan lebih terjamin.
77