Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia salah satu Negara berkembang yang berusaha meningkatkan hasil
yang maksimal di segala bidang pembangunan. Salah satunya adalah di bidang
pariwisata. Dari pembangunan tersebut mendorong pembangunan dalam bidang
lainnya, antara lain pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. Dalam
berbagai aktivitas usaha maupun perdagangan ataupun pariwisata. Fasilitas
penginapan atau perhotelan sangat di perlukan.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang menjadi tujuan favorit bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan
lokal. Kota ini menampilkan banyak objek wisata seperti seni, budaya, sejarah,
dan pusat belanja yang tidak akan cukup jika di nikmati hanya dalam waktu sehari
perjalanan. Maka dari itu Kota Yogyakarta di sebut dengan kota kebudayaan, kota
Pariwisata, kota pelajar karena banyaknya Universitas di Kota ini. Selain itu
wisatawan pun akan di suguhkan dengan kuliner yang tak kalah enaknya, karena
di Yogyakarta banyak menu-menu yang wajib di coba oleh para wisatawan.
Bertambahnya permintaan pasar atau kebutuhan masyarakat terhadap
pemakaian jasa penginapan khususnya hotel. Maka di bangunlah Hotel @Hom
Timoho oleh PT. Royal Emerald Internasional. Hotel @Hom ini terletak di Jalan
Ipda Tut Harsono No.24 RT: 23 RW: 07, Kelurahan Muja-Muju, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Memiliki batas wilayah utara Jogja Film Academy
(Gedung Abhiseka), timur perumahan warga, selatan Hotel Gaia Cosmo, dan barat
rumah warga. Hotel @Hom yang menawarkan jasa penginapan yang nyaman.
Lokasi Hotel @Hom yang sangat strategis yaitu 3,8 km dari pusat kota. Dengan
jumlah lantai sebanyak enam (6) lantai dan satu (1) basement dengan luas tanah
1.660 m2 dan luas bangunan 5.518,12 m2. Pembangunan Hotel @Hom ini
berharap dapat mendukung aktivitas tamu dan mendukung kebutuhan menginap
yang nyaman untuk para wisatawan. Hotel @Hom dilaksanakan oleh Tim
Swakelola Hotel @Hom dengan sumber dana dari pihak sendiri yaitu PT. Royal
Emerald Internasional dengan biaya sebesar Rp. 66.000.000.000.00.

1
Tinjauan yang diambil dari Pembangunan Hotel @Hom ini adalah struktur
balok dan kolom. Balok itu adalah suatu struktur yang penting dalam suatu
pembangunan gedung karena berguna untuk menyangga lantai yang terletak
diatasnya. Selain itu, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju
kebagian kolom bangunan. Kolom adalah suatu batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan struktur yang penting
dari suatu bangunan serta termasuk dalam struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup, serta beban angin. Kolom berfungsi
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi, agar bangunan bangunan
menjadi kokoh dan mampu menahan beban yang dipunya baik beban sendri,
beban hidup, beban mati dan beban angin.

1.2. TUJUAN PROYEK


Tujuan dari adanya proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Yogyakarta antara lain :
1. Mengetahui, memahami dan membandingkan ilmu dalam bentuk teori
dengan lapangan.
2. Mengetahui dan memahami mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam proyek struktur gedung khususnya bangunan Hotel
bertingkat.
3. Menambah pengalaman dalam dunia kerja khususnya dalam proyek
kontruksi bangunan khususnya bangunan Hotel bertingkat.
4. Mengetahui dan memahami proses pengerjaan struktur balok pada lantai 4.
5. Mengetahui dan memahami proses pengerjaan struktur kolom pada lantai 4.

1.3. DATA UMUM PROYEK


Proyek pembangunan Hotel @Hom Timoho Yogyakarta ini merupakan
pengembangan usaha dengan dana (termasuk PPN dan PPH) yang merupakan
dana dari pihak pemilik sendiri PT. Royal Emerald Internasional. Secara umum
data proyek adalah sebagai berikut ini data proyek, lokasi proyek, data teknis
proyek, fungsi bangunan, kontraktor proyek.

2
1.3.1. Data Proyek
Nama Proyek : Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Lokasi : Jalan. Ipda Tut Harsono No.24, Muja-Muju,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Penggunaan Bangunan : Gedung Hotel
Pemilik Proyek : PT. Royal Emerald Internasional
Konsultan Perencana : Jimmy Patty Architecture
Konsultan Struktur : Siriana
Kontraktor / Pelaksana : Tim Swakelola @Hom
Nilai Kontrak : ± Rp. 66.000.000.000,00
Luas Bangunan : ±5518,12 m²
Mulai Pengerjaan : 16 Juli 2016
1.3.2. Lokasi Proyek
Proyek Pembangunan Hotel @Hom terletak di Jalan Ipda Tut Harsono No.
24 RT.23 RW.07, kelurahan Muja-Muju, kecamatan Umbulharjo,Kota
Yogyakarta atau secara geografis memiliki batas–batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Jogja Film Academy (Gedung Abhiseka)
b. Sebelah Timur : Pemukiman Warga
c. Sebelah selatan : Hotel Gaia Cosmo
d. Sebelah Barat : Pemukiman Warga

3
Lokasi Proyek Pembangunan Hotel @Hom dapat di lihat pada Gambar
1.1 di bawah ini

Lo Lokasi proyek
Hotel @Hom

Gambar 1.1. Lokasi Proyek Hotel @Hom Timoho


( http://www.google map.com, Tanggal akses 28 Agustus 2017 )
1.3.3. Data Teknis Proyek
Data teknis proyek merupakan data-data berisi karakteristik dari proyek yang
dibangun tersebut. Adapun data dalam proyek pembangunan gedung konstruksi
Hotel @Hom yaitu bangunan konstruksi 6 (enam) lantai dan 1 (satu) lantai
basement dengan luas bangunan ±5518,12 m2. Data teknis proyek Pembangunan
Hotel @Hom adalah sebagai berikut :
1. Deskripsi proyek : enam (6) lantai dan semi basement
2. Luas Tanah : 1.660 m2
3. Fungsi Bangunan : Gedung Hotel
4. Jenis Struktur :Struktur Beton Bertulang dan Baja
5. Luas setiap Lantai :
Lantai basement : ± 907,52 m2
Lantai 1 : ± 927,04 m2
Lantai 2 : ± 686,98 m2
Lantai 3 : ± 590,04 m2
Lantai 4 : ± 590,04 m2

4
Lantai 5 : ± 590,04 m2
Lantai 6 : ± 590,04 m2
Atap : ± 636,42 m2

1.3.4. Fungsi Bangunan


Bangunan proyek Gedung Hotel @Hom Timoho Yogyakarta berfungsi
sebagai tempat penginapan di Jalan Ipda Tut Harsono No. 23 RT.23 RW.07,
Kelurahan Muja-Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sebagai
tempat penginapan, maka terdapat beberapa zooning yang terdapat didalamnya,
diantaranya adalah : basement, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, Lantai 5, lantai
6 dan atap.
a. Basment
Parkir Motor, Parkir Mobil, Lift, Tangga, Ruang Pompa.
b. Lantai 1
Toilet, Front Office, Lobby, Bar, Kitchen dan stroge, Looker Male, Loker
Female, Edr, Akunting, Kasir dan HRD, House Keeping, Wudhu dan
Mushola, Spa & Fitnes, Ruang Panel, Ruang Engier, Genset, Security,
Pooldeck, Swimming Poll, Toilet Billas, Restauran, Taman, Lift Lobby +
Tangga Utama, Tangga Darurat.
c. Lantai 2
Toilet, Gudang, Lobby Lift + Tangga Utama, Meeting Room, Kamar, Tangga
Darurat, RBS.
d. Lantai 3, 4, 5 dan 6
Kamar, Lobby Lift + Tangga Utama, Tangga Darurat, RBS
e. Atap
Ruang Mesin Lift, Tangga Utama, Tangga Darurat, Atap Dak, Atap Genteng.
1.3.5. Kontraktor Pelaksana
Kepala Proyek : Ir. Hermanto
Kontraktor : team Swakelola
Alamat : Kota Yogyakarta.

5
1.4. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang ada pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Yogyakarta ini
adalah sebagai berikut.
1. Pekerjaan Persiapan dan Pembersihan Lokasi
2. Pekerjaan Pekerjaan Bouwplank dan Galian Tanah
3. Pekerjaan Struktur Beton ( Fondasi, Tie Beam, Kolom, Balok, Pelat, Tangga,
Atap, dll)
4. Pekerjaan Kolam Renang
5. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran.
6. Pekerjaan Kusen Kayu
7. Pekerjaan Sanitasi
8. Pekerjaan Instalasi Listrik
9. Pekerjaan Plafond
10. Pekerjaan Lantai dan Keramik
11. Pekerjaan Cat dan Finishing
12. Pekerjaan Pembersihan

1.5. RUANG LINGKUP PENGAMATAN


Ruang lingkup pengamatan pada proses pembangunan gedung Hotel @Hom
jalan Ipda Tut Harsono No. 2, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo,
Kota Yogyakarta. Selama 2 bulan difokuskan pada pengamatan dibawah.
1. Pemasangan tulangan dan bekisting pada balok dan kolom lantai empat (4).
2. Uji slump beton.
3. Pengecoran.
4. Pelepasan bekisting dan perawatan beton.
5. Pengamatan balok lantai empat (4).
6. Pengamatan kolom lantai empat (4).

1.6. NILAI PROYEK DAN SUMBER DANA


Proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho Kota Yogyakarta ini di bangun
mulai tahap awal bangunan proyek kontruksi dan berfungsi sebagai mestinya dan

6
membutuhkan estimasi biaya sebesar Rp.66.000.000.000.00 sumber dana berasal
dari pihak pemilik yaitu PT. Royal Emarld Internasioanl.

1.7. WAKTU PELAKSANAAN PROYEK


Waktu pelaksanaan proyek Pembangunan Hotel @HOM Timoho ini mulai
dari pekerjaan persiapan dimulai pada tanggal 18 Juli 2016, dan lama
pengerjaanselama 365 hari kalender.
1.7.1. Sasaran Kerja Praktik
Setelah menyelesaikan pelaksanaan Kerja Praktik diharapkan penulis
dapat secara langsung melakukan studi primer dan studi literatur dilapangan
yang kemudian diterapkan dalam bentuk laporan tertulis secara sistematis.

1.8. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data di kerja praktik menunjang kesempurnaan hasil
pengamatan dalam suatu proyek. Proyek Pembangunan Gedung Hotel @Hom
Jalan Ipda Tut Harsono No.24, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, data yang diperoleh adalah
studi primer, studi sekunder.
1.8.1. Studi Primer
Data primer adalah data langsung yang di peroleh secara langsung dari
proyek selama kerja praktikk, antara lain :
a. Metode Observasi (Pengamatan)
b. Metode Wawancara
c. Dokumentasi
1.8.2. Studi Sekunder
Data sekunder adalah data yang di gunakan untuk menunjang dan
melengkapi data primer yang telah ada, antara lain:
a. Gambar-gambar kerja, RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) yang berasal
dari kontraktor pelaksana maupun konsultan perencana proyek Pembangunan
Gedung Hotel @Hom.
b. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.2 Tahun 2010 Tentang RTRW Kota
Yogyakarta Tahun 2009-2029

7
c. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan
Gedung yang memuat pengaturan IMB.
d. Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013 Tentang Pengendalian
Pembangunan Hotel.

8
BAB II
DASAR–DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

2.1 TINJAUAN UMUM


Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebelum
dilaksanakannya suatu proyek. Tahapan awal ini dilakukan supaya tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan suatu proyek tidak merugikan, oleh karena itu
perencanaan harus dibuat sematang mungkin dan dalam pelaksanaan harus
diserahkan pada orang atau badan usaha yang benar-benar ahli dan
berpengalaman dalam bidangnya serta mempunyai reputasi yang baik.
Tahap perencanaan merupakan tahap yang penting dalam proses
pelaksanaan suatu proyek karena perencanaan berkaitan dengan tahap sebelumnya
yaitu survey (pengamatan dan penyelidikan), selain itu tahap perencanaan
mempunyai kaitan ke depan, yaitu pada construction (pelaksanaan), operation
(pengoperasian atau pemakaian), maintenance (pemeliharaan). Kegiatan ini sangat
penting sebelum dimulainya sebuah proyek. Perencanaan suatu proyek harus
dibuat secermat dan seteliti mungkin, karena bila terjadi kesalahan perencanaan
ataupun urutan proses yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya kerugian.
Perencanaan yang matang sebelum dimulainya suatu pekerjaan proyek tidak
hanya menghemat biaya tetapi juga dapat menghemat waktu dan tenaga.
Pelaksanaan di lapangan seringkali berbeda dengan perencanaan, sehingga
pengalaman kerja pelaksana di lapangan sangat dibutuhkan sebagai unsur
penunjang dalam menghadapi berbagai masalah yang ada di lapangan.
Perencanaan dan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan proyek merupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan pemilik proyek untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di lapangan.
Perancangan proyek yang baik haruslah didukung komitmen bersama untuk
dapat melaksanakannya secara konsekuen. Untuk itulah perlu adanya rapat - rapat
koordinasi sehingga menghasilkan kesepakatan mengenai mutu yang ingin dicapai
bersama. Berikut ini adalah tahap-tahap perencanaan pembangunan suatu proyek :
1. Tahap Pra Rencana

9
Tahapan ini terdiri dari gambar-gambar sketsa atau merupakan outline dari
bangunan berikut dengan perkiraan biaya proyek. Gambar-gambar tersebut
dikembangkan lebih rinci lagi untuk dapat dipakai sebagai dasar
pembahasan berikutnya.
2. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari gambar–gambar Pra Rencana dan
gambar–gambar dasar dengan skala lebih besar. Kemudian gambar–gambar
ini dikembangkan lagi menjadi gambar–gambar detail yang dilengkapi
dengan uraian kerja dan syarat–syarat perhitungan anggaran bangunan.
3. Pembuatan Gambar–gambar Detail
Merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci pekerjaan
konstruksi, disamping sebagai dasar pelaksanaan.
4. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat–syarat
Rencana kerja dan syarat–syarat ini mencakup semua aspek antara lain
material, peralatan, tenaga kerja, maupun mutu dari pekerjaan.
5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Anggaran Biaya adalah perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk bahan,
upah, dan biaya lain dalam pelaksanaan proyek.

2.2 DASAR-DASAR PERENCANAAN


Dasar perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakan dasar
tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.
Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber
daya untuk melaksanakan kegiatan. Secara garis besar berfungsi untuk meletakan
dasar perencanaan proyek, yaitu pengunaan, pembiayaan, kenyamanan,
keamanan.
a. Penggunaan
Perancangan gedung harus memperhatikan tata ruang dan fasilitas bangunan
yang akan dibuat sesuai fungsi gedung.

10
b. Pembiayaan
Seluruh pekerjaan struktur atau non struktur diusahakan mempunyai
alternatif biaya paling murah tanpa mengabaikan keindahan, kekuatan dan
keamanan.
c. Kenyamanan
Gedung harus memberi ruang gerak cukup, ventilasi baik, penyinaran cukup
dan kebutuhan air terpenuhi.
d. Keamanan
Keamanan harus mencakup bangunan itu sendiri yang meliputi hitungan
struktur sehingga gedung kuat dan mampu mendukung beban–beban yang
bekerja padanya serta memberi perlindungan kepada pemakainya.
e. Perawatan
Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar bangunan
tetap prima dan tetap mampu menjalankan fungsinya dnegan baik seperti
pengecetan ulang cat yang mengelupas, mengganti pipa–pipa yang berkarat,
mengganti kayu–kayu lapuk, dan sebagainya.

2.3 PERANCANGAN PRASTRUKTUR


Perancangan prastruktur adalah perancangan yang dilakukan sebelum
perancangan struktur dilakukan. Hal–hal yang perlu dilakukan dalam perancangan
prastruktur adalah penyelidikan tanah.
2.3.1 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah bertujuan untuk mendapatkan data tentang keberadaan
struktur tanah sehingga didapatkan struktur bangunan yang aman, ekonomis dan
menghindari kesulitan dalam proses pembuatannya. Jenis penyelidikan tanah pada
proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
a. Boring Log
Boring Log bertujuan untuk mengetahui jenis tanah pada tiap kedalaman
tanah.

11
b. Pengujian Tanah
Pengujian tanah bertujuan untuk mengetahui nilai–nilai seperti kadar air,
berat jenis, γb, γk dan geser langsung (c dan Ө). Nilai-nilai tersebut
digunakan untuk menentukan dan menghitung rencana Pondasi.
c. Analisa Butiran
Analisa butiran untuk mengetahui jenis butiran tanah dan gradasi butiran
tanah.
d. Sondir
Uji sondir berfungsi sebagai :
1. Menentukan jenis lapisan tanah kearah lateral dan vertikal.
2. Mengetahui kuat dukung tanah.
3. Mengidentifikasi kondisi air tanah.

2.4 PERANCANGAN STRUKTUR


2.4.1. Struktur Bawah
Struktur Bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang
berada di bawah permukaan tanah dari suatu struktur bangunan atau gedung yang
menahan beban dari struktur atas, dapat berupa basement dan atau sistem
Pondasi. Struktur Atas dapat dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar. Pada
gedung tanpa basement, taraf penjepitan lateral struktur atas dapat dianggap
terjadi pada bidang telapak Pondasi atau pada bidang atas kepala tiang (Pile Cap).
Struktur Bawah memikul beban–beban dari struktur atas sehingga struktur
bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Beban tersebut dapat
berupa beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dll.
Perencanaan struktur bawah untuk suatu konstruksi bangunan dengan tepat,
mutlak diperlukan untuk dapat menjaga kestabilan konstruksi yang ditahan.
Kesalahan dalam perhitungan struktur bawah dapat mengakibatkan bangunan
kokoh pada struktur atas menjadi runtuh dan berakibat fatal bagi penghuninya.
Bagian–bagian utama struktur bawah pada proyek Pembangunan Gedung
Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta adalah pondasi dan pile cap.

12
1. Pondasi
Pondasi adalah struktur paling bawah dari suatu konstruksi (gedung,
jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, tanggul, dll) yang
berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal diatasnya (kolom) maupun beban
horisontal ke tanah. Pondasi yang digunakan pada Pembangunan Gedung Hotel
@HOM Timoho, Yogyakarta adalah Pondasi Borepile dengan satu (1) tipe yaitu,
B-1 dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik 300 Kg/cm². Pondasi borepile
adalah Pondasi yang masih satu tipe dengan tiang pancang. Hanya saja yang
membedakan adalah cara pembuatannya yaitu dengan membuat lubang,
memasukkan tulangan dan mengecor di tempat (Cast in situ concrete pile).
Borepile adalah alternatif lain apabila dalam pelaksanaan lokasinya sangat sulit
atau beresiko apabila menggunakan tiang pancang (spoon pile). Seperti, masalah
mobilisasi peralatan, dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
(getaran, kebisingan, kebersihan) dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
kegiatan pekerjaan tersebut.
Dalam pemilihan bentuk dan jenis Pondasi yang memadai perlu
diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan Pondasi tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan jenis
Pondasi adalah :
a. Keadaan tanah yang akan dipasangi Pondasi
1. Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2–3 meter di bawah
permukaan tanah maka Pondasi yang dipilih sebaiknya jenis Pondasi
dangkal (Pondasi jalur atau Pondasi telapak).
2. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 10 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang digunakan biasanya adalah
Pondasi tiang minipile atau Pondasi tiang apung untuk memperbaiki tanah
Pondasi.
3. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 20 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang biasa dipakai adalah Pondasi
tiang pancang atau Pondasi bor bilamana tidak boleh terjadi penurunan. Bila

13
terdapat batu besar pada lapisan tanah, pemakaian kaison lebih
menguntungkan.
4. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 30 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang dipakai adalah Pondasi kaison
terbuka tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.
5. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 40 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis Pondasi yang dipakai adalah tiang baja dan
tiang beton yang dicor ditempat.
b. Batasan–batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
Kondisi struktur yang berada diatas Pondasi juga harus diperhatikan dalam
pemilihan jenis Pondasi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh fungsi dan
kepentingan suatu bangunan, jenis bahan bangunan yang dipakai
(mempengaruhi berat bangunan yang ditanggung Pondasi) dan seberapa
besar penurunan yang diijinkan terjadi pada Pondasi.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dimana suatu konstruksi tersebut dibangun.
2. Waktu Pekerjaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan Pondasi juga harus diperhatikan agar tidak
mengganggu kepentingan umum.
3. Biaya
Jenis Pondasi juga harus mempertimbangkan besar anggaran biaya
konstruksi yang direncanakan, tetapi harus tetap mengutamakan kekuatan
dari Pondasi tersebut agar konstruksi yang didukung oleh Pondasi tetap
berdiri dengan aman.
2. Tie Beam atau Sloof
Tie beam atau sloof adalah balok yang berfungsi sebagai pengikat antar
Pondasi sehingga apabila terjadi penurunan pada Pondasi penurunan itu dapat
tertahan atau akan terjadi secara bersamaan. Tie beam atau sloof yang digunakan
pada proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat
sembilan (9) tipe yaitu TB-1A, TB-1B, TB-1C, TB-1D, TB-2A, TB-2B, TB-3A,
TB-3B, TB-3C dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².

14
2.4.2. Struktur Atas
Struktur atas atau upper structure adalah bagian dari struktur yang
berfungsi menerima kombinasi pembebanan yaitu beban mati, beban hidup, berat
sendiri struktur dan beban lain yang direncanakan. Struktur bangunan atas harus
mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus menjamin dari segi
keamanan dan kenyamanan. Konstruksi struktur atas yang digunakan pada
Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini adalah beton
bertulang yang terdiri dari :
1. Pile Cap
Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang–tiang menjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap biasanya terbuat dari beton
bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan :
a. Pile cap sangat kaku.
b. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
c. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
Pile cap yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel
@HOM Timoho, Yogyakarta dengan lima (5) tipe yaitu, P-1, P-2, P-3, P-4,
P-5 dengan selimut beton 5 cm dan karakteristik 300 Kg/cm².
2. Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
memikul beban vertikal, beban horisontal mang bervariasi maupun momen yang
berasal dari beban tetap maupun sementara. Dimensi kolom yang dirancang
bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebannya semakin besar
dimensi kolomnya. Beban tersebut antara lain beban mati berupa beban berat
sendiri, beban akibat balok dan plat lantai serta beban hidup. Kolom–kolom
struktur pada bangunan ini dirancang bentuk persegi. Kolom yang digunakan
dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat

15
(tujuh) 7 tipe yaitu tipe K-1, K-2, K-4, K-5, k-6, dan K-1A dengan selimut beton
4 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².
3. Balok
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai
dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkannya ke kolom.
Balok juga berfungsi membagi plat menjadi segmen-segmen dan sebagai pengikat
kolom yang satu dengan lainnya sehingga diperoleh struktur yang kaku dan
kolom.
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan meneruskan
beban dari plat ke balok induk. Balok anak berfungsi mereduksi luas penampang
plat yang terikat pada balok. Perbedaan antara balok induk dan anak pada
tumpuannya. Balok induk menumpu pada kolom sedang balok anak menumpu
pada balok induk.
Balok yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta terdapat duapuluh sembilan (29) tipe yaitu tipe B-1A, B-1B,
B-1C, B-1D, B-1E, B-1F, B-2, B-2A, B-2B, B-2C, B-2D, B-3A, B-3B, B-3C, B-
3D, B-4A, B-4B, B-4C, B-5, B-6A, B-6B, B-6C, B-7, B-7A, B-7B, B-8A, B-8B,
B-K1 dan B-K2 dengan selimut beton 3 cm dan karakteristik beton 300 Kg/cm².
4. Plat Lantai
Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi berbentuk plat yang
menumpu pada balok. Plat lantai harus mampu menahan beban mati dan hidup
pada waktu pelaksanaan konstruksi maupun saat gedung dioperasikan. Pada
proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini terdapat 1
jenis plat lantai yaitu (Tebal 180 mm, 15 mm dan 100 mm Selimut beton 2 cm
dan Karakteristik beton 350 Kg/cm²) tetapi pada laporan kerja praktik ini akan
dijelaskan 3 jenis plat lantai diantaranya plat lantai konvensional, plat lantai
sistem wiremesh, plat lantai sistem bondek.
a. Plat Lantai Konvensional
Plat lantai konvensional adalah plat lantai beton bertulang yang
menggunakan tulangan beton pada umumnya dengan diameter dan jarak yang
telah ditentukan berdasarkan perhitungan struktur. Pada proyek Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta plat lantai konvensional digunakan

16
pada bagian lantai basement sampai plat atap dengan tebal yang berbeda yaitu
110 mm, 120 mm dan 150 mm, dengan ketebalan selimut 4-5 cm. Tulangan plat
lantai sistem konvensional dapat di lihat pada Gambar 2.1. di bawah ini..

Gambar 2.1. Plat lantai konvensional


b. Plat Lantai Sistem Wiremesh
Plat lantai sistem wire mesh adalah plat lantai beton bertulang dimana
fungsi tulangan bajanya digantikan dengan wiremesh. Pada proyek Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta tidak menggunakan plat lantai sistem
wiremesh. Kelebihan dari sistem ini adalah saat pemasangan tulangan lebih cepat,
wiremesh tinggal digelar dipotong sesuai ukuran kemudian ujung tulangan
wiremesh dimasukkan kedalam tulangan balok dan dibendrat serta diperkuat
dengan “dowel” atau tulangan ekstra lantai. Pemasangan wiremesh dua lapis dan
diantara dua wiremesh diberi tulangan cakar ayam atau tulangan pembagi untuk
memberi jarak antar lapisan wiremesh. Tulangan plat lantai sistem wiremesh
dapat di lihat pada Gambar 2.2. di bawah ini.

Gambar 2.2. Tulangan plat lantai sistem wiremesh

17
c. Pelat Lantai Sistem Bondek
Plat lantai sistem bondek adalah peat lantai beton bertulang di mana fungsi
tulangan bajanya digantikan oleh wiremesh dan bondek pada dasar plat. Pada
proyek proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta tidak
menggunakan plat lantai sistem bondek. Kelebihan dari sistem ini adalah
mengurangi penggunaan triplek sebagai alas bekisting dalam pembuatan pelat
lantai, dengan syarat plat bondek harus masuk kedalam bekisting balok minimal 5
cm, mempercepat pengerjaan penulangan karena hanya menambah satu lapisan
wiremesh di atasnya. Tulangan plat lantai sistem bondek dapat di lihat pada
Gambar 2.3. di bawah ini.

Gambar 2.3. Tulangan plat lantai sistem bondek


d. Tangga
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan
dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga dapat bersifat
permanen maupun non permanen. Tangga permanen biasanya digunakan untuk
menghubungkan dua bidang horisontal pada bangunan dan dua lantai bangunan
yang berbeda. Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi
yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau
merupakan dari kombinasinya.
Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan (riser),
lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan
(handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Pada Proyek Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat satu tipe tangga yaitu tangga
dengan karakteristik beton 300 Kg/cm².

18
e. Atap
Atap adalah penutup bangunan gedung yang terletak dibagian paling atas.
Atap merupakan elemen vital pada konstruksi gedung karena untuk menutupi
seluruh bagian gedung itu sendiri. Struktur atap harus disesuaikan dengan denah
dan bentuk keseluruhan bangunan. Atap terdiri dari rangka atap dan penutup atap.
Pada proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat
dua jenis atap yaitu atap plat beton bertulang seperti yang telah dijelaskan pada
bagian plat diatas serta atap baja konvensional dengan penutup atap berupa
genteng.

19
BAB III
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

3.1. TINJAUAN UMUM


Manajemen Proyek adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan,
kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek oleh anggotanya dengan
memanfaatkan sumber daya dengan maksimal untuk mencapai sasaran yang telah
di tentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan
lingkup kerja, waktu, biaya dan mutu.
Proyek Konstruksi adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu
tertentu yang sudah di tentukan. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat
suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan
berupa bangunan.
a. Berikut ini adalah karakteristik proyek konstruksi :
1. Proyek bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian
kegiatan sama persis (tidak ada proyek identik atau proyek sejenis), proyek
bersifat sementara, dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda–beda.
2. Membutuhkan sumber daya (resources)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya dalam
penyelesaiannya, yaitu pekerja, uang, mesin metode, dan material.
3. Membutuhkan organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan, kepribadian dan
juga ketidakpastian.

3.2. ORGANISASI PROYEK


3.2.1. Organisasi Swakelola
Bentuk organisasi proyek pada Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho Yogyakarta adalah Organisasi Swakelola. Swakelola merupakan kegiatan
pengadaan barang atau jasa di mana pekerjaan di rencanakan, dikerjakan dan atau
di awasi sendiri, sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah

20
lainnya atau sekelompok masyarakat. Dari pengertian itu bahwa swakelola
bersifat mandiri dan dikerjakan oleh pemilik sendiri, bukan melalui penyedia jasa,
bukan melalui penyedia jasa. Jadi apabila tetap menggunakan penyedia barang
atau jasa, semisal toko, kontraktor, konsultan, tenaga ahli dan swasta, PT atau
CV, dan lain-lain, maka itu bukanlah swakelola. Struktur organisasi pada Tim
Swakelola Pembangunan Gedung Hotel @HOM dapat dilihat pada Gambar 3.1.
di bawah ini.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Tim Swakelola Pembangunan Gedung


Hotel @HOM
Tugas dan wewenang dalam struktur organisasi Tim Swakelola Pembangunan
Gedung Hotel @HOM.
1. Project Manager
Project Manager di jabat oleh Bapak Ir. Hermanto. Seorang Project
Manager memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut:
a. Project Manager bertanggung jawab untuk perencanaan, manajemen,
koordinasi dan kontrol keuangan dari proyek konstruksi.

21
b. Seorang Project Manager membutuhkan keterampilan organisasi dan
komunikasi yang baik, karena tidak ada toleransi untuk melakukan
kesalahan sedikitpun.
c. Project Manager memastikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi, proyek
selesai tepat waktu dan sesuai anggaran dan bahwa orang lain melakukan
pekerjaan mereka dengan baik.
d. Mengorganisir berbagai orang profesional yang bekerja pada sebuah
proyek.
e. Melakukan analisis, penilaian dan kontrol terhadap risiko kerja.
f. Memastikan bahwa semua tujuan proyek terpenuhi.
g. Memastikan standar kualitas terpenuhi.
h. Menggunakan teknologi terbaru IT untuk mengorganisir tenaga kerja dan
kemajuan pekerjaan proyek.
i. Merekrut tenaga professional dan menentukan sub-kontraktor pemenang
tender pekerjaan.
j. Pemantauan sub-kontraktor untuk memastikan pedoman dipertahankan.
k. Bertanggung jawab penuh pada seluruh kegiatan akuntansi, biaya dan
penagihan.
l. Bertanggung jawab penuh pada kegiatan serah terima pekerjaan kepada
klien.
2. Site Manager (Struktural)
Bagian Site Manager (struktural) di jabat oleh Bapak Ir. Soepomo, MM.
Penjabaran tugas, tanggung jawab dan wewenang seorang Site Manager
sebagai berikut:
a. Tugas Perencanaan
1. Merencanakan “Time Schedule” pelaksanaan proyek sesuai dengan
kewajiban dari perusahaan terhadap pemilik proyek atau kepentingan
perusahaan sendiri.
2. Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk
setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu
penggunaannnya.
b. Tugas dan kontrolling pengarahan

22
1. Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek. Instruksi-instruksi pekerjaan secara umum
dapat diberikan secara lisan dan yang bersifat khusus dibukukan dalam
buku instruksi pengawas.
2. Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis, kualitas pekerjaan,
maupun time schedule.
3. Mengadakan kontrol disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek,
mandor maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan
wewenang masing-masing.
c. Tugas Laporan
1. Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis
dengan Direktur.
2. Membuat laporan mingguan untuk Direktur yang mencakup kegiatan
proyek, kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu
dilaporkan.
3. Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan
Direktur.
d. Tugas pengaturan tenaga
1. Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana
time schedule.
2. Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai
dengan target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-
masing.
3. Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga pelaksana
kepada Direktur.
4. Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuk dihitung oleh
Budget Control, mencek ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh
Direktur.
3. Site Engineer
Bagian Site Engineer dipegang oleh Bapak Hermawan, S.T. Tugas,
tanggung jawab dan wewenang Site Engineer di halaman selanjutnya.

23
a. Memberikan petunjuk kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan
pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik di tandatangani.
b. Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk
menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain, termasuk data
pendukung yang diperlukan.
c. Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan ini akan
dipenuhi dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan major
serta pemeliharaan jalan.
d. Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan
e. Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan major tidak
akan terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-masing paket kontrak
dalam menentukan lokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis pekerjaan
yang secara khusus disebutkan dalam dokumen kontrak.
f. Membantu tim di lapangan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan
kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
g. Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam
mencari pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik
sehubungan dengan teknis maupun permasalahan kontrak.
h. Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium serta menyusun
rencana kerjanya.
i. Memeriksa hasil laporan pengujian serta analisanya.
j. Bertanggung jawab atas pengujian dan penyelidikan material/bahan di
lapangan. Membantu Chief Supervision Engineer dalam melaksanakan
tugas. Mengikuti petunjuk-petunjuk dan persyaratan yang telah ditentukan
terutama sehubungan dengan :Inspeksi secara teratur ke paket-paket
pekerjaan untuk melakukan monitoring kondisi pekerjaan dan melakukan
perbaikan-perbaikan agar pekerjaan dapat direalisasikan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman terhadap
spesifikasi. Metode pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan yang di
sesuaikan dengan kondisi di lapangan.

24
k. Membantu pejabat pelaksana teknis kegiatan dalam penyelesaian
administrasi kemajuan proyek. Bantuan ini termasuk mengumpulkan data
proyek seperti kemajauan pekerjaan, kunjungan pekerjaan, kunjungan
lapangan, rapat-rapat koordinasi dilapangan, data pengukuran kuantitas,
pembayaran kepada kontraktor. Semuanya dikumpulkan dalam dalam
bentuk laporan kemajuan bulanan dan memberikan saran-saran untuk
mempercepat pekerjaan serta memberikan penyelesaian terhadap kesulitan
yang timbul baik secara teknis maupun kontraktual untuk menghindari
keterlambatan pekerjaan.
4. Drafter
Bagian drafter di jabat oleh Bapak Apri Kurniawan, S.T. drafter bertugas
membantu arsitek, struktural dan mechanical & electrical plumbing
merealisasikan hasil rancangan pengembangan kawasan dalam bentuk gambar
rencana sehingga dapat direalisasikan.
5. Administasi keuangan
Bagian administrasi keuangan di jabat oleh Bapak Ruddy, S.E., bertugas
mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material, membuat
jadwal pengadaan material berdasarkan penggunaannya dan melakukan
pengadaan material sesuai jadwalnya.
6. Gudang 1 dan 2
Bagian gudang di jabat oleh Bapak Herman dan Bapak Busrro. Beliau
bertugas mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material,
membuat jadwal pengadaan material berdasarkan penggunaannya dan melakukan
pengadaan material sesuai jadwalnya.
7. Mandor
Bagian mandor ada 2 di jabat oleh Bapak Ali Ahmad dan dan Bapak
Saerozi. Sebagai mandor Saudara Ali dan Saerozi mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a) Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan yang menjadi kewajibannya.
b) Mempelajari gambar dan spesifikasi proyek.
c) Melakukan persiapan lapangan, termasuk pengukuran.
d) Membuat laporan realisasi quantity pekerjaan yang telah dilaksanakan.

25
e) Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana/mandor.
f) Dapat membuat opname borongan.
g) Membuat rekapitulasi kebutuhan material proyek.
h) Memberikan usulan kepada pemilik apabila menjumpai beberapa kesulitan
dalam pelaksanaan.

3.3 KONTRAK KONSTRUKSI


Kontrak adalah elemen paling penting dalam suatu proses kerjasama antara
berbagai pihak untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati
bersama. Dasar–dasar pengertian mengenai kontrak dalam konteks kontrak dalam
pekerjaan konstruksi mencakup pengetahuan mengenai hal–hal yang berkaitan
dengan.
1. Proses pembentukan kontrak
2. Proses dan prosedur pelaksanaan kontrak
3. Pelanggaran kontrak
4. Analisis kerugian akibat pelanggaran kontrak
5. Hubungan kontraktual.
Kontrak yang mengatur hubungan antara Pemilik Proyek, Konsultan dan
Kontraktor amat tergantung pada jenis dan ukuran proyek yang akan
dilaksanakan. Kontrak ini harus dimengerti dengan jelas sehingga dapat diperoleh
pelaksanaan proyek yang efektif. Pada proyek Pembangunan Gedung Hotel
@HOM Yogyakarta menggunakan Metode Swakelola, pemilik proyek
melakukan kontrak bagi proyek yang akan dilaksanakan karena mendanai,
merancang, melaksanakan dan mengawasi proyeknya semuanya dilakukan
kontraktor atau konsultan karena adanya kekurangan biaya dan masalah teknis
sehingga memberikan wewenang dalam menjalankan proyeknya tersebut.
Karena terjadi kontrak maka pemilik perlu menyediakan biaya pelelangan
sehingga waktu realisasi proyek dapat dilaksanakan sesuai waktu kontrak yang
telah disepakati. Hal ini dapat terjadi karena waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan pelelangan berkisar antara satu sampai dua bulan.

26
BAB IV
ADMINISTRASI PROYEK

4.1. TINJAUAN UMUM


Administrasi proyek merupakan hal penting dalam pelaksanaan suatu
proyek. Administrasi proyek merupakan alat komunikasi secara resmi untuk
menyampaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan proyek. Kegiatan
administrasi proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta
adalah sebagai berikut ini :
1. Mengurus serta menyelesaikan kegiatan proyek yang bersifat administratif
keuangan dan umum.
2. Menyiapkan berita acara lapangan dan menyusun dokumentasi.

4.2. SISTEM LAPORAN PROYEK, ADMINISTRASI PROYEK DAN


RAPAT PROYEK
4.2.1. Sistem Laporan Proyek
Laporan proyek dibuat pada saat proyek sedang berjalan maupun setelah
proyek berakhir yang dijadikan bahan evaluasi hasil pekerjaan dan untuk
penyempurnaan proyek dimasa mendatang.
Berikut ini sistem laporan yang ada di proyek pembangunan Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta:
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana
proyek dalam melakukan tugasnya dan mempertanggung jawabkan apa yang
telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaan apakah
sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan harian berisikan data–data seperti
berikut.
1. Waktu dan jam kerja.
2. Pekerjaan yang telah/ belum dilaksanakan.
3. Keadaan cuaca.
4. Bahan–bahan yang masuk ke lapangan.
5. Peralatan yang tersedia di lapangan

27
6. Jumlah tenaga kerja di lapangan.
7. Hal–hal yang terjadi di lapangan.
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian pekerjaan hari–hari
sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan selama satu
minggu. Berikut ini merupakan gambaran mengenai laporan mingguan :
1. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan selama satu minggu, jenis peralatan dan
jumlahnya, jumlah tenaga kerja, material yang digunakan serta volumenya.
2. Besar biaya proyek yang dikeluarkan selama satu minggu dan perencanaan
biaya yang akan dikeluarkan minggu berikutnya.
3. Jumlah pemakaian dan pemasukan bahan.
4. Catatan permasalahan yang ada selama satu minggu pelaksanaan.
5. Hambatan–hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan dan
peralatan serta cara menanganinya.
6. Catatan tentang ada tidaknya pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang dalam
pelaksanaan proyek selama satu minggu.
7. Instruksi, informasi, serta keputusan yang diperlakukan kontraktor untuk
minggu berikutnya dari pemberi tugas.
c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat agar penggunaan dana dan prestasi kerja selama
satu bulan dapat dikontrol oleh pemilik proyek sesuai dengan kesepakatan.
Laporan bulanan merupakan akumulasi dari laporan mingguan dilengkapi foto
dokumentasi sebagai tolok ukur realisasi kemajuan pelaksanaan proyek dan
evaluasi kemajuan pekerjaan terhadap rencana awal.
Dalam laporan bulanan berisi seluruh kegiatan proyek baik pelaksanaan
maupun kegiatan–kegiatan penunjangnya terdapat dalam hal–hal sebagai berikut :
1. Data umum proyek.
2. Master Schedulle.
3. Monthly Progress Report.
4. Permasalahan yang terjadi beserta pemecahannya.
5. Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap.

28
6. Foto dokumentasi kemajuan proyek.
4.2.2. Administrasi Proyek
Administrasi proyek berisikan tentang laporan keuangan yang dibuat bagian
administrasi proyek dan dituangkan dalam bentuk laporan sebagai berikut :
1. Daftar pembayaran tidak langsung yang dibuat setiap hari dan berisi tentang
pengeluaran uang yang dipergunakan setiap hari.
2. Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang keadaan
keuangan proyek perminggu.
4.2.3. Rapat Proyek
Rapat proyek merupakan pertemuan yang diadakan dan dihadiri oleh
seluruh anggota dari pihak pelaksana serta pihak pemilik proyek guna
mengadakan koordinasi lebih lanjut pada penanganan proyek. Rapat ini sebagai
media untuk membahas masalah yang terjadi dan penyelesaiannya. Pada kondisi
tertentu rapat dapat dilaksanakan diluar waktu apabila terdapat masalah. Masalah
yang biasanya dibahas dalam rapat adalah :
1. Kesulitan yang dihadapi oleh pihak pelaksana dalam pelaksanaan
dilapangan.
2. Alternatif dari pelaksanaan proyek dan masalah lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek secara teknis dan detail lebih rinci dan jelas.
3. Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang telah dibuat.
4. Permasalahan atau macam kesulitan yang menjadi faktor penghambat dan
alternatif penanggulangannya.
5. Evaluasi proyek yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Membahas jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada satu minggu
kedepan secara rinci dan jelas.
Dalam proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho,
Yogyakarta rapat proyek dilakukan pada setiap minggunya yaitu pada hari Senin,
Rabu dan Sabtu.

4.3. RENCANA KERJA


Rencana kerja dibuat untuk memperoleh gambaran secara jelas dan
terperinci tentang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta waktu yang

29
disediakan untuk masing–masing tahapan pekerjaan. Bentuk rencana kerja yang
terdapat didalam proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta ini adalah:
4.3.1. Time Schedulle
Time Schedulle adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel berisi
jenis–jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan berakhirnya setiap
jenis pekerjaan tersebut. Namun pada umumnya time schedulle tidak
memperhatikan masalah biaya dan kuarang jelas menunjukkan ketergantungan
antara jenis pekerjaan satu dengan lainnya. Time schedulle pada proyek
pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta dapat
dilihat pada lampiran.
4.3.2. Kurva S
Kurva S adalah grafik yang menyatakan hubungan antara bobot kumulatif
kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksanaan pekerjaan dalam
satuan waktu. Dengan adanya kurva S dapat diikuti perkembangan pekerjaan
setiap saat sehingga dapat diketahui dengan cepat apabila proyek mengalami
keterlambatan atau kemunduran. Kurva S juga dapat dipakai untuk menilai
prestasi kerja kontraktor sampai waktu yang ditinjau. Namun dalam kenyataan
dilapangan pada tiap kegiatan yang direncanakan masih sering timbul
permasalahan yang menghambat penyelesaian proyek. Permasalahan tersebut bisa
berupa masalah teknis atau non teknis yang sulit diputuskan. Kurva S pada proyek
pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta dapat
dilihat pada lampiran.
4.3.3. Shop Drawing
Shop Drawing adalah gambar detail pada gambar kerja sehingga
memudahkan pelaksanaan dan menghindari kesalahan serta memperlancar
jalannya pekerjaan. Namun pada pelaksanaannya sering terjadi perubahan gambar
kerja yang lebih lengkap dan disetujui oleh pihak pelaksana. Gambar shop
drawing pada proyek pembangunan Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta dapat dilihat pada lampiran.

30
4.4. TENAGA KERJA, WAKTU KERJA DAN UPAH KERJA
Prinsip pengaturan kerja, waktu kerja dan upah kerja diatur dalam Undang-
undang Perburuhan mengenai jam kerja, jam lembur, upah minimum dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah ketenaga kerjaan.
4.4.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada proyek pembangunan Pembangunan
Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta ini ada dua yaitu :
1. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah karyawan yang diangkat dan mendapat gaji tetap
langsung dari kantor pusat.
2. Tenaga Kerja Borongan.
Tenaga Kerja Borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapat upahnya berdasarkan prestasi pekerjaan yang telah dilakukannya.
Mandor berkewajiban mengatur anak buahnya yang disesuaikan
kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan.
4.4.2. Waktu Kerja
Waktu Kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho,
Yogyakarta
Waktu kerja setiap hari Senin-Minggu
1. Senin-Kamis : Pukul 08.00–17.00 WIB
2. Jumat : Pukul 08.00–16.00 WIB
3. Sabtu : Pukul 08.00–12.00 WIB
4. Minggu : Pukul 08.00–16.00 WIB
Waktu libur pada proyek ini hanya pada saat Hari Raya Idul Fitri, Hari
Raya Idul Adha, Hari Raya Natal, Hari Raya Nyepi, PEMILU.
4.4.3. Upah Kerja
Pelaksanaan pembayaran upah pekerja pada proyek pembangunan
Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta yaitu tiap 2 minggu
sekali atau sesuai progres kerja yang di targetkan selesai dimana pembayaran
dilakukan secara Tunai (Cash) pada bagian keuangan.

31
BAB V
BAHAN DAN PERALATAN KERJA

5.1 TINJAUAN UMUM


Pada saat Proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho,
Yogyakarta diperlukan bahan bangunan berkualitas tinggi. Bahan bangunan yang
dipakai pada proyek harus sesuai dengan persyaratan kualitas bahan dalam
peraturan. Karena kualitas bahan bangunan menetukan mutu konstruksi dan biaya
pembangunan.
Jadwal pengiriman dan tempat pembelian harus dipastikan untuk
menghindari penimbunan bahan yang diperlukan atau mengurangi kemungkinan
bahan rusak saat dibutuhkan. Serta menghindari terganggunya pelaksanaan
dilapangan karena penempatan bahan bangunan.
Pembangunan harus menghasilkan kualitas bangunan yang maksimal tetapi
dengan biaya rendah sehingga perlu diperhatikan dalam hal pengadaan bahan
sebagai berikut :
1. Pensortiran bahan harus sesuai syarat.
2. Diusahakan penggunaan bahan–bahan setempat sehingga memudahkan
pengadaan, hemat waktu dan biaya.
3. Memakai bahan–bahan yang banyak tersedia di pasaran.
4. Semua bahan yang diperlukan harus mendapat persetujuan dari pihak
pelaksana.
Selain bahan bangunan juga dibutuhkan peralatan yang memadai baik
berupa peralatan sederhana hingga alat–alat berat. Alat– alat ini diperlukan karena
penggunaan alat–alat tersebut dapat mendukung kelancaran dan meningkatkan
efisiensi kerja dari para pekerjanya.
Dalam menggunakan alat–alat kerja perlu ditinjau dari segi ekonomi apakah
dalam pemakaian alat–alat kerja tersebut cukup menguntungkan jika
dibandingkan dengan tenaga manusia.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat kerja antara
lain.
1. Situasi di lapangan.

32
2. Biaya, waktu dan pekerjaan yang tersedia.
3. Kemampuan dan keterampilan pekerja.
4. Luas, tinggi dan volume pekerjaan.
5. Macam dan jenis pekerjaan dilapangan.
Selain itu untuk menunjang kelancaran pekerjaan agar sesuai dengan yang
diharapkan, disamping pengadaan alat kerja juga diperlukan perawatan alat kerja
agar dapat dipakai sesuai usia pakainya.
Perawatan alat–alat kerja tersebut secara umum adalah sebagai berikut ini :
1. Sebelum digunakan harus diperiksa dulu bahan bakar, minyak pelumas, air
pendingin mesin, baut yang kendur, serta pembersihan kotoran dan air yang
dapat mempercepat terjadinya karat.
2. Di usahakan menggunakan alat tidak melebihi kapasitas maksimal yang di
ijinkan.
3. Mengikuti petunjuk alat yang digunakan baik mengenai cara penggunaan,
perawatan maupun kapasitasnya.
4. Menggunakan operator berpengalaman.
5. Apabila terjadi kerusakan segera diperbaiki agar tidak mengakibatkan
kerusakan lebih parah.
6. Setelah digunakan alat segera dibersihkan dan disimpan ditempat yang
layak.

5.2. BAHAN KONSTRUKSI


Bahan konstruksi adalah bahan-bahan yang di gunakan untuk membuat
konstruksi bangunan atau bahan-bahan yang memberikan sifat-sifat tertentu di
dalam konstruksi bangunan. Berikut ini adalah bahan konstruksi yang di gunakan
di Proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho.
1. Semen
Semen adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang digunakan untuk
mengikat bahan material menjadi satu kesatuan yang kuat. Semen yang digunakan
dalam Proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM Timoho, Yogyakarta yaitu
semen konvensional yang digunakan untuk plesteran dan acian dengan

33
menggunakan produk Holcim. Semen yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.1 di bawah ini.

Gambar 5.1. Semen Portland


2. Pasir
Pasir adalah agregat halus yang digunakan untuk membuat plester dinding
dan lantai. Pasir yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta adalah pasir Sungai Progo. Pasir ini diambil sendiri
menggunakan dump truck tanpa menggunakan jasa supplier karena akan lebih
menghemat waktu serta memperoleh pasokan tepat sasaran tanpa terjadi
penumpukan. Pasir yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.2. di bawah ini.

Gambar 5.2. Pasir


3. Air
Air adalah zat cair utama yang digunakan untuk mencampur campuran
semen dan juga agregat sehingga menjadi mortar. Syarat air yang layak sebagai
bahan bangunan adalah tidak berasa, berwarna dan berbau serta mengandung zat–
zat kimia. Selain itu air juga digunakan untuk membersihkan dari kotoran–
kotoran karena cipratan spesi, tanah, dsb. Air yang digunakan dalam proyek
Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta adalah air yang sumur yang
ada di proyek dan memenuhi syarat fisik seperti diatas. Air yang di gunakan dapat
di lihat pada Gambar 5.3. di halaman selanjutnya.

34
Gambar 5.3. Air
4. Beton Ready Mix
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu–batuan yang
direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
kasar) dan ditambah pasta semen. Pasta semen berfungsi mengikat pasir dan
bahan–bahan agregat lain. Rongga diantara bahan–bahan kasar diisi oleh bahan–
bahan halus. Beton ready mix pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta disuplai oleh PT. Karya Beton. Beton yang di gunakan dapat
di lihat pada Gambar 5.4. di bawah ini.

Gambar 5.4. Beton ready mix


5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta terdiri dari dua jenis.
1. Baja Tulangan Polos (BJTP), kuat tarik baja 240 Mpa, dengan diameter
yang dipakai dilapangan adalah 5, 8 dan 10 mm.
2. Baja Tulangan Deform/ Bersirip (BJTD). Sirip pada baja berfungsi
meningkatkan daya lekat antara baja dengan beton. Kuat tarik baja 400
Mpa, dengan diameter yang dipakai dilapangan adalah 13, 16, 19, dan 22
mm.

35
3. Baja tulangan ini dipasok langsung oleh PT. Perwira Abadi Jaya bila
pesanan mencapai atau lebih dari 10 Ton sedangkan bila kurang dipasok
dari Puncak Logam.
Gambar tulangan yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.5. di bawah ini.

Gambar 5.5. Baja tulangan


6. Baja Konvensional
Baja konvensional pada proyek Pembangunan Gedung Hotel @HOM
Timoho, Yogyakarta digunakan untuk membuat rangka atap baja konvensional
yang terletak pada atap bagian sayap. Baja ringan ini dipasok oleh PT. Buana
Paksa Indonesia. Baja konvensional yang di gunakan dapat di lihat pada gambar
5.6. di bawah ini.

Gambar 5.6. Baja konvensional


7. Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang digunakan untuk mengikat dan
menyatukan antar tulangan sehingga diperoleh bentuk tulangan yang dikehendaki
pada suatu struktur yang telah direncanakan (Fondasi, balok, kolom, dan
sebagainya). Diameter kawat sebesar 1 mm dengan penyimpulan pada tulangan
sebanyak 4 rangkap sehingga lebih kuat dan tidak mudah putus. Kawat bendrat
pada Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta dipasok oleh Puncak

36
Logam. Kawat bendrat yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.7. di bawah
ini.

Gambar 5.7. Kawat bendrat


8. Plywood
Plywood atau triplek adalah lembaran kayu lapis yang berfungsi sebagai
bahan utama dalam pembuatan bekisting kolom, balok, plat dan tangga. Plywood
yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.8 di bawah ini.

Gambar 5.8. Plywood


i. Calbond (Lem Beton)
Calbond adalah bahan pengikat antara beton lama (beton yang sebelumnya
telah dicor) dengan beton baru (beton yang hendak dicor) atau pada sambungan
pengecoran beton. Calbond pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta menggunakan Sikacim produk dari Sika. Lem beton yang di gunakan
dapat di lihat pada Gambar 5.9. di halaman selanjutnya.

37
Gambar 5.9. Calbond (Lem beton)
10. Bahan Additive (Bahan Tambah) berupa Accelerating Admixture
Bahan tambah jenis ini berfungsi untuk mempersingkat waktu Setting Time
beton, sehingga beton cepat mengeras, meningkatkan dalam mengeringkan
penyusutan, dan menghindari korosi atau karat pada tulangan baja. Namun jumlah
yang berlebihan dapat mengakibatkan beton menganduk banyak Kalsium Klorida
sehingga menurunkan titik beku beton dan beton jadi rusak atau hancur. Karena
hal tersebut volume penggunaan harus sesuai takaran yaitu 1 liter bahan tambah
untuk 2 m³ beton. Penggunaan material akan membuat pelaksanaan proyek lebih
ekonomis karena akan mempercepat proses pelaksanaan. Dengan adanya bahan
tambah jenis ini bekisting cukup terpasang ± 12 jam setelah pengecoran dan dapat
dipakai kembali. Bahan tambah pada proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta ini menggunakan Sikament produk dari Sika.
Bahan tambah yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.10. di bawah ini.

Gambar 5.10. Bahan tambah/Additive (Accelerating admixture)


11. Batako
Batako adalah bata beton yang terbuat dari campuran semen, pasir dan air
dengan perbandingan tertentu. Fungsi batako ada proyek Pembangunan Gedung
@HOM Timoho, Yogyakarta adalah sebagai bekisting acuan dalam pembuatan

38
penulangan dan pengecoran pile cap. Batako yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.11. di bawah ini.

Gambar 5.11. Batako


12. Bata Beton Ringan
Bata beton ringan adalah bata alternatif pengganti penggunaan bata beton
atau batako dan bata merah. Kelebihan bata beton ringan adalah ukurannya yang
besar dan presisi sehingga pemasangannya mudah dan cepat. Selain itu walau
berukuran besar bata tetap ringan namun kuat. Bata ringan pada proyek
Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta dipasok dari sekitar toko
bangunan daerah Godean Yogyakarta. Bata ringan yang di gunakan dapat di lihat
pada Gambar 5.12. di bawah ini.

Gambar 5.12. Bata beton ringan

5.3 ALAT KONSTRUKSI


1. Ember Cor
Ember cor pada umumnya berfungsi untuk mengangkut dan membawa air,
mortar atau beton. Namun pada kenyataan dilapangan sering juga digunakan
untuk mengangkut alat dan bahan bangunan yang lain. Kelebihan ember ini dari
ember lain adalah lebih elastis dan tahan banting atau pecah. Ember cor yang di
gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.13. di halaman selanjutnya.

39
Gambar 5.13. Ember cor
2. Ember Gali
Ember gali berfungsi untuk membuang dan mengangkut tanah galian untuk
pembuatan fondasi borepile, footplate, pile cap, sumur, sumur resapan, dan
sebagainya. Ember gali yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.14 di
bawah ini.

Gambar 5.14. Ember gali


3. Catut
Catut digunakan untuk memasang bendrat pada besi tulangan. Catut yang di
gunakan dapat di lihat pad Gambar 5.15. di bawah ini.

Gambar 5.15. Catut


6. Bor Mesin Tangan
Bor mesin tangan pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta digunkan untuk mengebor permukaan beton sehingga bisa dimasuki

40
tulangan baru untuk pembuatan kolom praktis. Tipe bor yang ada dilapangan
adalah Bosch GBH 2–22 RE PROFESSIONAL, 220/230 V, 50/60 Hz; 2,9 A, 620
W, Diameter mata bor 13 mm. Bor mesin tangan yang di gunakan dapat di lihat
pada Gambar 5.16. di bawah ini.

Gambar 5.16. Bor mesin tangan


7. Unting–unting atau Slot
Unting–unting atau slot berfungsi untuk menetukan as, ketegakan suatu
struktur atau bagian bangunan yang berdiri secara vertikal seperti fondasi, kolom,
dinding, dan sebagainya. Gambar unting-umting atau slot dapat di lihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 5.17. Unting–unting atau slot


8. Ruskam
Ruskam berfungsi untuk meratakan permukaan menjadi halus pada mortar
atau beton yang baru dituang, dihamparkan dan direkatkan pada suatu bidang.
Ruskam yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.18. di halaman berikutnya.

41
Gambar 5.18. Ruskam
9. Blebes
Blebes adalah tongkat dari kayu atau alumunium yang rata dan berfungsi
meratakan permukaan menjadi halus pada mortar atau beton yang dituang, di
hamparkan atau di rekatkan pada suatu bidang dengan jangkauan yang lebih luas.
Blebes yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.19. di bawah ini..

Gambar 5.19. Blebes


20. Lampu Sorot
Lampu sorot berfungsi untuk memberi penerangan pada para pekerja
apabila hari telah malam atau gelap karena mendung serta pada bagian bangunan
yang gelap. Lampu sorot yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung
@HOM Timoho, Yogyakarta menggunakan produk dari Skylux. Lampu sorot
yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.20. di bawah ini.

Gambar 5.20. Lampu sorot

42
21. Tali Tambang
Tali tambang pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta berfungsi sebagai alat untuk menarik dan mengangkat alat dan bahan
bangunan ketempat yang lebih tinggi secara manual. Tali Tambang yang di
gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.21. di bawah ini.

Gambar 5.21. Tali tambang


22. Katrol
Katrol digunakan untuk mengatrol/mengangkat barang–barang dari bawah
keatas bangunan secara manual atau tenaga manusia. Katrol yang di gunakan
dapat di lihat pada Gambar 5.21. di bawah ini.

Gambar 5.22. Katrol


23. Marking
Marking berfungsi untuk menandai plat lantai dan bekisting dengan garis
cat dimana garis tersebut menjadi patokan untuk pelaksanaan pembuatan bagian
bangunan lain berikutnya. Marking yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar
5.23. di halaman selanjutnya.

43
Gambar 5.23. Marking
24. Betel
Betel berfungsi untuk membobok bagian bangunan yang tidak digunakan
atau bangunan lama serta batu atau tanah keras yang ada disekeliling lokasi
proyek yang dianggap mengganggu pelaksanaan. Betel yang di gunakan dapat di
lihat pada Gambar 5.24. di bawah ini.

Gambar 5.24. Betel


25. Gerobak Dorong
Gerobak dorong berfungsi untuk mengangkut material atau bahan bangunan
pada tempat yang relatif datar dan jarak tidak terlalu jauh serta dalam jumlah
yang cukup banyak. Gerobak Dorong yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.25. di bawah ini.

Gambar 5.25. Gerobak dorong

44
26. Pengki
Pengki berfungsi untuk memindahkan material seperti bebatuan, tanah,
pasir, dan sebagainya. Pengki yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.26.
di bawah ini.

Gambar 5.26. Pengki


27. Gergaji
Pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta gergaji
digunakan untuk memotong bahan–bahan bangunan dengan bahan baku kayu
seperti balok kayu, usuk/kasau, plywood/triplek, dsb. Pengki berfungsi untuk
memindahkan material seperti bebatuan, tanah, pasir, dan sebagainya. Gergaji
yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.27. di bawah ini.

Gambar 5.27. Gergaji


28. Kapak Mini
Kapak mini digunakan untuk memotong bata beton ringan sehingga sesuai
ukuran yang dibutuhkan. Kapak Mini yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.28. di halaman berikutnya.

45
Gambar 5.28. Kapak mini
29. Bodem
Bodem digunakan untuk memukul atau menghancurkan benda–benda keras
yang mengganggu jalannya proyek seperti adanya batu atau tanah keras, sisa–sisa
bangunan lama, bagian bangunan yang salah atau karana adanya perubahan, dan
sebagainya. Bodem yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.29. di bawah
ini.

Gambar 5.29. Bodem


30. Jugil
Jugil berfungsi untuk menjugil benda–benda berat yang hendak digulingkan
atau dijugil seperti batu–batu dan bagian dari bangunan lama yang mengganggu
proses pembangunan. Jugil yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.30. di
bawah ini.

Gambar 5.30. Jugil

46
31. Linggis
Linggis berfugsi melunakkan permukaan tanah dengan menusuk–nusukkan
linggis dan membongkar bekisting pada bagian bangunan yang telah kering
setelah selesai dicor. Linggis yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.31. di
bawah ini.

Gambar 5.31. Linggis


32. Cetok
Cetok digunakan untuk mengaduk adonan spesi dan memasang spesi pada
bata ringan atau memelester tembok dan lantai. Cetok yang di gunakan dapat di
lihat pada Gambar 5.32. di bawah ini.

Gambar 5.32 Cetok


33. Cangkul
Cangkul berfungsi untuk mencangkul tanah atau pasir ketika pelaksanaan
pembersihan lokasi, dan mengaduk campuran spesi. Cangkul yang di gunakan
dapat di lihat pada Gambar 5.33. di bawah ini.

Gambar 5.33. Cangkul

47
34. Sekop
Sekop berfungsi untuk menyerok dan mengangkat material berupa bahan
bangunan (semen, pasir, mortar, dan sebagainya) atau tanah galian ke dalam
gerobak dorong/ember/tempat tertentu yang sudah ditentukan. Sekop yang di
gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.34. di bawah ini.

Gambar 5.34. Sekop


35. Waterpass Selang
Waterpass selang berfungsi untuk menentukan suatu bidang atau bangunan
yang direncanakan sehingga menjadi bidang yang datar. Waterpass selang yang
di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.35. di bawah ini.

Gambar 5.35. Waterpass selang


36. Meteran
Meteran adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan
tinggi dilapangan guna untuk menentukan ukuran bagian bangunan yang hendak
dilaksanakan serta mengecek ukuran dari bagian bangunan yang telah
dilaksanakan. Meteran yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.36. di
halaman berikutnya.

48
Gambar 5.36. Meteran
37. Bar Cutter (Pemotong Tulangan)
Bar cutter (pemotong tulangan) berfungsi sebagai alat pemotong tulangan
baja sehingga diperoleh baja tulangan dengan panjang yang diinginkan. Pada
proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta terdapat dua jenis
bar cutter (pemotong tulangan) yaitu manual dan mesin. Untuk bar cutter mesin
terdapat dua tipe buatan Makita yaitu LS1440, 220 V, 3.5 A, 50–60 Hz, 1480 W,
3200 rpm, Ø 355 mm dan MT240, 220–230 V, 9.2 A, 50–60 Hz, 2000 W, 3800
rpm, Ø 355. Bar Cutter (Pemotong Tulangan) yang di gunakan dapat di lihat pada
Gambar 5.37. di bawah ini.

(a) (b)
Gambar 5.37. (a) Bar Cutter (pemotong tulangan) manual dan (b) mesin
(Makita LS1440 dan MT240)
38. Mesin Gali
Mesin gali pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta berfungsi menggali atau menghancurkan bagian yang keras pada
tanah ketika dilakukan penggalian seperti adanya beton atau fondasi dari
bangunan lama, bebatuan, dan sebagainya. Mesin gali dapat di lihat pada Gambar
5.38. di halaman berikutnya.

49
Gambar 5.38. Mesin gali
39. Bar Bender (Pembengkok Tulangan)
Bar bender (pembengkok tulangan) adalah alat yang digunakan untuk
membengkokkan tulangan seperti tulangan sengkang dan sambungan pada
fondasi, pile cap, kolom, balok, plat, dan sebagainya. Bar bender (Pembengkok
Tulangan) dapat dilihat pada gambar 5.39. di bawah ini.

Gambar 5.39. Alat pembengkok tulangan baja manual


40. Rolling Spiral
Rolling spiral adalah alat yang digunakan untuk membuat sengkang atau
begel dalam bentuk spiral. Memiliki bentuk silinder dari tulangan baja dan
ujungnya memiliki pegangan (handle) 4 jari. Alat ini ditumpu pada kaki yang
terbuat dari kayu. Alat ini dibuat sendiri oleh pekerja untuk memudahkan
pembuatan sengkang atau begel spiral. Rolling dapat dilihat pada Gambar 5.40. di
halaman berikutnya.

50
Gambar 5.40. Rolling Spiral
41. Alat Pengelasan
Alat pengelasan pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho,
Yogyakarta yaitu las listrik Porto Italy tipe PD85, Serial Number 60974–1/2005,
yang berfungsi mengelas menyambungkan material yang terbuat dari logam atau
baja. Kemudian las gas yang berfungsi memotong material yang terbuat dari
logam atau baja. Alat Pengelasan dapat dilihat pada Gambar 5.41. di bawah ini.

Gambar 5.41. Alat pengelasan listrik


42. Scafolding dan Support
Scafolding berfungsi sebagai penyangga bekisting balok, plat dan tangga
serta tempat pekerja untuk memlester, mengaci dan mengecat bagian bangunan
yang tinggi. Scafolding dan Support dapat dilihat pada Gambar 5.42. di bawah ini.

(a) (b)
Gambar 5.42. (a) Scafolding dan (b) support

51
43. Vibrator
Vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan tujuan memperoleh
beton dengan mutu tinggi, padat dan tanpa rongga. Cara penggunaanya dengan
memasukkan selang penggetar pada bagian beton cair yang telah dituangkan
kedalam bekisting. Vibrator dapat dilihat pada Gambar 5.43. di bawah ini.

Gambar 5.43.Vibrator
44. Concrete Pump
Concrete Pump adalah alat yang digunakan untuk memompa dan
mengangkut beton dari mixer truck ke cetakan bekisting yang siap untuk dicor.
Dimana tempat tersebut sulit dijangkau secara langsung oleh bucket pada mixer
truck karena jaraknya, ketinggiannya atau medannya. Berikut ini spesifikasi
concrete pump yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung @HOM
Timoho, Yogyakarta. Concrete Pump dapat dilihat pada Gambar 5.44. di bawah
ini.

Gambar 5.44. Concrete Pump


45. Mixer Truck
Mixer truck berfungsi untuk mengangkut dan mencampur campuran beton
ready mix dari batching plant PT. Jati Kencana Beton yang terletak di Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Mixer Truck dapat dilihat pada Gambar 5.45. di
halaman selanjutnya.

52
Gambar 5.45. Mixer truck
46. Dump Truck
Dump truck berfungsi untuk membuang material yang tak terpakai seperti
tanah galian, kayu lapuk, dsb dari lokasi proyek ke tempat pembuangan serta
mengangkut material seperti pasir, semen, batako,dsb. Dump truck pada proyek
Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta ini adalah milik pihak
kontraktor. Dump Truck dapat dilihat pada Gambar 5.46. di bawah ini.

Gambar 5.46. Dump truck


47. Coring
Coring pada proyek Pembangunan Gedung @HOM Timoho, Yogyakarta
berfungsi untuk melubangi plat lantai beton sehingga bisa di masukki pipa–pipa
sanitasi air bersih, air panas dan air kotor. Coring yang digunakan adalah merk
Hilti tipe DD 120 01, Serial number 018553, 1600 W, 7.4 A, 230 V, 50–60 Hz,
Ømax 162 mm. Coring dapat dilihat pada Gambar 5.47. di bawah ini.

Gambar 5.47. Coring

53
48. Alat Cetak Benda Uji Beton Silinder
Alat cetak benda uji beton silinder berfungsi untuk mencetak benda uji
silinder beton dari beton ready mix yang hendak dicor kebekisting dan kemudian
setelah 28 hari diuji kuat desak beton silinder. Tujuannya untuk menguji apakah
beton yang telah dicorkan tersebut memiliki mutu yang layak sesuai dengan
perencanaan. Alat Cetak Benda Uji Beton Silinder dapat dilihat pada Gambar
5.48. bawah ini.

Gambar 5.48. Alat cetak benda uji beton silinder

54
BAB VI
PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1 TINJAUAN UMUM


Perencanaan yang telah disusun oleh pihak perencana diwujudkan melalui
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang
sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang
baik. Sehingga di peroleh hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil
atau tidaknya suatu proyek. Oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana
khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan
baik. Serta dapat mengambil keputusan–keputusan mengenai masalah–masalah
yang ditemui di lapangan.
Didalam bab ini akan diuraikan secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan
yang diamati oleh penyusun selama melaksanakan kerja praktik. Dimana
pekerjaan yang diamati meliputi pekerjaan pembuatan balok dan kolom.

6.2 PEKERJAAN KOLOM


Pekerjaan kolom dilakukan setelah pekerjaan bore pile selesai. Dalam
melakukan pekerjaan kolom terdapat berbagai macam jenis pekerjaan yaitu
penentuan marking kolom, penulangan kolom, pekerjaan bekisting kolom,
pengecekan kolom, pengecoran pada kolom, pelepasan bekisting kolom. Diagram
Alir Pembuatan Kolom dapat di lihat pada gambar 6.1 di halaman selanjutnya.

55
Penentuan marking kolom

Penulangan kolom

Pekerjaan bekisting kolom

Pengecekan kolom

Pengecoran kolom

Pelepasan bekisting kolom

Gambar 6.1 Diagram Alir Pelaksanaa Pembuatan Kolom

1. Marking Kolom

Marking kolom atau penentuan As kolom yang berupa titik-titik atau garis
yang diperoleh dari hasil pengukuran atau pematokan yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak bekisting dan tulangan kolom. Hal ini di sesuaikan dengan gambar yang
telah di rencanakan. Cara menentukan as kolom pada Proyek Pembangunan Hotel
@Hom ini dengan cara manual seperti menggunakan benang atau waterpass selang.
Berikut ini langkah–langkah dalam melakukan marking kolom.
(a) Penentuan as kolom dengan waterpass selang berdasarkan shop drawing
dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan.
(b) Buat as kolom dari garis pinjaman
(c) Pemasangan patok as bangunan/kolom di cek dan diukur menggunakan
meteran dan kesikuannya serta kedudukannya menggunakan waterpass selang.
Pekerjaan marking kolom dapat di lihat pada gambar 6.2 di halaman selanjutnya.

56
Gambar 6.2. Pekerja Pemarkingan Kolom
2. Penulangan Kolom

Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut.


1. Pada penulangan kolom dilakukan pengukuran, pemotongan dan
pembentukan tulangan kolom sesuai kebutuhan rencana. Pekerja Memotong
Tulangan dapat di lihat pada gambar 6.3 di bawah ini.

Gambar 6.3. Pekerja Memotong Tulangan

2. Memasang tulangan sengkang pada tulangan pokok dengan jarak sengkang


sesuai rencana. Pekerjaan Pemasangan Sengkang pada Kolom dapat di lihat
pada gambar 6.4 di halaman selanjutnya.

57
Gambar 6.4. Pekerja pemasangan Sengkang pada Kolom

3. Tiap tulangan disatukan dengan kawat bendrat 4 lapis agar lebih kuat.
Pemasangan kawat untuk di satukan antar tulangan pada kolom dapat di
lihat pada gambar 6.5 di bawah ini.

Gambar 6.5. Pekerja Memasang Kawat untuk di satukan antar


Tulangan pada Kolom

4. Pada bagian sisi luar tulangan dipasangi. Pekerja Memasang Tulangan


Kolom dapat di lihat pada gambar 6.6 di bawah ini.

Gambar 6.6. Pekerja Memasang Tulangan Kolom


3. Pekerjaan Bekisting.

Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian


tulangan telah selesai dilaksanakan.

58
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan bekisting kolom.
a. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.
b. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom
sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100cm dari
masing-masing as kolom.
c. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai
dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan dalam
penempatan bekisting kolom.
d. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting
e. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
f. Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.
1. Pemasangan bekisting kolom pada keempat sisi tulangan kolom sesuai
dimensi kolom rencana. Pemasangan bekisting Kolom dapat di lihat pada
gambar 6.7 di bawah ini.

Gambar 6.7. Pekerja Memasang Bekisting Kolom

2. Menghubungkan keempat sisi bekisting dengan dipaku serta diperkuat


dengan menggunakan klem. Pemasangan klem dapat di lihat pada gambar 6.8
di bawah ini.

Gambar 6.8. Pekerja Memasang Klem

59
3. Untuk memperkuat kedudukan bekisting saat pengecoran pada keempat
sisinya dipasangi support. Pemasangan Support dapat di lihat pada gambar
6.9 di bawah ini.

Gambar 6.9. Pekerja Memasang Support

4. Cek tegak lurus kedudukan bekisting dan tulangan kolom dengan


menggunakan unting-unting atau slot.
5. Jika belum tegak lurus pada sisi kolom dipasangi kawat baja yang dikaitkan
dengan spanel, kemudian ditarik dengan handle penyetel sehinnga diperoleh
bekisting yang tegak lurus.
4. Pengecekan Kolom.
1. Mengecek tegak lurusnya kolom dengan menggunakan unting-unting
supaya diketahui posisi bekisting kolom sudah tegak lurus apa tidak.
2. Pengecekan apakah hubungan antar bekisting sudah kuat atau belum supaya
bekisting tidak jebol saat pengecoran.
3. Mengecek apakah support sudah kuat dan mampu menyokong bekisting
saat pengecoran. Mengecek Kedudukan Dan Ketegakan Kolom Dengan
Unting–Unting Dan Meteran dapat di lihat pada gambar 6.10 di bawah ini.

Gambar 6.10. Mengecek Kedudukan dan Ketegakan Kolom dengan


Unting–Unting dan Meteran.

60
5. Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump untuk
memudahkan pengerjaan. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang
dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan
beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
Langkah-langkah pengecoran kolom sebagai berikut.

1. Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan concrete pump dengan


pipa beton dimasukkan lewat atas kolom saat pengecoran. Pengecoran
kolom dapat di lihat pada gambar 6.11 di bawah ini.

Gambar 6.11. Pengecoran Kolom

2. Jika pengecoran sudah terlihat penuh beton pada kolom dipadatkan dengan
menggunakan vibrator agar beton bisa padat agar tidak terjadi rongga pada
beton. Gambar 6.11 dapat di lihat di bawah ini.

Gambar 6.12. Memadatkan Beton dengan Vibrator

6. Pelepasan Bekisting Kolom.


Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting.
Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut.

61
1. Pelepasan bekisting pada kolom dilakukan setelah beton berumur 14 hari atau
berkisar 2 minggu.
2. Pelepasan bekisting kolom dilakukan dengan mencopot support dan papan
bekisting dengan menggunakan linggis.

6.3 PEKERJAAN BALOK


Pekerjaan balok dilakukan setelah pekerjaan kolom selesai. Dalam
melakukan pekerjaan balok terdapat berbagai macam jenis pekerjaan yaitu
penentuan elevasi dan as balok, pemasangan scaffolding, pemasangan balok
primary beam dan secondary beam, pembuatan dan pemasangan bekisting balok,
pemasangan tulangan pokok dan sengkang balok, pembersihan lokasi pengecoran,
pengecekan lokasi pengecoran, pengecoran balok dan pelepasan bekisting balok.
Gambar 6.13 dapat d lihat di halaman selanjutnya.

62
Penentuan elevasi dan as balok

Pemasangan scaffolding

Pemasangan primary dan secondary beam

Pembuatan dan pemasangan bekisting balok

Pemasangan tulangan pokok dan sengkang

Pembersihan lokasi pengecoran

Pengecekan lokasi pengecoran

Pengecoran balok

Pelepasan bekisting balok

Gambar 6.13. Diagram Alir Pelaksanaan Pembuatan Balok

1. Penentuan Elevasi Dan As Balok


Penentuan elevasi balok harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga
dihasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok. Penentuan ini dilakukan
dengan mengukur dari kolom atau dinding yang telah diberi tanda. Berikut ini
langkah–langkah dalam penentuan elevasi dan as balok.
1. Mengukur salah satu kolom sebagai acuan setinggi 1 m dan diberi tanda.
2. Dengan menggunakan waterpass selang dibuat tanda yang sama berdasarkan
ketinggian 1 m dari kolom acuan.
3. Setelah semua kolom ditandai ukur ketinggian balok berdasarkan tanda
tersebut.

63
4. Setelah didapat ketinggian balok ditentukan titik as balok dengan menarik
benang kenur antar bekisting kolom. Gambar 6.14 dapat di lihat di bawah
ini.

Gambar 6.14. Pekerja Menandai Kolom 1 Meter di atas Lantai


dengan Waterpass Selang

2. Pemasangan Scafolding
Setelah didapat ketinggian dan as balok dipasanglah scafolding sebagai
penyangga utama bekisting balok sesuai ketinggian yang telah ditentukan
sebelumnya. Berikut ini langkah–langkah dalam pemasangan scafolding.
1. Memasang Jack Base.
Jack base digunakan sebagai pijakan scaffolding dan juga berfungsi sebagai
pengatur level untuk perletakan pada bidang permukaan yang miring.
Pemasangan jack base yang telah terpasang dapat di lihat pada gambar 6.15
di bawah ini.

Gambar 6.15. Jack Base yang telah Terpasang


2. Memasang Main Frame.
Sesuai dengan namanya main frame ini merupakan rangka utama pada
rangkaian. atau digunakan sebagai tubuhnya. Ada beberapa ukuran. tinggi 1,7

64
m dan 1,9 m sedangkan lebar 1,22 m. Pemasangan main frame dan cross
brance dapat di lihat pada gambar 6.16 di bawah ini.

Gambar 6.16. Seorang Pekerja Sedang Memasang Main Frame dan


Cross Brance

3. Memasang Cross Brance.


Cross Brance merupakan bagian yang digunakan untuk menyambung antar
main frame. Dengan posisi silang. Posisi silang dapat memperkokoh
berdirinya rangkaian. Ada dua ukuran panjang yaitu 220 cm dan 193 cm.
4. Memasang Join Pin
Joint Pin adalah pen(socket) penghubung antara Main Frame dengan Main
Frame yang lain yang disusun diatasnya.
5. Memasang Ledder.
Ledder adalah bagian yang berada pada atas main frame. atau rangka atas
dari scaffolding. Biasa digunakan untuk menyambung agar lebih tinggi dan
lebih kokoh. tingginya pun ada dua pilihan yaitu 90 cm dan 120 cm.
6. Memasang U–Head.
U- Head digunakan sebagai ujung paling atas rangkaian. Tepatnya di atas
ladder frame. Bentuknya seperti huruf U yang berfungsi untuk menopang
balok kayu. Dan bisa disetel ketinggiannya. Join Pin, Ledder Dan U–Head
Yang Telah Terpasang dapat di lihat pada gambar 6.17 di halaman
selanjutnya.

65
Gambar 6.17. Join Pin, Ledder Dan U – Head yang telah
Terpasang

7. Jika ketinggian tidak pas bisa diatur ketinggian dengan memutar Jack Base
dan U–Head. Pengaturan Ketinggian Scafolding Dengan Memutar U–Head
dapat di lihat pada gambar 6.18 di bawah ini.

Gambar 6.18. Pekerja Sedang Mengatur Ketinggian Scafolding


dengan Memutar U – Head

3. Pemasangan Balok Primary Beam Dan Secondary Beam


Setelah scafolding terpasang dan memiliki ketinggian U–Head yang sama
dan sesuai elevasi rencana kemudian dipasangi balok kayu sebagai landasan
bekisting balok.
1. Memasang primary beam dengan ukuran penampang 8/12 cm di atas U –
Head kemudian dikaitkan pada U–Head dengan dipaku sehingga posisi balok
stabil. Seorang Pekerja Sedang Memasang Primary Beam dapat di lihat pada
gambar 6.19 di halaman selanjutnya.

66
Gambar 6.19. Seorang Pekerja Sedang Memasang Primary
Beam
2. Memasang secondary beam dengan ukuran penampang 5/7 cm diatas balok
primary beam dengan dipakukan. Jarak antar balok yang dipasang antara 40–
60 cm. Seorang Pekerja Sedang Memasang Secondary Beam dapat di lihat
pada gambar 6.20 di bawah ini.

Gambar 6.20. Seorang Pekerja Sedang Memasang Secondary


Beam

4. Pembuatan Dan Pemasangan Bekisting Balok


Setelah primary beam dan secondary beam terpasang barulah proses
pembuatan bekisting dilakukan sebagai.
1. Membuat bottom form dan side form bekisting dengan cara memotong
plywood (tebal 1 cm) sesuai ukuran balok rencana kemudian diperkuat
dengan rangka kayu dengan ukuran penampang 5/7 cm. Seorang Pekerja
Sedang Membuat Bottom Dan Side Form Bekisting dapat di lihat pada
gambar 6.21 di halaman selanjutnya.

67
Gambar 6.21. Seorang Pekerja Sedang Membuat Bottom dan
Side Form Bekisting
2. Memasang bottom form diatas secondary beam pada tengah–tengah as dari
benang kenur. Setelah pas dipakukan agar kedudukannya tidak berubah.
Seorang Pekerja Sedang Memasang Bottom Form dapat di lihat pada gambar
6.22 di bawah ini.

Gambar 6.22. Seorang Pekerja Sedang Memasang Bottom Form


3. Memasang side form pada kedua sisi bottom form dan dipakukan pada bagian
bawah. Seorang Pekerja Sedang Memasang Side Form dapat di lihat pada
gambar 6.23 di halaman selanjutnya.

68
Gambar 6.23. Seorang Pekerja Sedang Memasang Side Form
4. Memasang beam clamp dengan kayu berpenampang 5/7 cm pada kedua sisi
luar side form untuk memperkuat kedudukan side form. Seorang Pekerja
Sedang Memasang Beam Clamp dapat di lihat pada gambar 6.24 di bawah
ini.

Gambar 6.24. Seorang Pekerja Sedang Memasang Beam Clamp


5. Memasang stronger beam dengan kayu berpenampang 5/7 cm sehingga side
form lebih kuat dan tidak jebol saat pengecoran. Pekerjaan ini dapat di lihat
pada gambar 6.25 di bawah ini.

Gambar 6.25. Seorang Pekerja Sedang Memasang Stronger


Beam

69
5. Pemasangan Tulangan Balok
Pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho dimensi dan penulangan
balok sangat bervariasi sehingga untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat
dilampiran gambar shop drawing. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan
penulangan balok:

1. Mengukur dan memotong tulangan sesuai kebutuhan kemudian dibentuk atau


dibengkokkan dengan menggunakan bar bender atau pembengkok tulangan.
2. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari
penandaan elevasi pada kolom (diatas bottom form). Tidak lupa
memperhitungkan tebal selimut beton.
3. Tulangan pokok balok dipasang dengan menjangkarkan bagian ujungnya
pada tulangan pokok kolom kemudian dibendrat 4 lapis. Pekerjaan ini dapat
di lihat pada gambar 6.26 di bawah ini.

Gambar 6.26 Pekerja Sedang Memasang Tulangan Pokok Balok

4. Tulangan sengkang atau begel dimasukkan kedalam tulanagn pokok balok


satu per satu dan diukur jaraknya dimana jarak pada sendi plastis lebih
rengkat dibandingkan dengan sendi non plastis kemudian dibendrat 4 lapis.
Pekerjaan ini dapat di lihat pada gambar 6.27 di halaman selanjutnya.

70
Gambar 6.27. Seorang Pekerja Sedang Memasang Tulangan
Sengkang atau Begel Balok
5. Pemasangan beton decking atau tahu beton pada bagian dasar dan samping
tulangan sehingga saat dicor tulangan tidak terdesak dan menempel pada
bekisting sehingga hasil pengecoran dapat dilihat tulangan balok pada bagian
permukaannya. Pemasangan beton tahu dapat di lihat pada gambar 6.28 di
bawah ini.

Gambar 6.28. Seorang Pekerja Sedang Memasang Beton


Decking atau Beton Tahu.

6. Pembersihan Lokasi Pengecoran


Setelah selesai semua pekerjaan diatas dilakukan pembersihan dengan
mengambili material–material atau alat–alat yang tak terpakai. Kemudian
membersihkan dari debu atau kotoran–kotoran kecil yang menempel dengan
disiram air menggunakan selang dengan tekanan tinggi. Pekerjaan penyemprotan
air dapat di lihat pada gambar 6.29 di halaman selanjutnya.

71
Gambar 6.29. Pekerja Sedang Melakukan Pembersihan dengan
Menyemprotkan Air
7. Pengecekan Lokasi Pengecoran
Setelah lokasi bersih sebelum dicor dilakukan pengecekan. Pengecekan
yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan bekisting, pemeriksaan
penulangan.
1. Pemeriksaan bekisting
Pemeriksaan bekisting ini meliputi.
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal dan vertikal.
d. Kebersihan bekisting.
e. Kekuatan sambungan bekisting
f. Jarak beton decking atau tahu beton.
2. Pemeriksaan penulangan
Pemeriksaan penulangan ini meliputi.
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan pokok.
b. Pemeriksaan jumlah, ukuran dan jarak tulangan sengkang atau begel.
c. Pemeriksaan sambungan tulangan.
d. Kebersihan tulangan dari karat atau kotoran yang mampu mengurangi daya
lekat beton.

8. Pengecoran Balok
Pelaksanaan pengecoran balok adalah sebagai berikut ini.
a. Sebelum dicor antara beton baru dengan beton lama diberi calbond atau lem
beton sehingga hubngan keduanya bisa lebih menyatu.

72
b. Dalam pelaksanaan pengecoran digunakan concrete pump untuk
menyalurkan beton ready mix dari truck mixer kelokasi pengecoran dengan
pipa cor yang dihubungkan dengan klem. Pekerjaan ini dapat di lihat pada
gambar 6.30 dan 6.31 di bawah ini.

Gambar 6.30. Pengecoran dengan Concrete Pump

Gambar 6.31. Pengecoran dengan Pipa Cor


c. Pastikan ketinggian pipa cor tidak lebih dari 2 meter sehingga beton tidak
terjadi segregasi yang mengakibatkan adanya sangkar beton. Pekerjaan ini
dapat di lihat pada gambar 6.32 di bawah ini.

Gambar 6.32. Para Pekerja Sedang Mengecor Balok dengan


Kedudukan Pipa Cor tidak Terlalu Tinggi

73
d. Lakukan pemadatan dengan vibrator saat beton yang dicor mulai terlihat
penuh. Pemadatan beton dengan vibrator dapat di lihat pada gambar 6.33 di
bawah ini.

Gambar 6.33. Pekerja Sedang Memadatkan Beton dengan


Vibrator
e. Setelah beton yang dicor terlihat penuh dan padat hingga memenuhi seluruh
bekising pada bagian permukaan atas diratakan dengan ruskam atau blebes.
Pekerjaan meratakan permukaan beton dapat di lihat pada gambar 6.34 di
bawah ini.

Gambar 6.34. Seorang Pekerja Sedang Meratakan Permukaan


Beton Yang Telah Selesai Dicor

9. Pelepasan Bekisting Balok


Pelepasan bekisting balok dapat dilakukan setelah ± 7 hari. Cara pelepasannya
pertama dengan mengendurkan Jack Base dan U–Head. Kemudian membongkar
scafolding. Setelah itu melepas balok–balok kayu dan papan–Papan bekisting
yang menempel pada balok dengan linggis. Pelepasan bekisting dapat di lihat
pada gambar 6.35 di halaman selanjutnya.

74
Gambar 6.35. Pekerja Sedang Melepas Bekisting

75
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil pengamatan penyusun ketika
melaksanakan pengamatan proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho.
1. Pembangunan Hotel @Hom Timoho Yogyakarta, berlokasi di jalan Ipda Tut
Harsono No.24 RT: 23 RW: 07, Kelurahan Muja-Muju, Kecamatan Umbulharjo,
Yogyakarta. Bangunan tersebut terdiri dari 1 basement dan 6 lantai dengan luas
bangunan ±5518,12 m2 ,luas tanah 1.660 m2, ukuran basement ± 907,52 m2,
dengan jenis struktur yang di gunakan yaitu struktur beton bertulang dan baja .
Pemilik dari proyek tersebut adalah PT. Royal Emerald Internasional.
2. Balok yang di gunakan pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Yogyakarta ada 7 tipe B-1 dimensi 400x600, B-2 dimensi 300x600, B-3
dimensi 250x500, B-4 dimensi 200x400, B-5 dimensi 150x300, B-6
dimensi 400x550, B-7 dimensi 500x600, B-8 550x600 dengan selimut
beton 5cm dan karakteristik 300 Kg/cm2. Dengan menggunakan tulangan
tumpuan 3 D13 tulangan atas, tulangan bawah 2 D16 dengan ukuran
sengkang ø8-100 dan tulangan pada lapangan yaitu 2 D16 di tulangan atas
dan 2 D16 di tulangan bawah serta ukuran sengkang ø8-150.
3. Kolom yang di gunakan pada proyek Pembangunan Hotel @Hom Timoho
Yogyakarta ada 6 tipe yaitu K-1 dimensi 400x600, K-2 dimensi 400x600,
K-4 dimensi 200x200, K-5 dimensi 400x400, K-6 dimensi 150x150, dan K-
1A dimensi 500x600 dengan selimut beton 4 cm dan karakteristik beton 300
Kg/cm2. Diameter tulangan kolom yaitu 26 D25 dengan sengkang 3 D13.

7.2 SARAN
Berikut ini adalah saran yang diberikan oleh penyusun agar kesalahan yang
telah diuraikan diatas untuk kedapannya tidak terjadi lagi.
1. Untuk pelaksanaan marking dan pengukuran elevasi balok sebaiknya
menggunakan alat berupa theodolite dan “waterpass” sehingga dapat
diperoleh hasil dengan ketelitian tinggi dan waktu pelaksanaannya dapat
dipersingkat.

76
2. Dalam pemasangan scaffolding pada bagian dasar Jack Base seharusnya
dilandasi dengan menggunakan balok kayu dan dipakukan. Sehingga
kedudukan scaffolding tidak bergeser dan tidak terjadi penurunan pada
elevasi balok.
3. Dalam pelaksanaan pengecoran harus dilakukan dengan cara memindahkan
pipa beton pada suatu tempat yang hendak dicor bukan diratakan dengan
menggunakan cangkul. Pipa beton digerakkan dengan bantuan pekerja
dengan jumlah ± 3 orang setelah beton agak penuh dipadatkan dengan
vibrator baru kemudian setelah penuh pipa dipindahkan ketempat yang
hendak dicor berikutnya.
4. Pada waktu pengecoran balok pada waktu pemadatan dengan vibrator harus
diperhatikan. Waktu penggetaran dengan vibrator juga tidak boleh terlalu
lama, bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air vibrator
dipindahkan ketitik yang lain. Apabila jumlah vibrator tidak cukup perlu
ditambah lagi jumlah vibratornya.
5. Seharusnya pada saat pengecoran kolom tidak ada pekerjaan lainnya seperti
pekerjaan balok di atasnya karena dapat menghambat jalannya pengecoran
yang dapat mengakibatkan kurang padat pada kolom karena akses
pengecoran yang terhalang oleh pekerjaan balok diatasnya.
6. Pihak kontraktor harus cukup menyediakan alat–alat pengaman seperti helm
pengaman, sabuk pengaman, masker, dsb. Sehingga semua pekerja yang
ada dapat menggunakan alat pengaman tersebut. Serta pihak kontraktor
harus membuat peraturan yang tegas dimana tiap pekerja wajib
menggunakan alat-alat pengaman tersebut. Dengan memakai alat–alat
pengaman tersebut keselamatan para pekerja akan lebih terjamin.

77

Anda mungkin juga menyukai