Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih
banyak ditemui di masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar TB
menyerang paru, namun juga dapat menyerang organ lainnya. Sumber
penularannya adalah pasien dengan BTA positif, pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan bakteri ke udara melalui percikan dahak (droplet) yang
terhirup oleh orang lain. Determinan sosial adalah faktor yang penting dalam
kejadian TB, dikarenakan secara langsung maupun melalui faktor risiko dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Melalui tingkat pendidikan yang biasanya
diperoleh sejak awal masa dewasa yang memiliki sifat khusus yaitu pengetahuan
dan sumber daya lain yang dapat berimplikasi terhadap gaya hidup sehat. Selain
itu pula pendidikan memberikan kontribusi secara formal terhadap status sosial
ekonomi. Melalui pekerjaan dan pendapatan. Faktor risiko yang dapat
dipengaruhi oleh determinan sosial adalah akses ke pelayanan kesehatan,
keamanan pangan, kondisi rumah serta perilaku mengenai Human
Immunodeficiency Virus (HIV), merokok, malnutrisi, Diabetes Mellitus (DM)
dan alcohol.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari determinan sosial kesehatan dan penyakit TBC ?
2. Bagaimana hubungan determinan sosial kesehatan dengan penyakit TBC ?
3. Apa akibat yang ditimbulkan dari determinan sosial kesehatan pada penyakit
TBC ?

1
4. Bagaimana hubungan determinan sosial kesehatan dengan penyakit TBC ?
5. Contoh kasus tentang determinan sosial kesehatan pada penyakit TBC

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari determinan sosial kesehatan dan penyakit
TBC.
2. Untuk mengetahui hubungan determinan sosial kesehatan dengan penyakit
TBC.
3. Untuk mengetahui hubungan determinan sosial kesehatan dengan penyakit
TBC.
4. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari determinan sosial kesehatan
pada penyakit TBC.
5. Untuk mengetahui Contoh kasus tentang determinan sosial kesehatan pada
penyakit TBC.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dari Determinan Sosial Kesehatan dan Penyakit TBC

2.1.1 Penyakit TBC

Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh


mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana
terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya
menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara
utama menyerang paru-paru.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung paru yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman ini
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penyebab penyakit TB paru adalah Mycrobacterium tuberkulosis,
bakteri ini masuk dalam bentuk batang dan memiliki sifat tahan terhadap asam
atau Batang Tahan Asam (BTA). Penderita TB BTA (+) merupakan sumber
penularan utama penyakit ini, terutama pada waktu bersin atau batuk.
Penyebaran melalui droplet atau percikan dahak yang didalamnya terkandung
bakteri aktif yang nantinya apabila terhisap oleh orang lain dapat menularkan
TB melewati saluran pernapasan. Daya penularan dari seorang penderita di
tentukan banyaknya kuman yang di keluarkan dari parunya. Dalam BTA
positif pada penderita TB semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak maka semakin infeksius penderita tersebut, begitu pula dengan
sebaliknya. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan dalam beberapa
jam di udara dengan suhu kamar.

3
2.1.2 Determinan Sosial

Determinan sosial kesehatan adalah keadaan di manaorang dilahirkan, tumbuh,


dan hidup, serta sistem yangdiberlakukan untuk menangani penyakit.
Determinan sosial kesehatan merupakan kondisi di lingkungan di mana orang-
orang yang lahir, hidup, belajar, bekerja, bermain, ibadah, dan usia yang
mempengaruhi berbagai kesehatan, berfungsi, dan kualitas hidup hasil dan
risiko. Determinan sosial kesehatan merupakan proses yang membentuk
perilaku di dalam masyarakat.

Determinan sosial kesehatan adalah keadaan dimana orang dilahirkan,


tumbuh, hidup dan sistem dimasukkan kedalam tempat untuk menangani
penyakit. Keadaan ini pada gilirannya dibentuk oleh satu set yang lebih luas
dari kekuatan ekonomi, kebijakan sosial dan politik.

Graham mengamati bahwa konsep determinan kesehatan mengacu baik


untuk faktor-faktor sosial yang mempromosikan dan merusak kesehatan
individu ataupun populasi dalam proses social yang mendasari suatu
distribusiyang tidak meratadari faktor-faktor ini akan menyebabkan kelompok
menempati posisi yang tidak setara dalam masyarakat. Ketika mengacu pada
faktor-faktornya, maka akan terbentuk istilah “perantara penentu kesehatan”

2.2 Determinan Sosial yang Berhubungan dengan Penyakit TBC

Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberculosis yang dapat


menyerang paru ataupun organ – organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah
bening, usus, ginjal, kandungan tulang sampai otak.TBC dapat mengakibatkan
kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
tetinggi di negeri ini. Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti status sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk
lebih jelasnya dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4
1. Faktor sosial ekonomi
Di sini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat hunian,
lingkungan perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat
memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga degan
penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat
hidup laying dengan memenuhi syarat – syarat kesehatan. Tingkat sosial
ekonomi meliputi :
a. Pendidikan
Dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
kea rah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
inidividu, keluarga atau masyarakat.
b. Pekerjaan
pekerjaan seseorang dapat mengukur status sosial ekonomi serta masalah
kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja. Pekerjaan juga
menentukan besarnya penghasilan yang diterima oleh seseorang.
Masyarakat dengan penghasilan yang rendah sering mengalami kesulitan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, sehingga penyakit menular
seperti TB Paru merupakan ancaman bagi mereka.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah posisi yang ditentukan langsung dari komponen
sumber daya material yang didapatkan langsung dari jenis pekerjaan.
Mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara pendapatan yang
dapat mempengaruhi kesehatan adalah :
1) Daya beli untuk membeli sumber daya yang baik seperti makanan
dan tempat tinggal.
2) Memudahkan akses kesemua layanan, yang dapat meningkatkan
kesehatan secara langsung.
3) Membina harga diri dan status sosial dalam bermasyarakat.

5
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menunjukkan rendahnya tingkat
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang. Dengan rendahnya pendidikan maka pengetahuan akan penyakit,
terutama tentang penyakit TB Paru juga kurang. Begitu juga dengan
pekerjaan dan penghasilan yang rendah menyebabkan orang tersebut lebih
memfokurskan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
dana pabila sakit kebanyakan dari orang dengan tingkat social rendah
tidakakan segera memeriksakan penyakitnya kepetugas kesehatan, baru saat
sakit dirasa tidaksembuh – sembuh mereka memeriksakan penyakitnya
kepetugas pelayanan kesehatan.

2. Kepadatan Hunian
Kepadatan penghuni rumah juga dapat mempegaruhi kesehatan, karena jika
suatu rumah yang penghuninya jika suatu rumah yang penghuninya padat
dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari satu manusia
kemanusia lainnya. Kepadatan penghuni di dalam ruangan yang berlebihan
akan berpengaruh, hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan bibit
penyakit dalam ruangan. Kepadatan penghuni dalam rumah merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit TB Paru dan penyakit –
penyakit lainnya yang dapat menular.
Suatu rumah dikatakan padat bila anggota keluarga yang tinggal dalam
ruangan dengan ukuran luas minimal 9m2 digunakan lebih dari 2 orang. Oleh
sebab itu jumlah penghuni di dalam rumah harus disesuaikan dengan luas
rumah agar tidak terjadi kepadatan yang berlebihan.
Rumah sehat yaitu bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki :
• Jamban yang sehat,
• Sarana air bersih,
• Tempat pembuangan sampah,
• Sarana pembuangan air limbah,

6
• Ventilasi rumah yang baik,
• Kepadatan hunian rumah yang sesuai
• Lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah

3. Status Gizi
Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan
faktor penting yang berpengaruh di Negara miskin baik pada orang dewasa
maupun anak – anak.

4. Jenis Kelamin
Jenis kelamin termasuk kedalam karakteristik yang ditentukan secara biologis.
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki – laki
dibandingkan perempuan. Pada jenis kelamin laki – laki penyakit ini lebih
tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
menurunkan system pertahanan tubuh sehingga lebih mudah terpapar dengan
agent penyebab TB-Paru.
Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1
juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa
pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kemaitan yang disebabkan oleh
TB-paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan.

7
2.3 Hubungan Determinan Sosial Kesehatan dengan Penyakit TBC

Berbicara determinan sosial salah satunya berhubungan dengan budaya


masyarakat. Hubungan nya dengan penyakit TBC yaitu budaya masyarakat
antara lain malu bila diketahui menderita penyakit TB paru sehingga berpotensi
untuk menularkan penyakitnya. Banyak masyarakat yang masih memiliki budaya
meludah di sembarang tempat sehingga bila menderita TB paru rentan
menularkan pada orang sekitarnya. Diperlukan suatu pengembangan karakter
individu, keluarga dan masyarakat dalam membentuk perilaku upaya pencegahan
penyakit TB paru. Peran serta semua pihak agar terbentuk suatu norma subjektif
pada individu, dan kelompok pada masyarakat agar upaya pencegahan penularan
penyakit TB paru menjadi suatu norma yang berlaku di daerah yang diterima
oleh masyarakat setempat. Bagaimana upaya promosi kesehatan dapat
memfasilitasi melalui beberapa program kesehatan agar upaya pencegahan
penularan penyakit TB paru ini menjadi suatu norma yang berlaku pada
masyarakat setempat dan perlahan menjadi suatu belief/kepercayaan pada
masyarakat, dan belief ini beriring dengan terbentuknya value.

Merubah perilaku tentunya tidak semudah membalikkan telapak


tangan perlu waktu, upaya yang berkesinambungan dari berbagai lintas sektor.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk deteksi dini penyakit seperti segera
melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan bila mengalami gejala-gejala
penyakit TB paru. Pencegahan tersier yang bertujuan untuk mencegah sekuale
penyakit seperti resistensi terhadap obat TB, sebagaimana tumbuhnya value
kemandirian bagi penderita dan keluarga dalam keteraturan minum obat sebagai
upaya memotong siklus penularan baru penderita TB paru.

Norma yang ada di masyarakat akan membentuk suatu value atau


nilai, stigma, mitos tentang penyakit TB paru di masyarakat. value ini yang yang
akan memengaruhi. Kerangka konsep Faktor Determinan Budaya Kesehatan
upaya kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan, pengobatan dan

8
kepatuhan minum obat TB. Terbentuknya value masyarakat terhadap upaya
pencegahan penyakit yang berpengaruh secara langsung terhadap angka
kesakitan TB paru dan faktor ini dapat berpengaruh pada struktur sosial atau
sebaliknya secara timbal balik bersamasama memengaruhi penularan penyakit
TB paru. Apabila masyarakat telah memperoleh manfaat akan kegunaan dari
adanya suatu norma, value dan dampak negatifnya maka akan timbul suatu
kepercayaan terhadap pencegahan penularan penyakit TB paru yang pada
akhirnya menjadi suatu budaya.

2.4 Akibat yang Ditimbulkan dari Determinan Sosial Kesehatan pada Penyakit
TBC

Dampak Sosial dan Psikologis Penyakit TB

Penyakit TB adalah salah satu yang mendapat perhatian serius dari pemerintah,
karena masuk dalam golongan penyakit menular langsung.Sebenarnya tidak
hanya pemerintah Indonesia, bahkan badam kesehatan dunia, WHO juga
memberika perhatian khusus pada penyakit yang banyak menyerang masyarakat
negara berkembang ini.Hal ini disebabkan pada dampak sosial dan psikologis
kompleks yang ditimbulkan oleh penyakit TB.Beban yang harus ditanggung oleh
lingkungan yang di dalamnya ada penderita TB sangat berat meski biaya
pengobatan gratis.Karena tidak hanya pasien yang terkena imbasnya tapi juga
orang-orang di sekitarnya. Seseorang yang terinveksi TB, produktifitasnya
otomatis akan terganggu. Dengan mudah mendapat diskriminasi dari
lingkungannya. Seperti akan langsung dikeluarkan dari tempat kerja karena bos
tidak mau karyawan lain tertular.

9
2.5 Contoh Kasus tentang Determinan Sosial Kesehatan pada Penyakit TBC

Contoh nyata adalah seorang karyawan yang langsung dipulangkan oleh sang
bos dari Malaysia, padahal baru dua bulan berada di sana. Mandor tempatnya
bekerja di Malaysia tidak mau mengambil resiko karyawan lain tertular dan
karena baru dua bulan bekerja, tempatnya bekerja juga menganggap tidak
berkewajiban untuk membiayai pengobatannya hingga tuntas. Dan lebih memilih
memulangkannya ke Indonesia. Akibatnya, biaya berangkat ke sana belum
terbayar lunas karena baru kerja dua bulan, hasil yang didapat bahkan hanya
cukup untuk menutup biaya makan dan pengobatan singkat yang dijalaninya
selama di Malaysia. Sampai Indonesia, anaknya yang masih kecil terpaksa
mengungsi ke rumah orang tua agar tidak tertular.Istrinya yang merawat, biaya
kehidupan sehari-hari akhirnya menjadi beban orang tua dan keluarga besar.

Hal yang sama juga dialamai oleh sahabat Shian Hwa yang pernah menjadi BMI
beberapa tahun di luar negeri. Shian menceritakan salah satu sahabatnya juga
harus menerima nasib dipulangkan langsung oleh majikannya karena terkena
TB. Saat saya masih duduk di bangku sekolah dan menjalani pengobatan TB,
saya juga merasakan hal yang sama. Saya tahu bagaimana capeknya Ibu saya
setiap saat mengantar saya periksa, bahkan saya ingat saat masih duduk di kelas
2 SD pernah mengalami selama 2 minggu berturut-turut saya setiap hari ke
rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan rawat jalan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Determinan sosial kesehatan merupakan kondisi di lingkungan di mana orang-


orang yang lahir, hidup, belajar, bekerja, bermain, ibadah, dan usia yang
mempengaruhi berbagai kesehatan, berfungsi, dan kualitas hidup hasil dan risiko.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis.Sebagian besar TB menyerang paru, namun juga
dapat menyerang organ lainnya. Sumber penularannya adalah pasien dengan BTA
positif, pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan bakteri ke udara
melalui percikan dahak (droplet) yang terhirup oleh orang lain.Determinan sosial
adalah faktor yang penting dalam kejadian TB, dikarenakan secara langsung
maupun melalui faktor risiko dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang.Determinan Sosial yang dimaksud adalah pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, kelas sosial, jenis kelamin, dan etnik. Melalui tingkat pendidikan yang
biasanya diperoleh sejak awal masa dewasa yang memiliki sifat khusus yaitu
pengetahuan dan sumber daya lain yang dapat berimplikasi terhadap gaya hidup
sehat. Selain itu pula pendidikan memberikan kontribusi secara formal terhadap
status sosial ekonomi.elalui pekerjaan dan pendapatan. Faktor risiko yang dapat
dipengaruhi oleh determinan sosial adalah akses ke pelayanan kesehatan,
keamanan pangan, kondisi rumah serta perilaku dari individu/masyarakat itu
sendiri.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa yang nantinya akan menjadi kader-kader


kesehatan, agar dapat memberikan ilmu yang telah didapat mengenai Determinan
Sosial Kesehatan pada penyakit TBC kepada masyarakat agar masyarakat dapat
mengetahui faktor-faktor determinan apa saja yang mempengaruhi penyakit TBC.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dotulong Jendra. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin dan Kepadatan
hunian Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa Wori Kecamatan
Wori. 2014. Tersedia di:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/7773/7336,
diakses pada 31 Agustus 2017

Media Neliti. (2011, 30 Desember). Faktor Determinan Budaya Kesehatan dalam


Penularan Penyakit TB Paru. Diperoleh pada 10 September 2017, dari:
https://media.neliti.com/media/publications/21324-ID-faktor-determinan-
budaya-kesehatan-dalam-penularan-penyakit-tb-paru.pdf.

Satri Ristyo, Ali, dkk. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Angka Kejadian
Tb Paru Bta Positif Di Wilayah Kerja Puskesmas Peterongan Jombang.
2012. Tersedia di http://stikespemkabjombang.ac.id/ejurnal/index.php/Juli-
2013/article/view/11/14.

Kompasiana. (2015, 12 April). Dampak Sosial dan Psikologis Penyakit TB. Diperoleh
pada 2 September 2017, dari:
http://www.kompasiana.com/sumarti_saelan/dampak-sosial-dan-psikologis-
penyakit-tb_5535ab006ea834451bda4321.

12

Anda mungkin juga menyukai