Anda di halaman 1dari 17

REFERAT DESEMBER 2017

TEMPER TANTRUM

NAMA : Dian Noviandini M

STAMBUK : N 111 17 011

PEMBIMBING : dr. KartinAkune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Temper tantrum adalah suatu ledakan emosi yang diperlihatkan secara

sangat dramatis dengan agitasi motorik yang hebat seperti menjerit-jerit sambil

berguling di lantai atau tembok, memukuli diri sendiri atau orang lain, menangis,

memaki dan sebagainya. 1

Temper tantrum biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dengan

frekuensi tertinggi pada masa balita kemudian menurun seiring bertambahnya

usia. Temper tantrum dapat merupakan ekspresi frustasi yang berkepanjangan

yang dialami anak. Untuk membuat diagnosa dari kasus tersebut, dokter dituntut

untuk melakukan anamnesis yang lebih teliti. 1,2

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak

menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun

pernah mengalami ledakan kemarahan seperti ini. Pada dasarnya, marah-marah

pada anak-anak usia 1-4 tahun merupakan hal yang wajar yang terjadi bagi usia

mereka. Kebanyakan anak-anak usia 1-4 tahun mengalami hal ini. 3

Pada normalnya, tantrum pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik

sampai 2 menit saja. Namun jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang

membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat

serius yang perlu untuk diperhatikan bagi orangtua. 4

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-

tiba, tanpa terencana dan tidak terkontrol. Pada anak-anak, hal ini bukan

hanya cara untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika

mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk

kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit,

memukul, menggigit, mencubit, dan lain-lain. 1,2

Temper tantrum seringkali muncul pada anak usia 1-4 tahun.

Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada

usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya.

Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya

atau temper tantrum. Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak

senangnya biasa dilakukan dengan tindakan yang berlebihan, misalnya

menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda yang berada disekitarnya,

berguling-guling, bahkan memukuli ibu atau orang lain disekitarnya. 1,4

Tantrum masih merupakan suatu perilaku yang tergolong normal yang

merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam

perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Sebagai periode dari perkembangan,

tantrum pada anak pasti akan berakhir sesuai perkembangan kognitif dan

emosi serta pertambahan usia anak. 3,4

2
B. FAKTOR PENYEBAB

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temper

tantrum pada anak, diantaranya adalah : 4,5

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu

Anak jika menginginkan sesuatu harus selalu terpenuhi, apabila

tidak berhasil terpenuhi keinginannya tersebut maka anak sangat

dimungkinkan untuk memakai cara tantrum menekan orangtua agar

mendapatkan apa yang ia inginkan.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri

Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saat dirinya

ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtua pun tidak

dapat memahami maka hal ini dapat memicu anak menjadi frustasi dan

terungkap dalam bentuk tantrum.

3. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk

menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu

mendapat apa yang di inginkan, bisa mengalami tantrum ketika suatu kali

permintaannya ditolak oleh orangtuanya. Bagi anak yang terlalu

terkekang dan didominasi oleh orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi

bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tantrum.

Orangtua yang mengasuh anak secara tidak konsisten juga bisa

menyebabkan anak mengalami tantrum.

3
Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada

bagaimana cara orangtua dapat memberikan contoh atau teladan kepada

anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap

tingkah laku orangtua. Jika anak melihat orangtua meluapkan kemarahan

atau meneriakkan rasa frustasi karena hal kecil, maka anak akan kesulitan

untuk mengendalikan diri. Seorang anak perlu melihat bahwa orang

dewasa dapat mengatasi frustasi dan kekecewaan tanpa harus lepas

kendali, dengan demikian anak dapat belajar untuk mengendalikan diri.

4. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit

Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak menjadi

rewel. Anak yang tidak pandai mengungkapkan apa yang dirasakan maka

kecenderungan yang timbul adalah rewel, menangis serta bertindak

agresif.

5. Anak sedang stress dan merasa tidak aman

Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress apalagi bila

tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri ditambah lagi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung menjadi pemicu anak menjadi

temper tantrum.

4
C. FAKTOR RESIKO

Pemicu terjadi temper tantrum :

a. Mencari perhatian

Walaupun tantrum jarang dilakukan hanya untuk memanipulasi orangtua,

jika hasil dari tantrum adalah perhatian penuh orang dewasa, hal ini

memberi alasan untuk mulai menunjukkan tantrum

b. Meminta sesuatu yang tidak bisa ia miliki

Anak memaksa ingin sarapan es krim atau meminta ibunya memeluknya

saat menyiapkan makanan.

c. Ingin menunjukkan kemandirian

Anak ingin mengenakan pakaian yang kurang sesuai dengan cuaca hari

itu, seperti kaus di hari-hari yang dingin, atau tidak mau makan makanan

yang sudah disiapkan.

d. Frustasi dengan kemampuan yang terbatas untuk melakukan aktivitas yang

ia coba, anak ingin menunjukkan kemampuannya melakukan beberapa hal

sendiri, seperti berpakaian, atau menemukan potongan puzle, tetapi tidak

bisa berhasil menyelesaikannya.

e. Cemburu

Biasanya ditunjukkan kepada kakak, adik atau lain. Ia menginginkan

mainan atau buku mereka.

5
f. Menantang otoritas

Anak tiba-tiba tidak ingin melakukan rutinitas seperti rutinitas sebelum

tidur, atau menolak berangkat ke tempat penitipan anak, walaupun ia

selalu senang di sana. 4,5

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi tantrum berdasarkan kelompok usia. Berdasarkan

kelompok usia tantrum dibedakan menjadi : 2

a. Dibawah 3 tahun

Anak dengan usia di bawah 3 tahun memiliki bentuk tantrumnya

yaitu menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, memekik-

mekik, melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, memukul-

mukulkan tangan, menahan napas, membentur-benturkan kepala dan

melempar-lempar barang.

b. Usia 3-4 tahun

Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan 4 tahun

bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di bawah 3 tahun

ditambah dengan menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju,

membanting pintu, mengkritik dan merengek.

c. Usia 5 tahun ke atas

Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin meluas

yang meliputi perilaku pertama dan kedua ditambah dengan memaki,

6
menyumpah, memukul, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang

dengan sengaja dan mengancam.

E. Aspek-aspek dalam Temper Tantrum

Bates, Freelow dan Lounsburry menyatakan ada empat aspek

dalam temper tantrum, yaitu :

a. Fussy Difficult adalah perilaku protes anak yang memberikan respon

yang ditandai dengan sikap menangis atau sikap mudah marah dengan

lingkungan.

b. Unadaptable adalah ketidakmampuan anak beradaptasi dengan

lingkungan yang kemudian memunculkan sebuah reaksi negative,

sebagai contoh anak bayi yang akan terus menangis di sepanjang acara

keluarga dan anak bayi tersebut tidak mau digendong oleh orang lain

selain ibunya sendiri.

c. Dull atau efek positif adalah suatu perasaan positif dan aktivitas yang

berhubungan dengan kemampuan untuk mendekati lingkungan social

anak.

d. Unpredictable adalah suatu sikap atau respon emosi maupun perilaku

yang sulit diduga seperti ketika anak stress maka akan muncul rasa

lapar atau mengantuk. 3,4,5

7
F. PENATALAKSANAAN

Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang

merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam

perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses

perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang

bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin

menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya,

mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan

membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit.

Namun demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji

ataupun diberikan dukungan atau disemangati. 5

Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan

memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia tantrum)

atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan,

maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak

untuk bertindak kasar dan agresif. Dengan bertindak keliru dalam menyikapi

tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk

mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi

yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dan lain-lain) secara wajar dan

bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri

sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut. 5

8
1. Ketika Tantrum Terjadi

Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa

tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah: 5

a) Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka umum,

pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi.

Selama tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari

benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau

justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut.

Atau jika selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun

orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan

diri anda dari si anak.

b) Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar

tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak

marah pada anak.

c) Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore). Selama tantrum

berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen,

tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan

tantrumnya, karena anak tidak akan menanggapi/mendengarkan. Anak

akan semakin lama durasi tantrumnya dan meningkat intensitasnya.

Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat

berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan

bujuk rayu atau paksaan. 5

9
d) Jika perilaku tantrum dari menit ke menit bertambah buruk dan tidak

selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul anda, peluk anak

dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan

cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan

anak), minimal anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya.

Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau

complaint. Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak

merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak dia.5

2. Ketika Tantrum Telah Selesai

Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan

emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman,

nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah

apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika

tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak

memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten

dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya. 5

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman kepada anak. Ajak anak,

membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak,

sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua tetap mengasihinya. 5

Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa

sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau

10
orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak, atau karena anak

merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit. Berpikir ulang ini perlu, agar

orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya. 5

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk

mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak

mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi

nasihat, jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika

keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang

tenang dan nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika

tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan anak sedang

gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang

ideal.5

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki

anak yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu tidak adil jika

dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa

orang tualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam

mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak

terus-menerus meletup. 5

G. PENCEGAHAN

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan

mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada

11
kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Misalnya, kalau

orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan

gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup

panjang. Maka supaya ia tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama

perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan

waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil. 3,4

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah

yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia

mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya)

dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi

stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan

tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan,

sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami

kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk. 4

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat

bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu

dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective),

dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam

mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan

dan perbuatan? Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu

melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang

sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah

12
tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi

dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan,

orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di

depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada

anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa

orangtuanya selalu sepakat dan rukun. 5

13
BAB III

KESIMPULAN

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba,

tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari

orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung

melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras,

berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dan lain-lain.

Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis

yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan dengan menangis,

memukul, menjerit, menendang bahkan dalam kasus yang parah adalah

membentur bentur kepalanya ke tembok. kedua pada usia tiga sampai empat tahun

dengan ekspresi kemarahan yang diungkapkan dengan membanting, merengek,

mengkritik bahkan sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia

5 tahun ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih parah

merusak benda benda yang ada disekitarnya.

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan

mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-

kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak.

14
Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat

bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya karena pola asuh orang tua sangat

mempengaruhi tingkah laku dari anak tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama,

Bandung : PT. Refika Aditama, 2012

2. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta :

PT.Grasindo, 2010

3. Hasan, Maimun. Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva Press,

2009

4. Lichtenstein, R dan Ireton, H. Preeschool Screening:Identifying Young

Children With Developmental and Educational Problem, Orlando :

Groune and Statton,Harcout Brace Javanovich 2010

5. American Academy of Pediatrics. Temper tantrums : A normal part of

Growing Up. Dedicated to the health of all children. 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai