Anda di halaman 1dari 4

KONSEP TEORITIS

A. Definisi
shoulder impingement adalah menyempitnya celah diantara acromion dan
tuberositas mayor caput humerus sehingga menyebabkan insertio dari tendon
supraspinatus, biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder
(Shoulder impingement) terjepit. Sedangkan syndrome adalah kumpulan dari gejala-
gejala. Maka jika dihubungkan, shoulder impingement syndrome adalah kumpulan
dari gejala-gejala akibat dari menyempitnya celah diantara acromion dan tuberositas
mayor caput humerus sehingga menyebabkan insertio dari tendon supraspinatus,
biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder terjepit (Aimie, Beth,
dkk, 2007).

B. Etiologi.
Shoulder impingement syndrome terjadi apabila rotator cuff atau bursa
mengalami peradangan yang bisa disebabkan oleh penggunaan berlebihan atau
cedera. Cedera paling sering terjadi pada orang yang melakukan gerakan keatas
melewati kepala secara berulang-ulang.. (Mayo Clinic, 2015)

C. Patofisiologi
Patofisiologi shoulder impingement syndrome dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada awalnya, bursa subacromial yang berada di atap rotator cuff,
memungkinkan tendon rotator cuff untuk meluncur mendekati atap dari bahu tanpa
adanya gesekan. Normalnya, kepala humerus akan mendekat ke acromion ketika
bahu bergerak, terutama ketika melakukan gerakan yang mencapai atas kepala.
Ketika rotator cuff mengalami peradangan karena cedera atau penggunaan
berlebihan, atau ketika bursa mengalami peradangan maka kedua tendon dan bursa
yang membengkak akan menjadi terjepit diantara kepala humerus dan acromion
(Shoulder Impingement Syndrome). Impingement syndrome dinyatakan dalam grade
1, 2 dan 3 berdasarkan tingkat tekanan dari tendon. (Carla M. S dan Hollister A,
2015).
Grade 1 merupakan tekanan yang ringan ditandai dengan sedikit tarikan tanpa
robekan yang jelas pada tendon (robekan mikroskopik). Tidak ada kehilangan
kekuatan dan tendon masih dalam panjang yang normal. Pasien biasanya berusia <
25 tahun. Nyeri biasanya hilang timbul dengan ada riwayat melakukan gerakan yang
mencapai kepala. Nyeri dirasakan pada saat bahu diangkat 60-120o. Nyeri tekan saat
dilakukan palpasi di tuberkulum major (Carla M. S dan Hollister A, 2015).
Grade 2 merupakan tekanan sedang ditandai dengan robeknya jaringan ikat
yang merupakan substansi dari tendon. Terjadi penurunan kekuatan dan panjang otot-
tendon-tulang meningkat. Pasien biasanya berusia 25-40 tahun. Nyeri dirasakan
ringan sampai sedang dengan riwayat melakukan gerakan yang mencapai kepala.
Biasanya nyeri sudah menggangu jam tidur malam pasien (Carla M. S dan Hollister
A, 2015).
Grade 3 merupakan tekanan yang sudah mengakibatkan rupture dari tendon
secara keseluruhan. Pasien merasakan nyeri bahkan saat sedang istirahat/ berbaring
(Carla M. S dan Hollister A, 2015).

D. Manifestasi Klinik
Tanda yang khas dan mengarah kepada Shoulder Impingement pada inspeksi
ditemukan asymmetric shoulder line, terutama pada bahu yang mengalami gangguan
akan berusaha diposisikan lebih tinggi dan secara tidak disadari maka tubuh telah
melakukan proteksi pada bagian tubuh yang mengalami presepsi nyeri, namun posisi
tersebut dapat menyebabkan terjadinya ischemia pada tendon dan berlanjut pada
kelemahan otot-otot bahu dan hilangnya stabilitas glenohumeral (Purbo, 2006).

E. Penatalaksanaan
Impingement syndrome biasanya di terapi secara konservatif. Namun untuk
beberapa kasus perlu dilakukan arthroscopic surgery atau open surgery. Terapi
konservatif meliputi istirahat, penghentian aktifitas yang menyakitkan, dan terapi
fisik. Pengobatan terapi fisik biasanya akan fokus pada mempertahankan Range of
movement, meningkatkan postur, memperkuat otot bahu, dan mengurangi rasa sakit.
Obat-obatan NSAID dan kompres es dapat digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit.
Gabungan terapi suntikan kortikosteroid dan anestesi lokal dapat digunakan
untuk impingement syndrome yang persisten. Namun jumlah total suntikan
umumnya dibatasi maksimal tiga kali karena kemungkinan efek samping dari
kortikosteroid tersebut.
Terapi operatif (Open Surgery : Anterior Acromioplasty dan Coracoacromial
Ligamen Ressection) dan (Arthroscopic : Acromioplasty). Namun jika dengan terapi
koservatif tidak ada perbaikan selama 6 bulan maka boleh dilakukan terapi operatif.
(Mayo Clinic, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Aimie, Beth, et al, 2007 ”Comparasion of Manual Therapy Techniques withTherapeutic


Exercise in the Treatment of Shoulder Impingement”, ARandomized Controlled Pilot
Clinical, The Journal of Manual &manipulative Therapy, Vol 16, No 4.

Carla M., Saulsbery., Hollister A. 2015. Shoulder Impingement. LSU Health Science Center.

Mayo Clinic Staff. 2015. Rotator Cuff Injury. Mayo Clinic.

Purbo. 2006. Aspec Fisiologic Shoulder Pain, Journal Physical Therapy, Fisiosby. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai