Tumor Laring
Tumor Laring
TUMOR LARING
Disusun Oleh:
Fauziah Paramita Bustam, S.Ked
1218011052
Puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun referat ini yang berjudul
“Tumor Laring”.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam kepanitraan klinik pada
bagian THT-KL RSUD Dr. H. Abdul Muluk, Bandar Lampung.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan referat ini, baik dari segi
isi, bahasa, analisis dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis ingin meminta maaf
atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan referat selanjutnya dan sebagai
bahan pembelajaran untuk kita semua.
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
pengetahuan untuk kita semua.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai dengan sebuah tumor
yang berasal dari epitel struktur laring dan merupakan massa abnormal jaringan
yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan
jaringan normal meskipun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah
berhenti.1
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian kepala dan
leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah yang tinggi
pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih banyak
wanita mulai merokok.1
Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis
tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling
banyak frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan
3
tunggal, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.2
Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini
disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai
bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah
berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang
terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.2 Secara
umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan, radiasi,
sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan
keadaan umum penderita.2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfinkter pelindung pada pintu
masuk jalan napas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Di atas, laring
terbuka ke dalam laryngopharynx dan di bawah laring berlanjut ke trakea.3
Kerangka yang menyusun laring berjumlah sembilan kartilago yang saling
dihubungkan oleh ligament, membran dan otot serta disusun oleh epitel
respiratori dan squamosa berlapis. Terdapat tiga kartilago tunggal yaitu
thyroid, cricoid, dan epiglottis serta tiga lainnya merupakan kartilago
berpasangan yaitu arytenoid, corniculata, dan kueniformis. Kartilago
thyroidea merupakan kartilago terbesar di antara enam kartilago lainnya,
terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang kearah
belakang. Kartilago krikoid terletak di belakang kartilago tiroid merupakan
tulang rawan yang paling bawah dari laring.3
Kartilago corniculata adalah dua buah nodulus kecil yang bersendi dengan
apeks cartilaginis arytneoidea dan merupakan tempat lekat plica
aryepiglotica. Kartilago kuneiformis merupakan dua krtilago kecil berbentuk
batang yang terletak sedemikian rupa sehingga masing-masing terdapat di
dalam satu plica aryepiglottica. Epiglotis adalah sebuah kartilago elastis
berbentuk daun yang terletak di belakang radiks lingua. Di sini, terdapat plica
glossoepiglotica mediana dan plica glossoepiglotica lateralis. Vallecuale
5
adalah cekungan pada membrane mukosa di kanan dan kiri
glossoepiglotica.3,4
Kavitas larings terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah kartilago
cricoidea, dan dapat dibagi menjadi tiga bagian; (1) bagian atas atau
vestibulum, (2) bagian tengah, dan (3) bagian bawah.3,4
Laring bagian tengah terbentang dari plica vestibularis sampai setinggi plica
vocalis. Plica vocalis bewarna putih dan berisi ligamentum vocale. Rima
glottides adalah celah di antara plica vocalis di depan dan prosessus vcalis
kartilaginis arytneoidea di belakang.3,4
Laring di bagian bawah terbentang dari plica vocalis sampai ke pinggir bawah
kartilago cricoidea. Membran mukosa laring melapisi kavitas laryngeus dan
ditutupi oleh epitel silindris bersilia. Namun, pada plica vocalis, tempat
membrane mukosa sering mengalami trauma saat fonasi, maka membrane
mukosanya dilapisi oleh epitel berlapis gepeng.3,4
6
Gambar 1: anatomi struktur penyangga laring.
Otot-otot laring dapat dibagi menjadi dua kelompok; (1) ekstrinsik dan (2)
intrinsik.Otot-otot ekstrinsik dapat dibagi dalam dua kelompok yang
berlawanan, yaitu kelompok elevator laring dan depressor laring. Laring
tertarik ke atas selama proses menelan dan ke bawah sesudahnya. Karena os
hyoideum melekat pada kartilago thyroidea melalui membrane thyroihyoidea,
gerakan os hyoideum akan diikuti oleh gerakan laring.3,4
7
Otot-otot intrinsik dapat dibagi menjadi dua kelompok; kelompok yang
mengendalikan aditus laringis dan kelompok yang menggerakkan plica
vocalis.3,4
Terdapat dua sphincter pada laring yaitu (1) pada aditus larynges dan (2) pada
rima glottis. Sphincter pada aditus larynges hanya berfungsi pada saat
menelan. Ketika bolus makanan dipindahkan ke belakang di antara lidah dan
palatum durum, laring tertarik ke atas di bawah bagian belakang lidah. Aditus
larynges menyempit akibat kontraksi m.artynoideus obliqus dan
m.aryepiglotica. Epiglotis didorong ke belakang oleh lidah dan berfungsi
sebagai sungkup di atas aditus larynges. Bolus makanan atau cairan kemudian
masuk ke dalam esophagus dengan berjalan di atas epiglottis atau turun ke
bawah lewat alur pada sisi-sisi aditus larynges, yaitu melalui fossa
piriformis.3,4
Ketika batuk atau bersin, rima glotidis berfungsi sebagai sphincter. Setelah
inspirasi, plica vocalis mengalami adduksi, dan otot-otot ekspirasi
berkontraksi dengan kuat. Akibatnya, tekanan di dalam toraks meningkat, dan
dalam waktu yang sama plica vocalis mendadak adduksi. Pelepasan
mendadak dari udara yang terkompresi seringkali diikuti pula keluarnya
partikel asing atau mucus dari saluran pernapasan dan selanjutnya masuk ke
faring. Disini, partikel-partikel ini akan ditelan atau dikeluarkan.3,4
8
Pada keadaan abdomen tegang seperti saat miksi, defekasi dan melahirkan,
udara sering ditahan sesaat di saluran pernapasan dengan cara menutup rima
glotidis. Sesudah inspirasi dalam, rima glotidis ditutup. Kemudian otot-otot
dinding anterior abdomen berkontraksi dan gerakan naik dari diafragma
dicegah oleh adanya udara yang tertahan di saluran pernapasan. Setelah usaha
yang cukup lama, orang tersebut sering melepaskan sejumlah udara dengan
membuka rima glotidisnya sekejap dan menimbulkan suara mengeluh.4
9
mobilitas palatum molle dengan meminta pasien mengucapkan ‘ah’ dengan
mulut terbuka.3,4
Maka secara ringkas dapat dikatakan terdapat satu otot abduktor, tiga aduktor
dan tiga otot tensor seperti yang diberikan seperti berikut: 3,6
10
Gambar 4:persarafan pada laring. Diambil dari kepustakaan 5
Suplai arteri ke setengah bagian atas laring berasal dari ramus laryngeus
superior a. thyroidea superior. Setengah bagian bawah laring didarahi oleh
ramus laryngeus inferior a. thyroidea inferior.3,4
11
Drainase subglotis lebih beragam, yaitu ke nodi limfatisi pretrakeales (satu
kelenjar terletak tepat didepan krikoid dan disebut nodi Delphian), kelenjar
getah bening servikalis profunda inferior, nodi supraklavikularis dan bahkan
nodi mediastinalis superior.Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran
limfe, yaitu:3,6
1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul
membentuksaluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar
limfe cervicalsuperior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
middle jugularnode.
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe
trakea,middle jugular node, dan inferior jugular node.
3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan
system limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan
metastase karsinoma laring dan menentukan terapinya.
1. Fungsi Fonasi.(4)
12
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea,
faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan
berbagai cara. Otot intrinsic laring berperan penting dalam penyesuaian
tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung- ujung bebas dan
tegangan pita suara sejati.
13
4. Fungsi Menelan. (4)
Terdapat tiga kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian
bawah (m. Konstriktor faringeus superior, m. palatofaringeus dan m.
stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan
kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian
makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring
oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan
penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke
lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke sinus piriformis lalu ke hiatus
esofagus.
2.3 Epidemiologi
Menurut data statistik dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara, seperti
dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata 1.2 orang per 100.000 penduduk
meninggal oleh karsinoma laring.1
Kebanyakan (70–90%) karsinoma laring ditemukan pada pria usia lanjut. Tipe
glotik merupakan 60–65%, supraglotik 30–35%, dan infraglotik hanya 5%.
Merokok merupakan penyebab utama.1
14
2.4 Etiologi
15
tumor ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan
perdarahan. Sifat yang menonjol dari tumor ini adalah sering
tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus
dilakukan berulang-ulang.11
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
16
mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan
fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.11
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. Lesi yang
mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik.11
17
Gambar 7: gambaran letak tumor dan gejala yang biasa timbul
dari letaknya. Diambil dari kepustakaan 11
1. Glottis carcinoma
Karsinoma invasif glotis secara biologis umumnya kurang agresif
dibandingkan dengan karsinoma sel skuamosa supraglotik atau
hypopharyngeal. Dari histologinya biasanya baik untuk
berdiferensiasi sedang, dan tanpa disertai metastasis jauh. Hal ini
diduga karena limfatik submukosa di pita suara sangat jarang dan
mungkin mencerminkan perilaku biologis ke arah karsinoma
berdiferensiasi baik. Gejala hadir lebih awal karena sebagian besar
tumor berasal dari permukaan bebas di lipatan pita suara dua per tiga
anterior di mana suara serak adalah gejala pertamanya. Di stadium
awal, radioterapi atau konservatif menjadi terapi terbaik tanpa perlu
direncanakan manajemen operasi leher eletif.12
2. Supraglottis carcinoma
Karsinoma supraglotik melibatkan wilayah: superior oleh batas
bebas epiglotis dan inferior oleh pita suara palsu dan ventrikel laring.
Lateral oleh aspek medial lipatan aryepiglotik. Neoplasma ini
cenderung menyebar dengan ekstensi lokal. Ada kecenderungan kuat
untuk karsinoma supraglotik untuk menyebar melalui limfatik.
18
Sejumlah laporan memperkirakan bahwa 39-65% pasien dengan T2
untuk karsinoma supraglotik T4 datang dengan metastasis kelenjar
getah bening yang jelas, sedangkan 32-34% dari pasien tersebut
memiliki node patologis positif.12
3. Subglottis carcinoma
Karsinoma subglotik sangat jarang terjadi dengan hanya 1% dari 2%.
180 kasus karsinoma laring yang terletak 1 cm di bawah pita suara
menurut Shaba dan Shah. Gambaran klinis biasanya adanya
obstruksi jalan napas. Pasien mungkin memiliki insufisiensi saluran
napas dan memperoleh bantuan langsung bila diintubasi. Lesi
subglotik biasanya muncul di bawah konus elastikus (1 cm di bawah
tepi bebas dari pita suara sejati) dan menyebar secara lokal untuk
menyerang tulang rawan dan kelenjar tiroid melalui penyebaran
limfatik menuju nodus jugularis profunda, nodus
Delphian(prelaryngeal), dan nodus paratrakeal.12
Kanker laring dibagi berdasar system TNM (tumor, nodul, metastasis) milik
American Joint Committee on Cancer. Untuk kepentingan staging, nodul
postif di leher termasuk dalam metastasis lokoregional; metastasis di bagian
tubuh yang lain (seperti paru, mediastinum, hepar dan tulang) termasuk
dalam metastasis jauh. Untuk pertama kalinya, tumor T4 dibagi menjadi
tumor stage IV dibagi menjadi IV.A, IV.B dan IV.C (adanya metastasis
jauh). Studi yang dilakukan sebelumnya, bagaimanapun juga, mengacu pada
system lama yakni tahun 1998 di mana terdapat T4 yang berdiri
sendiri.(13,14)
19
T1: Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T2: Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis
masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3: Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
ke krikod bagian belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan
kearah rongga preepiglotis.
T4: Tumor sudah meluas keluar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan
lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
b. Glotis11,12
Tis: Karsinoma insitu.
T1: Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada kommisura anterior atau
posterior.
T2: Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3: Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4: Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring.
c. Subglotis11,12
Tis: Karsinoma insitu.
T1: Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2: Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
T3: Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4: Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar
laring atau dua – duanya.
20
N1: Secara klinis teraba satu kelenjar limfe dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2: Teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6
cm.
N2a: Satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih
dari 6 cm.
N2b: Multipel kelenjar limfe ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm. 10
N2c: Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N3: Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm.
Kategori T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1, T2 N1
IV A T4a N0 M0
T 1-3 N2 M0
IV B T4b N apapun M0
T apapun N3 M0
IV C T apapun N apapun M1
21
Gambar 8: stadium karsinoma laring. Diambil dari kepustakaan 11.
2.6 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring,
dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu berdiferensiasi baik,
sedang dan berdiferensiasi buruk.Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah
karsinoma verukosa, adenokarsinoma dan kondrosarkoma.8
1. Karsinoma Verukosa8
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi
klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih
banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor
tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat menimbulkan
kerusakan lokal yang luas.Tidak terjadi metastase regional atau
jauh.Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan
merupakan kontraindikasi.Prognosanya sangat baik.
2. Adenokarsinoma 8
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering terjadi pada
kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari
glottis.Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar.Two years survival
rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal
dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.
22
3. Kondrosarkoma8
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%.Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun.Terapi yang
dianjurkan adalah laringektomi total.
2.7. Patofisiologi
Lebih dari 90% pasien dengan karsinoma laring memiliki riwayat merokok
berat dan konsumsi alkohol. Merokok, secara khusus merupakan faktor risiko
utama terjadinya karsinoma pada laring. Kombinasi dari rokok dan konsumsi
alkohol memberi efek karsinogenik yang lebih besar pada laring.14
Faktor risiko lain telah diketahui. Infeksi laring yang disebabkan oleh virus
human papilloma virus (HPV) mengakibatkan laryngeal papilomatosis
dimana berawal dari jinak, tetapi terkhusus tipe 16 dan 18 ternyata diketahui
23
mampu berdegenerasi menjadi karsinoma sel skuamosa (SCC). Refluks
gastroesofageal juga dicurigai menyebabkan karsinoma laring; meski
hubungan langsung antara keduanya masih belum jelas walaupun terapi yang
berguna dalam menurunkan kadar asam lambung dikatakan mampu
menurunkan rekurensi karsinoma laring. Paparan okupasi yang
beranekaragam dan inhalasi bercaun (seperti asbestos dan gas mustad),
defisiensi nutrisi, serta riwayat radiasi leher juga memiliki hubungan dengan
karsinoma laring.14
1. Suara serak: Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan
celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament
24
krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita
suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.Hubungan antara serak
dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor laring
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak
kecuali tumornya eksentif.(13,14,15)
2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam.14,15
3. Dispnea dan stridor: Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun
oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat
kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat
dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis
yang kurang baik.14,15
4. Nyeri tenggorok: Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai
rasa nyeri yang tajam.14,15
5. Disfagia: Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang
paling sering pada tumor ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagia): menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring.14,15
6. Batuk dan hemoptisis: Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik,
biasanya timbul dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir
25
ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor
supraglotik.14,15
2.9 Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan
bertendens makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang
perokok berat yang juga kadang–kadang adalah seorang yang juga banyak
memakai suara berlebihan dan salah (vocal abuse), peminum alkohol atau
seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah
diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan
hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab
banyak penderita menjelang tua dan dari sosio - ekonomi yang lemah.14,15
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian yakni
supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda – tandanya sesuai
dengan lokasi tumor tersebut.14,15
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas dari
luar, terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar
ke kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya
krepitasi tulang rawan – tulang rawan laring.14,15
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara tak
langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop unutk menilai
lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation), dan
kemudian melakukan biopsi.14,15
26
jaringan lunak (soft tissue) leher dari lateral kadang–kadang dapat menilai
besarnya dan letak tumor, bila tumornya cukup besar. Apabila
memungkinkan, CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan
laring lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan
daerah pre-epiglotis serta metastase kelenjar getah bening leher.14,15
a. CT Scan Leher
Keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita
suara. Pemeriksaan radiologi dapat membantu dalam mengidentifikasi
perluasan submukosa transglotis yang tersembunyi. Kriteria pencitraan lesi
T3 adalah perluasan ke ruang pra-epiglotis (paralayngeal fat) atau tumor
yang mengerosi kebagian dalam korteks dari kartilago tiroid.Tumor yang
mengerosi ke bagian luar korteks kartilago tiroid merupakan stadium T4a.
Ada yang berpendapat bahwa kerterlibatan korteks bagian luar saja tanpa
keterlibatan sebagian besar tendon bisa memenuhi kriteria pencitraan lesi
T4. Tumor stadium T4 (a dan b) sulit diidentifikasikan hanya
denganpemeriksaan klinis saja, karena sebagian besar kriteria tidak dapat
diniai dengan palpasi dan endoskopi.Pencitraan secara cross-
sectionaldiindikasikan untuk mengetahui komponen anatomi yang terlibat
untuk menentukan stadium tumor.(15)
27
Gambar 11: Gambaran CT scan aksial
karsinoma supraglotik(x). Terdapat erosi
kartilago thyroid (xx) dan metastasis kelenjar
getah bening di leher(xxx). Diambil dari
kepustakaan 16
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
28
2.11 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
A. Laringektomi 14,15,17
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan
hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan
untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari
pembedahan suara pasien akan parau.
29
asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis. Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara
atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan
mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus
(esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila
penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk
latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.
2. Radioterapi14,15,17
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1
dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan
dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat
dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis
total 6000 – 7000 rad.
3. Kemoterapi 14,15,17
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun
paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU
800–1000 mg/m2.
4. Rehabilitasi Suara.14,15
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring
menyebabkan cacat pada penderita. Dengan dilakukannya pengangkatan
laring beserta pita-suara yang ada dalamnya, maka penderita akan menjadi
30
afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher. Untuk itu
diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersifat umum, yakni
agar pasien dapat memasyarakat dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi
khusus yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat
berbicara (bersuara), sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara
dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni semacam
vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun dengan suara
yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech) melalui proses
belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi
suara ini, tetapi dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama, ialah faktor
fisik dan faktor psiko-sosial.15
3.1 Prognosis
31
BAB III
KESIMPULAN
Gejala dini karsinoma laring adalah suara parau.Suara parau lebih dari 4 minggu
harus dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain sesak napas, stridor,
rasa nyeri di tenggorok dan batuk/batuk darah.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa laringektomi
parsial atau total dengan atau tanpa diseksi leher, radioterapi, kemoterapi atau
kombinasi. Dengan prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan,
lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
12. Laryngeal Cancer Treatment: PubMed Health; 2002 [updated July 31, 2014].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0032515?report=printable
13. Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. In: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7 ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 177-86.
14. Weisman RA, Moe KS, Orloff LA. Neoplasms of the Larynx and
Laryngopharynx. In: Snow JB, editor. Ballenger's Manual of
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. London: BC Decker; 2002. p.
477-8.
15. Dhillon RS, East CA. Laryngeal Neoplasia. In: Dhillon RS, East CA, editors.
Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 3 ed: Elsevier; 2001. p.
98-101.
16. Smith D. Staging CT. Available from: http://radiopaedia.org/cases/laryngeal-
tumour-squamous-cell-carcinoma
17. Laryngeal Cancer Treatment: PubMed Health; 2002 [updated July 31, 2014].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0032515?report=printable
18. Pamaijer F, Erik Beek, Joosten F,Smithuis R, Infrahyoid Neck Normal
Anatomy and Pahtology. From
:http://www.radiologyassistant.nl/en/p49c603213caff/infrahyoid-neck.html
34