Oleh:
Preseptor:
2. Foto thorax simetris, dapat dilihat dari garis median dan yang dipakai
sebagai parameter adalah ujung medial clavicula.
4.Semua bagian thorax masuk dalam film dan ukuran film harus sesuai
dengan besarnya thorax.
b) Elongasio Aorta
Lihat ARCUS AORTA
bandingkan dengan bagian bawah clavicula
N jarak 1-2 cm, <1 cm dikatakn elongation arcus aorta
Untuk orang tua, > 50 tahun, ukur dari garis tengah ke lengkung aorta
yang paling jauho Ambil garis tengah. Kalau > 4 cm elongatio
arcus aorta
c) Hilus
Merupakan tempat keluar A & V pulmonalis
Cara ukur:
Tarik 2 garis sejajar hilus, kemudian tarik garis tegak lurus dengan garis
sejajar tadi Dewasa : tidak lebih 16mm.
Rumus :
CTR = (𝐴 + 𝐵 / C) × 100%
Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR
kurang dari 50%.
Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut :
- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A,
maka garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding
toraks kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-
clavicular line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di
bawah tepi manubrium
2. Sebutkan klasifikasi TB
a. Indonesia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif.
2. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah:
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M. tuberculosis.
b. Internasional
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
Roentgen. Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan,
yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya
tegas dan densitasnya sedang
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis,
atau pita tebal, berbatas tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup
dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak
menimbulkan gejala sakit TB.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau
di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan
menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan
yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus
sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada
awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga
bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan
eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme
ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak
dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB
endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan
obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan
pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi.
Gambaran radiologi
1. Komplek Primer dengan atau tanpa perkapuran
9. Atelektasis/kolaps konsolidasi
Gambaran röntgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi
foto biasanya sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis
atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat
dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
4. Apa diagnosis banding bayangan opaque-semiopaque pada lapangan paru
dan bagaimanakah gambaran radiologisnya?
5. Abses paru Satu atau multi kavitas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan cairan di
dalamnya.Bayangan dengan batas tidak tegas (irreguler),
dinding granulomatous/radang/jaringan atelektasis, bila
berhubungan dengan bronkus air fluid level (+), sering
dekat dengan permukaan pleura (fistula bronchopleura).
6. Sindrom Loffler Bayangan kurang opak, dapat satu atau ganda, unilateral
atau bilateral. Tipe bayangan tersebut menempel (patchy
in type) biasanya kurang berbatas tegas. Densitas
homogen biasanya perifer dan cepat berubah.
13. Tuberkulosis paru Bercak berawan pada kedua lapangan paru atas yang
lama aktif disertai kavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis
yang menyebabkan retraksi hilus ke atas.
14. Tuberkulosis paru Bintik-bintik kalsifikasi serta garis fibrosis pada kedua
lama tenang lapangan paru atas.
15. Tuberkulosis miliar Bercak-bercak granuler pada seluruh lapangan kedua paru
17. Tumor paru Perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah
paru.
22. Asbestosis plak Bayangan berdensitas tinggi bentuk dapat berupa garis-
garis tipis, bercak noduler dengan ukuran beberapa
milimeter (1-2mm), sampai beberapa centimeter atau
perselubungan paru menyerupai radang paru, kadang
disertai pembesaran hilus. Biasanya terjadi di lapangan
paru bawah, terutama paru kiri sekitar parakardial yang
menutupi jantung kiri.
23. Hyalin membran Lesi granuler yang merata di seluruh paru, ukuran paru
disease (HMD) mengecil, batas pembuluh darah tidak jelas, dan toraks
berbentuk bel. Pada kasus lebih berat didapatkan
bayangan paru lebih radioopak, adanya air bronkogram,
dan batas jantung dan mediastinum yang tidak jelas,
kadang-kadang diperoleh gambaran ground glass
appearance. Pada keadaan paling berat ditemukan
gambaran white lung.
5. Apa diagnosis banding bayangan lusen pada lapangan paru dan bagaimanakah
gambaran radiologisnya?
7. COPD
Thoraks
berbentuk
silindrik,
diafragma letak rendah dengan bentuk datar, bayangan
lebih radiolusen, sela iga melebar, gambaran fibrosis
dan vaskular paru relatif jarang; corakan jaringan paru
tampak lebih jelas.
8. Bula emfisematus
CXR –
terdapat
area fokal
dengan
gambaran
radioluscent yang dapat dilihat dengan jelas karena
dilapisi oleh sebuah dinding tipis. Fluid level
memungkinkan adanya infeksi di dalam bula.
Karakteristik dalam foto thoraks lain ialah paru yang
hiperekspansi dengan pendataran kedua
hemidiafragma.
9. Idiopatik hiperluscent
Colon in loop
Indikasi :
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah kolon
Kecurigaan massa daerah kolon
Melena
Kecurigaan obstruksi kolon
Kontra indikasi :
Absolute
Toxic megakolon
Pseudo membranous colitis
Post biopsy kolon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)
Relatif
Persiapan kolon kurang baik
Baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan
kontras
Persiapan Pemeriksaan:
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1
mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir
15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan
untuk mengurangi peristaltic usus.
Prosedur :
Catattanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan,
menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran
besar menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain
Abdomen polos/ BNO Pendahuluan
Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan
disamping tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk
mobilisasi.
Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3.
Central Ray: Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv :
70 , MAS. 6.2.4. Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya
abdomen lebih tipis, diafragma keatas sehingga abdomen terlihat
jelas.
Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air
dengan perbandingan 1:8.
Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem
dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium
masuk ke kolon sigmoid (±5 menit). Tutup gunting klem pada
selang irigator. Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi
rectum (± 10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan
menggunakan kaset 30 x 40 cm. Kemudian dilanjutkan dengan
pemotretan posisi obliq kanan dan kiri dengan menggunakan kaset
30 x 40 cm.
Pasien dipersilahkan BAB.
Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien
dengan spuit (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan
dengan posisi AP.
Pemeriksaan Kolon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / kolon
in loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan kolon in loop, dengan
catatan bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.
Teknik Pemasukan Media Kontras:
Metode Kontras Tunggal
Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media
kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,
ascenden sampai daerah sekum.
Dilakukan pemotretan full fillng
Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras GandaSatu Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau
pertengahan kolon transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh
kolon
Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
Pasien disuruh BAB
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml, tidak
boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal
(wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon
mengembang semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta
lokasinya.
o Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
o Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk
fleksura)
o Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)
Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 – 72 jam ( 1
– 3 hari ).
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 –
95 %
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid
dengan divertikulosis dan di sekum
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (70–95 %) di dalam mendiagnosis polip
<1cm
Mendapat paparan radiasi.
IVP
Persiapan IVP :
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap
penggunaan kontras
Pelaksanaan IVP :
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah.
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises (SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen.
Gambar 7. Foto menit ke 60 atau lebih
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect
untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli.
Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan
posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus posthematuri.
1. Osteolitik
Dimana terjadi penghancuran yang tak terkendali, dan osteoblast tidak mampu
mengimbangi dengan pembentukan jaringan baru, sehingga menyebabkan tulang
tidak padat dan rapuh.
2. Osteoblastik ( sklerotik )
Pembentukan sel - sel tulang tak terkendali dan tidak diimbangi dengan proses
penghancuran oleh osteoklast. Sehingga tulang menjadi rapuh. Metastase sklerotik
gambarannya radioopak berbatas tidak tegas (irreguler) yang mengalami
peningkatan densitas dengan ukuran yang berbeda – beda, jumlahnya multipel.
Biasanya ditemukan pada metastase dari tumor primer prostat, payudara dan
jarang pada Ca kolon, paru dan pankreas.
3. Osteolitik – Osteoblastik