Disusun oleh:
Fauziah Paramita Bustam, S.Ked
1518012243
Perceptor :
dr. Indah Arumningsih, Sp.Rad
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hialin Membran
Disease” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini
adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Indah Arumningsih, Sp. Rad. yang
telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan referat ini. Saya
menyadari banyak sekali kekurangan dalam referatini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini terjadi pada bayi kurang bulan karena pematangan parunya
yang belum sempurna. Pada PMH tingkat pematangan paru lebih berperan
terhadap timbulnya penyakit bila dibandingkan dengan masalah kurang bulan
sehingga dengan pengelolaan yang baik bayi dengan PMH dapat diselamatkan
sehingga angka kematian dapat ditekan. Keberhasilan ini dapat dicapai dengan
memperbaiki keadaan surfaktan paru yang belum sempurna dengan ventilasi
mekanik, pemberian surfaktan dari luar tubuh, asuhan antenatal yang baik serta
pemberian steroid pada ibu kehamilan kurang bulan dengan janin yang mengalami
stres pernapasan. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertama kali oleh Avery dan
Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya PMH. Penemuan surfaktan
untuk PMH termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran karena
pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi
konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan
PMH maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan
adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.3,4
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Kejadian PMH ini berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat
lahir. Di Amerika Serikat, PMH telah diperkirakan terjadi pada 20,000-30,000
bayi baru lahir setiap tahun dan merupakan komplikasi pada sekitar 1%
kehamilan. Sekitar 50% dari neonatus yang lahir pada usia kehamilan 26-28
minggu terjadi PMH, sedangkan kurang dari 30% dari neonatus prematur lahir
pada usia kehamilan 30-31 minggu terjadi kondisi tersebut.8
Dalam satu laporan, tingkat kejadian PMH adalah 42% pada bayi dengan
berat 501-1500 g, dengan 71% dilaporkan pada bayi dengan berat 501-750 g, 54%
dilaporkan pada bayi dengan berat 751-1000 g, 36% dilaporkan pada bayi dengan
berat 1001 - 1250g, dan 22% dilaporkan pada bayi dengan berat 1251-1500g, di
antara 12 rumah sakit universitas yang berpartisipasi dalam National Institute of
4
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOFISIOLOGI
Sebuah proses kronis sering terjadi kemudian pada bayi yang sangat
immatur dan sakit berat dan pada bayi lahir dari ibu dengan korioamnionitis,
sehingga menyebabkan BPD. Pada bayi yang sangat prematur, penghentian dalam
pengembangan paru-paru sering terjadi selama tahap sakular, mengakibatkan
penyakit paru-paru kronis yang disebut BPD “baru”. 8
Pemeriksaan Laboratorium2:
1. Pengambilan sampel gas darah penting dalam pengelolaan PMH. Biasanya,
pengambilan sampel arteri secara intermiten dilakukan. Meskipun tidak ada
konsensus, sebagian besar ahli neonatologi setuju bahwa tekanan oksigen
10
3. Kadar glukosa serum dapat menjadi tinggi atau rendah pada awalnya dan
harus dipantau secara ketat untuk menilai kecukupan infus dekstrosa.
Hipoglikemia saja dapat menyebabkan takipnea dan gangguan pernapasan.
4. Kadar elektrolit serum termasuk kalsium harus dipantau setiap 12-24 jam
untuk pengelolaan cairan parenteral. Hipokalsemia dapat berkontribusi lebih
banyak pada gejala pernafasan dan sering pada bayi sakit, asupan gizi kurang,
bayi prematur, atau bayi yang asfiksia.
Spektrum radiologis dari PMH berkisar dari ringan sampai berat (seperti
terlihat pada gambar 3 dan gambar 4) dan biasanya berkorelasi dengan keparahan
dari temuan klinis. Pada tahap awal penyakit ini, bronkogram udara kurang
menonjol, karena bronkus utama terletak pada bagian yang lebih anterior dari
paru-paru dan karena atelektasis alveolus cenderung untuk melibatkan daerah
paru-paru yang dependen, di mana merupakan bagian posterior pada bayi yang
terlentang. Namun, gambaran gelembung, yang mewakili distensi berlebihan dari
bronkiolus dan saluran alveolar dapat diamati.
Pada bayi dengan PMH ringan sampai sedang, hipoaerasi dan opasitas
retikulogranular menetap selama 3-5 hari. Penurunan opasitas terjadi dari perifer
ke daerah medial dan dari lobus superior ke lobus inferior dimulai pada akhir
minggu pertama. Bayi dengan PMH berat tmengalami hipoaerasi progresif dan
opasitas bilateral yang difus. Perdarahan parenkim yang jelas juga didapatkan.
Jenis PMH yang parah dan progresif sering menyebabkan kematian, biasanya
dalam waktu 72 jam. Temuan radiografi dari PMH tergantung waktu pemberian
surfaktan. Jika awal, meskipun pencegahan dengan surfaktan, paru-paru sudah
mengalami hipoaerasi dan memiliki pola retikulogranular karena cairan interstitial
dan alveoli yang atelectatik. Administrasi surfaktan biasanya menghasilkan sedikit
perbaikan, yang mungkin simetris atau asimetris; yang asimetri biasanya
menghilang dalam 2-5 hari.
kelompok alveolar yang mengalami distensi secara fokal pada paru-paru terluka
dan immatur.
Ultrasonografi8
Opaksifikasi yang homogen pada paru-paru adalah karena konsolidasi
lobus inferior yang boleh dilihat pada ultrasonografi abdominal bagian atas. Selain
itu, ultrasonografi sangat berguna dalam mendiagnosa atau menyingkirkan efusi
pleura yang timbul bersamaan atau sebagai komplikasi.
Ekokardiografi2
Merupakan alat diagnostik yang berharga dalam evaluasi bayi dengan
hipoksemia
dan gangguan pernapasan. Hal ini digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis
PDA serta merekod respon terhadap terapi. Penyakit jantung kongenital yang
signifikan dapat disingkirkan dengan teknik ini juga.
2.7 DIAGNOSIS1,4,6
Diagnosis gangguan napas dapat ditegakkan secara klinis maupun dengan
analisa gas darah (blood gas analysis). Perhitungan indeks oksigenisasi akan
menggambarkan beratnya hipoksemia. Bila mengevaluasi bayi dengan gangguan
15
napas harus hati-hati atau waspada karena dapat terjadi bayi dengan gejala
pernapasan yang menonjol, tetapi tidak menderita gangguan napas (misalnya
asidosis metabolic, DKA = diabetic ketoasidosis) dan sebaliknya gangguan napas
berat dapat juga terjadi pada bayi tanpa gejala distress respirasi (hipoventilasi
sentral akibat intoksikasi obat atau infeksi). Penilaian yang hati-hati berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik yang lengkap dan pemeriksaan penunjang dapat
menjelaskan tentang diagnosis. Penilaian secara serial tentang kesadaran, gejala
respirasi, Analisis Gas Darah dan respons terhadap terapi merupakan kunci berarti
untuk menentukan perlunya intervensi selanjutnya.
2. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan radiologik dada
b. Analisa gas darah
c. Septic work up dan mencari kemungkinan penyebab karena pneumonia:
minimal kultur darah dan jumlah sel.
d. Status metabolik: dilakukan pemeriksaan analisa gas darah, skrining kadar
glukosa darah.
Anamnesis
Anamnesis tentang riwayat keluarga, maternal, prenatal dan intrapartum sangat
diperlukan, antara lain tentang hal:
Prematuritas, sindrom gangguan napas. sindrom aspirasi mekonium,
infeksi: pneumonia,dysplasia pulmoner, trauma persalinan sungsang,
kongesti nasal, depresi susunan saraf pusat, perdarahan susunan saraf
pusat, paralisi nervus frenikus, takikardia atau bradikardia pada janin,
16
depresi neonatal, tali pusat menumbung, bayi lebih bulan, demam atau
suhu yang tidak stabil (pada pneumonia).
Gangguan SSP: tangis melngking, hipertoni, flasiditas, atonia, trauma,
miastenia.
Kelainan congenital: arteri umbilikaslis tunggal, anomali congenital lain:
anomali kardiopulmonal, abdomen cekung pada hernia diafragmatika,
paralisis erb (paralisi nervus frenikus, atresia khoanae, kongesti nasal
obstruktif, meningkatnya diameter anterior posterior paru, hipoplasia paru,
trakeoesofageal fistula).
Diabetes pada ibu, perdarahan antepartum pada persalinan kurang bulan,
partus lama, kulit ketuban pecah dini, oligohidramnion, penggunaan obat
berlebihan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan napas seperti:
Merintih atau grunting tetapi warna kulit masih kemerahan, merupakan
gejala menonjol.
Sianosis
Retraksi
Tanda obstruksi saluran napas mulai dari hidung: atresia koana, ditandai
kesulitan memasukkan pipa nasogastrik melalui hidung.
Air ketuban bercampur mekonium atau pewarnaan hijau-kekuningan pada
tali pusat.
Abdomen mengempis (scaphoid abdomen).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisis gas darah (AGD):
Dilakukan untuk untuk menentukan adanya gagal napas akut yang
ditandai dengan: PaCO2 > 50 mmHg, PaO2 < 60mmHg, atau saturasi
oksigen arterial < 90%.
17
2. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologi toraks pada bayi dengan PMH, menunjukkan
gambaran retikulogranular yang difus bilateral atau gambaran
bronkogram udara (air bronchogram) dan paru tidak berkembang.
Gambaran air bronchogram yang menonjol menunjukkan bronkious
yang menutup latar belakang alveoli yang kolaps.
Gambaran jantung yang samar mungkin normal atau membesar.
18
tidak jelas
IV Berat “white lung” : paru putih menyeluruh
Tabel 2. Gambaran pemeriksaan radiologik toraks pada PMH menurut kriteria
Bomsel terdiri dari 4 stadium.
2.9 KOMPLIKASI
Infeksi
Perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular
Patent ductus arteriosus (PDA) dengan meningkatnya pirau kiri-ke-kanan
Perdarahan paru-paru
Necrotizing enterocolitis (NEC) dan / atau perforasi gastrointestinal (GI)
Apnea pada bayi prematur
Ruptur alveolar
Diduga terjadi kebocoran udara (misalnya, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema interstisial, pneumotoraks) ketika bayi dengan
penyakit membrane hialin tiba-tiba memburuk dengan hipotensi, apnea, atau
bradikardia atau ketika asidosis metabolik menjadi persisten.
Infeksi
Infeksi dapat mempersulit penatalaksanaan penyakit membrane hialin dan dapat
bermanifestasi dalam berbagai cara, termasuk kegagalan untuk memperbaiki,
pemburukan secara tiba-tiba, atau perubahan jumlah sel darah putih atau
trombositopenia. Juga, prosedur invasif (misalnya, venipuncture, insersi kateter,
penggunaan peralatan pernapasan) dan penggunaan steroid pasca kelahiran
memberi akses untuk organisme menyerang hos dengan kekebalan tubuh yang
sudah terkompromi.Dengan munculnya terapi surfaktan, bayi kecil dan sakit dapat
bertahan, dengan peningkatan insiden terjadi septikemia sekunder bagi
staphylococcal epidermidis dan / atau infeksi candida. Ketika septicaemia
dicurigai, dapatkan kultur darah dari 2 lokasi dan mulakan pemberian antibiotik
yang tepat sampai hasil kultur diperoleh.
24
Perdarahan paru
Kejadian perdarahan paru meningkat pada bayi prematur kecil, terutama setelah
terapi surfaktan. Tingkatkan tekanan akhir ekspirasi positif (PEEP) pada ventilator
dan berikan epinefrin intratrakeal untuk mengelola perdarahan paru. Pada
beberapa pasien, perdarahan paru mungkin terkait dengan PDA; perdarahan paru
pada individu tersebut harus segera mengobati.
Apnea prematuritas
Apnea prematuritas adalah umum pada bayi belum matang, dan insiden telah
meningkat dengan terapi surfaktan, mungkin karena ekstubasi dini. Tatalaksana
apnea prematuritas dengan metilxantin (kafein) dan / atau tekanan aliran udara
yang positif melalui nasal (CPAP) atau dengan ventilasi yang dibantu pada
insiden yang refraktori. Septikemia, kejang, refluks gastroesophageal, dan
penyebab metabolik dan lainnya harus disingkirkan pada bayi prematur dengan
apnea.
Bronkopulmonary displasia
BPD adalah penyakit paru-paru kronis yang didefinisikan sebagai kebutuhan
oksigen pada usia kehamilan 36 minggu yang sudah dikoreksi. BPD terkait
langsung dengan volume tinggi dan / atau tekanan yang digunakan untuk ventilasi
mekanis atau untuk mengelola infeksi, peradangan, dan kekurangan vitamin A.
Insiden BPD meningkat pada usia kehamilan yang semakin rendah. Penggunaan
terapi surfaktan postnatal, ventilasi yang tidak berlebihan, vitamin A, steroid dosis
rendah, dan inhalasi oksida nitrat dapat mengurangi keparahan BPD.
Gangguan neurologis
Gangguan neurologis terjadi pada sekitar 10-70% dari bayi dan berhubungan
dengan usia kehamilan bayi, tingkat dan jenis patologi intrakranial, dan apa
26
Pencegahan
1. Kortikosteroid antenatal. National Institutes of Health Consensus
Development Conference pada tahun 1994 tentang efek kortikosteroid untuk
pematangan janin pada hasil perinatal menyimpulkan bahwa kortikosteroid
antenatal mengurangi risiko kematian, PMH, dan intraventricular hemorrhage
(IVH). Penggunaan betametason antenatal untuk meningkatkan kematangan
paru janin sekarang telah dilaksanakan dan umumnya dianggap sebagai
standar perawatan. Regimen glukokortikoid yang direkomendasikan terdiri
dari pemberian dua dosis betametason 12 mg yang diberikan intramuskuler 24
jam secara terpisah kepada ibu. Deksametason tidak lagi dianjurkan karena
peningkatan risiko leukomalacia periventrikular kistik pada bayi yang sangat
prematur yang mengalami efek obat sebelum lahir (Baud et al, 1999).
Dukungan Pernapasan
1. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik adalah terapi andalan untuk bayi
dengan PMH yang mengalami antaranya apnea atau hipoksemia dengan
asidosis respiratorik yang berkembang. Ventilasi mekanis biasanya dimulai
dengan kadar 30-60 napas/menit dan rasio inspirasi-ekspirasi 1:2. Sebuah PIP
awal 18-30 cm H2O digunakan, tergantung pada ukuran bayi dan keparahan
penyakit. Sebuah PEEP dengan 4-5 cm H2O menunjukkan hasil oksigenasi
yang meningkat, mungkin karena membantu dalam pemeliharaan dari FRC
yang efektif. Tekanan terendah yang memungkinkan dan konsentrasi oksigen
28
Terapi antibiotik
29
Sedasi
Sedasi umumnya digunakan untuk mengontrol ventilasi pada bayi yang sakit.
Fenobarbital sering digunakan untuk menurunkan tingkat aktivitas bayi. Morfin,
fentanil, atau lorazepam dapat digunakan untuk analgesik serta obat penenang.
Kelumpuhan otot dengan pankuronium untuk bayi dengan PMH tetap menjadi
kontroversial. Sedasi mungkin diindikasikan untuk bayi yang "melawan"
ventilator dan menghembuskan napas selama inspirasi siklus ventilasi mekanis.
Pola pernapasan dapat meningkat kemungkinan karena komplikasi seperti
kebocoran udara dan seharus dihindari. Sedasi bayi dengan fluktuasi kecepatan
aliran darah otak secara teoritis menurunkn resiko IVH.
Terapi surfaktan telah mengurangi angka kematian dari PMH sekitar 40%;
kejadian BPD yang mempengaruhi belum terukur. Prognosis untuk bertahan
hidup dengan atau tanpa gejala sisa neurologis pernapasan dan sangat tergantung
pada berat badan lahir dan usia kehamilan. Kematian meningkat dengan
menurunnya usia kehamilan. Meskipun 85-90% dari semua bayi dengan PMH
yang masih hidup setelah membutuhkan dukungan ventilasi dengan respirator
30
adalah normal, prognosis jauh lebih baik bagi mereka dengan berat lebih dari
1.500 g. Prognosis jangka panjang untuk fungsi paru yang normal pada bayi yang
masih hidup dengan PMH sangat baik. Korban kegagalan pernafasan neonatal
yang parah mungkin memiliki gangguan paru-paru dan perkembangan saraf yang
signifikan. Morbiditas utama (BPD, NEC, dan IVH berat) dan pertumbuhan
postnatal yang kurang tetap tinggi untuk bayi yang terkecil.
Bayi dengan PMH, 80 sampai 90% bertahan hidup, dan sebagian besar
korban memiliki paru-paru normal pada usia 1 bulan. Beberapa terjadi gangguan
pernapasan yang menetap, bagaimanapun mungkin memerlukan konsentrasi
oksigen inspirasi tinggi selama berminggu-minggu. Mereka dengan perjalanan
penyakit yang berkepanjangan memiliki insiden tinggi untuk memiliki penyakit
pernafasan dengan mengi pada tahun-tahun pertama kehidupan. Meskipun
sebagian bayi fungsi paru-paru menjadi normal, mereka cenderung mengalami
laju aliran ekspirasi yang berkurang dan di masa kanak-kanak akhir sering
memiliki bronkospasme yang diinduksi aktifitas atau metakolin.
31
BAB III
KESIMPULAN
HMD atau respiratory distress syndrome (RDS) adalah gangguan respirasi yang
ditemukan pada bayi prematur akibat kurangnya surfaktan sehingga
mengakibatkan kolapsnya alveoli. HMD merupakan penyebab kematian utama
pada bayi premature, di Amerika Serikat sekitar 12% bayi lahir prematur, sekitar
10% bayi prematur menderita HMD setiap tahunnya. Insiden meningkat pada
negara berkembang. Insiden HMD tertinggi terjadi pada bayi prematur, ras
caucasian, laki-laki, riwayat saudara sebelumnya yang menderita RDS, lahir
melalui sectio secaria, asfiksia dan ibu diabetes melitus. Berdasarkan penelitian di
Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2001, dari 41 bayi yang lahir
preterm, 14 bayi mengalami sindrom gawat nafas, dan 7 bayi didiagnosa HMD.
Semuanya lahir dari kehamilan kecil dari 32 minggu. Hal itu menunjukan
prevalensi HMD pada bayi preterm sebesar 17%.
Faktor Predisposisi dari HMD diantaranya: prematuritas, jenis kelamin,
ras, sectio secaria, APGAR skor, ibu dengan diabetes mellitus, hipotiroid. Bayi
dengan HMD biasanya disertai dengan riwayat asfiksia pada waktu lahir atau
tanda gawat bayi pada akhir kehamilan. Tanda gangguan pernafasan mulai tampak
6 - 8 jam pertama setelah kelahiran dan gejala yang karakteristik mulai terlihat
pada umur 24 - 72 jam. Bila keadaan membaik, gejala akan menghilang pada
akhir minggu pertama. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh
atelektasis dan perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan
gambaran klinis seperti dispnu atau hiperpnu, sianosis karena saturasi O 2 yang
menurun, retraksi suprasternal, retraksi interkostal dan ‘expiratory grunting’.
Selain tanda gangguan pernafasan, ditemukan gejala lain misalnya bradikardia
(sering ditemukan pada penderita PMH berat), hipotensi, kardiomegali, ‘pitting
edema’ terutama di daerah dorsal tangan atau kaki, hipotermia, tonus otot yang
menurun, gejala sentral dapat terlihat bila terjadi komplikasi. Scoring system yang
sering digunakan pada bayi preterm dengan HMD adalah Silverman - Anderson
score atau downes score.
32
DAFTAR PUSTAKA
12. Zimmerman L. J.I, Janssen D.J.M.T, Tibboel D.,Hamvas A., Carnielli V.P.
Surfactant metabolism in the neonate. 2005. Biology of the neonate
2005;87:296-307
13. Latief Abdul, Napitupulu Partogi, Pudjiadi Antonius, Ghazali Vinci
Muhammad, Putra Tulus Sukman. Penyakit membran hialin. Buku Ilmu
Kesehatan Anak jilid 3 FKUI. 1083-1087
14. Sandra Lee Gardner , Brian S. Carter , Mary I Enzman-Hines RN PhD
AHN-BC , Jacinto A. Hernandez . Merenstein & Gardner's Handbook of
Neonatal Intensive Care. The Regents of the University of California.
2004. 79-80.
16. Arun K Pramanik, MD, MBBS; Chief Editor: Ted Rosenkrantz. Repiratory distress
syndrome. Di tinjau tanggal 25 Juli 2013. Dapat di tinjau di :
http://emedicine.medscape.com/article/976034-overview