Anda di halaman 1dari 11

Pada akhir tahun 1944 kedudukan Jepang semakin terdesak.

Keadaan di Negeri Jepang semakin


buruk moral masyarakat menurun. Hal-hal yang tidak menguntungkan menyebabkan jatuhnya kebinet
Tojo pada tanggal 17-Juli-1944, dan digantikan oleh jenderal Kuniaki Koiso. Menghadapi situasi yang
gawat tersebut, Kuniaki koiso bersama Letnan Kumaciki Harada berunding tentang memberikan janji
kemerdekaan.

Tanggal 1 maret 1945 mereka berkumpul. Rakyat Indonesia diwakili oleh K.R.T Radjiman
Wedyodiningrat, dan Ir. Soekarno, Muh Yamin, Prof. Dr. Soepomo

Kumakici : “Ehm, saya mengadakan pertemuan ini untuk memberikan janji kemerdekaan .
Bagaimana kalau kita membentuk Badan Penyelidikan Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia?
Dengan badan itu kalian bersama-sama menyelidiki hal-hal yang mengenai kemerdekaan Indonesia
seperti ekonomi, politik, dan sosial”

Kuniaki Koiso : “Bagaimana kalau KRT.Radjiman Wedyodiningrat saja yang menjadi ketuanya??

Ir.Soekarno : “Kita sepakat yang menjadi wakil ketua adalah Ichibangase dan R.P Suroso. “

KRT.Radjiman : “Oke, saya putuskan sidang pertama BPUPKI tanggal 29 MEI – 1 juni 1945. Dan saya
akhiri pertemuan sekarang. Wassalamualaikum wr wb.”

Kemudian , BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sang In yang dihadiri oleh
seluruh anggota BPUPKI dan dua pembesar Jepang. Keesokan harinya, diadakan sidang BPUPKI yang
pertama. Sidang ini merumuskan Undang-Undang Dasar yang dimulai dengan membahas dasar Negara
Indonesia. Dasar Negara pertama dikemukakan oleh Muh, Yamin.

Muh yamin :” Assalamualaikum wr wb. Saya ingin mengemukakan dasar Negara Indonesia yaitu
sebagai berikut :

Peri Kebangsaan

Peri kemanusiaan

Peri ketuhanan

Peri kerakyatan

Kesejahteraan rakyat”

KRT.Radjiman : “Mungkin ada yang ingin mengemukakan lagi? Kalau tidak dilanjutkan pada tanggal 31
Mei. (rapat bubar)”

Kemudian pada tanggal 31 Mei 1945, sidang dilanjutkan lagi dan Prof.Dr. Soepomo mengemukakan dasar
negaranya.
Prof Soepomo :” Ass wr wb, saya ingin menyampaikan dasar Negara Indonesia. Semoga dapat diterima
dengan baik. Inilah dasar Negara yang saya usulkan :

Persatuan

Kekeluargaan

Keseimbangan lahir dan batin

Musyawarah

Keadilan rakyat”

Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 yang merupakan rapat terakhir dalam sidang
pertama, Ir. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan perumusan dasar Negara Indonesia merdeka.

Ir.Soekarno : “Assalamualaikum Wr wb, berikut adalah dasar Negara yang saya usulkan.

Kebangsaan Indonesia

Internasionalisme atau perikemanusiaan

Mufakat atau demokrasi

Kesejahteraan social

Ketuhanan yang maha Esa

Saya juga ingin mengusulkan nama untuk dasar Negara itu,, yaitu PANCASILA. Apakah semua setuju?”

Semua : SETUJU

Prof.Soepomo : “Jadi hari ini juga sidang BPUPKI periode pertama berakhir.”

Dalam pertemuan itu pula berbentuk panitia kecil lain yang berjumlah 9 orang, yang kemudian
dikenal dengan Panitia Sembilan. Panitia 9 ini berkumpul menyusun rumusan negara berdasar
pandangan umum para anggota yang dikenal sebagai piagam jakarta.

Setelah BPUPKI dibubarkan, maka untuk menangani tugas selanjutnya dibentuklah PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahsa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai pada tanggal
7 Agustus 1945,dengan tugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada Indonesia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ,dalam rangka peresmian PPKI,Ir Sukarno, Drs. Moh Hatta dan
Dr.Radjiman Wedyodiningrat dipanggil menghadap Terauci ke Dalath,Vietnam. Dalam pertemuan tanggal
12 Augtus1945, kepada para pemimpin bangsa kita Marsekal Terauci menyampaikan hal hal mengenai
janji kemerdekaan.
Dr. Radjiman : ”Jadi, apakah kami dipanggil kemari dalam rangka peresmian PPKI?”

Terauchi : ”ya, benar sekali, Dr. Dan ada beberapa hal yang harus saya sampaikan juga. Kami
telah memutuskan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia., dan untuk
pelaksanaan kemerdekaan tersebut, kami telah membentuk PPKI. “

Dr. Radjiman : “lalu bagaimana pelaksanaan kemerdekaannya?”

Terauchi : ” Pelaksanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur angsur di
mulai dari pulau Jawa kemudian pulau pulau lainnya, dan kelak wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah
bekas Hindia Belanda. Pelaksanaan kemerdekaan berkisar tanggal 24 Agustus 1945”

Soekarno : ”Baiklah, kami paham. Terima kasih atas kebaikan hati anda. Kami pamit dulu,
panglima”

Kekalahan Jepang dalam perang pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh
Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat
peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika
tanggal 15 Agustus 1945 dini hari,

Tenno Heika : “ (suara radio) Dengan menyesal kali ini saya umumkan bahwa Jepang menyerah
kepada Sekutu tanpa syarat, akibat pemboman yang dilakukan Sekutu pada tanggal 6 Agustus di
Hiroshima, dan tanggal 9 Agustus di Nagasaki”

Setelah mendengar berita ini, Sutan Syahrir langsung memberitakan kabar tersebut kepada
Soekarno. Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta,
tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung
Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan.

Sutan Syahrir : “assalamu’alaikum , ?”

Fatmawati : “(fatmawati membukan pintu )waalaikumSalam ! “

Sutan syahrir : “maaf bu, apakah Bungkarnonya ada , kami ingin bertemu dengannya.”

Fatmawati : “yah kang mas ada didalam. ya sudah ayo slahkan masuk, silahkan duduk”

Soekarno : (Soekarno kemudian beranjak dari kursi dan pergi untuk menghampiri para pemuda )

Soekarno : “Saya dengar dari istri saya katanya ada yang ingin kalian bicarakan, memang apa?”

Chairul saleh : “maksud kami adalah menginginkan agar secepatnya Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya”

Soekarno : “Lalu kenapa kalian ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?”


Sutan sahir : “Karena inilah kesempatan yang baik bagi kita semua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena Jepang sudah menyerah pada sekutu”

Soekarno : “Apa kalian tidak memikirkan bahaya apa saja apabila bila kita tetap nekad
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Apa lagi kekuatan militer Jepang yang masih berada di
Indonesia mampu menggagalkan rencana untuk memperoklamasikan Indonesia!”

Sutan sahir : “Yang jelas kami menginginkan kemerdekaan Indonesia secepatnya!”

Soekarno : “Apa ini tidak terlalu tergesa-gesa ! sedangkan kebenaran berita menyerahkan Jepang
kepada sekutu masih di ragukan, lebih baik kita cek dahulu dari sumber yang resmi”

Sutan sahir : “Jadi usulan kami belum dapat di setujui tapi saya yakin berita tersebut benar adanya”

Soekarno : “Nanti saja kita bicarakan lagi lebih lanjut dengan anggota PPKI lainnya karena saya
sendiri tidak bisa mengambil keputusan sendiri.”

Sutan Sahir : “Ya sudah kalau memang keputusan Bung Karno seperti itu apa boleh buat”

Chairul saleh : “Mungkin pembicaraan ini kita cukupkan sekian saja karena sudah terlalu malam.
Sebelumnya kami meminta maaf mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat Bung”

Soekarno : “Tidak apa-apa, silahkan!” (Merekapun berjabat tangan dan berpamitan pulang)

Malam harinya para pemuda, diantaranya B.M. Diah dan Yusuf kunto mengadakan rapat lagi
tepatnya jam 20.00 WIB di salah satu ruangan lembaga bakteriologi untuk membahas mengenai sikap
Soekarno yang kurang mendukung keinginan para pemuda. Akhirnya mereka berangkat ke rumah
Soekarno

Chairul saleh : “Asalamu’alaikum !”

Fatmawati : “Oh, Kang Mas ada didalam, ayo masuk wah kebetulan sekali yah, tokoh-tokoh tua
juga sedang berkumpul disini”

Sukarni : ”Apa Bu,tokoh tua juga ada disini ? (Sukarni bertanya dengan penuh rasa kaget)”

Fatmawari : “Iya. Saya panggilkan dulu Kang Mas”

Sukarni : “Silahkan Bu !”

Tidak lama kemudian Soekarno datang bersama tokoh-tokoh tua

Soekarno : ”Apa ada yang ingin kalian bicarakan?”

Chairul saleh : “Begini, Bung sendiri sudah tahukah bahwa kami menginginkan Indonesia segera
memproklamasikan kemerdekaannya”
Soekarno : “Yah saya tahu, kalian begitu menginginkan Indonesia segera memperoklamasikan
kemerdekaan, sama saya juga menginginkan”

Latif H. : ”Lalu kenapa Bung tidak menyetujui, kalau Bung menginginkan kemerdekaan
Indonesia?”

Soekarno : “Saya tidak bisa seenaknya menyetujui usul anda, tanpa mengadakan rapat dahulu
dengan anggota PPKI.”

Sutan sahir : ”Saya berharap Bung tidak akan mengadakan rapat dengan anggota PPKI, karena yang
saya takutkan nanti Jepang malah mengetahui rencana ini Bung, kita tahukan PPKI memang di bentuk
oleh Jepang”

Soekarno : “Yah saya tahu itu bahwa memang PPKI itu dibentuk oleh Jepang, tapi itu merupakan
satu-satunya jembatan bagi kita unruk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia”

Chairul saleh : “Tetapi kami tidak ingin Jepang ikut campur tangan dalam rencana ini Bung!”

Soebarjo : “Jadi maksudnya kita memutuskan segala ikatan dengan Jepang, begitu kan?”

Sutan sahir : ”yah begitu”

Soekarno : “Tetapi saya tidak menyetujuinya, lebih baik kita bicarakan masalah ini dengan
anggota PPKI, agar nantinya saat memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia kita tidak mengalami
banyak masalah”

Sutan sahir : ”Tapi...”

Soekarno : (Memotong pembicaraan sutan sahir) “Tidak ada tapi-tapian, saya tidak akan
mengikuti keinginan kalian (dengan nada bicara yang tinggi. Sambil emosi yang meluap luap)”

Semakin alot perundingan, para pemuda dan Soekarno berisitegang keadaan semakin panas.
Tiba-tiba Moh. Hatta datang

Hatta : “Assalamu’alaikum”!

Soekarno : “Waalaikum salam!”

Hatta : “ada apa ini para pemuda dan tokoh Bung datang berkumpul di sini?”

Soekarno : “Ah tidak apa-apa saya senang sekali Bung datang kemari. Kami sedang membicarakan
keinginan para pemuda ini”
Hatta :”Memang apa keinginan para pemuda itu, yang saya dengar kalau tidak salah mereka
ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.”

Soekarno : “Yah benar sekali itu yang mereka inginkan, tapi yang saya tidak setujui karena saya
tidak bisa mengambil keputusan ini sendiri”

Wikana : “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat
terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil
berkata:

Soekarno : “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga!
Kamu tidak usah menunggu esok hari !”

Hatta : “Bagaimana kalau kita rundingkan dulu masalah ini tanpa para pemuda, kita
renungkan bersama para tokoh tua

Soekarno : “Baiklah saya setuju!”

(Pemuda keluar dari rumah Soekarno dan menunggu tokoh tua yang berunding. Mereka menunggu di
serambi belakang)

Bung Karno dan Bung Hatta serta para tokoh nasionalis tua berunding

Hatta : “Lalu apa yang sekarang kita lakukan, sedangkan para pemuda terus mendesak agar
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.?”

Soekarno : “tapi kita tidak tahu kebenaran berita tersebut, lagi pula kalau memang Berita
tersebut benar tentu saja seharusnya kitalah dahulu yang mengetahuinya. ”

Hatta : ”Jadi maksud bung kita tidak akan mengikuti keinginan para pemuda?”

Soekarno : “benar, karena yang saya takutkan natinya malah terjadi prtumpahan darah,
mengingat kekuatan militer masih siap siaga dan kuat disini. ”

Kemudian para tokoh nasionalis tua itu beranjak keluar dan menemui para pemuda yang sejak
tadi menunggu di serambi belakang.
Sukarni : “bagaimana keputusan anda Bung?”

Soekarno :”Saya tetap pada pendirian saya, bahwa kami (sambil menunjuk Bung Hatta) tetap
tidak ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sekarang ini, jika memang kalian tetap pada
pendirian kalian maka saya persilahkan anda untuk mencari tokoh yang lain.

Sutan Syahrir : ”Baiklah kalau pendirian anda seperti itu, kami tidak bisa melakukan apa-apa , tapi
yang jelas kami akan berusaha memproklamasikan kemedekaan Indonesia secepatnya.”

Akhirnya para pemuda pun pergi dari rumah Soekarno dengan kekecewaan yang mendalam.
Pukul 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda mengadakan rapat di Cikini.

Chaerul Saleh : ”Sekarang apa yang harus kita lakukan? Soekarno dan Moh. Hatta tetap bersikeras
tidak menyetujuinya usul kita apalagi mereka berdua tetap tidak percaya dengan berita itu.”

Sutan syahrir :”Begini saja, saya mengusulkan agar Bung Karno dan Moh. Hatta kita asingkan saja
keluar Jakarta untujk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang, apa kalian setuju usul saya!

Semua : “ Setuju “

Latif : “Bagaimana kalau kita bawa mereka dua ke Rengasdengklok dekat Karawang, karena
disana dekat dengan tempat salah satu pemusatan tentara PETA yang keamanannya terjamin?”

Sutan Syahrir : “benar, apa kalian menyetujuinya?”

Suhud :”Bagus, kami setuju dengan rencana tersebut ”

Latif Hendraningrat dan Singgih pun kemudian pergi ke rumah Soekarno. Tidak lama kemudian mereka
sampai di rumah Soekarno.

Chairul Saleh : “assalamualaikum…”

Hatta : “waalaikum salam…”

Darwis : “maksud kami kesini adalah untuk membawa pak Hatta dan pak Karno agar ikut kami
karena keamanan kalian saat ini sangatlah terancam apabila terjadi bentrok antara rakyat dan jepang.
Tapi alangkah baiknya apabila anda mengajak anak dan istri anda agar terjaga keamanannya.”

Soekarno :”Baiklah, kami akan pergi sekarang juga.”

Hilangnya Ir.soekarno dan M.hatta menimbulkan kepanikan dikalangan para pemimpin


pergerakan kemerdekaan di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Achmad Soebarjo pada pukul 8.00
pagi.

Setelah Soebardjo memberikan jaminan kepada komandan tentara PETA di Rengasdengklok


bahwa kemerdekaan akan segera diproklamasikan keesokan harinya, Soebardjo diperbolehkan
membawa mereka kembali ke Jakarta pada malam itu juga. Pada tanggal 16 agustus 1945 rombongan
Soekarno Hatta tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Setelah menurunkan Fatmawati dan
putranya di kediaman Soekarno, Pemimpin perjalanan Soebardjo , membawa mereka langsung menuju
rumah Laksamana Maeda di jln Imam Bonjol no 1.

Soebarjo : “(mengetuk pintu) assalamualaikum, Laksamana Maeda?”

L. Maeda : “baik baik, tunggu sebentar (membuka pintu) apa yang bisa saya bantu pak Soebarjo?
Tengah malam seperti ini…”

Soebarjo : “aah, Laksamana Maeda (berjabat tangan). Kami ingin menumpang di rumahmu untuk
menyusun teks proklamasi. Bolehkah?”

L. Maeda : “tentu saja. Silahkan, ruang makan saya tersedia untuk anda dan rombongan anda”

Di ruang makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, sebagai
tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu
berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah
menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks Proklamasi. Sedangkan
tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Soebarjo : “Bagaimana bila kalimat pertama bebunyi: “Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia””

Soekarno : “baiklah, akan kutulis. Apakah ada usulan lagi, saudara-saudara?”

Hatta : “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”

Maka sebagai hasil pembicaraan bertiga, diperoleh rumusan tulisan tangan Soekarno. Setelah
naskah proklamasi selesai dirumuskan, tim perumus lantas menemui rombongan di serambi muka. Pada
pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan rumusan naskah proklamasi.

Soekarno : “PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya”
Rombongan : “baiklah, kami setuju!”

B.M. Diah : “Lantas, siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi?”

Soekarno : “Sebaiknya semua yang hadir disini yang menandatanganinya”

Hatta : “ya, mereka akan menandatanganinya sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.”

B.M. Diah : “Tidak, kami tidak setuju. Sebagian besar yang hadir di sini adalah anggota PPKI, dan
menurut kami, PPKI adalah badan bentukan Jepang.”

Sukarni : “Cukuplah dua orang saja yang menandatanganinya, yaitu Bung Soekarno dan Bung
Hatta”

Dengan disetujuinya usul Sukarni, selanjutnya Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk
mengetik naskah itu. Tanggal 17 Agustus, menjelang detik-detik proklamasi, Upacara akan segera
dimulai. Upacara itu berlangsung sederhana.

Maka upacara pun dimulai...

Latief H. : “Para pemuda-pemuda yang gagah berani, silahkan kalian berdiri!” (para pemuda berdiri
dengan sikap sempurna) “Kepada Bung Karno dan Bung Hatta, silahkan maju beberapa langkah
mendekati mikrofon”

Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum
membacakan teks proklamasi. Pembacaan naskah proklamasi dilakukan pukul 12.00 waktu Tokyo, atau
pukul 10.00 WIB.

Soekarno : Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan
suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah
berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita
untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah
cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti.
Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada
hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang
tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita
sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat
Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah
datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945.

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat
tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara
Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”

Tak lama kemudian, Ir. Soekarno menyuruh S.K Trimurti untuk mengibarkan bendera merah
putih. Namun S.K. Trimurti menolak. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat maju bersama
Suhud, mengibarkan bendera Merah Putih jahitan Ibu Fatmawati di kediaman Ir. Soekarno, Jalan
Pegangsaan timur No. 56, Jakarta.

Seluruh hadirin : (menyanyikan Indonesia Raya)

Dengan diiringi nyanyian lagu Indonesia Raya pengibaran bendera sang Merah Putih terkesan khidmat.

Latif H. :“dan sekarang, mari kita dengarkan sambutan dari Wakil Walikota Suwirjo, dan Dr.
Muwardi”

Muwardi : “Ass.Wr.Wb. Saya selaku wakil kaum pemuda Indonesia sangat bersyukur
kepada yang terhormat Insinyur Soekarno dan Moh. Hatta, yang telah bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada hari ini. Ini semua karena berkat Allah SWT, yang dengan rahmatNya kami
semua dapat berkumpul menyaksikan Upacara terpenting dalam sejarah kita, bangsa Indonesia. Karena
setelah berabad-abad di jajah oleh bangsa asing, akhirnya pada hari bersejarah ini, bangsa Indonesia
secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya, dan secara resmi pula, kita terbebas dari belenggu para
penjajah! MERDEKA! Wass.Wr.Wb.”

(seluruh hadirin bertepuk tangan)

Soewirdjo : “Ass.Wr.Wb. Selamat bagi bangsa Indonesia, yang pada hari ini secara resmi telah
menyatakan kemerdekaannya. Seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Muwardi, saya mengucapkan
syukur, dan juga saya sangat berterimakasih kepada baik golongan muda maupun golongan tua, yang
telah mempersiapkan kemerdekaan dengan waktu yang sangat sempit. Namun dengan bantuan rahmat
Allah SWT, akhirnya proklamasi pun kini telah resmi dinyatakan. Terima kasih pula atas kebaikan nyonya
Fatmawati, yang telah menjahitkan bendera pusaka, sang Saka Meah Putih, lambang kebanggaan bangsa
kita.

Saya rasa sekian sambutan dari saya, dan sekali lagi, selamat untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.”
Lalu serempak mereka bersorak bahagia. Rasa haru menyelimuti di setiap hati mereka. Betapa tidak,
angan – angan mereka tentang Negara yang merdeka akhirnya kini terwujud. Sejak saat itu Indonesia
menjadi bangsa yang merdeka…

Anda mungkin juga menyukai