Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PROTEIN

Idris Affandi

2031411024

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2015
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Idris Affandi

NIM : 2031411024

Judul Praktikum : Protein

Tanggal Praktikum : 28 November 2015

Dosen Praktikum

Pancawati,S.si.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protein adalah senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan
hingga jutaan satuan(g/mol), komponen protein terdiri atas atom karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Protein yang tersusun dari
hanya asam amino disebut protein sederhana. Protein disebut juga polypeptida karena
beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptida. Adapun protein yang
mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat,
disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri
dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas protein adalah pemanasan. Dengan
pemenasan, kandungan protein pada suatu bahan akan mengalami kerusakan atau biasa
disebut dengan denaturasi. Denaturasi akan mengakibatkan protein yang dikonsumsi tidak
akan bisa diserap dan digunakan oleh tubuh secara optimal. Hal tersebut dapat menurunkan
tingkat produksi jika terjadi pada ternak. Selain pemanasan, masih banyak faktor yang
mengakibatkan terdenaturasinya protein sehingga percobaan mengenai sifat-sifat protein
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui cara penanganan dan penggunaan protein yang baik
dan benar.

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui daya kelarutan protein terhadap
pelarut tertentu, memperlihatkan ikatan peptida yang bereaksi positif dengan uji biuret,
mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein, mendeteksi adanya protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzen, memperlihatkan bahwa protein dapat
dipisahkan dengan mengendapkanya dengan penambahan etanol absolut.
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan komponene utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun
hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah
air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa
organic kompleks yang terdiri atas unsure-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%),
Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S)
dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung
unsure logam seperti tembaga dan besi (De man 1997).

Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya
sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot,
rambut, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian,
terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa
diantaranya enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut
oksigen, hormone sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibody untuk mempertahankan
tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein dalam jangka waktu lama dapat
mengganggu berbagai proses metabolism di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit (De man 1997).
Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari
hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protei dari beberapa
bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan. Protein
dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam
proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino
yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke arah hati atau didistribusikan ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh protein dapat
pula digunakan sebagai bhan bakar apabila keperluan energy tubuh tidak terpenuhi oleh
karbohidrat dan lemak (Wirahadikusumah 1989).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan
asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui
ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan
gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptide
yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptide yang terdiri atas
tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut, tripeptida, tetrapeptida, dan
seterusnya (Devi 2010).
Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih
residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein
tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Suatu protein
yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimis lain disebut protein
sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein
mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivate vitamin, lipid, atau karbohidrat.
Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis protein ini
disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipid dan glikoprotein
mengandung gula (Devi 2010).
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama,
yaitu:
1. Protein globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang
berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau etanol. Contoh:
albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibody.
2. Protein fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida
memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber memberikan peran structural atau
pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol. Contoh: keratin
pada rambut, kolagen pad tulang rawan, dan fibroin pada sutera.
Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu
makromolekul. Sepertu senyawa polimer lain (misalnya: pati), protein dapat pula dihidrolisis
oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-asam amino.
Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis
asam amino penyusunnya. Sebaguan besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk
disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membrane
semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organic seperti eter, kloroform, atau
benzene.
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia,
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pasa struktur
molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi
adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alcohol atau
sabun. Proses denturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang
irreversible, tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan
menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap
(Lehninger 1982).
Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH)
pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan
larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+ ,
sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa guguskarboksilat bereaksi
dengan ion OH-. Sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan pada molekul
preotein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik (Lehninger 1982).
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik
isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan positif dan
negative yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein
tidak bergerak dibawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektris, protein akan
mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk
pemisahan atau pemurnian suatu protein.
Pada uji susunan elementer protein, semua jenis protein tersusun atas unsure-unsur
karbon (C ), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang
mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). dengan metode pembakaran atau
pengabunan, akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C,H, O, dan N.
Pada uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa.
Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau
ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan
etanol menarik mantel air yang melingkup molekul-molekul protein.
Pada uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam terhadap
kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya
dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam
dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam
berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian besar protein
dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam
trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahn asam-asam menyebabkan terbentuknya
garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi
irreversible dengan adanya logam-logan berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+, sehingga mudah
mengendap (sirajuddin 2012).
Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptide atau
lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –
CONH2. Biuret adalah senyawa denga dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan
dua molekul urea (Yazid 2006).
Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino
bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru. Kompleks
berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan
amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino bebas
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan.
Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat
menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif). Beberapa amina seperti anilin dengan
uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga
menunjukkan sampel mengandung asam amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain
seperti (kuning, orange dan merah) maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas
warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara
kalorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger
1982).
Pada uji xantoprotein, reaksi pada uji xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Tidak semua protein mengandung asam amino
yang mengandung cincin benzena. Dari 20 jenis asam amino, terdapat 3 asam amino yang
mengandung gugus benzena (cincin fenil) yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Jika protein
yang mengandung cincin benzena ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang
terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga
(Sumardjo 2008)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2015 bertempat di


Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet ukur, alat
pemanas, kertas lakmus, cawan porselin, dan gelas objek. Bahan –bahan yang digunakan
adalah akuades, albumin, gelatin, larutan HCl, larutan NaOH, alkohol, kloroform, saliva,
larutan pati, CUSO4, larutan Pb asetat, larutan HCl pekat, fenol, NH4OH, HNO3, kasein, dan
CUSO4.

Cara Kerja

Uji Kelarutan Protein

Disiapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan air suling, HCL 10%, NaOH 40%,
alkohol 96%, dan klorofon-n sebanyak 1ml, kemudian ditambahkan 2ml larutan albumin
pada setiap tabung. Dihomogenkan, kemudian amati sifat kelarutannya.

Uji Biuret

Disediakan 4 tabung reaksi yang masing-masing tabung diisi dengan larutan albumin, saliva,
larutan pati, dan air suling sebanyak 2ml. Ditambahkan 2ml NaOH 10% dan 1 tetes CuSO 4
pada setiap tabung. Bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 ditambahkan lagi
sebanyak 10tetes.

Uji Susunan Protein

a. Uji adanya Unsur C, H dan O

Dimasukkan 1ml albumin kedalam cawan porselin, ditaruhkan kaca objek diatasnya
kemudian dipanaskan. Diperhatikan adanya pengembunan pada gelas objek yang
menunjukan adanya hidrogren (H) dan oksigen (O). Diambil gelas objek, lalu diamati bau
yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti protein mengandung unsur Nitrogen
(N), bila terjadi pengarangan berarti ada atom karbon (C). Percobaan diulangi menggunakan
serbuk gelatin.

b. Uji adanya unsur atom N

Dimasukkan 1ml larutan albumin didalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml NaOH 10%,
kemudian dipanaskan. Diperhatikan bau amonia yang terjadi dan diuji dengan kertas
lakmusmerah yang telah dibasahi akuades. Terbentuknya bau amonia menenjukan adanya N.
Percobaan diulangi menggunakan serbuk gelatin.

c. Uji unsur atom S

Dimasukkan 1ml larutan albumin didalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml NaOH 10%,
kemudian dipanaskan. Ditambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5%. Bila larutan menghitam,
berarti Pbs terbentuk, kemudian ditambahkan 4 tetes HCl pekatd dengan hati-hati. Percobaan
diulangi menggunakan serbuk gelatin.

Uji Xantroprotein

Dimasukkan 2ml larutan protein kedalam tabung reaksi ditambahkan 1ml larutan HNO3
pekat maka terbentuk endapan putih. Dipanaskan dengan penangas air, maka larutan akan
menjadi kuning dan didinginkan. Di bagi menjadi dua tabung, salah satu tabung dioberi
amoniak, maka akan bbewarna kuning tua atau oranye. Reaksi positive untuk asam amino
yang mengandung inti benzen. Diulangi untuk gelatin, kasein, dan fenol 2%.

Pemisahan protein dengan etanol absolut

Di siapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada tabung 1 dimasukkan 2ml serum sapi
dan 2ml larutan albumin telur pada tabung 2. Ditambahkan 2ml etanol absolut pada masing-
masing tabung. Diamati apakah terbentuk endapan atau tidak. Dipisahkan endapan dengan
menyaring kemudian dilakukan uji biuret terhadap fitrat dan endapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Table1. Uji Biuret

No Sample NaOH 10% CuSO4 Koagulasi


1. Putih telur Lembayung [ ungu ] +
2. Saliva [ biru ] -
3. Air suling [ biru muda ] -
4. Pati [ Ungu muda ] +

Tabel2. Uji susunan elementer protein

No Sample Atom C Atom H Atom O


1 Putih Telur + + +
2 gelatin + + +

Tabel3. Uji Atom S

No Smaple Warna Hitam Bau Blerang


1 Gelatin + +
2 Albumin + +

Tabel4. Uji N

No Smaple Hasil
1 Gelatin Bau amis (+)
2 Albumin Bau amis(+)

Tabel5. Uji Kelarutan Protein

No Sample Putih Telur Gelatin


1 Air Suling Larut, encer Larut, encer
2 NaOH 40% Larut, padat Larut, encer
3 Alkohol 96% Menggumpal, keruh Larut, encer
4 HCl 10% Larut, kental Larut, encer
5 Kloroform Tidak larut, endapan diatas Tidak Larut, encer

Table 6. uji santoprotein


No Bahan HNo3 Dipanaskan Anmoniak Etanol absolut Biuret
1 Albumin Kuning orange +++ Endapan putih Ungu
2 Gelatin Tidak berubah Kuning pucat + Tidak ada biru
endapan
Ket.+ : sedikit protein, ++ : cukup protein, +++ : banyak protein
Pembahasan

Pada uji biuret, pada keempat sample hanya dua larutan yaitu albumin dan pati
menunjukkan hasil positif adanya molekul-molekul peptida dari protein karena menghasilkan
warna ungu (violet). Pada albumin dan pati memiliki rumus bangun yang lebih kompleks dan
mengikat dua atau lebih asam amino esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida. Akan tetapi,
ketiga larutan tersebut memiliki kepekatan warna yang berbeda-beda, semakin pekat warna
ungu yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar polipeptidanya. Urutan kepekatan dari
tinggi ke rendah ketiga larutan tersebut adalah putih telor (lembayung/ungu pekat) dan untuk
pati (ungu muda). Pada saliva dan air suling menunjukan hasil negative tidak terbentuknya
warna lembayung sehingga air suling dan saliva tidak memiliki ikatan peptida.

pada percobaan uji susunan elementer protein digunakan larutan albumin dan gelatin
yang dimasukkan dalam cawan porselin serta di atasnya diletakkan gelas obyek. Setelah
beberapa saat dipanaskan, terjadi pengembunan pada kedua gelas obyek. Hal ini menandakan
pada kedua zat yang diuji terdapat unsur hidrogen dan oksigen, di mana jika kedua unsur ini
bereaksi dan membentuk ikatan karena pemanasan, maka akan membentuk unsur dalam
bentuk gas. Sedangkan pada pengamatan bau rambut terbakar untuk membuktikan adanya
unsur nitrogen, keduanya positif menghasilkan bau rambut terbakar. Hal ini dikarenakan
bahwa di dalam rumus empiris kedua larutan sama-sama memiliki unsur nitrogen. Lalu pada
uji kandungan unsur karbon, terbukti pada kedua larutan positif mengandung karbon. Hal ini,
ditandai oleh adanya pada hasil pemanasan kedua larutan tersebut menyisakan gumpalan
hitam (arang). Pada percobaan uji adanya atom N, hasil yang di dapatkan adalah albumin dan
gelatin sama-sama memberikan hasil positif terhadap bau amoniak dan kertas lakmus merah,
yang mengidentifikasikan adanya atom N yaitu dengan berubahnya kertas lakmus merah
menjadi biru menandakan pH 14. Dan pada percobaan uji adanya atom S, albumin yang
ditambahkan NaOH lalu dipanaskan kemudian ditambahkan PbAc dan HCl pekat
memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang,
sedangkan pada gelatin juga memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS
dan bau khas belerang.

Pada uji kelarutan protein dengan munggunakan albumin diperoleh hasil bahwa pada
tabung yang berisi air suling, NaOH 40%, Alkohol 96%, setelah masing – masing diteteskan
kedalam larutan albumin dan dikocok didapatkan hasil yaitu tampak larut pada masing-
masing tabung. Sedangkan pada HCl 10% menggumpal dan pada tabung yang berisi
kloroform didapatkan hasil yaitu mengendap. Untuk hasil percobaan dengan menggunakan
gelatin, pada air suling, HCl 10%, NaOH 40%, Alkohol 96% dan didapatkan hasil bahwa
setelah diteteskan di dalam larutan gelatin hasilnya yaitu terlarut. Untuk kloroform
didapatkan hasil yaitu tidak terlarut. Pengamatn yang dilakukan sesuai dengan literatur ,
Karena albumin dan gelatin termasuk jenis protein. Protein memiliki sifat amfoter yaitu dapat
bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam
pelarut lemak seperti kloroform atau eter (Devi 2010).

Pada uji xantoprotein menunjukkan hasil positif pada semua larutan sampel (albumin
dan gelatin) yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna jingga di permukaan larutan.
Tetapi pada tingkat amoniak antara albumin dan gelatin berbeda, pada albumin memiliki
banyak protein dan gelatin sedikit protein. Terbentuknya cincin ungu berarti pada kedua
bahan tersebut mengandung asam amino yang memiliki cincin benzena (Sirajuddin 2012)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa uji protein dapat
dilakukan dengan cara diantaranya uji susunan elementer protein, uji kelarutan protein, uji
pengendapan protein dengan garam, uji pengendapan protein dengan logam dan asam
organic, uji biuret, dan uji xantoprotein. Pada uji susunan elementer protein, albumin dan
gelatin sama-sama tersusun atas unsure C, H,O, N dan S. Pada uji kelarutan protein
menunjukkan bahwa albumin dan gelatin larut dalam air suling, HCl 10%, NaOH 40%, dan
Alkohol 96%. Namun albumin dan gelatin tidak dapat larut dalam kloroform. Pada uji
pengendapan protein dengan garam, semuanya menunjukkan hasil positif yang ditandai
dengan adanya endapan. Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic
semua larutan menggumpal, akan tetapi lama kelamaan terbentuk endapan. Pada uji biuret
semuanya positif. Pada uji xantoprotein, urutan kandungan asam amino dengan cincin
benzena pada protein dalam praktikum ini dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah
albumin, dan gelatin.
DAFTAR PUSTAKA

De man. 1997. Kimia Makanan. Bandung. ITB Press.

Devi N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.

Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Sirajuddin S. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Sumardjo D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirahadikusumah M. 1989. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Yazid E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai