Anda di halaman 1dari 4

Dasar Teori :

Pada mulanya istilah “minyak atsiri” atau “minyak eteris” adalah istilah yang
digunanakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara
penyulingan uap. Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak/lemak dengan
minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Definisi ini akan lebih lengkap jika
kedalam kelompok ini dicantumkan pula minyak yang mudah menguap dengan
metode ekstraksi yaitu dengan cara menggunakan penyulingan uap. Minyak atsiri
terdiri dari persenyawaan (compound) kimia mudah menguap, termasuk golongan
hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah
mengikat oksigen. Beberapa persenyawaan mengandung nitrogen dan belerang.
Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang
berbeda namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok besar
yang dominan menentukan sifat minyak atsiri yaitu :
1. Terpen, yang ada hubungannya dengan isoprena atau isopentena
2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang
3. Turunan benzena
4. Bermacam-macam persenyawaan lainnnya.
Anggota dari kelompok terakhir ini kurang penting dan kadang-kadang agak
spesifik dalam beberapa spesies tanaman dan mengandung persenyawaan kimia yang
berbeda dari persenyawaan yang dimiliki oleh ketiga kelompok pertama (Guenther,
1987)
Komponen utama minyak atsiri adalah terpena dan turunan terpena yang
mengandung atom oksigen. Terpenoid merupakan senyawa yang berada pada jumlah
cukup besar pada tanaman. Biosintesis terpenoid berasal dari molekul isoprena
(CH2=C(CH3)-CH=CH2) dan kerangka karbonnya dibentuk oleh dua atau lebih satuan
C5. terpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri menimbulkan bau harum atau bau
khas dari tanaman. Secara ekonomi senyawa tersebut penting karena dapat digunakan
sebagai bahan wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa
yang menimbulkan cita rasa tertentu dalam industri makanan (Anwar, Purnomo,
Pronowo, & Wahyuningsih, 1996)
Upaya untuk menaikkan devisa negara dari sektor minyak atsiri harus disertai
dengan peningkatan kemampuan teknologi pengelolaannya, mulai dari teknologi
tanam sampai penanganan pascapanen dengan pengembangan teknik isolasi dari
identifikasi minyak atsiri. Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat
diisolasi dari rimpang (akar) jahe yang dapat menghasilkan minyak jahe sebanyak 1,5
- 3% dari berat jahe kering. Minyak jahe dinegara maju digunakan sebagai campuran
pembuatan kosmetik, bahan penyedap masakan tertentu dan sebagai obat tradisional.
(Suyatno, 1997)
Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu jahe merah (sunti), jahe emprit, dan jahe gajah. Jahe emprit
berukuran lebih besar dari jahe merah, namun lebih kecil dari pada jahe gajah. Klon
jahe ini memiliki karakteristik warna putih atau kuning, berbentuk agak pipih,
berserat lembut dan aromanya tidak tajam. Unsur-unsur lain yang bermanfaat yang
terdapat didalam rimpang jahe adalah oleoresin, yang terdiri atas minyak atsiri
(volatile oil) dan minyak tak menguap (non-volatile oil). Minyak atsiri bersifat mudah
menguap dan merupakan komponen yang menyebabkan aroma (bau) khas jahe.
Minyak tak menguap terdiri atas komponen-komponen yang menyebabkan rasa pedas
dan pahit, disebut juga fixed oil (zingerol, zingerone, shogoal dan resin). (Suprapti,
2003)
Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari α-pinena, kamfena, 1,8-sineol,
borneol, neral, geranial, α-kurkumina, α-zingeberena, dan β-saskuipellandrena. Ada
tiga cara umum untuk mengambil komponen minyak atsiri dari tumbuhan: distilasi,
ekstraksi dengan pelarut dan pengaliran udara atau maserasi. (Robinson, 1995)
Distilasi (distilasi uap) pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian.
Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya
peruraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Jadi
reaksi oksidasi menimbulkan masalah, distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan
nitrogen. Cara ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan pada keadaan khusus
terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar. Beberapa minyak atsiri yang
berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi dengan
pelarut organik secara efisien. (Tim Dosen Kimia Organik 2017)
Berdasarkan SNI (Standar Nasional Nasional) minyak jahe, rendemen yang
dihasilkan minimal 1,5 ml/100 g bahan dan kadar air maksimal 12 %.

Syarat Mutu Jahe Kering Menurut SNI 01-3393-1994

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Bau dan rasa - Khas
2. Kadar air, (b/b) % Maks. 12,0
3. Kadar minyak atsiri mL/100 gram Min. 1,5
4. Kadar abu, (b/b) % Maks. 8,0
5. Berjamur dan berserangga - Tidak ada
6. Benda asing, (b/b) % Maks. 2,0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994)

Dasar pemisahan pada distilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada
tekanan tertentu. Pemisahan dengan distilasi melibatkan penguapan diferesial dari
suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan
cara pendinginan dan pengembunan. Beberapa teknik distilasi lebih cocok untuk
pekerjaan-pekerjaan preparatif di laboratorium dan industri. Sebagai contoh adalah
pemurnian alkohol, pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan
minyak atsiri dan sebagainya (Soebagio, dkk., 2003).
Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diterapkan sepanjang
jangkauan konsentrasi yang lebar, dan telah digunakan secara meluas untuk isolasi
kuantitas yang luar biasa sedikitnya dari isotop-isotop bebas pengemban yang
diperoleh dengan transmutasi nuklir, demikian pola isolasi bahan industri yang
diproduksi berton-ton (Day and Underwood, 2002).
Inti dari proses penyulingan adalah jumlah minyak yang diuapkan bersama -
sama dengan air untuk diambil komponen minyaknya. Faktor yang mempengaruhi
jumlah minyak yang diuapkan ini antara lain besarnya tekanan uap yang digunakan,
berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak, serta kecepatan minyak
yang keluar dari bahan (Satyadiwiria 1979).
Disamping itu semua, proses pengeringan tidak boleh dilakukan terlalu
lama. Semakin lama dilakukan penjemuran atau pengeringan, akan cenderung
menurunkan rendemen minyak. Namun sebaliknya, pelayuan yang semakin lama
justru akan memperlihatkan peningkatan rendemen minyak yang dihasilkan (Hernani
dan Risfaheri 1989).
Syarat Mutu Minyak Jahe Berdasarkan SNI 06-1312-1998
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Berat jenis - 0,8720-0,8890
2. Indeks bias 1,4853-1,4920
3. Putaran optik - (-320)-(-140)
4. Bilangan asam Mg KOH/g Maks. 2
5. Bilangan ester Mg KOH/g Maks. 15
6. Bilangan ester setelah asetilasi Mg KOH/g Maks. 90
7. Minyak lemah - Negatif
8. Sidik jari (kromatografi gas) - Sesuai datar

Sumber : Badan Standarisai Nasional (1998)

Daftar Pustaka :
Anwar, C.,Purwono, B, Pranowo, H.D., & Wahyuningsih, T.D. (1996). Pengantar
Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Badan Standarisasi Nasional.1994. SNI Jahe Kering 01-3393-1994.Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional.1998.SNI Minyak Jahe 06-1312-1998.Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: UI Press
Hermani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan Sebelum Penyulingan
Terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Nilam. Bogor: Balai
Penelitian Tanaman Industri.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Satyadiwiria, Y. 1979. Pembuatan Minyak Atsiri. Medan: Dinas Pertanian.
Soebagio, dkk. 2003. Common Textbook (Edisi Revisi) Kimia Analitik II. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Suprapti, M. Cies. 2003. Aneka Awetan Jahe. Yogyakarta : kaniskus
Suyatno. 1997. Praktikum Kimia Organik II. Surabaya : UNIPRESS
Tim Dosen Kimia Organik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya:
Jurusan Kimia Unesa

Anda mungkin juga menyukai