Anda di halaman 1dari 5

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW

Sumardi dan Indra Mawardi


Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe

ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan dimulai dari desain sampai mesin ekstrusi dapat digunakan. Mesin ekstrusi yang
dibangun adalah tipe single screw. Pada penelitian ini perubahan bentuk produk tersebut akan dianalisis
dengan memvariasikan temperatur proses terhadap temperatur melting dari jenis plastik polypropylene.
Temperatur proses yang digunakan sebagai variabel bebas pada penelitian ini adalah 1650, dan 1800, C,
dan putaran screw konstan 60 rpm. Bentuk produk adalah batangan silinder dengan ukuran die 5 mm.
Dari hasil penelitian ini telah dibangun sebuah mesin ekstrusi single screw. Dengan menggunakan
bentuk dan dimensi ekstruded sebagai indikator keberhasilan maka, temparatuer proses yang sesuai
untuk mesin dengan single screw pada perbandingan L/D = 14 pada kisaran 1800 C.

Kata-kata kunci : Ekdtrusi, Single screw, plastik, polypropylene

1. PENDAHULUAN rujukan menunjukan perbedaan melting point


Polimer atau yang lebih dikenal dengan dari PP, seperti Howe (1999), PP mempunyai
nama plastik secara bertahan telah melting point  4590 K (1860 C), dan Rosato
menggantikan material kayu dan logam dalam (1997) menyatakan bahawa melt temperatur
produk-produk rumah tangga sampai peralatan melting untuk polypropylene berkisar antara 200
angkasa luar. Indonesia yang merupakan salah s.d 3000 C. Selain itu hasil penelitian Noriega
satu negara sedang berkembang menghadapi (2004) menunjukan adanya pengaruh
kendala tersendiri dalam memproduksi plastik. temperatur melting poin polimer yang diekstrud
Akibat dari itu semua, Indonesia masih menggunakan single screw.
tertinggal jauh dalam pemakaian plastik Tujuan penelitian ini adalah;
terutama untuk industri (Suratno, 2003). merancang serta memfabrikasi mesin mesin
Konsumsi plastik yang rendah ini ekstrusi single screw. Disamping itu untuk
disebabkan oleh kurangnya teknologi menguji kebrhasilan mesin dilakukan beberapa
pengolahan plastik yang dimiliki negara ini. variasi temperatur proses.
Disamping itu juga masih kurangnya
pengetahuan dasar dan peralatan produksi
produk plastik yang terdapat pada lembaga- 2. METODOLOGI
lembaga pendidikan. Salah satu pemecahan Desain awal dan perhitungan dimensi
permasalahan tersebut adalah melalui penelitian komponen utama sangat diperlukan pada
yang berbasis riset desain dan fabrikasi. manufaktur sebuah mesin ekstrusi. Sebuah
Perancangan dan fabrikasi mesin ekstrusi mesin ekstrusi pada dasarnya terdiri atas dua
dilakukan merupakan langkah awal untuk komponen utama, yaitu : barrel dan screw.
menambah investasi peralatan uji dan Secara tipikal, diameter dalam barrel
pengetahuan tentang cara-cara memproses berkisar dari 1 s.d 6 in (25 s.d 150 mm), dan
plastik. panjang barrel relatif terhadap diameternya,
Michaeli. W (2004) melalui papernya biasanya rasio perbandingan L/D antara 10 s.d
memaparkan metode baru desain geometri die 30. Perbadingan barrel dan screw tersebut sesuai
untuk ekstrusi. Metode ini menggunakan dengan penyataan Groover (1996), panjang
gabungan finite element analisis (FEA) dan barrel relatif terhadap diameternya, biasanya
flow analisis network (FAN). Hasil risetnya rasio perbandingan L/D antara 10 s.d 30.
dalah algoritma untuk optimasi aliran pada Sedangkan diameter dan panjang screw
saluran dies ekstrusi secara aoutomatis. disesuaikan dengan diameter barrel.
Michaeli. W (2004) juga meneliti gesekan Kelonggaran antara barrel dan screw sangat
polypropelene (PP) di dalam feed section dari kecil yaitu 0,002 in (0,05 mm), pengambilan ini
single screw ekstrusi, yang menghasilkan mengacu pada Rosato (1997). Dalam
additive , filler dan bentuk pellet berpengaruh penggunaannya diameter screw mempengaruhi
terhadap gesekan di dalam extruders. laju aliran plastik dalam barrel. Jenis screw
Disamping itu melihat karakteristik yang akan digunakan disesuaikan dengan
melting point dari PP yang sesuai untuk kapasitas dari motor penggerak. Pemilihan
ekstrusi. Hal ini dilakukan karena beberapa diameter dan panajang screw didasarkan pada

1
rasio perbandingan (L/D) dengan range 6 s.d 48,
akan tetapi kebanyakan proses plastik
mengambil ratio L/D sebesar 24 s.d 36 (Rosato, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1997). Jenis single screw yang digunakan pada 3.1 Manufakturing Prototipe
mesin ekstrusi ini adalah tipe metering screw. Dari hasil desain dan manufaktur telah
Untuk material barrel dibuat dari berhasil dibangun satu unit mesin ekstrusi single
material stainless steel dan screw digunakan screw seperti yang diperlihatkan Gambar 1.
material ASSAB 718 HH, material ini
mempunyai kekerasan 38 HRC, dan untuk die 3 4 1
yang akan digunakan dibuat dari baja karbon
sedang dengan bentuk selindris berukuran
diameter 5 mm. 2

Metode Pengujian
Pada proses ekstrusi bentuk produk 5 6 7
dengan dimensi toleransi yang ketat tidak
mudah didapat, karena terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut
antara lain, yaitu: temperatur yang digunakan, 1 : Screw 5 : Box Control
2 : Barrel 6 : Motor
besarnya tekanan dan kecepatan putaran screw. 3 : Dies 7 : Reducer
Tekanan dan putaran screw adalah tetap 4 : Heater
(merupakan variabel tetap), dimana setiap
perubahan temperatur, putaran dan tekanan
yang digunakan tetap sama (konstan). Putaran Gambar 1. Mesin Ekstrusi Single Screw Hasil
yang digunakan untuk pengujian ini adalah 60 Manufaktur
rpm, putaran ini didapat dari hasil reduksi
putaran mesin oleh gaerbox dan puli. Mesin ekstrusi hasil manufaktur ini
Dikarenakan putaran yang digunakan konstan terdiri dari beberapa komponen utama, dan
pada 60 rpm, maka tekanan yang yang komponen pendukung, yaitu :
terjadipun berkondisi konstan.
Bahan plastik yang digunakan untuk 1. Single Screw
pengujian ferformance adalah polypropylene Salah satu komponen utama dari mesin
(PP). Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrusi adalah screw. Screw berfungsi sebagai
temperatur proses. Temperatur proses yang poros pendorong, pemotong, dan pengaduk
digunakan sebagai variabel bebas adalah 1650 plastik panas yang terdapat di dalam barrel.
dan 1800 C. Pemilihan temperatur proses ini Bentuk single screw yang dibuat adalah tipe
didasari oleh beberapa teori yang menyatakan metering screw (Gambar 2), dengan perbedaan
tempartur melting dari polimer PP berada kedalaman spiral untuk setiap daerah yaitu feed
kisaran 1700 s.d 2000 C. section, compression section, dan metering
Setiap variasi temperatur proses section. Dalam penggunaannya diameter screw
diambil sampel produk yang akan dianalisis, mempengaruhi laju aliran plastik dalam barrel.
baik dari dimensi maupun kerusakan permukaan Untuk mesin ekstrusi ini, screw dibuat
yang terjadi. Untuk pemeriksaan dimensi akan dari material ASSAB 718 HH dengan dimensi
diukur dimensi produk berdasarkan temperatur panjang 465 mm dan berdiameter 33 mm.
proses yang digunakan. Demikian juga halnya Pemilihan dimensi screw atas dasar rasio L/D.
dengan kerusakan produk, yang mana indikator Dari dimensi yang telah dipilih rasio L/D adalah
penilainya hanya dilihat dengan kasa mata dan 14, dan rasio ini termasuk dalam kisaran angka
mikroskop digital. yang dianjurkan secara toeri, yaitu 10 s.d 30.
Indikator keberhasilan dari penelitian
ini adalah :
1. Mesin ekstrusi dapat dioperasikan dengan
baik.
2. Bentuk ekstruded mendekati atau sama
dengan bentuk dies (bentuk dies adalah
silinder)
3. Ukuran atau dimensi ekstruded mendekati Gambar 2 Single Screw
atau sama dengan ukuran dies (dies
berukuran diamater 5 mm) 2. Barrel
4. Tidak ditemukan cacat pada permukaan Barrel adalah komponen pasangan
ekstruded. screw yang berbentuk selongsong yang
merupakan ruang pemanas dimana screw berada

2
di dalamnya. Barrel berfungsi sebagai tempat
proses plastisisasi, tempat dimana
berlangsungnya proses pengumpanan,
pemanasan, dan pengadukan. Oleh karenanya
barrel dirancang sedemikian rupa, sehingga
dapat dijadikan tempat pemasangan elemen
pemanas dan die produk.
Barrel yang merupakan komponen
utama, dibuat dari material stainless steel Gambar 5 Elemen Pemanas
dengan dimensin panjang 465 mm dan
berdiameter 33 mm. Panjang dan diameter 5. Box Kontrol Temperatur
barrel disesuaikan dengan panjang dan diameter Box kontrol temperatur adalah sebuah
screw, diamna selisih atau kelonggaran antara kotak yang berfungsi sebagai tempat
barrel dan screw adalah 0,05 mm. diletakkannya komponen-komponen pengatur
temperatur untuk panas plastik, thermokopel,
dan swicth on-off dari motor penggerak. Pada
box ini terdapat beberapa tombol seperti;
tombol on-off, maju-mundur motor penggerak,
dan swicth pengatur temperatur proses.

6. Motor Penggerak
Gambar 3 Barrel Unit penggerak (driver unit) untuk
mesin ekstrusi ini merupakan sebuah motor
listrik 1-phasa dengan putaran 1420 rpm, daya 1
3. Cetakan (die) HP, dan tegangan sebesar 220 Volt. Motor
Gambar 4 diperlihatkan bentuk dari dihubungkan ke gearbox reduksi melalui
cetakan (die). Cetakan ini terbuat dari material melalui sebuah puli dan sabuk untuk mereduksi
baja karbon tinggi dan produk yang dihasilkan putaran.
berbentuk selindris. Centakan dibuat berbentuk
pleng yang dapat pasangkan pada pleng tetap 7. Gearbox Reduksi
yang terdapat di ujung barrel. Gearbox reduksi berfungsi sebagai
pereduksi putaran. Gearbox reduksi ini
mempunyai perbandingan reduksi dengan rasio
1 : 30, dan komponen ini dihubungkan dengan
motor melalui sebuah puli dan sabuk.

3.2 Hasil Uji Coba


Proses ekstrusi dilakukan pada kondisi
bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk
Gambar 4. Bentuk Cetakan mencairkan plastik. Akibat adanya faktor
temperatur dalam proses produksi, maka akan
4. Elemen Pemanas terjadi pula perubahan bentuk produk setelah
Elemen pemanas (heater element) dingin. Dari hasil penelitian dengan
adalah komponen yang menghasilkan panas memvariasikan temperatur proses terhadap
untuk pemprosesan plastik pada mesin ekstrusi temparatur melting, pada putaran konstan
ini. Elemen ini terdiri dari tiga buah dan dihasilkan beberapa karakteristik bentuk produk
dipasang pada barrel. Elemen ini diletakan pada yang berbeda.
bagian pengumpan (feed section), penekan
(compression section) dan bagian pengaduk Temperatur proses 1650 C
(metering section). Untuk pengaturan Bentuk dan penampang produk yang
temperatur proses plastinisasi, elemen pemanas dihasilkan pada temperatur proses 1650 C telah
ini dihubungkan ke box kontrol temperatur mulai berbentuk batangan bulat meskipun
(thermokopel). Bentuk dari ketiga elemen kontur yang terbentuk belum sesuai dengan
pemanas diperlihatkan pada Gambar.5. bentuk die. Dari dimensi, jika diukur diameter
rata-rata produk yang dihasilkan terhadap
diameter die, terjadi selisih, ukuran produk lebih
besar 100% dari ukuran diameter die. Gambar 6
yang merupakan perbesaran 6X dari penampang
produk, pada gambar penampang produk ini

3
terlihat di bagian inti produk terdapat daerah sistem pendingin dan dies. Akan tetapi mesin ini
berwarna putih, daerah ini adalah butiran plastik akan mempunyai keunggulan dari sisi
yang belum menjadi viscos secara sempurna. kompertebel, sederhana dan murah, jika
Pada temperatur proses ini dapat dikatakan digunakan untuk memproduksi produk-produk
proses plastisasi (pencairan plastik) belum dengan dimensi kecil dan sederhana.
terjadi secara sempurna. Keunggulan tersebut akan tercapai jika
dilengkapi tiga komponen yangbelum lengkap
tersebut yaitu; sistem pendingin, dies yang baik
dan penepat ukuran produk.
Proses ekstrusi dilakukan pada kondisi
bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk
Diameter die Plastik yang mencairkan plastik. Akibat adanya faktor
belum mencair temperatur dalam proses produksi, maka akan
sempurna
terjadi pula perubahan bentuk produk setelah
dingin. Hasil pengujian terhadap analisis variasi
temperatur 1650 dan 180 0C terhadap perubahan
bentuk menunjukan karakteristik yang berbeda
dari setiap temperatur tersebut. Pada temperatur
Gambar 6. Penampang Produk pada Temperatur proses yang lebih rendah butiran plastik belum
Proses 1650 C menjadi viscos secara sempurna (proses
plastisasi belum terjadi secara sempurna), ini
terlihat di bagian inti produk terdapat daerah
Temperatur proses 1800 C berwarna putih. Pada temperatur proses yang
Pada temperatur 1800 C, produk telah tinggi, butiran plastik telah menjadi viscos
mulai berbentuk batangan bulat dengan kontur secara sempurna, akan tetapi dikarenakan
yang sesuai dengan bentuk die, akan tetapi temperatur proses yang cukup tinggi
diameter rata-rata produk yang dihasilkan menyebabkan plastik terlalu cair dan produk
terhadap diameter die masih terjadi selisih terekstrut tidak berbentuk bulat tetapi berbentuk
cukup besar yaitu 100% dari ukuran diameter elip.
die. Pada gambar 8, penampang produk Dengan menggunakan bentuk dan
merupakan perbesaran 6 kali, terlihat daerah dimensi ekstruded sebagai indikator
butiran plastik yang belum menjadi viscos keberhasilan maka, temparatur proses yang
secara sempurna (warna putih) di daerah inti sesuai untuk mesin ini pada 180 0C.
produk mulai berkurang dan terkosentrasi pada Penyimpangan ukuran ekstruded terjadi hingga
inti. 100% dari ukuran die, hal ini dikarenakan
buruknya sistem pendingin dan tidak adanya
komponen sistem penepat ukuran (sezing).
Diameter die Plastik yang
belum mencair
sempurna
4. KESIMPULAN
Hasil rancangan dan pengujian yang
dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain :
Gambar 8. Penampang Produk pada Temperatur 1. Telah terbangun dan tersedianya sebuah
Proses 1800 C mesin ekstrusi tipe single screw untuk
kebutuhan pengujian dan praktikum
mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin PNL.
Pembahasan 2. Spesifikasi mesin ekstrusi tipe single screw
Sebuah mesin ekstrusi pada dasarnya yang dibangun adalah
terdiri atas dua komponen utama, yaitu: barrel a. Dimensi rangka 120 x 50 x 90 mm
dan screw. Secara keseluruhan, dari test b. Perbandingan L/D barrel – screw
performance terhadap mesin ekstrusi single adalah 14
screw dengan perbandingan L/D = 14, mesin c. Motor penggerak 1,4 HP
telah dapat menghasilkan produk (ekstruded) d. Pemanas menggunakan 3 heater  47
dengan baik. x 100, CPM 475 W, 220V
Jika dibandingkan dengan mesin hasil e. Kapasitas Laju = 11461,26 mm3/menit
pabrikan, mesin ini masih terdapat kekurangan 3. Temperatur proses ekstrusi yang sesuai
dari sistem pendingin, bentuk dies dan sezing untuk memproduksi batangan silinder
(penepat ukuran). Ini terlihat dari hasil dengan single screw pada perbandingan
ekstruded, yang banyak berpengaruh terhadap

4
L/D = 14 dan kecepatan putaran screw 60 Michaeli,W., Kaul,S. Approach of an Automati
rpm adalah 1800 C. Extrusion Die Optimization, Journal of
4. Pada temperatur proses yang lebih rendah Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No.
(1650C) butiran plastik belum menjadi 5, 2004
viscos secara sempurna (proses plastisasi Michaeli,W., Imhoff, A. Friction in the Feed
belum terjadi secara sempurna). Section of Single Screw Extruders
5. Dimensi produk batangan silinder yang Dependent on Pellet Shape, Fillers and
dihasilkan dengan ekstrusi single screw, Additives, Journal of Applied Polymer
perbandingan L/D = 14 dan kecepatan Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004
putaran screw 60 rpm, mempunyai Noriega, P,M., Osswald and Ferrier, N. In Line
penyimpangan hingga 100% dari ukuran Measurement of the Polymer Melting
die. Behavior in Single Screw Extruders,
Journal of Applied Polymer Engineering,
Vol. 24, No. 6, 2004
5. DAFTAR PUSTAKA
Rosato, D. 1997. Plastics Processing Data
Handbook, Ed.2, Chapman & Hall,
Howe, David. 1999. Polimer Data Handbook.
London.
Oxford University Press, Inc New York
Suratno, B.,. 2003. Polimer and Composite
Groover. Mikel P. 1996. Fundamentals of
Material, Seminar Dosen Tamu di Magister
Modern Manufacturing Materials,
T. Mesin USU, Sentra Teknologi Polimer,
Processes and Systems, John Wiley & Sons
Serpong
Inc. New York

Anda mungkin juga menyukai