Tim Penulis:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
1
PERCOBAAN I
KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
A. Tujuan
Berdasarkan metode pH-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat
memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang
tergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation logam.
C. Cara Kerja
Preparasi ion logam dengan konsentrasi 0,04 M dengan menimbang:
a. 1,502 g aluminium(III) nitrat nanohidrat dalam labu ukur ke-1 berukuran 100 ml
b. 0,966 g kobal(II) nitrat heksahidrat dalam labu ukur ke-2 berukuran 100 ml
c. 1,164 g tembaga(II) nitrat trihidrat dalam labu ukur ke-3 berukuran 100 ml
Tambahkan akuades ke dalam masing-masing labu ukur tersebut hingga tanda, dan
goyang-goyang hingga larut sempurna. Tuangkan 50 ml masing-masing larutan
tersebut ke dalam masing-masing gelas beker, dan selanjutnya ukur pH masing-
masing larutan tersebut dengan pH-meter.
Maka:
2
pKa = - log Ka dan pH = - log [H+],
maka: pKa = 2 pH + log Casam
E. Diskusi
Keasaman kation dalam larutan air dipahami sebagai hasil polarisasi ikatan
O-H dari molekul H2O yang terikat. Polarisasi ikatan bertambah maka kation bersifat
semakin asam
F. Pertanyaan
1. Bagaimanakah hubungan pKa dengan kekuatan asam, jelaskan ?
2. Bagaimanakah hubungan kekuatan asam logam terhiderat terhadap jari-jari ion
logam, jelaskan ?
3
PERCOBAAN II
TERMOKROMIS
A. Tujuan
Senyawa kompleks memiliki warna yang berbeda-beda dalam berbagai larutan
dan dalam temperatur yang berbeda. Peristiwa ini dipahami sebagai suatu efek
termokromis.
C. Cara Kerja
Dalam erlenmeyer 100 ml, dimasukkan 10 ml akuades, 40 ml aseton dan 1,19 g
kobal(II) klorida heksahidrat (5 mmol). Larutan yang dihasilkan dibagi rata ke dalam
3 tabung reaksi. Tabung ke-1 dibiarkan pada temperatur kamar, tabung reaksi ke-2
dimasukkan dalam air es, dan tabung ke-3 dimasukkan pada penangas air yang
suhunya sekitar 70°C.
Ukur spektra absorpsi ketiga larutan tersebut dimulai dari tabung ke-1, ke-2
dan ke-3 pada panjang gelombang antara 400 sampai 800 nm. Pengukuran dilakukan
secara cepat untuk menjaga ketiga larutan berbeda temperatur: rendah, kamar dan
tinggi. catat warna ketiga larutan tersebut berdasarkan pengamatan dengan mata
telanjang.
D. Diskusi
Dalam larutan yang dipelajari, ion kobal(II) merupakan senyawa kompleks
dalam lingkungan oktahedrik [Co(H2O)]6+ atau tetrahedrik [CoCl4]2-. Dalam larutan
terjadi kesetimbangan:
4
[Co(H2O)6]2+ + 4 Cl- ↔ [CoCl4]2- + 6 H2O
E. Pertanyaan
1. Pada temperatur rendah, bentuk yang manakah dari senyawa kompleks di atas
yang dominan ? Demikian juga pada temperature kamar dan tinggi ?
2. Jelaskan fenomena pertanyaan No. 1 tersebut berdasarkan kekuatan ligan H2O
dan Cl-.
5
PERCOBAAN III
A. Tujuan
Suatu indikator berwarna memungkinkan menentukan dosis asam-basa
C. Cara Kerja
Tentukan secara kuantitatif melalui titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dari
suatu larutan 20 ml asam fosfat dengan konsentrasi sekitar 0,05 M. Sebelum proses
titrasi, dalam larutan asam fosfat ditambahkan beberapa tetes larutan bromokresol
dan fenolftalin.
E. Diskusi
Dalam eksperimen, mula-mula perubahan warna dari kuning ke biru,
sedangkan perubahan warna kedua dari biru ke violet.
Eksperimen ini mengilustrasikan pemilihan indikator berwarna dalam
penentuan dosis suatu asam-basa. pH kesetimbangan pertama asam fosfat sekitar 4,5
yang terdapat dalam daerah perubahan warna bromokresol: 3,8-6,4, sedangkan untuk
fenolftalin memiliki daerah perubahan warna: 8,2-10,0 dan pH kesetimbangan kedua
asam fosfat sekitar 9,5. Daerah perubahan warna indikator bromokresol dari kuning
menjadi biru ketika terjadi peningkatan pH dan fenolftalin tidak berwarna pada pH
6
rendah menjadi merah-violet dalam larutan alkalin. Campuran kedua indikator
memungkinkan mendapatkan tiga daerah pH (pH < 3,8; 6,4 < pH < 8,2 dan pH >
10) melalui tiga warna yang jelas dalam larutan (kuning, biru dan violet).
F. Pertanyaan
1. Berapakah konsentrasi asam fosfat yang ditentukan dengan metode di atas untuk
masing-masing indicator ?
2. Indikator manakah yang lebih tepat dalam penentuan dosis asam fosfat ?
7
PERCOBAAN IV
DEGRADASI SENYAWA ORGANIK BERWARNA DENGAN
SEMIKONDUKTOR TITANIUM DIOKSIDA
(FOTOKATALIS)
A. Tujuan
Penguraian senyawa organik berwarna oleh TiO 2 dengan bantuan sinar
matahari atau UV (Fotokatalis)
C. Cara Kerja
Dalam gelas beker 50 ml yang berisi salah satu larutan berwarna: metal oranye,
bromokresol, atau fenolftalin sebanyak 25 ml. Larutan berwarna tersebut ditentukan
panjang gelombang yang absorbansinya maksimum dengan spektrofotometer sinar
tampak (400 sampai 800 nm). Dalam larutan berwarna yang terdapat dalam gelas
beker di atas ditambahkan 5 g TiO2-anatas, kemudian campuran tersebut disinari
dengan lampu UV pada waktu bervariasi: 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 15 menit. Setiap
setelah penyinaran, absorbansi larutan berwarna diukur pada panjang gelombang
yang absorbansinya maksimum.
8
E. Diskusi
Semikonduktor TiO2 dapat mendegradasi senyawa organik dengan bantuan
sinar UV atau matahari. Pemicu proses tersebut adalah foton dari sinar uv atau sinar
matahari yang mengakibatkan terjadinya loncatan elektron pada TiO2 dari pita
valensi ke pita konduksi dan terjadi kekosongan (h+) pada pita konduksi. Elektron
dengan bantuan O2 akan memicu reaksi reduksi, sedangkan h+ terlibat reaksi oksidasi
dengan bantuan H2O atau H2O2 untuk menghasilkan radikal OH° yang menentukan
aktifitas reaksi oksidasi pada senyawa organik. Skema mekanisme eksitasi elektron
pada semikonduktor dapat dilihat pada gambar berikut:
A B
C
E
Gambar. Proses utama yang terjadi dalam suatu partikel semikonduktor: (a).
pembangkitan elektron-kekosongan, (b). oksidasi Donor (D), (c). reduksi Aseptor
(A), (d). rekombinasi permukaan dan (e). rekombinasi volume
9
dengan >TiOH, menggambarkan permukaan TiO2 terhidrat; ecb- merupakan
elektron pada pita konduksi, sedangkan etr- merupakan elektron terjebak pada pita
konduksi; hvb+ adalah kekosongan dalam pita valesnsi; red merupakan donor
elektron (reduktor); ox merupakan penerima elektron (oksidan); {>TiivOH}+ adalah
kekosongan pada pita valensi terjebak pada permukaan (radikal hidroksida hadir
pada permukaan), sedangkan {>TiiiiOH} merupakan elektron pada pita konduksi
terjebak pada permukaan.
F. Pertanyaan
1. Mengapa semikonduktor lain, misalnya: ZnS (Eg=2,5 eV) tidak banyak
digunakan sebagai fotokatalis, pada memiliki energy gap (Eg) lebih kecil
dibandingkan TiO2 (Eg = 3,2 eV) ?
10
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET
A. Tujuan
Menentukan kadar protein dalam larutan sampel dengan metode Biuret.
B. Dasar Teori
Larutan sampel yang mengandung kadar protein dapat ditentukan dengan
menggunakan metode Biuret. Penentuan kadar protein dengan metode ini didasarkan
pada warna larutan berwarna ungu yang timbul dari hasil reaksi Biuret serta reaksi
reduksi fosfomolibdat-fosfowolframat oleh asam amino tirosin yang terdapat dalam
protein sampel.
Bahan-Bahan
1. Reagen Biuret
Larutan 1,5 g CuSO4.5H2O dan 6 g natrium kalium tartrat (NaKC4O6.4H2O) ke
dalam 500 ml aquades di dalam labu takar 1 L. Larutan ditambah dengan 300
mL NaOH 10% sambil dikocok. Air ditambahkan hingga tanda batas. Larutan
biru dapat disimpan di dalam almari dengan suhu 4 oC. Pembuatan larutan yang
tidak hati-hati dapat menimbulkan endapan yang berwarna hitam atau merah.
Reagen yang telah mengandung endapan tidak boleh digunakan lagi.
2. Larutan Standar Protein
Larutan standar protein dihasilkan dari melarutkan serum albumin murni atau
yang sering dikenal sebagai BSA (bovine serum albumin) atau kasein dalam air
11
dengan kadar 10 mg/mL. Proses pembuatan larutan standar ini agar protein
mudah larut dapat ditambah dengan beberapa tetes larutan NaOH 3%.
D. Prosedur Kerja
Sebanyak 1 mL larutan protein yang mengandung 1-10 mg/mL protein dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sebanyak 4 mL reagen Biuret ditambahkan
sambil dikocok, kemudian didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Serapan
larutan berwarna dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm.
Larutan blangko pada percobaan ini digunakan campuran 1 mL aquades dan 4 mL
reagen Biuret yang mendapat perlakuan sama yaitu didiamkan selama 30 menit pada
suhu kamar. Kurva larutan standar dibuat kemudian menentukan konsentrasi protein
di dalam larutan sampel. Data yang diperoleh berupa :
1. WAKTU KESTABILAN
Konsentrasi (mg/mL) Waktu (menit) A
X 0
5
10
15
20
25
30
35
12
0,4
0,6
0,8
1
Sampel ?
E. Pertanyaan
1. Bolehkan kita mengukur larutan berwarna dengan perolehan absorbansi sebesar
1,5? Apa yang harus kita lakukan bila kita memperoleh data yang demikian itu?
2. Jelaskan mengapa larutan dalam percobaan ini berwarna?
13
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE LOWRY
A. Tujuan
Menentukan kadar protein dalam larutan sampel dengan metode Lowry.
B. Dasar Teori
Sebuah larutan sampel yang mengandung kadar protein antara 5 - 100 µg dapat
ditentukan dengan menggunakan metode Lowry. Penentuan kadar protein dengan
metode ini didasarkan pada warna larutan yang timbul dari hasil reaksi Biuret serta
reaksi reduksi fosfomolibdat-fosfowolframat oleh asam amino tirosin yang terdapat
dalam protein sampel.
Bahan-bahan :
Larutan protein standar: larutan serum albumin dengan variasi konsentrasi dari 70-
700 µg per ml. Reagen A: Na2CO3 2% dalam NaOH 0,l M
Reagen B: CuS04.5H2O 0,5 % dalam Natrium atau Kalium tartrat l %
Reagen C: Campuran antara 50 ml reagen A dengan 1 ml reagen B. Reagen ini
harus dalam keadaan segar ketika akan digunakan.
Reagen E: Reagen Folin-Ciocalteau diencerkan 2 kali hingga diperoleh konsentrasi
akhir I N.
Larutan sampel
14
D. Cara Kerja :
1. Dipipet sebanyak 1 ml larutan protein yang mengandung protein antara 5 - 100
µg..
2. Ditambahkan sebanyak 5 ml reagen C.
3. Campuran dikocok dengan menggunakan vortex mixer dan dibiarkan pada
suhu kamar selama 10 - 15 menit.
4. Ditambahkan dengan reagen E, kemudian dikocok segera.
5. Larutan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar.
6. Larutan berwarna diukur absorbansinya pada panjang gelombang 750 nm
untuk larutan dengan kadar protein 5 - 25 µg per ml atau pada panjang
gelombang 500 nm untuk larutan dengan kadar protein lebih dari 25 µg per ml.
7. Larutan blanko dapat digunakan 1,0 ml aquades. Untuk menentukan kadar
protein dalam sampel, perlu dilakukan dengan pertolongan kurva dari larutan
protein standar.
E. Larutan
1. Apakah fungsi dari reagen C dan E ?
2. Mengapa anda memerlukan kurva standar utuk menentukan kadar protein dalam
sampel ?
3. Mengapa serum albumin digunakan sebagai larutan standar ?
15
PERCOBAAN VII
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
A. Tujuan
Menentukan tingkat kemurnian dan nilai Rf senyawa organik hasil sintesis atau
isolasi.
B. Dasar Teori
Metode kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama
Egon Stahl dengan cara meletakkan penyerap pada sebuah lempeng gelas.
Keuntungan dari metode ini antara lain 1) Diperlukan sampel dengan jumlah relatif
sedikit, 2) peralatan yang digunakan relatif murah dan sederhana, 3) waktu analisis
relatif singkat, dan 4) memiliki daya pisah yang relatif bagus. Derajad retensi pada
metode KLT ini dinyatakan oleh besarnya nilai Rf (retention factor) yang
merupakan perbandingan antara jarak tempuh zat terlarut terhadap jarak tempuh
pelarutnya.
Bahan-bahan :
Diklorometana
Metana
Sampel
D. Cara Keria :
1. Pipa kapiler dipegang kedua ujungnya, kemudian dibakar di atas api lampu
spiritus sambil ditarik. Setelah pipa putus maka dipotong kedua ujung
16
runcingnya untuk membuat lubang. Kedua lubang kapiler ini berfungsi untuk
mengambil sampel.
2. Disiapkan plat KLT sebesar 1 x 7 cm. Sejauh 1 cm dari bawah dan 0,5 cm dari
bagian atas digaris dengan pensil Sampel kalkon dilarutkan dalam 1 ml
methanol. Pelarutan dilakukan dengan pemanasan dalam waterbath hingga
semua kalkon terlarut (pada tahap pengerjaan ini tedak boleh ada api yang
menyala di dekatknya).
3. Disiapkan fasa gerak yang berupa 5 ml larutan diklorometana : metanol = 99 :
1larutan itu dimasukkan ke dalam chamber. Tahap penjenuhan dilakukan
dengan cara memasukkan ujung kertas saring ke dalam fasa gerak, kemudian
chamber ditutup selama sekitar 1-2 menit.
4. Plat KLT dimasukkan dalam chamber (garis bawah tidak boleh terendam fasa
gerak). Migrasi dibiarkan hingga fasa gerak mencapai garis batas bagian atas
plat KLT. Plat KLT dikeluarkan dari chamber dan dibiarkan hingga pelarut
kering. Noda sampel diamati dengan cermat bila perlu dilakukan dengan
bantuan lampu UV. Noda yang dihasilkan ditandai dengan pensil dan dihitung
nilai Rfnya.
E. Latihan
1. Apakah kelebihan metode KLT ini dibandingkan dengan metode lainnya ?
2. Apa makna dari nilai Rf itu ?
3. Apa fungsi penjenuhan dalam praktikum yang anda lakukan ?
17
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM MINUMAN
B. Tujuan
Menentukan kadar glukosa di dalam minuman atau materi yang berbentuk cair.
B. Dasar Teori
Larutan sampel yang mengandung glukosa dapat ditentukan dengan menggunakan
metode reaksi warna. Penentuan kadar glukosa dengan metode ini didasarkan pada
warna larutan yang timbul dari hasil reaksi reduksi reduksi ion kupri oleh glukosa
dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang menghasilkan larutan berwarna biru
(molibdenum blue). Intensitas larutan berwarna ini berbanding lurus dengan
konsentrasi glukosa. Absorbansi larutan berwarna diukur pada panjang gelombang
660 nm dengan photoelectronic colorimeter. Berdasarkan kurva standar glukosa
dapat ditentukan kadar glukosa dalam larutan sampel.
Bahan-bahan :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3N
2. Larutan ZnSO4.7H2O 5%
3. Larutan standar glukosa 1 mg/mL
4. Reagen warna arsenomolibdat: 500 g kristal arsenomolibdat dilarutkan di dalam
500 mL aquades, kemudian ditambah dengan 4,2 mL H2SO4 pekat sambil
diaduk, dan didinginkan.
5. Kristal NaHSO4.7H2O sebanyak 0,6 g dilarutkan dalam 5 mL aquades. Larutan
ini dicampur dengan larutan di atas dan diaduk. Larutan bening ini disimpan di
18
dalam botol coklat dan diinkubasi selama 24-28 jam pada suhu 37oC. Setelah itu
disimpan di dalam suhu 4oC.
6. Larutan Nelson A: 1,5 g Rochele, 3 g Na 2CO3 anhidrus, 0,2 g NaHCO3 dan 18 g
Na2SO4 anhidrus dilarutkan dalam air sambil diaduk dan diencerkan hingga
volume 100 mL.
7. Laruran Nelson B: 2 g CuSO4.5H2O dilarutkan di dalam aquades, kemudian
ditambah dengan 18 g Na2SO4 anhidrus dan diaduk hingga larut semua.
Selanjutnya diteteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat, dan diencerkan hingga 100 mL.
8. Larutan Cu Alkalis: dicampur 4 volume larutan Nelson A dengan 1 volume
larutan Nelson B, dan diaduk biar campur sempurna. Larutan ini harus dibuat
ketika akan memakai.
D. Cara Kerja :
1. Dipipet sebanyak 1 mL larutan yang mengandung glukosa dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
2. Ditambah dengan 1 mL larutan reagensia alkalis.
3. Dimasukkan di dalam air mendidih dan tepat 20 menit diangkat dan dimasukkan
di dalam air dingin.
4. Ditambah 1 mL reagen warna arsenomolibdat, kemudian diaduk dengan hati-
hati.
5. Ditambah dengan 7 mL H2O dan diaduk dengan baik.
6. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
660 nm.
7. Pengukuran larutan standar, blanko dan sampel dilakukan secara serentak.
Standar yang digunakan adalah larutan glukosa dengan konsentrasi 0,02 mg/mL,
0,04 mg/mL, 0,06 mg/mL, 0,08 mg/mL, dan 0,1 mg/mL.
19
3. Jelaskan kenapa larutan arsenomolibdat dapat membentuk warna dengan
glukosa?
20