Anda di halaman 1dari 33

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Umum
Sebuah proyek yang telah direncanakan akan dapat direalisasikan melalui
pelaksanaan proyek. Pelaksanaan suatu proyek terdiri dari seluruh kegiatan fisik di
lokasi pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan
arsitektur/finishing sampai bangunan tersebut siap untuk beroperasi.

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan proyek, pengawasan yang ketat sangat


dibutuhkan. Hal ini untuk memastikan kesesuaian antara perencanaan dengan
realisasi proyek di lapangan. Selain itu, pengawasan juga dibutuhkan apabila
sewaktu – waktu terjadi perubahan rencana saat proses konstruksi berlangsung di
lapangan. Pelaksanaan proyek menentukan hasil akhir proyek tersebut, apakah
dapat dikatakan baik atau sebaliknya. Selain itu, perencanaan yang baik juga
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu proyek, karena dengan
perencanaan yang baik, gambar-gambar kerja yang jelas akan memudahkan
pelaksanaan di lapangan.

Keberhasilan suatu proyek dinilai dari beberapa hal, yaitu: biaya, mutu dan
waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah sesuai dengan mutu
yang ditentukan, sesuai dengan biaya yang telah direncanakan dan selesai tepat
pada waktunya. Hal ini sangat ditentukan oleh pengawasan yang benar, bahan yang
tersedia, tenaga kerja, metode pelaksanaan, alat-alat yang digunakan serta
pengalaman yang dimiliki.

3.2 Waktu Pelaksanaan Proyek


Pelaksanaan pekerjaan struktur proyek pembangunan Australia Independent
School (AIS) Bali berdasarkan time schedule adalah 698 hari, dimulai pada tanggal
24 Maret 2016 sampai 28 November 2017.

3.3 Persiapan Pelaksanaan


Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, pendataan atau persiapan perlu
dilakukan sebagai langkah pengecekan hal-hal yang perlu untuk pelaksanaan
proyek yang sudah ditetapkan di rencana kerja sehingga tidak mengalami banyak
hambatan. Pendataan merupakan penunjang didalam pelaksanaan proyek, sebab
tanpa pendataan yang jelas akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan proyek. Adapun beberapa hal yang perlu didata dan dipersiapkan
antara lain:

1. Persiapan material serta penyimpanannya


2. Pendataan dan persiapan tenaga kerja
3. Pendataan dan persiapan peralatan
4. Persiapan direksi keet
5. Pengukuran dan pasang bouwplank
6. Persiapan air
7. Listrik
8. Keselamatan kerja
a. Persiapan K3 (helm pengaman dan sepatu proyek, P3K, pemadam
kebakaran)
b. Persiapan BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan)
c. Persiapan pagar keliling dan jalan akses menuju proyek

3.3.1 Persiapan Material Serta Penyimpanannya

Material yang digunakan pada proyek ini telah ditentukan dalam Material
Spesification, baik perbandingan maupun jenisnya dan tidak boleh diganti tanpa
persetujuan owner. Apabila terpaksa harus diganti, maka material pengganti
tersebut harus mempunyai mutu yang setara dengan mutu material yang diganti.
Dalam pengadaan material proyek, hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pendataan jenis material


Material yang digunakan dalam pelaksanaan telah ditetapkan dalam gambar
kerja dan material specification sehingga kontraktor tidak dapat
menggantinya dengan material lain tanpa persetujuan konsultan pengawas.
Pengadaan material harus direncanakan dengan baik berdasarkan rencana
waktu pelaksanaan untuk masing – masing pekerjaan yang memerlukan
material tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
2. Pendataan jumlah material
Jumlah material yang diperlukan pada proyek pembangunan AIS Bali
tergantung dari volume masing – masing pekerjaan yang sudah tertera
dalam RAB. Pada proyek ini sebagian besar bangunan terbuat dari beton
bertulang, maka bahan yang paling banyak dibutuhkan adalah besi tulangan
dan beton ready mix.
3. Waktu pengadaan material
Sebelum melaksanakan kegiatan lapangan, bahan – bahan atau material
yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut harus tersedia dan mencukupi.
Untuk itu perlu diadakan penjadwalan kebutuhan material yang berupa
rencana pengadaan material sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan,
sesuai dengan time schedule.
4. Penempatan material
Penempatan material di lokasi proyek harus diperlukan agar tidak
mengurangi mutu bahan dan tidak menyebabkan kehilangan pada material
akibat pecurian ataupun cuaca.

3.3.2 Persiapan Tenaga Kerja

Pada proyek AIS Bali pengalokasian pekerja dilakukan oleh kepala tukang
atas persetujuan site manager. Pendataan dan persiapan tenaga kerja berhubungan
dengan hal – hal sebagai berikut.

1. Status Tenaga Kerja


Pada proyek AIS Bali ini melibatkan tenaga kerja yang berasal dari
Jawa dan Bali. Pengadaan tenaga kerja dilakukan oleh pihak PT. Kristef
Mega Sejahtera. Status tenaga kerja dapat dibedakan atas :
a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja dari kontraktor yang
langsung menangani pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan
pekerjaan yang dibayar secara tetap oleh kontraktor, seperti :Project
Manager, Site Manager, Site Operation, Site Engineer, Logistik,
Supervisor, Drafter, Chief engineering, Quantity Surveryor, GA,
Surveyor dan safety. Dalam hal ini tenaga kerja tetap merupakan
karyawan tetap dari PT. Kristef Mega Sejahtera.
b. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang diupah secara
harian, upah yang diterima pekerja dihitung berdasarkan opname
pekerjaan oleh mandor. Dalam proyek ini pekerja di beri upah per 2
minggu berdasarkan alur dari administrasi.
2. Jumlah Tenaga Kerja
Pada proyek AIS Bali jumlah pekerja yang bekerja setiap hari tetap
sama, tapi dapat berubah sewaktu - waktu. Jumlah pekerja pada proyek AIS
Bali adalah 140 orang.
3. Sistem Pembayaran Upah Kerja
Pada proyek AIS Bali sistem pembayaran upah tenaga kerja yang
bekerja pada proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Upah tenaga tetap dibayarkan setiap 1 bulan sekali oleh pihak PT.
Kristef Mega Sejahtera.
b. Upah tenaga kerja harian dibayarkan oleh masing-masing mandor
yang membawahi beberapa orang pekerja sesuai dengan opname
pekerjaan. Upah diberikan per- 2 minggu sekali
4. Jam Kerja
Pengaturan jam kerja dimaksudkan untuk menentukan saat mulai
kerja, istirahat, dan saat berhenti. Pengaturan jam kerja proyek AIS Bali
adalah sebagai berikut:
a. Jam kerja pagi : 08.00 – 12.00 Wita
b. Jam istirahat : 12.00 – 13.00 Wita
c. Jam kerja siang : 13.00 – 17.00 Wita
d. Jam lembur : 17.00 – selesai (tergantung jumlah pekerjaan)
Lembur diadakan bila dipandang perlu, terutama untuk pekerjaan yang tidak
dapat ditangguhkan penyelesaiannya untuk mengejar keterlambatan
pekerjaan.

3.3.3 Pekerjaan Persiapan


Pendataan dan persiapan peralatan sangat penting dilakukan, karena cepat
lambatnya suatu pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan. Adapun
peralatan yang digunakan dalam proyek ini adalah:
1. Excavator
Excavator adalah alat berat yang berfungsi untuk menggali tanah yang
letaknya di bawah kedudukan excavator itu sendiri. Selain itu excavator
dapat mengerjakan penggalian tanah tanpa bantuan alat lain dan juga
berfungsi sebagai pengangkat material ke dalam truk atau alat angkut
lainnya. Pada proyek ini, excavator yang digunakan adalah tipe backhoe.

Gambar 3.1 Excavator dalam Pengerjaan Penggalian

2. Dump Truck
Dump truck adalah alat khusus yang digunakan sebagai alat angkut. Karena
kemampuan dan kapasitasnya yang cukup besar, sehingga biaya
pengoperasiannya relatif murah. Dump truck biasa digunakan untuk
mengangkut material – material ke proyek dan mengangkut tanah dari
pekerjaan penggalian tanah di proyek.
Gambar 3.2 Drump Truck

3. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau disebut juga Tilting Drum adalah mesin yang
digunakan untuk mencampur material–material penyusun beton dalam
skala kecil. Alat ini merupakan milik sendiri dari pelaksana proyek yaitu
CV. Horeb Karunia Persada.

Gambar 3.3 Alat Pencampur Beton

4. Concrete Mixer Truck


Concrete Mixer Truck adalah alat yang digunakan untuk mencampur
material - material penyusun beton dalam skala besar. Concrete Mixer
Truck yang digunakan pada proyek pembangunan Australian Independent
School ini berasal dari PT. Riadi Mix, yang merupakan supplier beton ready
mix proyek ini.

Gambar 3.4 Concrete Mixer Truck

5. Scaffolding
Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting pada lantai di atasnya
dan juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan untuk memudahkan
pekerja dalam mengerjakan pekerjaan yang berada pada elevasi yang lebih
tinggi.

Gambar 3.5 Scaffolding


6. Alat Penggetar Beton (Concrete Vibrator)
Concrete vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar beton saat
dilakukan pengecoran sehingga tidak ada ruang kosong di dalam beton cor
dan sesuai dengan cetakannya. Dengan penggunaan concrete vibrator
diharapkan beton yang telah dituang dapat terpadatkan dengan baik, artinya
beton padat dan tidak berongga sehingga dapat menghindari terjadinya
beton keropos.

Gambar 3.6 Alat Penggetar Beton

7. Pompa Beton (Concrete Pump)


Pompa beton (concrete pump) adalah alat yang digunakan untuk membantu
memompa pasta beton dalam proses pengecoran untuk menjangkau daerah
pengecoran yang cukup tinggi dan tempat yang terlalu jauh untuk dijangkau.
Gambar 3.7 Pompa Beton

8. Compressor
Compressor adalah alat penghasil atau penghembus udara bertekanan tinggi
yang digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat
mengurangi mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu,
potongan-potongan kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Alat ini
digunakan setelah proses pekerjaan pembesian selesai.

Gambar 3.8 Compressor


9. Theodolite
Theodolite adalah alat instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang
horisontal dan vertikal. Pada proyek, theodolite sering digunakan sebagai
alat bantu untuk menentukan as bangunan, titik-titik as kolom pada tiap-tiap
lantai, serta titik-titik di lapangan.

Gambar 3.9 Theodolit

10. Mesin Pemotong Besi (Bar Cutter)


Bar cutter adalah alat untuk memotong baja tulangan. Cara kerja dari alat
ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan ke dalam gigi bar cutter
kemudian pedal pengendali dipijak, dan baja tulangan akan terpotong.
Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar
dilakukan satu per satu. Sedangkan untuk baja tulangan yang mempunyai
diameter lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa buah
baja tulangan sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.
Gambar 3.9 Mesin Pemotong Besi

11. Alat Pembengkok Besi (Bar Bender)


Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan. Baja yang akan dibengkokan dimasukkan di antara poros tekan
dan poros pembengkok dan diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok
yang diinginkan. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan
kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok
akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan.

Gambar 3.10 Alat Pembengkok Besi

12. Bekisting
Bekesting merupakan alat pembantu sementara sebelum komponen struktur
yang terbuat dari beton (kolom, balok, pelat) jadi dan berfungsi sesuai
peranannya. Walaupun hanya sebagai alat bantu sementara tetapi
memegang peranan yang cukup penting. Kualitas bekesting ikut
menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh karena itu, bekesting
harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian
rupa supaya konstruksi tidak mengalami cacat akibat kesalahan pemilihan
dan penggunaan material bekesting. Bekesting terdiri dari beberapa bagian
seperti papan plywood, besi hollow, kaso-kaso kayu dan bekesting ditahan
dengan staiger, pep support atau scaffolding.

Gambar 3.11 Bekisting

3.3.4 Persiapan Kantor Kerja


Kantor direksi di lapangan atau lebih dikenal dengan direksi keet digunakan
sebagai tempat bekerjanya karyawan yang terlibat langsung dengan pekerjaan
lapangan dan administrasi teknis. Pada proyek Australian Independent School ini,
kantor direksi dibuat menggunakan type per ruangan sesuai bagian pengerjaan
dengan berbahan kayu dan baja.
Gambar 3.12 kantor Direksi di proyek AIS Bali

3.3.5 Persiapan Jalan Kerja


Untuk memperlancar pelaksanaan suatu proyek, perlu diperhatikan juga
lokasi dan keadaan lapangan di sekitar proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Jalan kerja
Lokasi proyek AIS Bali terletak di Jln.. Imam Bonjol No. 456,
Denpasar Selatan, Bali. Jalan kerja harus terlebih dahulu untuk
mempermudah akses karena sebelumnya kawasan proyek merupakan lahan
kosong dan berada di tepi jalan raya.
2. Cuaca
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu proyek.
Pada saat pelaksanaan proyek, kondisi cuaca tidak menentu. Cuaca dapat
sewaktu – waktu cerah, berawan, kadang juga hujan. Ketika cuaca cerah dan
berawan, pelaksanaan konstruksi proyek dapat berjalan dengan baik. Tetapi
ketika hujan, pelaksanaan proyek menjadi tersendat akibat banyaknya
genangan air disekitar lokasi.
3.4 Pekerjaan yang Dilaksanakan Sebelum Dimulai Kerja Praktek
Sebelum dimulainya kerja praktek, proyek pembangunan Australia
Independent School (AIS) Bali telah mencapai progress ± 40% sehingga ada
beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan yang tidak bisa diamati secara langsung.
Adapun beberapa pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum kerja praktek pada
proyek pembangunan Australia Independent School (AIS) Bali, antara lain
pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran, pemasangan bouwplank, dan
pekerjaan tanah, beberapa pekerjaan bored pile dan pekerjaan tie beam serta
pekerjaan struktur pada gedung Admin Pre-K (APK) dan gedung Pool House sudah
selesai dikerjakan, sehingga hanya gedung Multi Purpose (MPC) dan Study
Learning Center (SLC) 1 saja yang kami tinjau. Untuk mengetahui proses
pekerjaan tersebut maka dilakukan wawancara dengan pengawas lapangan
mengenai proses pekerjaan yang dilakukan.

3.4.1 Pekerjaan Persiapan


Pada tahap pekerjaan ini kerja praktek masih belum dimulai sehingga teknik
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat diuraikan secara detail. Adapun tahapan –
tahapan pekerjaan persiapan yang diuraikan secara umum yaitu:
a. Persiapan area lokasi dan setting out,
b. Pembersihan pada lokasi pekerjaan,
c. Membuat Direksi Keet (bangunan semi permanen) untuk keperluan
karyawan proyek dan konsultan pengawas yang memenuhi syarat sebagai
ruang kerja.
d. Membuat gudang bahan (logistik) untuk material-material bangunan yang
berharga, atau material penting lainnya agar terhindar dari hujan, panas
matahari, dan pencurian.
e. Penyediaan air, listrik, dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
f. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material.
3.4.2 Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
Bouwplank merupakan patok kayu yang di pasang di sekeliling lahan
proyek. Bouwplank dipergunakan sebagai tempat pemasangan penamaan dan
penomoran as pada bangunan proyek. Alat – alat pengukuran berupa meteran,
waterpass, dan theodolite disediakan oleh PT. Kristef Mega Sejahtera untuk
menentukan garis/bidang horizontal dan vertikal yang diinginkan.

3.4.3 Pekerjaan Tanah


Adapun tahapan pekerjaan yang dapat diuraikan secara umum yaitu:
pengurukan tanah, perataan dan pemadatan tanah, penggalian untuk pondasi,
pekerjaan sloof atau tie beam, dan pembuatan lantai kerja. Pelaksanaan pekerjaan
galian baru dapat dilakukan setelah pengukuran tapak atau site proyek telah selesai
dilakukan.

3.4.4 Pekerjaan Pondasi dan Lantai Kerja


Pondasi yang digunakan pada proyek AIS Bali adalah pondasi tiang
pancang. Sedangkan lantai kerja dibuat sebelum pekerjaan pondasi dilakukan. Pada
proyek pembangunan AIS Bali, setelah dilakukan pembersihan dan penggalian
tanah, pembuatan lantai kerja bisa dilakukan.

3.5 Pekerjaan yang Dilaksanakan Selama Kerja Praktek


Adapun pekerjaan proyek selama periode kerja praktek meliputi pekerjaan
balok, pelat lantai dan kolom struktur di gedung Multi Purpose Cord (MPC) dan
Study Learning Center (SLC) 1 Australia Independent School Bali.

3.5.1 Pekerjaan Kolom struktur


Pekerjaan pembuatan kolom struktur terdiri atas pekerjaan pembesian
kolom, pekerjaan bekisting kolom, pekerjaan pengecoran kolom, dan
pembongkaran bekisting kolom.
a. Pekerjaan Pembesian Kolom
1. Bahan yang diperlukan :
a. Besi Tulangan Lentur D 16 dan D 19
b. Besi Tulangan Geser D 10
c. Kawat bendrat
2. Alat yang digunakan :
a. Bar Bender
b. Bar Cutter
c. Meteran
d. Tower crane ( TC )
3. Langkah kerja :
a. Pabrikasi dilakukan dengan memotong besi D16 dan D19 untuk
tulangan lentur, dan besi D10 untuk tulangan sengkang sesuai
dengan ukuran gambar kerja (Gambar 3.14).
b. Hasil pabrikasi dibawa ketempat perakitan.
c. Pekerja merakit besi D16 dan D19 untuk tulangan lentur dan besi D10
untuk tulangan geser sesuai dengan tipe kolom yang akan dibuat.
d. Tulangan sengkang dipasang dengan jarak yang sesuai dengan
ketentuan gambar, diikat dengan kawat bendrat.
e. Tulangan kolom yang telah selesai di rakit kemudian dibawa menuju
posisinya menggunakan bantuan Tower crane.
f. Besi kolom diturunkan secara perlahan – lahan hingga semua besi
stek kolom masuk kedalam besi kolom yang sudah dirakit. (Gambar
3.12)
g. Jarak sambungan besi kolom ditentukan sedemikian rupa sesuai
dengan ketentuan gambar kerja
h. Antara tulangan pokok dengan tulangan stek kolom diikat dengan
kawat bendrat.
i. Setelah penyambungan tulangan kolom selesai, dipasang beton
decking yang nantinya berfungsi sebagai selimut beton. Beton
decking pada proyek ini menggunakan HDPC dan Plastic Wheel
yang terbuat dari plastik. Beton decking untuk kolom pada proyek ini
adalah 4 cm.
Gambar 3.13 Pemasangan sengkang Gambar 3.14 Proses Pengecekan
Kolom Tulangan Kolom

b. Pekerjaan Bekisting Kolom


1. Alat yang digunakan :
a. Palu
b. Pipa Suport
c. Tower Crane (TC)
2. Bahan yang digunakan :
a. Bekisting ( Multiplex )
3. Langkah kerja :
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Terlebih dahulu membuat sepatu kolom
c. Siapkan bekisting yang akan dipasang, setiap sisi bekisting di
bersihkan dan diolesi mould oil. Pada pekerjaan kolom ini digunakan
jenis bekisting dari multiplex halus.
d. Mengangkat bekisting dengan bantuan tower crane yang
dimonitoring oleh seorang mandor, dan menempatkannya sepatu
kolom yang sudah dibuat sebelumnya. (Gambar 3.13)
e. Setelah bekisting ditempatkan, pasang wheller dan tie road lalu
dikencangkan agar keempat sisi bekisting rapat. (Gambar 3.14)
f. Selanjutnya pemasangan pipa support keempat sisi bekisting.
g. Lot kedua sisi bekisting dengan menggunakan unting-unting untuk
mengetahui ketegakan posisi bekisting. (Gambar 3.15)
h. Jika posisi bekisting belum tegak, support bisa dikencangkan atau
dikendorkan sampai posisi bekisting benar-benar tegak.

Gambar 3.15 Proses Penurunan Bekisting


Gambar 3.16 Proses Pengencangan Bekisting

c. Pekerjaan Pengecoran Kolom


1. Alat yang digunakan :
a. Tower Crane (TC)
b. Concrete Mixer Truck
c. Concrete Bucket dan Pipa Tremi
Kapasitas concrete bucket yang digunakan adalah 0.8
d. Concrete Vibrator
e. Palu karet
f. Alat uji slump
2. Bahan yang digunakan : Beton dengan mutu fc’ = 25 MPa
3. Langkah kerja :
a. Setelah beton ready mix tiba dilapangan, diadakan slump test untuk
menguji kekentalan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Alat-alat yang digunakan dalam uji slump antara lain:
- Cetakan krucut terpancung yang berdiameter dasar 20 cm,
diameter bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm.
- Tongkat pemampat berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan
ujung bulat dan terbuat dari baja tahan karat.
- Alas corong kerucut berupa triplek yang kedap air.
Slump test dapat dilakukan dengan langkah - langkah :
- Letakkan corong cetakan yang sudah dialasi triplek di tempat
yang rata.
- Beton cair dimasukkan ke dalam cetakan kerucut terpancung
yang berdiameter dasar 20 cm, diameter bagian atas 10 cm dan
tinggi 30 cm.
- Corong cetakan diisi dalam 3 (tiga) lapisan, masing-masing
sekitar 1/3 volume corong. Setiap lapis beton cair dimampatkan
dengan tongkat pemampat sebanyak 25 kali. Pemukulan atau
pemampatan dengan tongkat harus merata dan tidak boleh
sampai masuk ke dalam lapisan beton sebelumnya.
- Setelah lapisan ke-3 beton cair selesai dimampatkan, ratakan
bagian atas kerucut, diamkan selama 30 detik. Kemudian corong
diangkat tegak lurus ke atas secara perlahan.
- Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan penggaris
pada bagian atas kerucut terpancung, kemudian ukur penurunan
beton yang terjadi.
- Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik akan
menampakkan penurunan bagian atas secara perlahan-lahan dan
bentuk kerucut semula tidak hilang.
- Toleransi dari kekentalan beton yang diinginkan untuk test ini
yaitu ± 2 cm sampai 12 cm.
b. Jika nilai slump sudah sesuai dengan yang direncanakan, siapkan
beton untuk cetakan silinder, untuk pengetesan kuat tekan beton
nantinya dan pengecoran bisa dilaksanakan.
c. Dari Concrete Mixer Truck, beton dituangkan kedalam concrete bucket
dan diangkat menggunakan tower crane menuju lokasi kolom yang
akan dicor. (Gambar 3.16)
d. Pada saat pemindahan ketempat pengecoran concrete bucket
dikunci/ditutup agar beton tidak tumpah.
e. Saat sampai dilokasi pengecoran, concrete bucket dibuka dan beton
dituangkan kedalam bekisting melalui pipa tremie.
f. Beton lalu dipadatkan dengan concrete vibrator.
g. Dengan keadaan beton yang tidak terlalu encer sebaiknya pemadatan
beton dilaksanakan 5 sampai dengan 15 detik dan pemadatan dengan
vibrator lebih lama jika adukan beton yang tuang lebih kental atau
nilai slump rendah
h. Pengecoran dilakukan bertahap sampai ketinggian cor yang
direncanakan.

Gambar 3.17 Uji Slump

d. Pembongkaran Bekisting Kolom


1. Alat yang digunakan :
a. Palu
b. Linggis
c. Karung goni
2. Langkah kerja :
a. Setelah kolom dicor, minimal 1 hari setelah pengecoran, bekisting
bisa dibongkar.
b. Lepaskan support yang menyangga bekisting.
c. Kendor dan lepaskan tie road.
d. Lepaskan satu persatu bagian bekisting, jika bekisting ada yang
menempel pada beton, proses pembongkaran menggunakan linggis.
e. Kolom lalu ditutup dengan karung goni basah.

3.5.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai


Pekerjaan balok dan pelat lantai terdiri atas pekerjaan bekisting dan
pembesian balok, pekerjaan bekisting dan pembesian pelat lantai, pekerjaan
pengecoran balok dan pelat lantai, serta pekerjaan pembongkaran bekisting.

a. Pekerjaan Bekisting dan Pembesian Balok


1. Alat dan bahan yang digunakan :
a. Scaffolding, U – Head, Jack Base
b. Gergaji, palu, kawat bendrat, sekrup, bor bermata
c. Meteran, Waterpass
e. Bar Bender, Bar Cutter
f. Besi hollow 40x40 mm perangkai bekisting pelat
g. Tulangan D 16 untuk tulangan lentur
h. Tulangan D 10 untuk tulangan geser
2. Langkah kerja :
a. Setelah kolom dicor dilanjutkan dengan pemasangan scaffolding
untuk menyangga bekisting balok.
b. Jarak pemasangan scaffolding ditentukan sesuai dengan gambar
rencana.
c. Setelah scaffolding semua terangkai, pasang besi hollow 40x40
mm kearah memanjang yang bertumpu pada u-head.
d. Cek kedataran posisi besi hollow dan ketinggiannya sesuai
dengan gambar rencana (elevasi bekisting balok).
e. Dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding balok, dan
pemasangan skur pada bagian sisi/dinding bekisting balok dengan
jarak yang direncanakan.
f. Pemasangan skur harus kuat, agar waktu pengecoran dinding
bekisting balok tidak jebol. Setelah itu pemasangan tulangan
untuk balok sudah bisa dilaksanakan.
g. Kebutuhan besi pokok dan jumlah sengkang sebelumya sudah
dibuat dipabrikasi besi yang disesuaikan dengan gambar rencana.
h. Besi yang akan dipasang diangkut dari tempat pabrikasi besi
ketempat balok yang akan dikerjakan menggunakan tower crane
yang di monitoring oleh mandor besi.
i. Perakitan pembesian balok langsung diatas bodeman balok,
dimulai dari penempatan tulangan pokok, dilanjutkan dengan
pemasangan sengkang.
j. Jarak pemasangan sengkang disesuaikan dengan gambar rencana.
k. Tulangan sengkang dengan tulangan pokok diikat dengan kawat
bendrat.
l. Beton decking dipasang dibagian sisi dan bagian bawah
sengkang, sebagai selimut beton.

Gambar 3.18 Bagian – Bagian Scaffolding


Gambar 3.19 Persiapan Pemasangan Scaffolding dan Bekisting

Gambar 3.20 Pembesian Balok


b. Pekerjaan Bekisting dan Pembesian Pelat Lantai
1. Alat yang digunakan :
a. Scaffolding, U-Head, Jack Base
b. Gergaji, palu, sekrup, bor bermata
c. Meteran, waterpass
d. Waterpass
e. Bar Bender, Bar Cutter
2. Bahan yang dibutuhkan :
a. Plywood
b. Paku
c. Wire mesh M-13 dan M-16
d. Balok kayu dan usuk
3. Langkah kerja :
a. Setelah pemasangan bekisting dinding balok dan skur-skur untuk
balok selesai, dilanjutkan dengan pemasangan hory beam untuk
pelat.
b. Pemasangan hory beam bertumpu diatas balok kayu dengan jarak
± 20 cm.
c. Diantara hory beam dipasang usuk dengan jarak yang ditentukan
untuk tempat pemakuan plywood.
d. Dibagian tengah, dibawah hory beam dipasang balok yang
bertumpu pada support untuk menjaga agar saat pengecoran pelat
tidak mengalami lendutan.
e. Selanjutnya dipasang triplek.
f. Pengecekan elevasi menggunakan waterpass, jika permukaan
bekisting tidak rata support bisa dikencangkan maupun
dikendorkan hingga permukaan bekisting rata.
g. Setelah pemasangan triplek selesai maka pemasangan tulangan
pelat menggunakan wire mesh bisa dilaksanakan.
Gambar 3.21 Pembesian Pelat

c. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


1. Alat yang digunakan :
a. Concrete Mixer Truck
b. Concrete Vibrator
c. Alat uji slump
d. Cetok
e. Concrete Bucket
Kapasitas concrete bucket yang digunakan adalah 0.8
f. Tower Crane
g. Pipa Tremi
h. Concrete Pump
2. Bahan yang dibutuhkan : Beton mutu fc’ = 25 MPa
3. Langkah Kerja (menggunakan concrete bucket dan tower crane) :
a. Sebelum melaksanakan pengecoran, area yang akan dicor
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran – kotoran yang ada di
sekitarnya agar dapat menghasilkan pelat lantai sesuai dengan
mutu dan perencanaan.
b. Sebelum beton dituangkan kearea pengecoran dilakukan
pengujian tes slump dan pembuatan benda uji silinder.
c. Jika nilai slump sudah memenuhi syarat yang ditentukan
pengecoran bisa dilaksanakan.
d. Pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane. Beton ready
mix dari concrete mixer truck dialirkan ke concrete bucket
melalui pipa, kemudian diangkat ke lokasi tempat akan dilakukan
pengecoran dengan menggunakan tower crane.
e. Saat tiba di lokasi pengecoran, concrete bucket bagian bawah
dibuka untuk mengalirkan beton ke wilayah yang akan dicor.
(Gambar 3.24)
f. Dilakukan pemadatan menggunakan Concrete Vibrator agar
seluruh cetakan/bekisting balok dan pelat termampatkan/terisi
beton. Setelah itu permukaan beton diratakan.
g. Setelah diratakan, supervisor akan mengecek elevasi dan
kedataran dari pelat tersebut dengan menggunakan waterpass.
Hal ini bertujuan agar dihasilkan pelat yang datar sesuai dengan
yang direncanakan.

Gambar 3.22 Penuangan Beton dari Concrete pipe


Gambar 3.23 Perataan Beton pada Tulangan Pelat
d. Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat Lantai
1. Alat yang digunakan :
a. Linggis
b. Palu
2. Langkah Kerja :
a. Setelah balok dan plat di cor, minimal 12 hari setelah pengecoran,
bekisting bisa dibongkar.
b. Lepaskan scaffolding yang menyangga bekisting secara hati-hati.
c. Lepaskan satu persatu bagian bekisting, jika bekisting ada yang
menempel pada beton, dibantu dengan linggis secara hati-hati
untuk melepaskannya.
d. Setelah pembongkaran selesai, pasang support dititik-titik
tertentu untuk menyangga balok dan plat.
3.6 Pekerjaan yang Belum Dilaksanakan pada Kerja Praktek
Adapun pekerjaan proyek yang belum dilaksanakan pada periode kerja
praktek meliputi pekerjaan plafond, pekerjaan MEP (mekanika, elektrikal, dan
plumbing) lanjutan dan pekerjaan finishing.

3.6.1 Pekerjaan Plafond


Plafond digunakan sebagai penutup langit – langit atap sehingga
memberikan keindahan dan menimbulkan rasa aman ketika melintas dibawahnya.
Untuk mendapatkan pekerjaan plafon yang maksimal diperlukan metode kerja
pemasangan plafond yang tepat. Pada proyek Australian Independent School (AIS)
Bali untuk plafond digunakan gypsum untuk menghindari kebocoran karena
menggunakan pelat atap beton.

3.6.2 Pekerjaan MEP (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing)


MEP adalah suatu pekerjaan drafter yang bertugas membuat sistem kontrol
mekanikal, elektrikal, Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan yang meliputi
sistem pembuangan limbah / air buangan (air kotor dan air bekas), sistem venting,
air hujan dan penyediaan air bersih.

 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


1. Memasang instalasi listrik pada rumah atau gedung bertingkat tinggi.
2. Memasang aneka macam mesin pada bangunan seperti mesin pompa lantai
basement, Mesin lift, Mesin air mancur dll.
3. Memasang insalasi elektrikal seperti telepon, jaringan internet, tata suara
gedung dan sejenisnya.
4. Memasang intalasi AC air conditioner, dalam sebuah gedung bisa ditaruh di
plafond menggunakan instalas ducting lengkap dengan mesin AHU. atau
menggunakan AC split yang ditempelkan pada dinding.

 Pekerjaan Plumbing
1 Penyediaan air minum
2 Penyaluran air buangan dan ven
3 Penyediaan air panas
4 Penyaluran air hujan
5 Pencegahan kebakaran
6 Penyediaan gas
7 AC (air conditioner)

3.6.3 Pekerjaan Finishing


Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.
Manfaat dari pekerjaan finishing adalah menambah nilai estetika,
merapikan, melapisi dan meningkatkan keawetan bangunan gedung. Pekerjaan
finshing terdiri dari pekerjaan finishing basah dan pekerjaan finishing kering,
finishing basah meliputi : pasangan batu bata, plesteran, acian, pekerjaan cat,
pasangan tegel keramik dan pasangan granit, sedangkan finishing kering adalah
pekerjaan yang dalam aplikasinya tidak menggunakan air sebagai medianya yang
meliputi : pekerjaan Wall Paper, dinding partisi, karpet, dinding enamel dan
lainnya.

3.7 Evaluasi Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek konstruksi ada kalanya tidak berjalan
sesuai jadwal yang telah direncanakan. Permasalahan yang tidak terduga kerap
muncul di lapangan yang menuntut keahlian pelaksana dalam mengatasi kendala
tersebut. Kesalahan atau permasalahan yang terjadi tentunya dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun permasalahan yang terjadi di
Australian Independent School (AIS) Bali yaitu :

3.7.1 Permasalahan Teknis


1. Hasil pengecoran yang kurang baik menyebabkan terjadinya kerusakan
bagian bawah kolom (Gambar 3.14). Kolom yang berlubang disebabkan
oleh campuran antara semen, pasir, dan kerikil tidak tercampur sempurna
atau di sebabkan oleh kurang baiknya pemadatan menggunakan alat
vibrator.

Gambar 3.14 Kolom Bagian Bawah yang Berlubang


Solusi :
a. Lakukan pukulan secara merata atau diberi getaran pada begesting dan
getarkan besi tulangan dengan vibrator sehingga beton yang telah
dituangkan tersebut dapat dipadatkan dengan baik. Penggetaran
dilakukan 30 detik sampai 2 menit baru diangkat.
b. Kolom di cor secara bertahap.
c. Melakukan pelesteran pada bagian permukaan kolom yang berlubang
sehingga bagian tersebut tertutup. Pelesteran dilakukan pada bagian
permukaan kolom yang keropos.

2. Hasil pengecoran yang kurang baik menyebabkan terjadinya kerusakan


pada bagian atas kolom (Gambar 3.15). Kolom yang tidak merata
disebabkan oleh bagian bekesting yang tidak terpasang dengan baik atau
penyangga bekesting tidak dapat menyangga pengecoran secara kuat
sehingga pada saaat pengecoran bekesting menjadi melendut dan
mengakibatkan hasil pengecoran tidak merata pada bagian kolom.
Gambar 3.15 Pengecoran Kolom Tidak Rata
Pemecahan:
a. Sebelum dilakukan pengecoran, sebaiknya ketebalan beton decking
diperiksa terlebih dahulu, agar tebal dari seluruh beton decking yang
terpasang sama.
b. Pemasangan support bekesting harus diperhatikan, agar pada saat
pengecoran.
Selain kolom ada juga hasil pengecoran yang kurang sempurna seperti
pada balok, dinding, dan pelat. sehingga solusi yang tepat dilakukan pada
masalah terlihat terutama pada gambar 3.14 dan gambar 3.15 adalah bagian
beton yang mengalami kropos dan tidak rata ditambal atau ditutupi dengan
plesteran sehingga bagian yang berlubang dapat ditutupi.

3.7.2 Permasalahan Non-Teknis


Beberapa permasalahan non teknis dapat menyebabkan kemunduran
pelaksaaan dalam progres dalam proyek Australian Independent School Bali.
a. Keterlambatan Akibat Material
Terjadi keterlambatan distribusi bahan material proyek, seperti
pemesanan readymix beton yang datang terlambat.
b. Keterlambatan dari Pihak Owner
Terjadinya perubahan gambar rencana dan gambar kerja. Perubahan
gambar antara gambar rencana dan gambar kerja, contohnya pada
tangga menjadi salah satu faktor penyebab kemunduran proyek.
Sebelum perubahan gambar tersebut mendapat persetujuan dari
konsultan dan owner, maka kontraktor tidak berani melanjutkan
pekerjaannya.
c. Keterlambatan Akibat Cuaca
Cuaca yang tidak menentu juga sangat mempengaruhi pelaksanaan
konstruksi, terutama saat memasuki musim penghujan. Ketika turun
hujan, proses pengecoran harus ditunda sampai hujan berhenti. Daerah
yang telah dicor namun belum sepenuhnya kering harus diproteksi
dengan cara menutupi/membungkus dengan terpal. Selain itu proses
pelepasan bekisting menjadi tertunda karena beton belum kering,
sehingga pekerjaan pemasangan tembok menjadi terhambat karena
terhalang oleh adanya bekisting.

Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kemunduran


pelaksaaan dalam progres dalam proyek Australian Independent School.
1. Penambahan Tenaga Kerja
Langkah antisipasi yang diambil untuk menanggulangi keterlambatan
proyek yang terjadi adalah dengan menambah jumlah pekerja di
lapangan. Ini dilakukan untuk dapat mengejar pekerjaan yang
mengalami keterlambatan.
2. Jam Kerja Lembur
Semestinya jika tidak tersendat oleh keadaan cuaca dan berbagai
kendala lainnya untuk mencapai target progress konstruksi perminggu
dengan waktu kerja normal 08.00 sampai 17.00 WITA dapat tercapai.
Namun karena adanya kemunduran progress pekerjaan, dengan
jumlah pekerja tersebut, atas kesepakatan bersama diberlakukan
sistem over time atau kerja lembur 17.00 sampai 22.00 WITA. Untuk
waktu-waktu tertentu, diberlakukan double over time 22.00 sampai
03.00 WITA. Dengan diberlakukannya over time, nilai minus pada
progress diharapkan dapat ditanggulangi.

Anda mungkin juga menyukai