Anda di halaman 1dari 11

1.

Jelaskan macam-macam bentuk (sifat) Fisik, Kimia, Biologis dari tanah atau
batuan!
Jawab:
a. Sifat Fisik
1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2 mm – 50 μ), debu
(2μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah (Foth 1994).
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah
digolongkan menjadi:
 Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir berlempung.
 Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.
 Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir
sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu
(silt).
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay
loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu
(sandy silt loam).
2. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat
melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped
(terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-
beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar), Gumpal
bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky), Granular
(granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2003).
Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembangan struktur.
Istilah-istilah untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut :
a. Tidak mempunyai struktur : Agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu
batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur. Pejal jika menggumpal,
berbutir tunggal jika tidak menggumpal.
b. Lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata telanjang.
c. Sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi
tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.
d. Kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang
lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah
apabila tanah tersebut terganggu (Foth 1994).

3. Kerapatan Limbak (Bulk Density)


Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu unit
tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3 (Hillel, 1980).
Menurut Hardjowigeno 2007, Kerapatan Limbak atau Bulk Density (BD) adalah
berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Bulk
density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total porosity) tanah
dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah= 2,65 g/cc.

4. Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi
oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore)
dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan udara
(Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati
oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel
pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).
Menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan
organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai
porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.

5. Pori Drainase Sangat Cepat


Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi,
semakin besar dan mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar
(Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori
kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai
pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir.
Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat.
Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan
tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik
sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut (Hardjowigeno
2003).

6. Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam
medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata
air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas
suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai
permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1994), permeabilitas merupakan
kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.

b. Sifat Kimia Tanah


1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal tersebut
didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi tanah yang
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai berdasarkan
konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam tanah ditemukan ion
H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7). Bila ion H+ sama
dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila ion OH- lebih banyak dari
pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim dkk, 1986).
Pengukuran pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur,
respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam
proses pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno 2003).

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et al
1986).
Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu
sendiri. Menurut Hakim et al. (1986), besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1. Reaksi tanah atau pH
2. Tekstur atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik
5. Pengapuran dan pemupukan.
3. C-Organik
Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari
tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah
dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan 2006).
Menurut Mulyani (1997); Kohnke (1968) menyatakan bahwa fungsi bahan
organik adalah sebagai berikut : (i) sumber makanan dan energi bagi
mikroorganisme, (ii) membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya
sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, (iii) menyediakan zat-zat yang
dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, (iv)
memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, (v) serta membantu
dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.

4. N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat
(NO3+). Pada umumnya Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam tanaman
budidaya. Biomassa tanaman rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai 2% dan
mungkin sebesar 4 sampai 6%. Dalam hal kuantitas total yang dibutuhkan untuk
produksi tanaman budidaya, N termasuk keempat di antara 16 unsur essensial
(Gardner et al 1991).

c. Sifat Biologi Tanah


1. Total Mikroorganisme Tanah
Menurut Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks),
tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan
atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan
air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah mikroorganisme sangat berguna
dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem
perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah.
2. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran
yang jumlahnya berkisar 103 - 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat melarutkan fosfat tanah
maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2007).

2. Jelaskan tegangan yang terjadi pada suatu masa tanah, akibat adanya beban dari
luar! (Beban Horizontal & Vertikal )
Jawab:

Beban Lateral atau Horizontal adalah beban yang tegak lurus terhadap beban gravitasi atau
mendatar relatif sejajar permukaan bumi. Contoh tegangan horizontal adalah penggalian
dalam atau penggalian terowongan. Nilai tegangan horizontal bergantung pada banyak
faktor dan tidak ada cara yang sederhana untuk mengetahui nilai tegangan horizontal pada
suatu keadaan tertentu. Tegangan ini dipengaruhi oleh jenis tanah, proses
pembentukannya, dan riwayat tegangannya. Hubungan antara tegangan horizontal dan
tegangan vertikal pada tanah umumnya dinyatakan dengan K yang disebut koefisien
tekanan tanah pada keadaan diam, yaitu:
𝜎ℎ
𝐾=
𝜎𝑣

Beban Gravitasi atau beban vertikal adalah beban yang tegak lurus ke bumi, vertikal ke bumi,
beban yang secara alami dimiliki oleh setiap benda di muka bumi. Pada dasarnya untuk
menahan beban vertikal ; kolom struktur dan sistem pondasi adalah yang utama. Tegangan
vertikal adalah sebesar 𝜎𝑣 = 𝛾𝐷 diamana 𝜎𝑣 = tegangan vertikal total pada tanah, disebut
tegangan total karena merupakan hasil dari berat seluruh bahan diatasnya
3. Apa yang perlu di perhatikan apabila kita membuat suatu bangunan instalasi
pengolahan,terkait dengan sifat-sifat atau karakteristik dari tanah?
Jawab:
Yang perlu diperhatiakn saat merancang suatu bangunan instalasi pengolahan:
1. Berat bangunan
2. Kondisi tanah
3. Faktor eksternal

Pondasi merupakan bagian utama bangunan yang berfungsi meneruskan beban dan gaya
yang diterima struktur bangunan kedalam dan permukaan tanah,pondasi merupakan akar
yang sangat vital pada sebuah bangunan, sehingga menentukan kualitas suatu
bangunan.Menentukan jenis pondasi yang tepat untuk sebuah bangunan sangat penting
sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang sebelum membuat sebuah bangunan.

Masalah yang paling utama dalam memilih jenis pondasi adalah kondisi tanah, yaitu
jenis tanah seperti apa yang akan menjadi tempat berdirinya suatu bangunan. Karena setiap
jenis tanah memiliki daya dukung yang berbeda, sehingga penurunan yang terjadi pun bisa
beragam. Untuk mengatasi masalah tersebut, pertimbangan yang dilakukan dalam
perhitungan merancang pondasi ditinjau berdasarkan jenis tanah.

1. Pondasi pada Tanah Pasir

Permasalahan yang umum terjadi pada pondasi diatas tanah pasir adalah penurunan yang
tidak seragam. Untuk itu perlu dilakukan berbagai tes atau pengujian tanah seperti uji Soil
Penetration Test (SPT), uji kerucut statis, dan uji beban pelat,pondasi dalam seperti pancang
umumnya dipilih pada jenis tanah ini,atau untuk lokasi yang tidak memungkinkan bisa
menggunakan spoon pile atau bor pile.

2. Pondasi pada Batu

Sebenarnya pondasi pada batu tak perlu dikhawatirkan karena sifat batu yang keras
dipastikan mampu menahan beban bangunan dengan baik. Namun pada batuan berkapur dan
memiliki lubang-lubang, stabliltas bangunan harus diperhitungkan. Karena akan
membahayakan bangunan

3. Pondasi pada Tanah Timbunan


Tanah timbunan merupakan tanah yang diangkut dari daerah lain ke lokasi pembangunan.
Tanah timbunan yang akan dijadikan dasar pondasi harus diperiksa terlebih dahulu kapasitas
dukungnya. Dan jika akan digunakan tanah timbunanharus dipadatkan terlebih dahulu.Untuk
jenis ini umumnya menggunakan bore pile,pancang,cerucuk,spoon pile maupun strauss pile.

4. Pondasi pada Tanah Organik

Tanah organik sangat tidak disarankan untuk dijadikan tempat perletakan pondasi, karena
jenis tanah ini akan mengakibatkan penurunan terlalu besar. Karena tanah jenis ini sangat
sulit dipadatkan.

5. Pondasi Pada Tanah Lempung

Pondasi dalam pancang,bored pile,spoon pile,jacking pile atau bor pile manual sangat
disarankan Pada tanah lempung sehingga tanah tidak mudah terpengaruhi dengan iklim dan
kondisi lingkungan sekitar,perangcangan pondasi agak sulit dilakukan karena jenis tanah ini
menyatu dengan air hingga tanah dengan mudah menjadi jenuh air.

6. Pondasi Pada Tanah Lanau

Tanah lanau merupakan jenis tanah yang terdapat diperalihan antara pasir dan lempung.
Dalam kondisi alam, tanah jenis lanau ditemukan dalam kondisi longgar dan kurang padat.
Sehingga jika dijadikan sebagai tempat perletakan pondasi, maka kan terjadi penurunan yang
besar.Pondasi dalam tiang pancang,sumuran,bore pile,strauss pile atau spoon pile disarankan
untuk kondisi tanah seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Prektek. Bogor: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor.

Foth H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Edisi 6. Adisoemarto S. Jakarta: Erlangga.


Terjemahan dari: Fundamental of Soil Science.

Hakim N, Yusuf N, Am Lubis, Sutopo GN, M Amin D, Go BH, HH Bailley. 1986. Dasar-
dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hanafiah K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Kohnke, H. 198. Soil Physic. Mc. Graw – Hill Book Company, New York.

Mardiana S. 2007. Perubahan Sifat-Sifat Tanah pada Kegiatan Konversi Hutan Alam Rawa
Gambut menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.

Mustofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan Alam yang
Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
[Skripsi]. Bobor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.
TUGAS MEKANIKA TANAH DAN GEOTEKNIK

Disusun oleh:
FIBRIANA PUPUT CAHYANI
21080116120007

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGOGORO
2017

Anda mungkin juga menyukai