Anda di halaman 1dari 6

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus
dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali
aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).

Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk :


1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan
informasi mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses
pelepasannya.
2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli,
membangun sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.
3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya.
4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan
metode penyusutan yang digunakan.
Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan
berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap
dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap
dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan
pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga
aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan
dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah
BI) pada saat perolehan.

PROSEDUR PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

3.1 Prosedur Umum

Menurut Permendagri No.13/2006 Bab XI Pasal 253 prosedur akuntansi terhadap Aktiva
Tetap yaitu:

1. Prosedur akuntansi terhadap aset SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan
terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD.

1. Pemeliharaan aset tetap yang rutin dan berkala tidak dikapitalisasi.


1. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi
salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan
fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.
2. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.
3. Penyusutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan
penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari
suatu aset tetap.

3.2 Metode Penyusutan

1. Setiap aset tetap kecuali tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan
yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method)
3. Metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf a merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat
aset tetap yang sama setiap periode umur ekonomis aset tetap berkenaan.
4. Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas
dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset
dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
5. Metode unit produksi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf c merupakan
penyesuaian nilai aset tetap denagn membebankan penurunan kapasitas dan manfaat
aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.
6. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman
pada perundang-undangan.

3.3 Prosedur Penerimaan

1. Setelah berakhirnya proses evaluasi penawaran yang dilaksanakan oleh


Panitia/Pejabat Pengadaan, maka Panitia/Pejabat Pengadaan harus menyerahkan BoQ
(Bill of Quantity) definitif kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau
Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang. Hal ini diperlukan, agar Sub Bagian
Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang memiliki acuan
awal dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang, sebelum
kontrak selesai diproses.
1. Berpedoman pada BoQ (Bill of Quantity) definitif tersebut, Sub Bagian
Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang
membuat daftar pemeriksaan barang dan daftar penerimaan barang.
2. Setelah proses pembuatan kontrak selesai dilaksanakan, Sub Bagian Kontrak harus
menyerahkan 1 (satu) copy kontrak kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan
atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, sebagai dasar dalam melaksanakan proses
pemeriksaan dan penerimaan barang.
1. BoQ (Bill of Quantity) definitif yang sebelumnya diserahkan oleh
Panitia/Pejabat Pengadaan Barang harus dicocokkan oleh Sub Bagian
Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dengan
BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak untuk menghindari adanya
ketidaksesuaian spesifikasi barang yang akan diterimanya. Apabila terjadi
perbedaan antara BoQ (Bill of Quantity) definitif dengan BoQ (Bill of
Quantity) dalam kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau
Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang harus menjadikan BoQ (Bill of Quantity)
dalam kontrak sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penerimaan
barang, dengan selanjutnya merubah daftar penerimaan barang yang
sebelumnya telah dibuat.

3.4 Prosedur Pemeriksaan

1. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima


Barang menerima kontrak dari Sub Bagian Kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan
dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus mempelajari dan
memahami substansi (isi) dari kontrak bersangkutan, untuk dibuatkan suatu
mekanisme pemeriksaan dan penerimaan barang.
2. Apabila penyedia barang telah memulai pengiriman barang ke UPT Logistik, maka
barang-barang yang dikirim oleh penyedia barang harus diperiksa terlebih dahulu oleh
Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang.
Dimana proses pemeriksaan barang harus berpedoman pada spesifikasi dan kuantitas
(jumlah) barang sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang. Sebelum
dilaksanakan proses pemeriksaan barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan
atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta surat jalan dari penyedia
barang.
3. Jika dari proses pemeriksaan barang terdapat spesifikasi barang yang tidak sesuai
dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka
barang yang tidak sesuai spesifikasi tersebut harus ditolak oleh Sub Bagian
Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan
dikembalikan kepada penyedia barang untuk diganti sesuai dengan spesifikasi yang
seharusnya. Penolakan dan pengembalian barang harus disertai dengan daftar
penolakan dan pengembalian barang.
4. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan masa garansi, maka
Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang
harus meminta Kartu Garansi atas barang kepada penyedia barang. Apabila barang
yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan jaminan masa purna jual, maka Sub
Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus
Surat Pernyataan Jaminan Masa Purna Jual atas barang kepada penyedia barang.
5. Apabila barang yang diperiksa oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau
Panitia Pemeriksa/Penerima Barang telah sesuai dengan spesifikasi sebagaimana
tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka Sub Bagian Pengawasan dan
Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus menerima barang yang
telah diperiksa, untuk dicantumkan dalam daftar penerimaan barang sementara.
Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima
Barang mencantumkan barang yang diterima dalam daftar penerimaan barang
sementara, maka surat jalan harus diparaf oleh Sub Bagian Pengawasan dan
Penerimaan atau panitia penerima barang untuk selanjutnya dijadikan sebagai
lampiran daftar penerimaan barang sementara.

3.5 Prosedur Penyerahan (Internal)

1. Barang-barang yang telah diterima oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau
Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian
Gudang. Penyerahan barang harus dituangkan dalam daftar penyerahan barang untuk
Gudang.
2. Setelah seluruh proses pengiriman barang selesai dilaksanakan oleh penyedia barang,
Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang
mengumpulkan seluruh daftar penolakan dan pengembalian barang, daftar
penerimaan barang sementara dan daftar penyerahan barang untuk Gudang, untuk
dilakukan proses rekapitulasi sebagai berikut :
1. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima
Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses pemeriksaan
dan penerimaan barang yang telah dilakukan. Apabila proses penerimaan
barang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian
Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus
membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima
Barang.
2. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima
Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses serah terima
barang untuk Gudang. Apabila proses serah terima barang untuk Gudang telah
100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan
Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita
Acara Serah Terima Barang Untuk Gudang.

3.6 Sistem dan Prosedur Akuntansi

Sistem dan prosedur akuntansi aktiva tetap dilaksanakan di SKPD dan SKPKD. Hal tersebut
diatur dalam pasal 255 – 258 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

3.3.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPD

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-


SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.
2. PPK-SKPD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian.
Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap,
serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
3. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penyelesaian pekerjaan

4. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan
dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan SKPD.

3.3.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPKD

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.


2. Prosedur akuntansi meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan,
perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dikuasai/digunakan
oleh SKPKD, yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi
komputer.
3. Fungsi akuntansi SKPKD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan
/atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-
kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening,
klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
4. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Surat keputusan penghapusan barang

- Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)

- Berita acara pemusnahan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penilaian

- Berita acara penyelesaian pekerjaan


5. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan
dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan SKPKD.
6. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aktiva tetap
yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

Anda mungkin juga menyukai