Sistem ekonomi Islam memiliki bentuk yang jelas dan
utuh, dimana sistem berdiri diatas: Fondasi: sistem finansial non-riba dan non-gharar, sistem moneter yang stabil berbasis emas- dinar, sistem fiskal berbasis zakat. Pilar: sistem alokasi melelui mekanisme pasar dengan pengawasan pasar yang luas dan ketat (hisbah), dan sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang- barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Atap: sistem insentif moral dan material, dan sistem tujuan maqashid syariah Fondasi Sistem · Sistem finansial non-riba, non-maysir dan non-gharar Islam melarang riba namun tidak melarang laba sebagai hasil (return) untuk usaha wirausahawan dan modal finansial. Islam memiliki dua bentuk utama pengaturan finansila dari bisnis, yaitu mudharabah, dan musyarakah. Pada transksi dimana bagi-hasil tidak dapat diaplikasikan, bentuk pembiayaan lain dapat diterapkan seprti qard al-hasanah, ba’i mu’jal, ba’i salam, ijarah, dan murabahah. · Sistem moneter berbasis emas-dinar Dalam Islam, sistem uang yang mendapat dukungan adalah sistem uang yang stabil dan non-inflatoir. Islam memberi keleluasaan yang luas untuk bentuk uang dan sistem pembayarannya, namun menekankan stabilitas dari nilai uang sebagai syarat utama. · Sistem fiskal berbasis zakat Sistem finansial non-riba, non-maysir dan non-gharar Sistem moneter emas-dinar Sistem fiskal berbasis zakat Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan sekaligus stabilisasi dalam perekonomian. Khums adalah seperlima bagian dari anfal (ghanimah) yang menjadi kekayaan publik. Hal ini diterangkan dalam (Q.S. 8:41) سلبيِلل إلمن تكمنتتمم آممممنتتمم لباِللل سوُلل مولللذيِ املقتمرمبىَ موامليِممتاِممىَ مواملمم م ساِلكيِلن موامبلن ال ل شميءء فمأ ملن لللل تختم م سهت مولللِلر ت موامعلِمتموُا أمنلمماِ مغنلممتتمم لممن م م شميءء قلديِرر مومماِ أممنمزملمناِ معملِىَ معمبلدمناِ يِمموُمم الفمرقاِلن يِمموُمم التممقىَ المجمممعاِلن موات معلِىَ تكلل م م ل م م م ت م Artinya: Ketahuilah, sasungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (muhammad) dihari furqan, yaitu dihari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Al Anfal: 41) Pilar Sistem Sistem alokasi melalui mekanisme pasar dengan pengawasan yang luas dan ketat (hisbah) Islam mengakui dan menghormati mekanisme pasar sebagai instrument utama dalam alokasi dan distribusi sumber daya, yang terjadi atas dasar kerelaan (Q.S. 4: 29). Namun kekuatan pasar ini harus melewati filter moral terlebih dahulu sehingga permintaan (demand) dan penawaran (supply) pasar yang terbentuk akan konsisten dengan pencapaian tujuan- tujuan normatif. Lebih jauh lagi, pembentukan harga dan transaksi dalam pasar mendapat pengawasan ketat agar menghasilkan pasar yang bebas distorsi. Dalam Islam, fungsi ini dijalankan oleh institusi hisbah. Sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan untuk barang-barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Secara umum, Islam mengizinkan menerima dan menghormati kepemilikan oleh individu, namun tidak secara absolut. Untuk barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak (dharuri), Islam menetapkan adanya kepemilikan bersama. Dan dalam Islam, individu dapat memberikan hartanya untuk kepentingan sosial dan dikelola melalui usaha kolektif sukarela tanpa ada keterlibatan atau intervensi pemerintah (wakaf). Atap Sistem Sistem insentif moral dan material Dorongan ekonomi dalam Islam harus berada dalam kerangka kepentingan sosial. Islam mendorong individu untuk mengejar kepentingan pribadi mereka didalam kerangka kepentingan sosial dimana terdapat konflik antara self-interest dan social-interest, dengan cara memberi perspektif jangka panjang bagi pribadi, menarik kepentingan pribadi melebihi jangka waktu dunia ke akhirat. Sistem tujuan maqashid syariah Tujuan utama syariah Islam adalah mewujudkan kemaslahatan manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan kekayaan. Apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara ini berarti melindungi kepentingan umum (maslahah) dan dikehendaki.
Mispersepsi Terhadap Sistem Ekonomi Islam
Sebagian pihak masih sering memandang ekonomi Islam secara skeptis. Ekonomi Islam tampil tidak untuk mengentaskan berbagai permasalahan ekonomi kontemporer, namun dipandang lebih dimotivasi oleh isu politik dan kultural dalam konteks menolak infiltrasi pemikiran Barat dalam masyarakat Islam. Karena lebih bernuansa politis-kultural itulah, maka ekonomi Islam dianggap tidak memenuhi koherensi, presisi, dan realisme dari kaidah- kaidah ilmiah. Sejak awal kebangkitannya hingga kini, karakteristik fundamental ekonomi Islam hanyalah pelarangan riba, dan yang lainnya adalah zakat dan filter moral Islam untuk setiap pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik fundamental ekonomi Islam dianggap tidak realistik, kontradiktif, dan keliru yang bersumber dari dua kelemahan metodologis yaitu kegagalan mendervasikan hukum Tuhan pda kerangka ekonomi yang komprehensif dan keengganan melihat bukti-bukti sejarah.yang pada dasarnya ekonomi islam mempunyai cakupan yang sangat luas
Sistem ekonomi Islam memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Menjunjung Kebebasan Individu Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suat fteputusan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuha nidupnya. Dengan kebebasan ini manusia dapat bebas mengoptimalkan potensinya. Kebebasan manusia dalam Islam didasarkan atas nilai-nilai tauhid suatu nilai yang membebaskan dari segala sesuatu kecuali Allah. Nilai tauhid inilah yang akan menjadikan manusia menjadi berani dan percaya diri. 2) Mengakui hak individu terhadap harta Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Hak pemilikan harta hanya diperoleh dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan Islam. Islam mengatur kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap saling menghargai dan menghormati. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta sekedartitipan Allah. 3) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. Salah satu penghalang yang menjadikan banyaknya ketidakadilan bukan disebabkan karena Allah, tetapi ketidakadilan yang terjadi dikarenakan sistem—yang dibuat manusia sendiri—. Misalnya, masyarakat lebih hormat kepada orang yang mempunyai jabatan tinggi dan lebih banyak mempunyai harta, hingga masyarakat terkondisikan bahwa orang-orang yang mempunyai jabatan dan harta mempunyai kedudukan lebih tinggi dibanding yang lainnya. Akhirnya, sebagian orang yang tidak mempunyai harta dan jabatan merasa bahwa, "Allah itu tidak adil". 4) jaminan sosial Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara: dan setiap warga negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggungjawab utama bagi sebuah negara untuk menjamin setiap negara, dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan prinsip “hak untuk hidup". Dalam sistem ekonomi Islam negara mempunyai tangj jawab untuk mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara umum. 5) Distribusi kekayaan Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sumberdaya alam adalah hak manusia untuk dipergunakan manusia untuk kemaslahatannya, upaya ini tidak menjadi masalah bila tidak ada usaha untuk mengoptimalkan melalui ketentuan-ketentuan syariah. 6) Larangan menumpuk kekayaan Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan. Seorang muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak berlebihan dalam pemilikan harta. Seorang muslim dilarang beranggapan terlalu berlebihan terhadap harta sehingga menyebabkan ia mengunakan cara-cara yang tidak benar untuk mendapatkannya. 7) Kesejahteraan individu dan masyarakat Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Masyarakat akan menjadi aktor yang dominan dalam membentuk sikap individu sehingga karakter individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat. Demikian juga sebaliknya, tidak akan terbentuk karakter masyarakat khas tanpa keterlibatan dari individu- individu. Kelemahan Sistem ekonomi Islam Dominasi pemikiran ekonomi konvensional menjadikan ekonomi Islam belum mampu berkembang sebagaimana yang diharapkan. Padahal ekonomi Islam berisi tuntunan dan pedoman ideal yang mampu mengakomodir kebutuhan hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Dengan jaminan mayoritas penduduk di negara mustim tentunya akan mampu menerima ekonomi Islam, tetapi perkembangan ekonomi Islam tidak semulus yang diharapkan walaupun bisa dikatakan hal tersebut sebagai fenomena umum sebagai suatu "sistem ekonomi baru" yang mau menanamkan pengaruhnya di tengah masyarakat yang telah lama menerima sistem ekonomi konvensional. Secara global kelemahan system ekonomi Islam dapat dilihat dari beberapa factor sebagai berikut: 1) Lambatnya perkembangan literatur ekonomi Islam Literatur ekonomi Islam yang sebagian besar berasal dari teks-teks arab mau tidak mau diakuinya mengalami perkembangan yang kurang signifikan. Sehingga menyebabkan munculnya dominasi literature ekonomi konvensional yang saat ini mempengaruhi masyarakat bahwa tidak ada ilmu ekonomi yang mampu menjawab masalah-masalah aktual kecuali ekonomi konvensional. Hal ini menjadikan justifikasi bagi masyarakat untuk mengesampingkan ide dari pengetahuan lain, seperti ekonomi Islam. Hal ini diakibatkan adanya hegemoni literature ekonomi konvensional terhadap ekonomi Islam, sehingga setiap prilaku kita tidak lepas dari pengaruh ekonomi konvensional.
2) Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal
Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Masyarakat bersentuhan langsung dengan konsep ekonomi konvensional, di berbagai bidang konsumsi, produksi, distribusi dan lainya. Sehingga pemahaman baru sulit dipaksakan dan diterima oleh masyarakat yang lebih dahulu beresntuhan dengan konsep ekonomi konvensional. Kita telah mengetahui ekonomi konvensiona merupakan kepanjangan dari system ekonomi kapitalis meskipun tidak sepenuhnya. Karena secara tersirat ekonomi konvensional juga mengadopsi system ekonomi sosialis. Di sinilah salah satu letak kelemahan system ekonomi Islam. 3) Tiada representasi ideal Negara yang menggunakan system ekonomi Islam Di beberapa Negara yang menggunakan Islam sebagai pedoman dasar kenegaraanya ternyata belum mampu sepenuhnya mengelola system perekonomiannya secara professional. Bahkan banyak Negara-negara Islam di Timur Tengah yang tingkat kesejahteraanya kurang maju jika dibandingkan dengan Negara Eropa dan Amerika. 4) Pengetahuan sejarah pemikiran ekonomi Islam kurang Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan pengetahuan Eropa tidak lepas dari peranan pengetahuan Islam. Masa transformasi pengetahuan yang terjadi pada abad pertengahan kurang dikenal oleh masyarakat. Hal ini yang menyebabkan timbulnya pemahaman bahwa pengetahuan lahir di daratan Eropa, apalagi berbagai informasi lebih mengarahkan pada pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Eropa. Karenanya lebih mengenai Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, JM Keynes dan sebagainya, dibandingkan dengan tokoh-tokoh ekonomi Islam seperti Abu Yusuf, Ibnu Ubaid, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Khaldun dan sebagainya. Padahal mengetahui perkembangan sejarah pemikiran ekonomi akan menimbulkan kebanggaan masyarakat terhadap tokoh-tokoh ekonomi Islam. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap pemikiran tokoh-tokoh ini. 5) Pendidikan masyarakat yang materialism's Pengangguran di masyarakat bukan murni cerminan perilaku malas. Tetapi, pengangguran di sini lebih banyak disebabkan oleh dampak pemahaman masyarakat mengenai makna tentang jenis dan pendapatan/penghasilan usaha yang belum tepat. Sementara kita harus jujur mengakui ekonomi Islam masih belum berperanan maksimal dalam membantu mengangkat ekonomi kerakyatan. Sebagai contoh pedagang lebih mnyukai meminjam pada rentenir di banding pada BMT yang ada. Karena rentenir tidak memerlyukan persyaratan yang ‘ribet’, sementara BMT atau BPRS memerlukan segudang jaminan sebagai syarat peminjaman Sebagai kesimpulan ekonomi Islam masih memiliki banyak kelemahan baik dari sumber daya manusia atau tenaga ahli. Hal ini berbeda dengan pesatnya perkembangan ekonomi kapitalis mau tidak mau kita harus mengakuinya.