PENDAHULUAN
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI
mengikuti saya” dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti
yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. Tidak ada afek datar atau afek tidak serasi,
halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. Pasien memiliki satu atau
beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga
berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali
sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman-temannya.Diagnosis
mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari
pengobatan secara sukarela. Mereka sering sangat sensitif, argumentatif, meskipun ia
dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia
cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat
ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila
terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung
terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi
seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas
setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide
paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi.paranoid sering terdapat pada orang
tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan.reaksi paranoid akut sering
ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur
karena sakit (dan sensorisnya terganggu). Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga
1
seperti ini sebagai etiologi belum pasti.mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan
oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI WAHAM
3
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat dosa atau
perbuatannya tidak dapat diampuni lagi
3. Waham Curiga/Paranoid/Kejar
Keyakinan klien terhadap seseorang/kelompok secara berlebihan yang berusaha
merugikan, menciderai,menggangu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekannya
Contoh :” banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup
saya, suster akan meracuni makanan saya”
4. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan klien terhadap tubuhnya/penampilan/fungsi tubuhnya sudah berubah (ada
sesuatu yang tidak beres)
Contoh :” sum-sum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya
banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang”
5. Waham Keagamaan
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh :” tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surge”
6. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya/orang lain sudah tidak ada didunia/meninggal dunia
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh :” saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini adalah roh-
roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”
7. Waham Bizar
- Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan
kedalam pikiran dirinya
- Siar piker yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh/disampaikan oleh
orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata
mengatakan kepada orang tersebut
- Control piker/waham pengaruh yaitu keyakinan kllien bahwa pikiran, emosi dan
perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan diluar dirinya yang aneh
4
II.3. Proses Terjadinya Masalah Waham
a. Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir : waham yaitu gangguan
konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri.
Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masalalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungan menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang – ulang. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang
lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif
serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.keyakinan religiusnya bahwa
apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
b. Fase-fase Waham
Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
5
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya.Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi
sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
c. Faktor
1. Faktor Predisposisi
Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang.
6
Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan.
Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan sell kortikal dan limbik.
Faktor Genetik
2. Faktor Presipitasi
Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
Faktor Biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham ada seseorang.
Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien.
7
d. Rentang Respon Neurobiologi
Respon Adaptif Respon
Maladaptif
8
e. Patofisiologi
Rentang Respon
Ada support lingkungan
Kadang proses Pikir
terganggu
Ilusi
Emosi Berlebihan
Berperilaku yang Nyaman berbohong
tidak biasa
Menarik diri
9
II.4. Tanda dan Gejala
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Mengancam secara verbal
d. Aktivitas tidak tepat
e. Curiga
Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai berikut:
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
c. Mudah tersinggung
d. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Menghindar dari orang lain.
f. Mendominasi pembicaraan.
10
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman
berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak
mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
11
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social,
terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam
pendidikan maupun karier, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau
perasaan negative terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilaangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas.
Pada pasien waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan akan dirinya
adalah sesuatu yang pantas untuk ditirukan an diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah dalam kehidupannya.
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai.
2. Identitas diri
12
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mempu mengambil keputusan.
3. Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat.
4. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
5. Harga diri.
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif terhadap diri
sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
c. Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham
yang dialami. Misalnya waham curiga , klien menghindari orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
7. Status mental
a. Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
b. Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraannya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan.
c. Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh
d. Afek dan Emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak sesuai
dengan keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/ dipisahkan dari atau yang lainnya.
13
e. Interaksi selama wawancara
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
f. Persepsi–Sensori
1. Tidak ada halusinasi
2. Tidak ada ilusi
3. Tidak ada depersonalisai
4. Tidak ada realisasi
5. Tidak ada gangguan somatusensorik
g. Proses Pikir
1. Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik : bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum)
2. Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama/kepercayaan
yang berlebihan.
Waham somatic/hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya
ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya
mencair, perutnya ada kuda.
Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan,
kekuatan, pendidikan, kekayaan atau kekuasaan secara luar biasa,
seperti “Saya ini ratu adil, nabi, superman dan lain-lain”.
Waham curiga/kejaran yaitu keyakinan klien terhadap seseorang/
kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai,
mengganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekan dirinya.
Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/orang lain
sudah meninggal/dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-
apanya lagi.
Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/selalu
salah/berbuat dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
Waham bizar terdiri dari:
Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
14
Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang
ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada
orang tersebut.
Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh
kekuatan di luar dirinya yang aneh.
8. Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak nomal,
bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi) dan
pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar ( diluar dirinya ) sudah terganggu dan
secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
9. Memori
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
15
b. Diagnosa Keperawatan
16
disukai
d. jelaskan tujuan
pertemuan
e. jujur dan
menempati janji
f. tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
2. Jangan
membantah dan
mendukung waham
klien
a. katakana
perawat menerima
keadaan keyakinan
klien. “saya
menerima
keyakinan anda”.
b. katakana
perawat tidak
mendukung. “sukar
bagi saya untuk
dapat
mempercayainya”.
3. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
terlindung
a. “anda berada di
tempat yang aman
dan terlindung”.
b. Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien
sendirian.
TUK 2 : 1. Klien mampu 1. Beri pujian pasa Meningkatkan
Klien dapat mempertahankan aktivitas penampilan dan orientasi klien
mengidentifikasikan sehari-hari kemampuan klien pada realita dan
kemampuan yang 2.Klien dapat mengontrol yang realistis meningkatkan
dimiliki wahamnya 2. Diskusikan rasa percaya
dengan klien klien pada
kemampuan yang perawat
dimiliki pada
waktu lalu dan saat
ini yang realistis
(hari-hari terlibat
17
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas
sehari-hari dan
perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukan
saat ini
4. Jika klien selalu
bicara tentang
wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada (perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3 : 1. Kebutuhan klien terpenuhi 1. Observasi Reinforcement
Klien dapat 2. Klien dapat melakukan kebutuhan klien adalah penting
mengidentifikasi aktivitas secara terarah sehari-hari untuk
kebutuhan yang 3. Klien tidak 2. Diskusikan meningkatkan
tidak terpenuhi menggunakan/membicarakan kebutuhan klien kesabaran diri
wahamnya yang tidak klien.
terpenuhi selama Mengetahui
dirumah maupun penyebab curiga
dirumah sakit dan intervensi
3. Hubungkan selanjutnya
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dengan timbulnya
waham
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
untuk
menggunakan
wahamnya
TUK 4 : 1. Klien mampu berbicara 1. Berbicara Dengan
Klien dapat secara realitas dengan klien dalam meningkatkan
berhubungan 2. Klien mengikuti terapi konteks realitas aktifitas tidak
18
dengan realitas aktivitas kelompok (realitas diri, akan
realitas orang lain, mempunyai
waktu dan tempat) waktu untuk
2. Sertakan klien mengikuti
dalam terapi wahamnya
aktivitas kelompok
: orientasi realitas
3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positif yang
dilakukan klien
d. Implementasi
a. SP 1 pasien
19
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Pasien bicara konteks realita.
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
b. SP 2 pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki.
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
c. SP 3 pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu(SP 2)
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
3. Pilih dan letih potensi kemampuan lain yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal.
d. SP 1 keluarga :
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan proses teradinya waham.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
4. Latih (stimulasi) cara merawat.
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
e. SP 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih keluarga merawat langsung pasien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.
f. SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Evaluasi kemampuan pasien.
3. Rencana tidak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
1. Fase Pra-interaksi
Kondisi : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan tuhan atau sang
hyang widi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan berbagai penyakit
dan dapat berbicara dengan tuhan.
Diagnosa Kep : gangguan proses fikir, waham kebesaran
Tujuan khusus : TUK 1,3
Intervensi : SP 1 Pasien
20
2. Fase orientasi
“selamat pagi, perkenalkan nama saya Agustin, saya perawat yang dinas pagi ini
diruang melati. Saya dinas dari pk 07.00-14.00 nanti, saya yang akan merawat
abang hari ini. Nama abang siapa?, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?’’
“berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? , kalau 15 menit?”
“dimana enaknya kita berbincang bincang bang?”
3. Fase Kerja
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi,
bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B
rasakan?“
“oh… jadi bang B merasa takut nanti diatur atur oleh orang lain yang tidak punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“siapa menurut bang B yang mengatur-atur diri abang?”
“jaid ibu yang terlalu mengatur-atur ya bang , juga kakak dan adik abang yang
lain?”
“kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“oh bagus, abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang”
“wah bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau dirumah terus ya”
4. Fase Terminasi
“bagaimana perasaan bang B setelah berbincang bincang dengan saya?”
“apa saja yang tadi telah kita bicarakan? Bagus”
“bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“bagaimana kalau saya dating kembali dua jam lagi?”
“kita bercakap cakap tentang kemampuan yang pernah abang miliki? Mau dimana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini lagi?”
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien tetap mengaku kalua dirinya nabi, terlihat gelisa dan tidak tenag
jika ada yang mengatur dirinya. klien ingin melakukan kegiatan yang disenagi
tetapi selalu dilarang keluarga.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan pikir;Waham kebesaran
21
Tujuan Khusus: TUK 2
Intervensi: SP 2 Pasien
2. Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B, bagaimana perasaanya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang ?”
“Bagaimana kalu kita bicarakan tersebut sekarang ?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? bagaimana kalua 20 menit
tentang hal tersebut?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hobby abang? saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho B” ( atau yanga lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali beljar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain barmain volley?”
4. Fase Terminasi
“Bagaimana bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latiha volley sesuai dengan jadual yang telah
kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalaunanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”
“Bagaimana kalua sekarang bang B teruskan kemampuan bermain volley tersebut
…….”
1. Fase prainteraksi
Kondisi:klien senang olah raga volley dan ingin ikut kegiatan ini baik dirumah
sakit atau saat pulang kerumah nanti.
Diagnose Kep: Gangguan proses piki; Waham kebesaran
22
Tujun Khusus: TUK 6
Intervensi: SP 3 Pasien
2. Fase Orientasi
“selamat pagi bang B”
“bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”” dimana kita mau berbicara?
Dikamar makan?”” berapa lama bang B mau kita bicarakan? 20 atau 30 menit.
3. Fase Kerja
“bang B berapa macam obat yang diminum / jam berapa saja obat diminum ?”
“bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidunya juga tenang”
“obatnya ada 3 macam bang, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu
ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dn jam 7 malam”.
“bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”
“sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”.
“obat – obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu ag lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”.
4. Fase Terminasi
“bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap – cakap tentang obat yang
bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“jadwal yang kita buat kemarin dilanjutkan ya bang”
“bang, besok kita ketenu lagi untuk melat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?””
sampai besok”.
a. Tujuan :
23
2. keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya
b. Tindakan :
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
1. Fase Prainteraksi
Kondisi : klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit,
sudah tidak pernah mengatakan dirinya nabi lag. Keluarga mengunjungi klien dan
terlihat sedihdan bingung dengan kondisi klien.
24
2. Fase Orientasi
“ Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu
siapa, senangnya dipanggil apa ? ”
“ Bagaimana kalau kita sekarang membicarakan tentang masalah bang B dan cara
merawat bang B di rumah ? ”
3. Fase Kerja
“ Pak, bu, apa masalah yang bapak/ibu rasakan dalam merawat bang B ? Apa
yang sudah dilakukan di rumah ? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak
yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi
merupakan salah satu gangguan proses berfikir. Untuk itu akan saya jelaskan
sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia
seorang nabibapak/ibu dengan mengatakan :
“ Pertama : Bapak/ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu
untuk mempercayainyakarena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“ Kedua : bapak dan ibu harus sering-sering memuji B jika ia melakukan hal-hal
yang baik “
“ Ketiga : Hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan B “
“ Keempat : Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang ? “ ( Jika anak mau mencoba
berikan pujian ) “ Pak, bu B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang “
25
“ Obatnya ada 3 macam, yang warna oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara
teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh
kembali.” ( Libatkan keluarga saat menjelaskan penjelasan tentang obat kepada
klien ). Bang B sudah memiliki jadwal minum obat. Jika ia minta obat sesuai
dengan jam yang ditentukan, berikan ia pujian.
4. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat Bdi rumah ? “
“ Setelah ini caba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung ke rumah sakit “
“ Baiklah bagaimana kalu 2 hari lagi bapak dan ibu kembali lagi kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan
kita tadi “
1. Fase Prainteraksi
Kondisi “ keluarga sudah mengeti tentang kondisi klien dan cara merawatnya
dirumah. cara minum obat dan jenis-jenis obat.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses pikir;Waham kebesaran
Tujuan khusus : TUK 5
Intervensi : Sp 2 keluarga
2. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak,bu,sesuai janji kita berdua hari yang lalu kita sekarang ketemu
lagi”
“Bagaimana pak,bu ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu”
26
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut pak,bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsu ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
3. Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan
ibu pratekkan cara bicara ynag benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti
ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang
dimiliki B.Bagus”
“Sekarang coba memotivikasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
4. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yng sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk B?”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang lagi kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya “
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu ditempat ini ya pak,bu”.
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dilatih
langsung ke klien. Kondisi klien sudah mampu mengikuti kegiatan harian di
ruangan dan latihan beberapa kemampuan
Intervensi: Sp 3 keluarga
2. Fase Orientasi
27
“Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B
selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk
di sini”
“Bearapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”
3. Fase Kerja
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira
dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap
menjelaskan di rumah, dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan),
atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut dalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang
nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membayangkan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi suster E puskesmas…., puskesmas terdekat dari rumah ibu dan
bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0321)321xxx. Selanjutnya suster E yang
akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah”
4. Fase Terminasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Inderapuri. Kalau
ada apa-apa Bpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan
administrasi ke kantor depan.”
28
e.Evaluasi
Nama pasien :
Nama ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda (v) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan dibawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian.
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan.
2 Menyebutkan cara memenhi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
3 Mempraktekkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
4 Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki.
5 Mempraktekkan kemampuan positif yang dimiliki.
6 Menyebutkan jenis,jadual dan waktu minum obat.
7 Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hari.
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham.
2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan waham.
3 Mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham.
4 Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien di rumah
(discharge planning)
29
BAB III
3.1 Kasus
Tn. K, berusia 38 tahun seorang pegawai pabrik yang baru saja terkena PHK.
Dengan keadaan ekonomi yang rendah Tn. K merasa kebingungan dan putus asa untuk
membiayai kehidupan sehari-harinya. Tn. K terbebani oleh biaya sekolah ketiga anaknya
yang masih perlu biaya banyak. Selain itu Tn. K terdesak oleh tuntutan dari istrinya untuk
segera mendapatkan uang yang banyak. dan setelah lama Tn. K tidak mendapatkan
pekerjaan dan dengan keadaan mendesak Tn. K terbesit memikirkan untuk mendapatkan
uang banyak dengan cara mencuri. Lalu pada suatu ketika Tn. K mencuri kemudian
akhirnya tertangkap dan masuk penjara. Setelah sekian lama di penjara akhirnya Tn. K
bebas dari penjara dan kembali ke lingkungan sebelum saat masuk penjara.
Setelah kejadian itu, saat setiap bertemu orang Tn. K selalu dituduh akan mencuri
barang tetangganya. Dia merasa rendah diri, kemudian dia sejak saat itu bertingkah aneh.
Dia mengulang-ulang kata “orang-orang sedang mengejar saya,saya harus sembunyi”,
padahal tidak ada orang yang mengejarnya atau berniat jahat padanya. Kesehariannya dia
banyak menyendiri. Karena istrinya merasa khawatir, akhirnya Tn.K dibawa ke RSJ
dengan alasan sering marah-marah dan merasa ketakutan. Saat diwawancara, Tn.K selalu
berusaha mempertahankan pendapatnya dan merasa curiga. Dari hasil observasi didapat
data tentang klien, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernafasan
20x/menit, suhu : 37,5oC
30
3.2Pembahasan
PENGKAJIAN
Ruang Rawat :
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : 38 tahun
Nomor CM :
Pasien mengatakan seperti ada yang mengejarnya atau berniat jahat padanya.
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ? px tidak pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu.
Gejala :-
Riwayat pengobatan : -
31
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
2. Ukuran
TB : 160 cm BB : 65 kg
3. Keluhan fisik
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri
e. Harga diri : Perasaan marah karena selalu dituduh oleh orang lain.
3. Hubungan Sosial
32
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :selalu dituduh akan mencuri barang
tetangganya padahal px tidak melakukan hal tersebut.
5. Spiritual
1. Penampilan : tidak rapi karena px sering berlarian saat di dekati oleh orang lain
3. Aktifitas Motorik : px merasa tegang dan tremor saat di lakuakan pendekatan pada
dirinya
a. Afek : tumpul
5. Interaksi selama wawancara : curiga dan mudah tersinggung karena merasa dirinya
tidak melakukan hal yang dituduhkan orang lain .
6. Persepsi-Sensori
7. Proses Pikir
Perseverasi
33
Jelaskan : karena pasien mengulang kata “ orang-orang sedang mengejar
saya, saya harus sembunyi”
b. Isi pikir
Social isolation : px dikucilkan dari lingkungan sekitarnya atau masyarakat,
merasa ditolak, tidak disukai orang lain, dan tidak enak berkumpul dengan
orang lain.
Waham : waham curiga
8. Tingkat kesadaran : px merasa bingung karena selalu merasa ia dikejar oleh orang lain
9. Memori : gangguan daya ingat jangka panjang karena setelah kejadian itu px setiap
bertemu orang selalu dituduh akan mencuri barang,
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung : px selalu berfokus pada argumennya tetang
banyak orang yang menuduhnya mencuri barang
12. Daya tilik diri : menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya karena
34
a. Perawatan diri : px dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda ? px puas dalam makan
Apakah anda makan memisahkan diri ? px makan bersama keluarga tapi tanpa
komunikasi
Berat badan
BB tetap
BB saat ini 65 kg
BB terendah 60 kg
BB tertinggi 70 kg
c. Tidur
35
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : ya
Terapis: tidak
Kelompok social : tidak karena px merasa selalu dituduh mencuri oleh orang lain
disekitarnya.
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi: px tidak
mempunyai pekerjaan.
36
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Diagnosa medik :
Terapi medik :
DO :
DO :
DO :
37
3.2.2 Pohon Masalah
3.2.4 NCP
38
berdampingan maupun non dan mau
6. Klien mau verbal berinteraksi
mengutarakan b.Perkenalkan
rasanya diri dengan
sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap dan
nama
panggilan
yang disukai
d.Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
1.2 Jangan
membantah
dan
mendukung
waham klien
a. Katakan
perawat
menerima
keadaan
keyakinan
klien. “saya
39
menerima
keyakinan
anda “.
b.Katakan
perawat
tidak
mendukung.
“sukar bagi
saya untuk
dapat
mempercaya
inya”.
1.3 Yakinkan
klien dalam
keadaan aman
dan
terlindung.
a. “ Anda
berada di
tempat yang
aman dan
terlindung”
b. Gunakan
keterbukaan
dan
kejujuran,
jangan
tinggalkan
klien
sendirian.
40
sikan kan aktivitas dan dan
kemampuan sehari-hari kemampuan meningkatkan
yang dimiliki 2. Klien dapat klien yang rasa percaya
mengontrol realistis. klien pada
wahamnya perawat
2.2 Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu
lalu dan saat
ini yang
realistis. (hari-
hari terlibat
diskusi
dengan
waham).
2.3 Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan
dengan
aktivitas
sehari-hari
dan perawatan
diri) kemudian
anjurkan
untuk
melakukan
saat ini.
2.4 Jika klien
selalu bicara
tentang
wahamnya
41
dengarkan
sampaikebutu
han waham
tidak ada.
(perawat perlu
memperhatika
n bahwa klien
penting).
42
klien dan
memerlukan
waktu dan
tenaga.
3.5.Atur situasi
agar klien
tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya
43
TUK 5: Kriteria 5.1 Diskusikan Reinforcement
Klien dapat Evaluasi: dengan adalah penting
dukungan 1. Keluarga keluarga untuk
keluarga dapat tentang. meningkatkan
membina Gejala kesadaran
hubungan waham klien akan
saling percaya Cara realitas
dengan merawatnya
perawat Lingkungan
2. Keluarga keluarga
dapat Follow up
menyebutkan dan obat
pengertian, 5.2 Anjurkan
tanda dan keluarga
tindakan untuk melaksanakan
merawat klien dengan
dengan waham bantuan
perawat
6.1 Diskusikan
TUK 6: Kriteria dengan klien Perhatian
Klien dapat Evaluasi: dan keluarga keluarga dan
menggunakan 1. Klien tentang obat, pengertian
obat dengan menyebutkan dosis, keluarga akan
benar manfaat, dosis frekuensi, efek dapat
dan efek dan akibat membantu
samping obat penghentian klien dalam
2. Klien dapat 6.2 Diskusikan mengendalikan
mendemonstra perasaan klien wahamnya
sikan setelah makan
penggunaan obat Obat dapat
obat dengan 6.3 Berikan obat mengontrol
benar dengan prinsip waham yang
3. Klien dialami klien
44
memahami 5 benar dan
akibat observasi
berhentinya setelah makan
obat tanpa obat
konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat
3.2.5 IMPLEMENTASI
Strategi pelaksaan (SP) berdasarkan pertemuan
SP 1 pasien
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Pasien bicara konteks realita.
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 2 pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki.
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3 pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu(SP 2)
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
3. Pilih dan letih potensi kemampuan lain yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal.
SP 1 keluarga :
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan proses teradinya waham.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
4. Latih (stimulasi) cara merawat.
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
SP 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih keluarga merawat langsung pasien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 3 keluarga
45
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Evaluasi kemampuan pasien.
3. Rencana tidak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
46
3.2.6 Strategi Perencanaan Tindakan Keperawatan
A. PRA INTERAKSI
1. Kondisi : Klien merasa rendah diri, bertingkah aneh, banyak menyendiri, sering
marah-marah dan merasa ketakutan. Klien selalu mempertahankan pendapatnya dan
merasa curiga.
2. Diagnosa : Waham Curiga
3. Tujuan :
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
TUK 4: Klien dapat berhubungan dengan realitas.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (Pasien)
a. Mengidentifikasi kebutuhan.
b. Klien bicara konteks realita.
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak? Perkenalkan nama saya...Bapak bisa panggil saya... Saya
mahasiswa dari STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto.Saya bertugas disini selama
1 minggu, dan pasti bapak akan sering ketemu saya nanti.”
Kalau boleh tahu. Bapak namanya siapa? Dan senang dipanggil siapa??”
b. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
“ Bagaimana ceritanya sampai bapak di bawa kesini?” Coba ceritakan kepada
saya.
c. Kontrak
- Topik
47
“Bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan bapak saat
ini?” Tapi sebelum kita bercakap – cakap, apakah ada hal yang bapak
tanyakan atau keluhkan saat ini?”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang –
bincang di teras depan saja?”
- Waktu
“Apakah bapak sibuk hari ini, kalo bapak sibuk, bagaimana kalo kita
berbincang – bincangnya hanya 15 menit saja?”
2. Kerja
“Dulu Bapak bekerja dimana? Oh..bapak dulu seorang lurah ya,! (Wahh hebat ya
bapak, saya juga ingin bisa memimpin seperti bapak).”
(jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting. Karena dengan begitu
klien merasa diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya).
“Memberikan pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan klien”.
“Memberikan pujian kepada kemampuan klien yang realistis”
“Diskusikan kebutuhan klien apa aja hal yang tidak terpenuhi selama di rumah sakit
atau dirumah”
(“Apa keinginan bapak yang belum dilakukan selama di rumah dan di sini?”)
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Baiklah pak sampai disini dulu ya bincang-bincang kita.”
“Sekarang bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Klien dapat menceritakan hal – hal yang selama ini dialami oleh klien, dan
menceritakan kebutuhannya yang belum terpenuhi.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan cerita bapak?”
d. Kontrak
- Topik
“ Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin bapak lakukan, bagaimana bapak? Apa bapak
setuju?”
48
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya Pak.”
- Tempat
“ Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”
- Waktu
“ Enaknya kita nanti berbincang-bincang lagi jam berapa pak? Baiklah, jadi
kita akan berjumpa lagi nanti ya pak, jam 14.00 WIB. Sampai jumpa. Selamat
pagi”
49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
1. Kondisi : Klien dapat menceritakan hal-hal yang selama ini dialami dan
menceritakan kebutuhannya yang belum terpenuhi.
2. Diagnosa : Waham Curiga
3. Tujuan : TUK3Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (Pasien)
c. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat siangpak ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi. “Bagaimana kabar bapak? Tadi bapak sudah makan siang apa
belum?”
b. “Evaluasi Validasi
- “Bagaimana perasaan bapak sekarang? ”
c. Kontrak
- Topik
“Bapak, masih ingat apa yang akan kita bicarakan kali ini? baik, sesuai
dengan janji kita, hari ini kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang ingin
bapak lakukan, dan mencoba melakukannya lagi.”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang –
bincang di teras depan saja?Seperti janji kita kemarin.”
- Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang – bincangnya selama 1 jam? Selama itu
kita juga melakukan beberapa hal yang ingin bapak lakukan?”
50
2. Kerja
“Bagaimana pak, apa yang ingin bapak lakukan hari ini?” Oh...bapak ingin
melukis, baiklah pak kita coba melukis lagi.
“Selain melukis, hal yang ingin bapak lakukan apa? “Sepak bola ya, baiklah itu
nanti akan kita lakukan juga”
“Bapak, jika bapak menginginkan sesuatuhal, sebaiknya jangan dipendam saja,
coba dilakukan”
“Ketika Bapak dalam kesulitan jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan
kepada orang terdekat, karena insyaAllah orang terdekat bapak akan membantu
bapak.”
“Oh ya pak, bapak sekarang waktunya minum obat, bagaimana pak apa bapak
masih ingat dengan warna obatnya?” Mari pak saya bantu untuk mengambilkan
obatnya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Baiklah pak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana perasaan
Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi dan melakukan beberapa hal yang
ingin bapak lakukan?”
b. Evaluasi objektif
“Klien dapat menceritakan dan melakukan kemampuan yang dimiliknya.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan kegiatan ini bapak?”
d. Kontrak
- Topik
“ Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin bapak lakukan, bagaimana pak? Apa bapak setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak”.
- Tempat
“ Dimana besok kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di taman
depan?”
- Waktu
“ Enaknya kita besok berbincang – bincang lagi jam berapa pak? Bagaimana
kalau pukul 08.00 WIB.”
51
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Orientasi :
a. Salam terapeutik : “Selamat pagi Bapak.Seperti janji kemarin, sekarang kita
bertemu lagi“
b. Evaluasi/ Validasi: “Apakah tidur bapak nyenyak malam tadi ? Bagaimana
perasaan bapak pagi ini ?. Apakah merasa lebih baikan setelah bangun tidur.
Apakah bapak ingat kejadian marah-marah bapak kemarin, kalau boleh tau
kenapa bapak marah kemarin? “.
c. Kontrak
a. Topik : Baiklah kita hari ini akan membahas penyebab kemarahan bapak
kemarin.
b. Tempat : Mau dimana pak kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di
taman, suasananya lebih sejuk ?
c. Waktu : Mau Berapa lama pak ? Bagaimana kalau lima belas menit ?.
2. Kerja
52
“Jadi begini pak, kita hari sharing aja hari ini tentang perasaan bapak. Bapak
boleh mengungkapkan perasaan bapak ketika marah. Anggap saja saya teman
bapak atau saudara bapak.”
“Maaf ya pak saya ingin tanya, Pada saat marah hal apa yang ingin bapak katakan
saat itu ?.”
“Lalu hal apa yang biasanya bapak lakukan ketika marah ?.”
“Jadi begini, ketika bapakingin marah coba bapak ungkapkan perasaannya pada
saya, Nanti saya akan membantu bapak untuk mengontrol kemarahan Bapak dan
saya akan membantu bapak juga untuk mengontrol penggunaan obat dengan
benar yang sudah dianjurkan dokter agar bapak lebih baikan. Juga membantu
Bapak sendiri untuk menggunakan obat dengan benar agar dapat
mendemontrasikan penggunaan obat nantinya.”
“Baiklah waktu kita sudah habis.”
3. Terminasi
c.Rencana tindak lanjut : Baiklah, sudah banyak hal yang kita bicarakan hari ini,
nanti ketika bapak merasa tidak baikan atau ingin marah lagi bapak bisa panggil
saya, nanti saya akan membantu bapak untuk mengungkapkan perasaannya, dan
membantu mengontrolnya.
4. Kontrak
a. Waktu : Pak,besok kita akan bertemu lagi jam 8 pagi, bagaimana Pak?
b. Tempat : Bagaimana kalau tetap disini saja ?
c. Topik : Besok saya akan membantu mengembangkan kemampuan bapak.
Sampai besok pak, terima kasih untuk waktunya.
53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
a. Kondisi : Klien dapat menceritakan penyebab dari kemarahannya dan apa saja
yang dilakukannya saat marah.
b. Diagnosa : Waham Curiga
c. Tujuan : TUK 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
d. Rencana Tindakan Keparawatan : SP3 (Pasien)
a. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
b. Memilih kemampuan yang lain untuk dilakukan
c. Pilih dan latih kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Teraupeutik
Selamat pagi Pak. Seperti janji kita kemarin, hari ini kita bertemu lagi Pak.
b. Evaluasi
“Bagaimana kabar bapak sekarang?”
“Apa bapak masih ingat tentang hal yang kita bicarakan kemarin? “.
“Coba bapak ingat-ingat lagi, apa benar bapak bercakap-cakap masalah itu?’’
c. Kontrak
- Topik
“Nah, sekarang bagaimana jika hari ini kita bercakap-cakap tentang hobi
yang bapak miliki?”
- Tempat
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hobi bapak?”
- Waktu
54
“Kira-kira berapa lama bapak mempunyai waktu untuk bercakap-cakap
tentang hobi bapak?”
“Bagaimana kalau 15 menit, apa bapak bersedia?”
2. Kerja
“Apa saja hobi yang bapak miliki?, saya catat ya pak, terus apa lagi pak?”
“Wah ternyata bapak hebat ya, tidak banyak lho orang yang mempunyai hobi
seperti yang bapak miliki”.(beri pujian tentang apa yang di ungkapkan oleh
pasien).
“Dapatkah bapak ceritakan kepada saya, kapan pertama kali bapak memilih hobi
itu?”
“Siapa yang dulu mengajarkan kepada bapak, di mana?”
“Dapatkah bapak peragakan kepada saya bagaimana bapak melakukan hobi itu
dengan baik?”
“Wahhh ternyata bapak hebat ya, saya ingin mempunyai bakat seperti bapak”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bapak mau melakukan hobi bapak itu?”
“Lalu apa harapan bapak dari kemampuan yang bapak miliki ini?”
“Apakah ada yang lain kemampuan/hobi bapak yang lain selain ini?”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyek
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan bapak tadi?”
b. Evaluasi obyektif
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh
klien, dan menceritakan kemampuan yang lain selama ini telah dimiliki.
c. Rencana Tindak Lanjut
“ Setelah ini coba bapak melakukan hobi yang bapak miliki dengan saya
sesuai jadwal yang sudah kita buat ya pak. ”
d. Kontrak
-Topik
Lain waktu, kita bertemu lagi ya pak, lalu kita berbincang-bincang lagi tentang
hal yang lain ya pak, dan di lain waktu bagaimana kalau kita melakukan apa
yang bapak ingin lakukan? Apa Bapak setuju?”
-Tempat
55
“Dimana saya akan menemui Bapak, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
-Waktu
“Kalau waktunya, kira-kira jam berapa?, Bagaimana kalau seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi.”
56
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
a. Kondisi
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh klien,
dan menceritakan kemampuan yang lain selama ini telah dimiliki.
b. Diagnosa : Waham Curiga
c. Tujuan : TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Rencana Tindakan Keperawatan : SP3 (Pasien)
a. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
b. Memilih kemampuan yang lain untuk dilakukan
c. Pilih dan latih kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Teraupeutik
“Selamat pagi Bapak. Seperti janji kita kemarin, sekarang kita bertemu lagi
Pak”.
b. Evaluasi
“Bagaimana kabar bapak sekarang?”
“Kemarin bapak bercakap-cakap dengan saya sebelumnya tentang apa? Apa
bapak masih ingat? “
“Coba bapak ingat-ingat lagi, apa benar bapak bercakap-cakap masalah itu?’’
Apakah bapak masih ingin melakukan hobi itu hari ini?
c. Kontrak
- Topik
“Nah, sekarang bagaimana jika hari ini kita melakukan hobi yang bapak ingin
lakukan tersebut.
- Tempat
“Dimana enaknya kita melakukan kegiatan yang bapak inginkan?
57
- Waktu
“Kira-kira berapa lama bapak mempunyai waktu untuk melakukan hobi bapak
itu?”
“Bagaimana kalau 15 menit, Pak?
2. Kerja
“Bapak ingin melukis apa?”
“Oh, bapak suka melukis model motor, ya sudah pak, sekarang kita akan melukis
dengan model yang bapak inginkan, bagaimana pak? Apa bapak setuju?”
(beri masukan – masukan yang positif tentang hobi yang sedang dilakukan oleh
Tn.R)
Setelah selesai melakukan hobi yang di inginkan Tn.R, beri pujian terhadap apa
yang di lakukan oleh Tn.R.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita melakukan hobi bapak?
b. Evaluasi obyektif
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan perasaannya setelah
mengeksplorasi keinginan yang ingin ia lakukan.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bapak hari ini bapak sudah melakukan hobi yang ingin Bapak lakukan, jadi
jika bapak ingin melakukan hal – hal yang dapat menunjang hobi yang positif
untuk bapak, bapak bisa belajar melakukannya setiap hari.”
d. Kontrak
-Topik
Lain waktu, kita bertemu lagi ya pak, lalu kita berbincang-bincang atau
melakukan suatu kegiatan lagi tentang hal yang lain ya pak, Apa Bapak
setuju?”
-Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
-Waktu
“Kalau waktunya, apa Bapak punya pandangan jam berapa?, Bagaimana kalau
seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
58
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
a. Kondisi
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan perasaannya setelah
mengeksplorasi keinginan yang ingin ia lakukan.
b. Diagnosa : Waham Curiga
c. Tujuan : TUK 5. Klien dapat dukungan keluarga
d. Rencana tindakan keperawatan : SP1 (Keluarga)
a. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan proses terjadinya waham
c. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham
d. Latih (stimulasi) cara merawat
e. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, bu. Perkenalkan nama saya..., saya mahasiswa keperawatan
STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto. Bu, saya bertugas di sini selama 1 minggu,
Ibu akan sering ketemu dengan saya nanti. Saya yang merawat Tn. R selama ini.
Nama ibu siapa? Boleh saya tahu Ibu siapanya Tn.R?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Tn.R dibawa kesini, coba ibu ceritakan kepada
saya?”
c. Kontrak
- Topik
59
“Ibu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah Tn. R dan
cara merawat Tn. R?”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
di ruang tamu ini?”
- Waktu
“Apakah ibu sibuk hari ini, kalau sibuk, kita berbincang-bincang 15 menit saja?”
2. Kerja
“Bu, apa masalah yang ibu rasakan selama merawat Tn.R?”
“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap Tn.R. Ketika klien marah-
marah.
“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya,setiap kali
Tn.R melakukan tindakan tadi,”
“Ibu pertama-tama, jika sedang bercakap-cakap dengan Tn.R, sebaiknya lebih
memperhatikan wajah Tn.R agar dia merasa dihargai dan bisa mengendalikan
wahamnya. Juga saat berbicara ibu sebaiknya menghindari nada tinggi dan tidak
keras-keras.”
“Kedua, hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
Tn. R”
“Ibu dapat bercakap-cakap denngan Tn. R tentang kebutuhan yang di inginkan Tn.
R.”
“Bagaimana kalau di coba sekarang?”
“Selain itu, Tn. R perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.”
“Obatnya ada tiga macam, yang warna orange namanya CPZ gunanya agar
Tn.Rtenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang. Semuanya ini harus di minum
secara teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan Dokter karena dapat menyebabkan Tn.R kambuh
lagi.”
“Tn. R sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jadwal
berikan kata pujian.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
60
“Baiklah, bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang merawat
Tn.R di rumah?”
b. Evaluasi Objektif
“Setelah ini coba ibu lakukan semua yang sudah saya jelaskan tadi.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah ibu ingin melanjutkan cerita ibu?
d. Kontrak
- Topik
“Baiklah bagaimana kalausayadatang lagi kesini dan akan mencoba
melakukan langsung cara merawat Tn.R sesuai dengan pembicaraan kita
tadi”
- Tempat
“Dimana besok saya berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”
- Waktu
“Enaknya besok berbincang-bincang lagi jam berapa bu? Kalau sama seperti
hari ini saja bagaimana bu? Baiklah, besok saya akan berjumpa dengan Ibu
besok ya bu jam 08.00?”
61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A. PRA INTERAKSI
a. Kondisi : Keluarga klien sudah mengerti bagaimana sikap dan cara
menghadapi klien. Keluarga klien dapat mengerti jadwal pemberian obat
kepada klien.
b. Diagnosa : Waham Curiga
c. Tujuan :
TUK 2 keluarga dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien
TUK 5 klien dapat dukungan keluarga
d. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 2 (Keluarga)
a) Keluarga mengevaluasi kemampuan SP 1
b) Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu. Seperti janji kita kemrin, sekarang kita bertemu lagi.”
b. Evaluasi/ Validasi
“Bu bagaimana dengan kegiatan kemarin yang sudah diajarkan untuk
Tn.R?”
“ Apakah Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
c. Kontrak
- Topik
“ Baiklah, kalau begitu Bu kita akan mengevaluasi kegiatan kemarin.”
- Tempat
“Ibu kita melakukannya di mana?”
“ Bagaimana Bu kalau kita langsung ke Tn.R saja, Tn R ada di taman.”
- Waktu
62
“ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”
2. Kerja
“ Nah, coba Ibu praktikkan lagi bagaimana cara merawatTn. R? Baiklah.”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang
dimilikiTn.R. Bagus.”
“Sekarang coba Ibu cara memotivasi Tn.R agar minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“Bagus sekali, ternyata Ibu sudah mengerti cara merawatTn.R.”
“Baiklah, Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Ibu ulangi lagi. Bagus.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana, apaIbu sekarang mulai bisa merawat Tn.R sendiri?”
b. Evaluasi Obyektif
“ Bagaimana, apa Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
Baiklah.”
c.Rencana Tindak Lanjut
“ BagaimanaIbu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga
nanti bisa mempermudah dan dapat membantu Ibu merawat Tn. R. Terima
kasih atas waktunya Ibu.”
d. Kontrak
Topik
“Ibu, kita besok bertemu lagi dan kita akan mencoba lagi cara merawat
Tn. R sampai Ibu lancar melakukannya.”
Tempat
“Di mana Bu kita bisa bertemu lagi?”
“ Bagaimana kita bertemu lagi di tempat ini ya Bu!”
Waktu
“ Enaknya kita besok bertemu lagi jam berapa Bu?”
“ Kalau waktunya sama seperti sekarang bagaimana?”
“ Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya Bu, jam 08.00 WIB.
63
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM
A.PRAINTERAKSI
a. Kondisi Keluarga : Keluarga pasien sudah mengerti cara merawat klien, cara memberi
pujian kemampuan yang dimiliki klien dan cara memotivasi klien untuk minum obat
dan melakukan kegiatan positifnya.
Kondisi pasien : Pasien sudah mampu memahami realita. Klien dapat berkomunikasi
dengan baik. Klien sudah tidak marah-marah dan tidak curiga.
b. Diagnosa : Waham Curiga
c. Tujuan :
1. TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a.Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi Bu. Berjumpa lagi dengan saya hari ini saya
akan menguji apakah ibu sudah memahami apa yang saya sampaikan
kemarin?”
64
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaanIbu pagi ini?”
c. Kontak
- Topik :
“Baiklah, hari ini kita akan membahas masalah apa yang Ibu hadapi saat
merawat Tn. R dan saya akan menjelaskan bagaimana cara merawatnya?
Bagaimana Bu?
- Tempat :
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di teras depan saja?
- Waktu :
“Sesuai kontrak kita yang sudah kita sepakati, kita akan berbincang-bincang
selama 15 menit.”
2. Kerja
“Sebaiknya Ibu tidak perlu khawatir dalam menghadapi sikap Tn. R yang sering
marah-marah dan merasa curiga.Hal yang harus Ibu lakukan adalah setiap Tn R
seperti itu Ibu dapat mencegah atau menenangkannya.
“Ibu dapat bercakap-cakap dengan Tn. R untuk mengalihkan perhatiannya untuk
menghindari tindakan-tindakan yang akan di lakukannya.
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Ibu selalu memberikan
motivasi dan hal-hal yang baik/positif,ya bu?”
“Bu,Tn. R perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang, sehingga dapat tidur
dengan nyenyak.”
“Obat ini harus di minum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan Tn.R kambuh kembali.
Dan Ibu juga harus mengontrol Tn.R jangan sampai lupa minum obatnya, jika Tn.R
nantinya lupa belum minum obat dengan batas waktu lebih dari 4 jam, Tn.R tidak
boleh minum obatnya sebaiknya Ibu memberikan Tn.R untuk meminumnya di jam
berikutnya. Apakah Ibu sudah jelas?
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Tn.R ya Bu?”
“Tn. R sudah ada peningkatan sebelum Tn.R dapat dibawa pulang, Tn.R akan di
evaluasi lebih lanjut agar kondisinya tidak lagi kambuh.”
3.Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
65
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara
merawat Tn.R di rumah?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba Bapak/Ibu sebutkan cara merespon/menanggapi Tn.R saat mengalami
waham kembali?”
“Tn.R sudah tidak lagi marah – marah tidak jelas, tapi masih perlu evaluasi lebih
lanjut.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Setelah ini coba Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk keluarga yang ada
di rumah ya Bu? Dan lakukan yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong untuk
membantu Tn. R untuk meminum obatnya sesuai yang saya ajarkan tadi.”
“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Tn.R Ibu, misalnya selalu marah sendiri tanpa sebab dan sering menyalahkan
orang lain tanpa sebab juga. Sering tampak tegang dan kacau ketika marah,
menolak minum obat atau memperhatikan perilaku yang membahayakan orang lain
. jika hal ini terjadi tolong hubungi saya.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol ya Bu? Jika obatnya sesudah habis Ibu bisa kesini
lagi untuk konsultasi.”
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi Bu?”
“Iya sama-sama. Waalaikumsalam.” (Rujukan Pulang)
66
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama Mahasiswa :
Tanggal :
Waktu :
Tempat : Taman RS.Lawang Asri
Inisial Klien : Tn.K
Interaksi ke :1
Lingkungan : Tenang, posisi duduk berdampingan di teras depan.
Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rambut bersih disisir dan wajah
bersihsudah mandi.
Tujuan Komunikasi :Klien dapat mengungkapkan apa yang menjadi masalah dalam
hidupnya.
Analisa Analisa
Komunikasi Komunikasi Non
Berfokus pada Berfokus Rasional
Verbal Verbal
Klien pada Perawat
P : Hallo.. P : Tersenyum, P : Merasa K : Merasa Kalimat
Selamat pagi berdiri sejenak tenang dan siap senang dan pembuka dalam
pak.” disamping K. untuk tenang memulai suatu
membicarakan percakapan dan
K : Menatap ke
tentang juga merupakan
arah P sambil
terminasi salah satu cara
tersenyum.
P Merasa membina
senang atas hubungan saling
tanggapan K percaya
K
67
P :Bagaimana Memandang P Pmerasa senang hubungan saling
kabar bapak pagi tanpa ekspresi karena K percaya
ini? Hari ini bapak Memandang K dan menyetujui menandakan
nampak segar tersenyum P merasa kita sungguh-
sekali? Bapak Mengangguk bahwa K harus sungguh.
sudah sarapan diberikan
pagi apa belum? penjelasan
Apa bapak masih tentang
ingat dengan kedatangan P
menu tadi?”
K : Kabar saya
baik. Saya sudah
sarapan. Iya saya
masih ingat.
68
nama siapa? namun kelihatan disampaikan atau
K : Nama saya masih ragu oleh P dan K menegaskan
Ramadhan. Tapi mau menyebut kembali.
lebih suka namanya.
dipanggil Rama.
P : Oh… suka
dipanggil dengan
nama Bapak,Tn.R
baiklah.”
P : Saya
Mahasiswa
Keperawatan
PPNI Mojokerto
pak, saya bertugas
disini selama 1
minggu, dan pasti
bapak akan sering
ketemu saya
nanti.”
K : Iya sus..
69
kesini?” Coba permintaan P
ceritakan kepada
saya.
K : Penampilan
klien agak rapi,
bersih, berpakaian
dengan tepat
70
menundukkan
kepala.
71
P : “Dulu Bapak P: Memandang K P merasa K tampak
bekerja dimana? senang dengan tenang
K : Di kelurahan K: Menatap ke jawaban K.
sus. arah P dan
Oh..bapak dulu menjawab.
seorang lurah ya,!
(Wahh hebat ya
bapak, saya juga
ingin bisa
memimpin seperti
bapak).”
K : Melakukan
hobi saya sus
yaitu melukis dan
bermain sepak
bola.
72
berbincang-
bincang tadi?”
K : Lumayan lega
sus..
73
PROPOSAL
TAK STIMULUS PERSEPSI : MENGONTROL WAHAM
A. TOPIK
1. TAK STIMULUS PERSEPSI
B. TUJUAN
1. TAK STIMULUS PERSEPSI
a. Tujuan umum :klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
b. Tujuan khusus :
- Klien dapat mempersepsikan stimulus yang paparkan
- Klien dapat menyelesaikan masalah sesuai stimulus yang dipaparkan
C. LANDASAN TEORI
1. TAK STIMULUS PERSEPSI
Terapi yang menggunakan aktivitas mempersepsikan stimulus yang terkait dengan
pengalaman kehidupan dan menetapkan alternatif penyelesaiannya. Klien yang
mempunya indikasi : klien dengan semua gangguan perilaku.
D. SETTING
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
2. Lingkungan tenang dan nyaman.
74
3. Setting
1). Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2). Ruangan nyaman dan tenang
4. Pembagian tugas
Leader : Dian Novianto
Co Leader : Novi Alfi Dinia
Observer :Oka Dyaningwan
Fasilitator : 1. Citra Arum Nugraheni
2. Kharisma Murega Ayu A
3. Henisyah Eka Astari
4. Debby Chintya E.N
F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
1). Hari/ Tanggal : Senin, 19 September 2016
2). Jam : 08.00-08.45 WIB
3). Acara : 45 menit
a. Pembukaan : 5 menit
b. Perkenalan pada klien : 2 menit
c. Perkenalan TAK : 5 menit
75
d. Persiapan : 10 menit
e. Permasalahan : 20 menit
f. Penutup : 3 menit
2. Tim terapis
1). Leader
Bertugas :
a. Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
b. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
c. Menetapkan jalannya tata tertib
d. Menjelaskan tujuan diskusi
e. Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
f. Kontrak waktu
g. Menyimpulkan hasil kegiatan
h. Menutup acara
2.) Co leader
Bertugas :
a. Mendampingi leader jika terjadi bloking
b. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3.) Observer
Bertugas :
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
b. Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
c. Mengobservasi perilaku pasien
4.) Fasilitator
Bertugas :
a. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
b. Mendampingi peserta TAK
c. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
76
G. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam dan perkenalan
b. Penjelasan dan tujuan aturan main
2. Kerja
a. Langkah langkah kegiatan
3. Terminasi
a. Terminasi respon subjektif klien
b. Kontrak yang akan datang
c. Hasil yang diharapkan
77
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi.
2. Klien melakukan kegiatannya
3. Klien tidak membicarakan tentang wahamnya
B. Setting
3. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
4. Lingkungan tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi / validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
78
c) Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
d. Terapis memberikan contoh bagaimana menuliskan daftar kebutuhan yang
belum terpenuhi.
e. Terapis meminta masing-masing klien untuk menuliskan daftar kebutuhan apa
yang belum terpenuhi selama di rumah sakit dan di rumah.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menuliskannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menulis daftar kebutuhan yang belum terpenuhi..
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun daftar
kebutuhan yang belum terpenuhi.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk memenuhi kebutuhannya
yang belum terpenuhi.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek yang di nilai Nama Peserta TAK
79
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
A. Tujuan
1. Klien mampu mempertahankan kemampuan yang dimilikinya selama ini.
2. Klien dapat mengontrol wahamnya dengan menggunakan kemampuannya
dalam kegiatan sehari-hari.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
2. Lingkungan tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi / validasi:
1). Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2). Terapis menanyakan apakah kebutuhan klien sudah ada yang terpenuhi
atau belum.
c. Kontrak:
1). Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2). Terapis menjelaskan aturan permainan:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
80
b. Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis.
c. Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis meminta masing-masing klien untuk menuliskan kemampuan apa
saja yang dimilikinya saat ini yang realitas. (contoh: menjahit,
menggambar, dll).
d. Terapis meminta masing – masing klien untuk menunjukkan
kemampuannya tersebut ke klien lain.
e. Terapis meminta untuk memasukkan kemampuan masing-masing klien ke
dalam jadwal kegiatannya sehari-hari.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil
menyelesaikannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyelesaikannya.
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menuliskan
kemampuan dan mempraktekannya.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan kemampuan
masing-masing klien untuk diterapkan di kesehariannya.
c. Kontrak yang akan datang:
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek yang di nilai Nama Peserta TAK
81
klien.
2 Mempraktekkannya di depan klien
lain.
3 Memasukkan kemampuan masing-
masing klien ke dalam jadwal kegiatan
sehari-hari.
82
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
A. Tujuan
1. Klien berbicara secara realitas.
B. Setting
1. Tempat TAK diruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.
C. Alat
1. Spidol
2. White Board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
c. Terapis menanyakan apakah klien sudah menerapkan kemampuan yang dimiki
ke dalam jadwal kegiatannya sehari-hari.
d. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan waktu kegiatan adalah 60 menit.
3) Terapis menjelaskan aturan main.
Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan.
Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada
terapis.
83
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya melakukan bicara dalam konteks realita
kepada klien waham.
b. Terapis meminta klien untuk menyebutkan apa yang terjadi pada klien,
identitas klien, dan situasi yang di alami klien sehingga mengalami waham.
c. Biarkan klien untuk menyelesaikan apa yang dibicarakannya.
d. Jika klien mulai membicarakan tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
e. Tekankan kepada klien bahwa yang dibicarakan klien tersebut tidak benar dan
berikan penjelaan situasi yang sebenarnya.
f. Terapis melakukan hal yang sama secara bergantian kepada klien lain ,
dimulai dari klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai
semua mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Klien bisa menerima bahwa yang dipikirkannya salah dan menerapkan bahwa
yang dipikirkan selama ini salah / tidak sesuai realita.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya
F. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta TAK
1 Menyebutkan apa
yang terjadi pada
klien, identitas diri,
dan situasi yang
84
menyebabkan klien
menjadi waham.
2 Klien bisa keadaan
yang sebenarnya.
85
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Contoh obat-obatan.
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi /validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya)
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
86
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama waktu TAK 60 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-
masing klien.
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat,
secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah
kiri terapis.
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidakl minum obat secara teratur.
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak
minum obat secara teratur.
f. Terapis menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar
klien, benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang ada pada klien.
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat,
cara menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat ( efek terapi dan efek
samping) sesuai dengan contoh obat yang ada ditangan klien masing-masing.
Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis.
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali
klien menyebutkan dengan benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat
menghubungi perawat yang saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan datang
87
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
1 Menyebutkan pentingnya
minum obat secara teratur.
2 Menyebutkan akibat jika tidak
minum obat secara teratur.
3 Menyebutkan jenis obat
Petunjuk : Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
88
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang
salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya (Keliat, BA, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 2000).
Jenis-jenis waham antara lain :
1. Waham Kebesaran
2. Waham Berdosa
3. Waham Dikejar
4. Waham Curiga
5. Waham Cemburu
6. Waham Somatik atau Hipokondria
7. Waham Keagamaan
8. Waham Nihilistik
9. Waham Pengaruh
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat
mengerti dan dapat memahami tentang waham beserta cara mengaplikasika asuhan
keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai
perawat kejiwaan kedepannya.
89