Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi
asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial .
Ditengah masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan
kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya
hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi
juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus
mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua
unsur unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka
menuunkan angka kematian ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada
klien. (Varney, 2008).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan,
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias
dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.
Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manejemen
kebidanan maka, dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar-dasarnya
antra lain tentang : langkah-langkah dalam manejemen pelayanan kebidanan,
perencanaan dalam pelayanan kebidanan dan pemantauan pelayanan
kebidanan (kohort Ibu, bayi, balita, PWS KIA dan pendataan sasaran).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kebidanan?
2. Bagaimana perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?
3. Apa yang dimaksud dan bagaimana cara pemantauan pelayanan
kebidanan dengan kohort ibu dan kohort bayi?
4. Apa yang dimaksud dengan PWS KIA ?
5. Apa yang dimaksud dan bagaimana cara pendataan sasaran?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kebidanan.
b. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan dalam manajemen
pelayanan kebidanan.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dan bagaimana cara
pemantauan pelayanan kebidanan dengan kohort ibu dan kohort
bayi.
d. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PWS KIA.
e. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dan bagaimana cara
pendataan sasaran.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Pelayanan Kebidanan


Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses
pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi
ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan /manajemen
kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
1. Defenisi Operasional:
a. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
b. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan
medik.
c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d. Ada diagnosa kebidanan.
e. Ada rencana asuhan kebidanan .
f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan.
g. Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.
h. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
i. Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.
2. Langkah- Langkah dalam Manajemen PelayananKebidanan :
Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambilsistem
manajemen pada umumnya. Dalam pelayanannya juga melaksanakan
aktifitas manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, kordinasi dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan informasi yang
akurat dan lengkapdari saemua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa yang terdiri dari : Biodata, Riwayat Menstruasi,
Riwayat Kesehatan, Riwayat Kehamilan, Persalinan &
Nifas, Biopsiko spiritual serta PengetahuanKlien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan Khusus dengan cara Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi, Perkusi
4) Pemeriksaan penunjang misalnya pemeriksaan
laboratorium
5) Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah
pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Pada
keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan
overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari
langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan
diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan
perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan
kepada dokter.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar/ Masalah Actual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3) Memiliki ciri khas kebidanan.
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek
kebidanan.
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa
tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa.
c. Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan,terus-menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan
segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang
rendah).
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya:
memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manejemen yang
efesien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman telah di
identifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa sebagai rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
B. Perencanaan dalam Pelayanan Kebidanan
Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan
bagian dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok
yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan . Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga,
dana dan sarana . Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana
kuantitas dan kualitas, tidak sesuai standar yang ditetapkan, serta jika
dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka mutu
pelayanan kesehatan akan sulit diharapkan.
2. Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat
dibedakan atas dua macam, yakni tindakan medis dan tindakan non
medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak
sesuai dengan standar yang di tetapkan , maka mutu pelayanan
kesehatan akan sulit diharapkan.
3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance)
pelayanan kesehatan Penampilan daat di bedakan atas dua macam.
Pertama, penampilan aspek medis pelayanan kesehatan .Kedua,
penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan. Secara umum di
sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
C. Pemantauan pelayanan kebidanan dalam Kohort
1. Kohort Ibu
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu
nifas, neonatal, bayi dan balita yang bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi dirumah tangga yang
teridentifikasi dari data bidan. Register kohort ibu merupakan sumber
data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan dan resiko yang
dimiliki ibu yang diorganisir sedemekian rupa yang pengkoleksiannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang
mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan
bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi. Cara pengisian
berdasarkan nomor urut kolom :
1) Di isi nomor urut
2) Di isi nomor indeks dari famili folder
3) Di isi nama ibu hamil
4) Di isi nama suami ibu hamil
5) Di isi alamat ibu hamil
6) Di isi umur ibu hamil
7) Di isi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/
tanggal HPL
8) Faktor resiko : di isi V (rumput) untuk umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
9) Paritas diisi gravidanya.
10) Di isi bila jarak kehamilan
11) Di isi berat badan ibu
12) Di isi tinggi badan ibu
13) Sampai dengan kolom 17 resiko tinggi : di isi dengan tanggal
ditemukan ibu hamil dengan resiko, hasi pemeriksaan HB
14) 18 pendeteksian faktor resiko : di isi dengan tanggal ditemukannya
ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
15) 19 diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh non
kesehatan
16) 20 sampai kolo 22 di isi tanggal imunisasi sesuai dengan statuisnya
17) 23 sampai dengan kolom 34 di isi umur kehamilan dalam bulan,
kode pengisiannya sebagai berikut :
a. K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja
pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan
secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙
b. K 4 : kunjungan ibu hamil yang ke empat kalinya, untuk
memperoleh K 4 dapat memakai rumus 1-1-2 atau 0-2-2
dengan rambu-rambu Δ. K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7
bulan, pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia
kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus
berkunjung atau di kunjungi agar tidak kehilanngan K4. Pada
ibu hamil yang awal periksanya diluar kota dan pada akhir
kehamilannya periksa diwilayah kita karena untuk melahirkan
dan penduduk setempat bisa mendapatkan KI, K4 dan
sekaligus akses apabila ibu tersebut dapat menunjukkan
pemeriksaan dengan jelas. Akses kontak pertama kali dengan
tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan
rambu-rambu O.
18) 35 penolong persalinan, di isi tanggal penolong persalianan tenaga
kesehatan
19) 36 diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
20) 37 hasil akhir kehamilan : abortus di isi tanggal kejadian abortus
21) 38 diisi lahir mati
22) 39 di isi bb bila bbl kurang
23) 40 di isi bb bila bbl lebih dari 2.500 gram
24) 41 keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat
25) 42 dijelaskan sakitnya
26) 43 di isi sebab kematiannya
27) 44 diisi v (rumput)
28) 45 disi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.
2. Kohort Bayi
Kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi,
termasuk neonatal yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan bayi yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi
dari data bidan. Cara pengisian kohort bayi :
1) Diisi nomor urut, sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nomor urut ibu pada register kohort ibu.
2) Diisi nomor indeks dari family folder.Sampai kolom 7 jelas.
3) 8 diisi angka berat bayi lahir dalam gram sampai dengan 10 diisi
tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
4) 11 diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
5) 12 sampai dengan kolom 23 diisi hasil penimbangan bayi dalam kg
dan rambu gizi itu : n = naik, t = turun, r = bawah garis titik-titik
(bgt), bgm = bawah garis merah.
6) 24 sampai dengan kolom 35 diisi tanggal bayi tersebut mendapat
imunisasi.
7) 36 diisi tanggal bayi ditemukan meninggal .
8) 37 disi penyebab kematian bayi tersebut.
9) 38 disi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

D. PWS KIA
Defenisi dan kegiatan PWS sama dengan defenisi surveilens,
menurut WHO survelens adalah suatu kegiatan sistematis dan
berkesinambungan mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterprestasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang
esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu
kebijakan kesehatan masyarak. Oleh karena itu pelaksanaan survelens oleh
kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA yang
diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau
seluruh sasaran disuatu wilayah kerja.
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang
disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah. Adapun program KIA yang dimaksud
meliputi :
1. Pelayanan ibu hamil.
2. Pelayanan ibu bersalin.
3. Pelayanan ibu nifas.
4. Ibu dengan komplikasi kebidanan.
5. Keluarga berencana.
6. Bayi baru lahir.
7. BBL dengan komplikasi.
8. Bayi dan balita.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan
pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga
semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada
akhimya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan. Pendataan Sasaran
adalah pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi
serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu
adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu
bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata
seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang
dilakukan oleh kader dan dukun bayi, kemudian bidan desa memasukan
seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas,
sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan
Puskesmas dalam hal ini bidan Puskesmas dfan timnya dapat
memonitoring dan mengikuti setiap individu yang ada di daerah tersebut.
Dengan Puskesmas memiliki seluru data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu
hamil tersebut mempunyai faktor resiko atau tidak sehingga dapat
menyelamatkan ibu dan bayi yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu dewasa ini digunakan
indikator cakupan yaitu cakupan layanan Antenatal (KI untuk akses dan
K4 untuk kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus/nifas. Untuk itu sejak awal
1990 –an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilaya
Setempat – Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS KIA), yang mengikuti
program jejak imunisasi. Dengan adannya PWS KIA data cakupan layanan
program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua
provensi. Walau demikian disadari bahwa indikator cakupan tersebut
belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan
AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI sebagai indikator dampak secara
berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahum tidak realistis, maka pakar
dunia mengajukan pemakaian indicator outcome. Indikator tersebut :
(1) Cakupan penanganan kasus obstetri.
(2) Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani .
(3) Jumlah kematian absolut.
(4) Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan
PONED.
(5) Presentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.
1. Kegiatan PWS KIA terdiri dari :
a. Pengumpulan data.
b. Pengolahan data.
c. Analisis dan interprestasi data.
d. Penyebarluasan informasi ke penyelenggaraan program dan
pihak atau instansi terkait.
e. Tindak lanjut.
2. Tujuan PWS KIA
a. Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara
terus menerus disetiap wilayah kerja.
b. Tujuan khusus :
1) Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohor.
2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indicator
KIA secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar
pelayanan KIA.
4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indicator KIA
terhadap target yang ditetapkan.
5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang
akan ditangani secara intensifberdasarkan besarnya
kesenjangan.
6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7) Meningkatkan peran lintas sector setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.

E. Pendataan Sasaran
1. Pengertian
Dalam kebidanan komunitas, bidan harus dapat bekerja sama
dengan mitra dan masyarakat untuk membantu mengurangi angka
kematian dan kesakitan ibu dan bayi. Pada proses ini masyarakat
dapat dibina salah satunya dapat dilakuakn dengan pendataan sasaran.
Pendataan sasaran dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri,
dengan dipantau tenaga kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan
memulai pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data yang ada haruslah
data yang baru dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.
2. Data Sasaran
Data sasaran PWS-KIA meliputi:
a. Jumlah seluruh ibu hamil.
b. Jumlah seluruh ibu bersalin.
c. Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatal).
Beberapa cara untuk mengetahui 3 sasaran dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:
a. Sasaran bumil:
1) CBR (crude birth rate) propinsi x 1,1 x jumlah penduduk
setempat.
2) Jika tiadak punya CBR/angka kelahiran kasar,memakai angka
nasional, dengan rumus 3% x jumlah penduduk setempat.
17
3) Untuk DKI Jakarta dengan rumus : 2,8 % x jumlah penduduk
setempat.
b. Sasaran Ibu Bersalin
1) CBR propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat.
2) Angka nasional dengan rumus :2,8 % x jumlah penduduk
setempat.
3) DKI Jakarta :2,67 % x jumlah penduduk setempat.
c. Sasaran Bayi
1) CBR propinsi x jumlah penduduk setempat.
2) Angka nasional dengan rumus : 2,7 % x jumlah penduduk
setempat
3) DKI Jakarta ; 2,55 % x jumlah penduduk setempat.
3. Langkah-langkah Pendataan Sasaran
a. Pendataan
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan
oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas
masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat
dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut.
Sumber daya masyarakat itu adalah Kader dan dukun bayi serta
Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil,
ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan
mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian
bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort
yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di
desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa
dan Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan
bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa
melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau
tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang
dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini
digunakan indikator cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal
(K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan
antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan
kunjungan neonatus /nifas . Untuk itu , sejak awal tahun1990-an
telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah
Setempat-Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti
program jejak imunisasi. Dengan adanya PWS KIA, data cakupan
layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya
dari semua propinsi.
Walau demikian, disadari bahwa indikator cakupan
tersebut belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan
menurunkan angka AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI ,
Sebagai indikator dampak, secara berkala dalam waktu kurang
dari 5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan
pemakaian indikator outcome. Indikator tersebut antara lain :
1) Cakupan penanganan kasus obstetric.
2) Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
3) Jumlah kematian absolute (mutlak).
4) Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK
dan PONED.
5) Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu
wilayah.
b. Langkah-langkah
Untuk memperoleh data perindividu pasien, dapat di
lakukan dengan cara :
1) Anamnesis
2) Biodata
3) Riwayat mensturasi
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
5) Biopsikososio spiritual
6) Pengetahuan klien 19
7) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
8) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
d) Perkusi
9) Pemeriksaan penunjang
a) Laboraturium
b) Diagnostik
10) Catatan terbaru dan sebelumnya
Dengan klien mengalami kompleksi yang perlu di
konsultasikan kepada dokter, dalam manajemen kolaborasi
bidan akan melakukan konsultasi. Tahap ini merupakan
langkah yang akan menentukan langkah berikutnya,
kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang di hadapi
akan menentukan. Olehh karena itu, proses interpetasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif, meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi/masukan klien yang sebenarnya dan
valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkanapakah
sudahh, tepat, lengkap dan akurat.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses
pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu
dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur
,yaitu: input,poses dan outcome. Pendataan suatu masyarakat yang baik
bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari
komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat
dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber
daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh
masyarakat. Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat
pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS
KIA).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu
Negara dan status kesehatan masyarakat. Dalam salah satu upaya untuk
kesehatan ibu dan anak maka setiap ibu hamil di suatu daerah dicatat agar
resiko – resiko yang dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang
disebut register kohort. Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu
hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita. Register kohort ibu merupakan
sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang
dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan.
B. SARAN
Kami berharap agar para mahsiswa kebidanan memahami tentang
manajemen pelayanan kebidanan. Dengan penulisan makalah ini, penulis
berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.
Harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Tenaga kesehatan khususnya seorang
bidan, alangkah baiknya untuk menerapkan register kohort di setiap
pelayanan kebidanannya. Agar resiko – resiko yang dapat terjadi pada ibu
dapat dideteksi lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Simatupang, Erna. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC
Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Yeni, Rama. 2013. “PWS KIA” [online].
(http://ramaye.blogspot.com/2013/08/pws-kia.html, diakses tanggal 29
Desesmber 2017 pukul 10.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai