Anda di halaman 1dari 12

Gangguan fungsi endotel pada wanita dengan riwayat preeklampsia:

sebuah indikator untuk faktor risiko kardiovaskular

Preeklamsia adalah kelainan pada kehamilan yang didiagnosis dengan


hipertensi gestasional dan proteinuria. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
wanita yang mengalami preeklamsia adalah mereka yang memiliki risiko
hipertensi dan penyakit jantung lebih besar di kemudian hari dibandingkan dengan
wanita yang kehamilannya normal. Tujuan penelitian kami adalah untuk
menentukan apakah fungsi endotel pembuluh darah menjadi terganggu pada
wanita postpartum dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertama mereka.
Kami mengukur aliran darah lengan bawah / Forearm Blood Flow (FBF) dengan
menggunakan plethysmography oklusi vena pada 50 orang wanita sehat: 16 orang
wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, 14 dengan riwayat kehamilan
normotensif sebelumnya, dan 20 orang lainnya sebelumnya belum pernah hamil.
Wanita postpartum tersebut ikut penelitian ini 6-12 bulan setelah mereka
melahirkan. Denyut jantung (HR) dan tekanan darah (BP) secara bersamaan
dipantau pada lengan yang kontralateral. Variabel hemodinamik dinilai pada awal
tes dan selama mental stress test diketahui untuk menghasilkan ketergantungan
vasodilatasi endotel. Kami menemukan bahwa nilai awal dari aliran darah lengan
bawah / FBF, denyut jantung, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik
tidak berbeda secara signifikan antar kelompok penelitian, sedangkan tekanan
arterial rerata / mean arterial pressure (MAP) pada kelompok yang mengalami
preeklampsia lebih besar dibandingkan kelompok dengan kehamilan yang normal
(P= 0,03). Aliran darah lengan bawah / FBF yang disebabkan oleh stres
(persentase perubahannya melebihi dari nilai awal) berkurang pada kelompok
yang mengalami preeklampsia dibandingkan pada kelompok dengan kehamilan
normal dan yang belum pernah hamil (P= 0,06) dan secara signifikan berbeda
tipis dibandingkan dengan wanita dengan riwayat kehamilan normal sebelumnya
(91% vs 147%, P= 0,006). Data tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan
riwayat preeklampsia sebelumnya mengganggu fungsi endotel pembuluh
darahnya sampai 1 thn postpartum. Pengamatan tersebut dapat menjelaskan
adanya peningkatan faktor risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

PREECLAMPSIA ADALAH PENYEBAB UTAMA kematian maternal


dan neonatal di seluruh dunia (20, 21) dan kontributor utama dalam terjadinya
kelahiran prematur dan pertumbuhan intrauterin yang terhambat (12). Hal tersebut
terjadi pada 5-7% kehamilan pertama dan berulang pada kehamilan berikutnya
yang lebih mengkhawatirkan dengan persentase sebanyak 20-25% (33).
Gangguan kehamilan spesifik ini didiagnosis dengan adanya peningkatan tekanan
darah (BP) dan proteinuria dan ditandai dengan adanya gambaran klinis termasuk
edema tungkai yang abnormal dan kelainan koagulasi (28). Meskipun banyak
manifestasi klinis dan fisiologis yang terkait dengan preeklamsia yang
menyatakan dapat segera sembuh setelah melahirkan, dampaknya preeklampsia
tetap ada pada masa postpartum.
Bukti epidemiologis memberikan data bahwa wanita dengan riwayat
preeklampsia lebih cenderung memiliki hipertensi dibandingkan dengan wanita
dengan kehamilan normal (2, 11, 14, 22, 24), dan wanita yang mengalami riwayat
kehamilan preeklamsia berulang berisiko lebih besar lagi untuk memiliki
hipertensi (7 , 30, 31). Riwayat preeclampsia sebelumnya juga terkait dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), termasuk infark miokard (14,
23), penyakit jantung iskemik (19), dan stroke (18).
Mekanisme yang mendasari bahwa wanita dengan riwayat preeklampsia
sebelumnya berisiko mengalami hipertensi dan penyakit kardiovaskular
sebenarnya masih spekulatif. Disfungsi endotel pembuluh darah, bagaimanapun
juga, dianggap sebagai komponen utama dari patofisiologi preeklampsia dan
diketahui berkontribusi juga pada patogenesis hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa apakah fungsi
endotelial pembuluh darah pada masa postpartum menjadi terganggu pada
ketahanan pembuluh darah wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya.
Adanya disfungsi endotel dapat berpengaruh pada tekanan darah yang meningkat
dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada wanita dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya.

SUBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN


Subjek Penelitian.
Lima puluh wanita sehat (16 dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, 14
wanita dengan riwayat kehamilan normal sebelumnya, dan 20 lainnya belum
pernah hamil) antara usia 18 dan 40 tahun terdaftar dalam penelitian case kontrol
ini. Peserta primipara postpartum direkrut dari studi longitudinal yang sedang
berlangsung yang berjudul Prenatal Exposures and Preeclampsia Prevention
(PEPP) yang dilakukan di MageeWomens Hospital (MWH), University of
Pittsburgh. Secara singkat, penelitian ini terdiri dari wanita yang memeriksakan
perawatan prenatal mereka di klinik MWH dan praktik kebidanan / ginekologi
terkait pada usia kehamilan 12-16 minggu dan follow up mereka sampai
persalinan mereka. Selain itu, beberapa peserta yang terkena preeklampsia
mendekati hari persalinan mereka dijadikan peserta penelitian untuk penelitian
selanjutnya, PEPP. Berdasarkan tinjauan riwayat medis dan anamnesa, serta data
fisiologis dan spesimen biologis, hasil kehamilan peserta PEPP dikelompokkan
menjadi kategori diagnostik, termasuk yang terkait dengan penelitian ini, yaitu
preeklamsia tanpa penyakit yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan normal.
Wanita primipara yang memenuhi syarat dievaluasi 6-12 bulan setelah melahirkan
untuk memungkinkan kembalinya kondisi fisiologis seperti sebelum hamil; tidak
ada yang menyusui. Selain itu, 20 wanita sehat yang belum pernah hamil, yang
direkrut sesuai indeks massa tubuh (BMI) dan usia untuk mencocokkan dengan
kelompok yang memiliki riwayat preeklampsia, dimasukkan ke dalam penelitian
ini.
Kriteria penelitian untuk preeklamsia terdiri dari temuan antara lain 1)
hipertensi gestasional: adanya peningkatan tekanan darah, perubahan tekanan
darah sistolik > 30 mmHg (SBP) atau perubahan tekanan diastolik > 15 mmHg
(DBP) sebelum usia kehamilan 20 minggu atau tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada akhir kehamilan jika
sebelumnya tidak ada riwayat tekanan darah tinggi; 2) proteinuria dalam waktu 24
jam sebelum persalinan: dipstick urine dengan protein > +1 pada sampel peserta
penelitian yang memakai kateter atau protein +2 pada pembacaan secara acak
atauprotein > 0,3 g dalam pemeriksaan urin selama 24 jam; dan 3) asam urat
dalam waktu 24 jam sebelum persalinan: > 1 SD di atas nila normal sesuai dengan
usia kehamilan. Kriteria eksklusi untuk semua peserta penelitian adalah adanya
riwayat hipertensi sebelumnya (didefinisikan dengan tekanan darah > 140/90)
atau penggunaan obat antihipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit
ginjal, dan wanita yang diketahui hamil saat ini yang dikonfirmasi dengan tes
urine. Protokol penelitian telah disetujui oleh Institutional Review Board of
MWH, dan semua subjek telah memberikan informed consent secara tertulis.

Peserta Penelitian
Peserta dievaluasi di General Clinical Research Center MWH di ruang
yang tenang dansuhu yang terkontrol (21-23 ° C) di pagi hari setelah sarapan pagi
sambil berbaring terlentang. Mereka harus bebas dari minuman berkafein dan
beralkohol selama 12 jam dan tidak aktivitas fisik selama 24 jam, dan untuk
perokok harus menahan diri untuk tidak merokok selama 12 jam sebelum dites.
Aliran darah lengan bawah (FBF) diukur pada tangan yang tidak dominan dengan
plethysmography oklusi vena dengan alat pengukur regangan merkuri dalam
silastic yang terhubung ke plethysmograph (EC5R Plethysmograph, DE
Hokanson; Bellevue, WA). Sebuah manset pengukur tekanan darah dililitkan di
pergelangan tangan lalu diukur sampai ke tekanan suprasistolik (200 mmHg)
untuk menyingkirkan sirkulasi pembuluh darah yang ada di tangan sementara
manset tekanan darah tersebut ditahan selama 15 detik dari saat mencapai nilai
puncak (50 mmHg) dan 5 detik saat hampir mencapai nilai bawah selama
pengukuran aliran darah tersebut (E20 Rapid Cuff Inflator, DE Hokanson). Rata-
rata enam sampai delapan pembacaan aliran darah lengan bawah (FBF) berturut-
turut sesuai dengan nilai FBF awal. Pasien kemudian beristirahat selama 15 menit
untuk memberikan waktu metabolisme dan mengembalikan aliran darah ke
normalnya lagi. Selanjutnya, diberikan Stroop Color Word Test (34), sebuah
mental stres tes yang menginduksi respons fight-or-flight termasuk
ketergantungan vasodilatasi endotelium (8). Penurunan respons stres merupakan
indikator adanya disfungsi endotel pembuluh darah. FBF diukur seperti cara di
atas, dan nilai puncak FBF ditentukan. Kelebihan nilai FBF yaitu adanya nilai
perbedaan antara puncak FBF dan rata-rata nilai FBF awal. Kenaikan persentase
pada FBF dihitung sebagai rasio dari nilai puncak FBF ke FBF awal. Tekanan
darah sistolik, diastolik, mean arterial pressure (MAP), dan denyut jantung (HR)
diukur terus menerus pada lengan yang dominan dengan Dinamap BP monitor
(CrikitonVital Signs Monitor Dinamap 1846SX).

Analisa Statistik
Nilai dipresentasikan sebagain means + SE, berubah melebihi nilai awal
yang tersedia, atau jumlah subjek dan persentase. Perbedaan nilai rata-rata
kelompok dengan variabel kontinyu dibandingkan dengan menggunakan one way
ANOVA, dilanjutkan dengan koreksi Bonferroni untuk beberapa perbandingan.
Uji nonparametrik diterapkan saat data tidak terdistribusi normal. Perbandingan
univariat dari variabel kelompok postpartum, yaitu preeklamsia dan kehamilan
normal, dilakukan dengan menggunakan uji t yang tidak berpasangan. Frekuensi
variabel kategoris dalam tiga kelompok dibandingkan dengan χ2 -test. Uji ANOVA
yang berulang digunakan untuk mengevaluasi perubahan denyut nadi dan tekanan
darah dari tiga kelompok selama penelitian berlangsung. Hubungan antara
diagnosis dan kelebihan nilai FBF diukur dengan analisis regresi linier dan
terbatas pada kelompok postpartum. Jumlah sampel yang sedikit mengharuskan
pengelompokkan variabel yang terbatas ke dalam model regresi yang dimulai
dengan kategori diagnostik dan nilai FBF awal. Variabel kontinyu yang berarti
secara signifikan berbeda untuk kelompok penelitian kemudian dimasukkan
untuk menilai pengaruh kategori diagnostik terhadap kelebihan nilai FBF. Analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (versi 11.0, SPSS;
Chicago, IL), dan nilai signifakansi diterima pada nilai P< 0,05.
Besaran sampel
Besaran sampel dihitung untuk menilai perubahan FBF selama tes stres
dilakukan. Sebuah penelitian tentang individu yang sehat berusia 18-42 tahun
menggunakan uji Stroop melaporkan adanya perubahan dalam nilai FBF dari 6,5
+ 0,7 ml. 100 ml-1 .min-1 (8). Dengan menggunakan nilai-nilai tersebut untuk
menghitung besaran sampel dengan rasio 1 kasus preeklampsia terhadap 1 kasus
kehamilan yang normal sebagai kelompok kontrol dalam analisis unmatched two
tailed, masing-masing 20 wanita di setiap kelompok diberi daya 80% untuk
mendeteksi penurunan 25% pada kelebihan nilai FBF. Setelah subset sampel
penelitian didaftarkan, analisis pendahuluan dilakukan. Kelebihan nilai FBF pada
subset preeklampsia (n = 16) dibandingkan dengan kelompok subset kehamilan
normal (n = 14), berkurang 56% lebih dari dua kali lipat dari yang diprediksikan.
Karena itu, peserta postpartum yang mendaftar sudah dirasa cukup. Selain itu, 20
wanita yang belum pernah hamil sudah diperiksa.

HASIL
Karakteristik dasar
Sebanyak 50 wanita yang dinilai: 16 wanita dengan riwayat preeklamsia
sebelumnya, 14 wanita dengan kehamilan normal, dan 20 wanita lainnya belum
pernah hamil (Tabel 1). Ketiga kelompok penelitian tersebut didominasi oleh ras
Kaukasia dan sesuai dengan usia, penggunaan kontrasepsi oral, dan praktik
merokok saat ini. Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang merupakan
wanita dengan riwayat kehamilan normal, wanita dengan riwayat preeklampsia
sebelumnya dan memiliki BMI tubuh yang lebih besar (perbandingan post hoc,
P= 0,0013) pada rata-rata 10 bulan postpartum. Tahap siklus menstruasi pada yang
bukan pengguna kontrasepsi didistribusikan secara merata pada ketiga kelompok
penelitian tersebut. Riwayat reproduksi sebelumnya tidak menghasilkan
perbedaan pada respons aliran yang signifikan selama siklus menstruasi (data
tidak ditunjukkan), maka subjek diuji secara acak selama siklus menstruasi
mereka.
Nilai awal denyut jantung dan FBF sebanding pada tiga kelompok
penelitian(Tabel 1), walaupun nilai awal denyut jantung dan tekanan darah pada
dasarnya konsisten pada nilai yang terendah pada kelompok wanita dengan
riwayat kehamilan yang normal dan tertinggi pada kelompok dengan riwayat
preeklampsia. Perbandingan tekanan darah sistolik dan diastolik mendekati nilai
signifikansi (masing-masing P = 0,06 dan 0,08). MAP berbeda pada ketiga
kelompok (P= 0,007) dan lebih tinggi pada subjek penelitian dengan riwayat
preeklampsia dibandingkan dengan kelompok kehamilan yang normal
(perbandingan post hoc, P= 0,004).

Pengukuran hemodinamik yang dipicu oleh stres


Tabel 2 menyajikan perbandingan variabel hemodinamik pasca tes stres.
Mental stress test dikaitkan dengan perubahan yang serupa pada nilai awal denyut
jantung, tekanan darah dan FBF pada ketiga kelompok penelitian. Nilai denyut
jantung dan tekanan darah tertinggi pada kelompok dengan riwayat preeklampsia
dan terendah pada kelompok dengan riwayat kehamilan normal. Tekanan darah
diastolik bervariasi secara signifikan dan lebih besar nilainya pada kelompok
dengan riwayat preeklampsia dibandingkan dengan kelompok riwayat kehamilan
normal (perbandingan post hoc, P = 0,03) dan dengan kelompok wanita yang
belum pernah hamil (perbandingan post hoc, P= 0,04). MAP juga berbeda antara
kelompok dengan riwayat preeklampsia dengan kelompok riwayat kehamilan
normal (perbandingan post hoc, P= 0,03)
Nilai FBF yang dipicu oleh tes stres digambarkan dengan tiga pengukuran:
nilai puncak FBF, kelebihan FBF (perbedaan antara FBF puncak yang diinduksi
stres dengan nilai FBF awal), dan perubahan persentase pada nilai kelebihan FBF
(rasio nilai puncak FBF terhadap nilai FBF awal). Nilai rata-rata kelompok
dengan riwayat preeklampsia untuk masing-masing pengukuran FBF ini kurang
dari kelompok lainnya (Tabel 2). Perbandingan kelompok secara keseluruhan
terhadap kenaikan persentase nilai FBF yang dipicu dengan tes stres mendekati
signifikansi (P = 0,06). Pengukuran tersebut sangat bervariasi pada kelompok
yang belum pernah hamil mulai dari < 10% sampai mendekati 500% (Gambar 1).
Membandingkan hanya antara kelompok dengan riwayat preeklampsia dan
dengan riwayat kehamilan normal, terjadi peningkatan persentase nilai FBF yang
dipicu dengan stres namun lemah secara signifikan pada kelompok dengan
riwayat preeklampsia (91 + 12% vs 147 + 16%, P = 0,006)

Hubungan antara respon aliran stres dan kovariatnya


Untuk menilai apakah terdapat perbedaan saat mengamati respon nilai
FBF yang dipicu tes stres yang dapat menilai persepsi stres yang berbeda antara
ketiga kelompok penelitian, persepsi stres dinilai setelah penelitian aliran stres.
Skor stres menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam rata-rata respon ketiga
kelompok tersebut (uji Kruskal-allis, P = 0.29). Kami juga mengeksklusikan
kemungkinan bahwa perbedaan yang teramati dalam perubahan persentase FBF
dapat disebabkan oleh perubahan denyut jantung atau tekanan darah yang berbeda
pada kelompok penelitian dengan bukti tidak menemukan perbedaan yang
signifikan dengan menggunakan uji ANOVA yang berulang dalam perubahan
persentase nilai denyut jantung (P = 0,47), MAP (P = 0,48), tekanan darah sistolik
(P = 0,52), atau tekanan darah diastolik (P = 0,68) di antara ketiga kelompok
penelitian tersebut melalui protokol penelitian. Selain itu, tingkat aktivitas yang
dinilai oleh Paffenbarger Activity Questionnaire (25) sebanding pada kelompok
postpartum (preeklampsia: 924,5 kkal / minggu vs normotensives: 1,042 kkal /
minggu, P = 0,313), tidak termasuk efek aktivitas pada perbedaan respon aliran
stres.

Analisa Multivariat
Pada analisis regresi linier multivariat, Diagnosis preeklamsia merupakan
prediktor yang signifikan terhadap penurunan respons aliran darah yang dipicu
oleh stres (P = 0,02), setelah mengendalikan aliran darah awal saja, dan, selain itu,
MAP juga (P = 0,04) (Tabel 3). Ketika BMI dimasukkan ke dalam variabel, efek
diagnosis preeklampsia menjadi lemah namun hampir mendekati signifikansi (P =
0,09). Variabel terakhir menyumbang 54% variabilitas yang diamati pada aliran
darah yang berlebih. Regresi menunjukkan bahwa efek preeklamsia pada aliran
darah yang dipicu oleh tes stres dapat tertutupi oleh variabel BMI. Analisis
stratifikasi menggunakan cutpoint BMI 25 yang menggambarkan bahwa
perkiraan perubahan persentase aliran darah secara konsisten lebih rendah pada
kelompok dengan riwayat preeklampsia (Tabel 4). Dari catatan yang ada,
persentase perubahan persentase aliran darah pada wanita dengan preeklampsia
yang bertubuh kurus (102,0) lebih rendah daripada kelompok yang memiliki
tekanan darah normal namun kelebihan berat badan (115,79).

PEMBAHASAN
Disfungsi endotel pembuluh darah dianggap sebagai komponen utama
pada patofisiologi preeklampsia (27) dan diketahui berkontribusi terhadap
patogenesis penyakit kardiovaskular (9, 10, 16, 26). Fenomena sistemik tersebut
memainkan peran utama dalam patogenesis dan manifestasi klinis aterosklerosis
(4). Korelasi yang erat telah ditemukan antara respon vasomotor arteri koroner
dan sistem vaskular pada lengan bawah (15, 35). Lokasi sistem vaskular pada
lengan bawah dapat berfungsi sebagai pengganti yang berguna untuk menilai
arteri koroner dan menyediakan mekanisme untuk mengidentifikasi orang-orang
yang berisiko tinggi kardiovaskular pada tahap dapat menerima intervensi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat preeklamsia
menunjukkan adanya disfungsi endotel pada pembuluh darah lengan bawah pada
rata-rata 10 bulan setelah melahirkan. Terjadi penurunan fungsi meski ada
kemungkinan terjadinya klinis hipertensi yang menyertai preeklampsia.
Perubahan respons hemodinamik yang sebanding pada tiga kelompok penelitian
mengabaikan kemungkinan perubahan denyut jantung atau tekanan darah selama
tes stres dapat jelaskan proses yang diamati dalam aliran darah selama mental
stress test. Hasil penelitian kami mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang
mengamati berkurangnya dilatasi arteri brakialis pada wanita dengan riwayat
preeklampsia yang diperiksa 3 thn postpartum (5). Sepengetahuan kami,
penelitian kami memberikan bukti untuk pertama kalinya bahwa terjadi gangguan
saluran vena pusat yang meluas ke pembuluh darah perifer dan menunjukkan
bahwa terjadi disfungsi endotel pembuluh darah pada wanita dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya yang bersifat sistemik.
Tiga puluh satu persen dari peserta penelitian preeklampsia yang
mengalami obesitas, mendukung bukti obesitas pada awal terjadinya preeklamsia.
Obesitas dan metabolisme lipid maternal yang abnormal (17) dan resistensi
insulin (32) mungkin memiliki beberapa standar pada respons aliran darah endotel
yang melemah yang diamati pada peserta penelitian dengan riwayat preeklampsia.
Kecenderungan yang dicatat dalam analisis multivariat menunjukkan bahwa
terdapat efek negatif yangindependen dari preeklampsia terhadap respons
vasodilatasi terhadap stres. Analisis stratifikasi dari variabel BMI memberikan
dukungan tambahan terhadap adanya efek negatif preeklamsia yang tidak
obesitas. Respon aliran yang dipicu stres pada obesitas dan riwayat preeklampsia
sebelumnya lebh rendah dari yang ditemukan pada wanita obesitas tanpa
preeklampsia. Jumlah sampel penelitian yang lebih besar dapat memberikan lebih
banyak kekuatan hasil untuk memperkuat spekulasi tersebut.
Nilai MAP awal, meskipun dalam kisaran normal, secara signifikan lebih
tinggi pada kasus dengan riwayat preeklampsia sebelumnya dibandingkan dengan
kelompok dengan riwayat kehamilan normal. Secara keseluruhan, kelompok
preeklampsia menunjukkan tekanan darah diastolik tertinggi selama dilakukan
mental stres test. Meskipun kontroversial, respons tekanan darah yang meningkat
terhadap mental stres test telah ditunjukkan untuk dapat memprediksi nilai
tekanan darah berikutnya dan dapat mengetahui risiko terhadap aterosklerosis
bahkan setelah disesuaikan dengan nilai tekanan darah awal, usia, dan BMI (24a).
Masalah dalam mengidentifikasi kelompok kontrol yang tepat untuk kasus
preeklampsia telah menghasilkan temuan yang berbeda dalam literatur mengenai
risiko kardiovaskular di masa depan. Telah diperdebatkan, terutama oleh Chesley
(6), bahwa wanita dengan riwayat kehamilan normal memiliki tingkat faktor
risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah di kemudian hari daripada
populasi umum dan karena itu kelompok tersebut tidak sesuai sebagai kelompok
kontrol untuk kasus preeklampsia. Wanita dengan riwayat kehamilan normal
sebelumnya, walaupun, serupa dengan kasus preeklampsia karena mereka
memiliki paparan yang sama dengan "tes stres" dari kehamilan. Kelompok wanita
dengan riwayat kehamilan normal sebelumnya menunjukkan profil kardiovaskular
yang paling menguntungkan, yaitu nilai tekanan darah terendah, denyut jantung,
dan FBF yang juga setelah dipicu oleh tes stres. Pengamatan ini mungkin
mencerminkan adanya endotel pembuluh darah normal yang sudah ada
sebelumnya dan mengakomodasi kehamilan yang normal. Spekulasi alternatif
adalah bahwa riwayat kehamilan normal sebelumnya menimbulkan efek positif
dan dapat berlaku jangka panjang pada fungsi endotel pembuluh darah. Kelompok
wanita yang belum pernah hamil menunjukkan variabilitas yang luas dalam
respon aliran darah dan pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Temuan ini
mungkin mencerminkan kurangnya paparan dari remodeling kardiovaskular yang
berkaitan kehamilan karena kelompok tersebut belum pernah hamil.
Beberapa keterbatasan dari penelitian ini mungkin telah mempengaruhi
temuan kami. Pertama, faktor risiko lain yang tidak teridentifikasi dapat
menyebabkan terganggunya vasodilasi respons stres. Faktor perilaku, seperti stres
kronis, kurangnya dukungan sosial, dan tuntutan keluarga (13, 29), serta proses
biologis, termasuk genetika, hiperlipidemia, dan resistensi insulin (1), telah
terbukti berkontribusi pada pengembangan penyakit kardiovaskular namun tidak
dinilai dalam penelitian ini. Selain itu, sementara peserta pada kelompok dengan
riwayat kehamilan normal didominasi oleh pasien yang ada di klinik biasa yang
diikuti secara longitudinal, subjek penelitian preeklampsia didominasi oleh pasien
dengan asuransi swasta yang direkrut saat kehamilan dan persalinan. Hal ini
menyebabkan kita menduga bahwa hubungan yang diamati antara preeklampsia
dan disfungsi endotel pembuluh darah, sebenarnya adalah perkiraan konservatif
karena wanita preeklampsia memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi,
merupakan prediktor positif dari profil status kesehatan dari kedua kelompok
tersebut (3).
Terlepas dari keterbatasannya, penelitian ini mendapat manfaat dari
sejumlah kekuatan variabel. Penerapan kriteria diagnostik yang ketat oleh dokter
mengurangi kemungkinan kesalahan dalam klasifikasi hipertensi esensial atau
gestasional sebagai preeklampsia. Kami menyadari bahwa sifat penelitian cross-
sectional tidak mengizinkan penilaian profil fungsi endotel sebelum terjadinya
kehamilan namun mempelajari kelompok wanita yang belum pernah hamil
digunakan untuk memberikan beberapa wawasan tentang kesehatan endotel
pembuluh darah pada wanita sebelum hamil. Besaran sampel penelitian terbatas
namun didukung untuk mendeteksi perbedaan 25% pada respons aliran antara
kasus preeklampsia dan dengan kelompok kontrol wanita yang memiliki riwayat
kehamilan normal. Pengamatan perbedaan dari 56% aliran dalam sistem kohort
yang kecil ini memperkuat asosiasi antara preeklampsia dengan gangguan fungsi
endotel pembuluh darah.
Singkatnya, kami menemukan bahwa wanita dengan riwayat preeklampsia
mengalami gangguan ketergantungan vasodilatasi endotelium terhadap mental
stres test pada 1 thn postpartum, yang dapat didahului dengan penyakit klinis
lainnya. Meskipun datanya terbatas, hal tersebut dapat disetujui karena adanya
hubungan antara risiko preeklampsia dan penyakit kardiovaskular, terutama jika
risiko tersebut ada pada tahun-tahun reproduksi, dapat mengidentifikasi kelompok
wanita yang mungkin mendapat manfaat dari pengawasan yang lebih tinggi dan
intervensi pencegahan dini dari terjadinya preeklampsia seperti mengurangi berat
badan, mengontrol tekanan darah, dan mengontrol profil lipid dan indeks
glikemik.

Anda mungkin juga menyukai