Anda di halaman 1dari 7

DASAR, FUNGSI, TUJUAN, DAN AZAS PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
Zaki Akram - 15602241022
Muhammad Insan Noor - 15602241027
Valentinus Adityo – 15602244003
Yogi Tri Prasetyo - 15602244008

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
II. PEMBAHASAN

Pentingnya Dasar Pendidikan

Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia,


disitu pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980:32). Dasar pendidikan adalah landasan
berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan
masyarakat. Pendidikan memiliki hubungan dengan pendidikan. Filsafat memberikan
pandangan yang luas tentang pendidikan.

Menurut Imam Barnadib ( 1973: 8-10) berdasarkan urut-urutan timbulnya dalam sejarah
alam filsafat, filsafat dapat digolongkan menjadi empat tipe:

 Filsafat naturalisme berpandangan bahwa semua datang dari alam yang bersifat fisik.
 Filsafat idealisme berpandangan bahwa kenyataan itu terdiri atas subtansi-subtansi yang
berupa ide-ide atau gagasan-gagasan atau spirit, atau jiwa.
 Filsafat realisme berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu adalah sesuatu yang real,
terbebas dari subyek atau manusia yang mengetahui.
 Filsafat pragmatisme berpandangan bahwa kegunaan, manfaat, utilita menempati
kedudukan utama dari segala sesuatu.

Filsafat menjadi dasar pemikiran-pemikiran pendidikan secara filosofis. Menurut Imam


Barnadib ada empat pemikiran filsafat pendidikan;

 Yang menghendaki bahwa pendidikan itu pada hakekatnya progrsif, dan tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Ini disebut
progresivisme.
 Yang menghendaki bahwa pendidikan itu hendaknya didasarkan atas nilai-nilai yang
tinggi, yang kedudukanya essensial dalam kebudayaan. Ini disebut essensialisme.
 Yang menghendaki konsepsi pendidikan didasarkan oleh pertanyaan, apakah yang paling
utama untuk menghadapi tantangan krisis masa depan. Ini disebut perenialisme.
 Yang berpendapat bahwa pendidikan hendaknya mampu membangkitkan anak didik agar
dapat merekonstruksi pengalaman hidupnya. Ini disebut rekonstruksionisme.

Macam-macam Dasar pendidikan

Ada beberapa landasan pendidikan yang perlu diperhatikan, yaitu landasan


filosofis, landasan sosiologis, landasan kurtural, landasan historis, dan landasan psikologis,
bahkan landasan ilmiah dan teknologis ( umar Tirtarahardja dan la sulo, 1994: 86-87). Di
samping itu ada landasan yuridis (legalistik), ekonomi, politik (Manca, W: 2007: 2)

a.) Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna terdalam atau hakikat
pendidikan, mengapa pendidikan dapat dilakukan dan atau diberiakan oleh dan kepada
manusia, apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Essensialisme, behaviorisme,
pereniallisme, progresivis-me, rekonstruksionisme, dan humanism merupakan mazab-
mazab teori pendidikan berdasarkan aliran-aliran filsafat tertentu, yang pada giliran
selanjutnya mempengaruhi pandangan mengenai konsep dan praktik pendidikan.

1.) Essensialisme merupakan aliran pendidikan yang menerapkan filsafat idealism secara
eklektis.

2.) Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada
keabadian atau ketetapan atau kehikmatan, yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa ( Imam
Barnadib, 1988: 34)

3.) Progresivisme adalah mazab pendidikan yang menginginkan kemajuan.

4.) Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari progresivisme.

5.) Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber ideologi atau filsafat.

6.) Humanisme merupakan kelanjutan dari progresivisme, telah mengadopsi banyak


sekali prinsip-prinsip progresivisme termasuk pemusatan pada siswa, peran guru yang
tidak otoritatif, fokus pada aktivitas dan partisipasi siswa, aspek-aspek kooperatif dan
demokratisasi pendidikan.

b.) Landasan Sosiologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib
sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi, memrupakan
indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis.

c.) Landasan kurtural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidiakan nasional berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan
timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan,
sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang
ada dalam masyarakat.

d.) Landasan Historis, kehidupan manusia mempunyai sejarah yang panjang sehingga
manusia tidak mampu melacak titik awal kapan mulainya kehidupan ini. Sejak manusia
hidup, sejak itu pula pendidikan ada, dari yang paling sederhana sampai pendidikan yang
sangat kompleks seperti sekarang ini.

e.) Landasan Psikologis, kegiatan pendidikan melibatkan aspek kejiwaan manusia.


Karena itu landasan psikologis merupakan salah satu landasan pendidiakn yang penting.
Pada umumnya pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan
perkembangan manusia, khususnya dalam proses belajar mengajar.

f.) Landasan Ilmiah, teknologi dan seni merupakan salah satu materi pengajaran sebagai
bagian dan pendidikan. Perkembangan IPTEKS akan segera diakomodasi oleh pendidikan,
di sisi lain pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, sehingga tersedia
berbagai informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dijadikan program, alat dan cara
kerja teknologi pendidikan.

g.) Landasan Politik, polotik sebagai cita-cita yang harus diperjuangkan melalui
pendidikan, dimaksudkan agar tujuan dan atau cita-cita suatu bangsa dapat tercapai.

h.) Landasan Ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai human investment, karena
dengan pendidikan maka manusia terdidik ini dapat menjadi modal bagi pembangunan.
Manusia terdidik yang kemudian berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan
teknologis, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya GNP atau pendapatan
nasional.

i.) Landasan Yuridis, supaya pendidikan tidak melenceng dari keinginan masyarakat,
maka perlu diatur dalam regulasi yang berlaku di masyarakat/bangsa tersebut.

Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus
dilaksanakan oleh pendidikan (Dirto Hadisusanto, dkk, 1995: 57). Selain itu pendidikan
mempunyai fungsi (1) menyiapkan sebagai fungsi (2) menyiapkan tenaga kerja dan (3)
menyiapkan warga negara yang baik. Menurut Jeane H. Balantine (1983: 5-7), fungsi
pendidikan bagi masyarakat meliputi (1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan
alokasi, (3) fungsi inovasi dan perubahan sosial (4) fungsi pengembangan pribadi dan
sosial. Menurut Alex Inkeles (dalam Parsono dkk., 1990:5-15) fungsi pendidikan (1)
menindahkan nilai-nilai budaya, (2) fungsi nilai pengajaran, (3) fungsi meningkatkan
mobillitas sosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) fungsi latihan jabatan, (6) fungsi
mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial, (7) fungsi membentuk
semangat kebangsaan dan (8)fungsi pengasuh bayi. Di Indonesia fungsi pendidikan diatur
dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa…”.

Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan


pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa pendidiakn itu harus dimulai dengan tujuan,
yang diasumsikan dengan nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam paraktek pendidikan tidak
ada artinya ( moore, T.W.,1974:86). M.J. Langeveld mengemukakan ada 6 tujuan
pendidikan yaitu;

 Tujuan khusus adalah pengususan tujuan umum atas dasar berbagai hal, misalnya usia,
jenis kelamin, inteligensi dan sebagainya.
 Tujuan tak lengkap tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia.
 Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja,
sedangkan kalau tujuan sementara itu sudah tercapai, lalu ditinggalkan dan diganti
dengan tujuan yang lain.
 Tujuan intermedier, yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
 Tujuan incidental, yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika, sepontan.

Di Indonesia pernah diperkenalkan tujuan-tujuan yaitu;

 Tujuan umum adalah tujuan akhir atau tertinggi yang berlaku di semua lembaga dan
kegiatan pendidikan.
 Tujuan institusional adalah tujuan yang menjadi tugas suatu lembaga pendidikan untuk
mencapainya.
 Tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang akan dicapai oleh mata pelajaran atau bidang studi
tertentu.
 Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai pada waktu guru mengajar suatu
pokok bahasan tertentu.

Asas Pendidikan

Asas atau prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman atau
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuanya tercapai dengan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan ( Dirto Hadisusanto, dkk., 1995: 47). Komisi pembaharuan
pendidikan (1980) pernah menyusun beberapa azas pendididkan bagi Indonesia, yaitu:

 Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang berarti
di depan pendidik member contoh, di tengah member dorongan, di belakang memberi
pengaruh agar menuju kebaikan).
 Asas pendidikan sepanjang hayat, yang berarti pendidikan dimulai dan lahir sampai mati
 Asas semesta, menyeluruh dan terpadu. Semesta artinya pendidikan itu terbuka untuk
seluruh rakyat, menyeluruh artinya mencakup semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Terpadu artinya saling berkaitan antara pendidikan dengan pembangunan nasional.
 Asas manfaat, yang berarti pendidikan harus mengingat kemanfaatanya bagi masa depan
peserta didik, bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama.
 Asas usaha bersama, yang berarti bahwa pendidikan menekankan kebersamaan antara
keluarga sekolah dan masyarakat.
 Asas demokratis, yang berarti bahwa pendidikan harus dilaksanakan dalam suasana dan
hubungan yang proposional antara pendidik dan peserta didik, ada keseimbangan antara
hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.
 Asas adil dan merata yang berarti bahwa semua kepentingan berbagai pihak harus
mendapat perhatian dan perlakuan yang seimbang.
 Asas perikehidupan dalam keseimbangan, yang berarti harus mempertimbangkan segala
segi kehidupan manusia, misalnya jasmani rokhani, dunia akherat, individual dan sosial,
intelektual, kesehatan, keindahan dan lain sebangainya.
 Asas kesadaran hukum, dalam arti bahwa pendidikan harus sadar dan taat pada peraturan
yang berlaku serta menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
 Asas kepercayaan pada diri sendiri, yang berarti bahwa pendidik dan peserta didik harus
memiliki kepercayaan diri sehingga tidak ragu dan setengah-setengah dalam melaksanakan
pendidikan.
 Asas efisiensi dan efektifitas, dalam arti bahwa dalam pendidikan harus ditumbuhkan
keaktifan, kreativitas, inisiatif, ketrampilan, kelincahan, dan sebagainya,
 Asas fleksibelitas, dalam arti bahwa dalam pendidikan harus diciptakan keluwesan
(fleksibel) baik dalam materi maupun caranya, sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat
(Anonim, 1980: 18-19).

Anda mungkin juga menyukai