Anda di halaman 1dari 33

JOURNAL PENELITIAN

STRATEGI KOPING KELUARGA INTERNAL MENURUT


TEORI PEARLIN DAN SCHOOLER PADA ANGGOTA
KELUARGA PENDERITA STROKE DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUD RA.BASOENI
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh:
Wahyuni Ningtias

S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang,


2018

ABSTRAK
Stroke merupakan masalah neurologik primer di dunia, stroke adalah penyakit
peringkat ketigat penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke
pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh
darah di otak, dapat berupa tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah di otak yang dapat
memuculkan kematian sel saraf. Tujuan dari Penelitian ini adalah menganalisis strategi
koping keluarga internal menurut teori Pearlin dan Schooler pada anggota keluarga penderita
stroke di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah RA.Basoeni Kabupaten Mojokerto .
Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi pada masa kini, dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada dara
factual daripada penyimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien dengan anggota keluarga
penderita Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah RA.Basoeni Kabupaten
Mojokerto dengan besaran atau jumlah sampel yaitu 96 orang. Pada penelitian ini sampel
berjumlah 34 responden. Mayoritas responden menggunakan strategi koping keluarga
internal teori Pearlin dan Schooler dengan koping Normalisasi, yaitu sebanyak 65 poin
(95,8%). Hasil penelitian diharapkan keluarga dapat menggunakan koping yang efektif guna
menghadapi permasalahan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke.

Kata Kunci : Koping, Stroke


STRATEGI KOPING KELUARGA INTERNAL MENURUT
TEORI PEARLIN DAN SCHOOLER PADA ANGGOTA
KELUARGA PENDERITA STROKE DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUD RA.BASOENI
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh:
Wahyuni Ningtias

S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang,


2018

ABSTRACT

Stroke is a primary neurologic problem in the world, stroke is a disease-causing cause of


death, with an 18% to 37% mortality rate for the first stroke and 62% for subsequent
stroke. Stroke occurs due to blood vessel disorders in the brain, can be clogged or broken
blood vessels in the brain that can menghafulkan nerve cell death. The purpose of this
research is to analyze the internal family coping strategy according to Pearlin and Schooler
theory on family member of stroke patient at Inpatient Room of RA.Basoeni General
Hospital of Mojokerto Regency. Based on the purpose of research, research design used is
descriptive research design is research that aims to explain the important events
that occur on time now , done on systematic and more men ekankan on factual virtues rather
than inferences. The population in this study were all families of patients with family
members of stroke patients in the Inpatient Installation of
the House Sick General Area RA.Basoeni district Mojokerto with the amount or the number
of samples that is 96 people. On research this sample amounted to 34 respondents. The
majority of respondents use the internal family coping strategy of Pearlin and Schooler theory
with Normalization coping, which is as much as 65 points (95 ,8 %).
Results research expected family could use effective coping use faceup problems family in lo
oking after family members suffering from stroke.
Keywords: Koping, Stroke

PENDAHULUAN
seperti ada anaggota keluarga yang sakit,
Kehidupan dalam keluarga masalah ekonomi, masalah sosial dan
seringkali dihadapkan pada stimulus sebagainya. Strategi koping berfungsi
berupa beragam permasalahan hidup yang sebagai proses dan mekanisme yang
dating baik dari luar maupun dari dalam penting dalam pelaksanaan tugas dan
lingkungan keluarga.Beberapa dari keluarga. Menurut Pearlin & Schooler,
stimulus tersebut dapat menjadi sebuah strategi koping keluarga meliputi dua tipe
stressor dalam keluarga, sebagai contoh yaitu strategi koping keluarga internal
yang terdiri dari kemampuan keluarga angka tersebut 40% memerlukan bantuan
yang menyatu sehingga menjadi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
terintegrasi, dan strategi koping keluarga (Brunner & Suddarth, 2002). Sedangkan
eksternal berhubungan dengan penggunaan data yang dirilis oleh Yayasan Stroke
system pendukung social oleh keluarga. Indonesia dinyatakan bahwa kasus stroke
Tanpa strategi koping yang efektif maka di Indonesia menunjukkan kecenderungan
fungsi afektif, sosial, ekonomi dan terus meningkat dari tahun ke tahun, pada
perawatan keluarga tidak dapat dicapai tahun 2004, beberapa penelitian di
secara adekuat (dalam Andarmoyo,2012). sejumlah rumah sakit menemukan pasien
Salah satu contoh penyakit yang dapat rawat inap yang disebabkan stroke
memberikan stimulus pada keluarga yaitu berjumlah 23.636 orang. Hasil yang
keluarga dengan anggota keluarga didapat yaitu bahwa stroke merupakan
menderita Stroke atau cedera pembunuh utama diantara penyakit-
serebrovaskular (CVA) yaitu kondisi penyakit non infeksi terutama di kalangan
kehilangan fungsi otak akibat berhentinya penduduk perkotaan (Srikandi, 2009).
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Berdasarkan data yang diperoleh di
Suddarth,2002). Kelumpuhan atau Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit
kecacatan fisik pada individu penderita Umum Daerah RA. Basoeni, Kabupaten
stroke tentu saja akan menyebabkan beban Mojokerto, didapatkan jumlah pasien
tersendiri dalam keluarga, strategi koping stroke dalam tiga bulan terakhir (Mei
yang efektif terutama strategi koping 2017-Juli 2017) tercatat 157 orang pasien
keluarga internal dapat dipakai sebagai stroke tanpa penyakit penyerta.
solusi keluarga dalam mengatasi Berdasarkan data pra penelitian mulai
permasalahan keluarga yang sedang tanggal 21 Agustus 2017 terhadap sepuluh
terjadi. keluarga dengan salah satu anggota
Stroke merupakan masalah keluarganya menderita stroke, dapat
neurologik primer di dunia, stroke adalah disimpulkan bahwa tiap-tiap anggota
penyakit peringkat ketigat penyebab keluarga memakai sedikitnya empat
kematian, dengan laju mortalitas 18% macam dari tujuh startegi koping keluarga
sampai 37% untuk stroke pertama dan internal.Selain memakai startegi
sebesar 62% untuk stroke penggunaan humor, strategi fleksibilitas
selanjutnya.Terdapat kira-kira dua juta peran dan strategi pemecahan masalah
orang bertahan hidup dari stroke yang bersama, ditemukan bahwa banyak
mempunyai beberapa kecacatan, dari anggota keluarga yang tidak mampu
menggunakan strategi mengontrol makna mengandalkan kelompok keluarga,
dari masalah dan strategi penggunaan humor, memelihara ikatan
normalisasi.Dalam hal menggunakan keluarga, mengontrol makna dari masalah,
strategi mengandalkan kelompok keluarga pemecahan masalah keluarga, diharapkan
dan strategi memelihara ikatan keluarga keluarga mampu mengendalikan anggota
merupakan strategi koping internal keluarganya dan tidak membuat pasien
keluarga yang paling banyak digunakan. menjadi lebih buruk.
Stroke terjadi akibat gangguan Agar tetap menciptakan suasana
pembuluh darah di otak, dapat berupa kondusif dalam keluarga peran keluarga
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh sangat penting, dengan koping keluarga
darah di otak yang dapat memuculkan menurut Pearlin dan Schooler (Dalam
kematian sel saraf. Gangguan fungsi otak Andarmoyo.2012) sebaiknya anggota
ini akan menjadi gejala stroke (Junaidi, keluarga memiliki tiga hal yaitu respon
2011). Hal tersebut beresiko terhadap koping normative diantaranya yang
terjadinya defisit neurologik dimana fungsi pertama, menguba situasi yang penuh
otak yang rusak tidak dapat membaik dengan stress, yaitu dengan cara langsung
sepenuhnya, diantaranya yaitu kehilangan mengatasi ketegangan dalam hidup
fungsi motorik, kehilangan fungsi contohnya segera membawa pasien ke
berkomunikasi, gangguan persepsi, rumah sakit. Kedua taktik mengontrol
kerusakan fungsi kognitif dan efek makna dari masalah, hal ini didapat dari
psikologik serta disfungsi kandung kemih pengenalan dan makna dari pengalaman
(Brunner & Suddarth, 2002).Hal-hal menentukan luasnya ancaman yang
tersebut merupakan stimulus yang dapat ditimbulkan oleh pengalaman tersebut,
mempengaruhi perubahan kehidupan contohnya bila pasien masih mendapat
keluarga. Peran keluarga dalam kesembuhan keluarga wajib berpartisipasi
penerimaan situasi kondisi pasien dalam menjaga pola makan dan hal lain
sangatlah besar pengaruhnya, jika keluarga yang dapat menunjang kesehatan pasien
kurang memiliki koping yang efektif maka stroke. Hal yang ke tiga yaitu mekanisme
keluarga akan berada pada situasi secara esensial untuk mengakomodasi dan
disfungsional yang memilki efek kurang mengatur stress yang ada, dalam hal ini
baik terhadap keluarga karena penyakit buka untuk menghadapi masalah stressor
stroke yang sifatnya dapat mengakibatkan itu sendiri, contohnya dengan penerimaan
kecacatan permanen dan bahkan kematian, keluarga terhadap anggota keluarga yang
dengan koping yang baik yaitu dalam sakit dan mungkin mengalami kecacatan
tubuh akibat penyakit stroke. Berdasarkan Besar sampel dalam penelitian ini
fenemona di atas peneliti perlu meneliti dengan menggunakan rumus Estimasi
strategi koping keluarga internal menurut Proporsi, sebagai berikut:
teori Perlin dan Schooler pada anggota
n = 4.Z2. 𝜋 (1-𝜋)
keluarga penderita stroke di Ruang Rawat W2
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Basoeni
𝜋 = proporsi atau angka prevalensi
Kabupaten Mojokerto.
kejadian outcome (variable tergantung)
METODE PENELITIAN
Bila 𝜋 tidak diketahui harus dianggap 50
Rancangan atau desain penelitian
W = lebar penyimpangan maksimal
adalah sesuatu yang vital dalam penelitian,
yang memungkinkan memaksimalkan atau (maksimal 10-20 % = 0,1 – 0,2)
control beberapa factor yang bbisa α = 0,5 (Z=1,96)
mempengaruhi akurasi suatu hasil
Sehingga besar sampel dalam
(Nursalam,2008). Berdasarkan tujuan
penelitian ini adalah :
penelitian, desain penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian n = 4.Z2. 𝜋 (1-𝜋) n=
deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan
W2
untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa n=
2
penting yang terjadi pada masa kini, n = 4.(1,96) . 0,5 (1-0,5)

dilakukan secara sistematis dan lebih (0,2)2 n=


menekankan pada dara factual daripada
n = 3,84 n=
penyimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah 0,04
n = 33,9
semua keluarga pasien dengan anggota n = 96
n = 34
keluarga penderita Stroke di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni Kabupaten Mojokerto dengan
Dalam penelitian ini kuesioner yang
besaran atau jumlah sampel yaitu 96 orang
oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 25
Sampel terdiri dari bagian populasi
pertanyaan yang telah disesuaikan dengan
terjangkai yang dapat dipengaruhi sebagai
teori Pearlin dan Schooler tentang tujuh
subjek penelitian melalui sampling
poin strategi koping keluarga internal
(Nursalam,2008). Pada penelitian ini
diantaranya yaitu mengandalkan kelompok
sampel berjumlah 34 responden.
keluarga (7 pertanyaan), penggunaan diisi responden, data dikumpulkan untuk
humor (2 pertanyaan), memelihara ikatan dianalisis.
keluarga (3 pertanyaan), megontrol makna
HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah (5 pertanyaan), pemecahan
masalah keluarga bersama-sama (4 Data umum dalam penelitian ini
pertanyaan), fleksibilitas peran (2 dibedakan menjadi 6 karakteristik, yaitu
pertanyaan) dan normalisasi (2 data responden berdasarkan usia, jenis
pertanyaan). Pertanyaan dalam kuesioner kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan,
sifatnya belum baku namun telah di uji anggota keluarga yang sakit dan hubngan
validitas dan reliabilitasnya, pada uji dengan keluarga yang sakit. Adapun
validitas pertama terdapat lima soal yang karakteristinya adalah sebagai berikut.
tidak valid kemudian dilakukan uji 1. Karakteristik Responden
validitas ulang sampai semua item Berdasarkan Usia
pertanyaan (25 soal) valid. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden
Peneliti menentukan responden dari berdasarkan usia anggota keluarga
melihat list pasien dengan diagnose penderita stroke yang di rawat inap di
Instalasi rawat inap RSUD
penyakit CVA atau Stroke tanpa penyakit
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
penyerta. Daftar pasien yang sudah sesuai Mojokerto
dengan kriteria dicatat kemudian
Usia Frekuensi Presentase
mendatangi kamar pasien sesuai daftar.
20 – 24 tahun 8 24
Peneliti mengadakan pendekatan pada 25 – 65 tahun 23 67
keluarga pasien yang menunggu untuk >65 tahun 3 9
mendapatkan persetujuan sebagai Jumlah 34 100

responden dan menjelaskan cara pengisian


lembar kuesioner. Proses pengumpulan Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa
data dilakukan dengan cara membagikan lebih dari 50% responden berusia antara
lembar kuesioner untuk mendapatkan data rentang 25 hingga 65 tahun yaitu sebanyak
demografi dan data strategi koping internal 23 responden (67%)
keluarga. Beberapa responden mengalami 2. Karakteristik Responden
ketidakmampuan dalam membacaa dan Berdasarkan Jenis Kelamin
menulis sehingga dilakukan wawancara
terstruktur. Dalam pelaksanaanya peneliti
tidak bersama responden selama pengisian
kuesioner berlangsung.Setelah data selesai
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak
berdasarkan Jenis kelamin 20 responden (59%)
anggota keluarga penderita
4. Karakteristik Responden
stroke yang di rawat inap di
Instalasi rawat inap RSUD Berdasarkan Pekerjaan
RA.Basoeni, Gedeg, Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi
Kabupaten Mojokerto responden berdasarkan
pekerjaan anggota keluarga
Jenis Frekuensi Presentase penderita stroke yang di rawat
Kelamin inap di Instalasi rawat inap
Laki-laki 12 35 RSUD RA.Basoeni, Gedeg,
Perempuan 22 65 Kabupaten Mojokerto
Jumlah 34 100
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Sekolah 6 17
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa
Petani 2 6
lebih dari 50% responden berjenis kelamin PNS 1 3
perempuan yaitu sebanyak 22 responden Wiraswasta 16 47
Buruh 4 12
(65%).
Tidak Bekerja 5 15
3. Karakteristik responden Berdasarkan Jumlah 34 100
Pendidikan Terakhir
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa
responden berdasarkan
Pendidikan terakhir anggota paling banyak responden bekerja sebagai
keluarga penderita stroke wiraswasta yaitu sebanyak 16 responden
yang di rawat inap di (47%)
Instalasi rawat inap RSUD
5. Karakteristik Responden
RA.Basoeni, Gedeg,
Kabupaten Mojokerto Berdasarkan Anggota Keluarga
Yang Sakit
Pendidikan Frekuensi Presentase
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
Terakhir
responden berdasarkan
SD 6 17
anggota keluarga penderita
SMP 5 15
stroke yang di rawat inap di
SMA 20 59
Instalasi rawat inap RSUD
PT 3 9
RA.Basoeni, Gedeg,
Jumlah 34 100
Kabupaten Mojokerto

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa Pekerjaan Frekuensi Presentase


lebih dari 50% responden menyatakan Suami 5 15
Istri 10 30
Ayah 8 23 Dari tabel 5.7 menunjukkan paling
Ibu 9 26 banyak responden menyatakan anggota
Kakak/Adik 2 3
keluarga menjadi “kuat” dan belajar
Jumlah 34 100
menyembunyikan perasaan dalam
menguasai ketegangan dalam diri mereka
Dari tabel 5.5 menunnjukkan bahwa
sendiri, yaitu sebanyak 29 poin.
paling banyak responden menyatakan
Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa
anggota keluarga yang sakit adalah istri
paling banyak responden menyatakan
responden yaitu 10 responden (30%)
dalam situasi tegang dan cemas anggota
6. Karakteristik Responden
mampu melakukan tindakan dalam
Berdasarkan Hubungan dengan
mencoba mengurangi suasana tersebut
Keluarga yang Sakit
dengan cara humot dalam berkomunikasi
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden
berdasarkan Hubungan dengan dengan keluarga, yaitu sebanyak 25 poin.
keluarga penderita stroke yang Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa
di rawat inap di Instalasi rawat paling banyak responden menyatakan antar
inap RSUD RA.Basoeni,
anggota keluarga ikut serta dalam
Gedeg, Kabupaten Mojokerto
Pekerjaan Frekuensi Presentase pengalaman bersam dan aktivitas keluarga,
Suami 10 29 yaitu sebanyak 33 poin.
Istri 6 15
Dari tabel 5.10 menunjukkan bahwa
Anak 17 50
Kakak/Adik 1 3 paling banyak responden menyatakan
Jumlah 34 100 mempunyai keyakinan optimis dan
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa penilaian positif, yaitu sebanyak 34 poin.
lebih dari 50% responden yang memiliki Dari tabel 5.11 menunjukkan bahwa
hubungan dengan keluarga yang sakit paling banyak responden menyatakan
adalah anak pasien yaitu sebanyak 17 mampu mengupayakan solusi atas dasar
responden (50%). logika, sebanyak 32 poin.
2. Data Khusus Dari tabel 5.12 menunjukkan bahwa
Pada bagian ini akan disajikan hasil paling banyak responden menyatakan
pengumpulan data terhadap responden di peran-peran keluarga bisa fleksibel atau
ruang Rawat inap Rumah Sakit Umum kaku, membedakan tingkat-tingkat
Daerah RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten berfungsinya keluarga khusunya pada
Mojokerto. keluarga berduka, yaitu sebanyak 21 poin.
Dari tabel 5.13 menunjukkan bahwa
paling banyak responden menyatakan
keluarga mempunyai respon terhadap sakit strategi koping keluarga internal teori
dan kecacatan anggota keluarga, yaitu Pearlin dan Schooler dengan koping
sebanyak 33 poin. Normalisasi, yaitu sebanyak 65 poin
(95,8%).
Dari tabel 5.14 menunjukkan bahwa
mayoritas responden menggunakan

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan mengendalikan kelompok keluarga pada
anggota keluarga di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto

Mengendalikan Kelompok Keluarga Pertanyaan Jawaban Ʃ


Ya Tidak
Keluarga lebih mengandalkan sumber-sumber Positif 19 15 34
dalam keluarga ketika mengalami stress

Menilai dan melihat kontrol diri, kemandirian Negatif 18 16 34


lebih penting selama masa-masa sakit
`
Anggota keluarga menjadi “kuat” dan belajar Positif 29 5 34
menyembunyikian perasaan dalam menguasai
ketegangan dalam diri mereka sendiri

Disiplin diri di kalangan anggota keluarga, Negatif 33 1 34


dalam situasi-situasi yang penuh dengan stres

Respons koping dalam hal melaksanakan Positif 17 17 34


peran-peran

Percaya diri Negatif 8 26 34

Manajemen waktu sebagai sebuah respon Positif 11 23 34


koping khusus

Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 76
Jawaban “tidak” = 60
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 59
Jawaban “tidak” = 43
Total Jawaban responden yang mengandalkan kelompok keluarga = 119 poin
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan penggunaan humor pada anggota keluarga
di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto

Penggunaan Humor Pertanyaan Jawaban Ʃ


Ya Tidak
Dalam situasi tegang dan cemas anggota Negatif 9 25 34
keluarga mampu melakukan tindakan dalam
mencoba mengurangi suasana tersebut dengan
cara humor yaitu dengan sesekali
memasukkan unsur humor dalam
berkomunikasi dengan keluarga

Anggota keluarga mencari hiburan kecil Positif 22 12 34


seperti menonton Tv, melalui tontonan humor
dengan harapan mengurangi ketegangan dan
kecemasan yang sedang dialami
Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 22
Jawaban “tidak” = 12
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 9
Jawaban “tidak” = 12
Total Jawaban responden yang mengandalkan kelompok keluarga = 47 poin

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan memelihara ikatan keluarga pada anggota
keluarga di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Memelihara Ikatan Keluarga Pertanyaan Jawaban Ʃ

Ya Tidak

Pengungkapan bersama antar anggota Negatif 18 16 34


keluarga agar keluarga menjadi lebih dekat
satu sama lain

Keluarga mampu memelihara serta mengatasi Negatif 26 8 34


tingkat stress dalam keluarga

Antar anggota keluarga ikut serta dalam Positif 33 1 34


pengalaman bersama dan aktivitas keluarga

83
Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 33
Jawaban “tidak” = 1
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 44
Jawaban “tidak” = 24
Total Jawaban responden yang memelihara ikatan keluarga = 57 poin

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan mengontrol makna dari masalah kognitif
pada anggota keluarga di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Mengontrol Makna dari Masalah Pertanyaan Jawaban Ʃ
Ya Tidak
Menggunakan mekanisme mental yaitu Negatif 13 21 34
mengontrol makna dari masalah

Mampu bereaksi dalam suatu cara yang Negatif 4 30 34


ralistis (dimana situasi dipandang secara
obyektif, dinilai secara akurat)

Mampu bereaksi lama (dimana elemen Negatif 15 19 34


penyangkalan ditentukan dan lebih sedikit
stres yang diperoleh)

Mempunyai keyakinan optimis dan penilaian Positif 34 0 34


positif sebagai strategi koping yang cenderung
melihat segi positif dari kejadian yang
menghasilkan stres, seperti membuat
perbandingan positif, mengabaikan aspek
yang penuh dengan stres kurang penting
dalam hubungannya dengan hirarki nilai-nilai
keluarga

Memiliki penilaian pasif, sebagai penerimaan Positif 28 6 34


pasif keluarga
Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 62
Jawaban “tidak” = 6
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 32
Jawaban “tidak” = 70
Total Jawaban responden yang mengontrol makna dari masalah= 132 poin

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan pemecahan masalah secara bersama-sama
pada anggota keluarga di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Pemecahan Masalah Secara Bersama-sama Pertanyaan Jawaban Ʃ

Ya Tidak

Keluarga dapat mendiskusikan masalah yang Negatif 25 9 34


ada secara bersama-sama

Mampu mengupayakan solusi atas dasar Positif 32 2 34


logika

Pemecahan masalah dengan pemikiran yang Negatif 19 15 34


masuk akal

Mampu mencapai suatu konsensus tentang Negatif 14 20 34


apa yang perlu dilakukan atas dasar petunjuk-
petunjuk yang diupayakan bersama

Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 32
Jawaban “tidak” = 2
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 58
Jawaban “tidak” = 44
Total Jawaban responden yang menggunakan pemecahan masalah secara bersama-
sama = 47 poin
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan fleksibilitas peran pada pada anggota
keluarga di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Fleksibilitas Peran Pertanyaan Jawaban Ʃ

Ya Tidak

Dalam tingkat-tingkat berfungsinya keluarga Negatif 28 6 34


berduka, fleksibilitas peran menjadi penting
sebagai sebuah strategi koping fungsional

Peran-peran keluarga bisa fleksibel atau kaku, Positif 21 13 34


membedakan tingkat-tingkat berfungsinya
keluarga khususnya pada keluarga berduka

Keterangan:
1. Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 21
Jawaban “tidak” = 13
2. Pertanyaan Negatif
Jawaban “ya” = 28
Jawaban “tidak” = 6
Total Jawaban responden yang menggunakan fleksibilitas = 27 poin

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Strategi Kopimg keluarga internal menurut teori
Pearlin dan Schooler dengan normalisasi pada anggota keluarga di
instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Normalisasi Pertanyaan Jawaban Ʃ

Ya Tidak

Keluarga mampu menemukan cara bagaimana Positif 32 2 34


mengelola ketidakmampuan seorang anggota
keluarga
Keluarga mempunyai respon terhadap sakit Positif 33 1 34
dan kecacatan anggota keluarga
Keterangan:
Pertanyaan positif
Jawaban “ya” = 22
Jawaban “tidak” = 12
Total Jawaban responden yang menggunakan = 65 poin
Tabel 5.14 Strategi Koping internal menurut teori Pearlin dan Schooler yang
digunakan anggota keluarga responden di Instalasi Rawat inap Rumah
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,Gedeg,Kabupaten Mojokerto
Strategi Koping Keluarga Internal Teori Pearlin Ʃ Rerata
dan Schooler
Mengandalkan kelompok keluarga 119 55 %

Penggunaan humor 47 69,11 %

Memelihara ikatan keluarga 57 55,88 %

Mengontrol Makna dari Masalah 132 77,64

Pemecahan Masalah secara bersama-sama 76 55,88 %

Fleksibilitas Peran 27 39,70 %

Normalisasi 65 95,58

PEMBAHASAN
1) Strategi koping keluarga internal kelompok keluarga pada anggota
menurut teori Pearlin dan keluarga penderita stroke di
Schooler dalam mengandalkan Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
kelompok keluarga pada anggota Umum Daerah RA.Basoeni,
keluarga penderita stroke di Gedeg, Mojokerto dari 34
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit responden dengan jumlah soal 7
Umum Daerah pertanyaan, terdiri dari 4
RA.Basoeni,Gedeg, Mojokerto pertanyaan positif dan 3
Hasil penelitian mengenai pertanyaan negatif. Dalam
strategi koping keluarga internal menjawab pertanyaan
menurut teori Pearlin dan mengandalkan kelompok keluarga
Schooler dalam mengandalkan didapati bahwa responden
menyatakan anggota keluarga pengendalian anggota keluarga
menjadi “kuat” dan belajar yang lebih besar, disertai harapan
menyembunyikan perasaan dalam bahwa anggota lebih disiplin dan
menguasai ketegangan dalam diri menyesuaikan diri. Jika berhasil,
mereka sendiri , yaitu sejumlah 29 keluarga menerapkan
poin. pengendalian yang lebih besar dan
Mengandalkan kelompok mencapai integrasi dan
keluarga yaitu saat keluarga kohesivitas yang lebih besar
mengalami tekanan akan diatasi (Friedman, 2010). Mekanisme
dengan menjadi lebih bergantung koping mempunyai reaksi yang
pada sumber mereka sendiri. dapat ditimbulkan salah satunya
Bersatu adalah adalah satu dari yaitu reaksi yang bersumber pada
proses penting dalam badai pertahanan ego, reaksi ini dipakai
kehidupan keluarga. Keluarga individu untuk menghadapi
berhasil melalui masalah dengan stresor yang jiika digunakan dlam
menciptakan struktur dan sesaat dapat mengurangi tingkat
organisasi yang lebih besar kecemasan, namun jika
dirumah dan keluarga. Ketika berlangsung lama dapat
keluarga menetapkan struktur mengakibatkan gangguan
yang lebih besar, hal ini orientasi realita, koping ini
merupakan upaya untuk memiliki beroperasi secara tidak sadar.
pengendalian yang lebih besar Beberapa macam reaksi yang
terhadap keluarga mereka. Upaya bersumber pada pertahanan ego
ini biasanya melibatkan diantaranya yaitu kompensasi
penjadwalan waktu anggota yang (kelemahan yang ditutupi dengan
lebih ketat, lebih banyak tugas per meningkatkan kemampuan di
anggota keluarga, organisasi bidang lain untuk mengurangi
ikatan yang lebih ketat, dan kecemasan), mengingkari
rutinitas yang lebih terperogram. (menolak realitas dengan
Bersamaan dengan lebih ketatnya berusaha mengatakan tidak terjadi
batasan keluarga, menimbulkan apa-apa), mengalihkan
kebutuhan pengaturan dan (pengalihan emosi yang diarahkan
pada benda atau objek lain yang oleh beberapa faktor diantaranya
tidak berbahaya), disosiasi yaitu situasi yang dialami
(kehiilangan kemampuan keluarga saat ini adalah adanya
menginat peristiwa yang terjadi), anggota keluarga yang menderita
intelektualisasi (alasan atau logika stroke, hal ini merupakan tekanan
yang berlebihan untuk menekan dan kedudukan tersendiri bagi
perasaan yang tidak sebuah keluarga sehingga
menyenangkan), rasionalisasi memunculkan koping. Berupa
(memberikan alasan yang dapat sikap lebih tegar guna mengurangi
diterima secara sosial, yang ketegangan. Faktor lain dilihat
tampaknya masuk akal untuk dari segi usia, rata-rata responden
membenarkan kesalahan dirinya), sudah memasuki masa
represi (menekan perasaan yang pertengahan dewasa, usia tersebut
menyakitkan atau konflik atau dapat dikatakan telah memiliki
ingatan dari kesadaran yang rasa tanggung jawab dalam
cenderung memperkuat menyelesaikan masalah terutama
mekanisme ego lain), supresi masalah dalam keluarga. Faktor
(menekan perasaan yang dari keluarga inti yaitu keluarga
menyakitkan diingkarinya yang tinggal dalam satu rumah
sebagaimana yang pernah dan khususnya memiliki iikatan
dikomunikasikan sebelumnya), darah, menjadikan keluarga
dan sublimasi (penerimaan sebagai andalan untuk dapat
pengganti yang diterima secara menghadapi masalah keluarga
sosial karena dorongan dari secara bersama-sama dan saling
ekspresi yang terhambat) mendukung satu sama lain.
(Rasmun,2009). 2) Strategi koping keluarga internal
Menurut peneliti keluarga menurut teori Pearlin dan
responden bersikap menjadi Schooler dalam penggunaan
“kuat” dan belajar humor pada anggota keluarga
menyembunyikan perasaan dalam penderita stroke di Instalasi Rawat
menguasai ketegangan dalam diri Inap Rumah Sakit Umum Daerah
mereka sendiri dapat dipengaruhi
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten tegang. Meskipun terindentifikasi
Mojokerto bersifat fungsional jika humor
Hasil peneliitian mengenai dilakukan berulang untuk
strategi koping keluarga internal menutupi ekspresi emosional dan
menurut teori Pearlin dan menghindari masalah-masalah
Schooler dalam penggunaan maka dapat menjadi disfungsional
humor pada anggota keluarga (Andarmoyo,2012). Menurut
penderita stroke di Instalasi Rawat Walsh, humor tidak terhingga
Inap Rumah Sakit Umum Daerah nilainya dalam mengatasi
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten penderitaan. Humor tidak hanya
Mojokerto dari 34 responden dapat menyokong semangat,
dengan jumlah soal 2 pertanyaan, humor juga dapat menyokong
terdiri dari 1 pertanyaan posititf sistem imun seseorang dalam
dan 1 pertanyaan negatif. Dalam mendorong penyembuhan.
menjawab pertanyaan penggunaan Demikian juga bagi keluarga, rasa
humor didapati bahwa responden humor adalah sebuah aspek yang
menyatakan dalam situasi tegang penting. Humor dan tawa dapat
dan cemas anggota keluarga dipandang sebagai alat perawatan
mampu melakukan humor dalam diri untuk mengatasi stres karena
berkomunikasi, yaitu sejumlah 25 kemampuan tertawa dapat
poin. memberikan sesorang perasaan
Menurut Pearlin dan memiliki kekuatan terhadap
Schooler, perasaan humor situasi. Humor dan tawa dapat
merupakan aset keluarga penting menyokong sikap positif dan
yang dapat memberikan harapan bukan perasaan tidak
sumbangan perbaikan bagi sikap berdaya atau depresi dalam situasi
keluarga terhadap masalah- penuh stres (Friedman,2010).
masalahnya dan perawatan Menurut peneliti sikap
kesehatan. Humor juga diakui keluarga responden yang mampu
sebagai suatu cara bagi individu mencoba mengurangi suasana
dan kelompok untuk tegang dengan cara humor dalam
menghilangkan rasa cemas dan berkomunikasi dengan keluarga,
dapat dipengaruhi oleh kondisi Daerah RA.Basoeni, Gedeg,
keluarga saat ini terutama pada Kabupaten Mojokerto dari 34
anggota keluarga yang sedang responden dengan jumlah soal 3
menjaga atau merawat keluarga pertanyaan, terdiri dari 1
yang sakit di Rumah Sakit tidak pertanyaan positif dan 2
banyak hal yang bisa dilakukan pertanyaan negatif. Dalam
dan humor dalam berkomunikasi menjawab pertanyaan antar
merupakan cara yang paling anggota keluarga ikut serta dalam
mudah dilakukan keluarga untuk pengalaman bersama dan aktivitas
mendapatkan hiburan. Selain itu keluarga, yaitu sejumlah 33 poin.
keluarga menganggap saat ini Menurut Pearlin dan
bukanlah situasi yang terlalu Schooler, pengungkapan bersama
membebani dalam keluarga antar anggota keluarga merupakan
sehinggan humor masih suatu cara untuk membawa
dibutuhkan oleh keluarga guna keluarga lebih dekat satu sama
mengurangi rasa cemas dan lain dan memelihara serta
kebosanan. mengatasi tingkat stres, ikut serta
3) Strategi koping keluarga internal dalam pengalaman bersama
menurut teroi Pearlin dan keluarga dan aktivitas-aktivitas
Schooler dalam memelihara keluarga. Keluarga yang lebih
ikatan keluarga pada anggota banyak melakukan pengungkapan
keluarga penderita stroke di bersama menghasilkan ikatan
Instalasi Rawat Inap Rumah keluarga yang lebih kuat.
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni, Pengungkapan bersama antar
Gedeg, Kabupaten Mojokerto anggota keluarga dapat dilakukan
Hasil penelitian mengenai dengan beberapa cara diantaranya
strategi koping keluarga internal yaitu menetukan waktu bersama,
menurut teroi Pearlin dan saling mengenal, membahas
Schooler dalam memelihara masalah secara bersama-sama,
ikatan keluarga pada anggota merancang sebuah proyek
keluarga penderita stroke Instalasi keluarga keluarga yang matang,
Rawat Inap Rumah Sakit Umum mengembangkan ritual-ritual,
bermain bersama, ceritra saat terutama dalam tahp respon
hendak tidur, bermain sama-sama, keluarga terhada[ penyakit
melakukan pengungkapan tentang diantaranya yaitu keluarga
pekerjaan dan kehidupan di menerima pran sakitnya (ditandai
sekolahm jangan biarkan ada dengan ketergantungan terhadap
jarak dia antara keluarga. tenaga kesehatan, keinginan untuk
Pengungkapan perasaan dan mentaati nasehat medik, berusaha
persoalan sangan menguntungkan keras untuk sembuh), tahap
dalam mengurangi ketegangan respon akut dengan penyesuaian
keluarga. Ikayan keluarga yang yang harus segera dibuat,
kuat teristimewa sangan penyakit serius atau mengancam
membantu ketika keluarga jiwa menngakibatkan krisis
mengalami masalah, karena keluarga yang kemudian dapat
anggota keluarga sangan menjadi respon kekuatan stresor
membutuhkan dukungan. (Jhonson dan Lenny,2010).
Keterlibatan keluarga dalam Menurut Friedman, tugas
ritual-ritual sangat bermakna dan kesehatan keluarga mempunyai
bernilai bagi keluarga, hal ini cara-cara tertentu untuk mengatasi
merupakan proses sosial yang masalah kesehatan, kegagalan
terjadi berulang-ulang dan dalam mengatasinya akan
memberi ddefinisi bersama mengakibatkan penyakit atau
tentang dunia. Kegiatan-kegiatan sakit terus menerus dan
waktu luang keluarga juga keberhasilan keluarga untuk
merupakan sumber koping berfungsi sebagai satu kesatuan
keluarga untuk memelihara ikatan akan berkurang. Dalam perawatan
moral dan kepuasan sebuah kesehatan keluarga, kata-kata
keluarga. Strategi koping ini pada “mengatsi dengan baik”, diartikan
akhirnya bertujuan untuk sebagai kesanggupan keluarga
membangun integrasi, ikatan dan untuk melaksanakan tugas
resisensi yang lebih besar dalam pemeliharaan kesehatannya
keluarga (Andarmoyo, 2012). sendiri. Tugas kesehatan keluarga
Tahap sehat-sakit keluarga tersbut yaitu mengenal gangguan
perkembangan kesehatan setiap kesdiaan keluarga dalam
anggota keluarga (berhubungan menyempatkan diri menjaga dan
dengan kesanggupan keluarga merawat anggota keluarga yang
untuk mengenal masalah sakit karena ketidakmampuan
kesehatan [ada setiap anggota memenuhi kebutuhan dirinya
keluarga), mengambil keputusan akibat kelemahan atau
tindakan kesehatan yan tepat kelumpuhan oleh penyakit Stroke,
memberikan perawatan kepada tindakan yang telah dilakukan
anggota keluarga yang sakit (bila keluarga yaitu dengan belajar dan
tidak dapat membantu didi karena ikut serta dalam tindakan
cacat atau usianya terlalu muda), pemenuhan kebutuhan anggota
mempertahankan suasan di rumah keluarga yang sakit seperti mandi,
yang menguntungkan untuk makan dan toilet training sesuai
kesehatan dan perkembangan anjuran bantuan medis.
kepribadian anggota keluarga, 4) Strategi Koping keluarga internal
mempertahankan hubungan menurut teori Pearlin dan
timbal balik antara keluarga dan Schooler dalam mengontrol
lembaga-lembaga kesehatan lain. makna dari masalah pada anggota
Ini menunjukkan pemanfaatan keluarga penderita stroke di
dengan baik akan fasilitas-fasilitas Instalasi Rawat Inap Rumah
kesehatan (Awie,2010). Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,
Menurut peneliti, antar Gedeg, Kabupaten Mojokerto
anggota keluarga responden ikut Hasil penelitian startegi
serta dalam pengalaman bersama koping keluarga internal menurut
dan aktivitas keluarga dapat teori Pearlin dan Schooler dalam
dipoengaruhi oleh rasa tanggung mengontrol makna dari maslah
jawab keluarga terhadap anggota pada anggota keluarga penderita
keluarga yang sakit, terlebih stroke di Instalasi Rawat Inap
anggota keluarga yang sakit Rumah Sakit Umum Daerah
merupakan keluarga dekat dan RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
tinggal dalam satu rumah. Mojokerto dari jumlah 34
Tanggung jawab tersebut berupa responden dengan jumlah soal 5
pertanyaan, terdiri dari 1 yang diperoleh). Perumusan
pertanyaan posititf dan 4 kembali kognitif dalam keluarga
pertanyaan negatif. Dalam dalam literatur kesehtan mental
menjawab pertanyaan mengontrol keluarga, merupakan cara yang
makna dari maslah didapati paling membeesarkan hati untuk
bahwa responden menyatakan mengontrol makna sebuah stresor.
mempunyai keyakinan optimis Keyakinan optimis dan penilaian
dan penilaian positif sebagai positif merupakan strategi koping
strategi koping yang cenderung yang dapat dipilih dimana
melihat segi positif dari kejadian cenderung melhat segi positifdari
yang menghasilkan stres, yaitu kejadian yang menghasilkan stres,
sejumlah 34 poin. seperti membuat perbandingan
Salah satu cara utama positif, mengabaikan aspek-aspek
menemukan koping menurut negatif dan membuat kejadian-
Pearlin dan Schooler adalah kejadian yang penuh dengan stres
dengan menggunakan mekanisme kurang penting dalam
mental yaitu mengontrol makna hubungannya dengan hirarki nilai-
dari masalh, hal ini dapat nilai keluarga. Dalam perumusan
mengurangi atau mentralisir kembali keluarga dan anggotanya
secara kognitif rangsang mendefinisikan kejadian stresor
berbahaya yang dialami dalam sebagai sebuah tantangan yang
keluarga. Interpratsi yang dibuat dapat diatasi. Keluarga cenderung
untuk kejadian-kejadian dapat menggunakan respons ini tak
menciptakan perbedaan hipereaksi hanya untuk mengurangi keadaan
dengan sebuah situasi (dimana yang penuh dengan masalah tapi
keluarga mengalami stres yang untuk mencegah masalah-masalah
luar biasa), berekasi dalam suatu potensial agar tidak terjadi. Cara
cara yang realistis (dimana situasi kedia, keluarga mengontrol
dipandang secara obyektif, dinilai makna dari sebuah stresor adalah
secara akurat), dan bereaksi lama dengan penilaian poasif, kadang-
(dimana elemen penyangkalan kadang dinyatakan sebagai
ditemukan dan lebih sedikit stres penerimaan pasif. Keluarga
menggunakan suatu strategi karena ini memungkinkan
koping kognitif untuk dijalaninya keluarga membeli waktu untuk
yang dapat menimbulkan stres melindungi dirinya sementara
yang akan menjaga diri sendiri secara bertahap menrima
dari waktu ke waktu dimana peristiwa yang menimbulka
untuk hal ini tidak bisa berbuat kepedihan. Tetapi h=juga
apa-apa atau hanya sedikit saja berlangsung lama, penyangkalan
dpat dilakukan. Penilaina pasif bersifan disfungsional bagi
dapat menjadi strategi efektif keluarga (Friedman, 2010).
untuk mengurangi stres hangka Menurut peneliti, keluarga
pendek di mana pada beberpa responden mempunyai keyakinan
ksus tidak dapat dilakukan apa- optimis dan penilaian posititf
apa, dengan menerima situasi sebagai strategi koping yang
secara pasif sebuah keluarga cenderung melihat segi positif
mungkin lebih mentoleransi dari kejadian yang menghasilkan
dengan mudah situasi yang tidak stres, dipengaruhi oleh keyakinan
dapat dihindari dan tidak dapt bahwa permasalahan yang
diubah. Akan tertapi jika strategi dihadapi saat ini merupakan unian
dipakai secara konsisten maka dari Tuhan serta meyakinin ada
kegunaannya akan menghambat hikmah dibalik masalah tersebut.
pemecahan masalh secra aktif dan Faktor lain yang dapat
perubahan dalam keluarga mempengaruhi yaitu rasa percaya
(Andarmoyo, 2012). keluarga terhadap penanganan
Penyangkalan masalh keluarga tenaga medis Rumah Sakit yang
merupakan salah satu strategi diharapkan agar anggota kelluarga
koping disfungsional yang sering yang sakit dapat pulih kembali.
digunakan yaitu mekanisme 5) Strategi koping keluarga internal
pertahanan yang digunakan menurut teori Pearlin dan
anggota keluarga dan keluarga Schooler dalam pemecahan
sebagai satu kesatuan. Pada basis masalah keluarga secara bersama-
jangka pendek, penyangkalan sama pad anggota keluarga
keluarga sering kali fungsional, penderita stroke di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah dapat digambarkan sebagai situasi
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten dimana keluarga dapat
Mojokerto mendiskusikan masalah yang ada
Hasil penelitian mengenai secara bersama-sama,
strategi koping keluarga internal mengupayakan solusi atas dasar
menurut teori Pearlin dna logika, mencapai suatu konsensus
Schooler dalam pemecahan tentang apa yang perlu dilakukan
masalah keluarga secara bersama- atas dasar petunjuk-petunjuk yang
sama di Instalasi Rawat Inap diupayakan bersama, persepsi-
Rumah Sakit Umum Daerah persepsi dan ususlan yang
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten berbeda. Keluarga yang
Mojokerto dari jumlah 34 menggunakan tipe proses
responden dengan jumlah soal 4 pemscahan masalah ini sebagai
pertanyaan, terdiri dari 1 keluarga yang peka terhdap
pertanyaan positif dan 3 lingkungan, tipe keluarga seperti
pertanyaan negatif. Dalam ini akan melihat sifat masalah
menjawab pertanyaan pemecahan diluar dan tidak mencoba
masalah keluarga secara bersama- menjadikan masalah tersebut
sama didapati bahwa responden menjadi masalah internal
menyatakan mampu (Andarmoyo, 2012). Logika
mengupayakan solusi atas dasar adalah suatu pertimbangan akal
logika, yaitu sejumlah 32 poin. atau pikiran yang diutarakan lewat
Pemecahan masalah secara kata, mengenai percakapan atau
bersama-sama dikalangan anggota yang berkaitan dengan ungkapan
keluarga merupakan sebuah dalam bahasa (Rapar, 2003).
strategi koping keluarga yang Menurut peneliti,
telah dipelajari secara efektif dan responden mampu mengupayakan
dalam situasi alamiah. Berfokus solusi atas dasar logika dapat
pada rutinitas dan gangguang dipengaruhi oleh tingkat
yang dapat diterima dalam pendidikan responden yang rata-
kehidupan keluarga. Pemecahan rata merupakan lulusan dari
masalah secara bersama-sama ringkat SMA, pada tingkat
pendidikan ini umunya sudah peran keluarga didapati bahwa
cukup mampu berfikir lebig responden menyatakan peran-
masuk akal dan sesuai dengan peran kekluarga bisa fleksibel
kenyataan. Selain itu usia atau kaku, membedakan tingkat-
responden yang rata-rata tingkat berfungsinya keluarga
merupakan usia dewasa khususnya pada keluarga berduku,
pertengahan dapat dikatakan yaitu sejumlah 21 poin.
bahwa mereka sudah memiliki Menurut Olson dan Walsh,
pengalaman dan pengetahuan fleksibilitas peran adalah satu dari
guna menyelesaikan masalah dimensi utama adaptasi keluarga.
yang mereka hadapi. Keluarga harus mampu
6) Strategi koping keluarga internal beradaptasi terhadap perubahan
menurutr teori Pearlin dan perkembangan dan lingkungan.
Schooler dalam Fleksibilitas Ketika keluarga berhasil
Peran keluarga pada anggota mengtasi, keluarga mampu
keluarga penderita stroke di memlihara suatu keseimbangan
Instalasi Rawat Inap Rumah dinamik antara perubahan dan
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni, stabilitas (Friedman,2010). Tahap
Gedeg, Kabupaten Mojokerto sehat-sakit keluarga terutama
Hasil penelitian mengenai pada tahap penyesuaian atau
strategi koping keluarga internal penyembuhan sakit meliputi,
menurut teori Pearlin dan penyakit serius dan kronis dari
Schooler dalam flesibilitas peran seorang anggota keluarga
keluarga pada anggota keluarga (mempengaruhi secara mendalam
oenderita stroke di Instalasi Rawat pada sistem keluarga, khususnya
Inap Rumah Sakit Umum Daerah struktur peran dan pelaksanaan
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten fungsu keluarga), keseriusan
Mojokerto dari 34 responden ketidakmampuan, sentralisasi
dengan jumlah soal 2 pertanyaan, dalam unit keluarga, dan keluarga
terdiri dari 1 pertanyaan positif mempunyai peran yang bersifat
dan 1 pertanyaan negatif. Dalam mendukung selama masa
menjawab pertanyaan fleksibilitas
penyembuhan dan pemulihan menjadikan keluarga dapat tetap
(Jhonson dan Lenny, 2010). menjalani rutinitaas sehari-hari
Menurut peneliti, peran- dengan baik, sehingga bantuan
peran keluarga responden bisa dari pihak luar keluarg ainti
fleksibel atau kaku, membedakan menjadi kurang dibutuhkan
tingkat-tingkat berfungsinya 7) Strategi koping keluarga internal
keluarga khususnya pada keluarga menurut teori Peaarlin dan
berduka, dalam hal ini responden Schooler dalam normalisasi
menyatakan keluarga mampu keluarga pada anggota keluarga
menyesuaikan diri dengan penderita stroke di Instalasi Rawat
kesibukan masing-masing Inap Rumah Sakit Umum Daerah
dehingga dapat tetap menjalankan RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
tugas sehari-hari tanpa kendala Mojokerto
dan bantuan dari pihak lain. Hasil penelitian mengenai
Faktor yang dapat mempengaruhi startegi koping keluarga internal
yaitu dari pekerjaan responden menurut teroi Pearlin dan
yang rat-rata merupakan Schooler dalam normalisasi
wiraswasta memungkinka bahwa keluarga anggota keluarga
keluarga dapat mengatur waktu penderita stroke di Instalasi Rawat
utnuk menunggu atau merawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
kelaurga yang sakit. Selain itu RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
keluarga mempunyai kemampuan Mojokerto dari 34 responden
menggantikan peran anggota dengan jumlah soal 2 pertanyaan,
keluarganya yang sakit seperti yaitu 2 pertanyaan positif. Dalam
tugas ayah sebagai kepala menjawab pertanyaan normalisasi
keluarga digantukan oleh ibu, keluarga didapati bahwa
sementara anak menggantikan responden menyatakan keluarga
peran ibu sebagai pengurus rumah mempunyai respon terhadap sakit
(memasak, membersihkan rumah dan kecacatan anggota keluarga,
dan sebagainya). Berfungsinya yaitu sejumlah 33 poin.
kerjasama antar anggota keluarga Merupakan
yang saling melengkapi kecenderungan keluarga
menormalkan segala sesuatu normal, menegaskan efek sosial
sebanyak mungkin ketika mereka memiliki anggota yang menderita
melakukan koping terhadap penyakit kronik sebagai suatu
sebuah stresor jangka panjang yang minimal dan terlibat dalam
yang cenderung merusak perilaku yang menunjukkan
kehidupan keluarga dan kegiatan kepada orang lain bahwa keluarga
rumah tangga. Isttilah tesebut adalah normal. Hal ini
“normalisasi” dipakai untuk membantu keluarga mengatasi
mengkonseptualisasikan stres dan meningkatkan rasa
bagaimana keluarga mengelola kebutuhan sepanjang waktu,
ketidakmampuan seorang anggota sangat penting guna
keluarga. Istilah “normalisasi” menormalisasi situasi keluarga
pertama kali digunakan untuk (Friedman, 2010). Menurut Alice
menggambarkan respon keluarga dan Maureen mengenai perilaku
terhadap sakit dan kecacatan. menolong, peran gender
Strategi koping ini sering perempuan dalam membantu
digunakan dalam keluarga yang perkembangan perilkau menolong
mengalami sakit kronis lebih berupa seikap mengasuh dan
(Andarmoyo,2012), strategi merawat, sedangkan peran gender
koping keluarga fungsional dapat laki-laki lebih pada perilaku
berupa kecenderungan bagi menolong pada situasi yang
keluarga untuk normalisasi dianggap berbahaya dan situasi
seseuatu sebanyak mungkin saat dimana laki-laki lebih pada
mereka mengatasi stressor jangka perilaku menolong pada situasi
panjang yang cenderung yang dianggap berbahaya dan
mengganggu kehidupan keluarga situasi dimana laki-laki kompeten
dan aktivitas rumah tangga. untu menolong (Santrock
Normalisasi adalah proses terus J.W.,2003). Beberapa penelitian
menerus yang melibatkan menunjukkan bahwa bantuan
pengakuan penyakit kronik tetapi anak pada orang tua terjadi ketika
menegaskan kehidupan keluarga orang tua sudah lanjut usia,
sebagai kehidupan keluarga yang dibanding anak laki-laki anak
perempuan lebih banyak terampil dalam merawat anggota
membantu orang tua mereka keluarga yang sakit.
karena secara alamiah mempunyai 8) Strategi koping keluarga internal
sifat merawat (Ihromi,2004). menurut terori Pearlin dan
Menurut peneliti, keluarga Schooler yang paling banyak
responden mempunyai respon digunakan oleh keluarga pada
terhadap sakit dan kecacatan anggota keluarga pendrita stroke
anggota keluarga dengan di Instalasi Rawat Inap Rumah
menyatakan bahwa keluarga Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,
mengetahui dan mampu Gedeg, Kabupaten Mojokerto
memahami kondisi anggota Hasil penelitian mengenai
keluarga yang sakit sehingga tahu strategi kopoing keluarga internal
apa yang harus dilakukan menurut terori Pearlin dan
keluarga terhadap situasi tersebut. Schooler yang paling banyak
Informasi yang diberikan dokter digunakan oleh keluarga pada
atau petugas medis terkait dengan anggota keluarga penderita stroke
kondisi anggota keluarga yang di Instalasi Rawat Inap Rumah
sakit dapat memberikan masukan Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,
bagi keluarga terhadap langkah Gedeg, Kabupaten Mojokerto dari
terbaik apa yang harus dilakukan 34 responden dengan jumlah soal
untuk anggota keluarga yang 25 pertanyaan, yang etrdiri dari 7
sakit, karena perawatannya strategi koping keluarga internal
membutuhkan waktu yang lam yaitu mengandalkan kelompok
dan kesabaran. Dilihat dari data keluarga, penggunaan humor,
demografi, keluarga yang memelihara ikatan keluarga,
menunggu rat-rat merupakan anak mengontrol makna dari masalah,
dari keluarga yang sakit dan jenis pemecahan masalah keluarga
kelamin responden rata-rata secara bersama-sama, flesibilitas
adalah perempuan. Dalam hal ini peran dan normalisasi. Dalam
tugas anak terutama anak menjawab pertanyaan strategi
perempuan dipercaya keluarga koping keluarga internal didiapi
berperan lebih penting dan lebih bahwa mayoritas responden
memilih startegi koping Normalisasi adalah proses terus
normalisasi, yaitu sejumlah 65 menerus yang melibatkan
poin (95,58%). pengakuan penyakit kronik tetapi
Menurut Pearlin dan menegaskan kehidupan keluarga
Schooler, normalisasi merupakan sebagai kehidupan keluarga yang
kecenderungan keluarga normal, menegaskan efek sosial
menormalkna segala sesuatu memiliki anggota yang memiloki
sebanyak mungkin ketika mereka atau menderita penyakit kronik
melkaukan koping terhadap sebagai suatu yang minimal, dan
sebuah stresor jangka panjang terlibat dalam perilaku yang
yang cendeerung merusak menunjukkan kepada orang lain
kehidupan keluarga dan kegiatan bahwa keluarga tersebut adalah
rumah tangga. Istilah normal. Keluarga menormalkan
“normalisasi” dipakai untuk dengan memenuhi ritual dan
mengkonseptualisasikan rutinitas. Hal ini membantu
bagaimana keluarga mengelola keluarga mengatsi stres dan
ketidakmampuan seorang anggota meningkatkan rasa keutuhan
keluarga. Istilah “normalisasi” sepanjang waktu, sangat penting
pertama kali digunakan untuk guna menormalisasi situasi
menggambarkan respon kekluarga keluarga (Friedman, 2010).
terhadap sakit dan kecaacatan. Tugasa keluarga di bidak
Strategi koping ini sering kesehatan, sesuai dengan fungsi
digunakan dalam keluarga yang pemeliharaan kesehtana, keluarga
mengalami sakit kronis mempunyai tugas yang perlu
(Andarmoyo, 2012). Menurut dipahami dan dilakukan, meliputi
Fiase, kecenderungan bagi : mampu mengenal masalah
keluarga untuk normalisasi kesehatan keluarga (perubahan
sesuatu sebanyak mungkinsaat sekecil apapun keluarga harus
mereka mengatsi stressor jangka memahami adanya perubahan
panjang yang cenderung tersebut sehingga tugas keluarga
mengganggu kehidupan keluarga dapat berfungsi optimal), mampu
dan aktivitas rumah tangga. memutuskan tindakan kesehtan
yang tepat bagi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
(merupakan upaya keluarga yang diantarnya yaitu penyakit yang
utama untuk mencari pertolongan diderita anggota keluarga
yang tepat sesuai dengan keadaan responden adalah stroke (CVA),
keluarga, dengan pertimbangan penyakit ini umum terjadi
siapa diantara keluarga yang kelumpuhan atau kecacatan pada
mempunyai kemampuan penderitanya, dalam kondisi
memutuskan untuk menentukan seperti ini, keluarga memilih
tindakan keluarga), mampu normalisasi dengan tujuan agar
merawat keluarga yang kondisi anggota keluarga tidak
mengalami gangguan kesehatan semakin parah. Kelaurga
(keluarga diharapkan mampu menunjukkan sikap normalisasi
merawat anggota keluarga yang yaitu dengan mengelola
sakit walaupun dengan bantuan ketidakmampuan anggota
tenaga kesehatan, dan diharapkan keluarga yang sakit dalam
pula seminimal mungkin dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
melakukan pertolongan pertama), (seperti membantu perawatan
mampu memodifikasi lingkungan mandi, makan, dan toilet
keluarga (kemampuan training), selain itu keluarga juga
memodifikasi lingkungan mampu memahami kondisi
keluarga mampu melakukan anggota keluarga yang sakit
tindakan preventif maupun sehingga keluarga tahu apa yang
rehabilitatif dalam upaya sebainya dilakukan.
peningkatan kesehatan keluarga)
dan mampu memanfaatkan KESIMPULAN DAN SARAN
fasilitas pelayanan kesehatan
disekitarnya bagi keluarga Berdasarkan hasil analisis
(Friedman, 2003). data dan pembahasan yang telah
Menurut peneliti, dilakukan maka dapat ditarik
responden banyak menggunakan kesimpulan sebagai berikut:
startegi koping keluarga internal 1. Strategi koping keluarga internal
dengan normalisasi dapat menurut teori Pearlin dan
Schooler dalam mengandalkan yang paling banyak digunakan
kelompok keluarga pada anggota adalah keluarga responden ikut
keluarga penderita stroke di serta dalam pengalaman bersama
Instalasi Rawat Inap Rumah dan aktivitas keluarga, sejumlah
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni, 33 poin
Gedeg, Kabupaten Mojokerto, 4. Strategi koping keluarga internal
yang paling banyak digunakan menurut teori Pearlin dan
adalah keluarga responden Schooler mengontrol makna dari
menjadi “kuat” dan belajar masalah pada anggota keluarga
menyembunyikan perasaan dalam penderita stroke di Instalasi Rawat
menguasai ketegangan dalam diri Inap Rumah Sakit Umum Daerah
mereka sendiri, sejumlah 29 poin RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
2. Strategi koping keluarga internal Mojokerto, yang paling banyak
menurut teori Pearlin dan digunakan adalah keluarga
Schooler dalam penggunaan responden mempunyai keyakinan
humor pada anggota keluarga optimis dan penilaian positif,
penderita stroke di Instalasi Rawat sejumlah 34 poin
Inap Rumah Sakit Umum Daerah 5. Strategi koping keluarga internal
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten menurut teori Pearlin dan
Mojokerto, yang paling banyak Schooler dalam pemecahan
digunakan adalah keluarga masalah keluarga pada anggota
responden mampu melakukan keluarga penderita stroke di
humor dalam berkomunikasi Instalasi Rawat Inap Rumah
sejumlah 25 poin Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,
3. Strategi koping keluarga internal Gedeg, Kabupaten Mojokerto,
menurut teori Pearlin dan yang paling banyak digunakan
Schooler dalam memelihara adalah keluarga responden
ikatan keluarga pada anggota mampu mengupayakan solusi atas
keluarga penderita stroke di dasar logika, sejumlah 32 poin
Instalasi Rawat Inap Rumah 6. Strategi koping keluarga internal
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni, menurut teori Pearlin dan
Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Schooler dalam fleksibilitas peran
keluarga pada anggota keluarga DAFTAR PUSTAKA
penderita stroke di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Andarmoyo,Sulistyo, (2012).
Keperawatan Keluarga Konsep
RA.Basoeni, Gedeg, Kabupaten
Teori, Proses dan Praktik
Mojokerto, yang paling banyak Keperawatan. Yogyakarta:
digunakan adalah peran-peran Graha Ilmu, hal:45-75
keluarga responden bisa fleksibel
Brunner & Suddarth, (2002).
atau kaku, membedakan tingkat- Keperawatan Medikal-Bedah
tingkat berfungsinya keluarg Buku Saku dari Brunner &
khususnya pada keluarga berduka, Suddarth. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, hal:96-99
sejumlah 21 poin
7. Strategi koping keluarga internal Brasher, Valentina L., (2008).
menurut teori Pearlin dan Aplikasi Klinis Patofisiologi
Pemeriksaan & Manajemen,
Schooler dalam normalisasi pada
Jakarta : Buku Kedokteran
anggota keluarga penderita stroke
di Instalasi Rawat Inap Rumah Carpenito, Lynda Juall, (2003).
Diagnosis Keperawatan
Sakit Umum Daerah RA.Basoeni,
Aplikasi Pada Praktik Klinik.
Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jakarta: Buku Kedokteran
yang paling banyak digunakan EGC, hal :93
keluarga responden mempunyai
Desmita, (2007). Psikologi
respon terhadap sakit dan Perkembangan. Bandung:
kecacatan anggota keluarga, PT.Remaja Roda Karya, hal:
sejumlah 33 poin 213

8. Strategi koping yang paling Desmita, (2013). Psikologi


banyak digunakan oleh keluarga Perkembangan Peserta Didik.
di Instalasi Rawat Inap Rumah Bandung: PT.Remaja Roda
Karya, hal: 213
Sakit Umum Daerah
RA.Basoeni,Gedeg, Kabupaten Efendi, Ferry, (2012). Definisi
Mojokerto adalah menggunakan Logika,
http://definisimublogspot.com/
strategi koping keluarga internal
2012/10/definisi-logika.html.
dalam normalisasi, sejumlah 65 Tanggal 1 september 2017, jam
poin (95,58%) 21.00
Friedman, M, Marilyn, (2003). Secara Aman dan Alami.
Keperawatan Keluarga. Edisi Jakarta: Penebar Swadaya,
3. Jakarta, EGC, hal: 245-247 hal:10-28

Friedman, M, Marilyn, (2010). Buku Nasir, Abdul dkk, (2011). Dasar-


Ajar Keperawatan Keluarga: dasar Keperawatan Jiwa
Riset, Teori & Praktek. Edisi 5. Pengantar dan Teori, Jakarta:
Jakarta, EGC, hal: 115-117 Salemba Medika, hal:46

Hardiwinoto, (2011). Ilmu Kesehatan Nursalam, (2008). Konsep dan


Masyarakat, htpp://ilmu- Penerapan Metodologi
kesehatan- Penelitian Ilmu Keperawatan.
masyarakat.blogspot.com/2012 Jakarta: Salemba Medika,
/05/kategori-umur.html. hal:17
Tanggal .30 Agustus 2017.
Rasmun, (2009). Keperawatan
Hartono, (2007). Stress dan Stroke. Kesehatan Mental Psikiatri
Yogyakarta:KANISIUS, hal:9- Terintegrasi dengan Keluarga
10 Untuk Perawat dan Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta:
Jhonson, R & Leny R, (2010). Anggota IKAPI, hal:16-22
Perawatan Keluarga Plus
Contoh Askep Keluarga. Setiadi, (2007). Konsep & Penulis
Yogyakarta: Nuha Medika, hal: Riset Keperawatan.
2-37 Yogyakarta : Graha Ilmu, hal:
2-21
Junaidi, Iskandar, (2011). Stroke
Waspada Ancamannya – Setiadi, (2007). Konsep & Proses
Panduan Stroke Paling Keperawatan Keluarga.
Lengkap. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta : Graha Ilmu, hal:
Yogyakarta, hal:3-76 2-21

Lestari, Sri, (2005). Psikologi Sunaryo, (2004).Psikologi Untuk


Keluarga Penanaman Nilai Keperawatan.Jakarta:Buku
dan Penanganan Konflik Kedokteran EGC, hal:212-221
dalam keluarga.
Jakarta:Penebar Swadaya, hal: Wong, (2009). Buku Ajar
5-10 Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: Buku Kedokteran
Mahendra B. & Evi Rachmawati, EGC, hal: 36-37
(2005). Atasi Stroke dengan
Tanaman Obat Penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai