Anda di halaman 1dari 4

Bahan Ajar

TEATER 2
(BA SB.XI-009)

Mata Pelajaran/Aspek : Seni Budaya - Seni Teater


Kelas/Program/Semester : XI (sebelas) / Umum / 2
Waktu : 6 X 45 menit
Pendekatan/Metoda : Ceramah, Apresiasi, Praktik

Kompentesi Dasar :
4.2 Membuat karya teater dengan gagasan sendiri

Indikator Pencapaian :
 Menulis naskah karya teater yang dibuat
 Menafsirkan karya yang dibuat.
 Menyutradarai karya yang dibuat.
 Menyajikan karya teater yang dibuat

Materi :

MEMBANGUN KONFLIK DALAM PENULISAN NASKAH

Menulis naskah drama merupakan kegiatan proses kreatif yang didorong oleh pikiran bawah sadar. Dalam
penulisan naskah biasanya seorang penulis terdorong dari peniruan, penyesuaian, atau pencocokan terhadap
pola-pola yang telah dibuat sebelumnya. Kreatifitas menyangkut tahapan pemikiran imajinatif: merasakan,
mengahayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran.
Seperti sudah kita tahu, bahwa teater, drama, atau film hampir secara keseluruhan menuturkan tentang kehidupan
manusia sehari-hari. Tetapi tentu saja bagi kebutuhan karya, sangat dibutuhkan usaha memberi tekanan-tekanan
estetika. Sehingga ketika naskah dipentaskan, akan terjadi komunikasi estetik antara pemain dan penonton.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan dalam menulis naskah.

Menciptakan Konflik
Kreativitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari kemampuan pengarang menciptakan
konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati
dalam penyelesaian konflik. Jika dalam jalinan konflik ada kekuatan tarik-menarik antara satu dengan yang
lainnya maka naskah tersebut akan kaya dengan ketegangan. Naskah drama yang banyak memiliki suspense
(ketegangan) akan semakin memikat baik untuk dibaca maupun dipentaskan.

1
Seni Budaya – SM.XI-009
Konflik berkembang karena ada kontradiksi antar tokoh dengan segala sesuatunya. Konflik akan semakin
meningkat dan kemudian harus mencapai titik klimaks, dan setelah itu ada penyelesaian. Jalinan konflik
inilah yang biasanya disebut plot atau alur drama.
Plot atau alur drama ada tiga yaitu sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja), linear (cerita bergerak secara
berurutan dari A- Z), dan episodic (jalinan cerita itu terpisah/ terpotong-potong dan kemudian bertemu pada
akhir cerita).

Menciptakan Tokoh
Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh atau pelaku akan menjadi penentu
gerak alur cerita. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang
mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang, dan tokoh tritagonis atau tokoh pembantu, baik
terhadap tokoh protagonis maupun pada tokoh antagonis. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdapat tokoh sentral
(tokoh yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh pendukung dan atau penentang tokoh
sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap dan atau tambahan dalam alur cerita).

Menciptakan Dialog
Dialog yang dibawakan tokoh/ pelaku merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah drama.
Namun bukan berarti bahwa naskah drama hanya tergantung pada dialog, melainkan banyak hal yang
menjadikan dialog menjadi ciri penanda naskah drama.
Dalam naskah drama, bahasa yang diwujudkan dalam bentuk dialog, dapat dijadikan penanda memahami siapa dan
bagaimana tokoh/ pelaku dalam naskah drama tersebut. Lebih-lebih bila bentuk dialog tersebut disertai dengan
lakuan akan lebih memperjelas maknanya. Muatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disampaikan
melalui dialog.

Menciptakan Simbol
Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang simbolis. Ada sesuatu yang disembunyikan
penulis naskah. Segala sesuatu dikatakan tidak secara terus terang, karena bagaimanapun naskah drama
sebagai karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan
secara tidak langsung atau dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi. Tanda-tanda kehidupan,
simbol-simbol norma, tanda-tanda kebahasaan, simbol- simbol kejahatan, dsb dirangkai oleh penulis
naskah yang nantinya dibawakan oleh aktor di atas panggung untuk disampaikan kepada penonton.
Simbol-simbol dari penulis naskah yang nantinya dibawakan oleh aktor tersebut melalui interpretasi sutradara
berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk.

Naskah Berbobot
Naskah drama dapat dikatagorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis dengan dilandasi proses
penciptaan seperti tersebut di atas antara lain:
1. menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif: merasakan, mengahayati, menghayalkan,
dan menemukan kebenaran kehidupan dengan proses `melihat, mendalami, dan mewujudkan.
2. memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense atau ketegangan sehingga memikat
untuk dibaca maupun dipentaskan.
3. menghadirkan tokoh/ pelaku sebagi penentu gerak alur cerita
4. memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan.
5. menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi
6. menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai
pendidikan,

PEMERANAN

2
Seni Budaya – SM.XI-009
Dalam dunia teater , ‘akting’ yang berarti laku dianggap penting. Orang yang melakukan kegiatan akting
disebut aktor/aktris atau pemeran.. Modal dasarnya adalah tubuh manusia itu sendiri secara fisik. Di dalam
tubuh terdapat unsur penunjang teater, yang terdiri atas gerak/laku, suara, dan sukma. Pemeran ialah
seniman yang mewujudkan peran dari tokoh yang akan digambarkan. Untuk keperluan diatas, seorang
pemeran harus menguasai teknik berperan.
Untuk menciptakan tokoh yang akan diperankan, seorang pemain harus mempunyai modal dalam dirinya,
yaitu unsur kreativitas, unsur penguasaan teknik bermain, dan penguasaan unsur intelektualitas, yang
ketiganya terjaling saling menopang.
Teknik berperan merupakan keterampilan menggunakan alat ekspresi yang dimiliki, yaitu penggunaan
tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran berlaku, kemahiran menggunakan vokal, kekayaan imajinasi yang
dituangkan dalam tingkah laku manusia.
Peralatan yang ada pada diri seseorang pemeran dalam menciptakan tokoh yang akan digambarkan dapat
berwujud :
 Penampilan fisik.
 Penampilan laku fisik.
 Penampilan vokal.
 Penampilan emosi dan intelegensi.

MEMPELAJARI PERAN.

Dalam proses garapan teater, pertama-tama seorang pemain akan dihadapkan pada naskah lakon. Membaca
dan mepelajari secara seksama sedetil-detilnya merupakan tugas seorang pemeran. Berulang-ulang hingga
sedapat mungkin menyublim dengan dirinya. Sehingga dengan demikian seorang pemain menemukan
gambaran tentang tokoh yang akan diperankannya serta hubungannya dengan cerita yang terdapat dalam lakon
tersebut.
Pada naskah lakon akan digambarkan tentang ; Apa, Siapa, dan Bagaimana peran yang dikehendaki. Tentang
pribadi dan watak dapat ditemukan dengan pertanyaan :
 Berapa umurnya ; tua, muda, atau remaja ?
 Apa pekerjaannya ?
 Dimana ia tinggal ; di desa atau di kota ?
 Bagaimana kehidupannya ; cukup, kekurangan, atau kaya raya ?
 Bagaimana hubungannya dengan keseluruhan cerita ?
 Bagaimana posisinya dalam cerita ?

PENYUTRADARAAN.
Dalam dunia teater, Sutradara merupakan pemimoin tertinggi dalam pementasan di bidang teknik artistik. Ia
merupakan seorang seniman yang mewujudkan gagasan-gagasannya dari naskah yang dipilih ke dalam wujud
pemnatasan. Kualitas seorang sutradara harus melebihi seorang pemain, karena ia harus menjelaskan
keinginan-keinginannya, baik secara teknis maupun artistik. Sutadara harus dapat menggerakkan potensi yang
mendukung kegiatannya.
Penyutradaraan dalam bahasa Inggris disebut direct by , yang artinya ‘diarahkan oleh’. Jadi tugas seorang
sutradara adalah mengarahkan, membimbing, dan menunjukkan jalan.

a. Tugas, Fungsi dan Tanggungjawab Sutradara.


 Memilih lakon, atau naskah drama.
 Menafsirkan isi lakon serta disampaikan kepada seluruh pemain dan staf produksi.
 Bertanggungjawab dalam memilih pemain serta pembantu-pembantunya.
 Melatih para pemain.
3
Seni Budaya – SM.XI-009
 Menentukan desain panggung, desain kostum, dan tata cahaya bersama penata pentas.
 Mencek segala persiapan produksi dan perkembangan kegiatan selama pentas.

b. Proses Kerja Sutradara .


Setelah sutradara memilih naskah lakon, kemudian mempelajari dan menentukan para pemain dan staf
produksi, maka sutradara memulai garapan pementasan yang akan dipertunjukkan. Beberapa proses
kerja sutradara adalah sebagai berikut :
 Pembicaraan naskah dengan seluruh pemain dan staf produksi.
 Setelah menentukan para pemain, mulai dengan latihan membaca naskah.
 Latihan akting bagi seluruh pemain.
 Bloking, atau menyusun komposisi di atas panggung.

Tugas seorang sutadara berikutnya yaitu melakukan pengawasan, menunjukkan kekurangannya dan melihatnya
dari berbagai segi keterampilan, antara lain adalah irama permainan, irama pertunjukkan, dan irama cerita.

REFLEKSI
Siswa memiliki kemampuan menulis naskah drama dan dapat menyajikannya dalam
pertunjukan kecil di kelas.

4
Seni Budaya – SM.XI-009

Anda mungkin juga menyukai