Anda di halaman 1dari 3

Bahan Ajar

TEATER 1
(BA SB.XI-008)

Mata Pelajaran/Aspek : Seni Budaya - Seni Teater


Kelas/Program/Semester : XI (sebelas) / Umum / 2
Waktu : 2 X 45 menit
Pendekatan/Metoda : Ceramah, Apresiasi, Praktik

Kompentesi Dasar :
4.1. Mendefinisikan nilai keindahan dari seni teater/ film.

Indikator Pencapaian :
1. Mengidentifikasi unsur estetika teater/film.
2. Menunjukkan sikap empati terhadap karya seni teater.
3. Mengekspresikan penyajian naskah teater.
4. Menjelaskan keunikan karya seni teater/film

Materi :

UNSUR – UNSUR TEATER.

1. Tubuh, sebagai media utama (pemeran, pelaku, pemain).


2. Gerak, sebagai unsur penunjang laku gerak (gerak tubuh).
3. Suara, sebagai penunjang utama (kata, dialog).
4. Bunyi, sebagai unsur pembantu penunjang suasana (efek bunyi, musik).
5. Rupa, sebagai unsur pembantu penunjang suasana (setting, blocking, dekorasi, kostum, rias).
6. Cerita, sebagai unsur utama penjalin proses penciptaan suatu bentuk seni teater (Plot, Alur, Konflik).

BENTUK TEATER.

Teater Moderen .
Teater moderen adalah bentuk yang disebut juga teater naskah, dimana titik tolak dari penggarapannya bermuara
pada naskah secara tertulis yang berupa hasil karya sastera (lakon). Teater moderen diikat oleh teknik dan hukum
dramaturgi. Susunan naskah, cara pementasan, gaya penyajian, sekaligus cara pendekatan dan pola pemikirannya
banyak dipengaruhi oleh konsep teater Barat.

Jenis Teater Moderen yang berkembang diantaranya adalah :

1
Seni Budaya – SM.XI-008
1. Teater Konvensional (Sandiwara), yakni teater yang bertolak dari lakon drama.
2. Teater Kontemporer, adalah teater mutakhir, suatu jenis teater yang mendobrak konvensi lama dan penuh
dengan ide-ide baru, penyajian baru, dan kadang mengkolaborasikan medium-medium baru.
Misal : Operet (a), Kabaret, Pantomim, Teater Mini Kata, dll.

DRAMATURGI.

Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk drama yang bertolak dari suatu lakon yang akan dipertunjukan
di atas pentas. Dramaturgi lebih ditekankan ke arah proses bagaimana menghidupkan lakon secara visual.
Karena teater lebih banyaknya mencerminkan sisi-sisi kehidupan dengan segala persoalannya, penggambaran lakon
di atas pentas tidak cukup ditunjukkan hanya secara lahiriah saja atau gerak laku jasmani, tetapi juga gerak laku
rohaniah/batiniah.

Dalam seni drama, suasana akan terasa lebih hidup dan lebih dinamis apabila di dalamnya terdapat konflik atau
benturan-benturan. Konflik merupakan bagaimana manusia menghadapi persoalan kehidupannya serta bagaimana
ia menyelesaikan persoalan-persoalan itu.

Konflik sebagai Unsur Pokok Drama .

Konflik pada hakekatnya menggambarkan persoalan hidup. Dengan demikian sebuah lakon harus mengandung
konflik yang di dalamnya berupa krisis, tekanan, ataupun ketegangan.
Ada tiga sifat dasar yang menyebabkan konflik, yaitu :
1. Konflik antara manusia dengan manusia lainnya, bersifat fisik (seperti : adu kekuatan, adu mulut, berkelahi) atau
bersifat kejiwaan/mental (seperti : memeras otak untuk saling mengungguli).
2. Konflik antara manusia dengan dirinya sendiri, bersifat kejiwaan, mental dan moral (karakter seseorang,
ketamakan, ambisi berlebihan, atau kesadaran moral).
3. Konflik manusia dengan kekuatan luar (Tuhan, masyarakat, alam, takdir, dll).

Unsur-Unsur Drama .

Aristhoteles membagi dalam enam dasar, yaitu :


1. Plot.
2. Peran.
3. Pikiran.
4. Diksi / Dialog.
5. Musik.
6. Tata Pentas.

LAKON.

Lakon adalah hasil karya sastra yang berupa cerita dan disusun untuik keprluan pementasan dan pertunjukkan.
Pada sebuah lakon tidak hanya berupa naskah cerita yang berupa dialog saja, tetapi seorang penulis lakon harus
pula memperhitungkan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Watak-watak pendukung cerita, lengkap dengan karakternya.
2. Adegan dari cerita yang disusun.
3. Benturan-benturan berupa konflik.
4. Tempo, irama, keseimbangan di dalam alur cerita.

2
Seni Budaya – SM.XI-008
Aristhoteles selanjutnya menguraikan tentang struktur dramatik yang ditujukan untuk keperluan analisis naskah
lakon. Naskah lakon yang konvensional terdiri atas 5 bagian, yakni :
1. Eksposisi ; menyajikan segala informasi tentang tokoh cerita, keadaan saat cerita terjadi, suasana yang
diinginkan cerita.
2. Komplikasi ; menunjukkan pertumbuhan cerita lengkap dengan persoalan dan konflik.
3. Klimakasi, berupa konflik puncak.
4. Resolusi, menguraikan pemecahan persoalan.
5. Konklusi, biasanya berupa kesimpulan akhir dari cerita.

REFLEKSI
Siswa mampu membaca estetika yang termakna dalam seni teater.

3
Seni Budaya – SM.XI-008

Anda mungkin juga menyukai