Anda di halaman 1dari 10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Genesa Batu Gamping


Batu gamping yang terdapat di alam menurut genesanya terjadi akibat dua
proses yaitu :
a. Proses Sedimentasi
Batu gamping yang terjadi akibat proses sedimentasi melalui sedimentasi
organik dan sedimentasi kimia serta sedimentasi mekanik, Proses sedimentasi
organik terjadi karena adanya tumbuhan laut (koloni binatang foraminifera, algae
dan renik lainnya) yang telah mati dan diendapkan di dasar laut dengan kondisi
laut yang tenang. Batu gamping yang terjadi akibat sedimentasi kimia terjadi
akibat proses kimia yang berlangsung secara terus menerus di lautan luas dengan
larutan yang terkandung di dalamnya, sedangkan sedimentasi mekanik yang
terjadi pada batu gamping diakibatkan oleh adanya proses akumulasi dari lumpur-
lumpur yang mengandung karbonat. Proses pembentukan batu gamping melalui
proses sedimentasi secara terus menerus dan berlangsung cukup lama sehingga
terbentuk endapan batu gamping yang ada sekarang ini.

b. Proses Pelapukan
Pada proses pelapukan ini , sumber unsur karbonatnya adalah karbon
dioksida (CO2) dari udara dan mineral-mineral yang mengandung unsur-unsur
karbonat yang terdapat pada batuan asal yang tersebar di permukaan bumi .Dalam
bentuk yang umum adalah melalui proses pelapukan pada masa batu gamping
sehingga membentuk larutan kalsium karbonat (CaCO3) yang pada larutannya
oleh media air diangkut dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Klasifikasi Batu gamping antara lain :
1. Batu Gamping Non Klastik
Batugamping ini berwarna putih sampai putih abu-abu, bagian luar
biasanya berwarna coklat kemerahan sampai hitam karena mengalami pelapukan.
Banyak mengandung fosil foraminifera dan dibeberapa tempat mengandung
kalsit. Berstuktur masif, kompak (solid) dan sering kali terdapat rongga-rongga
karena proses pelarutan. Proses pelarutan yang intensif akan menghasilkan aliran
sungai bawah tanah dan gua kapur.
2. Batu Gamping Klastik
Batu gamping ini berwarna putih kekuningan sampai putih kecoklatan.
Dalam kondisi lapuk berwarna coklat kemerahan sampai hitam. Struktur
perlapisan, terkadang terdapat sisipan lempung gampingan. Bagian luar Batu
gamping ini bersifat hablur dan cenderung rapuh.
Batu Gamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:
 Secara Organik
Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan
siput yang mati dan meninggalkan cangkangnya di dasar laut yang
bercampur lumpur dan pasir sehingga terbentuk batuan kapur.
 Secara Mekanik
Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak
jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa
oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
 Secara Kimia
Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam
kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air
tawar.

3.2 Aktivitas Penambangan Batu Gamping


Sistem penambangan yang diterapkan pada penambangan Batu gamping di
PT. Semen Tonasa adalah sistem tambang terbuka. Tambang terbuka adalah
system penambangan yang segala kegiatannya atau aktifitasnya dilakukan di atas
atau relative dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan
langsung dengan udaraluar. Metode penambangan quarry digunakan untuk
tambang permukaan dari batuan seperti Marmer, Granit, dan Limestone. Berikut
adalah tahapan kegiatan penambangan pada PT. Semen Tonasa :
3.2.1 Perintisan (Pionering)
Perintisan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
meratakan, membuat jalan untuk dilalui oleh alat-alat mekanis, serta penyediaan
lokasi penambangan agar memudahkan dalam pengambilan material. Setelah
pekerjaan selesai dilaksanakan, maka pekerjaan dilanjutkan oleh regu produksi.

3.2.2 Pembongkaran (Loosening)


Pembongkaran umumnya dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya yang umumnya keras dan kompak (massive). Pembongkaran dilakukan
dengan cara pemboran dan peledakan (drilling dan blasting). Tujuan pemboran
adalah untuk menyiapkan lubang-lubang tembak untuk keperluan peledakan,
sedangkan peledakan adalah rangkaian pekerjaan terhadap batuan untuk
membebaskan batuan induknya menjadi fragmen-fragmen dengan ukuran yang
dikehendaki dengan menggunakan bahan peledak.
Ditinjau dari sifat fisik material maka pembongkaran Batu gamping pada
PT. Semen Tonasa dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Adapun
kegiatannyan sebagai berikut :
a. Pemboran
Pemboran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan pada permukaan
batuan untuk membuat lubang tembak sebagai awal dari pekerjaan pembongkaran
batuan. Pemboran tidak dapat di pisahkan dari rangkaian kegiatan dalam
peledakan, dimana peledakan terlebih dahulu diawali dengan kegiatan pemboran.
Kegiatan pemboran ini dilakukan dengan menggunakan mesinbor FURUKAWA
HCR 1500-ED dengan matabor berdiameter 4-4,5 incih dengan kompresor yang
menyatu dengan alat bornya.
b. Peledakan
Peledakan adalah rangkaian pekerjaan terhadap batuan untuk membebaskan
batuan induknya menjadi fragmen-fragmen dengan ukuran yang dikehendaki
dengan menggunakan bahan peledak. Metode yang diterapkan adalah peledakan
jenjang (bench). Keuntungan dari metode ini adalah memudahkan dalam
pengambilan material hasil peledakan dan memudahkan untuk melakukan
kegiatan penambangan berikutnyan.
Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil)
dengan perimer Daya Gel yang merupakan DAHANA Tasikmalaya Indonesia,
dilengkapi dengan detonator listrik dan dinamit.

3.2.3 Pendorongan (Dozing)


Pendorongan adalah tahap lanjut setelah proses peledakan selesai, yang
dikerjakan oleh alat dorong jenis “Buldozer” mulai dari dinding bukit permukaan
kerja penambangan, material digusur ke tebing untuk selanjutnya diluncurkan ke
loading area.

3.2.4 Pemuatan (Loading)


Pemuatan adalah serangkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan
untuk mengambil atau memuat material hasil peledakan ke dalam alat angkut
untuk selanjutnya diangkut ke tempat peremukan (Crushing Unit).Kegiatan
pemuatan Quarry dilakukan dengan menggunakan Excavator Backhoe Type
Komatsu PC 300, CAT 336 DL.

3.2.5 Pengangkutan (Hauling)


Pengangkutan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengangkut endapan material hasil peledakan dari front penambangan ketempat
pengolahan (Crusher) atau ketempat penampungan lebih lanjut.

3.3 Peralatan Tambang


Peralatan pertambangan yang dipergunakan dipertambangan berhubungan
dengan penggunaan alat berat. Menurut Wisnu Wijaya (1984) dalam Sumarya
(2012: 23), alat berat adalah suatu sumberdaya yang melipat gandakan jasa
manusia untuk mencapai usahanya.
a. Tujuan Penggunaan Alat Berat
1) Secara Teknis
a) Untuk mendapatkan ketelitian kerja yang lebih besar.
b) Menyederhanakan/memudahkan pengurusan organisasi pelaksanaan
2) Secara Ekonomis
a) Mempercepat / memperbesar daya kerja
b) Mengurangi biaya pelaksanaan kerja
3) Secara Humanis
a) Mengoptimalkan penggunaan tenaga buruh
Dengan penggunaan alat-alat berat, tenaga buruh yang ada dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar.
b) Memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakan secara manual.
b. Pertimbangan Pemilihan Alat Berat
Untuk menghindari kerugian dan mendapatkan keuntungan dari penggunaan
alat berat, dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai pemilihan dan
penggunaan peralatan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu
diperlukan pemilihan alat-alat berat yang harus digunakan.

Menurut Sumarya (2012: 15), ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan


alat berat, antara lain:

1) Pertimbangan Teknik
a) Kemampuan peralatan yang akan digunakan
b) Tingkat teliti alat yang akan digunakan
c) Pelayanan alat yang akan digunakan
d) Keserbagunaan alat
e) Keisitimewaan alat
f) Kondisi tempat kerja alat
g) Dimensi alat
h) Kemungkinan kerusakan dari alat
i) Ketersediaan tenaga mekanik dan spare part alat tersebut.

2) Pertimbangan Ekonomis
a) Harga alat sampai di site
b) Biaya pemeliharaan / perawatan
c) Biaya perbaikan
d) Gaji operator
e) Biaya penyusutan
f) Pajak dan biaya asuransi yang dibebankan ke perusahaan
g) Berapa lama pengembalian modal dari pembelian peralatan.

1. Alat dan PeralatanTambang.


Alat dan peralatan tambang dipergunakan untuk memproduksi bahan galian
pertambangan, dimana alat dan peralatan tersebut berhubungan erat dengan
pemindahan tanah mekanis dan produksi hasil pertambangan. Pemindahan
tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan
kegiatan penggalian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan, perataan, dan
pemadatan tanah atau batuan menggunakan alat-alat mekanis. (Partanto,
1995).
Kondisi lapangan tempat dilakukannya operasi penambangan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi alat, untuk itu alat-alat mekanis yang
digunakan dalam operasi penambangan harus sesuai dengan lapangan
operasinya. Kemampuan produksi suatu alat mekanis juga sangat tergantung
dari berbagai faktor koreksi yang telah dikalkulasi.
Alat-alat yang digunakan dalam industri pertambangan adalah alat-alat berat,
dimana berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu alat utama
dan alat penunjang.
a. Alat Utama
Alat utama merupakan alat-alat utama yang digunakan untuk
memproduksi material yang diinginkan. Menurut Partanto Prodjosumarto
(1996: 102), ̋ Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui
baik-buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah
mekanis termasuk alat-alat muat adalah besarnya produksi yang dapat dicapai
oleh alat tersebut ̋.
1) Bulldozer (sebagai alat pendorong dan penggaru untuk membantu
excavator dalam menggali dan memuat material)
2) Excavator (sebagai alat gali dan muat)
3) Dump Truck (sebagai alat angkut)
b. Alat Penunjang
Alat penunjang merupakan alat-alat yang digunakan untuk membantu operasi
alat-alat Utama. Alat penunjang ini terdiri dari:
1) Excavator (sebagai alat umum yaitu alat yang digunakan untuk keperluan
umum, misalnya untuk persiapan operasi produksi, merapikan timbunan
material, menggali saluran air, dll).
2) Grader (sebagai alat perata, pembentuk dimensi jalan dan saluran).
3) Compactor (sebagai alat pemadat).
4) Mobile Lubricant Oil (untuk menambah oli peralatan tambang)
5) Fuel Truck (untuk pengisian bahan bakar peralatan tambang)
6) Drill and Blast Machine (untuk pemboran lubang ledak)
7) Pompa tambang (untuk memompa air)
8) Water Truck (untuk penyiraman jalan tambang)
9) Tower lamp (untuk penerangan)
10) Genset (Sumber tenaga listrik)

2. Alat Gali Muat dan Alat Angkut


a. Hydraulic Excavator
Adalah Mesin yang menggunakan tekanan hidrolik untuk menggerakkan
bucket sehingga dapat menggali material. Berdasarkan pada cara bergeraknya
bucket, Hydraulic Excavator terbagi menjadi dua macam, yaitu: Power
Shovel dan Back Hoe.
1) Power Shovel
Merupakan alat gali yang digerakkan oleh mesin uap, mesin diesel, atau
juga dengan motor listrik ukuran alat ini ditentukan oleh ukuranbucket
yang dapat digerakkan baik secara horizontal maupun vertikal. Power
shovel menggali material dengan cara menggali material dari bawah ke
atas.
2) Back Hoe
Merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic untuk
menggerakkannya. Back Hoe menggali material dari arah atas ke bawah,
atau material digali mendekati alat.

Produktivitas Hydraulic Excavator tergantung dari beberapa hal, yaitu:


a) Keadaan dari material, apakah material keras atau lunak.
Kekerasan materialmempengaruhi digging resistance. Semakin keras
material semakin sulit untuk digali hal ini akan mengurangi
produktivitas dari alat gali.
b) Keadaan dari lapangan atau Front Kerja.
Front kerja yang luas akan memudahkan excavator untuk melakukan
loading, sehingga akan meningkatkan cycle time untuk setiap
loading. Posisi material yang dekat dengan jangkauan bucket
memberikan kenaikan produksi, karena mengurangi gerak putar atau
swing.
c) Keserasian antara alat muat dan alat angkut.
d) Keahlian operator
Keahlian operator mempengaruhi dalam loading dari batu gamping,
keahlian dalam mengoperasikan alat akan berpengaruh pada
produktivitas alat.

Penggalian yang dapat dilakukan oleh hydraulic excavator antara lain:


a) Menggali di lereng bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir,
batu gamping dan pengupasan tanah penutup (stripping overburden)
b) Memuat (loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori,
dump truck, belt conveyor, dan lain – lain.
c) Membuang tanah penutup kebagian belakang daerah yang sudah
kosong (dumping of top soil into spoil bank) cara kerja ini disebut
“backfill digging method”.
b. Dump Truck
Menurut Partanto Prodjosumarto (1996: 52), Pengangkutan batuan, endapan
bijih, karyawan, “waste”, kayu penyangga (timber), dan barang-barang
keperluan sehari-hari (supply) merupakan suatu hal yang sangat
mempengaruhi kelancaran operasi penambangan. Untung-ruginya suatu
perusahaan tambang terletak juga pada lancar tidaknya sarana pengangkutan
yang tersedia.
Mengenai cara pemilihan ukuran dump truck memang cukup sulit
menentukannya tetapi sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa kapasitas
minimum dari truck kira-kira 4–5 kali kapasitas alat galinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas dump truck antara lain:
1) Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)
Adalah jumlah segala gaya–gaya luar yang berlawanan dengan arah gerak
kendaraan yang berjalan diatas permukaan tanah. Keadaan jalan yang
semakin keras dan mulus semakin kecil tahanan gulirnya.
2) Tahanan kemiringan (Grade Resistance)
Adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.
3) Coeficient of Traction
Suatu faktor yang menunjukkan beberapa bagian dari seluruh berat
kendaraan pada ban yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong.
Coeficient of traction tergantung dari:
a) Keadaan ban
b) Keadaan permukaan jalur jalan.
c) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya
d) Percepatan
4) Rimpul (Tractive Effort)
Yaitu besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat
kepada permukaan beroda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan.
5) Berat material.
Berat material yang akan diangkut oleh alat angkut dapat mempengaruhi
kecepatan kendaraan dengan HP (horse power) mesin yang dimiliki
membatasi volume material yang akan diangkut.

Anda mungkin juga menyukai