Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SKENARIO DISKUSI KELOMPOK 1

BLOK BIOETHICS & HEALTH LAW I


(BLOK BHL I)
SEMESTER II

“Kasus Pak Sukar”

Tutor: dr. Dwi Utami Anjarwati, M.Kes

Kelompok II

ISTIANI DANU PURWANTI G1A009018


PRASASTIE GITA W. G1A009023
DANNIA RISKI ARIANI G1A009027
DIAS ISNANTI G1A009034
ALFIAN TAGAR A.P. G1A009064
AKHMAD IKHSAN P. P. G1A009069
ANDROMEDA G1A009074
YANUAR FIRDAUS G1A009079
KUNANGKUNANG P. BULAN G1A009091
FAWZIA MERDHIANA G1A009098
NURUL ARSY M. G1A009120

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010
SKENARIO DISKUSI KELOMPOK 1

Kasus Pak Sukar

Pak Sukar, 70 tahun, didiagnosa terkena kanker paru bilateral invasif dengan
metastasis ke tulang, beberapa hari setelah ia dikirim ke rumah sakit. Dokter
menjelaskan diagnosis dan kondisi Pak Sukar kepada keluarganya. Menurut
dokter, Pak Sukar hanya memiliki waktu sekitar 6 – 12 bulan lagi. Karena
penyakit Pak Sukar sudah masuk stadium lanjut, dokter tidak menyarankan untuk
dilakukan tindakan bedah. Atas permintaan keluarga, dokter memberikan
kemoterapi meski peluang keberhasilan sangat kecil. Atas desakan keluarga juga,
Pak Sukar tidak diberitahu tentang kondisi sebenarnya. Pak Sukar agak cemas
dengan kondisinya, sementara semua orang di sekelilingnya sudah dipesan untuk
tidak menceritakan yang sebenarnya kepada Pak Sukar.
BAB I
LATAR BELAKANG

Profesi dokter merupakan salah satu profesi yang dalam pekerjaannya


berhubungan langsung dengan manusia, baik dari sisi fisik maupun psikologisnya.
Setiap profesi memiliki aturannya masing-masing yang hanya terikat untuk
profesi tersebut. Dokter pun memiliki peraturannya sendiri yang tercantum dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia. Dalam etika kedokteran ini diterangkan
bagaimana prosedur yang tepat dalam menyampaikan berita yang sebenarnya
kepada pasien. Pada kasus yang terjadi pada diskusi ini, pihak keluarga tidak
menginginkan pasien mengetahui kondisi yang terjadi sebenarnya. Sementara
pasien merasa cemas akan kondisi yang terjadi pada dirinya.
Tentu saja ada manfaat maupun kerugian apabila pasien diberitahu
mengenai penyakitnya. Hal inilah yang memang akan menjadi dilema bagi
seorang dokter. Sebagai dokter sebaiknya dapat mengenali kondisi pasiennya baik
penyakit maupun psikis agar dokter tidak salah langkah dalam mengambil
keputusan yang terbaik untuk pasiennya.
Dokter selaku tenaga kesehatan sebenarnya memiliki kewajiban untuk
menjelaskan kondisi ataupun penyakit yang terjadi kepada pasien disesuaikan
dengan kondisi psikis dari pasien tersebut. Pasien pun memiliki hak penuh untuk
memperoleh informasi apapun mengenai keadaan dirinya dan hak atas
menentukan nasibnya sendiri dalam hal pengobatan yang akan dilakukan.
Etika merupakan suatu hal yang akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
pihak terutama untuk para tenaga medis dalam hal ini dokter. Banyak dokter yang
dituduh melakukan malapraktik akibat komunikasi dan etika antara dokter dengan
pasiennya yang kurang baik. Berbagai hal yang masih menjadi masalah antara
dokter, pasien, maupun keluarga pasien. Di satu sisi pihak yang mengetahui
informasi tidak ingin memberitahu karena berbagai alasan, di sisi lain pasien ingin
mengetahui kondisi yang terjadi pada dirinya karena sebenarnya pasienlah yang
memiliki tubuhnya sendiri dan berhak tahu apapun yang terjadi pada tubuhnya.
Sikap dalam menyampaikan informasi ini yang sebenarnya banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya sosial, budaya, kepercayaan, dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

Pertanyaan:

1. Menurut Anda, permasalahan etik apakah yang ada pada kasus tersebut?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
Dokter akan merasa dilema untuk mengatakan kondisi yang sebenarnya atau
tidak kepada Pak Sukar karena pada satu sisi dokter tidak boleh memberitahu
kondisi pasien dari pasien itu sendiri dikarenakan permintaan dari keluarga
pasien untuk merahasiakan hal tersebut. Akan tetapi di sisi lain pasien punya
hak untuk mengetahui tentang penyakit di dalam tubuhnya seperti yang
dijelaskan pada UU No.23 Tahun 1992 pasal 2 dan pasal 3 bahwa “pasien
berhak untuk memperoleh informasi medis tentang dirinya dan untuk
memberikan persetujuan atas pengobatan pada dirinya” (Hanafiah, 1999).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 290/MENKES/PER/2008,
Pak Sukar dapat dimasukkan ke dalam pasien yang kompeten yang berhak
mengetahui informasi penyakitnya sendiri. Dan di peraturan tersebut juga
dikatakan dokter tidak memberitahu pasien tentang penyakitnya hanya jika
penjelasan penyakit tersebut dapat mengganggu kepentingan kesehatan pasien
dan pasien menolak untuk menerima penjelasan.

2. Sebagai dokter, apakah Anda akan memberitahukan diagnosis yang


sebenarnya kepada Pak Sukar?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
Sebaiknya Pak Sukar tetap diberitahu mengenai kondisi yang terjadi pada
dirinya tersebut karena menurut kami, Pak Sukar dalam kasus ini masih dalam
kondisi yang sadar penuh (tidak mengalami gangguan jiwa) atau dalam kondisi
yang kompeten untuk diberitahu. Buktinya beliau masih merasa cemas akibat
tidak diberitahukannya mengenai kondisi penyakit yang dideritanya saat ini.
Akan tetapi, cara pemberitahuan berita tersebut kepada Pak Sukar harus
diperhatikan kembali dengan dilihat dari manfaat dan risiko yang mungkin bisa
muncul, di samping itu juga harus mempertimbangkan beberapa aspek (sosial,
budaya, agama, ekonomi, kondisi fisik dan psikis pasien, dan karakteristik serta
kepribadian pasien), untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tak diinginkan
seperti syok, terjadi pada Pak Sukar.
Dengan rasa keingintahuan yang tinggi dari Pak Sukar sendirilah yang nantinya
justru akan mengalahkan ketakutannya sendiri akan kematian sehingga
mungkin apabila dengan diberitahukannya kondisi dari Pak Sukar itu sendiri,
Pak Sukar akan merasa lebih tegar, dan justru kuat dalam menghadapi sakitnya.
Akan tetapi, sesuatu hal pertama kali yang akan saya lakukan adalah dengan
memberitahukan diagnosis yang sebenarnya ini kepada keluarga Pak Sukar
terlebih dahulu sebelum memberitahukannya kepada Pak Sukar. Karena
keluarga di sini dianggap memiliki solusi yang terbaik untuk keadaan Pak
Sukar. Akan tetapi tidak ada salahnya apabila saya menanyakan alasan
mengapa keluarga Pak Sukar ingin menyembunyikan hal ini.

3. Apakah Anda ingin mengetahui jika Anda menderita kanker stadium akhir?
Mengapa?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
Jika saya yang terkena kanker stadium akhir, maka saya ingin tetap mengetahui
karena saya lah yang memiliki tubuh saya dan saya berhak mengetahui apapun
yang terjadi pada tubuh saya, sehingga dapat menghilangkan rasa penasaran
saya dan dapat membuat saya lebih mempersiapkan diri dalam merencanakan
pengobatan selanjutnya sesuai dengan yang saya inginkan. Langkah lain yang
dapat saya lakukan adalah saya bisa merencanakan sesuatu untuk peningkatan
kualitas hidup di akhir masa hidup saya.
Selain itu, jika saya terus-menerus tidak diberitahu tentang berita ini, saya akan
merasa terkucilkan dan merasa penasaran ataupun curiga yang akhirnya akan
membuat saya lebih tersiksa jika dibandingkan saya mengetahui hal yang
sebenarnya terjadi.

4. Apakah Anda akan memberitahu orangtua Anda jika mereka menderita kanker
stadium akhir? Mengapa?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
a. Tidak, karena sebagai anaknya pun tidak akan tega memberitahukan
sesuatu hal yang buruk tersebut kepada orangtua. Oleh karena itu, saya
akan berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya untuk mencapai sebuah
keputusan tentang akan diberitahu atau tidaknya informasi ini.
b. Tergantung dari kondisi orang tua saya. Jika memang orang tua saya masih
dalam kondisi (ekonomi, kesehatan, sosial, psikologi) yang baik maka
saya akan memberitahukan. Jika orang tua mengetahui hal ini, orangtua
dapat memanfaatkan waktu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada
kita. Kita memberitahukan kepada orangtua harus secara bertahap dan
mencari waktu yang tepat agar orangtua tidak mengalami syok. Mungkin
ketika seseorang mendapat berita buruk, awalnya tidak akan percaya tapi
lama kelamaan pasti akan menerima.
c. Pada awalnya pasti saya akan merasa tidak tega, namun seyogyanya setiap
dokter perlu belajar dan siap mental dalam menghadapi stres
pasien/keluarga betapapun beratnya. Mari kita ingat kembali tentang teori
Kubler-Ross mengenai tahapan jika seseorang menerima berita buruk,
yaitu sebagai berikut.
1. Denial : menolak kenyataan,
2. Anger : amarah,
3. Bargaining for extra time : tawar menawar pada Tuhan,
4. Depression : depresi,
5. Acceptance : penerimaan.
Jadi, apapun yang terjadi, saya akan tetap memberitahu kondisi yang
sebenarnya pada keluarga terutama kepada orang yang saya cintai.
5. Bagaimana perasaan Anda jika menemukan / mengetahui pada saat-saat
terakhir kehidupan bahwa keluarga Anda menyembunyikan informasi tentang
penyakit Anda?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
a. Saya akan marah karena hak saya untuk mengetahui kondisi saya
sebenarnya tidak dapat terpenuhi. Akan tetapi dengan berjalannya waktu,
setelah diberikan alasan-alasan mengapa mereka memutuskan untuk
merahasiakan hal ini, saya akan menerima semua ini dan akan berusaha
untuk berbuat kebaikan di akhir hidup saya.
b. Berpikir positif bahwa keluarga telah mengambil keputusan yang tepat
untuk kebaikan saya sendiri. Yang menjadi dasar di sini adalah bahwa
keluarga tidak ingin membuat saya bersedih dan syok atas kenyataan yang
terjadi dan mereka memiliki alasan yang menurut mereka inilah yang
terbaik untuk saya.

6. Menurut Anda, apakah manfaat dan kerugian berterus terang menyampaikan


berita buruk kepada pasien?
Manfaat Kerugian
1. Dokter merasa lega 1. Pasien tidak berpikir positif
2. Dokter telah melaksanakan
sehingga ia bisa saja melakukan
tanggung jawabnya
bunuh diri
3. Pasien dapat meningkatkan
2. Pasien akan putus harapan dan tidak
kualitas hidup
punya semangat hidup
4. Pasien dapat mendekatkan diri
3. Pasien dapat berlarut dalam
pada Tuhan YME
kesakitan yang dideritanya akibat
5. Pasien dapat segera melakukan
ketidaktahuan kondisi penyakit
tindakan usaha memperbaiki
sebenarnya
kesehatannya
4. Pasien tidak akan mengubah pola
6. Pasien dapat memilih pengobatan
hidupnya yang buruk sehingga akan
apa yang akan ia dilakukan
7. Keluarga dapat memberi memperparah penyakit dan
perhatian yang lebih kepada mempercepat kematian.
5. Pasien tidak bisa melakukan hal-hal
pasien terbaik di akhir hidupnya, misalnya
8. Keluarga dapat mencurahkan
adalah mendekatkan diri pada
kasih sayang dan memberi
Tuhan.
banyak waktu luang mereka
untuk pasien tersebut.
9. Keluarga akan membantu
meningkatkan tingkat hidup
pasien (seperti pola makan, dan
lain-lain).

7. Menurut Anda apakah sikap untuk menyampaikan yang sebenarnya (truth


telling) tentang suatu berita buruk itu tergantung pada budaya? Bagaimana di
Indonesia? Bandingkan dengan budaya lain di dalam negeri maupun di luar
negeri!
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
Iya, karena Truth Telling apabila dilihat dari sudut pandang etika, bukanlah
masalah berbicara kebenaran tetapi lebih merupakan berbicara apa yang Anda
percaya sebagai suatu kebenaran. Hal ini jelas berpengaruh dengan kondisi
budaya masing-masing negara. Mereka meyakini apa yang mereka anggap
benar, entah itu memang benar ataupun tidak.
Alasan lain yang menyebabkan hal ini tergantung dengan budaya adalah
sebagai contoh seperti dalam banyak budaya oriental tradisional, lebih banyak
orang mengatakan bahwa mereka lebih memilih untuk tidak menyadari
ataupun tidak tahu. Di negara-negara ini, keluarga tradisional memainkan peran
yang lebih utama dalam pembuatan pilihan medis untuk pasien sakit. Mereka
merasa lebih aman untuk memberikan hak pengambilan keputusan ke sumber
otoritas tradisional seperti dokter atau keluarga. Sikap ini berbeda dari
pendekatan Barat modern di mana kebebasan individu dihargai. Ini berarti
bahwa pasien memiliki hak untuk membuat pilihan tentang perawatan medis
atau perawatan (Macer, 2006).
Di Jepang setengah dari total dokter yang ada akan mengatakan yang
sebenarnya tentang kanker terminal, namun di Vietnam hanya seperlima dari
total dokter yang ada yang akan melakukannya (Macer, 2003).

8. Menurut Anda apakah sebaiknya ada konsensus mengenai truth telling?


Apakah sebaiknya ada standar yang dapat diterapkan secara universal (dapat
diterapkan di negara manapun)? Siapa yang Anda anggap paling tepat untuk
menetapkan standar-standar tersebut?
Jawaban yang dapat diberikan untuk menanggapi pertanyaan di atas adalah
sebagai berikut.
Sebaiknya ada, karena etik itu bersifat absolut dan universal namun tetap
fleksibel, artinya dapat diselaraskan dengan nilai-nilai yang ada pada setiap
Negara. Yang paling tepat untuk menetapkan standar konsensus adalah
UNESCO selaku lembaga dunia yang mengurusi tentang budaya termasuk di
dalamnya bioetika. Pada tanggal 13 Juni 2003, diadakan UNESCO Universal
Bioethic Declaration, yang membahas tentang perencanaan mengelaborasi
sebuah universal deklarasi atau konvensi pada bioetika.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Etika merupakan studi mengenai sifat, karakter , atau perilaku yang
meliputi baik dan buruk, benar dan salah, pada kondisi tertentu. Kondisi
yang dimaksud adalah kondisi dalam berbagai macam aspek kehidupan
misalnya kebudayaan, pendidikan serta nilai dan norma yang mengatur
kehidupan masyarakat.
2. Untuk mendeskripsikan masalah yang berada dalam ranah etika, sebagai
manusia harus bisa memandang dari berbagai aspek karena etika
merupakan suatu studi yang kompeks.
3. Sebagai seorang profesional dalam dunia kesehatan, sebagai dokter harus
mempertimbangkan kondisi pasien dan lingkungan keluarga sebelum
memberitahukan kondisi pasien yang sebenarnya.
4. Pasien memiliki hak untuk memperoleh informasi medis mengenai
keadaan dirinya sesungguhnya dengan harapan akan dapat menentukan
tindakan apa yang akan diambil selanjutnya. Namun, hal ini juga
memerlukan beberapa pertimbangan jika pasien dalam kondisi tidak
memungkinkan bisa menyebabkan semakin buruknya kondisi pasien
tersebut dan juga pasien akan menolak jika dia belum siap dengan adanya
berita tersebut.

B. Saran
Banyak sekali masalah etika yang terjadi dalam dunia profesi terutama dalam
dunia profesi kedokteran. Untuk itu perlu diadakan konsensus untuk
menyamakan persepsi antar pemegang jabatan profesi agar menimbulkan
suatu pandangan yang sejalan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. (on-line). http://jme.bmj.com/content/31/3/173.full.pdf. Diakses


pada tanggal 9 Juni 2010.
Anonim. 2009. (on-line). http://people.virginia.edu/~msg6m/TRUTHTEL.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Juni 2010.
Anonim. 2009. (on-line). http://depts.washington.edu/bioehx/topics/truth.html.
Diakses pada tanggal 9 Juni 2010.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran & Hukum
Kesehatan. Jakarta : EGC.
Karim, Kelvin. 2002. A Grounded Theory Study of Truth-Telling in Cancer:
Perceptions of White British and British South Asian Community. USA :
Universal-Publisher.
Macer, Darryl R.J. 2006. A Cross-Cultural Introduction to Bioethics. Tsukuba :
Eubios Ethics Institute.
Macer, Darryl R.J. 2003. Encyclopedia of the Human Genome. Tsukuba :
Eubios Ethics Institute.
Samil, Ratna Suprapti. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
T A Faunce. 2005. Will International Human Rights Subsume Medical Ethics?
Intersections In The UNESCO Universal Bioethics Declaration. Journal
of Medical Ethics, vol. 31 : 173-178.
Williams, B. 2003. Truth and Truthfulness: An Essay in Genealogy. Princeton :
Princeton University Press.

Anda mungkin juga menyukai