PENDAHULUAN
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kecacatan dan
bertambah beratnya kecacatan yang sudah ada pada penderita kusta. Di antaranya
dengan diagnosis dan penanganan penyakit kusta secara dini. Kecacatan pada
penderita kusta sering diakibatkan karena terlambatnya penemuan dan proses
pengobatan yang tidak tuntas. Tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam
proses penemuan dan pengobatan penderita kusta.
Pelaksanaan tugas di puskesmas juga harus didukung oleh sumber daya non
manusia yang mencukupi. Dukungan dana operasional, alat kesehatan dan obat-
obatan bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai di puskesmas. Jika dana
operasional, alat kesehatan dan obat-obatan kurang mencukupi, maka akan
menyebabkan rendahnya kinerja pegawai di puskesmas.
Jumlah penderita kusta dengan cacat tingkat 2 juga masih sangat jauh di atas
target nasional penanggulangan kusta, yaitu 10 orang (22,2%) dari 45 orang
penderita baru yang ditemukan.5 Supervisor program penanggulangan penyakit
kusta Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara berasumsi bahwa penyebab atas
fenomena tersebut adalah lemahnya kinerja petugas kusta dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya. Petugas kusta kurang aktif dalam menemukan
penderita kusta secara dini, sehingga sebagian besar penderita sudah mengalami
kecacatan saat ditemukan.
Kondisi ini diperburuk lagi oleh kepala puskesmas yang kurang menjalankan
fungsi kepemimpinannya, seperti kurang memberikan petunjuk, arahan, dan
bimbingan serta penghargaan kepada petugas kusta dalam bekerja.
METODE PENELITIAN
Analisis Data Univariat Hasil peneltian diperoleh jenis kelamin responden yang
paling banyak adalah perempuan sebanyak 64,5%. Umur responden yang paling
banyak adalah 31–40 tahun sebanyak 67,7%. Pendidikan respoden yang paling
banyak adalah D-III Keperawatan, sebanyak 90,3%. Kemampuan responden lebih
banyak berada pada kategori kurang baik sebanyak 61,3% dan sebanyak 38,7%
mempunyai kemampuan dengan kategori baik. Sumber daya lebih banyak
responden mengatakan sumber daya kurang tersedia sebanyak 61,3% dan sebanyak
38,7% mengatakan sumber daya tersedia. Kepemimpinan lebih banyak responden
mengatakan kepemimpinan berada pada kategori kurang baik sebanyak 58,1% dan
sebanyak 41,9% mengatakan kepemimpinan dengan kategori baik. Imbalan
responden lebih banyak berada pada kategori kurang baik sebanyak 67,7% dan
sebanyak 32,3% mendapatkan imbalan dengan kategori baik.
Kinerja responden lebih banyak berada pada kategori kurang baik sebanyak
71% dan sebanyak 29% mempunyai kinerja dengan kategori baik. Analisis Data
Bivariat Analisis data bivariat dilakukan dengan uji statistik Chi-Square, dengan
taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05. Jika dalam uji Chi-Square
terdapat sel dengan frekuensi ≤ 5, maka digunakan perhitungan Fisher’s Exact
Test. Variabel bebas dikatakan berhubungan dengan variabel terikat jika nilai p (p-
value) < 0,05. Tabel 1 Hubungan Kemampuan dengan Kinerja Petugas Kusta
Kemam puan Kinerja Petugas Kusta Total pKurang Baik f % f % F % Kurang 18
94,7 1 5,3 19 100 0,000Baik 4 33,3 8 66,7 12 100 Hubungan kemampuan dengan
kinerja petugas kusta menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
kemampuan baik sebanyak 38,7%, diantaranya sebanyak 33,3% mempunyai
kinerja kurang baik dan lebih banyak mempunyai kinerja baik sebanyak 66,7%,
sedangkan responden yang mempunyai kemampuan kurang baik sebanyak 61,3%,
diantaranya sebanyak 5,3% mempunyai kinerja baik dan lebih banyak mempunyai
kinerja kurang baik sebanyak 94,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar
0,000
Wibowo19 menjelaskan bahwa kemampuan merupakan karakteristik
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh seseorang yang
memampukannya untuk melakukan tugas dan tanggung jawab secara efektif dan
meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan. Kurang baiknya
kemampuan petugas kusta merupakan sesuatu yang memprihatinkan, seharusnya
petugas kusta berupaya meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksanakan
semua tugas pokok dan fungsinya dalam program pengendalian penyakit kusta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardian yang mengungkap bahwa
variabel kepemimpinan paling dominan memengaruhi kinerja dokter.14 Penelitian
Soemadipraja mengungkap bahwa salah satu variabel yang memengaruhi
rendahnya kinerja petugas kusta adalah pemberian motivasi kerja dan pembinaan
serta dukungan dari pemimpin organisasi.
KESIMPULAN
Kinerja petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 dipengaruhi oleh
faktor individu (kemampuan) dan faktor organisasi (kepemimpinan dan imbalan).
Sedangkan sumber daya tidak berpengaruh terhadap petugas kusta di Kabupaten
Aceh Utara tahun 2015. Variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja
petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 adalah kemampuan. Secara
bersama, faktor individu (kemampuan) dan faktor organisasi (kepemimpinan dan
imbalan) memberikan pengaruh sebesar 90,3% terhadap kinerja petugas kusta di
Kabupaten Aceh Utara tahun 2015, sedangkan 9,7% lagi dipengaruhi oleh faktor
lain.
SARAN
A. PENDAHULUAN
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium leprae.
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di lingkungan
masyarakat . Kejadian penyakit ini prevalensinya masih tinggi di beberapa daerah. Sebagian
besar dari penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah .
B. LATAR BELAKANG
Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Saat ini penyakit ini
susah diterdeteksi karena suspek penderita merasa malu untuk memeriksakan diri dan animo
masyarakat yang kurang baik terhadap penderita kusta.Masalah yang dihadapi pada penderita
bukan hanya dari medis saja tetapi tetapi masalah sosialdari masyarakat dilingkungan
penderita .
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mencegah terjadinya penyakit kusta , menurunkan angka kesakitan penyakit kusta dan
mencegah terjadinya kecacatan pada penderita kusta sehinggapenyakit initidak lagi
merupakan masalah kesehatan di masyarakat.
Tujuan Khusus
D. KEGIATAN POKOK
* Membagi obat
3. Pencegahan cacat
* Pemeriksaan cacat
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pelaksanaan kegiatan penemuan kasus dilaksanakan secara pasif dalam gedung dimana
suspek datang sendiri ke puskesmas dan secara aktif dengan melakukan pemeriksaan
kontak serumah.
2. Pelaksanaan secara aktif dengan melakukan penyuluhan dan pemeriksaan kontak serumah
dengan penderita dilakukan di luar gedung atau di lapangan.
F. SASARAN
1. Adanya kelainan kulit dapat berupa panu, bercak kemerahan, penebalan kulit dan nodul
(benjolan).
4. Adanya kuman tahan asam di dalan kerokan jaringan kulit (BTA positif)
Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program. Kegiatan monitorng dilaksanakan secara berkala dan terus menerus
untuk dapat mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan.
4) Pencegahan cacat,