Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA

2.1 Sejarah

Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming, seorang ahli
mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk mengobati penyakit-penyakit
infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan
kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan
nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan hidup
manusia meningkat delapan tahun.

Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan, tidak
ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri lain yang berkembang
dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang
dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain.

Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik.
Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin.
Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia masih
boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru.

Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan, karena
penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak ada lagi
penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil mengembangkan
antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteri-bakteri super yang kebal
antibiotik.

Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman
dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak
efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat
beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri
gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung
pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena (melalui
infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan setempat, seperti
tetes mata dan salep. 3
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman Waksman,
antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan encer mereka
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain.

Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur
Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi
oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan
sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan kawan-kawan
melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan penisilin Fleming untuk terapi.
Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian penisilin, mereka membiakkan
organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada temperatur rendah; akhirnya mereka
mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk
bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan
besar dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah
manusia dalam memerangi penyakit infeksi.

Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York. Dubos
menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus brevis.
Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan
aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang merupakan salah satu
antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes. Streptomisin merupakan anti
tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus
streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes
terutama streptomises menjadi gudang utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga
penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan
telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan
oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa
pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae
tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.
Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces. Semua ini
merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu
antibiotik untuk melawan infeksi.

Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti
spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis. Pada
dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga
memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan
antibiotik yang sudah ada.
2.2 Pengertian

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun
dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau
transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.

2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional

• Tepat indikasi

• Tepat penderita

• Tepat pemilihan jenis antibiotika

• Tepat dosis

• Efek samping minima

• Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat

• Ekonomik

Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita memilih dan
menggunakannya yaitu:

Sifat aktifitasnya

Spektrum

Mekanisme kerja

Pola resistensi

Efek samping

Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.

1. Sifat aktifitasnya

• Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme


kuman

• Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel

• Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang baik maka
sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
• Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung antibiotika.
Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama antibiotika yang bakteriosidik
akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena antibiotika yang bersifat
bakteriosidik umumnya khasiatnya baik bila kuman tersebut membelah dengan cepat, sedangkan
antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan menyebabkan pembelahan kuman yang menurun
sehingga akan menghambat khasiat antibiotika yang bersifat bakteriosidik.

2. Spektrum antibiotika

• Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu

• Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif

• Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi
sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat dipastikan maka dipakai
antibiotika spektrum luas.

3. Mekanisme kerja antibiotika

Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman

Contoh : Sulfonamid

Trimetophrim

Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman

Contoh : Penicillin

Sefalosporin

Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman

Contoh : Polimiksin

Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman

Contoh : Aminoglikosid

Makrolid

Tetrasiklin

Kloramfenikol

Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman

Contoh : Rifampisin ,Kuinolon


4. Pola Resistensi

Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat, misalnya :
Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin tetapi di Thailand banyak
resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak di pakai untuk terapi STD.

5. Efek Samping

Ada 3 macam efek samping yaitu

- reaksi alergi

- reaksi idiosikratik

- dan reaksi toksik.

Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang terjadinya anemia
hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)

Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

2.4 Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro organisme
dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan pembiakan disalurkan
oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya
dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya
beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain
kloramfenikol

Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna pemurniannya
dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui
struktur kimianya, seperti, nistatin.

2.5 Mekanisme Kerja

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau membran sel
(kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme
protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman
musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.

Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan guna
mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin atau
basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah
makanan lebih sedikit.
2.6 Penggolongan Antibiotika

Antibiotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :

Golongan betalaktam

Golongan Aminoglikosida

Golongan Sulfonamid

Golongan Tetrasiklin dan Chloramphenicol

Golongan Makrolid

Golongan Metronidazol

Golongan Rifampisin

Golongan Linkosamid

Golongan Kuinolon
BAB III

ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

3.1 Sejarah

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan
sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang
pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.

P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun 1950, Profesor
Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga
tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada tahun
1950. A research team of seven scientists at , in collaboration with Woodward, participated in the two-
year research leading to the discovery .

Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-cycl-") derivasi
("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka octahydrotetracene-2-
karboksamida.

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,
tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga
cepat berkurang potensinya.

Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah
tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin. Sedangkan 6-
dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh turunan mikroba yang
semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir ini sangat sukar diuraikan baik
oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan secara oral.

Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa
perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada adanya
atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka hidronaftasen.

2.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin


Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida. Percobaan-percobaan
menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit malonil-koenzim A, seperti ditunjukkan oleh
gambar.

Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar, malonamoil-koenzim A bertindak sebagai inisiator untuk


polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim A menghasilkan suatu poliketida-amida yang linier.
Poliketida-amida ini selanjutnya direka menghasilkan tetrasiklin, melalui serentetan reaksi sederhana
dan berlangsung secara bertahap. Melalui rangkaian reaksi ini, dihasilkan senyawa-senyawa antara yang
utama, seperti pret etramid dan 6-metilpretetramid, yang mengandung semua atom karbon yang
diperlukan pada hasil-hasil akhir.

Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-deametiltetrasiklin,


diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-klorotetrasiklin, dan deret 5-
hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.

Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-KoA dengan


enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-oksosuksinamat menghasilkan
malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari transaminasi asparagin dengan enzim asam
okso-asparagin transaminase. Malonamoil-KoA kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-
metilpretetramida melalui 6-metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-
dedimethylamino-4-okso-anhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat dalam menghasilkan
klorotetrasiklin dan tetrasiklin.

3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin

1. Sifat kimiawi tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam
HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil.
Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan
tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga dapat membentuk garam baik dengan
asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat
didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi
fenolik.

Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila
bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang inaktif
sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.

Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan tetrasiklin
yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5,
dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan
tetrasiklin akan menurun.
2. Kegunaan Tetrasiklin

Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:

• Hewan Kecil

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman gram positif
maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan, leptospirosis
(penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan

kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan panleukopenia
(penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan drastis).

• Hewan besar

Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada hewan besar, hal ini
mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas. Dalam kasus lapangan
antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia, mastitis,
enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis, penyakit jembrana dan antraks.

• Untuk babi

Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain. Dalam dosis rendah
klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.

• Untuk unggas

Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis, infeksi PPLO dan
erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.

• Penggunaan topikal

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan tetrasiklin dikemas
dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu
dapat juga digunakan untuk mengatasi pink eye.

3. Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan
cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak menempel pada ribosom yang
mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam
mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya
tidak menyebabkan keracunan pada individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan
dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

a. Efek Antimikroba

Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun terdapat
perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba
yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang
terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.

b. Farmakokinetik

• Absorpsi

Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%.
Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung
menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu
oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar
diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam
antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

• Distribusi

Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam
cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS
ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup
baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang
belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang
relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke
jaringan lebih baik.

• Ekskresi

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan
per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang
diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat
yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih
terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran
empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak
diserap diekskresi melalui tinja.

3.5 Sintesa Tetrasiklin


Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong sederhana, oleh karena itu
sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi organik. Kesulitan utama dalam mensintesa molekul
tetrasiklin yaitu terletak pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap atom karbon dari cincin ini
mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari enam atom karbon asimetri dalam
molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi, seperti oksitetrasiklin terdapat juga pada cincin A.
Sehingga untuk menghasilkan satu isomer optic yang aktif, bebas dari isomer-isomer lainnya
memerlukan pendekatan yang berhati-hati.

Sintesa tetrasiklin dimulai dengan sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah
mengandung cincin B, C, dan D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels Alder. Sintesa
ini diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi menghasilkan suatu senyawa
antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana senyawa antara diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-
unsur yang diperlukan untuk membentuk cincin A dalam molekul tetrasiklin.

3.6 Efek samping Tetrasiklin

Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:

1. Perusakan warna pada gigi

Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk ikatan bila
dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium
secara irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun enamel.
Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam
gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun
pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang
paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika melalui plasenta.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-faktor tersebut
antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa
pembentukan gigi.

Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah pemberian obat
dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi,
struktur gigi yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin secara
irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam struktur gigi yang sedang erupsi.
Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna
pada gigi.

2. Merapuhkan gigi dan melubangi gigi


Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak terbentuk sempurna,
dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan
kuat sehingga gigi mudah berlubang.

3. Gangguan pencernaan

Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya seperti mual,
muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk :
kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis
eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala dan
gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam kepala dan
segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

3.7 Hasil Analisis Jurnal

Judul : Evaluation of Antibacterial Activity of Tetracycline and Cephalexine Decomposed by Sunlight

Ada beberapa faktor yang masih belum diketahui mengenai tetrasiklin dan Sefaleksin di sekitar
irak, maka dilakukanlah studi mengenai pengaruh sinar matahari terhadap tetrasiklin dan sefaleksin.
Tetrasiklin dan sefaleksin adalah suatu antibiotik yang sering sekali digunakan dalam bidang kedokteran
untuk mengobati adanya indikasi bakteri. Namun apabila terkena cahaya matahari maka akan terjadi
fotolisis, sehingga akan terdegradasi sebagai akibat dari energi yang dihasilkan dari penyerapan cahaya
matahari. Terdegradasinya senyawa tersebut tergantung seberapa baik senyawa tersebut menyerap
cahaya matahari.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terdegradasinya antibiotik ini adalah frekwensi dan
intensitas tumbukan molekul, konsentrasi, dan pH. Selain itu yang harus diperhatikan adalah suhu, dan
kelembapan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas antibiotik Tetrasiklin dan Sefaleksin
yang terkena sinar matahari kemudian digunakannya untuk melawan E-coli dan Staphylococcus sp.

Tetrasiklin dan Sefaleksin yang digunakan berasal dari SDI suatu perusahan di irak sedangkan E-
coli dan Staphylococcus sp didapatkan dari rumah sakit Ibin Gazwan. Kapsul Tetrasiklin dan Sefaleksin
dengan berat 250 mg dilarutkan dalam 10 ml air suling kemudian diberikan perlakuan sinar matahari di
siang hari pada bulan April di selatan Irak (suhu sekitar tiga puluh lima).

Hasil penelitian membuktikan, bahwa efek dari Sinar matahari UV mengubah senyawa
antibiotik menjadi jenis spesies berbeda yang tidak diketahui dan menimbulkan banyak pertanyaan
tentang produk yang terbentuk itu. Apa senyawa ini adalah racun atau bukan.

Daerah hambatan untuk Tetracycline dan Sefaleksin pada spesies klinis Staphylococcus Sp dan
Escherichia coli. Hal ini menujukkan bahwa zona penghambatan senyawa antibiotik yang terkena sinar
matahari lebih kecil dibandingkan control
3.9 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit

Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan tetrasiklin :

1. Infeksi Klamidia

Limfogranuloma venereum.

Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut diberikan terapi
selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi
diberikan bubo mulai mengecil.

Psikatosis

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang
digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.

Trakoma

Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari
selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.

2. Infeksi Basil

Bruselosis

Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil
pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus
berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.

Tularemia

Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan golongan
tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini. Pemberian dapat
mengurangi volume diare dalam 48 jam.

berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :

1. Conmycin

Komposisi : Tetracycline HCL

Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin


Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis 30-40 g dalam dosis terbagi
selama 15 hr.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan
segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI.

Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.

Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi inflamasi, ruam
makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.

2. Corsamycin

Komposisi : Oxytetracycline HCl

Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut, bronkopneumonia dan
atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis
media, angina vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan
biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan (endometritis), meningitis dan endokarditis, akne
vulgaris, GO dan sifilis yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid, bruselosis,
kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.

Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi). Infeksi nafas seperti
eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran
respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total dosis 2-3 g/hr.

Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia pada
anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia

Anda mungkin juga menyukai