Anda di halaman 1dari 112

HAND OUT MATA KULIAH

PRINSIP-PRINSIP GOKIMIA

Oleh;
Ir. Yulius Marzani, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH


TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKART
BAB I

PRISIP-PRINSIP GEOKIMIA
Geokimia adalah suatu bidang sains yang menitik beratkan pada mempelajari
kimia Bumi
Tujuan mempelajari Geokimia :
1. Mempelajari penyebaran an pemindahan unsur−unsur individu
dibeberapa bagian bumi ini (atmosfer, hidrosfer, kerak bumi dll) dan
didalam mineral dan batuan, dengan tujuan memenuhi prinsip−prinsip
penyebaran dan pemindahan.
2. Menentukan banyaknya unsur dan species atom (isotop) secara
mutlak dan relatif di dalam bumi.

Sehingga ketahap tertentu, lingkup ilmu giokimia sudah dibuktikan oleh sejarah
perkembangan ilmu geologi terutama yang berhubungan dengan mineralogi dan
petrologi. Kajian geokimia sangat penting untuk mengetahui keberadaan dan
jumlah unsur−unsur dipermukaan bumi.

SEJARAH ILMU GEOKIMIA

Ilmu geokima telah berkembang dengan pesat seiring


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi khususnya
bidang kimia dan geologi. Sebetulnya geokimia sudah lama diperkenalakan oleh
seorang ilmuwan kimia berkebangsaan Swiss yang bernama Schonbein (penemu
gas ozon) pada tahun 1838. Pada dasarnya geokima mepelajari unsure−unsur
kimia yang terdapat dalam alam semesta. Konsep modern tentang unsure−unsur
telah diperkenalkan oleh Lavoiser dalam bukunya “Traite elementaire de
Chemie” pada tahun 1789. Lavoiser telah memperkenalkan 31 jenis unsure
antara lain sebagai berikut
O,N,H,S,P,Cl,E,B,Sb,Ag,As,Bi,Co,Cu,Sn,Fe,Mn,Hg,Mo,Ni,Au,Pt,Pb,W,Zn,Ca,Mg,Ba,A
l
,Si, beberapa unsure lain sudah diketahui sejak jaman purba antara lain:
Au,Ag,Cu,Fe,Pb,Sn,Hg,S dan C.
Pada akhir abad ke 18 diketemukan unsur−unsur ; U, Zr, Ti, Y, Be, Cr dan Te
Penemuan unsur−unsur dalam abad ke 19 sbb:

1. 1800−1809 ; Na, K, Nb. Rh, Pd, Ce, Ta,Os, Ir


2. 1810−1819; Li, Se, Cd, I
3. 1820−1829; Br, Th
4. 1830−1839; V. La
5. 1840−1849; Ru, Tb, Er
6. 1850−1859;
7. 1860−1869; Rb, In, Cs; TI
8. 1870−1879; Sc, Ga, Sm, Ho, Tm,Yb
9. 1880−1889; Ge; Pr; Nd; Gd; Dy
10.1890−1899; He, Ne, Ar, Kr, Xe, Po, Ra, Ac

Pada tahun 1850−1859 tidak terdapat satu unsurpun dapat ditemukan.


Dalam tahun 1860 Bunsen dan kerchoff telah memperkenalkan alat spektroskop
untuk mengenali unsur−unsur dengan alat tersebut antara lain Cs, Rb, Ti dan In.
Pada tahun 1870 an dan 1880 an beberapa lanthanide diketemukan dan
diperkenalkan oleh Mendeleev ; eka−aluminium (Ga), eka−boron (Sc) dan eka−
silikon (Ge). Pada tahun 1894 ditemukan gas argon dan yang lain ; Ne,He, Kr, Xe.
Penemuan keradioaktifan oleh Becquel pada tahun 1896 sehungga pada tahun
1898 diketemukan Polonium dan radium oleh Curies 1898 dan actinium 1899
oleh Debierne. Menjelang tahun 1900 unsur−unsur radioaktif lain diketemukan;
Eu (1901); Lu (1907); Hf(1923) dan Re(1925). Selama abad 19 data geokima
merupakan hasil samping kajian geologi dan mineralogy yang berasal dari bagian
mineral, batuan, air dan gas.

BAB II BUMI DAN HUBUNGAN DENGAN JAGAT


RAYA

Bumi adalah merupakan bagian dalam tata surya yang terdiri dari
matahri,
planet−planet dan satelitnya, asteroid, komet, dan meteorit. Matahari itu
sendiri
11
merupakan satu unit bintang di dalam galaksi kita. Lebih dari 10 terdapat di
dalam galaksi yang berbentuk seperti kanta dengan garis pusat kurang 70 000
13
tahun cahara ( 1 tahun cahaya = 10 km). Diluar galaksi kita terdapat bayak lagi
sistem−sistem bintang yang kurang lebih sama ukurannya. Sistem−sistem ini,
nebula ekstragalaksi, tersebar secara seragam di seluruh angkasa. Galaksi yang
hampir dekat dengan kita adalah nebula Andromeda, dan jaraknya lebih kurang
6
1,75 x 10 tahun cahaya. Garis−garis di dalam spectrum nebula ekstragalaksi ini
menunjukkan perubahan kearah warna merah bagi spectrum. Perubahan kea
rah kemerahan ini lebih kurang sama dengan jaraknya. Perubahan ini dianggap
sejajar dengan jaraknya. Perubahan ini dianggap sebagai effek Doppler, ini
disebabkan oleh bergesernya nebula yang semakin besar. Sebagian besar dari
pada teori pembesaran jagat raya masih menjadi spekulasi, oleh sebab ini
kesimpulan yang berdasarkan teori juga masih spekulasi.

UMUR JAGAT RAYA

Teori alam jagat raya yang membesar dan dinamik menunjukkan bahwa jagat
raya telah dan masih menjalani evolusi. Jika kita tinjau ke belakang dari segi
masa, kita akan sampai pada tahap bahwa alam raya merupakan titik kecil,yang
umum dikatakan tahap primitive dan menentukan umur alam raya ini secara
astronomi dari masa tersebut. Dengan beberapa pengandaian bahwa umur jagat
9
raya secara astronomi dapat dikira−kira dalam kisaran 16 x 10 tahun.
Sistem tata surya dapat dianggap unit tersendiri, dan umur galaksi−galaksi
dapat diperkirakan. Sistem tata surya merupakan sistem yang tertutup dan
kandungan unsurnya sama dengan seperti semasa pembentukannya dahulu,
kecuali terjadi sedikit perubahan akibat penukaran hidrogen kepada helium dan
adanya unsur radioaktif pada unsure−unsur lain. Anggapan tersebut berasaskan
bahwa bahan−bahan didalam tata surya telah terasing pada suatu masa tertentu
(titik kosong bagi skala masa kini) dan kandungan unsur primitive berubah
karena aktifitas radioaktif. Umur unsure−unsur induk kemudian
diperkirakan sejak
peluluhan radioaktif sampai terbentuk unsure baru (anak). Peluluhan radioaktif
menjadi penting sebagai penentu umur.
Tabel 1. Beberapa peluluhan radioaktif untuk menentukan umur geologi

Unsur−unsur induk Waktu setengah Hasil


238 umur
9 206
U 4.5 x 10 tahun Pb +
235
8 207
U 7.1 x 10 tahun Pb +
232
10 208
Th 1.4 x 10 tahun Pb +
87 87
10
Rb 4.9 x 10 tahun Sr
40
9 40 40
K 1.3 x 10 tahun Ar, Ca

Kajian empiric dan teori, seperti yang akan dibicarakan dalam bab ini, bahwa
banyaknya unsure dan nuklida di dalam sistem tata surya dapat diramal.
Ramalan dibuat dengan menggunakan perbandingan nuklida radioaktif
238
dengan unsure− unsur yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu banyaknya U
9 235
dengan waktu setengah umur 4.5 x 10 tahun dan U dengan waktu setengah
8
umur 7.1 x 10 boleh diramal kurang lebih sama dengan unsure bismuth dan
merkuri. Unsur− unsur tersebut tidak mungkin terbentuk lebih dari pada puluh
237 247
ribu juta tahun yang lalu. Sebaliknya tidak adanya unsure Np dan Cm
4
yang masing−masing mempunyai masa setengah umur 2.25 X 10 tahun dan 4
7
x 10 tahun, menunjukkan pembentukan salah satu dari nuclei ini
sekurang−kurangnya menunjukkan waktu beberapa ratus juta tahun yang lalu.
Ini merupakan waktu yang relative lama bagi unsure−unsur tersebut.
Penyelesaian yang bebas dapat diberikan dengan mempertimbangkan
235 238
kelimpahan relative U dan U. Jika kedua isotop ini asalnya
terbentuknya sama banyak, nisbah masa kini diantara
235 238
U dengan U adalah 1 : 138, ini disebabkan oleh waktu setengah umur
235
U
238
lebih pendek dan ini menyebabkan peluluhan lebih cepat dari pada U.
Masa
yang diperlukan bagi menurunkan konsentrasi yang sama pada nisbah pada
9
masa kini ialah lebih kurang 6 x 10 tahun. Hal lain yang dapat menyokong bahwa
sistem tata surya berawal dari sejak beberapa juta tahun yang lalu, diantaranya
204 206 207 208 204
isotop−isotop plumbum ( Pb, Pb, Pb, Pb), Pb adalah tidak radioaktif,
dan jumlahnya pada masa sekarang sama dengan pembentukakannya dahulu.
Isotop−isotop lain sebagian asli dan sebagian terbentuk dari hasil peluluhan dari
238 235 232
unsure induk U, U dan Th. Di dalam bahan−bahan yang mengandung
uranium dan plumbum, kandungan isotop bagi plumbum mengalami perubahan
yang progresif sepanjang masa geologi; jumlah relative bagi isotop radioaktif
204
menjadi bertambah dibandingkan dengan Pb yang tidak radioaktif. Meteorit
memberikan gambaran yang jelas tentang fakta ini. Meteorit besi tidak
mengandung uranium yang mengandung sedikit plumbum di dalamnya nilai
204
relative tertinggi Pb dibandingkan dengan bahan−bahan yang lain. Meteorit
berbatu mengandung sejumlah uranium dan terdapat plumbum menunjukkan
kesan tambahan bahwa plumbum radioaktif yang berhubungan dengan nisbah
206 204 207 204
Pbƒ Pb dan Pbƒ Pb yang lebih tinggi disbanding dengan plumbum pada
meteorit besi. Dari analisis data secara matematik memberikan umur bagi
9
meteorit 4.6 x 10 tahun, yang telah ditentukan berdasarkan penentuan umur
rubidium−strontium terhadap meteorit berbatu. Sejak masa itu meteorit besi
dan meteorit berbatu ditentukan dan umur ini dipercayai sama dengan umur
pembentukan planet didalam sistem tata surya. Bukti−bukti tambahan yang
diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur bulan dapat
9
diperkirakan 4.6 x 10 juta tahun.
Bumi terbentuk sebagai satu satuan dalam tata surya terbentuk lebih
9
kurang 4.6 x 10 tahun yang lalu. Dari kenyataan ini umur kerak bumi
data ditentukan dengan skema peluluhan radioaktif. Dengan cara ini umur
batuan yang berumur sekitar 2.700 juta tahun dapat diketahui.
Batuan tertua dari Afrika antara 3.000 dengan 3.600 juta tahun; Amerika
Utara 3.100 dengan 3.700 juta tahun yang lalu; Australia 3.000 juta tahun yang
lalu.

SISTEM TATA SURYA


Dalam kajian giokimia suatu sistem tata surya amat penting walaupun
sistem ini tidak begitu menarik di antara galaksi dan sangat kecil jika
dibandingkan dengan keseluruhan jagat alam raya.
Sifat−sifat yang khas pada sistem tata surya sbb :
1. Matahari sebagai pusat sistem tata surya, memiliki 99.8%
pengaruh
terhadap sistem dan hanya 2 % dari pada momentum bersudut
2. Semua planet mengelilingi matahari dalam arah yang sama dalam
bentuk orbit elips.
3. Planet−planet berputar pada porosnya sendiri dengan arah yang
sama mengelilingi matahari (kecuali Uranus dan Kejora, berputar ke
belakang); dan kebanyakan satelitnya berputar dalam arah yang sama.
4. Planet menunjukkan jasad yang sama sebagaimana diterangkan
dengan HK Bode, dan membentuk dua kumpulan yang berlawanan;
kumpulan planet− planet kecil disebelah dalam (Utarid, Kejora, Bumi dan
Marikh) yang lebih dikenali sebagai planet daratan, dan kumpulan
planet−planet besar disebelah luar (Musytari, Zuhal, Uranus dan Neptun),
yang disebut planet utama
5. Bagian utama momentum bersudut bagi sistem tata surya ini
tertumpu
pada planet−planet, tidak seperti matahari sistem tertumpu pada
matahari.

Table 1. Hukum Bode : jarak relative antara planet dan matahari sbb:
Utarid Kejora Bumi Marikh Kosong Musytari Zuhal Uranus Neptun Pluto
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0 3 6 12 24 48 96 192 384
4 7 10 16 28 52 100 196 388
Jarak planet dari matahari dengan menetapkan jarak bumi sebagai 10
3.9 7.2 10 15.2 52 100 192 301 395
Hukum Bode member nilai yang memuaskan dengan jarak yang diukur,
kecuali Neptum; ruang di antara Marikh dengan Musytari dipenuhi oleh
asteroid, pada jarak min 29
Tabel 2. Data tentang sistem tata surya
Bumi =1 Jari−jari Berat Suhu Tekanan Gas mayor dan
(km) jenis permukan permukaan minor dlm
0 (dalam atmosfer
K
bar)
Matahari 332000 695000 1.41 5500 − H2, He
Utarid 0.055 2440 5.44 620 − −
Kejora 0.815 6050 5.27 741 93 CO2,N2,H2O,Ar,SO2
Bumi 1.00 6371 5.52 290 1 N2,O2,CO2,H2O
Marikh 0.11 3397 3.95 210−240 0.007 CO2,N2,Ar,O2
Musytari 318 71600 1.31 170 Tinggi H2,He,CH4,NH3
Zuhal 95.2 60000 0.70 140 Tinggi H2,He,CH4,NH3
Uranus 14.6 25900 1.21 80 Tinggi H2,He,CH4,NH3
Neptum 17.2 24750 1.66 80 Tinggi H2,He,CH4,NH3
Pluto 0.0017 1300 1? 80 − −

KANDUNGAN ALAM SEMESTA


Pengetahuan tentang kandungan alam semesta berdasarkan pemeriksaan
spektorskopi dari sinar mathari, analisis meteorit−meteorit dan kandungan
bumi dan planet−planet lain. Berdasarkan garis−garis spectrum kita dapat
menentukan benda yang bersinar. Dari data menunjukkan bahwa kandungan
alam semesta mengandung unsure−unsur yang sama walaupun besarnya
bervariasi pada tiap− tiap tempat. Jumlah unsure−unsur yang berlainan
adalah sama dimana−mana. Helium diketemukan didalam spectrum sinar
matahari oleh Lockyer pada tahun 1868 dan didapati bumi oleh Ramsay
pada 1895 sebagai gas yang keluar dari uranit apa bila dipanaskan dengan
asam mineral
KANDUNGAN MATAHARI
Kajian spektroskopi terhadap matahari telah dilakukan, kurang lebih 70
unsur telah dikenal pasti dalam spectrum matahari sbb;
Tabel 3. Kelimpahan unsure−unsur di dalam atmosfera matahari

6
Unsur Nomor Atom Kelimpahan (atomƒ10 atom Si)
10
H 1 2.2 x 10
9
He 2 1.4 x 10
6
C 6 9.3 x 10
4
N 7 2.0 x 10
7
O 8 1.6 x 10
4
Na 11 4.3 x 10
5
Mg 12 8.9 x 10
4
Al 13 7.4 x 10
6
Si 14 1.0 x 10
5
S 16 3.2 x 10
3
K 19 3.2 x 10
4
Ca 20 5.0 x 10
1
Sc 21 2.5 x 10
3
Ti 22 2.5 x 10
2
V 23 2.3 x 10
4
Cr 24 1.1 x 10
3
Mn 25 5.9 x 10
5
Fe 26 7.1 x 10
3
Co 27 1.8 x 10
4
Ni 28 4.3 x 10
2
Cu 29 2.6 x 10
2
Zn 30 6.3 x 10
Sumber : Ross & Aller, 1976

KANDUNGAN PLANET-PLANET
Pemeriksaan dengan mata dan spektroskopi terhadap permukaan planet
dapat menerangkan kepada kita kandungan unsurnya . kandungan unsure
dipermukaan bumi dapat memberikan analogi untuk planet−planet yang lain.
Utarid tidak mempunyai atmosfera dan ketumpatannya sama dengan bumi.
Kejora mempunyai atmosfera dan memiliki keseluruhan karbondioksida
dan nitrogen
yang menutupi seluruh permukaan, ukuran hampir sama dengan bumi. Marikh
memiliki atmosfera yang diselimuti kabut awan dan debu, dan kutubnya
diselimuti salju dan memiliki musim sejuk dan musim panas. Selimut ini diduga
terdiri dari lapisan es H2O yang tipis dengan sedikit gas CO 2. Permukaan Marikh
keseluruhan berwarna sampai jingga kemerah−merahan kemungkinan adalah
selaput ferum oksisda, yang hampir sama dengan pasir gurun di bumi. Asteroid
belum dapat diambil contohnya tetapi dengan kajian spektrumnya bahwa
kandungannya sama dengan meteorit. Albedo Ceres dan banyak lagi Asteroid
mengandung bahan−bahan berkarbon sangat rendah.
Planet−planet utama yaitu Musytari, Zuhal, Neptum dan Uranus banyak
mempunyai ciri yang sama mempunyai ketumpatan yang rendah dan atmosfera
yang tebal oleh adanya hydrogen dan helium yang dapat dibandingkan dengan
yang terdapat dalam matahari. Ada banyak bukti adanya hydrogen yang ada
sebagai metana dan ammonia. Zuhal mungkin mengandung sarah−sarah es, dan
albedo dan ketumpatan beberapa satelit planet terdiri es juga.

KANDUNGAN METEORIT
Bukti−bukti spektroskopi tidak menerangkan tentang kandungan bagian dalam
planet−planet . Analogi terhadap bumi dan bukti yang terdapat dalam meteorit,
yang merupakan bagian sistem tata surya (mungkin juga merupakan pecahan
meledaknya asteroid dan akhirnya jatuh kebumi). Terdapat berjuta−juta meteorit
yang berada didalam sistem tata surya, kitika terjadi ledakan jatuh kebumi sudah
berupa debu yang sukar untuk ditentukan kecuali dengan alat−alat tertentu.
Meteorit diperkirakan meledak dan jatuh ke bumi 30 000 − 150 000 pertahun.
Pengetahuan kita tentang meteorit terpusat pada meteorit yang besar yang
jatuh ke bumi.
Sebagianbesar meteorit yang telah diselidiki mengandung paduan besi−nikel,
silica berhablur terutama olivine dan peroksin, mineral besi−sulfida troilit, atau
campuran semuanya. Belum pernah ditemukan meteorit yang menyerupai
batuan endapan atau batuan metamorf. Macam jenis meteorit yang di sudah
dikenal sbb:

1. Siderit atau besi ( 98 % logam)


2. Siderolit atau besi berbatu (50% logam dan 50 % silkiat)
3. Aerolit atau batu

Siderit atau meteorit besi, sebagian besar terdiri satu atau dua fasa logam
nickel− besi (Ni 4%−20% jarang lebih besar dari ini), lainnya mengandung troilit
(Fes), syreibersit (Fe,Ni,Co)3P dan grafit. Mineral tambahan, seperti daubrelit
(FeCr2S4), koherit (Fe3C) dan kromit (FeCr2O4) jarang didapati. Mineral−mineral
tambahan terdapat sebagai butiran−butiran bulat kecil atau berlamela yang
terdapat didalam logam. Logam−logam ini menunjukan struktur yang khas yang
disebut Widmanstatten, yang dapat diedentifikasi dengan mengkilapkan pada
permukaannya dengan larutan HNO3 beralkohol. Struktur ini terdiri daripada
lamella kamasit (aloi nikel−besi dengan 6% Ni), taenit (aloi nikel−besi dengan
nikel kira−kira 30%). Lamela ini sama dengan octahedron hablur nikel−besi yang
pada dasarnya homogeny. Meteorit yang menunjukkan struktur Widmanstatten
dikenali sebagai oktahedrit. Struktur ini adalah tipikal bagi ekssolusi subsolidus di
dalam aloi yang telah didinginkan perlahan−lahan dari suhu tinggi.

Heksahidrit adalah besi yang keseluruhannya terdiri dari pada kamasit, dan
ataksit adalah besi dengan Ni lebih adari 14% dan sebagian besar terdiri dari
pada taenit.
Sidorilit, atau meteorit besi berbatu, terdiri dari pada nikel−besi dan silikat yang
lebih kurang sama banyak; Dua jenis yang berbeda palasit dan
mesosiderit,
dengan kandungan kimia dan mineralogy yang berbeda telah dikenal dengan
pasti. Palasit terdiri dari gabungan nikel−besi yang mengelilingi butir olivine yang
menunjukkan bentuk hablur yang baik. Di dalam mesosiderit, fasa logam tidak
bergabung dengan logam lain dan terdapat silikat yang kebanyakan plagioklas
feldspar dan piroksin, dan kadang kala dengan olivine sebagai pelengkap.

Berdasarkan teksturnya, aerolit atau batu terdiri dari dua jenis , kondrit dan
akondrit. Kondrit dinamakan demikian karena mengandung kondrul atau kondri,
yaitu benda kecil bulat (garis pusat 1mm) terdiri dari utamanya olivine danƒatau
piroksin. Kondrul jarang ditemuai pada meteorit ini dan belum pernah ditemui di
dalam batuan bumi, dan oleh karena itu kondrul penting dalam menentukan asal
meteorit. Rata−rata kandungan kondrit kurang lebih 40 % olivine, 30% piroksin,
5− 20% nikel−besi, 10% plagioklas dan 6% troilit. Satu jenis kondrit yaitu kondrit
berkarbon agak berbeda dengan meteorit lain karena sebagian besar terdiri dari
silikat besi−magnesium terhidrat (serpentin atau mineral seperti klorit) dan
mengandung hingga 10% bahan organic yang komplek. Penyelidikan terbaru
terhadap Meteorit Murchison yang jatuh di Australia pada tahun 1969,
membuktilan bahwa kandungan bahan organiknya bukan dari biologi. Meteorit
Murchison mengandung campuran bahan oeganik komplek (hidrokarbon alifatik,
dan aromatic, asam karboksilat,asam amino dan lain−lain). Kesamaan diantara
bahan organic dengan dibuat secara sinteteti menegaskan bahwa bahan organic
yang dimiliki meteorit Murchison bukan dari biologi. Begitu juga asam amino,
yang tidak ditemui dalam protein dan tidak memeliki sifat optik.

Akondrit merupakan kumpulan meteorit berbatu yang berlainan sifat, tida


mengandung kondrul dan hablur yang dimiliki lebih kasar dari pada
kondrit.
Kebanyakan akondrit menyerupai batuan igneus daratan dari segi kandungan
dan tekstur, oleh karena itu akondrit kemungkinan memiliki hablur dari
leburan silikat Tektit bahan enigmatik yang selalu dikatan meteorit , terdiri dari
kaca yang kaya akan silikat (rata−rata SiO2 sebanyak 75 % ) yang menyerupai
obsidian, tatapi berbeda dengan obsidian bumi dari segi kandungan dan
teksturnya. Tektit mengandung silica agak tinggi , begitu juga kandungan
alumina, potasium dan kapur tetapi kandungan magnesia dan sodanya
rendah. Kandungan seperti itu sama dengan beberapa granit dan riolit dan
beberapa batuan endapan yang kaya silica. Tektit selalu diketemukan sebagai
bahan yang kecil dan bulat (200−300 gram) di kawasan yang tidak ada
gunungapinya. Tidak seperti meteorit, tektite tidak pernah terlihat jatuh ke
bumi.

Tabel 4. Kandungan Meteorit

Unsur % berat
Logam (besi) Logam Silikat Rata−rata
(kondrit) (kondrit) kondrit
O 43.7 33.24
Fe 90.78 90.72 9.88 27.24
Si 22.5 17.10
Mg 18.8 14.29
S 1.93
Ni 8.59 8.80 1.64
Ca 1.67 1.27
Al 1.60 1.22
Na 0.84 0.64
Cr 0.38 0.29
Mn 0.33 0.25
P 0.14 0.11
Co 0.63 0.48 0.09
K 0.11 0.08
Ti 0.08 0.06

Tabel 5. Meteorit yang diketemukan dan yang jatuh

Yang diketemukan Yang jatuh


Jenis
Banyaknya % Banyaknya %
Besi 545 58.1 33 4.6
Besi berbatu 53 5.7 11 1.5
Akondrit 7 0.7 56 7.8
Kondrit 333 35.5 621 86.1
Jumlah 938 100.0 721 100.0

KELIMPAHAN KOSMOS UNSUR-UNSUR


Berdasarkan data kandungan meteorit dan matahari serta bahan−bahan yang
ada Goldschmidt pada tahun 1937 telah membuat kelimpahan unsure−unsur
dan isotop kosmos dalam table yang lengkap. Data tentang hydrogen dan
helium serta bahan gas sebagian besar terdapat dalam matahari dan
bintang−bintang dan kelimpahan unsure−unsur di dalam meteorit
6
Tabel 6. Kelimpahan unsure−unsur di dalam kosmos dalam atom (per 10 atom
Si)

Unsur Kelimpahan Unsur Kelimpahan


10
1H 2.66 x 10 44Ru 1.9
9
2He 1.8 x 10 45Rb 0.4
3Li 60 46Pd 1.3
4Be 1.2 47Ag 0.46
5B 9 48Cd 1.55
7
6C 1.11 x 10 49In 0.19
6
7N 2.31 x 10 50Sn 3.7
7
8O 1.84 x 10 51Sb 0.31
9F 780 52Te 6.5
6
10Ne 2.6 x 10 53I 1.27
4
11Na 6.0 x 10 54Xe 5.84
6
12Mg 1.6 x 10 55Cs 0.39
4
13Al 8.5 x 10 56Ba 4.8
6
14Si 1.00 x 10 57La 0.37
15P 6500 58Ce 1.2
16S 50 59Pr 0.18
17Cl 4740 60Nd 0.79
5
18Ar 1.06 x 10 62Sm 0.24
19K 3500 63Eu 0.094
4
20Ca 6.25 x 10 64Gd 0.42
21Sc 31 65Tb 0.076
22Ti 2400 66Dy 0.37
23V 254 67Ho 0.092
24
24Cr 1.27x 10 68Er 0.23
25Mn 9300 69Tm 0035
5
26Fe 9.0 x 10 70Yb 0.20
27Co 2200 71Lu 0.035
4
28Ni 4.78 x 10 72Hf 0.17
29Cu 540 73Ta 0.020
30Zn 1260 74W 0.020
31Ga 38 75Re 0.051
32Ge 117 76Os 0.69
33As 6.2 77Ir 0.72
34Se 67 78Pt 1.41
35Br 9.2 79Au 0.21
36Kr 41.3 80Hg 0.21
37Rb 6.1 81TI 0.19
38Sr 22.9 82Pb 2.6
39Y 4.8 83Bi 0.14
40Zr 12 Th 0.045
90
41Nb 0.9 92U 0.027
42Mo 4.0

Atom suatu unsure memiliki sejumlah proton (Z) dan Neotron (N) dan memiliki
berat atom (A). Di dalam inti atom proton bersekutu dengan netron dan
jumlahnya bisa berubah−ubah. Hasilnya suatu unsure boleh mempunyai
beberapa
isotop yang mengakibatkan jumlah berat atom berbeda−beda (A = N + Z ) ,
tetapi menunjukkan sifat kimia yang tidak berubah.Isobar adalah unsure yang
berlainan tetapi mempunyai berat atom (A) sama tetapi nilai proton (Z) dan
Neutron (N) berlainan dan Isoton adalah unsure yang berlainan dengan
mempunyai jumlah neutron (N) yang sama tetapi nilai berat atom (A) dan
Proton berbeda (table 7)

Tabel 7. Isotop, isobar dan Isoton suatu unsure

Isotop Z = 20 (Kalium) Isoton N = 20


N A % Unsur Unsur Z A % Unsur
20 40 96.97 Sulfur 16 36
22 42 0.64 Klorin 17 37
23 43 0.145 Argon 18 38
22 44 2.06 Kalium 19 39
26 46 0.0033 Kalsium 20 40
28 48 0.185
Isobar A =40
Unsur Z N % Unsur
Argon 18 22 99.61
Kalium 19 21 0.0119
Kalsium 20 20 96.97

Inti atom yang stabil untuk sembarang unsur jumlahnya sedikit disbanding
dengan ribuan isotop yang telah diketahui, sehingga hanya sekitar 270 unsur
saja yang tidak radio aktip
BAB III.

STRUKTUR DAN KANDUNGAN


BUMI

Bumi merupakan salah satu dari sembilan planet yang terdapat dalam tata
surya. Apa bila dibandingkan dengan alam semesta yang tak terbatas luasnya,
Bumi sebenarnya hanyalah benda yang terlalu kecil sehingga dengan mudah
dapat hilang dari pengelihatan, dan hanya tampak sebagai titik yang tidak
kelihatan. Bumi disebut juga planet biru karena tampak berwarna biru apabila
dilihat dari luar angkasa. Planet ini sangat unik dalam tata surya karena terdapat
air dalam tiga fasa (padat, cair dan gas) sehingga bumi memiliki lautan dan kutub
es serta terjadinya siklus hidrologi (diantaranya hujan) yang berkesinambungan.
Di bumi juga berlangsung proses−proses secara aktif, yaitu terjadinya daur
(siklus) geologi yang menyebabkan permukaan Bumi terus mengalami
perubahan dan peremajaan (rejufenation) sepanjang waktu.

Bahwa bumi itu bulat dan berapa ukurannya, telah diketahi manusia sejak 250
tahun sebelum masihi. Pada waktu itu, Erastosthenes dari Yunani menggunakan
azas−azas geometri untuk memecahkan masalah seluruh matra Bumi. Dengan
menghitung arah matahari yang masuk ke dalam lubang sumur di Syene dan
membandingkannya dengan bayangan yang terjadi di Alexandria (berjarak 5000
stades atau 800 km), maka ia tentukan keliling Bumi 40300 km dan garis
tengahnya 12756,4 km). Setelah lebih dari satu millennium, barulah kemudian
teori Geosentris disanggah oleh Nicolaus Coprnicus (1473−1543) dan Johanes
Kepler (1571−1630) serta Galileo Galilei (1564−1642). Sejak saat ini orang baru
sadar Bumi hanyalah sebuah planet dari beberapa planet lainnya yang bergerak
bersama−sama mengitari Matahari (heliosentris). Bumi mengitari
(mengorbit)
Matahari dalam lintasan berbentuk elips dengan jarak rata−rata terhadap
Matahari 149.500.000 km. bentuk lintasan elips ini mengakibatkan jarak Bumi
terhadap matahari berubah−ubah. Perbedaan jarak bumi di titik terdekat
(perihelium) dan titik terjauh (aphelium) adalah 5 juta mil (3,3%).

Kedudukan equator Bumi tidak sebidang dengan bidang orbit Bumi, tetapi
0 ’
miring sekitar 23 27 sehingga menyebabkan empat musim pada tempat−tempat
yang letaknya jauh dari equator. Miringnya equator bumi diduga akibat
tertumbuk meteorit raksasa pada awal pembentukannya.

Bumi memiliki sebuah satelit namanya Bulan, berdiameter 3.456 km, sedang
jaraknya dari bumi 384.395 km. Bulan berotasi sambil mengelilingi Bumi.Waktu
yang dibutuhkan untuk sekali rotasi sama tepat untuk revolusinya, sehingga
permukaan Bulan yang tampak dari Bumi selalu sama.

Volume Bulan hanya 1ƒ82 dari volume Bumi dan gravitasi 1ƒ6 dari gravitasi Bumi.
Tak ada air dan udara, oleh sebab itu permukaan Bulan tetap abadi karena tidak
terjadi siklus geologi layaknya Bumi.

Sebagai anggota dari tata surya, Bumi dipengaruhi oleh Matahari dan planet−
planet serta benda−benda lainnya yang terdapat dalam tata surya. Walaupun
demikian pengaruh yang berdampak lansung untuk kehidupan di Bumi berasal
dari Matahari dan Bulan.

Bentuk Bumi tidaklah bulat seperti bola sempurna, melainkan menyerupai


Oblate spheroid, yaitu agak pepat pada kutup−kutupnya. Panjang jari−jari di
kutub 6.356,8 km dan di equator 6.378,2 km, dengan luas permukaan
2
510.100.954 km . Bentuk
seperti ini disebut Geoid, yaitu suatu bentuk yang berbeda dari planet−planet
lainnya , dan hanya dimiliki oleh Bumi (ellipsoid triaxialƒkrasovsky ellipsoid).

Secara teoritis pepatnya bol Bumi yang terjadi disebabkan adanya rotasi sejak
awal pembentukannya sebelum Bumi belum padat. Akibatnya, pada bagian yang
searah dengan sumbu rotasi akan terjadi kemampatan, sedangkan yang tegak
lurus, yaitu yang searah dengan equator akan mengalami pengembangan.

A. GRAVITASI BUMI

Bentuk yang unik menyebabkan permukaan Bumi memiliki gaya tarik yang
disebut gravitasi. Secara umum di wilayah kutub kekuatan gravitasi lebih besar
dari pada di khatulistiwa. Percepatan gravitasi dari arah kutub ke equator
perubahannya secara perlahan. Namun di beberapa tempat ada yang gaya
tariknya diatas normal (positive gravity anomaly) dan juga di bawah normal
(negative gravity anomaly).

Anomali atau penyimpangan gravitasi Bumi dapat disebabkan oleh factor−faktor


geologis setempat, seperti adanya batuan−batuan yang berdensitas rendah dan
batuan−batuan yang densitas tinggi. Atau mungkin adanya gejala struktur di
dalam Bumi. Besarnya gravitasi Bumi dapat diukur dengan alat Gravity meter.

B. BERAT JENIS BUMI

Berat jenis lapisan kerak (permukaan) Bumi berdasarkan dari contoh bebatuan
3
dan tanah keras adalah berkisar 1,5−3,4 gramƒCm dengan rata−rata 2,7
3
gramƒCm . Sedangkan berat jenis Bumi secara keseluruhan, yaitu berat Bumi
3
dibagi dengan volume Bumi adalah 5,52gramƒCm .
Karena rata−rata berat jenis Bumi keseluruhan 5,52 sedangkan berat jenis kerak
Bumi hanya 1,5 − 3,4, maka diperkirakan pusat Bumi terdiri atas benda dengan
3
berat jenis tidak kurang dari 12 gramƒCm . Berat jenis seperti ini hampir
menyamai kepadatan logam keras.

Berdasarkan pengamatan terhadap diffusion velocity of seismic oscillation


(penyebaran kekuatan gelombang gempa), gelombang−gelombang longitudinal
membelok dengan ketajaman tertentu pada kedalaman 2,900 meter, sementara
gelombang−gelombang transversal melemah. Ini sebagai pertanda bahwa
kedalaman 2,900 meter sifat batuan telah mengalami perubahan yang tajam.

C. SUHU BUMI

Kita tahu bahwa terdapat perubahan berat jenis dan tekanan di dalam bumi.
Perubahan tekanan di dalam bumi juga akan berpengaruh terhadap suhu bumi.
Suhu akan meningkat dengan kedalaman, peningkatan ini akibat sifat lapisan
kerak bumi dan peningkatan suhu berbeda −beda pada suatu tempat. Suhu
0 0
meningkat antara 10−50 C ƒkm, dengan rata−rata 30 C. Batuan dalam kerak
−6
bumi menyimpan panas dan dilepas kearah permukaan sebesar 1,5 x 10
2 2
kalƒ(cm )(saat) atau kurang lebih 50 kalƒcm setiap tahun, cukup untuk
mencairkan lapisan es setebal 6 mm (panas yang dibutuhkan untuk peleburan es
ialah 80 kalƒg). Ini menunjukkan bahwa panas dari dalam bumi sangat kecil
peranannya terhadap perubahan keadaan iklim.
Tabel 8. Pengeluaran panas oleh batuan beku
Panas Panas Panas Jumlah
dihasilkan dihasilkan dihasilkan pengeluaran
Jenis batuan oleh U, (ergƒg oleh Th, (ergƒg oleh K, (ergƒg panas (ergƒg
tahun tahun tahun) Tahun)
Granit 117 84 34 235
Asit 126 109 38 273
Pertengahan 43 36 29 108
Pertengahan 81 81 29 191
Basalt 25 41 6,4 72
Dunit 0,42 0,44 0,01 0,87

D. STRUKTUR DI DALAM BUMI

Data seismograf dapat ditafsirkan bahwa bumi dibagi tiga bagian utama yaitu
teras, mantel dan kerak. Bukti−bukti geofisik memberikan sifat−sifat fisik dari
ketiga bagian itu dan dapat ditentukan kandungan unsur didalam Bumi.

Kerak Bumi heterogen dan ketebalannya berbeda−beda dari satu tempat ke


tempat lain. Perbedaan sangat mencolok antara kerak benua dengan
lempengan lautan yang dalam. Kerak benua dibagi dua yaitu bagian atas yang
mengandung granit atau gradiorit dan bagian bawah mengandung basalt
.Bagian atas dengan kawasan yang dinamai sial (tersusun oleh unsure yang
kaya Si dan Al) dan bagian bawah dengan kawasan yang dinamai sima
(tersusun oleh unsure yang kaya Si dan Mg)
Bumi merupakan proyektil yang terdiri dari besi dan nikel dengan kerak
dipermukaannya. Planet lainnya diperkirakan mempunyai komposisi sama,
berawal temuan meteorit berbagai ukuran di permukaan Bumi ;

1. Siderit atau meteorit besi, terdiri dari campuran besi dan nickel
2. Siderolit, terdiri dari campuran besi−nikel dengan silikat−silikat berat
seperti
olivine dan piroksin
3. Aerolit atau meteorit batu, terdiri dari silikat−silikat berat (olivine,
piroksin)
dan mineral lainnya.

Hasil penelitian geofisika berdasarkan getaran gelombang seismic dan sebaran


berat jenis menuntun Suess & Wiechert kearah sebaran pembagian sususunan
dan komposisi Bumi sebagai berikut ( gamabar 1)

Sial

Kerak Bumi (sisik


silikat) 1200 km
Sima

Lapisan antara (Lapisan sulfida


Oksida) 1700 km

Inti besi nickel 3500 km


1. Kerak Bumi, mempunyai ketebalan 30−70 km, terdiri dari batuan
basa dan asam. Berat jenis lapisan ini kurang lebih 2,7
2. Selubung bumi atau silikat, mempunyai ketebalan 1200 km dan berat
jenis 3,4−4
3. Lapisan antara atau chalkosfera, merupakan sisik oksida dan sulfide
dengan ketebalan 1700 km dan berat jenis 6,4
4. Inti besi nikel atau barisfera, berjarak 3500km dan berat jenis 8,6

Willamson & Adam membuat kesimpulan tentang susunan bumi sbb:

1. Kulit bumi mempunyai ketebalan 100 km, terdiri dari silica dan silikat
ringan, berat jenis 2,8−3,2
2. Kulit peridotit, mempunyaim ketebalan 1600 km terdiri dari silikat
berat (peridotit) dan berat jenis 3,3−3,35
3. Kulit palistik, mempunyai ketebalan 1400 km, terdiri campuran
nikel dan
besi serta siderolitik, berat jenis 6−8
4. Inti logam nikel−besi, ketebalan 3400 km dan berat jenis 10

Pembagianƒsusunan dan komposisi bumi menurut Goldschmidt 1933 adalah

sbb:

1. Kulit bumi tebal 120 km, berat jenis 2,8


2. Kulit eklogit, terdiri dari silikat berat, tebal 1000 km dan berat jenis
3,6−4
3. Kulit Sulfida dan oksisda, tebal 1700 km, berat jenis 5−6
4. Inti nikel−besi, tebal 3400 km dan berat jenis 8

Masih mendasarkan pada sebaran kecepatan gelombang gempa dan berat jenis,
seperti yang sebelumnya dikemukakan oleh Feffreys & Guttenberg (1992),
Ringwood (1975) membuat simpulan bahwa bumi terdiri dari lapisan seri
konsentris suatu massa padat, cair−liat dan kerak yang merupakan bagian
terluar.
Kerakbumi, dari bagian permukaan hingga bidang diskontinyunitas Mohorovisic,
di bawah benua mempunyai kedalaman antara 20 dan 50 km, sedang dibawah
samodra kedalaman antara 10 dan 12 km. Kerakbumi tersebut disusun oleh
batuan beku, sedimen dan malihan. Di bawah kerakbumi, pada kedalaman 400
km, terdapat selubung atas (uppur mantle) yang tercirikan oleh sebaran
gelombang gempa rendah, terutama untuk gelombang S. Bagian selubung atas
bumi terutama terdiri dari eklogit atau peridotit yang kaya Fe, Mg, Ca, Na dan
21
silikat aluminium, dengan viskositas rata−rata 8 x 10 poise. Sebelumnya, Daly
(1940) menyebut kerakbumi dengan lithosfera dan selubung atas yang identik
dengan low velocity zone disebut astronefera. Zona peralihan (transition zone)
terletak antara kedalaman 400 dan 1000 km, ditandai oleh landaian kecepatan
gelombang gempa tinggi, dan tersusun dari silikat besi padat, Mg, Ca, Al, oksida
besi dan silikat.

Lapisan selubung bawah (lower mantle) terletak pada kedalaman 1000−2900


km, dicirikan dengan kenaikan kecepatan gelombang gempa yang relative
sebanding dengan bertambahnya kedalaman.

Lapisan ini disusun oleh oksida besi padat, Mg dan SIO 2 dengan viskositas rata−
23
rata 10 poise. Sedang inti bumi (core) terbagi menjadi dua, yaitu inti bumi luar
(outer core) dan inti bumi dalam (inner core). Inti bumi luar terdapat pada
kedalaman 2900−5100 km dan inti bumi dalam antara 5100 hingga 6371 km.

Bagian luar inti terdiri dari besi dan sejumlah kecil silica, sulfur dan
oksigen;
sedang bagian dalam terutama terdiri dari besi padat (solid iron)
Tabel 9. Struktur dalam bumi menurut Ringwood
Kedalaman Nama bagian Susunan batuan Ketrangan
20−50 km
Di bawah kerak benua

Kerak bumi Batuan beku, sedimen dan


10−12 km di bawah kerak
malihan
samodra
Bidang diskontinyu Mohorovisic
Selubung atas Eklogit & peridotit, kaya Dicirikan dengan sebaran
400 km Fe, Mg, Ca, Na & silikat Al gelombang gempa
rendah, terutama
gelombang S
21
Viskositas 8 x 10 poise

Dicirikan dengan landaian


Silikat besi padat, Mg, Ca, kecepatan gelombang
Jalur peralihan Al, Oksida besi & Silikat gempa yang tinggi
400−1000 km

Kenaikan kecepatan
Oksida besi padat, Mg, rambat gelombang gempa
Selubung bawah SiO2 selaras dengan
1000−2000 km
bertambahnya
kedalaman.
Viskositas rata−rata
23
10 poise

Besi, sedikit silikat,


belerang & oksigen
Magma berasal dari Inti
peleburan
luar setempat pada kerak atau selubung atas

Ringwood (1975) berhasil menyusun struktur kerak bumi mendasarkan


analisisnya atas tafsiran gelombang gempa, pengukuran gaya berat dan
magnetic, pemboran inti pada kedalaman tertentu (terbatas); juga deduksi
atas sejarah geologi, petrogenesa batuan yang tersingkap dan geokimia.

Lingkungan tektonik kerakbumi adalah benua, cekungan di samodra, pinggiran


benua, busur kepulauan dan palung
Tabel 10. Struktur Bumi berdasarkan sifat kimia dan fisiska

Nama Sifat Kimia yang penting Sifat Fisika yang penting


Atmosfera N2,O2,H2O, CO2, gas lain Gas
Biosfera H2O, bahan organic dan Padat, cair
bahan kerangka
Hidrosfera Air tawar, air asin, salju Cair dan padat
dan es
Kerak Batuan silikat biasa Padat
Mantel Bahan silikat, sebagian Padat
besar olivine, dan
piroksen pada tekanan
tinggi
Teras atau sidorosfera Aloy besi−nikel Bagian atas cair bagian
bawah mungkin padat

Tabel 11. Ketebalan dan volume bagian Bumi

Ketebalan (km) Volume (1 Berat Jenis Massa % jisim


27
x 10 minimum Jisim
3
cm )

Atmosfer − − − 0.000005 0.00009


Hidrosfer 3,80 (min) 0,00137 1,03 0,00141 0,0024
Kerak 17 0,008 2,8 0,024 0,4
Mantel 2883 0,0899 4,5 4,016 67,2
Teras 3471 0,175 11,0 1,936 32,4
Keseluruhan 6371 1,083 5,52 5,976 32,4

Clarke dan Washington (1924) mereka bekerja sangat mendalam menetukan


kandungan kimia kerakbumi di semua kawasan kurang lebih sama walaupun
pada kawasan yang berlainan . Kandungan % SiO 2 batuan yang berasal dari
kawasan lautan lebih rendah, seperti batuan pada kepulauan Antlantik dan
Pasifik, ini membuktikan bahwa lapisan Sial adalah sedikitƒkecil pada lempeng
lautan.

Dari sampel batuan beku, dari 5159 analisis didapakan komposisi utama tanpa
H2O dan unsure−unsur minor sebagai berikut:

Tabel 12. Komposisi kimia utama oksida dalam kerak bumi

SiO2 Al2O3 Fe2O3 FeO MgO CaO Na2O K2 O TiO2 P2O5


60.18 15.61 3.14 3.88 3.56 5.17 3.91 3.19 1.06 0.30

Kandungan tersebut tidak cocok dengan sebarang batuan igneus (batuan


beku) tetapi adalah perantaraan diantara batuan granit dengan basalt, yang
secara kebetulan terdapat pada kebanyakan batuan beku.
Terdapat banyak penyimpangan tentang cara pada anilisis untuk mendapatkan
rata−rata pada batuan beku. Penyimpangan ini berdasarkan;
1. Ketidak seimbangan taburan geografi dalam analisis
2. Taburannya secara statistik tidak dapat ditentukan karena jenis
batuan yang berbeda−beda
3. Terbatasnya jenis batuan yang dikaji dalam analisis
Kerak bumi yang terdiri dari batuan berhablur dari kawasan yang berbeda di
daerah selatan Norwegia yang terbentuk pada zaman Fenoscandia, dari 77
analisis batuan memberikan gambaran komposisi kimia kerak bumi sbb;
Tabel 13.

SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO CaO Na2O K2O H2O TiO2 P2O5
FeO
59,12 15,82 6,99 3,30 3,07 2,05 3,93 3,02 0,79 0.22
Angka−angka ini sepadan atau sama yang diperkirakan oleh Clark dan
Washington terutama pada pelarutan dan penghidratan natrium dan kalsium.
Para ahli sains di Vernadsky Institut of Geochemistry, Moscow telah membuat
kajian sistematis tentang kandungan kerak bumi, dengan melakukan ribuan
contoh batuan dari daerah Rusia dan geosinklin Caucasia dan mengabungkan
data yang diperoleh dari kawasan lainnya. Ronov dan Yaroshevsky membuat
kajian yang ringkas, mereka mengenal betul jenis batuan tiga jenis kerak bumi;
kerak benua, kerak lautan dan kerak subbenua (terutama daerah antar benua
dan lerengnya).
Kerak bumi yang diperkirakan oleh mereka berdasarkan bebas air dan gas
karbondioksida sbb;
Tabel 14.
Kerak benua Komponen Kerak bumi
61,9 SiO2 59,3
0,8 TiO2 0,9
15,6 Al2SO3 15,8
2,6 Fe2O3 2,6
3,9 FeO 4,4
0,1 MnO 0,2
3,1 MgO 4,0
5,7 CaO 7,2
3,1 Na2O 3,0
2,9 K2O 2,4
0,3 P2O5 0,2
Tabel 15. Jumlah unsure−unsur di dakam kerak bumi dalam ppm
Nomor Atom Unsur Kerak bumi Granit (G1) Diabes (W1)
1 H 1400 400 600
3 Li 20 22 15
4 Be 2,8 3 0,8
5 B 10 1,7 15
6 C 200 200 100
7 N 20 59 52
8 O 466 000 485 000 449 000
9 F 625 700 250
11 Na 28 300 24 600 16 000
12 Mg 20 900 2 400 39 900
13 Al 81 300 74 300 79 400
14 Si 277 200 339 600 246 100
15 P 1 050 390 246 100
16 S 260 58 610
17 Cl 130 70 123
19 K 25 900 45 100 200
20 Ca 36 300 9 900 5 300
21 Sc 22 2,9 78 300
22 Ti 4 400 1 500 35
23 V 135 17 6400
24 Cr 100 20 114
25 Mn 950 195 1 280
26 Fe 50 000 13 700 77 600
27 Co 25 2,4 47
28 Ni 75 1 76
29 Cu 55 13 110
30 Zn 70 45 86
31 Ga 15 20 16
32 Ge 1.5 1,1 1,4
33 As 1.8 0,5 1,9
34 Se 0,05 0,007 0,3
35 Br 2,5 0,4 0,4
37 Rb 90 220 21
38 Sr 375 250 190
39 Y 33 13 25
40 Zr 165 210 105
41 Nb 20 24 9,5
42 Mo 1,5 6,5 0,57
44 Ru 0,01
45 Rh 0,005 <0,001
46 Pd 0,01 0,02 0,025
47 Ag 0,07 0,05 0,08
48 Cd 0,2 0,03 0,15
49 In 0,1 0,02 0,07
50 Sn 2 3,5 3,2
51 Sb 0,2 0,31 1,0
52 Te 0,01 <1 <1
53 I 0,5 < 0,03 < 0,03
55 Cs 3 1,5 0,9
56 Ba 425 1 220 160
57 La 30 101 9,8
58 Cc 60 170 23
59 Pr 8,2 19 3,4
60 Nd 28 55 15
62 Sm 6,0 8,3 3,6
63 Eu 1,2 1,3 1,1
64 Gd 5,4 5 4
65 Tb 0,9 0,54 0,65
66 Dy 3,0 2,4 4
67 Ho 1,2 0,35 069
68 Er 2,8 1,2 2,4
69 Tm 0,5 0,15 0,30
70 Yb 3,4 1,1 2,1
71 Lu 0,5 0,19 0,35
72 Hf 3 5,2 2,7
73 Ta 2 1,5 0,5
74 W 1,5 0,4 0,5
75 Re 0,001 <0,002 <0,002
76 Os 0,005 0,00007 0,0003
77 Ir 0,001 0,00001 0,003
78 Pt 0,01 0,0019 0,0012
79 Au 0,004 0,004 0,004
80 Hg 0,08 0,1 0,2
81 Tl 0,5 1,2 0,11
82 Pb 13 48 7,8
83 Bi 0,2 0,07 0,05
90 Th 7,2 50 2,4
92 U 1,8 3,4 0,58

Tabel. 16 unsur−unsur yang ada di dalam kerak bumi


2 0
Unsur % berat % atom Jari atom (A ) % volum
O 46,60 62,55 1,40 91,7
Si 27,72 21,22 0,26 0,2
Al 8,13 6,47 0,53 0,5
Fe 5,002 1,92 0,77 0,5
Mg 2,09 1,84 0,72 0,4
Ca 2,63 1,94 1,12 1,5
Na 2,83 2,64 1,16 2,2
K 2,59 1,42 1,60 3,1
Pada kedua data tersebut memberikan gambaran yang jelas tentang kerak bumi
secara keseluruhan karena sampel juga diambil kerak dibawah lautan.
Tabel 17. Unsur−unsur utama dalam kerak bumi

Elemen % Elemen %
Oksigen (O) 46,71 Karbon (C) 0,094
Silikon (Si) 27,69 Mangan (Mn) 0,09
Alumunium (Al) 8,07 Belerang (S) 0,08
Besi (Fe) 5,05 Barium (Ba) 0,05
Calsium (Ca) 3,65 Chlor (Cl) 0,045
Natrium (Na) 2,75 Chrom (Cr) 0,035
Kaluim (K) 2,58 Fluor (Fr) 0,029
Magnesium (Mg) 2,08 Zirkon (Zr) 0,025
Titanium (Ti) 0,62 Nikel (Ni) 0,019
Hidrogen (H) 0,14 Unsur−unsur lain 0,063
Posphor (P) 0,13

BAB IV
TERMODINAMIKA DAN KIMIA
HABLUR

Geokimia telah dikemukakan dimuka meliputi kelimpahan,taburan dan


perpindahan unsur−unsur kima di dalam bumi. Konsep geokimia menjadi
sangat penting apabila dapat menunjukkan hubungan di antara atom, ion dan
molekul hablur dengan faktor−faktor yang menentukan adalah keadaan
keseimbangan masing−masing.
TERMODINAMIKA
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari
hubungan antara panas dan bentuk energy energy lain (kerja).
Termodinamika
sangat penting dalam kimia, sebab dengan menggunakan termodinamika kita
dapat menduga apakah reaksi dapat berlangsung atau tidak, dan apabila reaksi
itu berlangsung , dapat dicari kondisi yang bagaimana yang dapat
memaksimalkan produk. Tetapi termodinamika mempunyai kelemahan yaitu
tidak dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan reaksi.
Suatu sistem termodinamika dicirikan oleh sifat−sifat dasar antara lain
a. Sifat−sifat yang dimiliki zat ; banyaknya zat, volum dan entropi
yang tergantung banyaknya zat di dalam sistem
b. Sifat intensif suhu, tekanan dan sifat kimia yang tidak tergantung kepada
banyaknya zat dalam sistem.
Jumlah tenaga semua jenis tenaga yang terkandung dalam sistem disebut
tenaga dalam (E). Tenaga ini hanya tergantung kepada keadaan sistem dan tak
boleh ditentukan dalam nilai−nilai mutlak.
Hukum termodinamika I : Bahwa tenaga tidak dapat dimusnahkan dan
diciptakan. Jika sistem mengalami perubahan keadaan, dan E 1 adalah tenaga
dalam pada keadaan pertama, dan E2 adalah tenaga dalam pada keadaan
kedua, maka 6E = E2 − E1
Jika dalam perubahan ini sejumlah q = tenaga diserap oleh sistem dalam
bentuk panas dan w tenaga hilang dari sistem sebagai kerja mekanik, maka
6E = q + w atau dE= dq+dw
q bertanda + (positip) bila energy diserap
sisntem q bertanda − (negatip) bila energy
dilepas sistem W bertanda + (positip) bila sistem
dikenai kerja
W bertanda − (negatip) bila sistem melakukan kerja
6E = perubahan energy dalam sistem
q = kuantitas panas
Kerja mekanik, dw, biasanya ditentukan dengan mengukur perubahan volum
zat dv berlawanan dengan tekanan hidrostatik P, dw = PdV
Oleh sebab itu dE = dq − PdV
HUKUM TERMODINAMIKA II
Hukum termodinamika II sehubungan dengan entropi. Hukum ini dapat
dikatakan sebagai berikut ; Sitiap proses spontan dalam sistem terisolasi akan
meningkat entropinya. Pernyataan ini mempunyai implikasi yang luas:
Apabila kita anggap alam semesta sebagai suatu sitem yang terisolasi, maka
setiap proses yang terjadi di dalam alam semesta akan meningkatkan total
entropi dalam alam semesta tersebut. Dengan kata lain, dengan adanya berbagai
macam proses dalam alam semesta, maka ketidakteraturan alam semesta
cenderung meningkat. Tidak ada satu carapun untuk menghindari
ketidakteraturan ini. Pada kenyataan setiap kejadian merupakan proses
pembaharuan.
Hukum termodinamika II meramalkan bahwa derajat ketidakteraturan dalam
alam semesta akan terus meningkat. Entropi akan terus meningkat sampai
sauatu saat entropi akan maksimum. Dalam keadaan ini, tidak ada proses yang
dapat berlansung dan segala sesuatu akan mati.
PROSES REVERSIBEL DAN IRREVERSIBEL
Dalam suatu sistem, proses reversible adalah suatu proses yang berlangsung
sedemikian sehingga setiap bagian sistem mengalami perubahan dikembalikan
pada keadaan semula tanpa menyebabkan suatu perubahan lain. Perhatikan
proses berikut:
SPONTAN

KEADAAN 1 KEADAAN 2

NONSPONTAN

Bila keadaan 2 dapat dikembalikan kekeadaan 1 tanpa menyebabkan perubahan


lain baik di dalam maupun di luar sistem, maka dikatakan bahwa proses bersifat
reversible sejati. Misalkan keadaan 1 adalah es, sedang keadaan 2 adalah air.
Pada suhu ruang es akan mencair secara spontan dengan sendirinya. Dapatkah
air pada suhu ruang ini dapat dirubah menjadi es kembali tanpa ada
menyebabkan perubahan lain?. Jawabnya adalah tidak. Bila kita menggunakan
freezer untuk membekukan air, kita harus menggunakan listrik sebagai sumber
energy yang secara tidak langsung akan meningkatkan entropi alam semesta.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa semua proses spontan adalah
irreversible.
Bila keadaan 1 menjadi keadaan 2 dapat berlangsung tanpa menimbulkan
entropi alam semesta (S alam semesta = 0), maka proses diatas merupakan
proses reversible sejati. Dalam kenyataan keadaan reversible sejati tidak tidak
dapat dicapai, sehingga proses reversible yang dapat kita amati merupakan
proses reversible ideal.
Secara termodinamika , entropi dapat didifinisikan sebagai berikut;
6S = qreversibelƒT. Yang berarti perubahan entropi suatu sitem adalah jumlah
pertkaran panas antara sistem dengan lingkungan yang bersifat reversible dibagi
dengan suhu.
Dalam proses bolak−balik, perubahan entropi (ds) suatu sitem ditentukan oleh
sejumlah panas (dq) yang diterima oleh sistem dibagi suhu mutlak (T), yaitu ds
= dqƒT. Untuk sebarang proses spontan yang tidak bolak−balik ds > dqƒT. Untuk
proses yang bolak−balik , persamaan menjadi dE = T ds − PdV.
Oleh sebab banyaknya proses berlaku pada tekanan suatu sistem dengan
melibatkan tenaga panas dan tenaga mekanik, dan keadaan demikian panas
yang diserap oleh sistem dari sekelilingnya sama dengan (E + PV) yang disebut
etalpi sbb H = E + PV
Oleh sebab itu sebarang perubahan entalpi adalah dH = dE + dPV + PdV
Jika dp=0, maka dH = dq yaitu, perubahan entalpi dalam sembarang proses yang
berlangsung pada tekanan tetap.
Tenaga bebas Helmholtz (A) dan tenaga bebas Gibbs (G) dituliskan dalam
persamaan berikut; A = E − TS
G = E − TS + PV
Tenaga Gibbs penting terutama dalam hubungannya dengan proses yang
berlangsung pada suhu dan tekanan tetap, dalam keadaan ini ; dG = dE − T dS
+ P dV. Jika proses bolak−balik; dE = T dS + P dV dan dG = 0
Pada sembarang proses bolak balik pada tekanan tetap, jika keseimbangan
terjadi maka energi yang muncul dinamakan energy bebas Gibbs.
Semua proses geokimia pada dasarnya boleh dianggap menuju pada
kesetimbangan pada kondisi tekanan dan suhu tetap pada waktu yang lama.
Kesetimbangan terjadi tidak dapat bertahan lama karena pengaruh fisik dari zat
seperti halnya pada metemorf batuan kesetimangan akan terjadi tidak pada
pada suhu biasa. Pada proses bolak balik dalam suatu sistem dimana ,
maka temperature dan tekanan tercapai keseimbangan , persamaan diberikan
sbb;
d(−6GƒT) = 6H
2
dT T
Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika 6H positif, maka kenaikan suhu
menjadikan 6G lebih negative yaitu jika panas diserap dalam sistem,
pertambahan suhu menyebabkan proses bolak−balik mendekati akhir. Jika 6H
negative mengakibatkan kenaikan suhu mengakibatkan proses bolak balik dalam
sistem akan berhenti.
Pada perubahan tekanan persamaan menjadi d 6GƒdP = 6V, dengan 6V
merupakan perubahan volum dalam sistem, jika 6V negative, kenaikan tekanan
akan berpengaruh terhadap 6G kearah negative, sehingga proses bolak−balik
menuju akhir. Pada tekanan tinggi akan mengakibatkan terbentuknya bahan
dengan volume rendah memiliki berat jenis tinggi.
Termodinamika penting dalam geokimia karena memberikan suatu
pendekatan umum bagi mengatasi masalah kestabilan, keseimbangan dan
perubahan walaupun hanya secara kualitatif.
Salah satu kegunaan termodinamika dalam menyelesaikan geokimia ialah
kajian tentang kestabilan jadeit, NaAlSiO6 (Kracek dkk., 1951). Jadeit terjadi pada
batuan metamorf. Berikut hasil penelitian termodinamika oleh Kracek dkk
terhadap terbentuknya jadeit sbb;
NaAlSiO8 NaAlSi2O6 + SiO2
NaAlSiO4 + NaAlSiO8 2 NaAlSi2O6
NaAlSiO4 + SiO2 NaAlSi2O6
Dengan mengukur panas larutan dalam HF albit (NaAlSiO 8), nafelin (NaAlSiO4),
jadeit dan kuarsa, perubahan entalphi (6H) dari proses reaksi bolak balik diatas,
dengan diketahui 6H masing−masing reaksi bolak−balik diatas maka besarnya
energy bebas (6G) dapat diperkirakan sbb;
0
6G = 6H − T6S. Pada percobaan yang dilakukan pada kondisi standar (25 C dan
1 atm) proses reaksi terjadi kearah kanan dan kiri (yaitu jadeit tak akan
terbentuk). Bilamana reaksi bolak−balik pada keadaan yang lain akan terbentuk
jadeit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadeit adalah lebih stabil pada suhu
dan tekanan biasa dari pada campuran albit dan neftelin, atau neftelin dan
kuarsa.
HUKUM TERMODINAMIKA III
Hukum termodinamika III menyatakan bahwa entropi suatu Kristal sempurna
pada suhu nol mutlak adalah nol. Tidak ada cara yang dapat digunakan untuk
mengukur nilai absolute entalpi. Berlainan dengan entalpi, berdasarkan dengan
HK Termodinamika III, entropi absolut dapat ditentukan dan entropi absolut
selalu positip. Hubungan entropi dengan kapasitas panas adalah:
ST = J CpƒT dT
Dimana;
0
ST = entropi absolute pada suhu T K
Cp = kapasitas panas pada tekanan tetap
0
Pada suhu yang sangat rendah (< 10 K), dimana pengukuran kapasitas panas
sukar dilakukan, nilai entropi ditentukan dengan cara ekstrapolasi. Gambar 2
memperlihatkan bagaimana hubungan antara suhu dan entropi secara umum.
Entropi molar
standar absolut
(J mol−1 K−1) CAIRAN GAS

Ektrapolasi PADATAN II CAIRAN

PADATAN I PADATAN II

0
K
T1 T2 T3

Gambar 2. Vareasi nilai entropi absolut pada berbagai suhu yang berbeda

Perubahan entropi selama perubahan fasa yaitu dari padat ke cair, cair ke gas,
dan padatan II ke padatan I (padatan II dan I mempunyai bentuk Kristal yang
berbeda) seperti pada gambar 2. Dalam hal ini perubahan fasa berlangsung
revrsibelm, persamaan sbb;
6S I ke II = 6HI ke IIƒT1

6Speleburan = 6HpeleburanƒT2

6Spenguapan = 6HpenguapanƒT3

T3 = titik didih, T2 = titik lebur, dan T2 = titik transisi


ENERGI BEBAS GIBBS
Menurut hukum termodinamika II, jika proses yang terjadi dalam alam
semesta baik peristiwa fisika maupun kimia berlangsung secara spontan, maka
entropi alam semesta akan meningkat. Secara matematik hal di atas dapat
ditulis;
6Salam semesta > 0
Tetapi apabila proses berlangsung dalam suatu sistem yang merupakan bagian
dari alam semesta, selain perubahan entropi sistem, perubahan entropi
sistem, perubahan entropi lingkungan sekeliling sistem juga
harus diperhatikan. Secara matematik hubungan dapat ditulis ;
6Salam semesta = 6Ssistem + 6Slingkungan

Untuk reaksi spontan berlaku : 6S sistem + 6S lingkungan > 0


Miyasaro (1960), proses bolak−balik bahan padat yang biasa pada kondisi
geologi perubahan energy kecil. Dalam keadan ini tenaga bebas pada proses
0
bolak−balik pada kondisi suhu T K dan tekanan P atm diberi persamaan
0 0
berikut; 6GT,P = 6H 298 − T 6S 298 + P 6V
0 0
6H 298 = perubahan enthalpy proses bolak−balik pada 298,16 K, yaitu
0
25 C,
dan 1 atm
0 0
6S 298 = perubahan entropi proses bolak−balik pada 298,16 K dan 1 atm
0
Dengan semua fasa dalam keadaan padat, 6S 298 dan 6V selalu
0
kecil dibandingkan dengan 6H 298 . Maka energy pada proses bolak balik
0 0
seperti ini, pada 25 C dan 1 atm besarnya 6H 298 hampir sama
dengan tenaga bebas proses bolak balik pada sebarang suhu dan tekanan
(6GT,P ). Dengan kata lain di dalam proses bolak−balik fasa padat ,
energy bebas hampir sama pada keseluruhan proses dengan perbedaan
sembarang suhu dan tekanan, ini ditunjukkan pada proses berikut;
Mg2SiO4 + SiO2 2 MgSiO3
forsterit kuarsa klinoenstalit

0
Perubahan enthalpy 6H 298 = − 2300 kalƒmol
0
Entropi 6S 298 = − 0,35
0 3
Perubahan 6V 298 = −4,0 cm ƒmol, sehingga energy bebas pada proses bolak
balik
dapat dihitung sbb; 6GT,P = −2300 + 0,35 T − 0,097 P; (6V selalu dibagi
dengan angka 41,3 untuk konversi menjadi kalƒmol).
Jelas bahwa suhu dan tekanan terhadap energy bebas pada proses bolak balik
0
sangat kecil. Perubahan suhu 500 C akan mengubah tenaga bebas sebanyak 175
kal, dan perubahan tekanan 1 000 atm akan merubah tenaga bebas kurang dari
100 kal.
Contoh lain reaksi bolak−balik;
½ NaAlSiO4 + SiO2 ½ NaAlSi3O8 (1)
Nafelin kuarsa albit

6GT,P = − 2500 − 0,05 T + 0,016 P


KAlSi2O6 + SiO2 KAlSi3O8 (2)
leusit kuarsa ortoklas

6GT,P = − 4800 + 1,46 T − 0,053 P


Dengan contoh diatas menunjukkan bahwa perbedaan 6GT,P dengan 6H298 tidak
jauh.
Kita boleh menggunakan data yang ada untuk kepentingan petrogenik.
Jika kandungan SiO2 di dalam batuan yang terdiri dari klinoestatit , albit dan
ortoklas menjadi berkurang menunjukkan bahwa reaksi perubahan klinoestatit
menjadi fosterit memerlukan energy bebas kecil, ini diikuti oleh penukaran albit
ke nefelin dan akhirnya penukaran ortoklas ke leosit.
Perbedaan pada proses reaksi bolak−balik antara (1) dan (2) diatas tidak
besar dan berlangsung pada tekanan tinggi, seperti pada kedalaman 100 km dan
200 km. Ketidak stabilan silica mengakibatkan perubahan dari albit ke nefelin
sebelum pembentukan piroksin (Mg,Fe)SiO3 ke olivin (Mg,Fe)2SiO4
STRUKTUR HABLUR
Ciri hablur yang paling nyata berdasarkan luasnya yang membesar secara
bebas. Kristalografi morfologi, yaitu kajian tentang hubungan geometri diantara
permukaan hablur, menunjukkan bahwa setiap hablur dapat diklasifikasi menjadi
32 kelas berdasarkan semetrinya. Dalam uji sinar X bahwa didalam suatu hablur
bahwa susunan atomnya tersusun secara sistematik. Susunan atom tersebut
memainkan peranan penting dalam menentukan sifat −sifat fisik dan kimia
hablur. Struktur−struktur bablur berbagai atom telah dapat ditentukan. Banyak
para ahli dalam bidang ini menggunakan struktur hablur untuk mengkaji bahan
berhablur di dalam mineral. Hasilnya dipakai bidang geokimia untuk
menentukan struktur atom dalam mineral.
Bagian dari struktur hablur yang kita bicarakan adalah atom (termasuk di
dalamnya ion). Atom−atom memiliki muatan listrik yang tersebar di seluruh
o −8
ruangan dan memiliki jari−jari dengan ukuran A ( 1 Angstrom = 10 cm). jari−jari
dapat ditentukan tidak hanya berdasarkan sifat unsure tersebut tetapi juga
dipengaruhi oleh atom sekelilingnya. Contoh jari−jari atom natrium di dalam
o
logam natrium adalah 1,86 A , sedangkan jari−jari atom natrium dalam garam
o
natrium 1,02 A .
Dengan mengetahui sifat dari jenis atom yang berbeda −beda dapat
diklasifikasi dalam empat jenis ikatan kimia ;
a. Ikatan logam (koheren logam)
b. Ikatan ion atau kutub (ikatan kation dan anion ex; garam dapur)
c. Ikatan kovalen atau koordinat (terdapat dalam hablur−hablur ex
;intan)
d.Ikatan van der waals (koheren, gas berubah membentuk padatan
dalam suhu rendah)
Dari empat jenis ikatan atom itu akan memberikan sifat bahan−bahan yang
berbeda berdasarkan struktur hablur (sifat fisik & kimia).
Teori ikatan kimia dapat dipakai untuk menerangkan kimia hablur.
Termasuk dalam hal ini adalah pembagian elektron termasuk orbit−orbit atom
dan hubungannya dengan tenaga atom. Hal ini dapat dipakai untuk
membedakan sifat fisik diantara grafit dan intan, kedua−duanya merupakan
unsure karbon. Karbon mempunyai enam elektron di dalam
x y konfigurasinya;
2 2 1 1
1s 2s 2p 2p
2
Orbit 2pz adalah kosong. Di dalam grafit, orbit 2sp dibentuk dari orbit 2s, 2pz
dan
2p3.
Teori medan hablur, berkaitan dengan ikatan unsure−unsur logam unsure
peralihan dengan elektron orbit d dapat digunakan untuk memahami dan
membuat ramalan tentang geokimia unsure−unsur penting ini. Perbedaan pada
unsure−unsur peralihan dan kation lain dengan muatan ion yang sama akan
memberikan kestabilan tenaga medan hablur oleh pengaruh ikatan elektron
orbit d di dalam medan listrik, yang diwujudkan oleh anion yang mengelilingi
kedudukan penting kation di dalam hablur. Contoh ion bivalen Ti, V, Cr, Fe, Co,
Ni, dan Cu mendapat kestabilan tenaga dalam kedudukan octahedron.
Mn, Zn, dan unsure bukan peralihan yang berukuran sama tidak memiliki
kestabilan tenaga.
KEADAAN KRISTAL
Dalam mempelajari keadaan Kristal, akan lebih mudah bagi kita untuk
memahaminya abila kita memandang Kristal secara geometric. Yang dimaksud
dengan geometric disini kita memandang Kristal sebagai kumpulan atom atau
molekul yang tersusun secara teratur dalam ruang. Susunan yang teratur
ini
dikenal dengan nama kisi. Dari gambar 3 memperlihatkan suatu contoh dari kisi
satu dimensi.

titik kisi
a
Gambar 3. Kisi satu dimensi, a = besaran vector
Kisi satu dimensi dapat dinyatakan dengan satu parameter kisi. Parameter kisi ini
merupakan suatu besaran vector, jadi mempunyai besar dan arah serta dapat
dinyatakan sebagai a.
Gambar 4. Memperlihatkan kisi dua dimensi yang merupakan pengembangan
dari kisi satu dimensi. Pada kisi dua dimensi, semua titik kisi dapat dihubungkan
dengan garis membentuk pola garis yang teratur. Selain itu kita dapat membagi
kisi tersebut ke dalam sel. Setiap unit sel dinyatakan oleh dua vector a’ dan b’
(unit sel dapat dianggap sebagai unit ulangan dari kisi).
titik kisi

X
b’

Gambar 4. Kisi dua dimensi, a’ dan b’ = besaran vector dan Þ = sudut antara a’
dan
b’
Kisi tiga dimensi atau kisi ruang dapat dilihat pada gambar 5. Kisi tiga dimensi
atau kisi ruang dinyatakan dengan 3 vektor, yaitu a”, b”, dan c”

a”

titik kisi

b”

c”
Gambar 5. Kisi tiga dimensi, a”, b” dan c”= besaran vector
þ = sudut antara a” dan c”
Þ = sudut antara b” dan c”
¾ = sudut antara a” dan b”

SISTEM KRISTAL
Dalam mempelajari Kristal, operasi simetri didefinisikan sebagai operasi
yang akan menstransformasikan Kristal ke bayangan, dimana antara Kristal dan
bayangan tidak dapat dibedakan. Operasi simetri diakibatkan adanya elemen
simetri. Gambar 6. Menunjukkan dua buah contoh elemen simetri. Bayangan
“tanda tanya” yang terbentuk pada cermin, tidak dapat dibedakan dengan
“tanda tanya” aslinya. Elemen simetri di atas disebut bidang kaca (atau bidang
simetri).
?

cermin

? bayangan cermin (terbalik)

(a) bidang cermin


Gambar 6. Beberapa elemen simetri

?
? 1800

(b) Sumbu rotasi two− fold


0
Pada contoh yang kedua rotasi “tanda tanya” sebesar 180 membentuk
bayangan yang juga tidak dapat dibedakan dengan “tanda tanya” yang aslinya.
Elemen semetri ini dinamakan two fold rotational axis.
Terdapat 32 kemungkinan kombinasi elemen simetri yang mengakibatkan
adanya 32 kelas Kristal. Tetapi klasifikasi kedalam 32 kelas ini dapat
disederhanakan dengan jalan mengelompokkan menjadi 6 sistem Kristal.
Walaupun ke 32 kelas Kristal merupakan hal yang lebih mendasar, tetapi yang
lebih sering digunakan adalah sistem Kristal. Hal ini disebabkan lebih mudah
bagi kita untuk mengelompokkan suatu Kristal berdasarkan bentuknya ke
dalam sistem Kristal dari pada mengelompokkan kedalam kelas berdasarkan
elemen simetrinya. Dalam beberapa buku ada yang mengelompokkan Kristal
menjadi 7 dan ada pula yang mengelompokkan menjadi 6. Hal ini masih ada
pertentangan antara heksagonal dan rombohedral.
Unit sel seperti yang didefinisikan pada table 18 berikut, disebut unit
primitive. Artinya semua titik terletak disudut unit sel dan tidak ada titik kisi
yang terletak dimuka atau tengah unit sel.
Tabel 18. Hubungan kisi−kisi dalam sistem kristal
Sistem Sumbu Sudut Contoh
0
1.Kubik a=b=c Þ=þ=¾=90 Garam dapur
0
2.Tetragonal a=b› c Þ=þ=¾=90 Timah putih
0
3.Artorombik a›b ›c Þ=þ=¾=90 Belerang rombik
0 0
4.Monoklinik a›b›c Þ=þ=90 ; þ›90 Belerang monoklik
0 0
5.Heksagonal a=b›c Þ=þ=90 ; ¾=120 grafit
0
5.a(Rombohedral) a=b=c Þ= þ= ¾ › 90 kalsit
0
6.Triklinik a›b›c Þ › þ › ¾› 90 CuSO4 5H2O

BIDANG DAN INDEKS MILLER


Kita telah mempelajari bagaimana kisi satu dimensi, dua dan tiga
dimensi dapat dinyatakan dengan parameter kisi. Misalnya bentuk kisi tiga
dimensi dalam ruang dapat dinyatakan dengan tiga buah vector; ketiga buah
vector tersebut
adalah parameter kisi. Tetapi dalam kristalografi sinar x, selain dapat dinyatakan
dengan parameter kisi, kisi dapat dinyatakan dengan “perangkat bidang”.
Sebagai contoh Gambar 7., setiap titik kisi dapat dihubung−hubungkan sehingga
membentuk garis lurus yang sejajar. Garis−garis sejajar ini dikenal sebagai
perangkat bidang atau lebih dikenal dengan bidang−bidang indeks Miller, karena
bidang bidang tersebut dinyatakan dengan tiga parameter (h, k, l).

(3,1,0)

interplanar spacing d120


perangkat bidang
(1,2,0)

b’
a’

Gambar 7. Menyatakan kisi dua dimensi dengan menggunakan bidang Miller


Indeks Miller suatu perangkat bidang dapat ditentukan dengan
memperhatikan berapa kali perangkat bidang memotong sumbu−sumbu unit sel.
Misal pada Gb 6 perangkat bidang (1,2,0) memotong sumbu c’ (karena kisi pada
Gb 6 adalah kisi dua dimensi). Peringkat bidang (3,1,0) memotong sumbu a’ tiga
kali (pada tiga posisi), memotong sumbu b’ sekali, dan tidak memotong sumbu
c’.
Ide seperti di atas dapat pula diterapkan pada bidang−bidang yang
terdapat dalam subuah Kristal. Kita dapat menggambarkan bidang−bidang
indeks Miller sedemikian sehingga semua titik kisi yang terletak dalam sebuah
Kristal tercakup dalam bidang−bidang tersebut.
Seiap perangkat bidang indeks Miller juga dicirikan dengan adanya
interplanar spacing (jarak) yang dinyatakan dengan menggunakan indeks Miller
sebagai subskrip.
Jadi d310 menyatakan interplanar spacing untuk bidang (3,1,0)

BAB V. MAGMATISME DAN BATUAN BEKU


Magma adalah cairan atu larutan sillikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
0
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900−1100 C dan berasal atau
terbentuk dari kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
Kalau batasan diatas adalah berdasarkan sifat fisik magma, maka secara kimia−
fisika magma adalah sistem komponen ganda (multi component system) dengan
fasa cairan dan sejumlah Kristal yang mengapung di dalamnya sebagai
komponen utama, disamping fasa gas pada keadaan tertentu. Beberapa batasan
dan hipotesis magma telah diberikan oleh para ahli seperti Grout (1947), Turner
& Verhoogen (1960), Taneda (1970) dll.
Hipotesis magma primer menurut Daly(1933).
1. Magma yang terisolasi pada earth−shell, bersifat heterogen dan
dapat dianggap mewarisi keadaan bumi semula. Kemudian adanya
pengaruh tekanan relief yang memadai akan menghasilkan apa yang
disebut liqua faction secara setempat dan berasal dari bahan habluran.
Pencairan batuan dapat dipengaruhi oleh tenaga panas yang diakibatkan
gesekan oleh akibat deformasi (deformation) & peluruhan mineral radio
aktif. Surutnya gas secara setempat pun akan menyebabkan terpisahnya
magma; pada umumnya magma jenis ini menggambarkan suatu lidah cair
yang terperas
ke atas dari asalnya yang jauh di daerah habluran di bawah permukaan
bumi.
2. Magma yang bersifat homogen, misalnya basalan habluran atau
eglokit yang meleleh, perubahan basaltic durovitreous menjadi liqua
vitreous akibat surutnya gas secara tempat, basalan yang tetap vitreous
kecuali pada bagian upper shell di mana bahan telah menghablur,
peridotit habluran dan karena pelelehan setempat akan mengakibatkan
terjadinya cairan basalan, serta liqua vitreous peridotite.
3. Magma primer tanpa spesifikasi awal, yaitu magma granitik dan
magma
basaltik.
Magma adalah bahan induk batuan beku. Lava adalah magma yang keluar
melalui lubang (kondoit) pada gunungapi. Kebanyakan magma membeku di
bawah permukaan dan bahan yang terakhir saja yang dapat dilihat yaitu batuan
beku. Magma diartikan sebagai bahan batuan yang melebur, mengandung fasa
uap yang hilang sewatu magma membeku, dalam proses ini memainkan peranan
yang penting dalam arah pembentukan hablur.
Menurut Bunsen magma” primer” terdiri dari dua jenis yaitu granit dan basalt,
dan batuan beku yang mengandung campuran batuan. Batuan beku yang
terdapat di bumi ini kebanyakan boleh dimasukkan ke dalam dua jenis ini : granit
dan basalt

SIFAT-SIFAT KIMIA MAGMA


Senyawa kimiawi magma, yang dianalisis melaui hasil konsolidasinya
dipermukaan dalam bentuk batuan gunungapi, dapat dikelompokkan menjadi :
1. Senyawa−senyawa volatil, yang terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH 4,
CO2, HCl, H2S, SO2, NH3 dll. Komponen volatil ini akan mempengaruhi magma
antara lain :
a. Kandungan volatil, khususnya H2O, akan menyebabkan pecahnya
ikatan Si−O−Si yang akan mempengarui inti Kristal. Apabila nilai viskositas
magma rendah, maka difusi akan bertambah dan pertumbuhan Kristal
akan tejadi.
b. Kandungan volatil, khususnya H2O, akan mempengaruhi suhu kristalisasi
sebagian besar fasa mineral. Pada beberapa jenis magma , fasa mineral
yang menghablur(order kristalisasi) akan berubah, sehingga terjadi
penyimpangan terhadap reaksi Bowen.
c. Volatil dalam magma menentukan besarnya tekanan selama proses
kenaikan magma ke permukaan.
d. Unsur−unsur volatil tersebut akan mempengaruhi jenis kegiatan
gunungapi seperti terbentuknya piroklastik, awan panas dan sebagainya;
disamping tekstur dan bentuk Kristal seperti lubang−lubang gas (vesicles).
e. Unsur−unsur volatil akan mempengaruhi proses pemisahan
unsur−unsur tersebut dari magma. Apabila tekanan total lebih besar dari
tekanan uap air dalam magma dengan catatan landaian tekanan rata−rata
dalam bumi adalah 0,28 k barƒkm, maka uap air atau gas tidak akan
terbentuk.
2. Senyawa−senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur−unsur
oksida dalam magma. Jumlahnya yang mencapai 99 % isi, sehingga merupaka
mayor element, terdiri dari oksida−oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na2O, K2O, TiO2 dan P2O5
3. Unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan
minor element , seperti Rubidium (Rb), Barium (Ba), Stronsium (Sr), Nikel
(Ni), Cobalt (Co), Vanadium (V), Croom (Cr), Lithium (Li), Sulphur (S) dan
Plumbum (Pb). Unsur−unsur jejak ini terdapat tidak sebagai oksida dan
tidak dapat digunakan sebagai dasar penggolongan magma. Unsur−unsur
ini sangat membantu dalam menentukan genesa magma, seperti halnya
kandungan Sr dan Pb dalam basal samodra mencirikan asalnya dari
selubung bumi. Gejala pelelehan sepihak (partial melting) akan
mengkonsentrasikan isoptop Sr87 dan Rn86. Sedangkan pelelehan selubung
bumi yang menghasilkan magma primer magma basaltic ditunjukkan oleh
perbandingan Sr87ƒSr86 > 0,704 dan Pb206ƒPb204 < 18,6. Lava basaltik dari
lantai samodra akan memiliki nilai perbandingan KƒRb tinggi (Charmichael,
1974). Sedangkan basal benua mengandung Ni, Cr dan Co yang lebih
rendah dari yang dikandung toleit samodera (Ringwood, 1975).
Komposisi gas gunung api, dalam persen isi, ternyata berbeda untuk setiap
jenis batuan dan gunungapi, seperti yang terlihat di Tabel 19 (Mc. Donald,
1972)
Kandungan 1 2 3 4

CO2 21,40 46,20 40,90 10,10


CO 0,80 0,70 2,40 2,00
H2 0,90 0,03 0,80 0,20
SO2 11,50 14,30 4,40 −

S2 0,70 0,00 − 0,50


SO3 1,80 38,80 − −
Cl2 0,10 0,00 − 0,40
F2 0,00 0,00 − 3,30
HCl − − − −
N dan gas jarang 10,10 16,60 8,30 0.90
H2O 52,70 71,40 43,20 82,50

Keterangan : 1. Kilauea, Hawai (Jaggar, 1940)


2. Mauna Loa, Hawaii (Shepherd, 1938)
3. Mt. Pelle, India Barat (Shepherd, 1927)

Gambar 8. Fenomena muculnya bahan volatil dari dalam kawah aktif

KLASIFIKASI MAGMA
Untuk mengklasifikasikan magma menggunakan pendekatan hasil analisa
batuan beku. Klasifikasinya berdasarkan kelimpahan komonen kimia terutama
kandungan silikat (SiO2). Komponen kimia silikat mencapai < 35 − 80 % berat,
komponen penyusun sbb :
a. mengandung silica >63 % SiO2 disebut tipe silicic atau acidic (tipe
magma asam)
b. mengandung silica 52−63 % SiO2 disebut tipe menengah
c. silikat rendah mengandung 45−52 % SiO2 disebut tipe basic (tipe
magma
basa)
d. mengandung silka < 45 % disebut tipe ultrabasic (tipe ultra basa)
JENIS DAN KLASIFIKASI MAGMA
1. Berdasakan % berat oksida (unsur non volatile)
UNSUR NON MAGMA ASAM MAGMA BASA
VOLATILƒOKSIDA
SiO2 65−75 45−58
Al2O3 12−16 13−17
Fe2O3 4−8 9−14
FeO
MgO 4−6 5−8
CaO
Na2O 6−9 3−5
K2 O
P2O5 0,02 − 0,54 0,15 − 0,53
MnO Kecil − 0,19 0,12 − 0,19
TiO2 0,15− 1,2 1,3 − 3,1
2. Berdasarkan kandungan SiO2 atau derajad keasaman (acidiy)
JENIS MAGMA KANDUNGAN SiO2 (% berat)
Magma asam 66
Magma menengah 52− 66
Magma basa 45 − 52
Magma sangat basa 45

3. Berdasarkan % berat perbandingan alkali (alkali ratio weight %), dimana


magma alkali mempunyai harga (Na2O + K2O) lebih besar dari Al2O3
4. Bedasarkan harga alkali lima indek (¾) menurut Peacock (1931)
JENIS MAGMA HARGA TIPE MAGMA
Alkali 51 Atlantik
Alkali−kalsik 51− 56
Kalsik−alkali 50 − 61 Pasifik
Kalsik 61

5. Berdasarkan harga suit index (S) menurut Rittmann (1952,


1953) Klasifikasi ini terutama magma tipe Pasifik (kerabat kapur
alkali)
HARGA SUITE INDEKS HARGA p JENIS MAGMA
1 70 Kapur alkali ekstrim
1 − 1,8 65 − 70 Kapur alkali kuat
1,8 − 3 60 − 65 Kapur alkali menengah
3−4 55 − 60 Kapur alkali lemah
6.Berdasarkan harga indeks pembekuan (solidification index, SI), menurut
Kuno (1980).
Dari contoh batuan yang dianalisis apa bila kecenderungan menurunnya
indeks pembekuan , maka magma bersifat asam. Sebaliknya apabila harga
indeks pembekuan meninggi, maka magma bersifat basa. Dengan rumus sbb:
100 Mg
Indeks pembekuan magma =
(Mg0+Fe203+Fe0+Na20+K20

7. Berdasarkan kimiawi dan mineralogi, kennedy


(1933) mengklasifkasi
beberapa tipe magma, yaitu;
a. Tipe magma toleit, dicirikan oleh ketidakhadiran olivine, dengan
mineral utama adalah pigeonit, augit dan ortopiroksin.
b. Tipe magma basal olivine , mengandung piroksin (augit), alkali feldspar,
nefelin, zeolit dan olivine.
Meskipun kedua tipe magma ini paling banyak dijumpai, dikenal pula tipe
peralihan yaitu tipe magma shoshonit (Joplin, 1968; dalam Charmichael,
1974).
8.Berdasarkan kandungan gas, menurut jaggar (1958; dalam Rittmann, 1962).
a. Hipomagma, bersifat tidak jenuh gas (undersaturated) dan dapat
terbentuk pada tekanan besar.
b. Piromagma, jenuh gas atau banyak mengandung gas
c. Epimagma, miskin gas sehingga dapat disamakan dengan lava yang belum
dierupsikan.
9.Berdasarkan genesa, menurut Sederhol (1959; dalam Rittmann 1962)
a. Magma hibrit, di mana melalui proses hibridisasi dua jenis magma
yang terpisah membentuk magma baru
b. Magma sintetik, yaitu magma yang komposisinya berubah karena
proses asimilasi. Proses pembentukan magma sintetik disebut
sinteksis, di mana magma sintetik dapat merupakan akibat lanjut dari
pelarutan batuan asing (umumnya sedimen), yang selain melebur juga
mengubah komposisi magma.
Contoh ;
Asimilasi magma asal dengan batulempung :
CaMgSi2O6 + (OH)4Al2Si2O5 ( CaAlSi2O6 + MgSiO3 + SiO2 +
2 H 2O
(diopsid) (kaoilin) (anortit) (enstatit) (kuarsa)

Asimilasi magma asal dengan


batugamping: CaMgSi2O6 + CaCO3 (
Ca2MgSi2O7 + CO
(diopsid) (gamping) (akermanit) (gas)
Magma anatektik, yaitu magma baru yang terjadi akibat peleburan batuan pada
kedalaman yang besar, melalui proses anateksis.
Komposisi kimiawi magma juga disimpulkan dari batuan gunungapi
yang merupakan hasil pembekuan magma.
1. Kandungan oksigen berdasarkan kelimpahan atomnya adalah 58 − 65
%. Sedang berdasarkan persen berat adalah 45 hingga 50 %, dan sekitar
94,5 % berdasarkan isi.
2. Kandungan SiO2 pada kebanyakan hasil analisis kimiawi batuan beku
berkisar antara 35 dan 75 % berat.
3. Kandungan Al2O3 antara 12 − 18 % berat, pada kebanyakan batuan
beku; dan mencapai 20 % pada batuan menengah yang mempunyai
kandungan SiO2 sekitar 45 %.
4. Pada batuan beku yang berkadar SiO2 rendah (basa), kandungan
Fe2O3, FeO, MgO dan CaO berkisar antara 20 % hingga 30 %; sedang
dalam batuam asam kira−kira 50 %.
5. Kandungan rata−rata Na2O dan K2O berkisar antara 2,5 hingga 4 %
berat. Dalam batuan beku yang bersifat alkalin (intermediate silica
content), kandungan Na2O lebih dari 8 % dan K2O sekitar 6 % berat
(jarang sekali yang melebihi 10 %, Carmichael, 1974).

Gambar 8. Fenomena muculnya bahan volatil dari dalam kawah aktif

Tabel 20. Klasifikasi tipe batuan volkanik berdasarkan komponen kimiawinya


Al2O3 saturated
classes
SiO2 (wt%) Peraluminious Metaluminious Subaluminious
Peralkaline Acid > 68 rhyolite or
pantellerite
obsidian comendite
63−68

rhy
od
aci
te
da
cit
e
Latite trachyte
intermedite 57−63 andesite
phonolite 52−57 mugearite
tholeiitic basalt
hawaiite
basic 45−52 alkali basalt
basanite
ultrabasic < 45 nephelinite
leucite

Molecular Al2O3 > (CaO + Na2O + K2O)


Molecular Al2O3 < (CaO + Na2O + K2O) and Al2O3> (Na2O + K2O)
Molecular Al2O3 = (Na2O +
K2O)
Molecular Al2O3 < (Na2O + K2O)

KANDUNGAN KIMIA MAGMA DAN BATUAN BEKU


Clarke dan Washington
SiO2 Al2O3 Fe2O3 FeO MgO CaO Na2O K2O H2O TiO2
59,14 15,34 3,08 3,80 3,49 5,08 3,84 3,13 1,15 1,05

Angka ini hanya perkiraan tidak mewakilikandungan magma primer , karena


sampel yang dianalisis mengambil dari batuan beku, dan unsur−unsur yang
ada didalam magma seperti adanya unsur−unsur : O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na,
dan K, menunjukkan bahwa magma adalah sistem multi komponen dari
unsur−unsur diatas dan yang lain.
Oksida yang terdapat di dalam batuan beku adalah SiO2 (30−80%)
terjadi perbedaan disetiap temapat. Terdapat dua frekwensi maksimum yang
berbeda yaitu terdapat 52,5% dan 73,0 % adalah yang terbanyak. Ini selaras
dengan kajian lapangan bahwa batuan beku yang paling banyak adalah granit
dan basal. Alumina kandungannya berubah ubah antara 10 hingga 20 %.
Kandungan Al2O3 merupakan ciri−ciri batuan yang kurang mengandung
feldspar yaitu jenis ultrabasa. Kandungan Al2O3 yang tinggi merupakan ciri
batuan anatorsit dan batuan yang banyak mengandung naftelin. Soda Na2O
biasanya menunjukkan perbedaan yang besarnya antara 2 sampai dengan 5
%, kandungan Na2O jarang melebihi 15 %. Lengkung bagi K 2O adalah kurang
seragam, tetapi kebanyakan kandungan K2O kurang dari 6 % dan jarang
melebihi lengkung FeO dan Fe 2O3. Jumlah oksida besi dalam batuan beku
jarang yang melebihi 15 % , kecuali dalam bijih magma besi. Kandunan MgO
dalam batuan beku sangat rendah dan hanya jenis ultrabasa yang kaya akan
piroksin dan ƒatau olivine yang mempunyai
kandungan MgO lebih dari 20 % , CaO dalam batuan beku kurang dari 5 %,
adakalanya kandungan CaO mencapai 8 % pada batuan basalt.
Kandungan komponen minor dalam batuan beku pada umumnya adalah
TiO2, P2O5, dan MnO.

KANDUNGAN MINERAL BATUAN BEKU


Walaupun lebih daripada 1000 mineral berlainan diketahui, namun jumlah
spesies yang terdapat di dalam batuan beku lebih dari 99 %. Adalah 7 mineral
utama yaitu yang dapat ditemui : (mineral silika, feldspar, felspatoid, olivin,
piroksin, amfibol dan mika) selain itu yang dapat ditemui adalah ; magnetit,
ilmenit dan apatit saja yang detemui dan dalam jumlah yang sangat kecil. Kajian
statistik dari kurang lebih 700 batuan beku secara petrografi menunjukkan
bahwa rata−rata kandungan mineral di dalam batuan beku adalah: kuarsa 12 %,
feldspar 59,5 %, piroksin dan hornblend 16,8 %, biotit 3,8 %, mineral titanium
1,5 %, apatit 0,6 % dan mineral sampingan yang lain 5,8 %.
MINERAL SILIKA
Silika terdapat pada ketujuh macam mineral yang berlainan : kuarsa
(termasuk kalsedoni), tridimit, kristobalit, opal, lekatelierit, koesit, dan stishovid.
Di antara semua ini yang mudah didapati adalah kuarsa, trimidit dan kristobalit
banyak dijumpai pada batuan volcano; opal tidak mudah didapat; lekatelierit
(kaca silica) sangat jarang didapati. Koesit dan stishovit merupakan mineral
bertekanan tinggi yang pertama kali dibuat di makmal dan kemudian ditemukan
pada batu pasir yang terdapat di kawah meteor, di Arizona. Terbukti mineral
koesit dan stishovit terbentuk pada tekanan tinggi yang tiba−tiba.
Kuarsa, kristobalit dan trimidit adalah mineral silikat yang terdapat pada
batuan beku, mempunyai kestabilan pada suhu masing−masing: kuarsa sampai
o o
suhu 867 C pada tekanan 1 atm; trimidit 867−1470 C pada tekanan 1 atm; dan
o
kristobalit pada suhu 1470 − 1713 C tekanan 1 atm. Sistem satu komponen SiO 2
telah dikaji dengan mendalam dalam berbagai kondisi suhu dan tekanan
(gambar 8)
Dengan penambahan sedikit air ke dalam sistem ini akan menghasilkan
o
sesuatu yang agak besar. Ini telah dikaji pada 1300 C dan tekanan uap air
2
2000kgƒcm . Garis putus−putus di dalam gambar 8, pada tekanan yang melebihi
2 o
1400kgƒcm , kuarsa melebur pada suhu kurang lebih 1125 C , penurunan suhu
o
kira−kira 600 C dari titik leburnya silica cair mengandung air kurang dari 2,3 %.
Medan kesetabilan tridimit menjadi semakin kecil. Dalam sistem kering , tridimit
tidak mempunyai titik lebur yang stabil, tatapi dengan uap air tridimit melebur
2
menjadi menjadi cairan hidrus pada tekanan melebihi 400 kgƒcm
KUMPULAN FELDSPAR
Feldspar mineral yang mudah ditemui ada dua jenis yaitu feldspar barium
dan kalium. Formula bagi feldspar dapat ditulis sebagai WZ 4O8 dengan W
adalah : Na, K, Ca dan Ba dan Z adalah Si dan Al. Perbandingan Si : Al berubah
ubah dari 3:1 dan 1:1. Feldspar mengandung sedikit Al. Struktur feldspar
merupakan suatu rangkaian tetrahedron SiO4 dan AlO4 dalam tiga dimensi yang
berhubungan , dengan natrium dan kalium, kalsium dan barium. Feldspar yang
mengandung barium jarang ditemukan dan tidak penting di dalam mineral
pembentuk batuan maka tidak dibicarakan lebih lanjut. Feldspar sebagai sistem
tiga komponen dan komponen−komponen itu ialah KAlSi3O8, NaAlSi3O8 dan
CaAl2Si2O8
FELDSPATOID
Feldspatoid adalah kumpulan silikat aluminium yang terdapat di tempat
feldspar apabila magma yang kaya dengan alkali tidak mengandung silica.
Feldspatoid tidak pernah bersekutu dengan kuarsa primer. Mineral berikut yang
termasuk di dalam feldspatoid :
Leusit : KAlSi2O6
Kaliofilit : KAlSiO4
Kalsilit : KAlSiO4
Nefelin : NaAlSiO4
Sodalit : Na8Al6Si6O24(Cl2)
Nosean : Na8Al6Si6O24(SO4)
Kankrinit : Na8Al6Si6O24(HCO3)2
Analsim, NaAlSi2O6.H2O, adakalanya dimasukkan di dalam kumpulan feldspatoid;
mineral ini selalu muncul sebagai mineral primer di dalam batuan baku yang
tidak bersilika.
Feldspatoid bukanlah merupakan suatu mineral yang homogen seperti feldspar
atau piroksin. Leusit merupakan feldspatoid kalium yang banyak dijumpai dalam
batuan gunungapi
KUMPULAN PIROKSIN
Piroksin adalah satu kumpulan mineral yang berhubungan erat dengan
sifat Kristal, menghablur dengan dua junis ortorombus dan monoklinik. Cirri−ciri
kumpulan ini ditunjukkan oleh struktur luar atom yang sama. Kumpulan
tetrahedron SiO4 dihubungkan bersama menjadi rantai dengan bergabung
dengan satu aton oksigen dengan kumpulan yang ada disebelahnya yaitu dua
atom oksigen disetiap kumpulan berhubungan dengan dua kumpulan yang
terletak di kedua sisinya dengan perbandingan Si : O adalah 1 : 3.
Kandungan kimia piroksin formulanya dapat dinyatakan sebagai berikut :
(W)1−p(X Y)1+PZ2O6, dengan simbol W, X, Y dan Z merupakan unnsur−unsur yang
mempunyai jari−jari ion yang sama, dapat salaing tukar di dalam struktur
piroksin, unsur−unsur itu adalah :
W : Na, ca
+2
X : Mg, Fe , Li, Mn
+3
Y : Al, Fe , Ti
Z : Si, Al (jumlah sedikit)
Piroksen terbagi menjadi dua bagian yaitu ortorombus dan monoklin.
Berdasarkan kandungan kimia dan sistem hablur beberapa spesies dapat
diketahui :
Piroksin Ortorombus :
Enstatit :
(MgSiO3)
Hipersten : (MgFe)SiO3
Piroksin Monoklinik :
Klinoenstatit : (MgSiO3);
Klinohipersten :
(Mg,Fe)SiO3; Dopsida :
(CaMgSi2O6); Hedenbergit :
2+
CaFe Si2O6
Augit : Mineral perantaraan diantara diopsida dengan hendenbergit
Dengan sedikit Al.
Pigeonit : Perantaraan diantara augit dengan
klinoenstatit− klinohipersten.
3+
Aegirin (akmit) : NaFe Si2O6
Jadeit : NaAlSi2O6
Spodumen : LiAlSi2O6
Johannsenit : CaMnSi2O6
KUMPULAN AMFIBOL
Kumpulan amfibol terdiri dari beberapa spesies yang terdiri dari sistem
ortorombik dan monoklinik, yang mempunyai sifat−sifat hablur dan fisik
berkaitan erat , dan begitu juga dengan kandungan kimianya. Amfibol
mengandung gugus OH di dalam strukturnya, dan perbandingan Si : O ialah 4 :
11 (Si4O11) tidak seperti pada piroksin 1 : 3 (SiO3).
Formula amfibol dapat dituliskan sebagai berikut (WXY) 7−
8(Z4O11)2(Z4O11)2(O,OH,F)2, simbul W,X,Y,Z menunjukkan unsur yang jari−jari ion
yang sama boleh bertukar posisi didalam struktur. W menunjukkan kation logan
Ca dan Na yang memiliki jari−jari besar(K kadang kala terdapat dalam jumlah
+2
sedikit); X menunjukan kation logam Mg dan Fe yang berjari−jari kecil
+3
(kadangkala Mn); Y dapat berupa Ti, Al, dan Fe ; dan Z untuk Si dan Al.
Pergantian atom dalam formula anfibol sebagai berikut:
1. Al dapat menggantikan Si di dalam rantai Si 4O11, sehingga
membentuk AlSi3O11 (banyaknya pertukaran tergantung pada
pembentukan amfibol suhu rendah atau suhu tinggi)
+2
2. Fe dan Mg boleh saling bertukar sepenuhnya.
3. Jumlah (Ca, Na, K) kemungkinan kosong atau hampir kosong atau
mungkin berubah dari 2 ke 3; Ca tidak lebih dari 2 K terdapat jumlah yang
sangat kecil
4. OH dan F dapat saling tukar sepenuhnya
Struktur hablur amfibol berdasarkan rumus
kimia : Ortorombik ;
Antofilit : (Mg, Fe)7(Si4O11)2(OH)2(Mg melebihi
Fe) Monoklinik
Kumingtonit : Fe, Mg)7(Si4O11)(OH)2 (Fe melebihi Mg)
Tremolit : Ca2(Mg,Fe)5(Si4O11)2(OH)2
Horblende : Ca2Na0−1(Mg,Fe,Al)5 ( 2(OH)2

Amfibol Alkali (Na>Ca) :


Glaukofan : Na2Mg3Al2(Si4O11)2(OH)2
Riebekit : Na22+ 3+
Fe3 Fe 2 (Si4O11)2(OH)2

Arfvedsonit : Na32+
Fe4 3+(Fe Si4O11)2(OH)2
MINERAL OLIVIN
Mineral−mineral olivin adalah terdiri dari silikat bivalen dan menghablur dalam
sistem ortorombik. Mineral olivine terdiri beberapa spesies sbb:
Forsterit : Mg2SiO4
Fayalit : Fe2SiO4
Olivin : (Mg,Fe)2SiO4
Tefroit : Mn2SiO4
Kirschsteinit : CaFeSiO4
Montiselit : CaMgSiO4
Glaukokroit : CaMnSiO4

MINERAL MIKA sbb :


Muskovit : KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Paragonit : NaAl2(AlSi3O10)(OH)2
Flogopit : KMg3(AlSi3O10)(OH)2
Biotit : K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2
Lepidolit : KLi2Al(Si4O10)(OH)2

BAB VI. PENGENDAPAN DAN BATUAN ENDAPAN


Pengendapan sebagai proses geokimia adalah interaksi antara atmosfer
dan hidrosfer dibagian kerak bumi. Pada dasarnya batuan beku kondisinya tidak
stabil dalam hubungannya dengan hidrosfer dan atmosfer. Mineral−mineral pada
awalnya terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan tinggi tidak stabil pada kondisi
yang berbeda−beda pada permukaan bumi jika berhubungan dengan atmosfer
dan hidrosfer. Mineral−mineral kuarsa saja yang kondisinya agak stabil dan
mineral lainnya mudah berubah oleh pengaruh oksigen , asam karbonat dan air
dan mineral yang baru terbentuk lebih stabil.
Dalam proses geokimia pengendapan ialah pemecahan secara kimia beberapa
mineral dan pembentukan mineral lain. Kerak bumi mengandung silikat lebih
dari dari 90 % (termasuk kuarsa dan silikat). Proses mineral silikat dipecah secara
kimia berdasarkan kation univalent dan bivalen mudah menjadi larutan
sedangkan alumunium dan silikon tidak banyak diketahui. Mineral−mineral
lempung dapat terbentuk melalui hidrolisis aluminium silikat dengan
pembentukan asam silikat dan aluminium hidroksida

GEOKIMIA TANAH
Pengendapan adalah proses geokimia yang sangat penting, karena dengan
proses ini menghasilkan tanah yang mempunyai nilai ekonomi. Batuan induk
mengalami proses geokimia menghasilkan tanah. Proses pembentukan tanah
yang dimulai dari bahan induk hingga menjadi tanah. Banyak factor yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah, akan tetapi hanya ada lima (5)
factor
yang dianggap paling penting yakni iklim, organisme, bahan induk, topografi dan
waktu
ORGANISME IKLIM
Vegetasi & curah hujan & Suhu
hewan TANAH

BAHAN INDUK TOPOGRAFI


Sifat fisik & Kimia WAKTU PERKEMBANGAN Ketinggian lereng
&
Tua, dewasa, muda kedalaman air
tanah

Proses geokimia menghasilkan dekomposisi batuan dan mineral , yaitu


penguraian senyawa . Reaksi−reaksi yang dilibatkan ialah pelarutan, hidrolisis,
asidolisis, oksidasi dan reduksi. Dekomposisi sering dilanjuti dengan sintesis
senyawa−senyawa rombakan, membentuk senyawa baru (neogenesis,
neoformasi). Pelaku utama dalam proses kimia ialah H2O, CO2, O2 dan ion H.
Pelarutan berlangsung atas mineral −mineral terlarutkan dalam air
dengan
jalan bergabungnya melekul dipole HOH pada kation dan anion rangka Kristal
yang mengakibatkan ion−ion dalam rangka Kristal menjadi runtuh. Makin tinggi
suhu makin besar pelarutan dan makin intensip pembentukan mineral baru;
Jenis reaksi;
1. Hidrolisa adalah reaksi oleh senyawa air yang menghasilkan asam
dan basa yamg terlepas dari struktur mineral
KAlSi3O8 + HOH — KOH + H−AlSi3O8
Ortoklas air basa asam
2. Asidolisis adalah hidrolisis yang melibatkan ion H dari sumber lain
disamping dari HOH, yaitu CO2 dari atmosfir dan asam anorganik HCl
dan H2SO4 dari gas volkan. CO2 dan H2O menghasilkan ion H menurut
reaksi
+ −3 +
CO2 + H2O ‹ H2CO3 ‹ H + HCO . Kadar H dalam makin
tinggi
asidolisis makin intensif. Contoh;
CaAl2Si2O8 + H2O + CO2 ‹ CaCO3 + H2Al2Si2O8
anortit garam asam

KANDUNGAN KIMIA BATUAN ENDAPAN


Asal batuan endapan dari batuan beku yang sudah mengalamimi proses
fisik dan kimia. Kandungan kimia batuan endapan berbeda−beda. Dari
kandungan oksida, SiO2 mencapai lebih dari 99 % bada batu pasir, Al 2O3 sampai
70 % pada bouksit; Fe2O3 mencapai 75 % pada limonit; FeO mencapai 60 %
pada siderit; MgO mencapai hingga 20 % pada dolomite; dan CaO mencapai
hingga 56 % di dalam batuan kapur.
Tabel 21. Komposisi kimiawi batuan endapan
+
Batuan Syal (% Batu Batu *Endapan Endapan #Endapan
beku (% W) pasir kapur Rata−rata Rata−rata rata−rata
W) (% W) (% W)
SiO2 59,14 58,10 78,33 5,19 58,49 59,7 46,20
TiO2 1,05 0,65 0,25 0,06 0,56 − 0,58
Al2O3 15,34 15,40 4,77 0,81 13,08 14,6 10,50
Fe2O3 3.08 4.02 1,07 0,54 3,41 3,5 3,32
FeO 3.80 2.45 0,30 − 2,01 2,6 1,95
MgO 3,49 2,44 1,16 7,89 2,51 2,6 2,87
CaO 5.08 3,11 5,50 42,57 5,45 4,8 14,00
Na2O 3.84 1,30 0,45 0,05 1,11 0.90 1,17
K2 O 3,13 3,24 1,31 0,33 2,81 3,20 2,07
H2O 1.15 5,00 1,63 0,77 4,28 3,40 3,85
P2O5 0.30 0,17 0,08 0,04 0,15 − 0,13
CO2 0,10 2,63 5,03 41,54 4,93 4,70 12,10
SO3 − 0,64 0,07 0,05 0,52 − 0,50
BaO 0,06 0,05 0,05 − 0,05 − −
C − 0,80 − − 0,64 − 0,49

*Syal 80, batu pasir 15, batu kapur 5; menurut Clarke.


+ Garrels dan Mackenzie, 1971
# Ronov dan Yaroshevsky, 1969; termasuk MnO 0,16, Cl 0,24

Menurut Clarke bahwa batuan endapa Syal, batu pasir dan batu kapur dengan
menganalisis beberapa sampel, dengan menggunakan kandungan syal 80 % ,
batu pasir 15 % dan batu kapur 5 % dapat dilihat seperti pada tabel 21. Garrels
dan Mackenzie (1971) menganalisis batuan endapan dengan berdasarkan
keseimbangan geokimia antara batuan beku dan batuan endapan diperkirakan
bahwa kadar syal : batu pasir : batu kapur adalah 81: 11 : 8,

HASIL PENGENDAPAN
Kajian tentang proses pengendapan menunjukkan bahwa komponen
individu yang terdapat dalam batuan induk dapat mengalami perubahan
secara geokimia sbb:
1.Mineral−mineral terutama yang stabilƒtahan terhadap perubahan fisik
dan kimia akan terkumpul sebagai bahan yang berbutir. Seperti kuarsa
menghasilkan pasir kuarsa atau batu pasir yang kaya akan silikon
dibandingkan dengan batuan induknya
2.Pemecahan kimia aluminasilikat, menghasilkan lumpur yang sebagian
besar sebagai mineral lempung. Ini mengakibatkan terkumpulnya
aluminium dan kalium melalui penjerapan oleh hasil proses hidrolisis
3.Disamping pembentukan endapan lempung, terjadi perubahan kimia
pada rentang waktu dan ruang, terjadinya pengendapan besi dengan
proses hidrolisis dari ferro hidroksida menjadi ferri hidroksida
4.Kalsium diendapkan menjadi kalsium karbonat oleh proses kimia maupun
oleh proses organisme. Dan batuan dolomite diendapkan dari batuan induk
yang kaya akan magnesium.
5.Di dalam larutan sisa bahan yang tidak dapat terendapkan akan seperti
natrium sedikit kalium dan magnesium akan terkumpul di lautan
Skema pemecahan batuan sbb

Si Al, Si, (K) Fe Ca, (Mg) (ca), Na, (K)

Resistat Hidrolisat Oksidat Karbonat Pelarutan


2
SiO2 Mineral Fe2(OH)3 CaCO3 NaCl, CaSO4, MgSO4
Lempung CaMg(CO3)2 MgSO4 dll.

Skema ini menunjukkan jalan yang dilalui oleh unsur−unsur utama semasa
pengendapan dan memberikan hasil endapan : resistat, hidrolisat, oksidat,
karbonat dan larutan.
Silika berada dalam endapan resistat, alumina di dalam hidrolisat, besi
didalam oksidat dan kalsium dan magnesium di karbonat. Sebagian dari
pada natrium tertinggal dalam larutan dan akhirnya mengumpul dilautan.
Resistat membentuk kumpulan pasir dan batu pasir yang penting. Kuarsa
paling banyak dijumpai dan batu pasirsilika banyak digunakan untuk industri
(kaca)
BAB VII. GEOKIMIA ISOTOP
Kajian tentang isotop dari beberapa unsur menjadi sangat penting dalam
geokimia, isotop unsur yang stabil dapat dipergunakan untuk mengkaji
perubahan−perubahan isotop dan kelimpahan isotop. Di samping itu isotop
suatu unsur dapat dipakai untuk menentukan umur batuan dan asal unsur.
Bagi beberapa unsur seperti unsur−unsur H, C, O dan S, perbedaan
isotopnya sangat bermanfaat untuk kepentingan geologi. Perbandingan
18 16
isotop seperti Oƒ O, menghasilkan factor 6 per mil (‰) atau bagian
perseribu,dengan: 6 = (R sampel ƒR standard −1) 1000 dan R adalah
perbandingan dua isotop terpilih dalam suatu sampel . Di dalam tabel 22
pasangan isotop terukur bagi unsur−unsur yang mudah diukur.
Variasai Isotop Per Mil.6 isotop
berat Mineral dan Batuan
Isotop yang Mineral dan Air pembanding
Sampel isotop
diukur batuan
yang dipakai
2 1
Hidrogen pada air Hƒ H (DƒH) −180 hingga + 20 −410 hingga + 50
laut (SMOW)
Karbon PDB− 13 12 −35 hingga + 5
Cƒ C
kalsit (belemnite)
Oksigen SMOW 18 16 −2 hingga + 36 −50 hingga + 15
Oƒ O
30 28
Silikon; Telerang kuarsa, Siƒ Si −22 hingga + 3,2
Mother Lode, California

Sulfur; Troilit meteorit 34 32 −45 hingga + 60


Sƒ S
canyon Diablo

Dalam tabel 22 pasangan isotop terukur bagi unsur−unsur yang mudah


18 16
diukur. Bagi oksigen ubahan per mil ialah Oƒ O dan sampel yang digunakan
13 12
adalah air laut, dan untuk ubahan karbon Cƒ C sampel berasal dari karbonat,
34 32
dan untuk ubahan sulfur Sƒ S sampel yang digunakan adalah trolit ( FeS).

Nilai 6 positip atau negatip menunjukkan adanya isotop−isotop berat dalam


sampel.Ubahan isotop disebabkan oleh perbedaan zat diantara isotop−isotop
dan hal ini menyebabkan timbulnya getaran atom didalam molekul atau hablur.
Hasil frekwensi getaran yang berbeda−beda akan berpengaruh terhadap energy
tenaga dalam (E); entropi (S) dan hal ini akan menimbulkan perubahan isotop
yang dimiliki dalam suatu bahan yang berbeda fasa.
18 16
Contohnya taburan Oƒ O akan berpengaruh terhadap Þ dua fasa sebagai
berikut;
18O
Þ= RÆ =1 (816O
0
)fasa A
RB ( )fasa B
160

Dalam sistem kesetimbangan Þ adalam koefisisen keseimbangan tukar ganti


isotop, Þ sangat dipengaruhi oleh suhu. Hubungan Þ dengan 6 dalam
persamaan sbb: Þ = 1 + 6Aƒ1000

1 + 6Bƒ1000
1000 ln Þ = 6A−6B; dan Þ =1 maka 6A−6Bƒ1000

H,C,O dan S merupakan unsur terpenting dalam menjelaskan sisten geokimia


karena isotopnya.

Berikut ini terjadinya letusan phreatik di komplek gunungapi Dieng


selama lebih satu abad (Tabel 23). Isotop karbon dapat dipergunkan untuk
mengetahui penyebab letusan berasal dari magma atau bukan.

Tabel 23. Letusan phreatik di komplek gunungapi Dieng selama lebih satu abad

Akibat
Letusan
(meninggal
Tahun Lokasi Letusan Fenomena letusan TandaƒPend
dunia)
ahuluan

1786 Candradimuka a,b,c,d g −

1826 Pakuwaja a,b,c,d ? −

1928 (05ƒ13) Timbang a,b,c,d,e,f g,h −

1939 (10ƒ13) Timbang a,b,c,d,e,f g,h −

1944 (12ƒ04) Sileri a,b,c,d h 59

1945 (04ƒ12) Candradimuka a,b no −

1956 (12ƒ13) Sileri a,b,c no −

1964 (12ƒ13) Sileri a,b,c,d no −

1979 (02ƒ20) Timbang a,b,c,d,e,f g,h 142

Keterangan :

a : gas phume; b : block projection; c : ash falls; d : crater formation ;


e : mudflows
f : CO2 outflows; g : felt seismicity; h : fissure opening

Analis kimia gas dengan menggunakan gas chromatografi dan air dengan
grafimetri dapat dilihat pada table 24

Tabel 24, Komposisi kimia Fumarola komplek gunungapi Dieng pada tanggal
14
dan 19 Juli 1979 (Allard. P, dkk, 1988).

0
SIGLUDUK (30 C dalam % vol)

Kode H2O CO2 CH4 H2S SO2 N2 O2 Ar CO He


(ppm)

G88 0 97,5 0,77 0,01 0,06 0,27 0,39 0,014 − 6,6

92(1) 0 98,1 0,80 0,03 0,18 0,71 0,17 0,009 11 6,9

12(1) 0 98,2 0,75 0,03 0,19 0,69 0,16 0,008 8 6,8

M3(2) 0 88,2 0,61 ¾ ¾ 8,35 2,17 0,096 9 5,4


0,01 0,01

M22(2) 0 90,7 0,59 ¾ ¾ 6,91 1,71 0,084 41 6,3


0,01 0,01

0
PAKUWAJA (95 C dalam % vol)

Kode H2O CO2 CH4 H2S SO2 N2 O2 Ar CO He


(ppm)
M1 98,2 82,2 1,46 1,08 ¾ 12,46 2,71 0,120 37 5,8
0,01

98(2) 98,0 86,1 1,19 1,45 ¾ 8,50 1,92 0,080 − 5,4


0,01

64(2) 98,0 83,7 1,28 1,02 ¾ 11,02 2,91 0,105 64 6,5


0,01
0
PAGERKANDANG (74 C dalam % vol)

Kode H2O CO2 CH4 H2S SO2 N2 O2 Ar CO He


(ppm)

M2(2) 74,0 15,3 0,08 0,014 ¾ 66,6 17,2 0,80 − 4,8


0,01

SIKIDANG ( dalam % vol)

Kode H2O CO2 CH4 H2S SO2 N2 O2 Ar CO He


(ppm)

M11(2) 97,3 94,9 1,05 1,79 ¾ 1,82 0,37 0,030 76 6,6


0,01

Tabel 25. Komposisi isotop karbon dan sulfur gas Dieng (Allard. P, dkk, 1988).
SIGLUDUG

13 13 0
Kode sampel 6 C(CO2) 6 C (CH4) T C Isotopic Eq 34
6 S
‰ ‰ ‰

92 −4,4 −29,3 293 + 3,6

12 −4,1 −28,4 301 + 3,2

M3 −4,2 −28,8 297 −

M22 −3,8 −28,9 290 −

PAKUWAJA

13 13 0
Kode sampel 6 C(CO2) 6 C (CH4) T C Isotopic Eq 34
6 S
‰ ‰ ‰

M1 −7,7 −36,2 248 −

64 −8,4 −35,6 263 + 2,4

PAGERKANDANG

13 13 0
Kode sampel 6 C(CO2) 6 C (CH4) T C Isotopic Eq 34
6 S
‰ ‰ ‰

M2 −6,0 − − −

SIKIDANG
13 13 0
Kode sampel 6 C(CO2) 6 C (CH4) T C Isotopic Eq 34
6 S
‰ ‰ ‰

M11 −4,6 −26,3 341 +2,1

Tabel 26. Perbandingan kandungan gas gunungapi di beberapa lokasi

Gas (vol) Dieng Nyos Lake Monoun Gambier Unkirek


Lake

CO2 98,2 98,3 96,7 98,7 98,4

CH4 0,75 0,29 2,19 0,90 0,04

C2H6 − − ¾ 0,01 0,011 ¾ 0,05

N2 −0,69 0,089 0,55 0,39 0,54

O2 0,16 0,029 0,28 0,005 0,02

Ar 0,008 0,0015 0,01 0,005 0,02

H2S 0,03 ¾ 0,00002 ¾ 0,02 0,001 −

SO2 0,19 − − − −

He 0,00068 0,0005 ¾0,005 0,008 ¾0,02

CO 0,0008 ¾0,00005 ¾0,02 ¾0,001 ¾0,02


H2 0,0024 ¾0,00001 ¾0,005 0,0003 ¾0,02

HeƒCO2 6,9 5,1 − 81,0 −


−6
(10 )

13
6 CO2 −4,1 −3,3 7,2 −4,3 −6,4

13
6 CH4 −28,4 48,3 −54,8 −40,6 −

PELULUHAN RADIOAKTIF

Peluluhan radioaktif berdasarkan perubahan isotopnya dari unsur−unsur radio


aktif meluluh menjadi isotop yang stabil yaitu Pb, peluluhan melalui suatu
peluluhan sinar radioaktif Þ dan þ.

Rubidium 87 meluluh dan bertukar isotop melalui sinar þ menjadi strosium 87


dan carbon 14 bertukar melalui sinar þ menjadi nitrogen 14. Kalium 40
meluluh melalui satu atau dua cara, peluluhan þ menjadi kalsium 40. Unsur K
40 menjadi argon 40

Tabel 27. Waktu setengah umur peluluan unsur−unsur radio aktif


−1
Unsur radio Waktu ¾ (tahun ) Kisaran Bahan
aktif setengah bahan yang
umur (tahun) dapat
terdeteksi
(tahun)
9 −10 7 9
235 206 4,47 x 10 1,55 x 10 10 −10 Zirkon, uranit
U− Pb 9 −10 7 9
235 207 0,71 x 10 9,72 x 10 10 −10 Zircon, uranit
U− Pb 10 −11 7 9
232 208 1,39x10 4,99 x 10 10 −10 Zircon, monazit
87 Th−87 Pb 10 11 7 9
Rb− Sr 4,88x10 1,42 x 10 10 −10 Mika, batuan
metamorf dan
batuan beku
11 −12 9
147 143 1,06x 10 6ƒ54 x 10 10 Batuan beku
Sm− Nd 9 −10 4 9
40 40 1,32X10 B4,72 x 10 10 −10 Mika,hornblende,
K− Ar
, sanidin, batuan
metamorf dan
batuan beku
−1 5
14 5730 1,21 x 10 0−10 Kayu, arang,
C
tulang,
cengkerang

Kegunaan luluhan radioaktif dipakai untuk memperkirakan peristiwa


masa lampau berdasarkan isotop unsur−unsur yang terdapat pada bahan yang
dikaji. Yang berpengaruh terhadap perubahan isotop adalah pengaruh dari
perubahan kimia, suhu, dan tekanan dan pengaruh dari isotop induknya.
Persamaan berdasarkan perubahan luluhan radioaktif secara kinetik dapat
dituliskan sebagai berikut −dNƒdt = ¾N; dimana N= jumlah atom radioaktif, ¾
besarnya panjang gelombang peluluhan radioaktif dan t adalah waktu.
−¾T
Pengembangan dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut ; NƒN 0 = e
dimana N0 jumlah atom radioaktif mula−mula, N jumlah atom radioaktif sisa
dan T adalah suhu. Persamaan tersebut berkenaan dengan peluluhan radio
aktif suatu unsur dapat dikaitkan dengan waktu ½ umur, maka persamaan
menjadi ; t setengah umur =
0,693ƒ¾.

Dalam praktek dalam geokronologi masa lampau sehubungan waktu setengah


¾t
umur, persamaan luluhan radioaktif menjadi Nd = N (e − 1)

Perkiraan waktu setengah umur yang panjang dibandingkan dengan waktu (usia)
yang diukur dapat disederhanakan sehingga persamaan menjadi ;
NdƒN = ¾t

BAB VIII. HIDROKARBON


Hidrokarbon merupakan komponen organik yang mengandung dua
unsur utama yaitu hydrogen dan carbon. Belakangan komponen
hidrokarbon juga mengandung oksigen, nitrogen dan sulfur. Komponen
hidrokarbon terbentuk secara alami dari bahan organic yang diyakini dari
makluk hidup melalui proses waktu yang lama (jutaan tahu yang lalu).
Dari asalnya bahan organik tersebut mengandung banyak unsur hydrogen
dan carbon.
Dari ikatan yang terbentuk menghasilkan hidrokarbon dengan molekul
kecil dan besar, dari sana maka akan berpengaruh terhadap sifat fisik dari
hidrokarbon itu sendiri. Untuk ikatan molekul kecil menghasilkan
komponen gas dan molekul besar menghasilkan cairan yang disebut
crude oil.
Komponen gas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 28. Komposisi gas alam
Komponen gas alam
Hidrokarbon (CnH2n+2)
Methan (CH4) 70−98 %
Ethan (C2H6) 1−10 %
Propan trace −5 %
Butan trace −2%
Pentan trace− 1%
Hexan trace − 0,5 %
Hidrokarbon dibagi menjadi dua kelas utama yaitu hidrokarbon alifhatik dan
aromatik . Alifhatik kemudian dibagi lagi menjadi family−famili : alkana,
alkena, alkyna dan alifatik cyclic. Hubungan antara klas dan family
hidrokarbon sbb :

Tabel 29 . Komposisi gas alam yang berasal dari sumur yang akan di cairkan
menjadi produk gas cair
Komponen gas alam
Hidrokarbon (CnH2n+2)
Methan (CH4) 45−92 %
Ethan (C2H6) 4−21 %
Propan trace 1−15 %
Butan trace 0,5 −7 %
Pentan trace − 3%
Hexan trace −2 %
Heptan trace − 0,5 %
Tabel 30. Fraksi−fraksi hidrokarbon yang terdapat pada crude oil
o
Fraksi pada crude Titik nyala F Komposisi kimia Guna
Hidrokarbon Sampai 100 C1−C2 Bahan bakar gas
C3−C6 Pelarut, bahan
bakar gas dalam
tabung
Gasolin 100−350 C5−C10 Bahan bakar
motor , Pelarut
Kerosene 350−450 C11−C12 Bahan bakar jet,
Craking stock
Light gas oil 450−580 C13−C17 Bahan bakar
disel, tanur
Heavy gas oil 580−750 C18−C25 Bahan bakar
bunker,
pelumasan
Lubrican and 750−950 C26−C38 Pelumas, waxe,
waxes petroleum jelly
Residu 950 + (200+) C38+ Paving asphalts,
coke, pengawet
kayu, komponen
atap
Elemen dalam crude oils (minyak mentah)
carbon 84−87 %
Hidrogen 11−14%
Sulfur 0,06 −2,0%
Nitogen 0,1−2,0%
Oksigen 0,1−2,0%

Seri Homolog (deret sepancaran)

Hidrokarbon

Alifhatik Aromatik

k I Alkana Alkena alkyna Alifatik cyklik

Alkana :( CnH2n + 2); Alkena : (CnH2n); Alkyna : ( CnH2n − 2) ;


Alifatik siklik

Anda mungkin juga menyukai