Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang stimulasi
tumbuh kembang bayi, balita, dan anak prasekolah. Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan
dapat membantu meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman.selain itu kami juga
berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan
mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim,sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan
demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bengkulu, 11 Oktober 2017

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada masa balita terutama pada masa kritis perkembangan selain dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti gizi, perkembangan juga dipengaruhi oleh
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi diperlukan agar potensi anak,yang secara alami memang
sudah ada di dalam dirinya dapat lebih berkembang..

Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak.Stimulasi


merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang diandingkan dengan anak yang kurang atau
tidak mendapat stimulasi.

Hurlock (1994) mengemukakan bahwa lingkungan yang merangsangmerupakan salah


satu faktor pendorong perkembangan anak.Lingkungan yang merangsang mendorong
perkembangan fisik dan mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang
menyebabkan perkembangan anak di bawah kemampuannya.Pemberian stimulasi pada anak usia
dini akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan – kebutuhan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.

Pada awal perkembangan kognitif, anak berbeda dalam tahap sensori motorik. Pada tahap
ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktifitas-aktifitas motorik, yang merupakan hasil
dari stimulasi sensorik.Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang
perkembangan anak seperti latihan gerak, bicara, berpikir, mandiri serta bergaul.

Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada
kesempatan atau sehari-hari.Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang
selalu bersamaan dengan kematangan fungsi.Pertumbuhan dan perkembangan anak harus diikuti
dengan beberapa tahap perkembangan, salah satunya adalah Toilet training .

Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yangdiberikan pada anak
perempuan mulai usia 18 bulan (atau lebih cepat) sampai usia3 tahun (atau 5 tahun pada yang
termasuk terlambat (delayed toilet training), yangbertujuan melatih anak buang air besar dan
buang air kecil yang baik bersih danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang, dan
secara luas termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik. Hal yang
menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air
kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih.apabila bukan sayang
kepada sang buah hati , tentu saja cacian dan marahanakan terlontar dari mulut orang tua yang
mendapatkan anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati
agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training
sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu
masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana
melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.

Para orangtua umumnya ingin secepatnya melatih anak mereka untuk latihantoilet.
Biasanya anak akan siap pada saat usia 18 sampai 24 bulan.Ketika anak siapuntuk latihan toilet
( ketika anak tertarik ) pelatihan akan berjalan dengan lancar.Hampir semua anak kelihatan tidak
nyaman dan mersa kotor jika celana ataupopoknya basah.Sehingga saat akan buang air besar atau
buang air kecil ( karenamerasa mereka akan kotor), mereka suka untuk menahannya, hal ini
akanmenimbulkan konstipasi dan residu urin yang merupakan risiko ISK. Buangair besar
(bowell) kemudian lanjutkan latihan buang air kecil (bladder)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan bagaimana cara memberikan stimulus agar anak dapat tumuh dan
berkembang sesuai dengan periode tumbang ?

2. Menjelaskan tentang prosedur toilet Training pada anak ?

3. Menjelaskan tentang pandangan islam terhadap kebersihan pada anak ?


C. TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memberikan stimulus agar anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan periode tumbang yang
dialami

2. Agar mampu mengajarkan bagaimana prosedur toilet training pada anak ?

3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pandangan islam terhadap kebersihan


pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap saat anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan
oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh
anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan
atau bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketika anak sudah
memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya.Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat
identk dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anakakan mulai diasah
sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak
tidak perlu mendapat perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yng membiarkan anak
bermain tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak.

Oleh karena itu, sebelum memahami alat permainan pada anak secara khusus maka
terlebih dahulu harus mengenal pengertian bermain pada anak.Bermain merupakan suatu
aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku
dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan,
kognitif, dan afektif, maka seharusnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi
anak merupakan suatu bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan
makan, kebutuhan akan rasa nyaman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain. Sebagai kebutuhan,
sebaiknya aktivitas bermain juga perlu diperhatikan secara cermat, bukan hanya dijadikan sarana
untuk mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang.Bermain pada anak harus selalu diperhatikan
sebagaimana memerhatikan pemenuhan terhadap kebutuhan lainnya.

Dengan bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan


kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas, dan penuh inovatif.Banyak ditemukan anak yang oada masa tumbuh
kembangnya mengalami keterlambatan yang dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan
kebutuhan pada diri anak,, termasuk didalamnya adalah kebutuhan bermain. Masa kanak-kanak
seharusnya merupakan masa bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sehingga apabila masa tersebut tidak digunakan sebaik
mungkin maka tentu akhirnya akan menggangu tumbuh kembang anak.

Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orangtua harus mengarah agar sesuai dengan
proses pematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu polaperkembangan yang baik.

Tujuan
Meletakkan dasar bagi perkembangan
selanjutnya yaitu prasekolah, sekolah, dan
remaja

1. Fungsi Bermain Pada Anak

Sebelum memberikan berbagai stimulasi dari jenis permainan pada anak, maka orangtua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan yang akan diberikan pada anak tersebut
bertujuan untuk dapat mengetahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki
berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai
puncaknya seperti masa kritis,optimal,dan sensitif.

Untuk lebih jelasnya,di bawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak di antaranya
sebagai ber ikut.
a. Membantu perkembangan sensorik dan motoric

Fungsi bermain pada anak dapat di kembangkan dengan melakukan rangsangan


pada sensorik dan motorik,melalui rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasi
alam di sekitarnya.sebagai contoh,bayi dapat di lakukan dengan ransangan
taktil,audio,dan visual.Hal tersebut dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak yang telah
di kenalkan atau di rangsang visualnya,maka di kemudian hari kemampuan visual anak
akan lebih menonjol,misalnya lebih cepat mengenal sesuatu yang baru di
lihatnya.demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi di kenalkan atau di rangsang
melalui suara-suara maka daya pendengarannya di kemudian hari lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang tidak di beri stimulasi sejak dini.pada perkembangan
motorik,apabila sejak sejak usia bayi kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan
maka kemampuan motorik akan cepat berkembang di bandingkan dengan tanpa
stimulasi,seperti ransangan kemampuan menggenggam dan kemampuan ini akan
memberikan dasar dalam perkembangan motorik selanjutnya.Rangsangan atau stimutasi
yang dimaksud tersebut dapat di berikan melalui suatu permainan.

b. Membantu perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan,hal ini dapat terlihat


pada saat anak bermain.anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak;
mampu memahami objek permaianan,seperti dunia tempat tinggal;mampu membedakan
khayalan dan kenyataan;mampu belajar warna,memahami bentuk,ukuran,dan berbagai
mamfaat benda yang digunakan dalam permainan.fungsi bermain pada model tersebut
akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

c. Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan,misalnya pada saat anak akan
merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama.pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
merupakan proses sosialisasi satu dengan yang lain,kemudian bermain peran,misalnya
pura-pura menjadi seorang guru,menjadi seorang anak,menjadi seorang bapak atau
ibu,dan lain-lain.kemudian pada usia prasekolah anak sudah mulai menyadari
kemeradaan teman sebaya,sehingga di harapkan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang lain.

d. Meningkatkan kreativitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas,di mana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek
yang digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini,seperti bongkar pasang mobil-mobilan.

e. Meningkatkan kesadaran diri

Barmain pada anak dapat memberi kemampuan untuk mengeksplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan,anak mau balajar mengatur perilaku,serta membandingkan dengan
perilaku orang lain.

f. Mempunyai nilai terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindari,mengingat bermain dapat menghibur dari anak
terhadap dunianya.

g. Mempunyai nilai moral pada anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak,hal ini dapat
dijumpai ketika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah,di
sekolah,dan ketika berinteraksi dengan temannya.Di samping itu,ada beberapa permainan
yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.

2. Jenis-jenis stimulasi permainan berdasarkan sifat

Beberapa sifat bermain pada anak,di antaranya bersifat aktif dan fasif.sifat demikian akan
memberikan jenis permainan yang berbeda.dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara
aktif dalam permaianan,selalu memberikan rangsangan,dan melaksanakannya.akan tetapi,jika
sifat bermain tersebut adalah pasif,maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
permainan dan sebaliknya,orang atau lingkungan yang memberikan terspons secara
aktif.Berdasarkan sifat-sifat tersebut kita dapat mengenal beberapa macam permainan yang akan
dijelaskan sebagai berikut.

a. Bermain Afektif Sosial

Model bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan


dengan orang lain.Hal ini dapat di lakukan misalnya dengan cara orang tua memeluk
anaknya sambil berbicara,bersenandung,kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum,tertawa,bergembira,dan lain-lain.sifat dari bermain ini adalah orang lain yang
berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b. Bermain bersenang-senang

Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada,sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain.sifat
bermain ini adalah bergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak,mengingat sifat
dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpa memedulikan aspek
kehadiran orang lain,misalnya bermain boneka,binatang-bintangang,dan lain-lain.

c. Bermain Keterampilan

Bermain keterampilan dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih


kemampuan keterampilan anak yang dapat diharapkan mampu untuk berkreai dan
terampil dalam segala hal. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu, misalnya bermain bongkar pasang
gambar, latihan memakai baju dan lain – lain.

d. Bermain Drama

Model bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba berpura – pura dalam
berprilaku, misalnya anak berpura – pura menjadi orang dewasa, seorang ibu, atau guru
dalam kehidupan sehari – hari.Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu.Bermain drama ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial.

e. Bermain Menyelidiki

Model bermain ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk
berperan dalam menyelidiki suatu atau memeriksa alat permainan, misalnya mengocok
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut
adalah harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar senantiasa dapat menambah
kemampuan kecerdasan anak.

f. Bermain Konstruksi

Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar
menjadi sebuah konstruksi yang, misalnya permainan menyusun balok.Permainan ini
bersifat aktif, di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas – tugas yang ada dalam
perminan dan mampu membangun kecerdasan pada anak.

g. Bermain Onlooker

Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain yang
sedang bermain, tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini bersifat pasif, namun anak akan
mempunyai kesenangan atau kepuasan sendiri dengan melihatnya.

h. Bermain Soliter/Mandiri

Model bermain ini merupakan bermain yang dilakukan sendiri dan hanya terpusat
pada permainannya tanpa memedulikan orang lain. Permainan ini bersifat aktif dan
bentuk stimulasi tambahan kurang, namun dapat membantu untuk menciptakan
kemandirian pada anak.

i. Bermain Pararel

Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah – tengah anak lain yang
sedang melakukan permainan yang berbeda atau tidak ikut bergabung dalam permainan.
Permainan ini bersifat aktif secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan
harapan kemampuan anak dalam menyelesasikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.

j. Bermain Asosiatif

Bermain asosiatif merupakan bermain dengan tidak terikat pada aturan yang ada,
semuanya bermain tanpa memedulikan teman yang lain dalam sebuah aturan main.
Bermain ini akan menumbuhkan kretivitas anak karena adanya stimulasi dari anak lain,
namun belum dilatih untuk mengikuti peraturan dalam kelompok.

k. Bermain Kooperatif

Bermain kooperatif merupakan bermain bersama – sama dengan adanya aturan


yang jelas, sehingga terbentuk perasaan kebersamaan dan terbentuk hubungan antara
pemimpin dan pengikut. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak akan selalu
menumbuhkan kreativitasnya. Selain itu, jenis bermain ini juga dapat melatih anak pada
peraturan kelompok anak dituntut selalu mengikuti peraturan.

Cara stimulasi pada anak usia 4-5 tahun


1. Kemampuan gerak halus dan kecerdasan
kegiatan yang perlu dilanjutkan: doronglah agar anak anda mau bermain puzzel, balok-balok,
memasukkan benda yang satu kedalam benda lainnya dan menggambar, bantulah anak anda
memotong gambar-gambar dari majalah tua dengan gunting untuk anak, kemudian dengan lem
dan kertas ia dapat menempelkan gambar itu pada kertas atau karton, memilih dan
mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya, mencocokkan gambar dan benda (Depkes.
1997: 109)

2. Kemampuan gerak kasar


kegiatan yang perlu dilanjutkan: doronglah pada anak anda mau memanjat, berlari, melompat,
melatih keseimbangan badan, dan bermain bola (Depkes. 1997:109)

3. Kemampuan bergaul dan mandiri


Kegiatan yang perlu dilanjutkan: bujuklah dan tenangkanlah ketika anak anda kecewa dengan
cara memeluknya dan berbicara kepadanya, rencanakan untuk sering-sering pergi keluar dengan
anak anda, ketempat bermain,toko, kebun binatang dan lain-lain, cobalah untuk membuat anak
anda mau membersihkan tubuhnya kemudian mengelapnya dengan bantuan anda sesedikit
mungkin demikian juga dalam berpakaian dan melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
(Depkes. 1997: 110)

4. Kemampuan berbicara dan bahasa


Kegiatan yang perlu dilanjutkan: teruslah membaca untuk anak anda dan buatlah anak anda
melihat bahwa anda membaca buku, bantukal ia memilih acara TV lihatlah TV bersama anak
anda tak lebih dari 1 jam sehari, ajarilah anak anda menyebutkan namanya, salah satu cara untuk
mengajarinya adalah menyebutkan seluruh namanya dengan perlahan, dan mintalah ia
mengulanginya dengan perlahan pula, menyebut nama-nama benda (Depkes. 1997: 110)

Stimulasi dini yang dapat dilakukan orang tua dirumah pada anak usia 4-5 tahun
1. Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang diperkirakan mampu dia kerjakan,
misalnya : melompat tali, main englek, dan sebagainya.
2. Melatih anak melengkapi gambar misalnya : menggambar baju pada gambar orang atau
menggambar pohon, bunga pada gambar rumah.

3. Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau menunda jawabanya.

4. Ajak anak dalam aktivitas keluarga seperti berbelanja kepasar, memasak, dan
membetulkan mainan (Hanawatiaj. 2008)
3. Jenis Stimulasi Permainan Berdasarkan Kelompok Usia

Penggunaan alat permainan pada anak tidak selalu sama dalam setiap usia tumbuh
kembang, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas –
tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memerhatikan tugas
masing- masing usia tumbuh kembang. Di bawah ini terdapat jenis alat permainan yang dapat
digunakan untuk anak dalam setiap tahap usia tumbuh kemabang.

a. Usia 0-1 Tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya refleks:
melatih kerja sama antara mata dan tangan atau mata dan telinga dalam berkoordinasi;
melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan; serta melatih mengenal asal suara,
kepekaan perabaan, dan keterampilan dengan gerakan yang berulang. Fungsi bermain
pada usia ini adalah untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antarra lain benda (permainan)
yang aman sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut, misalnya gambar bentuk muka,
boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyangkan dan menimbulkan
suara, alat permainan yang berupa selimut, boneka, dan lain – lain.

b. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat dilakukan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya
bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih
melakukan imajinasi, matih anak melakukan kegiatan sehari-hari, serta memperkenalkan
beberapa bunyi dan mampu mebedakannya. Jenis permainan ini menggunakan semua alat
permainan yang dapat didorong dan ditarik, misalnya alat rumah tangga, balok-balok,
buku begambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

c. Usia 2-3 Tahun

Pada usia ini anak dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan
atau emosinya anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan
halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta melatih kemampuan
membedakan permukaan dan warna benda.

Adapun alat permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain peralatan
menggambar, puzzle sederhana manik-manik ukuran besar, serta berbagai benda yang
mempunyai permukaan dan warna yang berbeda-beda.

d. Usia 3-6 tahun

Pada usia 2-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitas dan
sosialisasinya, sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan koordinasi motorik,
mngembangkan dan mengonrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, serta memperkenalkan suasana kompetisi dan
gotong royong. Alat permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini misalnya benda-
benda disekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, ketas untuk belajar
melipat, gunting, dan air.

B. TOILET TRAINING PADA ANAK

Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yangdiberikan pada anak
perempuan mulai usia 18 bulan ( atau lebih cepat24 ) sampai usia3 tahun ( atau 5 tahun pada
yang termasuk terlambat (delayed toilet training ), yangbertujuan melatih anak buang air besar
dan buang air kecil yang baik bersih danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang,
dan secara luas termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik.

Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah
hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau
bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut
orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara
menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan
toilet training sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah
suatu masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana
melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.

Waktu yang tepat untuk dimulainya toilet training pada anak adalah pada saat anak mulai
berusia2 bulan, adapun tanda-tanda yang diberikan oleh anak saat ia sudah siap melakukan toilet
training adalah :

1. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa
mengompol sedikit pun

2. Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan

3. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun
basah.

4. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain
di dalam rumahnya

5. Minta untuk diajari menggunakan toilet.

Tahapan Toilet Training

Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:

1. Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.

Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk
duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di
toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang
tua dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu
kesayangannya.

2. Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.

Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya.


Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit
setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk
di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia
mengompol, itu merupakan hal yang normal. Ibu juga tak perlu khawatir dan
memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.

3. Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan.
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya.
Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya
bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.Jika anak mengalami stress saat dikenalkan
toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua
tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali si anak
sendiri.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan
atau bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketikaanak sudah
memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya.Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat
identk dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anakakan mulai diasah
sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak
tidak perlu mendapat perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yng membiarkan anak
bermain tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orangtua harus mengarah agar sesuai dengan
proses pematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu polaperkembangan yang baik.

Pada toilet training dapat mulai dilatih pada saat mulai berumur 2 bulan yang ditandai
dengan ekspresi wajah anak yang siap untuk melakukan toilet training, adapun beberapa hak
anak kepada orang tuanya dalam islam adalah dengan cara memberikan pakaian yang layak
kepada anak dan tempat tinggal yang layak.

B. SARAN

Anak sebaiknya diberikan stimulus sejak dini dan sesuai dengan umur tumbuh
kembangnya dan ajarkanlah training toilet. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Semua
ini harus diberikan sejak dini agar tumbuh kembang anak juga optimal.Ajarkan anak kita sejak
dini untuk menjaga kebersihannya agar anak kita menjadi generasi yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A Aziz. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.2008. Salemba
Medika : Jakarta

Natalia, Susi. Pengaruh ” Toilet Training ” Terhadap Kejadian Isk Berulang Pada Anak
Perempuan Usia 1 – 5 Tahun. 2006. Program Pasca SarjanaMagister Ilmu BiomedikDanProgram
Pendidikan Dokter Spesialis IIlmu Kesehatan AnakUniversitas Diponegoro: Semarang

Tim Penyusun IKADI. Pandangan Islam Tentang Ibu Hamil Dan Kesehatan Anak-Anak.
2006.http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/31/pandangan-islam-tentang-ibu-hamil-dan-
kesehatan-anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai