Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Definisi menurut The International League Against Epilepsy’s (ILAE’s)

definisi epilepsi tentang sebuah epilepsi jinak (sindrom) adalah "Sebuah sindrom yang

ditandai oleh serangan epilepsi yang mudah diobati, atau tidak memerlukan pengobatan,

dan mengampuni tanpa gejala sisa" (1). Pada sekitar 60% anak dengan kejang epilepsi

akan berhenti, obat antiepilepsi (AED) dapat ditarik, dan kejang tidak akan terulang

kembali (2) Hal ini menunjukkan. Bahwa mayoritas anak-anak dengan epilepsi memiliki

kondisi benigna. Pada tahun 2001 skema diagnostik, ILAE yang terdaftar sindrom

epilepsi sekitar 40 dan kondisi dengan serangan epilepsi berulang (3). Hanya sejumlah

kecil dari mereka memenuhi kriteria ILAE untuk diagnosis epilepsi benigna (Ferrie et al.,

2008).

Penggunaan istilah Rolandik epilepsi digunakan daripada benign

childhood epilepsy with centrotemporal spikes (BECTS) dengan alasan:

terminologi Rolandik epilepsi digunakan luas pada dokter spesialis anak, spike

centrotemporal terutama terletak pada fisura sentral (Rolandik), dan jarang

muncul pada elektroda temporal, spikes centrotemporal dapat terjadi tanpa spike

pada daerah centrotemporal dan sebaliknya spike terdapat pada anak tanpa kejang,

istilah “daerah temporal” dapat mengarahkan terdapat gejala lobus temporal

meskipun tidak terdapat pada sindrom ini (Ferrie et al., 2008).

Epilepsi Rolandik (Benign partial epilepsy with centro-temporal spikes-

BECTS atau epilepsi benign dengan Rolandik spike), merupakan sindrom epilepsi

idiopatik anak paling sering setelah kejang demam. Puncak onset usia pada 5-8

1
2

tahun dan 80% kasus pada usia 4-10 tahun (Shorvon, 2005). Insidensi benign

rolandic epilepsy in childhood (BREC) adalah epilepsi fokal paling sering pada

anak kurang dari 15 tahun (Hejbel et al., 1975; Cavazutti, 1980; Wirrell &

Hamiwka, 2006). Tercatat sebagai 13 sampai 23 % epilepsi pada anak (Wirrell &

Hamiwka, 2006), 20% persen (Miziara, 2012).

Epilepsi Rolandik atau Benign Rolandic Epilepsy (BRE), merupakan

epilepsi fokal yang paling sering jinak di masa kecil dan mewakili sekitar 20%

dari sindrom epilepsi pada anak-anak muda dari 15 tahun. Gambaran klinis yang

tipikal adalah usia onset antara 4 dan 10 tahun dan kejang berkaitan dengan tidur

dengan durasi pendek (30-120 detik) yang memiliki semiologi berupa tanda

motorik orofasial. Gambaran khas elektroencefalografi (EEG) berupa latar

belakang normal dan discharge epilepsi interiktal terletak di daerah

centrotemporal. Kondisi mengantuk dan tidur meningkatkan munculnya

discharge tersebut. Perbedaan nyata antara jarang munculnya kejang dan aktivitas

fokus EEG sering terjadi (Fejerman, 2009).

Gambaran EEG iktal menunjukkan variasi cukup banyak, dimana

perubahan EEG yang khas pada saat iktal diketahui sebagai kelemahan diagnosis

EEG (Gestaut & Tassinari, 1975; Niedermeyer, 2005). Hal tersebut dapat terjadi

disebabkan pada kortikal spike kecil (Niedermeyer, 2005).

Pada sebagian besar kasus, spike iktal repetitif berasal dari korteks

motorik. Aktifitas spike interiktal juga menunjukkan variasi, mulai absance

sampai yang disebut spike fokal, dimana secara insidental, paling sering pada

anak-anak dengan benign rolandic epilepsy (Niedermeyer, 2005).


3

Kemampuan untuk mendeteksi hal tersebut diatas memerlukan

pengalaman dalam pembacaan EEG (Braga et al., 2002).

Brain mapping (quantitative-EEG atau qEEG) adalah suatu perekaman

teknologi digital gelombang aktifitas otak menggunakan beberapa elektroda dan

dikonversi menjadi angka-angka oleh komputer. Angka-angka ini kemudian

secara statistik dianalisis dan dirubah menjadi pola berwarna dari fungsi otak.

Sehingga pembacaan EEG dapat lebih objektif.

Banyak literatur penggunaan qEEG pada epilepsi idiopatik dengan

gambaran gangguan serebral minor atau yang disebut “mild diffuse epileptogenic

state” (Major et al., 2010).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan

beberapa masalah, yaitu:

1. Prevalensi dan insidensi epilepsi Rolandik tinggi

2. Pemeriksaan EEG konvensional pada epilepsi Rolandik, gambaran spike kecil

kortikal fokal memerlukan pengalaman untuk mengenali.

3. Analisis spektrum power qEEG merupakan alat diagnosis gangguan serebral

minor yang lebih objektif.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat perbedaan analisis power brain mapping di daerah

Rolandik (C3, C4) pada epilepsi Rolandik dibandingkan kontrol?

1.4. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah terdapat perbedaan analisis power brain mapping pada

epilepsi Rolandik pada daerah Rolandik C3, C4 dibanding individu normal atau

epilepsi jenis lain.


4

1.5. Manfaat Penelitian

Apabila terbukti bahwa epilepsi Rolandik dapat dibedakan melalui

gambaran analisis power pada brain mapping di daerah C3-C4, dapat membantu

diagnosis epilepsi Rolandik lebih objektif.

1.6. Keaslian Penelitian

Berdasarkan dari hasil pencarian sumber pustaka, belum didapatkan

penelitian mengenai perbedaan gambaran brain mapping (qEEG) pada epilepsi

Rolandik. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti qEEG pada epilepsi dan

pemeriksaan EEG pada epilepsi Rolandik seperti yang tertera pada tabel 1 berikut;

Tabel 1. Keaslian Penelitian


Peneliti Judul Disain Alat Ukur Hasil Penelitian

Hubungan neuroimaging dan


Benigna Rolandic elektrografik dan klasifikasi klinik
Riesgo et
Epilepsy, clinical and Cross (sensitivitas 73,5%; spesifitas
al., 2000 EEG
electroencephalographi sectional study 81,8%; positive predictive value
c correlates 94,8%; negative predictive value
40,9%;)

Anda mungkin juga menyukai