Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN DENGAN PENYAKIT


VERTIGO

Disusun Oleh :

Tingkat : 2B

Putri Mulya Sari 34403515103

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jln. PasirGede Raya No. 19 Telp.(0263) 267206 Fax. 270953Cianjur 4321

2016
A. Pengertian Vertigo
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain
dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa
diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah
gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang
berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001).
Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan
vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-
objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ
tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya
sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik).
Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,
penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,
atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali
(Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang
yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau
rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa
mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan
kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh
dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul
akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan
(Putranta, 2005)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi
ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan
ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari
penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui
ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

B. Jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk
menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak
normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

C. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo
juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan
darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
a) Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
a) Alkohol
b) Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
a) Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
a) Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
b) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c) Herpes zoster
d) Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e) Peradangan saraf vestibuler
f) Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a) Sklerosis multipel
b) Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
c) Tumor otak
d) Tumor yang menekan saraf vestibularis.

D. Patofisiologi
1. Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat
integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar
untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot
mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya.
Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
2. Pathway Vertigo

E. Anatomi
1. Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
1) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
a) Reseptor mekanis divestibulum
b) Resptor cahaya diretina
c) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
2) Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke
pusat keseimbangan di otak:
a) Saraf vestibularis
b) Saraf optikus
c) Saraf spinovestibulosrebelaris.
Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex
serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
F. Manifestasi Klinis
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya
diplopia, paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya
pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak
supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia),
gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk
hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat
adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang
dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya
berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak
yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian
mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita
biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan
tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi
bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan
yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan
vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan
bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa
tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium
(gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis
stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai
pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun
tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika
pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini
akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan
penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian
besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan.
Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita
dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan
stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika
dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang
tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma

VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
Pandangan gelap Penglihatan ganda
Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot
Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
Sensitif terhadap suara dan cahaya
terang
Berkeringat

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk (post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.

H. Penatalaksanaan Vertigo
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap
hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan
atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga
yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual
pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan
jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau
toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin
dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi
infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibulardengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita
ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri
tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh
dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala
klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
b. RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan
jika kambuh bisa meninggalkan cacat.
Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:
Tujuannya:
1) Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya
secara lamban laun
2) Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3) Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan:
1) Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
2) Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi,
gerak miring)
3) Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup
4) Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup
5) Berjalan “tandem”
6) Jalan menaiki dan menuruni lereng
7) Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
8) Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan
juga menfiksasi pada objek yang diam Semua gerakan tersebut diatas
harus dilakukan hati-hati

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO


A. Pengkajian Vertigo
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Diagnosa medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain
atau riwayat penyakit lain baik
e. Aktivitas/istirahat
(a) Letih, lemah, malaise
(b) Keterbatasan gerak
(c) Ketegangan mata, kesulitan membaca
(d) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
(e) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f. Sirkulasi
(a) Riwayat hypertensi
(b) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
(c) Pucat, wajah tampak kemerahan.
g. Integritas ego
(a) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
(b) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
(c) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
(d) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
h. Makan dan cairan
(a) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain).
(b) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
(c) Penurunan berat badan5.
i. Neurosensoris
(a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
(b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
(c) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
(d) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
(e) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
(f) Perubahan pada pola bicara/pola pikir
(g) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
(h) Penurunan refleks tendon dalam
(i) Papiledema.
j. Nyeri/kenyamanan
(a) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
(b) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
(c) Fokus menyempit
(d) Fokus pada diri sendiri
(e) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
(f) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k. Keamanan
(a) Riwayat alergi atau reaksi alergi
(b) Demam (sakit kepala)
(c) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
(d) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
l. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
m. Penyuluhan / pembelajaran
(a) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
(b) Penggunaan alcohol / obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral /
hormone, menopause.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
c. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
d. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
f. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
g. Sistem integumen
h. Sistem Reproduksi
i. Sistem Perkemihan
j. Ekstermitas
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman
pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan kenyakinan
5. Analisa data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Stress dan ketegangan, Gangguan rasa nyaman
1. Klien mengatakan bahwa iritasi/ tekanan syaraf, nyeri
nyeri kalau akan dilakukan vasospressor, peningkatan
ganti posisi intrakranial.
2. Klien mengatakan sudah
terjadi perubahan pola tidur
karena nyeri yang dirasakan

DO :
1. Pucat pada daerah wajah
2. Klien tampak gelisah
2 DS : Ketidak-adekuatan relaksasi, Koping individual tak
1. Perubahan ketidakmampuan, metode koping tidak efektif
keputusasaan, adekuat, kelebihan beban
ketidakberdayaan depresi kerja

DO :
1. Otot-otot daerah leher juga
menegang
2. Penurunan refleks tendon
dalam
3 DS : keterbatasan kognitif, tidak Kurang pengetahuan
1. klien tidak tahu akan penyakit mengenal informasi dan (kebutuhan belajar)
yang diderita kurang mengingat mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan
DO :
1. ketidak-adekuatannya
mengikuti instruksi.
6. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan stress dan
ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan
intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh
faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah
b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak
mengenal informasi dan kurang mengingat
7. Rencana keperawatan

DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa Tupan : 1.Pantau tanda-tanda 1. Mengenal dan
nyaman nyeri setelah melalui vital, intensitas/skala memudahkan dalam
berhubungan dengan perawatan selama nyeri melakukan tindakan
stress dan 1 x 24 jam keperawatan
ketegangan, iritasi/ gangguan rasa
tekanan syaraf, nyaman nyeri 2. Anjurkan klien 2. istirahat untuk
vasospressor, dapat teratasi. istirahat ditempat mengurangi
peningkatan tidur. intesitas nyeri
intrakranial ditandai Tupen :
dengan menyatakan Selama 8 jam 3. Atur posisi pasien 3. posisi yang tepat
nyeri yang pasien diharapkan senyaman mungkin mengurangi
dipengaruhi oleh gangguan nyama penekanan dan
faktor misal, nyeri dapat mencegah
perubahan posisi, teratasi ketegangan otot
perubahan pola tidur, serta mengurangi
gelisah. nyeri.

4. Ajarkan teknik 4. relaksasi


relaksasi dan napas mengurangi
dalam ketegangan dan
membuat perasaan
lebih nyaman
5. Kolaborasi untuk 5. analgetik
pemberian analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri
sehingga pasien
menjadi lebih
nyaman.
2 Koping individual tak Tupan : 1. Kaji kapasitas 1. Mengenal sejauh
efektif berhubungan setelah melalui fisiologis yang dan
dengan ketidak- perawatan selama bersifat umum mengidentifikasi
adekuatan relaksasi, 1 x 24 jam koping penyimpangan
metode koping tidak individu menjadi fungsi fisiologis
adekuat, kelebihan lebih adekuat tubuh dan
beban kerja memudahkan dalam
Tupen : melakukan tindakan
Selama 8 jam keperawatan.
pasien koping
mrnjadi lebih kuat 2. Sarankan klien 2. klien akan
dapat teratasi untuk merasakan kelegaan
mengekspresikan setelah
perasaannya mengungkapkan
segala perasaannya
dan menjadi lebih
tenang

3. Berikan informasi 3. agar klien


mengenai penyebab mengetahui kondisi
sakit kepala, dan pengobatan
penenangan dan hasil yang diterimanya,
yang diharapkan. dan memberikan
klien harapan dan
semangat untuk
pulih.

4. Dekati pasien 4. membuat klien


dengan ramah dan merasa lebih berarti
penuh perhatian, dan dihargai.
ambil keuntungan
dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
3 Kurang pengetahuan Tupan : 1. Kaji tingkat 1. megetahui
(kebutuhan belajar) setelah melalui pengetahuan klien seberapa jauh
mengenai kondisi dan perawatan selama dan keluarga tentang pengalaman dan
kebutuhan 1 x 24 jam pasien penyakitnya. pengetahuan klien
pengobatan mengutarakan dan keluarga
berhubungan dengan pemahaman tentang penyakitnya
keterbatasan kognitif, tentang kondisi,
tidak mengenal efek prosedur dan 2. Berikan penjelasan 2. dengan
informasi dan kurang proses pengobatan pada klien tentang mengetahui
mengingat penyakitnya dan penyakit dan
Tupen : kondisinya sekarang. kondisinya
Selama 8 jam sekarang, klien dan
pasien diharapkan keluarganya akan
dapat merasa tenang dan
mengutarakan mengurangi rasa
pemahaman cemas
tentang kondisi,
efek prosedur dan 3. Diskusikan 3. agar klien
proses pengobatan mengenai pentingnya mampu melakukan
posisi atau letak dan merubah
tubuh yang normal posisi/letak tubuh
yang kurang baik.

4. Anjurkan pasien 4. dengan


untuk selalu memperhatikan
memperhatikan sakit faktor yang
kepala yang berhubungan klien
dialaminya dan dapat mengurangi
faktor-faktor yang sakit kepala sendiri
berhubungan dengan tindakan
sederhana, seperti
berbaring,
beristirahat pada
saat serangan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E et al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta


: EGC

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi,


Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi

Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sudoyo Aru.W et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai