Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya adalah sebagian besar disebabkan
oleh sepeda motor. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan
berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab utama kematian dan kesembilan
sebagai contributor kematian global.
Kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas adalah masalah yang luas dan kompleks
dengan faktor penyebab utamanya adalah manusia, angka kematian yang ditimbulkan
cukup tinggi, dan kejadiannya dapat terjadi di semua tempat.
Berdasarkan WHO setiap harinya terdapat hampir 16.000 orang meninggal karena
cedera, beberapa ribu lagi mengalami cacat permanen. Pada tahun 1998 kecelakaan di
jalan raya merupakan penyebab kematian utama di dunia. Laporan WHO menyatakan
bahwa tingkat kecelakaan transportasi jalan di dunia telah mencapai 1,2 juta korban
meninggal dan lebih dari 30 juta korban luka-luka/ cacat akibat kecelakaan lalu lintas
pertahun.
Di Indonesia, jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988,
menurut catatan Jasa Raharja, korban yang meninggal, cacat atau luka sekitar 36.000
jiwa. Tahun 1992 menjadi 40.500 jiwa korban Kecelakaan Lalu Lintas lebih 100 kejadian
per hari. Jumlah ini belum termasuk yang belum termasuk oleh Jasa Raharja. Berdasarkan
data Direktorat Llu Lintas (Dirlantas) Mabes Polri menunjukkan bahwa sejak tahun 2003-
2007, tercatat 258.274 kecelakaan (2003:13.399; 2004:17.732; 2005:91.623;
2006:87.020; 2007:84.500) yang telah merenggut 69.485 jiwa (2003:9.856; 2004:11.204;
2005:16.115; 2006:15.762; 2007:16.548). Hal ini berarti setiap tahun rata-rata ada 13.877
jiwa yang meninggal di jalan raya.

Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu
lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak atau berlalu lintas. Kesibukan lalu
lintas terjadi di darat, laut dan udara. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan
kematian,cedera atau cacat pada penderitanya. Kecelakaan lalu lintas berdampak pula
terhadap peningkatan kemiskinan,karena menimbulkan biaya perawatan, kehilangan

1
produktifitas, kehilangan pencarian nafkah dalam keluarga yang menyebabkan trauma,
stress, dan penderitaan yang berkepanjangan. Jumlah korban yang cukup besar akan
berdampak ekonomi (kerugian material) dan social, berbagai usaha preventif hingga
perbaikan lalu lintas dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait hasilnya belum
sesuai yang diharapkan.Dalam meningkatkan keamanan lalu lintas di jalan terdapat tiga
bagian yang saling berhubungan dengan operasi lalu lintas , yakni: pengemudi, kendaraan
dan jalan raya.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi kecelakaan lalu lintas


2. Mengetahui hubungan antara factor manusia dengan kecelakaan lalu lintas
3. Mengetahui hubungan antara factor kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas
4. Mengetahui hubungan antara keadaan lingkungan dengan kecelakaan lalu lintas
5. Mengetahui hubungan antara manusia, kendaraan dan lingkungan dengan
kecelakaan lalu lintas
6. Mengetahui cara pencegahan dari kasus kecelakaan lalu lintas
7. Mengetahui cara pengendalian dari kasus kecelakaan lalu lintas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas

Lalu lintas di dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009 didefenisikan sebagai gerak
kendaraan dan orang di orang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu
lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan. Orang,
dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan
untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib
dan teratur, nyaman dan efisiensi melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalulintas.

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas

Klasifikasi kecelakaan pada dasarnya dibuat berdasarkan tingkat keparahan korban,


dengan demikian kecelakaan lalu lintas dibagi dalam 4 macam kelas sebagai berikut:

1. Klasifikasi berat (fatality accident), apabila terdapat korban yang mati (meskipun
hanya satu orang) dengan atau korban luka-luka berat atau ringan.
2. Klasifikasi sedang, apabila tidak terdapat korban yang mati namun dijumpai
sekurang-kurangnya satu orang yang mengalami luka-luka berat.
3. Klasifikasi ringan, apabila tidak terdapat korban mati dan luka-luka berat, dan hanya
dijumpai korban yang luka-luka ringan saja.
4. Klasifikasi lain-lain (kecelakaan dengan kerugian materiil saja), yaitu apabila tidak
ada manusia yang menjadi korban, hanya berupa kerugian materiil saja baik berupa
kerusakan kendaraan, jalan, jembatan, ataupun fasilitas lainnya.

Menurut Undang- Undang pasal 93 ayat 2 tentang korban kecelakaan lalu lintas yaitu:
a. Luka ringan
Luka ringan adalah keadaan korban yang mengalami luka-luka yang tidak
membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau
perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit, terdiri dari:
 Luka kecil dengan pendarahan sedikit dan penderita sadar
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % dengan penderita sadar
 Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi.

3
b. Luka Berat
Luka Berat adalah korban mengalami luka-luka yang dapat
membahayakan jiwa dan memerlukan pertolongan atau perawatan lebih
lanjut dengan segera di Rumah Sakit, terdiri dari:
 Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya
luka yang mengalami kepala dan batang kepala.
 Luka bakar yang luasnya meliputi 25% dengan luka baru
 Patah tulang anggota badan dengan komplikasi disertai dengan rasa
nyeri yang hebat dan pendarahan yang hebat.
 Pendarahan hebat kurang lebih 500 cc
 Benturan/luka yang mengenai badan penderita yang menyebabkan
kerusakan alat-alat dalam misalnya: dada, perut, usus,kandung
kemih,ginjal,hati,tulang belakang, dan batang kepala.
c. Meninggal
Keadaan dimana penderita terdapat tanda-tanda kematian secara fisik.
Korban kecelakaan yang meninggal di lokasi kejadian atau meninggal
selama perjalanan di Rumah Sakit.

2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan lalu lintas

Secara umum ada tiga faktor utama penyebab kecelakaan. Faktor manusia, kendaraan,
dan lingkungan. Kecelakaan yang terjadi pada umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja, melainkan hasil interaksi antara faktor lain. Hal-hal yang tercakup dalam faktor-
faktor tersebut adalah:
a. Faktor Pengemudi : kondisi fisik (mabuk, lelah, sakit), kemampuan
mengemudi, penyebrang atau pejalan kaki yang lengah.
b. Faktor kendaraan : kondisi mesin, rem, lampu, ban, muatan, dan lain-lain
c. Faktor lingkungan jalan : desain jalan, control lalu lintas dan cuaca

2.3.1 Manusia
1. Faktor Pengemudi
Manusia sebagai pengemudi dianggap sebagai salah satu faktor
utama yang menentukan kecelakaan lalu lintas. Faktor pengemudi
ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap kecelakaan lalu
lintas. Karakteristik pengemudi berkaitan dengan
a. Keterampilan mengemudi

4
b. Kecakapan Mengemudi : pengemudi baru/belum
berpengalaman melalui jalanan/rute
c. Gangguan Kesehatan ( mabuk, ngantuk, dan letih )
d. Perilaku pengemudi : ngebut, tidak disiplin atau melanggar
rambu
e. Umur pengemudi 55 tahun atau lebih
f. Umur pengemudi 20 tahun atau kurang

2. Faktor Penumpang
Secara psikologis ada juga kemungkianan penumpang mengganggu
pengemudi misalnya jumlah muatan baik penumpang maupun barang
yang berlebih.

3. Faktor Pemakai jalananan


Pemakain jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari kendaraan.
Disana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda, selain itu jalan raya
dapat menjadi pedagang kaki lima, peminta-minta.jalan umum juga
dipakai sebagai sarana perparkiran. Tidak jarang terjadi, mobil terparkir
mendapat tabrakan.

2.3.2. Kendaraan
Faktor-faktor penting dari kendaraan adalah sebagai berikut jarak
penglihatan sistem penerangan, sistem istrumen dan peringatan, rem, ban,
stabilitas kendaraan, ukuran dan berat, daya. Kendaraan, tercatat menjadi
penyebab kecelakaan lalu lintas yang berakibat parah. Kecelakaan lalu lintas
sebagai akibat kerusakan rem atau rem blong sering terjadi. Selain rem, masih
banyak alat pemberi isyarat pada umumnya berupa lampu isyarat sebagai
kelengkapan kendaraan yang sering terabaikan.

2.3.3 Lingkungan
Disamping bentuk fisik jalan yang dipengaruhi oleh Geometrik Design dan
kontruksi jalan, faktor lingkungan jalan pun dapat mempengaruhi kemungkinan
terjadinya kecelakaan. Ada 4 faktor yang mempengaruhi kelakuan manusia
yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas
yaitu:
a. Penggunaan tanah dan aktivitasnya, daerah ramai, lenggang dimana
reflek pengemudi akan mengurangi kecepatan kendaraan atau
sebaliknya.

5
b. Cuaca, udara dan kemungkinan-kemungkinan yang terlihat misalnya
pada keadaan hujan, berkabut dan lain-lain.
c. Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, adanya rambu-rambu lalu lintas.
d. Arus dan sifat-sifat lalu lintas, jumlah, macam dan komposisi kendaraan
akan dapat mempengaruhi kecepatan perjalanan

Jalan lebar, disatu sisi memberikan kenyamanan bagi lalu lintas kendaraan,
namun sisi lain dapat disisi lain dapat menjadi ancaman keselamatan karena
kecepatan kendaraan. Jalan penuh dilengkapi dengan berbagai kelengkapan
jalan guna membantu mengatur arus lalu lintas, yaitu: marka jalan, jalur
pemisah, lampu lalu lintas agar pengaman.
Tidak kalah penting adalah penentuan aliyemen jalan baik horizontal
(tikungan dan persimpangan) maupun vertikal (tanjakan-turunan), sangat
berpengaruh terhadap kebebasan pandang para pengemudi yang pada
gilirannya mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas atau bahkan
membahayakan lalu lintas. Perancang pembangunan jalan bertangung jawab
untuk memasukkan faktor-faktor keselamatan selengkap-lengkapnya dalam
rancangannya guna meminimumkan terjadinya kecelakaan.

6
2.4 Hubungan Manusia,Kendaraan, dan Lingkungan Terhadap Kecelakaan Lalu
Lintas

Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu manusia,
kendaraan dan lingkungan.

Faktor-Faktor
Tahap Manusia Kendaraan dan Lingkungan (prasarana)
Peralatan
Pra Pencegahan  Informasi  Kelayakan  Desain jalan dan
Kecelakaan Kecelakaan  Perilaku Kendaraan permukaan jalan
Ketidakmampuan  Tersedianya alat  Rambu lalu lintas
 Pembinaan oleh tanggap darurat dan marka jalan
polisi  Cara dan kesusaian  Fasilitas bagi
pejalan kaki

Saat Pencegahan  Penggunaan alat  Alat pelindung diri  Fasilitas


Kecelakaan cedera saat pelindung diri  Alat kemudian perlengkapan jalan
Kecelakaan penyelamat diri tersedia dan
lalu lintas  Resiko kebekaran berfungsi
tanggap darurat
berfungsi
 Desain
perlindungan
kecelakaan lalu
lintas

Pasca Kelanjutan  Kemampuan  Aksesibilitas ke


Kecelakaan kehidupan pertolongan awal lokasi kecelakaan
 Akses ke
pelayanan

7
2.5 Upaya Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas

Usaha untuk mengurangi tingginya rtingkat kecelakaan maka ada beberapa usaha
yang dapat dilakukan dengan hasil yang cukup signifikan yaitu:

1. Perbaikan karakteristik jalan


 Perbaikan alinyemen
 Perbaikan skidness dari permukaan jalan
 Penebalan jalan
 Pemasangan rambu dan alat peringatan
 Pemasangan pada lampu fleshing
 Menggunakan over head bridge (jembatan penyebrangan) sesuai
dengan peruntukannya
 Pemasangan dan pengaturan penempatan rambu-rambu lalu lintas.
2. Perbaikan karakteristik pengguna jalan,usaha yang bisa dilakukan:
 Penegakan hukum yang konsisten (Law enforcement)
 Penggunaan safety seperti helm dan self belt
 Kegiatan pemeriksaan kesehatan
3. Perbaikan kendaraan, usaha yang dapat di lakukan :
 Kegiatan pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum
pemakaian, seperti melakukan pemeriksaan ban, rem, lampu,
bahan bakar,mesin dan radiator
 Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya, seperti
melakukan pembatasan kapasitas angkut, dan melakukan
kesesuaian angkutan.
 Pemeliharaan kendaraan secara rutin, seperti melakukan
pemeliharaan secara berkala.
 Uji kelayakan dan keamanan kendaraan dengan cara melakukan
pemeriksaan kelengkapan fasilitas keselamatan dan kelayakan
secara berkala.

8
2.6 Upaya Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas
Upaya-upaya pengendalian faktor kecelakaan lalu lintas :
1. Faktor manusia
Peningkatan prilaku positif dalam pmakaian jalan melalui edukasi dan sosiolisasi .
 Memberikan sanksi bagi pengemudi yang di dalam darahnya mengandung
kadar alcohol di atas ambang batas .
 Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar
alkoholdalam darah
 Larangan mengemudikan kendaraan saat dalam pengaruh obat tertentu
 Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama untuk
pengemudi alat transformasi masal
 Pemasangan kamera pada lampu lalu lintas untuk memantau perilaku pemakai
jalan .
 Melengkapi dan mengharuskan penggunaan sabuk pengaman keselamatan dan
kursi khusus untuk bayi dan anak-anak
 Penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan jenis kendaraan .
2. Faktor kendaraan
 Membatasi akses antar jenis pemakai jalan dengan cara membedakan zona
pejalan kaki atau pengendara sepeda dengan pemakai pengendara bermotor
 Memberikan proritas pada alat transfortasi massal
 Membatasi kecepatan dan spesifikasi kendaraan roda dua
 Meninggikan batasan usia untuk memperoleh SIM kendaraan roda dua
 Memperketat persyaratan kelulusan untuk memperoleh SIM
 Menyediakan sarana penghalang untuk mencegah kendaraan di belakang
mendahului.
3. Faktor lingkungan fisik
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang
wajar dan terlaksana sejak manusia itu di lahirkan sampai ia meninggal dunia . hal ini
di sebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya .akan tetapi dalam proses interaksi manusia dan lingkungan
ini tidak selalu mendapatkan keuntungan kadang-kadang manusia mendapatkan
kerugian.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh sebab itu,
kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas adalah masalah yang luas dan
komplek dengan faktor penyebab utamanya adalah manusia.Ada 3 faktor yang
dianggap menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu: manusia, kendaraan dan
lingkungan.

Faktor manusia meliputi pengemudi, pengumpang, pemakai jalan. Faktor


kendaraan meliputi sistem penerangan, sistem istrumen dan peringatan, rem, ban,
stabilitas kendaraan, ukuran dan berat, daya. Dan faktor lingkungan Penggunaan
tanah dan aktivitasnya, cuaca, udara, fasilitas yang ada pada jaringan jalan, drus dan
sifat-sifat lalu lintas,dan Jalan lebar.

3.2 Saran
Dengan terus meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas maka diharapkan:
1. Agar pengemudi lebih berhati-hati dalam mengendarai kendaraan
2. Para pengemudi hendak menggunakan alat pelindung diri (safety)
3. Pengemudi lebih memerhatikan dan mematuhi peraturan yang ada dijalan raya
seperti rambu-rambu lalu lintas agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas.
4. Sebelum menggunakan kendaraan sebaiknya keadaan kendaraan diperiksa
terlebih dahulu.
5. Jika keadaan cuaca buruk hendaknya pengendara lebih berhati-hati karena
pada saat cuaca hujan lebih sering atau berisiko terjadi kecelakaan lalu lintas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Busyan,M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Ambasari,F.G (2012). “Penggunaan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk
Analisa Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Bandung”, 10

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, (2008). “Pedoman Pengendalian Faktor


Resiko akibat Kecelakaan dan Cedera ( Seri Kecelakaan Lalu Lintas )”, 10, 15-17

Oktavania, F (2008). “Pola Cedera Kecelakaan”, 1-3

11

Anda mungkin juga menyukai