Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dokter adalah orang yang mempunyai keahlian profesional sebagai pemberi jasa, di pihak
lain pasien orang yang memerlukan bantuan jasa profesi dokter sebagai penerima jasa
pelayanan. Hubungan kedua belah pihak tersebut dimulai pada saat pertama kali pasien
datang ke kamar praktik dokter dengan membawa keluhan sakit pada dirinya. Setelah
mendengar keluhan sakit dari pasien maka timbul inisiatif dokter untuk melakukan tindakan
tertentu yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien
Kedudukan hukum para pihak dalam tindakan medis adalah seimbang sesuai dengan
tanggung jawabnya masing-masing. Dokter bertanggungjawab selaku profesional di bidang
medis yang memiliki ciri tindakan medis berupa pemberian bantuan atau pertolongan yang
seharusnya selalu berupaya meningkatkan keahlian dan ketrampilannya melalui penelitian.
Sebagaimana dikemukakan, bahwa dengan adanya hubungan hukum antara dokter dan
pasien baik karena perjanjian maupun karena undang-undang, maka timbul hak dan
kewajiban dalam hukum. Artinya, berbicara masalah hukum, tidak bisa lepas dari munculnya
hak dan kewajiban yang melekat di dalam setiap ketentuan hukum. Semua hak melahirkan
kewajiban, demikian juga sebaliknya. Hak memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada
individu di dalam pelaksanaannya, sedangkan kewajiban pembatasan dan beban bagi individu
tersebut.
Menurut Nila Ismani, yang menyatakan bahwa, “Hak di dalam pengertian secara umum
adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai
dengan keadilan, moralitas dan legalitas”. Oleh karena itu, hak merupakan suatu kepentingan
yang dilindungi undang-undang, sedangkan kepentingan merupakan tuntutan perseorangan
atau kelompok yang diharapkan dipenuhi.
Berkaitan dengan masalah hak ini, Soedikno Mertokusumo mengatakan bahwa, terdapat
4 (empat) unsur yang terkandung dalam suatu hak, yakni :
1. Subyek hukum : segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan dibebani kewajiban.
Kewenangan untuk menyandang hak dan kewajiban ini disebut “Kewenangan Hukum”.
2. Obyek hukum : segala sesuatu yang menjadi fokus atau tujuan diadakannya hubungan
hukum
3. Hubungan hukum : hubungan yang timbul dan terjalin karena suatu peristiwa hukum;

1
4. Perlindungan hukum : segala sesuatu yang mengatur dan menentukan hak serta kewajiban
masing-masing pihak yang melakukan hubungan hukum, sehingga kepentingannya
terlindungi.
Di bagian lain Soedikno Mertokusumo juga menyatakan bahwa, ada 2 (dua) macam hak
yang melekat pada setiap individu, yaitu :
1. Hak absolut : yakni hak yang memberikan wewenang pada pemegangnya untuk berbuat
atau tidak berbuat yang pada dasarnya dapat dilaksanakan siapa saja dan melibatkan
setiap orang. Isi hak absolut ini ditentukan oleh kewenangan pemegang hak itu sendiri.
2. Hak relatif : yakni hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang dimiliki
seseorang terhadap orang-orang tertentu.
Di bidang kesehatan hak dan kewajiban pun menjadi hal yang sangat penting dan
mutlak untuk dilaksanakan. Mengingat kelalaian untuk memenuhi hak dan kewajiban akan
menimbulkan akibat yang tidak kecil, yakni berupa tuntutan ganti kerugian ataupun dapat
diduga melakukan tidak pidana yang diancam dengan sanksi pidana seperti hukuman mati,
penjara maupun denda bahkan sanksi pencabutan hak-hak yang melekat pada setiap individu
tersebut.
Dalam pelayanan kesehatan yang di dalamnya terkandung hubungan hukum antara
dokter dan pasien dalam perjanjian terapeutik secara otomatis timbul hak dan kewajiban
dokter dan pasien sebagai akibat hukum dari adanya hubungan hukum pelayanan kesehatan
tersebut.
Ditinjau dari sudut pandang sosiologi hukum, maka dokter yang melakukan hubungan
medis atau transaksi terapeutik terhadap pasien, masing-masing mempunyai kedudukan dan
peranan. Kedudukan merupakan wadah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sedangkan
peranan tidak lain merupakan pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing
pihak tersebut. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa, hak merupakan
kewenangan dokter dan pasien untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban tidak
lain merupakan beban atau tugas yang harus dilaksanakan, sehingga hak dan kewajiban
merupakan pasangan, oleh karena di mana ada hak, disitulah ada kewajiban dan begitu
sebaliknya.
Untuk mengetahui lebih mendalam apa sajakah yang menjadi hak dan kewajiban dokter
dan pasien dalam pelayanan kesehatan, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa hak dan
kewajiban dokter dan pasien secara parsial, baik yang bersumber dari hubungan hukum
maupun undang-undang.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hak Dokter


2. Bagaimana Kewajiban Dokter

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa hak dokter


 Untuk mengetahui apa kewajiban dokter

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hak Dokter
Pasal 50 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran
menyebutkan hak dokter dalam menjalankan tugas profesinya. Dokter dalam
menjalankan praktek kedokteran memiliki hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai denagn
standar profesi dan standar prosedur operasional.
Standar profesi menurut penjelasan pasal 50 Undang-undang Nomor 29 tahun
2004 adalah batasan kemampuan (Knowledge, skill dan professional attitude)
minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan
kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh oleh
organisasi profesi.
Menurut penjelasan pasal 50 Undang-undang Nomor 29 tahu 2004, standar
prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelasiakan suatu proses kerja rutin tertentu.
Dokter melakukan praktik sesuai dengan standar tidak dapat disalahkan dan
bertanggung jawab secra hukum atas kerugian atau cidera yang diderita pasie
karena kerugian dan cidera tersebut buka akibat oleh kesalahan atau kelalaian
dokter. Perlu diketahui bahwa cedera atau kerugian yang diderita pasien dapat saja
terjadi karena perjalanan penyakitnya sendiri atau karena resiko medis yang dapat
diterima dan telah disetujui pasien dalam informed consent.
2. Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi dan stadar
operasional.
Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya yang
dianggap melanggar standar profesi dan atau standar prosedur operasional.
3. Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau keluargnya.
Dokter tidak hanya memmerlukan informasi kesehatan dari pasien, melainkan
juga informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas pasien dan faktor-
faktor kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit da penyembuhan
penyakit.
4. Menerima imbala jasa
Hak atas imbalan jasa adalah hak yang timbul sebagai akibat hubungan dokter
dengan pasien, yang pemenuhannya merupakan kewajiban pasien. Dalam keadaan

4
darurat atau dalam kondisi tertentu, pasien tetap dapat dialayani dokter tanpa
mempertimbangkan aspek finansial.

Dari hak-hak dokter sebagaimana ditentukan dalam Pasal 50 di atas, nampak


bahwa dokter berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan medis
yang telah dilakukan, sepanjang apa yang telah dilakukan dokter atau dokter gigi
sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional. Dengan kata lain, bilamana
dokter atau dokter gigi telah melakukan tindakan medis sesuai standar profesi dan
standar prosedur operasional tidak dapat dituntut secara hukum di persidangan
lembaga peradilan.

Hak-hak dokter menurut Fred Ameln yaitu sebagai berikut:


1. Hak untuk bekerja sesuai standar medik
Hak ini adalah hak terpeting dari seorang dokter. Untuk memelihara kesehatan
pasien maka seorag dokter mempunyai hak untuk bekerja sesuai standar
profesinya.
2. Hak menolak melaksanakan tindakan medik karena secara profesional tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
3. Hak untuk menolak suatu tindakan medik yang meurut suara hatinya tidak baik.
Seorang dokter menurut hak ini mendapatkan hak bertindak sesuai
pengetahuan dan hati nurani) dan jika ia menghadapi suatu kasus tersebut ini
dimana ia menolak, maka ia mempunyai kewajiban untuk merujuk pada dokter
lain.
4. Hak megakhiri hubungn dengan seorang pasien apabila ia menilai bahwa kerja
sama dengan pasien tersebut tidak ada gunanya.
5. Hak atas privasi dokter
Pasien harus menghargai dan menghormati hal yang menyangkut privasi
dokter, misalnya jangab memperluas hal yang sanagt pribadi dari dokter yang
pasien tersebut ketahui sewaktu mendapatkan pengobatan.
6. Hak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang
tidak puas terhadapnya (ihtikad baik pisen).
Jika seorang pasien tidak puas dan ingin mengajukan keluha maka seoarg
dokter mempuyai hak agar pasien tersebut bicara dahulu dengannya sebelum

5
mengambil langkah-langkah lain misalnya melaporkan dokter itu pada Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) atau mengajukan gugatan perdata ataupun tuntutan pidana.

7. Hak atas balas jasa


Hak ini pula sesuai dengan persetujian terapeutik dimana dari pihak apsien di
samping memiliki hak pasien, ia juga mempuyai kewajiban untuk memberiakan
suatu honor kepada dokter dan kewajiban pasien tersebut meruapakan salah satu
hak dokter. Dalam hal ada asuransi kesehatan pasien ini diambil oper oleh
asuransi.
8. Hak atas pemberian penjelasan lengkap oleh pasien tentang peyakit yang
dideritanya.
Misalnya agar dokter mendiagnosa dengan baik pasien juga harus bekerjasama
sebaik mungkin dengan dokter yang menanganinya.
9. Hak untuk membela diri
10. Hak untuk memilih pasien
Hak untuk memilih pasien ini sama sekali bukan merupakan hak yang mutlak.
Lingkunga sosial merupakan hal yang sangat mempengaruhi hak ini dalam
masyarakat yang bersifat kolektivitas, seoatg dokter bias di didik community
oriental dan sama sekali mengesampingkan adanya hak ini.
11. Hak menolak memberikan ketrerangan tentang pasien di pengadialan.
Seorang dokter dapat meminta agar untuknya tidak diterapkan pasal 170 ayat
1 KUHP diamna di atur mengenai pembebasan untuk memberiakn keterangan
sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan pada mereka.

Selain itu menurut Ari Yunanto dan helmi, dokter juga memiliki hak yang berasal
dari hak asasi manusia seperti:
1. Hak atas privasinya
2. Hak untuk diperlakukan secara layak
3. Hak untuk beristirahat
4. Hak untuk secara bebas memilih pekerjaan
5. Hak untuk terbebas dari intervensi, ancaman, dan kekerasan dan lain-lain
sewaktu menolong pasien.

6
2.2 Kewajiaban Dokter
Selain memiliki hak dokter juga memiliki kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi. Kewajiban dokter tehadap pasien menurut L.ennen meliputi beberapa hal,
antara lain:
1. Kewajiban yang timbul dari sifat pelayanan medis, di mana dokter harus bertindak
sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktik kedokterannya
secara “lege artis”
2. kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak-hak asasi
manusia dalam bidang kesehatan;
3. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.

Menurut Fred Amelin, kewajiban dokter dibedakan dalam tiga kelompok yaitu:
1. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosieal pemeliharaan kesehatan,
pada kelompok ini, kepetigan masyarakat menonjol dan bukan hanya kepentingan
pasien saja. Karena itu, dalam melakukan kewajiban disini seoarng dokter garus
memperhitungkan faktor kepentingan masyarakat misalnya:
a. pada sarana tempat ia bekerja (misalnya Rumah sakit, klinik, puskesmas)
setiap dokter harus berhati-hati dalam medistribusikan obat-oabtan yang
persediannya hanya sedikit
b. dalam menentukan diopnamenya seotang pasien, dokter harus
memperhitugkan jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit dan keadaan
sakit pasien.
c. Mempertimbangkan penulisan resep obat yang murah darp pada penulisan
obat yang mahal untuk penyembuhan pasien.
2. Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien
Termasuk kewajiban profesi seorang dokter untuk selalu memperhatikan dan
menghormati semua hak pasien. Beberapa hak pasien yang harus dihormati antara
lain:
a. Hak atas informasi
b. Hak memeberikan persetujuan
c. Hak memilih dokter
d. Hak memilih sarana kesehatan
e. Hak atas rahasia kesehatan
f. Hak menolak pengobatan/perawatan

7
g. Hak menolak suatu tindakan medis tertentu
h. Hak menghentikan pengobatan
i. Hak mendapatkan second opinion (pendapat kedua)
j. Hak melihat reka medis
3. Kewajiban yang berhubungan dengan standar profesi kedokteran dan kewajiban
yang timbul dari standar profesi kedokteran
Kewajiban yang termasuk dalam kewajiban ini adalah :
a. Terus-merus menambah pengetahuan medis, mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran pada umumnya dan ilmu kategori spesialisasi sendiri pada
khususnya.
b. Selalu membuat rekam medis yang baik secara berkesinambunagn atau
kontinu denagn keadaan pasien misalnya diagnosa, terapi, riwayat medis
pasien, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penyakit dan perawatan
pasien.

Kewajiban-kewajiban dokter terhadap pasien dalam melaksanakan pelayanan


kesehatan sebagaimana diuraikan di atas, secara normatif diatur lebih konkret dalam
ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
yang menyatakan bahwa ;
“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan dan pengobatan;
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.

8
Dalam kaitannya dengan kewajiban dokter, kode etik kedokteran indonesia
(KODEKI) memyebutkan bahwa kewajiban dokter dikelompokkan menjadi empat
yaitu:
1. Kewajiban umum
a. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter (pasal 1)
b. Seorang dokter harus senantiasn berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi (pasal 2)
c. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seoarng dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemnadirian profesinya. (pasal 3)
d. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri (pasal 4)
e. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkinmelehmahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanay diberiakn untuk kepentinagn dan kebaiakn pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien. (pasal 5)
f. Setiap dokter garus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapakan setiap penemuan teknik atau pengobaytan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulakan keresahan masyarakat
(pasal 6)
g. Seorang dokter hanya memberikan surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya (pasal 7)
h. Dalam melakuakan pekerjaannya seorag dokter harus memeperhatikan
kepentingan masyarakat dan memeoerhatikan semua aspek pelayanann
masyarakat yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif),
baik fisk maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenar-benarnya (pasal 8)
i. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati (pasal 9)
2. Kewajiban dokter terhadap pasien
a. Setiap dokter wajib bersifat tulus ikhlas dan memperguankan segaal ilmu da
keterampilannya untuk kepentigan pasien. Dalam hal ini ia tidak mamapu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,

9
ia wajib menujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalm
penyakit tersebut. (pasal 10)
b. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapt berhubungan denngan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan
atau dalam masalh lainnya (pasal 11)
c. Setiap dokter wajib merahasiakan segal sesuatu yang diketahuinya tentang
seoang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meinggal dunia (pasal 12)
d. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemausiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikanya (pasal 13)
3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
a. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sabaimana ia sendiri ingi
diperlakuka (pasal 14)
b. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis (pasal 15)
4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
a. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapt bekerja dengan
baik (pasal 16)
b. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan (pasal 17)

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di bidang kesehatan hak dan kewajiban pun menjadi hal yang sangat penting dan
mutlak untuk dilaksanakan. Sebagaimana dikemukakan, bahwa dengan adanya hubungan
hukum antara dokter dan pasien baik karena perjanjian maupun karena undang-undang, maka
timbul hak dan kewajiban dalam hukum. Artinya, berbicara masalah hukum, tidak bisa lepas
dari munculnya hak dan kewajiban yang melekat di dalam setiap ketentuan hukum. Semua
hak melahirkan kewajiban, demikian juga sebaliknya. Hak memberi kenikmatan dan
keleluasaan kepada individu di dalam pelaksanaannya, sedangkan kewajiban pembatasan dan
beban bagi individu tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cakreswara, Kanina (2012). Peratanggungjawaban pidana dokter pada kasus malpraktek.


Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia (hal 34-42)
Santosa, Arief Teguh Santosa (2005). Pelaksanaan Tanggung Jawab Ruamh Sakit dan
Dokter Terhadap Pasien Berdasarkan Persetujuan Tindakan Medik. Semarang:
Universitas Diponegoro
Yunita, Nourma. Hak dan kewajiban dokter. Universitas Islam Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai