Disordered eating, menstrual irregularity and bone mineral density in
Judul Penelitian female runners. Peneliti Cobb, Kristin L., et al. Atlet wanita yang mengalami perilaku makan menyimpang biasanya mengurangi asupan energi tetapi mepertahankan tingkat latihan yang ketat sehingga mengalami kekurangan energi kronik. Diantara konsekuensi buruk lainnya, kekurangan energi kronik dapat menekan sekresi estrogen, gangguan metabolisme, amenorrhea atau oligomenorrhea (gangguan siklus menstruasi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gangguan makan (disordered eating), ketidakterturan siklus menstruasi, dan kepadatan mineral tulang yang rendah pada atlet lari Latar Belakang jarak jauh wanita. Dalam jurnal ini, kami melakukan pengecekan pola dan perilaku makan, status menstruasi, dan kepadatan mineral tulang pada sekelompok atlet lari jarak jauh wanita sebanyak 91 orang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan uji coba terkontrol secara acak. Hasil pemeriksaan yang didapat adalah bahwa etiologi terjadinya gangguan / ketidakteraturan siklus menstruasi dalam kelompok ini, secara spesifik berhubungan dengan diet (asupan nutrisi) dan perilaku makan seseorang Cross Sectional. Subjek terdiri dari 91 atltet lari wanita berusia 18 – 26 tahun. Gangguan makan diukur melalui pengisian kuisioner menggunakan Metode EDI (Eating Disordered Inventory). Ketidakteraturan siklus menstruasi ditentukan dengan melihat jumlah siklus menstruasi dalam 1 tahun , jika 0 – 9 kali pertahun dikategorikan amenorhea. BMD diukur menggunakan x-ray absorptiometri. Skor tertinggi dari EDI (Eating Disorderd Inventory) menunjukkan hasil bahwa adanya perilaku makan menyimpang atau adanya gangguan makan berhubungan dengan Amenorrhea (tidak terjadinya haid pada wanita, terlambat, siklus terganggu), setelah disesuaikan dengan persen lemak tubuh, usia, jarak lari perminggu, usia awal menstruasi, dan asupan lemak (OR [95% CI]: 4.6 [1.1–18.6]). Pelari yang mengalami amenorrhea memiliki BMD (kepadatan mineral tulang) yang lebih rendah dibandingkan dengan pelari yang siklus mentruasinya normal (eumenorrhea) dengan hasil persen pada tulang belakang (-5 %), panggul (- 6 %) dan seluruh tubuh (- 3 %), meskipun telah diakumulasi dengan berat badan, persen lemak tubuh, skor EDI, dan usia saat awal menstruasi. Pelari yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi (eumenorrheic) dengan skor EDI yang tinggi memiliki skor BMD yang rendah dibandingkan dengan pelari Hasil dan eumenorreha yang memiliki skor EDI yang normal pada hasil persen Pembahasan tulang belakang (- 11 %), dan panggul serta keseluruhan tubuh masing – masing (- 5 %) dengan menyesuaikan perbedaan berat badan dan persen lemak tubuh subjek. hasil penelitian menunjukkan 23 wanita dengan skor EDI tertinggi, 65 % diantaranya mengalami amenorrhea. Pada penelitian ini, kami memastikan adanya hubungan antara gangguan makan (perilaku makan menyimpang) dengan terjadinya amenorrhea (gangguan siklus menstruasi) pada pelari jarak jauh wanita. Wanita dengan skor EDI yang tinggi (memiliki perilaku makan menyimpang) beresiko 4 kali lipat mengalami gangguan siklus menstruasi. Perilaku makan menyimpang dapat menyebabkan penurunan level estrogen atau perubahan hormon sex lainnya, yang mengakibatkan penurunan kepadatan mineral tulang dan ketidakteraturan siklus menstruasi Pada pelari jarak jauh wanita usia muda, gangguan makan (perilaku makan menyimpang) sangat berkaitan dengan ganggungan siklus menstruasi. Gangguan siklus menstruasi berkaitan dengan skor BMD Kesimpulan (kepadatan mineral tulang) yang rendah. Adanya gangguan makan berkaitan dengan skor BMD yang rendah dan mengalami gangguan menstruasi.