Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan peledakan, tidak dapat dipisahkan dari kerusakan massa batuan.
Kekuatan massa batuan yang membentuk lereng akan dipengaruhi oleh
kekuatan utuh massa batuan tersebut, tetapi akan lebih tergantung pada
kekuatan dari massa batuan yang rusak.
Ledakan pada zona yang tidak stabil menyebabkan getaran, percepatan, dan
perpindahan dapat menjadi pemicu suatu pergerakan atau kelongsoran lereng .
Dalam pekerjaan peledakan diharapkan getaran yang dihasilkan tidak melebihi
batas maksimum kecepatan partikel puncak terhadap dinding batuan dari lokasi
peledakan. Peledakan produksi dapat memberikan dampak yang sangat besar
bagi perancangan lereng. Pengrusakan akibat peledakan yang meluas hingga
mencapai dinding batuan akan meningkatkan backbreak, yang mengakibatkan
catch bench yang dihasilkan menjadi lebih sempit dan sudut kemiringan lereng
yang lebih landai (flatter bench-face angle). Hal ini jelas membutuhkan
perataan sudut lereng interramp untuk mencapai lebar catch bench yang
diinginkan.
Untuk mencapai sudut lereng yang lebih besar, adalah penting sekali untuk
melakukan program kegiatan peledakan yang luas, yang nantinya akan
meminimalkan overbreak. Sehingga diharapkan akan dihasilkan desain
peledakan yang optimal dan aman. Berdasarkan pemaparan diatas maka
penyusun memilih judul “ PENGARUH GROUND VIBRATION PADA
KEGIATAN PELEDAKAN TERHADAP SLOPE DESIGN DI PT. BERAU
COAL“

1.2. Permasalahan
Dari tinjauan masalah di atas, dirumuskan permasalahan yaitu dengan
menentukan jarak aman lokasi peledakan dan jumlah massa bahan peledak
yang digunakan terhadap dinding batuan yang ditinggalkan dan dinding batuan
yang akan dibentuk yang sesuai untuk masing-masing tipe batuan.

1
1.3. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memonitor dan menyelidiki akibat getaran yang dihasilkan oleh

pekerjaan peledakan terhadap pengrusakan lereng.

2. Menentukan parameter nilai batas kecepatan partikel puncak yang cocok

untuk tiap tipe batuan.

3. Menentukan rancangan peledakan yang akan membatasi kerusakan

terhadap dinding batuan.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengambilan keputusan yang menyangkut masuknya air dari permukaan
(rembesan) pada area ini yang mengalir ke area ambrukan bijih di PT Freeport
indonesia.
2. Mengoptimalisasi aktivitas pertambangan pada pengangkutan di ambukan
bijih
3. Meningkatkan produktivitas alat berat tambang baik itu alat muat maupun alat
angkut
4. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau bahan perbandingan bagi
peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2
2.1. Dasar Teori
Bumi ini hampir dua per tiga luasnya terdiri dari air. Air dalam kehidupan
manusia memegang peranan yang sangat penting. Air dalam jumlah besar dapat
merugikan manusia seperti yang terjadi sekarang ini di banyak tempat yaitu banjir,
atau dalam bidang pertambangan air dapat mengganggu laju produksi , begitu juga
dalam jumlah yang sebaliknya. Jumlah air yang ada di bumi ini sekitar 96,54 % ada
di laut, dan 1,73 % ada di bagian kutub (kutub utara dan selatan). 1,69 % berupa air
tanah (dengan komposisi 0,76 % air tawar dan 0,93 % berupa air asin)5).

Bila dilihat keseimbangan jumlah air tawar yang ada, maka air tanah
memberikan distribusi yang cukup penting karena jumlah mencapai 30,061 % dari
keseluruhan air tawar yang ada. Dan bicara tentang keseimbangan air secara
menyeluruh di bumi maka sebagian dari keseluruhan air yang ada di bumi
mengalami proses yang membentuk siklus dimana air mengalami perubahan bentuk
dan tempat. Melalui penguapan, air berubah menjadi uap dan naik ke atmosfer.
Setelah mengalami transportasi dan kondensasi uap air tersebut akan jatuh ke bumi
dalam bentuk presipitasi (hujan, embun dan salju). Air yang jatuh di daratan
sebagian akan menguap, sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah dan bagian
lainnya akan mengalir di permukaan menuju sungai dan seterusnya menuju laut.
Siklus ini disebut Siklus Hirologi.

Dalam sirkulasi air, hubungan antara air yang masuk (inflow) dan air yang
keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air
(water balance). Neraca air tersebut dinyatakan menggunakan cara matematis :

dS
I - O =
dt

dimana :

I = aliran air yang masuk (inflow)

O = aliran air yang keluar (outflow)

3
S = Simpanan (storage)

t = waktu (time)

Pada jangka waktu yang lama simpanan cenderung mendekati nol sehingga
keseimbangan air hanya dipengaruhi oleh yang masuk dan keluar ke dalam sub-
sistem. Namun pada waktu jangka waktu yang pendek simpanan menjadi suatu
faktor yang penting karena ini juga berarti peredaran air dapat dilihat hanya pada
sub-sistem.
Jika terjadi kondisi aliran air yang unbalance pada suatu daerah maka dapat
diperkirakan ada sejumlah air yang terperangkap dan hilang di dalam daerah,
seperti di tambang (dalam cave, orepass atau fasilitas tambang lainnya).

Air juga merupakan salah satu komponen yang ada pada kegiatan
penambangan bawah tanah. Keberadaan air dalam tambang bawah tanah dapat
menggenangi tambang sehingga harus dikeluarkan melalui sistem penyaliran.
Sistem penyaliran adalah usaha untuk mencegah masuknya air atau untuk
mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi daerah penambangan yang dapat
mengganggu aktifitas penambangan.

Pengaruh air dalam tambang bawah tanah berhubungan erat produksi


tambang :

 Pengaruh Langsung
Adanya kelebihan air atau kesalahan dalam menangani air dalam tambang dapat
mengganggu bahkan menghentikan kegiatan produksi, merusak alat dan
membahayakan pekerja tambang. Perbaikan tambang yang tergenang biasanya
tidak efektif karena akan memakan waktu yang cukup lama dan mahal.

 Pengaruh Tak langsung


Pengaruh tidak langsung biasanya dalam jangka waktu yang lama dan
mempengaruhi produksi termasuk, diantaranya :

4
- menurunnya efesiensi kerja para pekerja dan alat karena bekerja pada kondisi
yang basah
- meningkatnya korosi dan keausan pada alat sehingga menurunkan umur pakai dan
meningkatnya biaya perawatan alat
- mempengaruhi kemantapan dan kestabilan dinding lubang bukaan

- meningkatkan kandungan air pada material bijih sehingga akan mempersulit


pengolahan jika bijih yang akan diolah harus dalam keadaan kering.

Air dalam tambang bawah tanah masuk melalui beberapa cara antara lain :

a. Rembesan air bawah tanah


Air ini muncul karena adanya lapangan yang meluluskan air (lapisan permeabel)
atau lapisan akifer berdasarkan rongga/celah yang meluluskan air hujan.

b. Rembesan air dari sumber-sumber air


Air ini muncul dalam tambang bawah tanah juga karena sifat permeabilitas batuan
dimana lubang bukaan tersebut berada dekat dengan daerah tampungan air seperti
danau, rawa dan sungai.

c. Air yang dimasukan untuk tujuan tertentu


Air ini sengaja dimasukan ke dalam tambang untuk menunjang kegiatan tambang,
yang termasuk air jenis ini, antara lain :

- air pemboran
- air filling
- air untuk eliminasi debu

Secara garis besar penanganam sistem penyaliran dalam suatu tambang bawah
tanah dapat dilakukan dengan cara :

1. Memanfaatkan gravitasi

5
Suatu upaya pencegahan air berupa air limpasan dan air tanah masuk ke daerah
penambangan dengan memanfaatkan gaya gerak gravitasi.

2. Sistem pemompaan
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan dari air hasil kegiatan penambangan.

2.2. Pelaksanaan Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori dengan
data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan
metodologi penelitian yang dilakukan adalah :

1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang dan diperoleh dari :

- perpustakaan
- laporan penelitian perusahaan
2. Pengamatan lapangan\
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan
pengamatan langsung terhadap semua kegiatan yang akan diambil datanya.

3. Pengambilan data
Dengan jalan melakukan pengukura, meneliti produksi dan wawancara. Data
yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.

4. Akuisisi data
Bertujuan untuk :

- mengumpulkan dan mengelompokan data agar lebih mudah di analisa\


- mengetahui keakuratan data
- mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan
5. Pengolahan data

6
Yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran.
Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan rangkaian perhitungan
dalam suatu proses tertentu.

6. Analisis hasil pengolahan data


Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan

7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

2.3. Jadwal Kegiatan Penelitian


No Kegiatan Desember Januari Februari
Minggu I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi literatur X X X X
2 Pengamatan X X X
3 Pengambilan data X X X X X X
4 Pengolahan data X X X X X X
5 Penyusunan draft X X X X

BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN

7
3.1. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diambil atau diperlukan dalam penelitian ini antara lain :
A. Data primer
Data penting yang digunakan untuk membahas masalah yang dihadapi antara lain :
- data curah hujan - metode penirisan daerah tambang
- efesiensi kerja - metode penambangan\
- porositas tanah - keadaan air anah
- peta geologi - sifat fisis batuan dan akifer
- struktur geologi - RQD, dll
B. Data sekunder
Data pendukung yang dapat membantu menganalisa permasalahan dan untuk
memberi alternatif penyelesaian antara lain :
- lokasi kesampaian daerah
- iklim
- stratigrafi daerah
- dan lain-lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang diperlukan penyaliran adalah


A. Curah hujan
Pada sistem tambang bawah tanah, pemilihan suatu sistem penyaliran sedikit
dipengaruhi oleh curah hujan, berbeda bila dibandingkan dengan sistem tambang
terbuka yang lebih dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan. Sebagian uap air
yang terkondensasi dan jatuh ke bumi atau yang disebut presipitasi (berbentuk
hujan, salju ,es dan embun) akan meresap masuk ke dalam tanah. Sedangkan
sebagian mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke daerah yang
rendah. Air hujan yang mempengaruhi secara langsung sistem penyaliran adalah air
hujan yang mengalir pada permukaan tanah ditambah dengan sejumlah air yang
keluar dari proses infiltrasi.

8
Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi pada beberapa bagian
permukaan bumi maka faktor-faktor berikut ini , disamping sirkulasi uap air, adalah
penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi :
1. Garis lintang.
2. Ketinggian tempat.
3. Jarak dari sumber-sumber air.
4. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah.
5. Hubungan dengan deretan gunung.
Untuk banyak tujuan 4 unsur berikut ini mencirikan presipitasi yang jatuh pada
suatu titik :
1. Intensitas : jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu (mm/mnt, cm/jam ).
2. Lama hujan : periode presipitasi jatuh (mnt, jam, dll)
3. Frekuensi : ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan
jatuh pada suatu saat tertentu.
4. Luas areal : luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah hujan harian
maksiumum dalam satu tahun selama 10 – 20 tahun. Angka tersebut merupakan
data kadar (data mentah yang tidak dapat digunakan langsung untuk perhitungan).
Data curah hujan harus data lengkap dalam arti tidak boleh hilang dan data harus
homogen dan konsisten.
Pengolahan dilakukan dengan metode Gumbels yang didasarkan atas distribusi
normal. Beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologi tidak terbatas,
maka harus digunakan harga-harga terbesar (harga maksimum). Ada beberapa
tahap yang harus dilakukan yaitu :
1. Analisa frekuensi untuk nilai
Tujuannya untuk mendapatkan garis regresi dari data yang telah dikoreksi yang
merupakan tempat kedudukan dari nilai hujan harian Extrem. Rumus dari
persamaan regresinya adalah :
1
X =  + Y

dimana :

9
X = tinggi hujan harian maksimum, mm/hr
Y = variasi reduksi
 = koefesien dengan perhitungan :
1
 = x - Yn

1 m

 n
dimana :
x = harga rata-rata tinggi hujan dari tahun ke 1 – tahun ke N
m = standar deviasi dari harga rata-rata tinggi hujan
n = harga rata-rata yang diharapkan
Setelah didapatkan persamaan regresi kemudian diplotkan oada
Gumbels Extrem Probability Paper sehingga diperoleh suatu garis lurus yang
menyatakan hubungan antara periode ulang hujan dengan hujan harian maksimum.
2. Periode Ulang Hujan(PUH)
Adalah periode yang menyatakan kemungkinan terjadi tinggi hujan yang sama
dengan intensitas yang sama dalam satu kali periode ulang yang ditetapkan.
Penentuan PUH berhubungan dengan faktor resiko dalam perencanaan tambang.
Setelah PUH ditetapkan maka dapat dibaca nilai extrem dari hujan harian
berdasarkan garis regresi yang telah dibuat. Selanjutnya dapat digunakan untuk
rancangan intensitas curah hujan. Jika angka tersebut dikorelasikan dengan durasi
maka dapat dihitung intensitas curah hujannya. Sedangkan untuk menghitung nilai
hujan harian maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
x
Xr = x + (Yr  Yn )
n
dimana :
Xr = hujan harian maksimum
x = curah hujan harian rata-rata
x = standar deviasi
n = expected standar deviasi
Yr = expected reduksi untuk periode ulang hujan selam 5 tahun

10
Yn = expected mean
Setelah diperoleh data tersebut, pengolahan curah hujan adalah sebagai berikut :
- Perhitungan intensitas hujan
Dimaksudkan untuk mendapoatkan kurva durasi yang selanjutnya dapat dipakai
untuk dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Rumus yang
digunakan adalah rumus Hasper yaitu :
11.300t.Xt 
a. 1<t<24, maka R =
t  3,12.100

1.300t.R1
b. 0<t<1, maka R =
t 3,12.100

dan R1 = Xt .
1,218t  54
Xt 1  t   1,272t
dimana :
R,R1 = curah hujan menurut Hasper, mm
Xt = curah hujan maksimum yang dipilih, mm
t = durasi hujan, menit
Untuk menentukan intensitas curah hujan menurut Hasper digunakan rumus :
R
I = , mm/jam
T
dimana :
I = intensitas curah hujan, mm/jam
R = curah hujan menurut Hasper, mm
T = waktu terkumpulnya air, jam
- Pemilihan rumus intensitas curah hujan
Harga-harga intensitas curah hujan (I) tergantung dari harga yang digunakan (t).
Penyederhanaan persamaan tersebut dilakukan dengan metode : Talbot, Sherman,
dan Ishiguro. Rumus-rumus yang digunakan untuk perhitungan adalah
1. Untuk jenis I menurut Talbot
Rumus ini menetapkan bahwa tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang diukur
yaitu :

11
a
I =
tb

 Lt  I    I .t 
2 2
I
N. I    I 
a = 2 2

 I. Lt   N. I .t  2

N I   ( I)
b = 2 2

2. Untuk jenis II menurut Sherman


Rumus ini untuk jangka waktu t curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
a
I =
tn

 log I. log t    log t.log I. log t


2

N log t    log t 2
Log a = 2

n =
 log I. log t  N. log t.log I
N  log t  _ Logt 
2 2

3. Untuk jenis III menurut Ishiguro


a
I =
tb

a =
 I. t  I    I . t  I
2 2

N I    I 
2 2

B. Infiltrasi
Air cair yang diterima pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaan tidak
kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kapiler
dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Proses infiltrasi yang pertama adalah
tanah menyerap air yang datang untuk meningkatkan kelembaban tanah dan
selanjutnya mengalir ke badan air tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah.
2. Kelembaban tanah.
3. Waktu dan temperatur.

12
4. Pemampatan curah hujan
5. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
6. Pemampatan oleh manusia
7. Struktur tanah
8. Tumbuh-tumbuhan
9. Udara
Penentuan laju infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan menggunakan
cara-cara alami yang mendasarkan atas pembanding laju pasokan hujan dan
limpasan permukaan :
1. Hidrograf aliran sungai kecil
Pada suatu kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kecil (hingga untuk sekitar
0,04 km2) penentuan kehilangan infiltrasi jauh lebih rumit dibanding dengan
penentuan yang dilakukan oleh simulator hujan. Perkiraan kehilangan total
dimungkinkan dengan asumsi bahwa intensitas kehilangan selama hujan tidak
beragam dengan waktu (konstan).

2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang besar.


Pada DAS yang besar terdapat ciri-ciri yang khusus (seperti jatuhan hujan yang
tidak seragam, keragaman yang besar dalam tanah dll) yang mempengaruhi
infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkaan agihan infiltrasi tidak seragam. Karena itu
penentuan kapasitas infiltrasi dengan bantuan hidrograf limpasan dianjurkan untuk
DAS yang kecil.

C. Air Limpasan
Limpasan adalah bagian presipitasi (juga kontribusi air permukaan dan
bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran
permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus.
Macam-macam limpasan:
- Limpasan permukaan : bagian limpasan yang melintang di atas permukaan
tanah menuju saluran sungai.

13
- Limpasan bawah permukaan : limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan
permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah
permukaan dan bergerak secara lateral melalui horizon-horizon tanah bagian
atas ke dalam tanah.
Penggambaran hubungan antara presipitasi (P), penguapan (E), limpasan (R),
dan perubahan penyimpangan (dS) adalah sebagai berikut :
P = E + R . dS
Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan besarnya
penyimpangan dan penguapan. Besarnya air limpasan tergantung pada banyak
faktor antara lain jenis presipitasi yaitu air hujan atau air salju, intensitas curah
hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah penyaliran, arah
pergerakan curah hujan. Faktor yang paling berpengaruh adalah kondisi
penggunaan lahan dan kemiringan atau perbedaan ketinggian daerah hulu dan
hilirnya. Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus
sebagai berikut 1):
Q = 0,278 . C . I . A
Keterangan :
Q = debit air, m3/dt
C = koefesien limpasan\
I = intensitas curah hujan, mm/jam
A = luas penangkap hujan, km2
Koefesien limpasan (C) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan
antara besar air limpasan terhadap besarnya curah hujan. Adapun cara menentukan
koefesien limpasan adalah :
- Tentukan curah hujan rata-rata dalam suatu daerah
- Ubah nilai curah hujan dalam satuan mm/tahun
- Hitung jumlah air yang mengalir pada tahun t, dengan cara mencatat rata-rata
debit bulanan
- Hitung volume total curah hujan dalam tangkapan hujan dengan cara
mengalikan luas area (A) yaitu :

14
P
Volume P = . A
1000
Keterangan :
P = Jumlah curah hujan, mm/tahun
A = Luas area, m2
Sehingga koefesien limpasan (C) adalah:
d.86400.Q
C
P / 100.A
Keterangan :
C = koefesien limpasan
Q = debit air per bulan , m3/detik
P = curah hujan rata-rata selama 1 tahun
A = luas area, m2
Waktu terkumpulnya air dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich :
tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,382
Keterangan :
tc = waktu terkumpulnya air, menit
L = jarak titik terjauh sampai tempat berkumpulnya air, m\
S = beda ketinggian dari titik terjauh sampai tempat berkumpulnya air (titik
pengamatan), m

D. Air tanah
Lebih dari 98 % dari semua air di atas bumi tersembunyi di bawah
permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya
adalah apa yang kita lihat di danau, sungai dan reservoir1). Jumlah air tanah yang
besar memerankan peranan penting dalam sirkulasi air alami. Asal-muasal air tanah
juga dipergunakan sebagai konsep dalam mengggolongkan air tanah ke dalam 4
macam yang jelas, yaitu
1. Air meteorik
Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat kejenuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan :

15
a. Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah
b. Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan muka air
tanah menyusup di bawah aras air permukaan kebalikan dari efluen) dari danau,
sungai, saluran buatan dan lautan.
c. Secara langsung dengan cara kondensasi uap air (dapat diabaikan)

2. Air juvenil
Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari kerak
bumi yang dalam. Selanjutnya air ini dibagi lagi menurut sumber spesifiknya ke
dalam :
a. air magmatik
b. air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)
3. Air diremajakan (rejuvenated)
Air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur hidrologi oleh
pelapukan, namun ke daur lagi dengan prosesproses metamorfisme, pemadatan atau
proses-proses yang serupa.
4. Air konat
Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada saat asal
mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas
yang lebih tinggi daripada air laut.
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang dikenal
dengan akifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air, dasar-dasar
yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah
air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa.
Air tanah juga ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel) yang
mengandung air tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata (sperti
tanah liat).
Kondisi alami dan distribusi akifer, akiklud dan akuitard dikendalikan oleh
lithologi, stratigraphi dan struktur dari materi simpanan geologi dan formasi.
Lithologi merupakan susunan phisik dari simpanan geologi. Susunan ini termasuk
komponen mineral, ukuran buitr, dan kumpulan butir (grain packing) yang

16
terbentuk dari sedimentasi atau batuan yang menampilkan sistem geologi.
Stratigrafi menjelaskan hubungan geometris dan umur antara macam-macam lensa,
dasar dan formasi dalam geologi sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Bentuk
struktur seperti pecahan, retakan, lipatan dan patahan merupakan sifat-sifat
geometrik dari sistem geologi yang dihasilkan oleh perubahan bentuk (deformasi)
akibat proses penyimpanan (deposisi) dan proses kristalisasi dari batuan. Pada
simpanan yang belum terkonsolidasi (unconsolidated deposits) lithologi dan
stratigraphi merupakan pengendali yang paling penting.
Ada tiga tipe akifer utama :
1. Akifer tidak tertekan
Akifer in (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas atasnya adalah
muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air tanah beragam tergantung
pada kondisi-kondisi permukaa, luas pengisian kembali, debit, pemompaan dari
sumur, permeabilitas, dan lain-lain.
2. Akifer tertekan
Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan dimana air tanah tertutup
antara 2 strata yang relatif kedap air.Airnya ada di bawah tekanan dan bagian
atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Jika suatu sumur dimasukan dalam
akifer ini, aras air akan menaik sampai aras piezometrik dan akan membentuk suatu
sumur yang mengalir.
3. Akifer melayang
Akifer ini merupakan kasus khusus dari akife terbatas yang terjadi dimana tubuh
utama air tanah oleh stratum yang relatif kedapa air dengan luas yang kecil
4. Akifer semi tertekan
Akifer ini merupakan kasus khusus akifer bertekanan yang dibatasi oleh lapisan-
lapisan semi-permeabel.
Beberapa parameter akifer :
1. Koefesien simpanan
Koefesien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan dilepaskan (atau
diambil) oelh akifer ke dalam simpanan per satuan luas permukaan akifer dan per
satuan perubahan tinggi.

17
2. Permeabilitas
Merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media porous.
Permeabilitas selain ditentukan oleh karakteristik mineral yang membentuk akifer
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti temperatur, udara, komposisi ion dalam air.

Koefesien kelulusan dihitung dengan rumus Todd :


V
K
dH / dL
dimana :
K = koefesien kelulusan, m/hr
V = kecepetan aliran, m/hr
dh/dl = gradien hidrolik, m/m

Tabel 1 :
Harga-harga perkiraan koefesien permeabilitas untuk bahan granular

Koef. Permeabilitas
Tipe tanah  partikel efektif () (m/hr)

Debu 2 - 20 10-2
Pasir sangat halus 20 – 200 10-1
Pasir halus 20 – 200 1
Pasir kasar 200 – 2000 10-1 – 10-2
Kerikil dan pasir 200 – 2000 104
Kerikil > 2000 105

Tabel 2 :
Porositas dan permeabilitas batuan

18
Tipe batuan Porositas (%) Koef. Permeabilitas (m/hr)
Kerikil 25 - 35 100 - 1000
Pasir 30 - 40 5 - 40
Konglomerat 10 - 25 5 - 15
Loess 25 - 50  0,1
Batuan pasir 5 - 20 5 - 20
Batuan pasir dengan lipatan hingga 40  50
& fraktur
Batuan kapur dengan
20 - 35  25
permeabilitas primer
Batuan kapur dengan >> 35 >> 25
permeabilitas sekunder

3. Transmisibilitas
Adalah angka yang menyatakan laju aliran air melewati satuan luas akifer per
satuan waktu. Nilai T dapat ditentukan dari hasil perkalian antara koefesien
kelulusan dengan ketebalan akifer. Menurut Todd (1976) nilai T dapat dinyatakan :
T = K x b
dimana :
T = Transmisibilitas, m2/hr
K = Koefesien kelulusan, m/hr
b = ketebalan akifer, m
4. Ketebalan akifer
Ditentukan dari data pemboran. Meskipun ketebalan ini tidak pernah konstan,
dalam menganggap bahwa suatu akifer mempunyai ketebalan yang seragam,
diambil suatu nilai rata-rata. Ketebalan ini dapat mencapai ukuran puluhan meter.
Gerakan air tanah sebagian hasil dari cara-cara bahan diendapkan semula,
akifer hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidroliknya. Bahkan bila struktur
geologi sistem akifer diketahui detil gerakan air di dalamnya sulit untuk diketahui.
Banyak detil gerakan air tanah masih jauh dari jelas.

19
Tetapi proses umum gerakan air tanah, sangatlah sederhana, suatu gerakan
yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan cairan pada medium yang
poreus. Bila kita bawa prinsip-prinsip yang sederhana itu pada perlakuan matematis
dari aliran air tanah, asumsi dan generalisasi tertentu harus dilakukan.
Beberapa asumsi itu adalah :
- Akifer haruslah homogen dan isotropik
- Lapisan-lapisan semi tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang seragam
- Koefesien permeabilitas merupakan invarian waktu\
- Transmisibilitas suatu akifer bebas adalah konstan
- Koefesien cadangan atau simpanan adalah konstan
- Pelepasan air dari cadangan adalah seketika
- Mintakat kapiler dapat diabaikan

Dengan menggunakan kriteria ini, aliran air tanah untuk keadaan tunak (nilai-
nilai konstan dengan waktu pada titik yang berbeda pada akifer-stasioner), tak tunak
(kerapatan air tetap konstan) diperlakukan secara matematis. Persamaan dasar yang
menjelaskan ini didasarkan atas hukum Darcy.
Darcy, (1856) mendapatkan dalam percobaan bahwa Q berbanding langsung
dengan H dan A, berbanding terbalik dengan S. Karena itu
denganmemperkenalkan koefesien permeabilitas sebagai konstanta yang sebanding
dia mengembangkan 1):

(1  2 )
Qk A
S

dimana : Q = debit (m3/detik)


Dengan memperhatikan q = Q / A, debit spesifik , dan dengan
memperkenalkan suatu tanda negatif untuk menunjukan bahwa aliran berada dalam
arah bagian atas yang menurun, maka persamaan Darcy-nya, sebagai berikut :

20
d
q  k
dS
dimana :
q = debit spesifik, m/dt
k = koefesien permeabilitas, m/dt
d
= gradien hidrolik
dS
Debit spesifik bukanlah kecepatan aliran air , karena, A merupakan luas
irisan melintang total sedang air mengalir hanya melalui pori-pori pada luas A ini.
Karena itu, kecepetan air ( V ) dapat ditentukan sebagai berikut :
q
V
n
dimana :
V = kecepatan air, m/dt
n = porositas

E. Pengeboran
Upaya untuk mencari dan mengeluarkan atau meniriskan air tanah yang
terdapat pada daerah potensi air pada batuan dilakukan dengan jalan pengeboran4).
Yang bertujuan mencegah air tanah yang akan masuk ke dalam cave dan mencegah
terjadi genangan air pada lubang bukaan.
Pengeboran dilakukan dengan melihat data-data yang didapat dari suatu
kegiatan eksplorasi diantaranya data RQD (Rock Quality Design) dan peta
penampang geolog2). Caranya dengan menggunakan metode kombinasi dengan
lubang bukaan. Metode ini dilakukan dengan menyalurkan air permukaan ke dalam
terowongan (dari suatu level ke level bawahnya). Dengan cara ini pekerjaan
penirisan cukup efektif karena air akan mengalir sendiri secara gravitasi sehingga
tidak memerlukan pompa.

21
F. Saluran Penyaliran
Air yang menggenangi suatu daerah penambangan harus segera dialirkan
keluar dari daerah tersebut melalui saluran penyaliran menuju ke luar daerah
penambangan. Ada beberapa bentuk saluran penyaliran yaitu bentuk : trapesium,
persegi panjang dan setengah lingkaran6)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk penyaliran antara lain :
- Jumlah debit air yang masuk.
- Gradien dari saluran\
- Koefesien kekerasan
- Kemiringan dari sisi-sisi saluran\
Koefesien kekerasan dapat dilihat dengan menggunakan Manning dan selanjutnya
dapat direncanakan dimensi saluran penyaliran. Hal penting dalam penentuan
dimensi dan bentuk saluran penyaliran adalah debit air harus sesuai rencana, tidak
terjadi pengendapan. Untuk menentukan jumlah debit air yang mengalir pada
saluran digunakan rumus Manning, yaitu :
Q = A . ( 1 / n ) . R2/3 . I1/2
dimana :
A = luas penampamng saluran air, m2
Q = debit aliran, m3/dt
n = koefesien kekerasan dinding saluran
R = jari-jari hidrolik (A/P), m
Untuk mencari ukuran dari penampang saluran supaya dapat menghantarkan debit
aliran tertentu digunakan rumus Manning :
n.Q
AR2/3 =
S
dimana :
AR2/3 = faktor penampang
Q = debit air yang dialirkan, m3/menit
S = kemniringan dasar saluran, %
n = nilai kekasaran saluran manning tergantung paa keadaan saluran
3.2.Analisis Penyelesaian Masalah

22
Penyelesaian masalah Tugas Akhir ini adalah dengan membandingkan hasil
pengamatan di lapangan dengan teori serta rumus-rumus yang ada, kemudian
menganalisa hasil dari pengolahan data dan memberikan alternatif solusi bagi
perusahaan.
Hasil yang diharapkan adalah dapat diatasinya air yang masuk ke daerah
kerja penambangan dengan cara merencanakan pekerjaan pemboran (drilling),
pembuatan saluran penyaliran, memilih bentuk penyaliran, merubah pola aliran
air, aspek alat pemboran. Sehingga air yang ada saat ini dan yang akan datang
tidak mengganggu jalannya aktifitas penambangan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Ersin Seyhan, 1995, Dasar-dasar Hidrologi, Gajah Mada University Press.
Made Astawa Rai, 1988, Mekanika batuan, ITB.
Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda, 1980, Hidrologi untuk Pengairan,
PT Pradnya Paramita, Jakarta
Rudi Sayoga GB., 1990, Sistem Penirisan Tambang.Kursus Pengawas Tambang,
Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, ITB
Robert J. Kodoatie, 1996, Pengantar Hidrogeologi, Penerbit ANDI Yogyakarta.
Van Te Chow, 1986, Hidrolika Saluran Terbuka, Penerbit Airlangga Surabaya.

24

Anda mungkin juga menyukai