secara syar'i http://www.nu.or.id/post/read/41663 S e p u t a r Ketiga, tidak boleh, kecuali hanya /penjelasan-mengenai-rebo-wekasan Rebo Wekasan s e b a t a s s h o l a t h a j a t HADIRILAH.... lidaf'ilbala'almakhuf (untuk menolak KAJIAN SUNNAH Ustadz Yusuf Suharto balak yang dihawatirkan) atau nafilah MUKHTARUL AKHADIST (Aswaja NU Center Jombang Jatim) mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh SETIAP SELASA BA’DA MAGHRIB kesialan pada bulan Shafar. Syara', karena hikmahnya adalah agar Menghindarlah dari penyakit kusta BERTEMPAT DI sebagaimana engkau menghindari kita bisa semakin mendekatkan diri MASJID SABILILLAH BLIMBING kepada Allah Ta'ala. singa." (H.R.Imam al-Bukhari dan Mengutip pandangan Rais Syuriah Bersama : Muslim). Bulan Shafar adalah bulan kedua PWNU Jawa Timur, KH Miftakhul Akhyar KH Drs. Marzuki Mustamar dalam penanggalan hijriyah Islam. tentang hadits kesialan terus menerus Syuriah PWNU Jawa Timur Ungkapan hadits laa 'adwaa' Sebagaimana bulan lainnya, ia pada Rabu terakhir tiap bulan, atau tidak ada penularan penyakit merupakan bulan dari bulan-bulan dinyatakan: itu, bermaksud meluruskan Allah yang tidak memiliki kehendak dan “Naas yang dimaksud adalah bagi keyakinan golongan jahiliyah, karena berjalan sesuai dengan apa yang Allah mereka yang meyakininya, bagi yang pada masa itu mereka berkeyakinan ciptakan untuknya. Dinamakan bulan mempercayainya, tetapi bagi orang- bahwa penyakit itu dapat menular Shofar,sebab mereka saat itu, banyak orang yang beriman meyakini bahwa dengan sendirinya, tanpa bersandar manudia terserang penyakit sehingga setiap waktu, hari, bulan, tahun ada pada ketentuan dari takdir Allah. wajahnya pucat/kuning. manfaat dan ada mafsadah, ada guna Sakit atau sehat, musibah atau Masyarakat jahiliyah kuno, dan ada madharatnya. Hari bisa selamat, semua kembali kepada termasuk bangsa Arab, sering bermanfaat bagi seseorang, tetapi juga kehendak Allah. Penularan hanyalah mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bisa juga naas bagi orang lain…artinya sebuah sarana berjalannya takdir bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini hadits ini jangan dianggap sebagai Allah. Namun, walaupun telah terkenal pada umat jahiliah dan suatu pedoman, bahwa setiap Rabu keseluruhannya kembali kepada sisa-sisanya masih ada di kalangkan akhir bulan adalah hari naas yang harus Allah, bukan semata-mata sebab muslimin hingga saat ini. kita hindari. Karena ternyata pada hari penularan, manusia tetap diwajibkan Abu Hurairah berkata, bersabda itu, ada yang beruntung, ada juga yang untuk ikhtiar dan berusaha agar Rasulullah Shallallaahu 'AlaihiWasallam buntung. Tinggal kita berikhtiar terhindar dari segala musibah. Dalam : meyakini, bahwa semua itu adalah kesempatan yang lain Rasulullah "Tidak ada wabah (yang menyebar anugerah Allah.” . Wallahu 'A'lam. bersabda: “Janganlah onta yang sakit dengan sendirinya tanpa kehendak didatangkan pada onta yang sehat”. Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada Maksud hadits laa thiyaarota “Barangsiapa bertanya tentang Imam al-Bagawi dalam tafsir Bagaimana dengan pandangan atau tidak diperbolehkan meramalkan hari sial dan sebagainya untuk diikuti Ma'alim al-Tanzil menceritakan, bahwa Abdul Hamid Quds dalam kitabnya adanya hal-hal buruk adalah bahwa bukan untuk ditinggalkan dan memilih kejadian itu (fi yawmi nahsin Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail sandaran tawakkal manusia itu hanya apa yang harus dikerjakan serta mustammir) tepat pada hari Rabu Al-Azminah wash-Shuhur yang kepada Allah, bukan terhadap mengetahui keburukannya, semua itu terakhir bulan Shafar. Orang Jawa pada menjelaskan: banyak para Wali Allah makhluk atau ramalan. Karena merupakan perilaku orang Yahudi dan umumnya menyebut Rabu itu dengan yang mempunyai pengetahuan hanyalah Allah yang menentukan baik bukan petunjuk orang Islam yang istilah Rabu Wekasan. Hemat penulis, spiritual yang tinggi mengatakan dan buruk, selamat atau sial, kaya atau bertawakal kepada Sang Maha penafsiran ini hanya menunjukkan bahwa pada setiap tahun, Allah miskin. Dus, zaman atau masa tidak Penciptanya, tidak berdasarkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan menurunkan 320.000 macam bala ada sangkut pautnya dengan hitung-hitungan dan terhadap Rabu pada Shafar dan tidak bencana ke bumi dan semua itu pengaruh dan takdir Allah. Ia sama Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa menunjukkan bahwa hari itu adalah pertama kali terjadi pada hari Rabu seperti waktu- waktu yang lain, ada yang dikutip tentang hari-hari nestapa kesialan yang terus menerus. terakhir di bulan Shafar ? takdir buruk dan takdir baik. dari sahabat Ali kw. Adalah batil dan Mengenai amalan-amalan dusta serta tidak ada dasarnya sama Istilah hari naas yang terus tersebut di atas, mengutip KH. Abdul Empat hal sebagaimana sekali, maka berhati-hatilah dari menerus atau yawmi nahsin mustammir Kholik Mustaqim, Pengasuh dinyatakan dalam hadits di atas itulah semua itu” (Ahkamul Fuqaha': Hasil juga terdapat dalam hadis nabi. Pesantren al-Wardiyah Tambakberas yang ditiadakan oleh Rasulullah dan ini hasil Bahtsul Masail NU, 2010: 54). Tersebut dalam Faidh al-Qadir, juz 1, Jombang, para ulama yang menolak menunjukkan akan wajibnya hal. 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru adanya bulan sial dan hari nahas bertawakal kepada Allah, memiliki Indikasi Kesialan dalam Quran Arbi'ai fi al-syahri yawmu nahsin Rebo Wekasan berpendapat (dikutip tekad yang benar, agar orang yang dan Hadits mustammir (Rabu terakhir setiap bulan dengan penyesuaian): kecewa tidak melemah di hadapkan adalah hari sial terus).” pada perkara-perkara tersebut. Mungkin ada pertanyaan, Pertama, tidak ada nash hadits bagaimana dengan firman Allah Ta'ala, Hadits ini lahirnya bertentangan khusus untuk akhir Rabu bulan Muktamar NU yang ketiga, yang artinya:''Kaum 'Aad pun dengan hadits sahih riwayat Imam al- Shofar, yang ada hanya nash hadits menjawab pertanyaan “bolehkah mendustakan (pula). Maka alangkah Bukhari sebagaimana disebut di atas. dla'if yang menjelaskan bahwa setiap berkeyakinan terhadap hari naas, dahsyatnya azab-Ku dan ancaman- Jika dikompromikan pun maknanya hari Rabu terakhir dari setiap bulan misalnya hari ketiga atau hari keempat ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami adalah bahwa kesialan yang terus adalah hari naas atau sial yang terus pada tiap-tiap bulan, sebagaimana telah menghembuskan kepada menerus itu hanya berlaku bagi yang menerus, dan hadits dla'if ini tidak tercantum dalam kitab Lathaiful mereka angin yang sangat kencang mempercayai. Bukankah hari-hari itu bisa dibuat pijakan kepercayaan. Akbar” , memilih pendapat yang tidak pada hari nahas yang terus menerus. pada dasarnya netral, mengandung mempercayai hari naas dengan yang menggelimpangkan manusia kemungkinan baik dan jelek sesuai Kedua, tidak ada anjuran mengutip pandangan Syekh Ibnu seakan-akan mereka pokok korma dengan ikhtiar perilaku manusia dan ibadah khusus dari syara'.Ada Hajar al-Haitamy dalam Al-Fatawa al- yang tumbang” (Q.S al-Qamar (54:18- ditakdirkan Allah. anjuran dari sebagian Haditsiyah berikut ini: 20). ulama'tasawwuf namun landasannya