Anda di halaman 1dari 51

1

D III KEBIDANAN
Kelompok 5 :

Sr. Blandina, KYM Kristine Evitaloka


Frima Elisabeth Simamora Hesti Alfani Zendato
Silvia Rozza Zahuwa Bunga Simanjuntak
Vetrianita Parangin-Angin Onnica Zendrato
Fransiska Naibaho Fransiska Oktaviana
Fitriany Renata T.V.Ida Yanti
Crismayuni Panjaitan Valentina Nainggolan
Grazella Yesika Siahaan Amelia Sembiring
Nita Mayatama Simbolon Lismawati Sigiro
Mahdalena Napitupulu Desnawati Sihotang
Teresia Sridevi Santi Lusia Simbolon

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTA ELISABETH MEDAN
T.A. 2015/2016
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.F Umur 32 Tahun Akseptor KB
suntik Depo Provera di Klinik X Tahun 2016”.

Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Februari 2016

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 2

1. Tujuan umum ............................................................................. 2


2. Tujuan khusus ............................................................................ 2
1.3 Manfaat ...........................................................................................
1. Bagi Petugas Kesehatan .............................................................. 3
2. Bagi Institusi pendidikan ............................................................ 3
3. Bagi Masyarakat ........................................................................ 3
4. Bagi Penulis ............................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5

A. Keluarga Berencana

1. Definisi keluarga berencana ...................................................... 5

2. Tujuan keluarga berencana ........................................................ 6

3. Ruang lingkup keluarga berencana...... ...................................... 6

B. Kontrasepsi

1. Penegertian kontrasepsi ............................................................. 8

2. Tujuan kontrasepsi ..................................................................... 8

3. Jenis-jenis kontrasepsi ............................................................... 8

C. Kontrasepsi alamiah

1. Metode irama tubuh ................................................................... 9

2. Suhu basal .................................................................................. 9

3. MOB .......................................................................................... 11

ii
4

4. MAL........................................................................................... 14

5. Kalender ............................................................................. ...... 15

6. Metode Simtomtermal .............................................................. 18

7. Senggama terputus ............................................................. ...... 20

D. Kontrasepsi Buatan

1. KB pil ......................................................................................... 22

2. KB suntik ................................................................................... 24

3. Implant ...................................................................................... 26

4. KB IUD ...................................................................................... 28

BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................... 38


1. Pengumpulan data .................................................................... 38
2. Interpretasi data dasar...................................................... ........ 41
3. Antisipasi masalah potensial ........................................... ....... 42
4. Tindakan segera ............................................................... ....... 42
5. Intervensi ......................................................................... ....... 42
6. Implementasi ................................................................... ....... 43
7. Evaluasi ........................................................................... ....... 45

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara
baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah penduduk dunia yang semakin pesat dengan laju pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,
pemerintah melakukan Program Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2011).

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini


tercermin dari hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,49 persen pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta
jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk yang tinggi ini akan
mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN, 2010)

Upaya untuk mengatasi ledakan jumlah pendudukan tersebut salah satunya adalah
melalui program Keluarga Berencana (KB). KB ini merupakan bagian integral dari
pembangunan Nasional yang bertujuan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). Program KB saat ini sudah merupakan suatu keharusan dalam upaya
menanggulangi pertumbuhan penduduk dunia umumnya dan penduduk Indonesia khususnya.
Berhasil tidaknya kita melaksanakan program KB ini akan menentukan berhasil tidaknya
dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (BKKBN, 2010). Program pencapaian
kesejahteraan bangsa menjadi target Millenium Development Goals(MDGs) hingga tahun
2015. Program KB Nasional telah memiliki visi dan misi terbaru yaitu dengan visi penduduk
tumbuh seimbang 2015 dan misinya mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan serta mewujudkan kelurga kecil bahagia sejahtera (Muryanta, 2010).

1
2

Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan bulan Desember


2010 menunjukan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama para Pasangan Usia
Subur (PUS) di Indonesia dengan presentase sebesar 50,20%, disusul oleh kontrasepsi
pil 28,30%, kondom 8,70%, implant 7,30 %, IUD 4,30%, MOW 1,00% dan MOP 0,20%.
(BKKBN, 2011).

Jenis kontrasepsi suntik yang di sediakan dalam program KB Nasional salah satunya
adalah Depo Provera 150 mg, yang diberikan setiap tiga bulan. Kontrasepsi suntik ini
mempunyai daya kerja yang lama, yakni dalam rentang waktu tiga bulan pemakaian, akan
tetapi setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping. Efek samping yang sering
ditemukan pada kontrasepsi suntik ini salah satunya adalah perubahan berat badan, dan
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat dan sebagainya (Hartanto, 2010). Gangguan pola
haid yang terjadi tergantung pada lama pemakaian. Gangguan pola haid yang terjadi seperti
perdarahan bercak/flek, perdarahan irreguler, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama
dan jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2010).

BPMT yang dipilih sebagai tempat penelitian, selama periode bulan April – Juni
2012 mempunyai akseptor kontrasepsi suntik sebanyak 407 orang dengan rincian
akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 190 orang dan kontrasepsi suntik 3 bulan
sebanyak 217 orang.

Keuntungan suntik 3 bulan antara lain mempunyai efek kontrasepsi jangka


panjang, mengurangi jumlah perdarahan haid, mengurangi nyeri haid, tidak mengganggu
hubungan suami istri dan tidak mempengaruhi produksi ASI Kontrasepsi suntik mempunyai
beberapa efek samping diantaranya perubahan pola menstruasi, mual, pusing dan nyeri
payudara ringan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan akseptor kontrasepsi
suntik berupa
perubahan pola menstruasi. Secara umum siklus menstruasi akseptor bisa memendek
atau memanjang, perdarahan yang lebih banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak
teratur atau perdarahan bercak bahkan tidak menstruasi sama sekali. Akseptor kontrasepsi
suntik 3 bulan dapat mengalami gangguan pola menstruasi, seperti siklus haid yang
3

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur
atau perdarahan
bercak bahkan tidak menstruasi sama sekali (amenorhoe) (Saifudin, 2011)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan mengajukan sebuah judul tentang :
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.F Umur 32 Tahun Akseptor KB suntik Depo Provera di Klinik
X Tahun 2016”.

1.2 Tujuan Pelaksanaan


1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengetahui tentang pengertian KB suntik, keuntungan, kerugian, efek
samping dan penulis juga mampu melakukan penyuntikkan KB suntuk 3 bulan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. mengetahui tentang jenis-jenis KB.
2. mengetahui tentang manfaat dan kerugian dari setiap jenis-jenis KB.
3. mengetahui tentang cara pemberian masing-masing jenis KB.

1.3 MANFAAT PELAKSANAAN

1.3.1 Bagi Petugas Kesehatan


Dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan
konseling kepada ibu atau pasangan usia subur (PUS) tentang pemilihan alat
kontrasepsi.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan bagi intitusi pendidikan dalam kegiatan proses belajar dan
sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
1.3.3 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan pengetahuan bagi masyarakat khususnya pasangan usia subur
agar makin meningkatkan penggunaan KB di indonesia dan semakin mengetahui
manfaat pemakaian KB dalam menjarangkan anak dalam keluarga.
4

1.3.4 Bagi Penulis


Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentaang ilmu penelitian yang sudah didapatkan
selam proses perkuliahan serta dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan
terhadap penelitian terkhusus dalam meningkatkan keahlian mahasiswa dalam
pemebrian KB suntik.
5

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Ari Sulistyawati, 2014).

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut
termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap
tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini
terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan
setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara
penggunaannya.

Beberapa Definisi tentang KB


1. Upaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No.10/1992)
2. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
3. Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.

5
6

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai


dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat
reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah
metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam
mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode
kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang
tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu
metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma;
metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi
alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis
seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas,
keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan
untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut,
pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan
kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi
bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek
dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi,
kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan
100%.

2. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Ruang Lingkup Keluarga Berencana


 Keluarga berencana
 Kesehatan reproduksi remaja
 Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
7

 Pengetahuan pelembagaan keluarga kecil berkualitas


 Keserasian kebijakan kependudukan
 Pengelolaan SDM aparatur.

B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan
‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Pengaturan kelahiran, yang dikenal pula sebagai sebagai kontrasepsi dan
pengaturan fertilitas, merupakan metoda atau alat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Perencanaan, pembekalan, dan penggunaan kontrasepsi disebut keluarga
berencana.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana)

2. Tujuan Kontrasepsi
Tujuan penggunaan kontrasepsi terbagi menjadi tiga fase :
 Fase menunda kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri <20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
 Fase menjarangkan kehamilan
Fase usia istri 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan,
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran 2-4 tahun.
 Fase menghentikan kehamilan
Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama usia diatas 35 tahun sebaiknya
menghakiri kesuburan

3. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi


a. Cara alamiah, meliputi :
1) Metode Irama Tubuh
2) Metode Suhu Basal
8

3) Metode MOB (Metode Ovulasi Bilings)


4) MAL (Metode Amenorhea Laktasi)
5) Metode Kalender
6) Metode Simptotermal
7) Metode Senggama Terputus

b. Cara buatan, meliputi :


1) Cara sederhana, terdiri dari kondom, diafragma, spermisida.
2) Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil dan susuk (implan)
3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa
jenis seperti lippes loop (spiral), copper-T, copper-7, multi load.
4) Alat Kontrasepsi Mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan),
vasektomi (untuk laki-laki)

C. Kontrasepsi Alamiah
1. Pengertian Kontrasepsi Alamiah
Kontrasepsi alamiah adalah suatu upaya mencegah/menghalangi pembuahan
atau pertemuan antara sel telur dengan sperma menggunakan metode-metode yang
tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia dan tidak memakai bahan obat-obatan.

2. Prinsip-prinsip Kontrasepsi Alamiah


KB alami prinsip pencegahan kehamilannya berdasarkan tentang sel telur pada
wanita dan sperma pada pria :
 Ovulasi pada wanita biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
 Ketika ovulasi terjadi, maka sperma mempunyai waktu 24 jam untuk membuahi
sel telur wanita yang berada di tuba falopi.
 Sperma dapat bertahan hidup sampai 7 hari setelah terjadinya hubungan seksual

Akurasi penentuan waktu ovulasi / masa subur merupakan batu pertama dalam
perencanaan KB alami. 3 prinsip yang digunakan untuk mengetahui terjadinya waktu
ovulasi adalah dengan metode kalender, suhu tubuh, dan lendir srviks.
9

D. Metode Kontrasepsi Alami


Ada 2 jenis KB alami yang banyak digunakan adalah senggama terputus dan meode
irama tubuh, berikut ini penjelasannya :

1. Metode Irama Tubuh


Penentuan waktu ovulasi dapat diketahui melalui pemeriksaan tubuh dengan
menggunakan metode kalender, suhu tubuh, lendir vagina, metode simptohtermal, dan
metode laktasi. Jadi KB alami dengan menggunakan metode irama tubuh ialah dengan
cara mengetahui waktu terjadinya ovulasi pada wanita. Apabila menginginkan
kehamilan, maka hubungan seksual dilakukan pada waktu masa subur dan apabila
tidak menginginkan kehamilan maka jangan melakukan hubungan seksual saat
terjadinya masa subur.

2. Suhu Basal
a) Pengertian dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur
dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan
alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara
oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu
akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan.
10

Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.

Catatan :
 Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover line ) selama
perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu tersebut di atas
garis pelindung sebelum memulai senggama.
 Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat
berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama
haid berikutnya.

b) Kerugian
 Membutuhkan motivasi
 Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
 Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, ganggiuan tidur, stress, alcohol
dan obat-obatan, misalnya aspirin
 Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari
akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal
c) Keuntungan
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur.
 Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi.
 Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender serviks.
 Berada dalam kendali wanita.
 Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan

d) Kontraindikasi
 Sikluls haid yang tidak teratur.
 Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
 Kurve suhu badan yang tidak teratur.
11

 Sang istri sedang sakit atau demam, sehingga suhu basalnya tidak bisa
diketahui secara tepat.

e) Indikasi
 Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
 Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
 Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
 Tidak keberatan jika terjadi kehamilan

f) Efek Samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama.

g) Efektifitas
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna
pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun. Daya guna dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pula cara rintangan, misalnya kondom atau
obat spermisida di samping pantang berkala.

3. Metode Lendir Serviks/ Metode Ovulasi Billings (MOB)


a. Pengertian
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus
menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir
serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan
licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama
menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan
sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur
itu berhenti.
12

b. Cara kerja
Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
 Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
 Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer)
sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih
padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan
(sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan
lengket, hal ini menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus
dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir
akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening
seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari
setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama tanpa alat
kontrasepsi.Lendir dari servirks tidak dapat diamati pada saat sedang
terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding vagina juga
akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan lendir servik.

c. Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat
bagi wanita yang menginginkan kehamilan.

d. Kelebihan
 Mudah digunakan.
 Tidak memerlukan biaya.
 Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain
yang mengamati tanda-tanda kesuburan.

e. Kekurangan
13

1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan


metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-
tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
f. Indikasi
1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
3. Perempuan kurus atau gemuk.
4. Perempuan yang merokok.
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang,
varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria,
trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan
metode lain.
7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
8. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap
siklus haid
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan
menilai tanda dan gejala kesuburan.

g. Kontraindikasi
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus),
kecuali MOB.
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama
waktu tertentu dalam siklus haid.
14

5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

h. Efek samping
1. Komplikasi yang langsung tidak ada
2. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.

4. Metode Amenorea Laktasi


a. Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method
(LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya.
Pada periode menyusui sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon
laktasi. Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini
bekerja dengan baik, ibu-ibu harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval
menyusui pada malam hari tidak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4
jam. Semakin sering dan lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan
timbul.

b. Cara kerja
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan
hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran
hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria
terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam
hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.

c. Kelebihan
1. Ekonomis.
2. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan.
3. Memberikan nutrisi yang baik pada bayi.
4. pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,
5. tidak mengganggu kesehatan,
15

d. Kekurangan
1. Hanya melindungi pada 6 bulan pertama.
2. Angka kegagalan/kehamilan 6 per 100 wanita per tahun.
3. tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari
PMS

e. Indikasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin
menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.

f. Kontraindikasi Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL


1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.

g. Efek samping
1. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
2. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
3. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

5. Sistem Kelender
a. Pengertian
16

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi


sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

b. Cara kerja
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama
pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur
digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek
dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur.
Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan
diluarnya merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita
mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai hari ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18=10, dan 36-11=25. Maka konsepsi dapat
terjadi hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah
hari pertama sampai hari ke 9 daur haid.

c. Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi. Metode kalender atau pantang berkala dapat
bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. Sebagai alat
pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan. Dapat digunakan oleh
para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan
seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.

d. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
17

3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam


penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak ada efek samping.
8. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

e. Keterbatasan/kekurangan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap
saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

f. Indikasi
1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara
3. Perempuan kurus ataupun gemuk
4. Perempuan yang merokok
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi
sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat, mioma
uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
18

6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak


menggunakan metode lain.
7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
8. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu setiap
siklus haid.
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat,
dan menilai tanda dan gejala kesuburan

g. Kontraindikasi
1. Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah
abortus).
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.

6. Metode Simptothermal
a. Pengertian
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita.
Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan
mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini
mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,
perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui
metode kalender.
Manfaat
1. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
19

2. Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau


menginginkan kehamilan
c. Kontraindikasi
1. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan
metode simptothermal.
2. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita
itu sendiri atau alasan lain.
3. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan
seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau
menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
4. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.
5. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun
produksi lendir serviks.

d. Keuntungan
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau
operasi yang dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan
kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah
belajar metode simptothermal dengan benar.

e. Keterbatasan
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi,
berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
20

2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus


mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir
serviks.
3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami
istri.
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
f. Efek samping
1. Komplikasi yang langsung tidak ada.
2. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan kehamilan karena data-data
yang menunjukan timbulnya kelainan-kelainan janin sehubungan
dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum yang
berumur tua/ terlalu matang.

7. Senggama Terputus
a. Pengertian dan cara kerja senggama terputus
Cara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan sampai
sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus adalah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria
menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
Cara Kerja Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari
cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. kekurangannya
adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni.

b. Manfaat Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI ·
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
4. Tidak Ada efek samping
21

E. Kontrasepsi Buatan

a. Etiologi
1. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan
progestin Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant progestin
Kontrasepsi Patch
2. Kontrasepsi barrier (penghalang)
o Kondom (pria dan wanita)
o Diafragma dan cervical cap
3. Spermisida
4. IUD (spiral)
5. Perencanaan keluarga alami
6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
7. Metode amenorea menyusui
8. Kontrasepsi darurat
o Kontrasepsi darurat hormonal
o Kontrasepsi darurat IUD
9. Sterilisasi
o Vasektomi
o Ligasi tuba

b. Patofisiologi
Banyak efek yang ditimbulkan bila tidak menggunakan alat kontrasepsi :
1. Tidak dapat memperbaikan kesehatan
2. Tidak dapat mencegah kehamilan
3. Tidak dapat menjarangkan kehamilan
4. Tidak dapat membatasi jumlah anak
c. Penatalaksanaan
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya
22

progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin


saja atau kombinasi progestin dan estrogen.

 Kontrasepsi oral kombinasi (pil)


mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur)
melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher
rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang
memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi.
Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat
tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk menangani
dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak
direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah
melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah
air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui
sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak
mempengaruhi pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah
melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya
bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera
mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau
lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi
lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu
setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir
terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB
mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28
minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat
tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat
23

anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan


abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada
wanita dengan :
 menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
 usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
 faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes,
hipertensi)
 tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg
 riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
 operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
 riwayat sakit jantung iskemik
 stroke
 penyakit jantung katup komplikasi
 migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
 migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun
 riwayat kanker payudara
 diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau diabetes >
20 tahun
 sirosis berat
 kanker hati
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker
endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan
dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat sedang
c. Kerugian : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari
Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep
dokter
d. Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala
Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan
pemakaian), meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila oral
24

kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis
tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita
usia > 35 tahun)
e. Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti
semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka
tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan
yang tidak

 Kontrasepsi oral progestin (pil)


Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan
sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu
pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.
Keefektifan berkurang bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi oral namun
tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena pengaruh estrogen dapat
membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
b. Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan
kejadian menoragia dan anemia. Dapat digunakan pada wanita menyusui.
Mencegah terjadinya kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang
berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai)
c. Kerugian : harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif
dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka kejadian
terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi
e. Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan

 Kontrasepsi suntikan progestin


Mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin, pil
namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan intramuskular (dalam otot <bokong
25

atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (Depo-
Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
2. Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama,
tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah
masa nifas,
3. Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak
melindungi dari PMS,
4. Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut rontok
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak,
ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6
bulan-1 tahun
5. Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak,
ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6
bulan-1 tahun

 Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron


Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg
depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek
samping, kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus
menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama
kontrasepsi suntikan progestin.
26

 Kontrasepsi Implan

Dosis

Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi


levornorgestrel sebanyak 36 mg. Sedang Implanon terdiri 1 kapsul silastik yang
berisi etonogestrel sebanyak 68 mg, yang dilepas tiap hari kurang lebih 30
microgram/hari

Cara kerja Implant.

Dengan disusupkannya 6 kapsul/1 kapsul silastik implant di bawah kulit,


maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah leveonorgestrel ke dalam darah
melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar
kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya permukaan kapsul
silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set Implant yang terdiri dari
6 kapsul dapat bekerja secara efektip selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri
dari 1 kapsul dapat bekerja secara efektip selama 3 tahun.

Cara kerja dalam pencegahan kehamilan.

Dengan dilepaskannya hormon levonargestrel secara konstan dan kontinyu


maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri atas 3
mekanisme dasar yaitu :
- Menghambat terjadinya ovulasi.
- Menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi.
- Mempertebal lendir serviks.
- Menipiskan lapisan endometrium.

Efektifitasnya.

Efektifitasnya sangat tinggi, kegagalannya teoritis 0,2%, dalam praktek 1 -


3%.

Keuntungan Implant.
27

- Tidak menekan produksi ASI.


- Praktis, efektif.
- Tidak ada faktor lupa.
- Masa pakai panjang.
- Membantu mencegah anaemia.
- Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan.
- Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen.

Kekurangan Implant

 Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
 Petugas kesehatan harus dilatih khusus.
 Implant mahal.
 Implant sering mengubah pola haid.
 Susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit.

Sebelum tindakan pemasangan.

Perlu diberi konseling secara mantap untuk peserta KB mengingat pemkaian


kontrasepsi yang lama dan harga susuk yang mahal.

Pemasangan implant.

Pemasangan dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang bergerak.


Berdasarkan penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk pemasangan,
yang sebelumnya dilakukan anaestesi lokal.

Tahap Pasca tindakan.

a. Peserta KB Susuk sebaiknya menjaga agar daerah sayatan tetap kering


minimal selama 3 hari untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi
kemungkinan infeksi.
b. Lengan akseptor kadang-kadang terasa membengkak dan berwarna kebiru-
biruan. Hal tersebut biasanya akibat tindakan suntikan atau pemasangan
implant dan akan menghilang dalam 3 hari hingga 5 hari.
28

c. Setelah 5 tahun implant atau 3 tahun untuk Implanon pemakaian, implant


dapat dilepas.

Kontraindikasi.

a. Hamil atau diduga hamil.


b. Tumor.
c. Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi, kencing manis.

Efek samping.

Pada dasarnya keluhannya sama dengan kontrasepsi suntik yaitu.

a. Gangguan haid.
b. Jerawat.
c. Perubahan libido.
d. Keputihan.
e. Peubahan berat badan
f. dll.

Bila terjadi hal-hal tersebut diatas konsultasikan kepada dokter anda untuk
memperoleh konseling dan penanggulangan.

 Kontrasepsi IUD
a. Pengertian IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan
kedalam rahim, terbuat dari bahan plastik, dan ada yang dililit oleh tembaga,
dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umumnya dan mungkin
dikenal oleh masyarakat adalah spiral, spiral adalah suatu alat yang
dimasukkan kedalam rahim wanita unutk tujuan kontrasepsi (TIM, 2008.
Pelayanan KB dan pelayanan kontrasepsi).

IUD menurut ILUNI FKUI,2010 yaitu alat yang terbuat dari palstik
yang dimasukkan kedalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara
29

mengganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan dan


implantasi .
IUD yaitu mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan
cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
(Kusmarjadi,2010).
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) ini merupakan alat
kontrasepsi yang terbaik. Alat ini yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. AKDR tidak
akan mempengaruhi isi, kelancaran, kadar air susu ibu (ASI).
b. Jenis-Jenis IUD (AKDR)
1. AKDR Non – hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastic (polietilen) biak yang ditambah obat maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :

a. Bentuk terbuka (oven divice)


Misalnya :

- Lippesloop
- Cut

- Cu-7

- Marguiles

- Multiloid

- Nova-T

b. Bentuk tertutup (closed devices)


Misalnya :
- Ota-ring
- Atigon
- Graten berg ring
b. Menurut tambahan atau metal
30

a. Medicated IUD
Misalnya : - CUT 200 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 220 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 300 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 380 A (daya kerja 8 tahun)
- CU-7, Nova T (daya kerja 5 tahun)
- ML-CU 375 (daya kerja 3 tahun)
Pada jenis medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya
; CU-T 220 berarti tembaga adalah 200 mm2
b. Un medicated IUD
Misalnya : - Lippes loop
- Marguiles
- Saf – T
- Antigon
Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopuase, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi
akseptornya.
B. IUD yang mengandung hormonal
1. Progestasert – T – Alza T
a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, degnan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
b. Mengandung 38 mg progesteron dan parium sulfat.
c. Tabung insersinya berbentuk lengkung
d. Daya kerja : 18 bulan.
2. ING-20
a. Mengandung 46 – 60 mg levonorgestrel, dengan pelepatan 20 mcg per
hari.
b. Sedang diteliti di Filandia.
c. Angka kegagalan / kehamilan dengan terendah : < 0,5 per 100 wanita per
tahun.
31

d. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan


ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.
IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis un medicated
yaitu; - Lipper loop, CU-T, CU-7, multiload, Nova-T.
- Lipper loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya, Lipper loop terdiri dari 4 jenis; tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm G (benang hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D
lippes loop mempunyai kegagalan yang rendah. Keuntungan dari spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Effendi 2008).
- CU-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga
halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup
baik.
- CU-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter tentang vertikel 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (CU) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jari coper-7.
- Multiload
Alat ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
bawah 36 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukana 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Efektifitas IUD
 IUD sangat efektif
32

 Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun


 Cu T 380A dapat untuk 8 tahun
 Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun
 Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama
pemakaian.

Cara Kerja
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat
sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi.
4. IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi wanita dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi (Muhammad,2008).

Keuntungan, Kerugian dan Efek Samping


 Keuntungan IUD
1. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
2. Metode jangka panjang
3. Sangat efektif tidak perlu lagi mengingat-ingat
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
6. Tidak ada efek samping hormonal dengan CU AKDR (CUT-380A).
7. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
8. Dapat dipsang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
9. Dapat digunakan sampai menopause
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
33

11. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Sri Handayani, S.Si.T, 2010).


 Adapun kerugian dan efek sampingnya :
a. Efek samping yang umum terjadi :
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting) antara menstruasi
4. Saat haid lebih sakit
5. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
6. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering bergantian pakaian.
7. Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, IRP dapat memicu infertilitas.
8. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
9. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik Karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.
11. Perempuan harus memerisakan posisi benang dari waktu ke waktu.

Persyaratan Pemakaian
a. Yang dapat menggunakan; syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah :
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5. Setelah melahirkan dengan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi resiko rendah
dari IMS.
7. Tidak menghendaki hrmonal
8. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
34

9. Tidak menghindari kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama.

b. Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan
efektif AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan,
misalnya :
1. Perokok
2. Pasca keguguran atau kegaglaan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi.
3. Sedang memakai anti kejang
4. Gemuk atau kurus
5. Sedang menyusui

c. Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini :


1. Penderita tumor jinak payudara
2. Penderita kanker payudara
3. Pusing-pusing
4. Tekanan darah tinggi
5. Varises ditungkai
6. Penyakit penderita jantung
7. Pernah menderita stroke
8. Penderita diabetes
9. Penderita penyakit hati
10. Malaria
11. Epilepsi

Yang tidak diperkenankan memakai IUD


1. Kehamilan
2. Penyakit kelamin (gonorrhea, spilis)
3. Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui
4. Tumor jinak atau ganas
5. Kelainan bawaan rahim
6. Penyakit gula
35

7. Penyakit kurang darah


8. Belum pernah melahirkan
9. Adanya perkiraan hamil
10. Ukuran rongga rahim yang kurang dari 5 cm.

Insersi / pemasangan IUD


1. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
a. Ekspulsi
b. Kerja kontrasepsi tidak efektif
c. Perforasi uterus
2. Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal; yaitu :
a. Ukuran dan macam IUD beserta tabung insersinya.
b. Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya.
3. Waktu atau saat insersi
a. Insersi interval
1. Kebijakan (policy) lama : insersi IUD dilakukan selama atau segera
sesudah haid, ostium uteri lebih terbuka, canalis cervikalis lunak,
perdarahan yang timbul karena prosedur insersi, tertutup oleh
perdarahan haid yang normal, wanita pasti tidak hamil.
2. Kebijakan (policy) sekarang : insersi IUD dapat dilakukan setiap saat
dari siklus haid asal kita yakin seyakin-yakinnya bahwa calon
akseptor tidak dalam keadaan hamil.
b. Insersi post – partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post partum, hanya
kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi.
c. Injeksi post-abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD
dapat segera dipasang sesudah :
1. Abortus trisemester I : Ekspulsi, infeksi, perfusi dan lansio.
2. Abortus trisemester III : Ekspulsi 5-10 x lebih besar daripada setelah
abortus trimester I.
d. Dipasang maksimal setelah 5 hari senggama tidak terlindungi.
4. Teknik insersi, ada 3 cara :
36

a. Teknik push out; mendorong : lippes loop bahaya perporasi lebih besar.
b. Teknik withdrawal : menarik : CU IUD
c. Teknik plungging : mencelupkan : progestasert-T.
5. Prosedur insesi IUD
a. Jelaskan pada klien prosedur akan dilakukan dan inform consent.
b. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
c. Persiapan alat.
1. Bivale speculum / speculum cocor bebek
2. Tenakulum (penjepit porsio)
3. Sounde uterus (untuk mengukur kedalaman uterus)
4. Forsep/korentang
5. Gunting mayo
6. Mangkuk untuk jahitan antiseptic.
7. Sarung tangan steril atau sarung tangan DTT
8. Cairan antiseptic
9. Kapas atau kasa
10. Cairan DTT
11. Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
12. AKDR (CUT-380 A) atau progestasert-T yang masih belum rusak
dan terbuka.
13. Bengkok
d. Persiapan tenaga kesehatan : Celemek, cuci tangan, masker.
e. Atur posisi pasien di bed ginekologi dan lampu penerang.
f. Pakai sarung tangan steril
g. Periksa genitalia eksterna
h. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual
i. Lepaskan sarung tangan steril, masukkan kelarutan chlorin 0,5 %.
j. Masukkan lengan AKDR copper T-380-A kedalam kemasan steril
k. Pakai sarung tangan steril atau DTT
l. Pasang spekulum dalam vagina dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina.
37

m. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas lakukan tarikan ringan padanya
untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi
perdarahan dan resiko perforasi.
n. Lakukan sonde uterus untuk menentukan posisi dan kedalam cavum uteri.
o. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman kavum uteri.
p. Masukkan tabung inserter dengan hati-hati sampai leher biru menyentuh
fundus atau sampai terasa ada tahanan.
q. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (with-drawl
technique), tarik keluar pendorong, setelah lengan lepas, dorong secara
perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks.
r. Tarik keluar sebagai tabung inserter, potong benang AKDR, kira-kira 3-4
cm panjangnya.
s. Lepaskan tenakulum dan spekulum
t. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi, lakukan
dekomentasi.
u. Cuci tangan di bawah air yang mengalir.
Ajarkan pada pasien bagaimana cara memeriksa benang
Waktu Pencabutan IUD
1. Bila ibu mengiginkan
2. Bila ibu ingin hamil kembali
3. Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya.
4. Pada akhir masa efektif dari IUD / AKDR
Kunjungan Ulang
1. 1 bulan pasca pemasangan
2. Tiga (3) bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Satu (1) tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur
38

BAB 3
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PADA NY.F DI
KLINIK X TAHUN 2016

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS / BIODATA

Nama : Ny. F Nama Suami : Tn. T


Umur : 32 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl.Sunggal Alamat : Jl.Sunggal

B. ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)

Tanggal : 20 Januari 2016 Pukul : 16.15 WIB Oleh:Bidan Z


1. Alasan Kunjungan ini : Kunjungan ulang untuk mendapatkan suntik KB 3
bulan.
2. Keluhan – Keluhan : Tidak ada
3. Riwayat Menstruasi
38
- Menarche : 11 Tahun
- Siklus : 28 hari
- Banyaknya : 2-3 x ganti doek.
- Teratur/tidak teratur : Teratur
- Lamanya : 5-7 hari
- Sifat darah : Encer
- Dismenore : Tidak Ada

38
39

4. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang lalu


N Tangga Usia Jenis Tempat Komplikas Peno- Bayi Nifas
o l Kehamilan Persalin Persalina i Long
Lahir / an n Ibu Bayi PB/BB/ Keadaa Laktasi
Umur JK n
1 29-03- aterm Sponta Klinik - - Bidan 49/370 Baik baik
2006 n 0/pr
2 14-02- aterm Klinik - - Bidan 50/350 baik baik
2009 Sponta 0/lk
n

5. Activity Daily Living


- Pola Makanan :

* Pagi : 1 Piring Nasi + Ikan 1 potong + susu 1 gelas.


* Siang : 1 Piring Nasi + Ikan 1 potong + sayur 1 mangkok +
1 gelas air putih + 1 buah
* Malam : 1 Piring Nasi + Ikan 1 potong + Sayur 1 mangkok +
1 gelas air putih.
- Pola Istirahat :
* Siang :  1 jam/hari
* Malam :  7-8 jam/hari.
- Pola Eliminasi :
* BAB : 1 x/hari
* BAK : 5 x/hari.
- Riwayat seksual : 1 x/ mgg, terakhir 1 mgg yang lalu.

6. Riwayat Penyakit sistematik yang pernah diderita


Penyakit ginjal : Tidak ada
Asma/TB paru : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
40

Epilepsi : Tidak ada


Lain-lain : Tidak ada
7. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit jantung : Tidak ada
Penyakit ginjal : Tidak ada
Asma/TB paru : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
8. Riwayat Sosial :
- Perkawinan : 1 kali
- Status perkawinan : Sah
- Lama nikah 10 tahun, menikah pertama pada umur 22 thn.
- Respon ibu dan keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi : suami
mendukung, dan istri senang.
- Pengambilan keputusan dalam keluarga : musyawarah keluarga.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : baik


2. Status emosional : stabil
TD :110/70 mmHg,
T/P : 37 oC / 80 x /menit
RR : 20x/menit
BB sekarang : 58 kg
BB selama menggunakan alkon : 58,5 kg
Tinggi Badan : 158 cm
LiLa : 24 cm

3. Muka :
- Oedema : Tidak ada
- Conjungtive : Merah jambu
41

- Sklera mata : Tidak ikterik


4. Hidung : Simetris, polip tidak ada
5. Mulut : Bibir merah, mulut bersih tidak ada caries.
6. Kelenjer tyroid : Tidak ada pembengkakan

7. Payudara : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak


teraba benjolan
8. Perut : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa.
9. Punggung dan Pinggang: :
- Postur tubuh : Kifosis
- Sakit Pinggang : Tidak ada
10. Extremitas atas :
- Oedema : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
11. Ekstremitas Bawah :
- Oedema : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Refleks : +/+
12. Pemeriksaan Genitalia : Tidak Dilakukan
13. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR :

Diagnosa : Ny.F umur 32 tahun P2Ao akseptor KB Depo Progestin (3bulan)


Dasar : Data Subjektif
 Usia 32 th
 Kunjungan ulang suntik 3 bulan
Data Objektif
 Observasi Vital Sign :
TD :110/70 mmHg,
T/P : 37 oC / 80 x /menit.
RR : 20x/i
BB : 58 kg
42

BB setelah alkon : 58,5 kg


Tinggi Badan : 158 cm
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI

No. INTERVENSI RASIONAL

1 Beritahu tentang hasil pemeriksaan Tindakan yang dilakukan untuk memberikan


TTV ibu rasa aman dan nyaman pada ibu dan keluarga

2 berikan pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang diberikan dapat


tentang efek samping dari KB memberi gambaran khusus bagi kontrasepsi
suntik yang digunakan ibu.

3 Lakukan inform consent Suatu tanda persetujuan atas dilakukannya suatu


tindakan antara pasien dan bidan

4 Beritahu ibu tempat penyuntikan Suatu tindakan agar ibu mengetahui dimana
secara IM mengetahui dimana lokasi penyuntikan

5 Beritahu ibu obat yang dimasukkan Suatu tindakan dimana DMPA 3ml yang akan
DMPA 3ml diberikan pada ibu

6 Beritahu ibu untuk kunjungan Suatu tindakan agar kontrasepsi yang digunakan
ulang tidak gagal.
43

VI. IMPLEMENTASI
No. Tanggal Jam Implementasi
1 20-01-16 16.20
Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan yaitu:
TD :110/70 mmHg,
T/P : 37 oC / 80 x /menit.
RR : 20x/i
Ibu dikatakan sehat, suntik KB ulang untuk jadwal hari ini bisa
diberikan.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui kondisi kesehatannya saat ini.

2 16.25 Memberikan pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi KB


Suntik 3 bulan.
Profil
Kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian sangat
lambat.
Keuntungan
a. Efektifitas sangat tinggi.
b. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.
c. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam pada awal
pemakaian.
d. Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik.
e. Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan
pembekuan darah dan jantung karena tidak
mengandung hormon estrogen.
f. Dapat mencegah endometrium, kehamilan ektopik,
serta beberapa penyebab penyakit akibat radang
panggul.
g. Menurunkan krisis anemia.
h. Cocok untuk ibu yang menyusui dan ibu yang usia
diatas 35 tahun.
i. Injeksi hanya sekali dalam 3 bulan.
44

j. Reaksi sangat cepat. (< 24 jam).


Kerugian
a. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikut.
b. Ketidakteraturan siklus haid
c. Tidak menjamin perlindungan penularan penyakit
menular seksual, Hep B atau infeksi HIV.
d. Peserta harus bergantung pada sarana pelayanan
kesehatan.
e. Kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
Indikasi
a. Ibu usia reproduksi (20-35 tahun).
b. Ibu pasca persalinan.
c. Ibu pasca keguguran.
d. Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
e. Nulipara dan yang telah mempunyai banyak anak
serta belum bersedia untuk KB Tubektomi.
f. Ibu sering lupa minum pil KB.
g. Anemia defisiensi zat besi.
h. Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi.
i. Ibu yang sedang menyusui.
Kontra Indikasi
a. Ibu yang hamil atau dicurigai hamil.
b. Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
c. Diabetes melitus yang disertai komplikasi.
d. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya.

Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang KB suntik 3 bulan secara


45

umum.

3 16.35 Melakukan inform consent antara ibu dan keluarga.


Evaluasi : ibu sudah menyetujui tindakan yang akan di lakukan.

4 16.40 Memberikan obat KB kepada ibu depo 3cc melalui injeksi


intramuskular pada muskulus gluteus sinistra.
Evaluasi : obat KB suntik 3 bulan sudah diberikan.

5 16.45 Mengingatkan kepada ibu untuk tidak memasase tempat


penyuntikan agar tidak mempercepat proses absorbsi obat,
sehingga memperpendek masa kerja obat.
Evaluasi : ibu tampak memberikan masase sedikit di bagian
penyutikkan.
6 16.50 Menganjurkan ibu untuk datang kembali tanggal 18-09-2013
untuk mendapatkan suntik depo berikutnya.
Evaluasi : ibu akan datang kembali untuk kunjungan ulang.

VII. EVALUASI
S : - Ibu mengatakan sudah mengerti tentang KB suntik
- Ibu mengatakan sedikit nyeri didaerah penyuntikkan.

O : - Tampak ibu sedang memasase daerah penyuntikka.


- Ttv :
TD : 110/70 mmHg

P : 80 x/i

T : 370 C

RR : 20 x/i

A : - Ny. F umur 32 tahun P2Ao akseptor Kb Depo Progestin 3 bulan.


- Kebutuhan : -Konseling kunjungan ulang.

P : - Anjurkan ibu untuk datang kembali melakukan kunjungan ulang.


46

PERSETUJUAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :.............................................. Umur :................................. th
Alamat :.................................................................................................
Adalah bertindak sebagai diri saya/Orang tua/Suami/Keluarga dari penderita :
Nama :.............................................. Umur :................................. th
Alamat :.................................................................................................

Setelah mendapat penjelasan dan pengertian tentang tindakan medis yang akan
dilakukan berkaitan dengan KELUARGA BERENCANA dan segala resiko yang bisa terjadi,
maka menyerahkan sepenuhnya dengan ikhlas untuk dilakukan praktek dengan tindakan :

Suntik KB, Pemasangan / Pelepasan IUD, Pemasangan / Pelepasan Implant


/ .................................

Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran atas resiko tindakan medis yang
akan diberikan. Bila di kemudian hari terjadi resiko yangg berhubungan dengan tindakan
tersebut maka kami tidak akan menuntut sesuai hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan ini kami buat, agar dapat dipergunakan seperlunya.


........................ 2016
Pukul :......................... WIB

Yang Memberi Penjelasan,


Bidan Akseptor KB

............................. .................................
Keluarga

...............................
47

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I., Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2012.


Jakarta.
Effendi Nasrul, Dasar-Dasar Keperawatan Masyarakat. 2012. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta.
Entjang Indah, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2002. PT. Cipta Aditya Bakti : Jakarta.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011. Metode penelitan kebidanan & Teknisi Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, Koes. 2012. Keluarga Berencana Untuk Paramedis dan nonmedis. Bandung:
Yrama Widya.
Kumalasari, Intan dan Andhayantono, Iwan. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Manan, El. 2011. Kamus Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: BUKUBIRU.
Meilani, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya.
Mubarak, wahid. 2011. Promosi Kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2012. Yayasan Bina Pusataka. Jakarta.
Siti, Nina Mulyani. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Syahlan, Kebidanan Komunitas, 2010. Jakarta
Zaluchu, Fotarisman. 2011. Praktis Penelitin Kesehatan. Medan: Perdana Publishing.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/8/01-gdl-bulannovit-384-1-bulann-
6.pdf diakses pada tanggal 02 Februari 2014, pukul 22:06 WIB
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/02_Profil_Kes_
Prov.SumateraUtara_2012.pdf#page=72&room=100,-200,792 diakses pada
tanggal 25 Maret 2014, pukul 14:34 WIB
http://www.bkkbn.go.id/data/Documents/Laporan-Hasil-Pelayanan-Kontrasepsi-Mei-
2013.pdf diakses pada tanggal 26 maret 2014, pukul 21:34 WIB

Anda mungkin juga menyukai