D III KEBIDANAN
Kelompok 5 :
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.F Umur 32 Tahun Akseptor KB
suntik Depo Provera di Klinik X Tahun 2016”.
Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
A. Keluarga Berencana
B. Kontrasepsi
C. Kontrasepsi alamiah
3. MOB .......................................................................................... 11
ii
4
4. MAL........................................................................................... 14
D. Kontrasepsi Buatan
1. KB pil ......................................................................................... 22
2. KB suntik ................................................................................... 24
3. Implant ...................................................................................... 26
4. KB IUD ...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Upaya untuk mengatasi ledakan jumlah pendudukan tersebut salah satunya adalah
melalui program Keluarga Berencana (KB). KB ini merupakan bagian integral dari
pembangunan Nasional yang bertujuan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). Program KB saat ini sudah merupakan suatu keharusan dalam upaya
menanggulangi pertumbuhan penduduk dunia umumnya dan penduduk Indonesia khususnya.
Berhasil tidaknya kita melaksanakan program KB ini akan menentukan berhasil tidaknya
dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (BKKBN, 2010). Program pencapaian
kesejahteraan bangsa menjadi target Millenium Development Goals(MDGs) hingga tahun
2015. Program KB Nasional telah memiliki visi dan misi terbaru yaitu dengan visi penduduk
tumbuh seimbang 2015 dan misinya mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan serta mewujudkan kelurga kecil bahagia sejahtera (Muryanta, 2010).
1
2
Jenis kontrasepsi suntik yang di sediakan dalam program KB Nasional salah satunya
adalah Depo Provera 150 mg, yang diberikan setiap tiga bulan. Kontrasepsi suntik ini
mempunyai daya kerja yang lama, yakni dalam rentang waktu tiga bulan pemakaian, akan
tetapi setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping. Efek samping yang sering
ditemukan pada kontrasepsi suntik ini salah satunya adalah perubahan berat badan, dan
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat dan sebagainya (Hartanto, 2010). Gangguan pola
haid yang terjadi tergantung pada lama pemakaian. Gangguan pola haid yang terjadi seperti
perdarahan bercak/flek, perdarahan irreguler, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama
dan jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2010).
BPMT yang dipilih sebagai tempat penelitian, selama periode bulan April – Juni
2012 mempunyai akseptor kontrasepsi suntik sebanyak 407 orang dengan rincian
akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 190 orang dan kontrasepsi suntik 3 bulan
sebanyak 217 orang.
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur
atau perdarahan
bercak bahkan tidak menstruasi sama sekali (amenorhoe) (Saifudin, 2011)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan mengajukan sebuah judul tentang :
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.F Umur 32 Tahun Akseptor KB suntik Depo Provera di Klinik
X Tahun 2016”.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Ari Sulistyawati, 2014).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut
termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap
tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini
terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan
setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara
penggunaannya.
5
6
B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan
‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Pengaturan kelahiran, yang dikenal pula sebagai sebagai kontrasepsi dan
pengaturan fertilitas, merupakan metoda atau alat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Perencanaan, pembekalan, dan penggunaan kontrasepsi disebut keluarga
berencana.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana)
2. Tujuan Kontrasepsi
Tujuan penggunaan kontrasepsi terbagi menjadi tiga fase :
Fase menunda kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri <20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Fase menjarangkan kehamilan
Fase usia istri 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan,
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran 2-4 tahun.
Fase menghentikan kehamilan
Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama usia diatas 35 tahun sebaiknya
menghakiri kesuburan
C. Kontrasepsi Alamiah
1. Pengertian Kontrasepsi Alamiah
Kontrasepsi alamiah adalah suatu upaya mencegah/menghalangi pembuahan
atau pertemuan antara sel telur dengan sperma menggunakan metode-metode yang
tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia dan tidak memakai bahan obat-obatan.
Akurasi penentuan waktu ovulasi / masa subur merupakan batu pertama dalam
perencanaan KB alami. 3 prinsip yang digunakan untuk mengetahui terjadinya waktu
ovulasi adalah dengan metode kalender, suhu tubuh, dan lendir srviks.
9
2. Suhu Basal
a) Pengertian dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur
dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan
alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara
oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu
akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan.
10
Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Catatan :
Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover line ) selama
perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu tersebut di atas
garis pelindung sebelum memulai senggama.
Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat
berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama
haid berikutnya.
b) Kerugian
Membutuhkan motivasi
Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, ganggiuan tidur, stress, alcohol
dan obat-obatan, misalnya aspirin
Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari
akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal
c) Keuntungan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur.
Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi.
Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender serviks.
Berada dalam kendali wanita.
Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
d) Kontraindikasi
Sikluls haid yang tidak teratur.
Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
Kurve suhu badan yang tidak teratur.
11
Sang istri sedang sakit atau demam, sehingga suhu basalnya tidak bisa
diketahui secara tepat.
e) Indikasi
Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
Tidak keberatan jika terjadi kehamilan
f) Efek Samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama.
g) Efektifitas
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna
pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun. Daya guna dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pula cara rintangan, misalnya kondom atau
obat spermisida di samping pantang berkala.
b. Cara kerja
Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer)
sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih
padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan
(sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan
lengket, hal ini menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus
dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir
akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening
seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari
setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama tanpa alat
kontrasepsi.Lendir dari servirks tidak dapat diamati pada saat sedang
terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding vagina juga
akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan lendir servik.
c. Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat
bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
d. Kelebihan
Mudah digunakan.
Tidak memerlukan biaya.
Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain
yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
e. Kekurangan
13
g. Kontraindikasi
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus),
kecuali MOB.
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama
waktu tertentu dalam siklus haid.
14
h. Efek samping
1. Komplikasi yang langsung tidak ada
2. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.
b. Cara kerja
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan
hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran
hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria
terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam
hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.
c. Kelebihan
1. Ekonomis.
2. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan.
3. Memberikan nutrisi yang baik pada bayi.
4. pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,
5. tidak mengganggu kesehatan,
15
d. Kekurangan
1. Hanya melindungi pada 6 bulan pertama.
2. Angka kegagalan/kehamilan 6 per 100 wanita per tahun.
3. tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari
PMS
e. Indikasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin
menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
g. Efek samping
1. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
2. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
3. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
5. Sistem Kelender
a. Pengertian
16
b. Cara kerja
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama
pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur
digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek
dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur.
Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan
diluarnya merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita
mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai hari ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18=10, dan 36-11=25. Maka konsepsi dapat
terjadi hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah
hari pertama sampai hari ke 9 daur haid.
c. Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi. Metode kalender atau pantang berkala dapat
bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. Sebagai alat
pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan. Dapat digunakan oleh
para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan
seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.
d. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
17
e. Keterbatasan/kekurangan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap
saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
f. Indikasi
1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara
3. Perempuan kurus ataupun gemuk
4. Perempuan yang merokok
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi
sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat, mioma
uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
18
g. Kontraindikasi
1. Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah
abortus).
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.
6. Metode Simptothermal
a. Pengertian
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita.
Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan
mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini
mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,
perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui
metode kalender.
Manfaat
1. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
19
d. Keuntungan
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau
operasi yang dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan
kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah
belajar metode simptothermal dengan benar.
e. Keterbatasan
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi,
berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
20
7. Senggama Terputus
a. Pengertian dan cara kerja senggama terputus
Cara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan sampai
sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus adalah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria
menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
Cara Kerja Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari
cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. kekurangannya
adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni.
b. Manfaat Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI ·
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
4. Tidak Ada efek samping
21
E. Kontrasepsi Buatan
a. Etiologi
1. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan
progestin Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant progestin
Kontrasepsi Patch
2. Kontrasepsi barrier (penghalang)
o Kondom (pria dan wanita)
o Diafragma dan cervical cap
3. Spermisida
4. IUD (spiral)
5. Perencanaan keluarga alami
6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
7. Metode amenorea menyusui
8. Kontrasepsi darurat
o Kontrasepsi darurat hormonal
o Kontrasepsi darurat IUD
9. Sterilisasi
o Vasektomi
o Ligasi tuba
b. Patofisiologi
Banyak efek yang ditimbulkan bila tidak menggunakan alat kontrasepsi :
1. Tidak dapat memperbaikan kesehatan
2. Tidak dapat mencegah kehamilan
3. Tidak dapat menjarangkan kehamilan
4. Tidak dapat membatasi jumlah anak
c. Penatalaksanaan
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya
22
kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis
tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita
usia > 35 tahun)
e. Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti
semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka
tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan
yang tidak
atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (Depo-
Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
2. Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama,
tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah
masa nifas,
3. Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak
melindungi dari PMS,
4. Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut rontok
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak,
ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6
bulan-1 tahun
5. Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak,
ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6
bulan-1 tahun
Kontrasepsi Implan
Dosis
Efektifitasnya.
Keuntungan Implant.
27
Kekurangan Implant
Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
Petugas kesehatan harus dilatih khusus.
Implant mahal.
Implant sering mengubah pola haid.
Susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit.
Pemasangan implant.
Kontraindikasi.
Efek samping.
a. Gangguan haid.
b. Jerawat.
c. Perubahan libido.
d. Keputihan.
e. Peubahan berat badan
f. dll.
Bila terjadi hal-hal tersebut diatas konsultasikan kepada dokter anda untuk
memperoleh konseling dan penanggulangan.
Kontrasepsi IUD
a. Pengertian IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan
kedalam rahim, terbuat dari bahan plastik, dan ada yang dililit oleh tembaga,
dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umumnya dan mungkin
dikenal oleh masyarakat adalah spiral, spiral adalah suatu alat yang
dimasukkan kedalam rahim wanita unutk tujuan kontrasepsi (TIM, 2008.
Pelayanan KB dan pelayanan kontrasepsi).
IUD menurut ILUNI FKUI,2010 yaitu alat yang terbuat dari palstik
yang dimasukkan kedalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara
29
- Lippesloop
- Cut
- Cu-7
- Marguiles
- Multiloid
- Nova-T
a. Medicated IUD
Misalnya : - CUT 200 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 220 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 300 (daya kerja 3 tahun)
- CUT 380 A (daya kerja 8 tahun)
- CU-7, Nova T (daya kerja 5 tahun)
- ML-CU 375 (daya kerja 3 tahun)
Pada jenis medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya
; CU-T 220 berarti tembaga adalah 200 mm2
b. Un medicated IUD
Misalnya : - Lippes loop
- Marguiles
- Saf – T
- Antigon
Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopuase, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi
akseptornya.
B. IUD yang mengandung hormonal
1. Progestasert – T – Alza T
a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, degnan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
b. Mengandung 38 mg progesteron dan parium sulfat.
c. Tabung insersinya berbentuk lengkung
d. Daya kerja : 18 bulan.
2. ING-20
a. Mengandung 46 – 60 mg levonorgestrel, dengan pelepatan 20 mcg per
hari.
b. Sedang diteliti di Filandia.
c. Angka kegagalan / kehamilan dengan terendah : < 0,5 per 100 wanita per
tahun.
31
Cara Kerja
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat
sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi.
4. IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi wanita dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi (Muhammad,2008).
Persyaratan Pemakaian
a. Yang dapat menggunakan; syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah :
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5. Setelah melahirkan dengan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi resiko rendah
dari IMS.
7. Tidak menghendaki hrmonal
8. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
34
b. Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan
efektif AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan,
misalnya :
1. Perokok
2. Pasca keguguran atau kegaglaan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi.
3. Sedang memakai anti kejang
4. Gemuk atau kurus
5. Sedang menyusui
a. Teknik push out; mendorong : lippes loop bahaya perporasi lebih besar.
b. Teknik withdrawal : menarik : CU IUD
c. Teknik plungging : mencelupkan : progestasert-T.
5. Prosedur insesi IUD
a. Jelaskan pada klien prosedur akan dilakukan dan inform consent.
b. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
c. Persiapan alat.
1. Bivale speculum / speculum cocor bebek
2. Tenakulum (penjepit porsio)
3. Sounde uterus (untuk mengukur kedalaman uterus)
4. Forsep/korentang
5. Gunting mayo
6. Mangkuk untuk jahitan antiseptic.
7. Sarung tangan steril atau sarung tangan DTT
8. Cairan antiseptic
9. Kapas atau kasa
10. Cairan DTT
11. Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
12. AKDR (CUT-380 A) atau progestasert-T yang masih belum rusak
dan terbuka.
13. Bengkok
d. Persiapan tenaga kesehatan : Celemek, cuci tangan, masker.
e. Atur posisi pasien di bed ginekologi dan lampu penerang.
f. Pakai sarung tangan steril
g. Periksa genitalia eksterna
h. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual
i. Lepaskan sarung tangan steril, masukkan kelarutan chlorin 0,5 %.
j. Masukkan lengan AKDR copper T-380-A kedalam kemasan steril
k. Pakai sarung tangan steril atau DTT
l. Pasang spekulum dalam vagina dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina.
37
m. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas lakukan tarikan ringan padanya
untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi
perdarahan dan resiko perforasi.
n. Lakukan sonde uterus untuk menentukan posisi dan kedalam cavum uteri.
o. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman kavum uteri.
p. Masukkan tabung inserter dengan hati-hati sampai leher biru menyentuh
fundus atau sampai terasa ada tahanan.
q. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (with-drawl
technique), tarik keluar pendorong, setelah lengan lepas, dorong secara
perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks.
r. Tarik keluar sebagai tabung inserter, potong benang AKDR, kira-kira 3-4
cm panjangnya.
s. Lepaskan tenakulum dan spekulum
t. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi, lakukan
dekomentasi.
u. Cuci tangan di bawah air yang mengalir.
Ajarkan pada pasien bagaimana cara memeriksa benang
Waktu Pencabutan IUD
1. Bila ibu mengiginkan
2. Bila ibu ingin hamil kembali
3. Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya.
4. Pada akhir masa efektif dari IUD / AKDR
Kunjungan Ulang
1. 1 bulan pasca pemasangan
2. Tiga (3) bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Satu (1) tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur
38
BAB 3
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PADA NY.F DI
KLINIK X TAHUN 2016
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
38
39
C. PEMERIKSAAN FISIK
3. Muka :
- Oedema : Tidak ada
- Conjungtive : Merah jambu
41
V. INTERVENSI
4 Beritahu ibu tempat penyuntikan Suatu tindakan agar ibu mengetahui dimana
secara IM mengetahui dimana lokasi penyuntikan
5 Beritahu ibu obat yang dimasukkan Suatu tindakan dimana DMPA 3ml yang akan
DMPA 3ml diberikan pada ibu
6 Beritahu ibu untuk kunjungan Suatu tindakan agar kontrasepsi yang digunakan
ulang tidak gagal.
43
VI. IMPLEMENTASI
No. Tanggal Jam Implementasi
1 20-01-16 16.20
Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan yaitu:
TD :110/70 mmHg,
T/P : 37 oC / 80 x /menit.
RR : 20x/i
Ibu dikatakan sehat, suntik KB ulang untuk jadwal hari ini bisa
diberikan.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui kondisi kesehatannya saat ini.
umum.
VII. EVALUASI
S : - Ibu mengatakan sudah mengerti tentang KB suntik
- Ibu mengatakan sedikit nyeri didaerah penyuntikkan.
P : 80 x/i
T : 370 C
RR : 20 x/i
Setelah mendapat penjelasan dan pengertian tentang tindakan medis yang akan
dilakukan berkaitan dengan KELUARGA BERENCANA dan segala resiko yang bisa terjadi,
maka menyerahkan sepenuhnya dengan ikhlas untuk dilakukan praktek dengan tindakan :
Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran atas resiko tindakan medis yang
akan diberikan. Bila di kemudian hari terjadi resiko yangg berhubungan dengan tindakan
tersebut maka kami tidak akan menuntut sesuai hukum yang berlaku.
............................. .................................
Keluarga
...............................
47
DAFTAR PUSTAKA