TENTANG
BUPATI KUNINGAN
2
20. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Nomor 3294);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3445);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata cara
Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara tahun 1996 Nomor 104);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara
Tahun 1998 Nomor 132 Tambahan Negara Nomor 3776);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembara
Negara Nomor 4156);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan
Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan(Lembaran Negara Tahun
2002 Nomor 66,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4206);
29. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Hutan Lindung;
30. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan
Tanah Bagi Kawasan Industri;
31. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang;
32. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat
(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 2 Seri E);
33. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor
13/HK.021.2/XII/1985 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran
Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran
Daerah Tahun 1986 Nomor 1 Seri D, Nomor 1);
34. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 1 Tahun 2002
tentang Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Kuningan Tahun 2001 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran
3
Daerah Nomor 13), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Nomor 29 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kabupaten
Kuningan Tahun 2002 Nomor 30 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 109);
35. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 2 Tahun 2002
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengundangan Produk Hukum
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 2 Tahun
2002 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 16);
36. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2004
tentang Pola Dasar Kabupaten Kuningan (Lembaran Daerah
Tahun 2004 Nomor 6 Seri D , Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 44).
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
j. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional;
k. Pusat Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah
merupakan pusat pengembangan dalam rangka pemberian
pelayanan berkenaan dengan segala aktifitas penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan di Daerah;
l. Pusat Pengembangan Pendukung yang selanjutnya disebut SWP
adalah merupakan pusat pengembangan pendukung dalam rangka
pemberian pelayanan berkenaan dengan segala aktifitas
penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di Daerah;
m. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau
budidaya;
n. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan;
o. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan;
p. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap;
q. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan;
r. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan prilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lain;
s. Ekosistem adalah tatatan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan
hidup;
t. Daerah aliran sungai selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah
tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung
air yang berasal dari curah hujan dan sumber lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai utama ke laut;
u. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat atau badan hukum;
v. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang
timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan
begerak dalam penyelenggaraan Penataan Ruang.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN SASARAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Bagian Pertama
Asas, Tujuan dan Sasaran
Pasal 2
5
a. Pemanfaatan Ruang untuk semua kepentingan secara terpadu,
berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan;
b. Persamaan, Keadilan, dan perlindungan hukum;
c. Keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat;
Pasal 3
Pasal 4
Bagian Kedua
Fungsi dan Kedudukan
Pasal 5
6
Pasal 6
BAB III
WILAYAH, SUBSTANSI, DAN JANGKA WAKTU RENCANA
Bagian Pertama
Wilayah Rencana
Pasal 7
(1) Lingkup wilayah RTRW adalah Daerah dengan batas yang ditentukan
bedasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan seluas
111.857,55 Ha serta wilayah udara.
Bagian Kedua
Substansi Rencana
Pasal 8
7
b. Rencana Pola Tata Ruang, meliputi rencana pola tata ruang
kawasan lindung dan tata ruang kawasan budidaya;
c. Rencana Sistem Sarana dan Prasarana Wilayah, meliputi rencana
Sistem Sarana, Sistem Prasarana Transportasi, Prasarana
Pengairan, Sistem Energi, Telekomunikasi dan Sistem Prasarana
pengelolaan Lingkungan.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Rencana
Pasal 9
BAB IV
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
Bagian pertama
Kebijakan Perencanaan Tata Ruang
Pasal 10
Pasal 11
8
(3) Rencana terperinci dimaksud hurup c Pasal 10 adalah rencana atau
umum tata ruang kota atau kawasan.
Pasal 12
Rencana umum tata ruang kota dan kawasan perlu dilakukan penyesuaian
terhadap materi RTRW untuk menjamin keterpaduan dan keserasian
penataan ruang.
Bagian Kedua
Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
9
Paragraf 2
Sistem Pusat-Pusat Pelayanan
Pasal 14
Untuk mewujudkan struktur tata ruang wilayah dimaksud ayat (3) Pasal 8
maka kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan adalah
mengembangkan sistem pusat pelayanan yang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lahan serta fungsi kegiatan dominannya.
Paragraph 3
Jaringan Transportasi
Pasal 15
Paragraf 4
Kawasan Lindung
Pasal 16
Untuk mewujudkan pola tata ruang dimaksud ayat (3) Pasal 8 maka
kebijakan pola tata ruang kawasan lindung adalah meningkatkan luas
kawasan yang berfungsi lindung dan menjaga kualitas kawasan lindung.
Paragraf 5
Kawasan Budidaya
Pasal 17
Untuk mewujudkan pola tata ruang dimaksud ayat (3) Pasal 8, maka
kebijakan pola tata ruang kawasan budidaya adalah mempertahankan
kawasan budidaya pertanian lahan basah/sawah.
10
Paragraph 6
Sistem Sarana Dan Prasarana Wilayah
Pasal 18
Untuk mewujudkan pola tata ruang dimaksud ayat (3) Pasal 8 maka
kebijakan rencana sistem sarana dan prasarana wilayah dalah untuk
meningkatkan ketersediaan sarana dan prasrana wilayah dalam rangka
meningkatkan pelayanan.
Bagian Ketiga
Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pasal 19
Pasal 20
BAB V
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Rencana Struktur Tata Ruang
Paragraf 1
Rencana Pengembangan Sistem Pusat-pusat Pelayanan
Pasal 21
11
b. Mengembangkan skala pelayanan berdasarkan hirarki kota-kota
dan fungsi kota-kota.
(3) Hirarki kota-kota dimaksud dalam hufuf b ayat (1) terdiri atas tiga
hirarki:
a. WP I Kuningan;
b. WP II Cilimus;
c. WP III Ciawigebang;
d. WP IV Luragung;
e. WP V Kadugede.
Paragraf 2
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Pasa 22
Pasal 23
(1) Sistem jaringan jalan primer dimaksud huruf a Pasal 20 terdiri dari
sistem jaringan jalan arteri primer, kolektor primer dan lokal primer.
12
(2) Sistem jaringan jalan sekunder dimaksud huruf b Pasal 20
merupakan jaringan jalan dalam kota yang menghubungkan
kawasan-kawasan dalam kota.
Bagian Kedua
Rencana Pola Tata Ruang
Paragraf 1
Rencana Pola Tata Ruang Kawasan Lindung
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
13
2. Taman wisata budaya;
3. Taman wisata alam.
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
14
Cibeureum, Karangkancana, Subang, Cilebak, Ciwaru dan
Lebakwangi.
Paragraf 2
Rencana Pola Tata Ruang Kawasan Budidaya
Pasal 32
(3) Kawasan budidaya non pertanian dimaksud ayat (1) terdiri dari
kawasan permukiman, pariwisata, pertambangan dan galian C.
Pasal 33
Paragraf 3
Rencana Sistem Sarana dan Prasarana Wilayah
Pasal 34
Pasal 35
BAB V1
Bagian Pertama
Struktur Tata Ruang
Paragrap 1
Sistem Pusat- Pusat Pelayanan
Pasal 36
15
a. Pusat pertumbuhan utama di arahkan di Kota Kuningan.
b. Pusat pertumbuhan pendukung di arahkan di Kota Cilimus,
Ciawigebang, Luragung dan Kadugede.
Pasal 37
Pasal 38
Untuk mewujudkan rencana hirarki kota kota dimaksud ayat (3) pasal 21
maka pemanfaatan hirarki kota kota di arahkan untuk:
16
c. Hirarki III berfungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian dengan
skala pelayanan local serta menunjang kota dengan Hirarki diatasnya.
Pasal 39
Untuk mewujudkan fungsi kota-kota di maksud ayat (4) Pasal 21, maka
cakupan fungsi kota-kota terdiri dari:
Pasal 40
(1) Kota Kuningan dimaksud huruf a Pasal 39, berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan utama dengan orientasi kegiatan perdagangan jasa,
transportasi, pertanian tanaman pangan padi dan palawija,
perkebunan, industri rumah tangga.
Pasal 41
17
(2) Kota Pasawahan dimaksud huruf b Pasal 39 berfungsi sebagai
kegitan pertanian tanaman pangan padi dan palawija, perkebunan,
industri rumah tangga, peternakan, perikanan, kehutanan.
Pasal 42
Pasal 43
18
palawija, perkebunan, industri rumah tangga, peternakan,
kehutanan.
Pasal 44
19
(7) Kota Subang dimaksud huruf e Pasal 39 berfungsi sebagai Kegiatan
perkebunan, industri rumah tangga, peternakan, pertambangan dan
kehutanan.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 45
Jaringan jalan alteri primer dimaksud ayat (1) Pasal 21 adalah ruas jalan
Cirebon, Kuningan, Cikijing, Ciamis.
Pasal 46
Jaringan jalan kolektor primer dimaksud ayat (1) Pasal 21, adalah :
Pasal 47
20
n. Ruas jalan Ciniru/Pasiragung
o. Ruas Jalan Kadugede-Ciherang-Darma
p. Ruas Jalan Kuningan-Cigugur-Cirendang
Pasal 48
Jaringan jalan sekunder dimaksud ayat (2) Pasal 21, mencakup seluruh
jaringan jalan dalam kota baik yang memiliki fungsi primer maupun
sekunder yang ada di Daerah.
Bagian Kedua
Pola Tata Ruang
Paragraf 1
Kawasan Lindung
Pasal 49
Pasal 50
Paragraf 2
Kawasan Budidaya
Pasal 51
21
a. Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah
beririgasi teknis;
b. Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk
mempertahankan keberadaan fungsi lahan sawah beririgasi teknis;
c. Mengendalikan alih fungsi lahan sawah.
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
22
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
BAB VII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Pertama
Umum
Pasal 62
Pasal 63
23
Pasal 64
a. Penanggungjawab : Bupati
b. Ketua : Wakil Bupati
c. Ketua Harian : Sekretaris Daerah
d. Sekretaris : Kepala Bapeda
e. Waki Sekretaris : Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
f. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
dan potensi Daerah
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 65
Bagian Ketiga
Penertiban
Pasal 66
(3) Bentuk penertiban dimaksud ayat (2) berupa pemberian sanksi yang
terdiri dari sanksi administratif dan sanksi pidana.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 67
24
(2) Peran serta masyarakat dalam proses pemanfaatan ruang dapat
dilakukan melalui pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan
ruang yang sesuai dengan RTRW meliputi:
Pasal 68
Pasal 69
(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang dimaksud huruf b Pasal 68,
masyarakat dapat mengetahui RTRW melalui program sosialisasi
atau pemasayarakatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 70
25
Pasal 71
Pasal 72
BAB IX
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Pasal 73
(1) RTRW yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali pada Tahun 2008
dan Tahun 2013.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74
26
c. Ijin pemanfaatan ruang baik yang berada di kawasan lindung maupun
di kawasan budidaya yang telh diberikan sebelum berlakunya
Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Ditetapkan di Kuningan
Pada tanggal
BUPATI KUNINGAN
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
AMAN SURYAMAN
27
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR :
TENTANG
I. UMUM
Ruang sebagai salah satu sumber daya alam tidak mengenal batas
wilayah. Berkaitan dengan pengaturannya diperlukan kejelasan batas, fungsi
dan sistemnya dalam satu ketentuan.
Wilayah Daerah meliputi daratan, air dan udara, terdiri dari wilayah
Kecamatan yang masing-masing merupakan suatu subsistem. Masing-masing
subsistem meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan
dan kelembagaan dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
28
Sejalan dengan maksud tersebut, maka pelaksanaan pembangunan di
Daerah baik di tingkat Kabupaten sampai dengan ketingkat Daerah dibawahnya
harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang, agar dalam pemanfaatan ruang tidak
bertentangan dengan substansi Rencana Tata Ruang yang telah disepakati.
Pasal 1
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
29
Pasal 11
Ayat (1) Cukup Jelas
Ayat (2)
Peninjauan kembali RTRW secara berkala dapat dilakukan setiap 5 (lima)
tahun sekali.
Peninjauan kembali RTRW yang disesuaikan dengan kebutuhan,
dimaksudkan untuk melakukan peninjauan kembali guna mengakomodir
aktifitas pembangunan yang bersifat mendesak baik dalam rangka memenuhi
perkembangan kebutuhan Pemerintah maupun masyarakat yang tidak dapat
dihindari, meskipun masa berlakunya RTRW masih kurang dari 5 (lima)
tahun.
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
30
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
31
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
32