Anda di halaman 1dari 4

Theme

JANGAN PERSOALKAN ASAL


Yohanes 1:45-51,Selasa, 24 Agustus 2010

Kita semua punya sejarah; bahkan begitu pentingnya sejarah itu ada orang yang mencoba untuk
menulis sejarahnya sendiri; asal-usulnya, tempat di mana ia dilahirkan dan dibesarkan, segala
yang telah terjadi dan dilakukannya sampai sejarah dirinya ditulis. Mungkin inilah yang
membuat kita memiliki gambaran tertentu tentang orang-orang tertentu yang berasal dari tempat
tertentu. Hal ini muncul mungkin karena pengalaman ada bersama orang-orang itu dalam waktu
tertentu, mungkin juga karena kita mempelajarinya dalam budaya lalu berdasarkan kesimpulan
yang kita peroleh kita punya gambaran umum tentang orang-orang itu, walaupun tidak semuanya
seperti itu karena selalu ada kekecualian. Dan memang, manusia, pribadi ini tidak bisa dipahami
secara tuntas. Jawaban yang diberikan atas pertanyaan tentangnya akan selalu melahirkan
pertanyaan baru. Lebih jauh kita diingatkan bahwa makhluk ini adalah pribadi yang selalu
berusaha menampilkan dirinya tetapi pada saat yang sama ia berusaha menyembunyikan
keasliannya di balik penampilannya itu, sehingga bisa saja orang itu sebenarnya tidak seperti
yang ia tampakkan. Itu berarti pula, kita tidak dapat menilai orang berdasarkan asalnya seperti
gambaran yang ada dalam otak kita. Inilah sebabnya mengapa begitu mudah kita terkecoh
dengan kesan sesaat. Untuk menghindari kesalahan ini ‘jangan menilai seseorang berdasarkan
apa yang dikatakannya tetapi apa yang dilakukannya’. Karena kata-kata gampang diputar-
balikkan tetapi apa yang dilakukan sulit diperdaya. Banyaknya kata-kata tidak menentukan hebat
tidaknya seseorang tetapi apa yang dilakukannya dapat berceritera banyak tentang pribadi itu.
Hanya sering kita begitu mudah diperdaya oleh manisnya kata-kata tetapi tak goyah oleh
hebatnya perbuatan. Inilah jawaban mengapa kita begitu gampang ditipu.

Hari ini, dalam hubungan dengan peringatan St. Bartolomeus rasul, kita dihadapkan pada
pertanyaan ini, ‘Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?’ Saat mendengar
pertanyaan ini, mestinya kita juga merasa diundang untuk merenung sejenak; mempertanyakan
kehadiran kita di antara yang lain; sudah sejauh mana kehadiran kita dalam kebersamaan
memberi pengaruh yang positif bagi mereka yang lain. Menyimak pertanyaan ini, kita dapat
mengatakan bahwa orang yang bertanya sudah punya gambaran tertentu tentang siapa yang
dihadapinya; adalah mustahil orang-orang dari tempat tertentu bisa berbuat baik. Di sini asal-
usul orang dipermasalahkan berdasarkan gambaran umum yang sudah ada di kepala kita. Kita
sudah punya apriori bahwa orang-orang dari tempat tertentu sulit untuk berbuat baik. Padahal
kebaikan tidak mengenal asal, kebaikan berhubungan dengan manusia yang punya hati; di mana
dan dari mana saja kebaikan bisa lahir. Kebaikan bukan monopoli orang-orang tertentu dari
daerah tertentu. Di sini kita ditantang untuk membuktikan bahwa kehadiran kitapun mampu
memberi sesuatu yang positif, lewat kehadiran dan karya kita sesama dapat memperoleh sesuatu
yang baik bagi dirinya; menjadi jauh lebih baik. Dalam dan melalui kehadiran kita, impian
mereka dapat menjadi kenyataan. Berdasarkan baptisan yang kita terima, kita wajib menjadi
saksi iman kita akan Kristus. Kapan dan di mana saja kita hadir, di sana seperti Filipus, kita
diharap-kan berusaha menemukan Yesus dan dapat membawa sesama untuk bertemu dengan
Yesus. Tetapi keseharian kita menunjukkan bahwa kehadiran kita dalam kebersamaan sangat
membingungkan. Hidup kita tidak menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang ingin
menjadikan hidup dan misi Yesus sebagai hidup dan misi kita sendiri. Sesama bukannya dibawa
semakin dekat pada Yesus tetapi sebaliknya sikap dan hidup kita menjauhkan mereka dariNya.
Kita tidak berusaha mendekatkan mereka pada Yesus dan di waktu lain kita justru berusaha
menjauhkan mereka dari Yesus yang ingin mereka kenal. Tidakkah kita sadar bahwa iman kita
adalah iman yang mesti dibagi; iman yang misioner, iman yang mengundang orang lain kepada
keselamatan? Seperti Filipus, kita harus membiarkan sesama menyaksikan sendiri apa yang kita
imani tanpa kita sendiri harus menceriterakan. ‘Mari dan lihatlah’, satu sikap terbuka
membiarkan hidup dan karya kita berceritera tentang siapa kita dan sedalam apa iman kita.
Dengan cara ini kita dapat menghantar tidak sedikit Natanael jaman ini untuk mengakui bahwa
Yesus yang kita imani sungguh mesias/penyelamat yang dinantikan.

Kita telah dibaptis dalam nama Kristus tetapi tidak semua kita sungguh percaya kepadaNya,
begitu sering kita kehilangan daya juang dan menjadi musuh kebaikan. Sebagai orang-orang
beriman, kita mesti merasa terpanggil untuk menjadi kompas kehidupan yang dapat
mengarahkan sesama mendekati Yesus. Di mana kebenaran dapat diperjualbelikan, di sana kita
mesti hadir membawa kebenaran yang benar bukan hasil rekayasa imajinasi dan kepicikan kita.
Di sekitar kita ada begitu banyak Nataneal yang ingin berjumpa dengan Yesus, kitalah yang
mesti memba-wa mereka kepadaNya. Kalau kita percaya bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran
dan hidup, kita juga harus menunjukkan bahwa kita mampu menjadi jalan, kebenaran dan hidup
bagi sesama bukan hanya dalam kata tetapi juga lewat hidup kita. Biar mereka tahu ada sesuatu
yang baik datang dalam diri anda.

“Melihat asalnya, kita akan mengabaikan potensi yang dimiliki sesame dan kehilangan hal
positif yang dapat membantu kita merubah kisah hidup ini”.

“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”


(Why 21:9b-14; Yoh 1:45-51)
“Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa
dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya:
“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat
Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum
Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi,
Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku
melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari
pada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka
dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”(Yoh 1:45-51), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Bartolomeus, Rasul, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Natanael atau Bartolomeus mungkin menjengkelkan bagi Filipus ketika diberitahu bahwa Filipus telah bertemu
Yesus, Penyelamat Dunia, dari Nazaret, kemudian berkata: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari
Nazaret”. Tetapi ternyata Filipus berkata kepada Natanael :”Mari dan lihatlah”. Dan setelah melihat, Natanael
pun akhirnya percaya. “Melihat” dalam Injil Yohanes memiliki arti atau makna yang mendalam. Orang yang
berhati, berjiwa dan berbudi baik ketika melihat sesuatu pada umumnya akan tergerak untuk berbuat baik: ada
yang tidak beres segera dibereskan, yang tidak baik segera diperbaiki, dst.. Natanael begitu bertemu dan melihat
Yesus langsung mengimaniNya sebagai Anak Allah, Penyelamat Dunia. Kita semua, yang dianugerahi mata tubuh
baik alias tidak buta, kiranya dapat meneladan Natanael atau Bartolomeus. Lihatlah keindahan ciptaan Allah
seperti manusia, binatang atau tanaman! Misalnya manusia, entah laki-laki atau perempuan, entah cantik atau
tidak cantik, entah tampan atau tidak tampan, entah kaya atau miskin dst.. Lihat mereka tidak hanya dengan
mata tubuh saja, tetapi juga dengan mata hati, maka anda pasti akan heran dan terkagum-kagum betapa indahnya
setiap manusia, yang diciptakan sebagai citra dan gambar Allah. Kita dipanggil untuk melihat “malaikat-malaikat
Allah turun naik kepada sesama atau saudara-saudari” kita alias apa-apa yang baik dalam diri sesama kita.
Percayalah bahwa baik dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita apa yang baik lebih banyak dan
dominant daripada apa yang jelek atau jahat.
· “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.” (Why 21:9b).
Pengantin perempuan pada umum dirias sedemikian rupa sehingga nampak bagaikan bidadari cantik, menarik dan
mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Bau wangi-wangian memancar dari pengantin perempuan, menusuk
hidung dan mungkin juga membuat orang bergairah dan gembira. Apa yang dimaksudkan dengan pengantin
perempuan dalam Kitab Wahyu ini kiranya adalah sahabat-sahabat Tuhan alias orang-orang baik yang berbudi
pekerti luhur, yang sungguh beriman atau suci, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, yang sungguh
bahagia dan ceria lahir maupun batin. Kegembiraan atau keceriaan yang demikian ini kiranya bagi anda yang
pernah menjadi pengantin perempuan dapat mensharingkan pengalamannya kepada orang lain. Banyak orang
memberi salam gembira dan mereka juga berpakaian begitu indah dan mempesona; semua perhatian terarah pada
sang pengantin. Sebagai orang beriman kita diharapkan demikian juga: kahadiran dan sepak terjang kita
dimanapun dan kapanpun menarik, memikat dan mempesona bagi orang lain, dan mereka yang melihatnya juga
menjadi gembira dan ceria. Kita semua dipanggil untuk menjadi ‘pewarta-pewarta gembira’, alias
menyebarluaskan apa-apa yang menggembirakan dan menyelamatkan. Marilah kita saling membantu untuk
menjadi ‘pengantin perempuan’ atau sahabat-sahabat Tuhan, agar kebersamaan hidup kita dimanapun dan
kapanpun sungguh gembira dan ceria dan dengan demikian menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun. Apa
yang tersiar dari diri kita hendaknya ‘berbau wangi’ alias apa-apa yang baik dan membuat orang lain semakin ceria
dan gembira.
“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji
Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk
memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu
ialah kerajaan segala abad” (Mzm 145:10-13a)
Jakarta, 24 Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai